SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 30
Baixar para ler offline
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 52 TAHUN 2010
TENTANG
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dipandang
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4168);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah Hukum
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4714);
MEMUTUSKAN …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG SUSUNAN ORGANISASI
DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 1
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut
Polri, adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan
dalam melaksanakan peran memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
(2) Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di bawah
Presiden.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 2
Polri mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB II …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah berdasarkan daerah hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Organisasi Polri dari tingkat pusat sampai tingkat daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia,
disingkat Mabes Polri;
b. Kepolisian Daerah, disingkat Polda;
c. Kepolisian Resort, disingkat Polres; dan
d. Kepolisian Sektor, disingkat Polsek.
Bagian Kedua
Mabes Polri
Paragraf 1
Organisasi Mabes Polri
Pasal 4
Mabes Polri terdiri dari :
a. Unsur Pimpinan :
1) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
2) Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan :
1) Inspektorat Pengawasan Umum;
2) Asisten Kapolri Bidang Operasi;
3) Asisten …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
3) Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran;
4) Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia;
5) Asisten Kapolri Bidang Sarana dan Prasarana;
6) Divisi Profesi dan Pengamanan;
7) Divisi Hukum;
8) Divisi Hubungan Masyarakat;
9) Divisi Hubungan Internasional;
10) Divisi Teknologi Informasi Kepolisian; dan
11) Staf Ahli Kapolri;
c. Unsur Pelaksana Tugas Pokok :
1) Badan Intelijen Keamanan;
2) Badan Pemelihara Keamanan;
3) Badan Reserse Kriminal;
4) Korps Lalu Lintas;
5) Korps Brigade Mobil; dan
6) Detasemen Khusus 88 Anti Teror.
d. Unsur Pendukung :
1) Lembaga Pendidikan Kepolisian;
2) Pusat Penelitian dan Pengembangan;
3) Pusat Keuangan;
4) Pusat Kedokteran dan Kesehatan; dan
5) Pusat Sejarah.
Paragraf 2
Unsur Pimpinan
Pasal 5
(1) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Kapolri
adalah Pimpinan Polri, yang bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kapolri …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
(2) Kapolri mempunyai tugas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri
disingkat Wakapolri.
Pasal 6
(1) Wakapolri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) adalah
unsur Pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kapolri.
(2) Wakapolri bertugas:
a. membantu Kapolri dalam melaksanakan tugasnya dengan
mengendalikan pelaksanaan tugas sehari-hari seluruh satuan
staf Mabes Polri dan jajarannya;
b. mewakili Kapolri dalam hal Kapolri berhalangan; dan
c. melaksanakan tugas lain atas perintah Kapolri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan
Pasal 7
(1) Inspektorat Pengawasan Umum disingkat Itwasum adalah unsur
pengawas yang berada di bawah Kapolri.
(2) Itwasum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu
Kapolri dalam penyelenggaraan pengawasan internal, pemeriksaan
umum, perbendaharaan dan akuntabilitas dalam lingkungan Polri,
serta memfasilitasi lembaga pengawasan eksternal Polri.
(3) Itwasum ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
(3) Itwasum dipimpin oleh Inspektur Pengawasan Umum disingkat
Irwasum yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Irwasum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibantu oleh Wakil
Irwasum disingkat Wairwasum.
(5) Itwasum terdiri dari paling banyak 5 (lima) Inspektorat yang
disusun berdasarkan pendekatan kewilayahan dan 1 (satu) Biro.
Pasal 8
(1) Asisten Kapolri Bidang Operasi disingkat Asops Kapolri adalah
unsur pembantu pimpinan dalam bidang manajemen operasi
kepolisian yang berada di bawah Kapolri.
(2) Asops Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam bidang perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian operasi kepolisian, termasuk
pelaksanaan kerjasama Kementerian Lembaga serta
menindaklanjuti pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan program khusus Pemerintah yang berkaitan dengan
Polri.
(3) Asops Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang Operasi
disingkat Asops Kapolri yang bertanggungjawab kepada Kapolri.
(4) Asops Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro.
Pasal 9
(1) Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran
disingkat Asrena Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam
bidang perencanaan umum dan anggaran yang berada di bawah
Kapolri.
(2) Asrena ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
(2) Asrena Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan
umum dan anggaran, penyiapan perencanaan kebijakan teknis dan
strategi Polri, pembinaan sistem organisasi dan manajemen, serta
tata laksana di lingkungan Polri, serta menyelenggarakan program
reformasi birokrasi Polri.
(3) Asrena Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang Perencanaan
Umum dan Anggaran disingkat Asrena Kapolri yang bertanggung
jawab kepada Kapolri.
(4) Asrena Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro.
Pasal 10
(1) Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia disingkat As SDM
Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam bidang
manajemen sumber daya manusia yang berada di bawah Kapolri.
(2) As SDM Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen
bidang sumber daya manusia, termasuk perawatan dan peningkatan
kesejahteraan personil di lingkungan Polri.
(3) As SDM Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang SDM
disingkat As SDM yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) As SDM Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro.
