Dokumen tersebut membahas tentang tantangan profesionalitas guru di era global dan peran supervisi pendidikan. Ada beberapa poin penting yang diajukan, yaitu (1) guru perlu mengembangkan kompetensi untuk merespon perubahan global, (2) supervisi bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memperbaiki kinerja guru, (3) pengembangan sumber daya guru melalui supervisi penting untuk bersaing di era global.
1. UJI KOMPETENSI I
“Tantangan Professional Guru di Era
Global dan Supervisi Pendidikan”
Disusun oleh :
Wahyu Tika P (K7409177/C2/semt 2)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2. 1. Saya setuju dengan pernyataan bahwa “guru yang memiliki profesionalisme tinggi
tidak hanya sekedar melakukan transfer of knowledge tetapi harus mampu melakukan
positive transfer of learning and principles.”
Guru mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan kita, baik
pertumbuhan fisik, biologis, maupun spiritual kita. Guru haruslah mampu mendidik
sebagai bekal dimasa depan selain tugas utamanya, yaitu mengajar. Selain ilmu
pengetahuan, guru wajib memberikan pembelajaran mengenai kepribadian dan azas-
azas masyarakat, seperti bersahabat, hangat, dan saling memberdayakan. Guru
haruslah mampu memberikan arahan kepada peserta didiknya agar dapat berlaku baik
dalam masyarakat. Segala yang dilakukan guru akan ditiru oleh siswanya. Tanpa
disadari, guru mampu mempengaruhi pola perilaku anak didiknya. Contoh paling
sederhana adalah ketika ada orang berpidato di depan, ada beberapa “oknum” guru
lebih memilih untuk membalas sms, telephon, melakukan hal lain, bahkan tidur. Jika
guru saja melakukan hal itu, bagaimana siswa akan barlaku baik. Tentunya siswa akan
mencontoh tindakan “oknum” guru tersebut. Guru yang mempunyai profesionalitas
tinggi harus membangun kepercayaan pada diri peserta didik agar mau belajar dari
segala aspek kehidupan. Dengan pengarahan-pengarahan tentunya, sehigga peserta
didik dapat memiliki nilai toleransi, empati, disiplin, dan kecakapan demi masa
depannya sendiri.
2. Saya setuju dengan pernyataan “guru yang professional tidak akan selalu terjebak
pada pola kerja yang berdasarkan pada paradigma romantisme”.
Guru yang professional haruslah suka dan berpihak pada setiap perubahan
terkait dengan profesionalismenya. Siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin
itulah orang yang beruntung, siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia
termasuk orang yang merugi, dan siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin,
sungguh ia adalah orang yang celaka. Dengan memiliki pola pikir yang seperti itu,
guru akan dapat maju dengan sendirinya. Guru secara sadar akan meningkatkan
karakter profesionalismenya (confidence, service, confidentiality, competence,
contract, community, responsibility, and commitment) demi menjadi guru yang
beruntung.
3. Profesionalisme guru harus dimaknai sebagai proses perbaikan system dan
praksis pendidikan nasional. Adanya sertifikasi merupakan awal dari pembentukan
profesionalisme guru sendiri. Dengan adanya sertifikasi, bagi guru yang
mendapatkannya haruslah menunjukkan kinerja professional yang mampu mengubah
kualitas pembelajaran dari konvensional dan membosankan menuju dialogis dan
menyenangkan. Sertifikasi menuntut para guru untuk berfikir lebih maju, tidak
terpaku pada masa lalu. Sebagai contoh, guru harus mampu menguasai IPTEK
minimal sama dengan peserta didiknya agar dapat mengimbangi perubahan zaman
yang semakin maju. Guru yang tidak mau mengakses ilmu yang baru tentunya akan
ketinggalan dan tentunya profesionalismenya akan dipertanyakan meskipun telah
mengantongi sertifikat pendidik serta tunjangan-tunjangannya. Sehingga, belum tentu
sertifikasi akan menjamin hilangnya pola kerja paradigm romantis. Karena pada
dasarnya, semua tergantung pada tujuan sertifikasi guru itu sendiri. Jika hanya ingin
mendapatkan tunjangan, maka yang didapat hanya tunjangan. Namun, jika tujuannya
adalah memajukan bangsa, maka dia akan berusaha untuk mengubah paradigma
pembelajaran.
3. Saya setuju dengan pernyataan “fenomena global mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengembangan profesionalisme guru saat ini dan mendatang”.
Guru memiliki tugas untuk menyiapkan para peserta didik untuk memiliki
daya nalar tinggi, kreativitas, dan kemampuan melakukan jejaring system kerja yang
fleksibel terhadap berbagai perubahan global. Guru harus memiliki kompetensi untuk
merespon fenomena-fenomena global seperti pemakaian computer, internet, dll.
