Jurnal ini menguji hubungan antara praktek-praktek Total Quality Management (TQM) dan konflik peran karyawan di perusahaan manufaktur dan jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan, manajemen proses, dan analisis informasi terkait dengan menurunnya konflik peran, sementara fokus sumber daya manusia terkait dengan meningkatnya konflik peran. Jurnal ini menyarankan agar perusahaan memanfaatkan hasil
1. JURNAL
Does Total Quality Management Reduce Employees’ Role Conflict
NAMA : TELLUS PRABOWO
NIM : 122090142
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2010
2. Does Total Quality Management Reduce Employees’ Role Conflict?
Abstract
TQM merupakan pendekatan yang sangat penting untuk melakukan perbaikan secara
terus menerus dan perubahan manajemen secara sistematis. Jurnal ini menguji praktek-
TQM dari kedua jenis perusahaan yaitu manufaktur dan jasa serta untuk menentukan
hubungan antara multidimensionalitas dari praktek-praktek TQM dan employees role
conflict .
Introduction
Hubungan antara praktek TQM dan employees role conflict dijelaskan dalam literatur
TQM karena perusahaan semakin mengenal kepentingan strategis dari manajemen
kualitas dan mengkordinasi aktivitias-aktivitas organisasi melalui program TQM di
lingkungan kerja.
3. Literature Review and Hypotheses Development
TQM
Pendekatan manajemen untuk merencanakan dan mengimplemetasi perubahan secara
terus-menerus di dalam organisasi dan dapat berpengaruh pada performa
organisasi baik perusahaan pada perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur.
Berdasarkan review literatur tentang TQM, rancangan TQM ini diukur oleh enam
dimensi kriteria, yaitu:
1. Kepemimpinan
2. Perencanaan Strategis
3. Perencanana Strategis
4. Fokus Pelanggan
5. Fokus Sumber Daya Manusia
6. Manajemen proses dan analisa informasi.
4. Employees Role Conflict
Studi tentang employees role conflict dimulai dari dua konsep berbeda dari teori peran
yaitu, bersifat struktural-fungsional dan interaksionis.
Employees role conflict terjadi ketika dua atau banyak permintaan muncul secara
bersamaan. Ketika employees role conflict terjadi, maka karyawan individu
tidak yakin bagaimana melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
The Link Between TQM Practices and Role Conflict
Leadership
Kepemimpinan secara utama dikenal sebagai penentu dari stres peran.
H1. Greater levels of leadership are associated with lower levels of role conflic
experienced by the employees.
Strategic planning
Perencanaan strategis mencakup perkembangan dan penempatan rencana-rencana,
membantu dalam menentukan titik temu sasaran melalui perencanan partisipatif.
Sehingga tiap level manajemen mempunyai peran-peran yang berbeda-beda dalam proses
strategi:
1. Top Management:
Memainkan peran-peran pembuatan keputusan seperti meratifikasi dan
mengarahkan rencana-rencana.
2. The Middle Management:
Memfasilitasi dan mengimplementasi rencana-rencana melalui komunikasi
informasi antara Top Management dan The Operating Management.
3. The Operating Management:
Merespon informasi yang didapatkan dari pasar produk (bereksperimen).
5. H2. Greater levels of strategic planning are associated with lower levels of role
conflict experienced by the employees.
Customer Focus
Customer Focus adalah salah satu dari dimensi TQM yang mempengaruhi tugas
karyawan, karena dimensi ini menghendaki para karyawan mengantisipasi ekspektasi-
ekspektasi pelanggan.
H3. Greater levels of customer focus are associated with higher levels of role conflict
experienced by the employees.
Human Resource Focus
Manajemen sumberdaya manusia yang berorientasi kualitas memperkuat lingkup
manajemen kualitas melalui pemberdayaan karyawan, memastikan ketersediaan
prasarana untuk mempermudah partisipasi karyawan dan melatih karyawan dalam
aspek-aspek teknis dan manajerial dari peran-peran mereka dalam TQM.