Pengembangan-pengembangan ini dapat terlihat dari SD sampai perguruan tinggi
dimana perbedaan itu terlihat dari pemilihan cara belajar, metode, dan alat-alatnya.
- Saat SD, kita belajar secara perlahan-lahan. Guru memberikan secara utuh
materi pembelajaran yang dibaca melalui buku. Karena menggunakan
kurikulum 1994, maka pendidikan terpusat pada guru. Belum
memberdayakan alat atau teknologi. Pembelajaran jarang dikaitkan dengan
kehidupan nyata.
- Saat SMP, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 1996 dan 2004
(KBK). Pembelajaran sudah mulai melibatkan para siswa. Siswa diajak
untuk diskusi kelompok walaupun hanya sedikit. Materi juga masih
4. cenderung terpusat pada guru. Namun, penggunaan alat/media sudah mulai
nampak dengan digunakannya LCD.
- Saat SMA, saya mendapatkan kurikulum 2004 dan kurikulum 2006
(KTSP). Guru lebih banyak menggunakan alat-alat pembelajaran. Sudah
mulai memanfaatkan dan mengajarkan teknologi secara mendalam.
Konsekuensinya, pembelajaran diperluas melalui dunia luar. Hal ini
digunakan untuk memberikan pembelajaran untuk bekal masa depan.
- Saat kuliah diperguruan tinggi, metode pembelajaran lebih kompleks.
Belajar dipusatkan pada peserta didik. Peserta didik dituntut aktif dalam
belajar. Penggunaan teknologi dimaksimalkan sejauh mungkin, sehingga
peserta didik dapat memaksimalkan pengajarannya.
4. Memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma
yang meliputi pergeseran paradigma:
1) Dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat.
2) Dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistic.
3) Dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan
kemitraan
4) Dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan
keseimbangan fokus pendidikan nilai.
5) Dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi,
budaya, dan computer.
6) Dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja.
7) Dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama.
Pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan
yang bersifat kompetitif. Saya sebagai peserta didik sudah merasakan adanya
perubahan paradigma pembelajaran tersebut, walaupun kadarnya masih minim.
Guru masih sedikit yang memanfaatkan berbagai lingkungan belajar. Sebaliknya
guru yang tidak mau belajar lebih memilih memberikan pelajaran sesuai dengan
system tradisional. Guru tidak memanfaatkan fasilitas yang diberikan semaksimal
mungkin. Namun guru yang mulai berkembang dan mau maju sangat
memanfaanfaatkan teknologi yang ada dan menganggap hal ini lebih
mempermudah untuk memberikan pembelajaran.
5. 5. Saya setuju dengan pertanyaan “untuk dapat merespon fenomena global di dalam
proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan secara optimal dan professional
multiple intelligent dalam diri siswa”.
Untuk merespon fenomena global, guru harus menguasai multiple intelligent
dimana minimal kita mengerti bagaimana cara membedakan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik. Dengan kita mengetahui apa kependaian seorang itu,
maka pengetahuan akan diserap lebih cepat. Sebagai peserta didik di LPTK, saya akan
mempersiapkan diri agar dapat memiliki kemampuan-kemampuan itu. Pada dasarnya,
kita telah memiliki kemampuan itu, tinggal kita mempertajamnya agar dapat
bermanfaat di kemudian hari. Dengan menguasai kemampuan itu, kita dapat
mengenali kemampuan anak didik kita kelak, sehingga dapat mentransfer pendidikan
dengan lebih cepat kepada peserta didik.
B. Hubungan antara supervisi dan pernyataan “guru yang professional tidak akan
selalu terjebak pada pola kerja yang berdasarkan pada paradigma romantisme”.
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles, supervisi adalah bantuan
dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan
bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya
diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan
supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada
kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan
yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru,
karena bersifat demokratis. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang
perlu diperhatikan yaitu, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang menunjang
kegiatan belajar mengajar. Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas
kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki
yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan professional, 3) kemampuan sosial.
6. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Guru dengan Supervise di abad sekarang
ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba digital, akses informasi sangat cepat dan
persaingan hidup semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat bersaing dan
mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk sumber daya
pendidikan. Yang termasuk dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana dan
sarana dan prasarana. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya
pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan
harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang
professional. Bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah
ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan
pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik. Setiap guru perlu
menyadari bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk
menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus
menerus, membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam
pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi
guru apalagi bagi peserta didik. Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan
bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi
terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan
masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan
dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi
sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana
guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Guru-
guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan
berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak
selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi
yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat
yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan
dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai.
Guru profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral,
keimanan, ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas,
7. kemampuan manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami
potensi, karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan
rencana studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan
mengembangkan kurikulum. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam pemakaian sarana
dan media yang ada demi peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya supervisi,
diharapkan guru akan terhindar dan menghindari paradigma romantisme yang tidak mau
berubah karena masa lalu yang sukses.