H4. Greater levels of human resource focus are associated with higher levels of role
conflict experienced by the employees.
Process Management
Manajemen proses menekankan upaya-upaya perbaikan dan upaya berlanjut yang
terstruktur yang dilaksanakan oleh tim.
H5. Greater levels of process management are associated with lower levels of role
conflict experienced by the employees.
6. Information Analysis
Informasi kualitas dan analisa membantu sebuah perusahaan untuk memastikan
ketersediaan kualitas yang tinggi, data harian dan informasi untuk semua user seperti
karyawan-karyawan, penyalur-penyalur, para mitra bisnis, dan para pelanggan.
H6. Greater levels of information analysis are associated with lower levels of role
conflict experienced by the employees.
Research Framework
Research methodology
Sampel mencakup para karyawan dari organisasi-organisasi jasa dan manufaktur yang
tersertifikasi dengan ISO 9001:2000. Rangkaian ISO 9000 adalah subperangkat dari
TQM dan praktek-praktek TQM (misalnya, kepemimpinan, perencanaan strategis, dll.)
Secara umum, tiga kriteria yang digunakan dalam menciptakan kerangka sampel:
7. 1. Para karyawan yang full-time yang bekerja di organisasi-organisasi manufaktur
dan jasa.
2. Karyawan yang mempunyai pengetahuan akan praktek-praktek organisasi yang
mengacu kepada praktek-praktek manajemen kualitas.
3. Karyawan yang mau mengekspresikan opini tentang organisasi dengan berbagai
dimensi praktek TQM, dan mengekspresikan peraan-peraan tentang role conflict
yang dialami
Dari 650 kuesioner yang disebarkan terdapat 453 kuesioner yang dilengkapi dan
dikembalikan.
Result
Secara keseluruhan hipotesa yang diemukan menyatakan bahwa kepemimpinan terkait
dengan role conflict. Hal ini konsisten dengan hipotesa yang lain, dimana adanya korelasi
negatif antara kepemimpinan (misalnya; kedekatan kepengawasan, perilaku-perilaku
pemimpin yang suportif, pertimbangan pemimpin dan dukungan kepengawasan) dan role
conflict.
Pada jurnal ini mengidenifikasi bahwa pengaruh kepemimpinan dapat mereduksi role
conflict yang terjadi jika disertai dengan input-input spesifik sesuai dengan peran yang
diambil, sasaran, dan ekspektasi yang memudahkan karyawan untuk mengetahui apa
yang diharapkan sebelumnya. Serta perbedaan individual dalam hal ketrampilan dan
kemampuan menyebabkan level-level fokus SDM yang lebih besar mengarah kepada
level-level role conflict yang lebih besar.
Conclusion
Dengan dukungan teoritis dan empiris, studi ini menegaskan bahwa praktek-praktek
TQM dapat dikonseptualisasi secara bermanfaat sebagai salah satu dari faktor-faktor
yang mengatur terjadinya role conflict, baik perusahaan manufaktur dan jasa dapat
memanfaakan role conflict untuk mendiagnosa dan menganalisa praktek-praktek
TQM mana akan lebih efektif dalam mengevaluasi role conflict diantara para
8. karyawan. Jurnal ini mengidentifikasi bahwa kepemimpinan yang efektif, manajemen
proses, dan analisa informasi terhubung dengan role conflict. Selain itu praktek-
praktek TQM dapat digunakan sebagai alat yang tidak mahal dan pragmatis untuk
mengelola role conflict.
Limitations
Sebagian keterbatasan yang pening dibagi menjadi:
1. Cross-sectional bisa menguatkan kelebihan dan kekuatan dari kesimpulan.
2. Pemanfaatan data atas perseptual laporan dapat memberikan efek bias.
3. Studi ini merupakan penelitian exploratory (yg berdasarkan eksplorasi) yang
mencermati tipe dari role stressor, yaitu role conflict.
Implications
Membantu manajer dan inidvidu-individu untuk mencapai pemahaman akan dimensi-
dimensi TQM yang berbeda sehubungan dengan konflik peran.