Pasal 11
(1) Asisten Kapolri bidang Sarana dan Prasarana disingkat Assarpras
Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam bidang
manajemen sarana dan prasarana yang berada di bawah Kapolri.
(2) Assarpras ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
(2) Assarpras Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen
sarana dan prasarana di lingkungan Polri.
(3) Assarpras Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang Sarana
dan Prasarana disingkat Assarpras Kapolri yang bertanggung
jawab kepada Kapolri.
(4) Assarpras Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro.
Pasal 12
(1) Divisi Profesi dan Pengamanan disingkat Divpropam adalah unsur
pengawas dan pembantu pimpinan bidang pertanggungjawaban
profesi dan pengamanan internal yang berada di bawah Kapolri.
(2) Divpropam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban
profesi dan pengamanan internal termasuk penegakkan disiplin/
ketertiban di lingkungan Polri serta pelayanan pengaduan
masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota Polri/
PNS Polri.
(3) Divpropam dipimpin oleh Kepala Divpropam disingkat
Kadivpropam yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Divpropam terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro.
Pasal 13
(1) Divisi Hukum disingkat Divkum adalah unsur pembantu pimpinan
bidang hukum yang berada di bawah Kapolri.
(2) Divkum ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -
(2) Divkum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pengkajian, bantuan dan nasehat hukum,
pengembangan hukum, pembinaan hukum, dan Hak Asasi
Manusia (HAM) di lingkungan Polri, serta turut berpartisipasi
dalam pembinaan hukum nasional dan HAM.
(3) Divkum dipimpin oleh Kepala Divkum disingkat Kadivkum yang
bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Divkum terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro.
Pasal 14
(1) Divisi Hubungan Masyarakat disingkat Divhumas adalah unsur
pembantu pimpinan bidang hubungan masyarakat yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Divhumas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina
dan menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat di lingkungan
Polri, pengelolaan informasi, data, dan dokumentasi yang dapat
diakses oleh masyarakat.
(3) Divhumas dipimpin oleh Kepala Divhumas disingkat Kadivhumas
yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Divhumas terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro.
Pasal 15
(1) Divisi Hubungan Internasional disingkat Divhubinter adalah unsur
pembantu pimpinan bidang hubungan Internasional yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Divhubinter ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
(2) Divhubinter sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan kegiatan National Central Bureau (NCB)-
Interpol dalam upaya penanggulangan kejahatan internasional/
transnasional, mengemban tugas misi internasional dalam misi
damai, kemanusiaan dan pengembangan kemampuan sumber daya
manusia, serta turut membantu pelaksanaan perlindungan hukum
terhadap Warga Negara Indonesia di Luar Negeri.
(3) Divhubinter dipimpin oleh Kepala Divhubinter disingkat
Kadivhubinter yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Divhubinter terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro.
Pasal 16
(1) Divisi Teknologi Informasi Kepolisian disingkat Div TI Pol adalah
unsur pembantu pimpinan di bidang informatika yang meliputi
teknologi informasi, dan komunikasi elektronika yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Div TI Pol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pembinaan dan pengembangan sistem
teknologi informasi dan komunikasi elektronika serta informasi
manajerial termasuk jaringan telekomunikasi di lingkungan Polri.
(3) Div TI Pol dipimpin oleh Kepala Div TI Pol disingkat Kadiv TI
Pol yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Div TI Pol terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro.
Pasal 17
(1) Staf Ahli Kapolri disingkat Sahli Kapolri adalah unsur pembantu
pimpinan yang berada di bawah Kapolri.
(2) Sahli ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
(2) Sahli Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
memberikan pertimbangan dan telaahan mengenai masalah tertentu
sesuai bidang keahliannya.
(3) Sahli Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) pejabat Staf Ahli,
dan salah satu diantaranya ditunjuk sebagai Koordinator Sahli
Kapolri disingkat Koorsahli Kapolri yang bertanggung jawab
kepada Kapolri.
Paragraf 4
Unsur Pelaksana Tugas Pokok
Pasal 18
(1) Badan Intelijen Keamanan disingkat Baintelkam adalah unsur
pelaksana tugas pokok bidang intelijen keamanan yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Baintelkam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam membina dan menyelenggarakan fungsi
intelijen bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas
operasional dan manajemen Polri guna mendukung pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan
dalam negeri.
(3) Baintelkam dipimpin oleh Kepala Baintelkam disingkat
Kabaintelkam yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kabaintelkam dibantu oleh seorang Wakil Kabaintelkam disingkat
Wakabaintelkam.
(5) Baintelkam terdiri dari paling banyak 5 (lima) direktorat dan 2
(dua) biro.
Pasal 19 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
Pasal 19
(1) Badan Pemelihara Keamanan disingkat Baharkam adalah unsur
pelaksana tugas pokok di bidang pembinaan dan pemeliharaan
keamanan yang berada di bawah Kapolri.
(2) Baharkam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam rangka membina dan menyelenggarakan
fungsi pemeliharaan keamanan yang mencakup upaya peningkatan
kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat guna mewujudkan
keamanan dalam negeri.
(3) Baharkam dipimpin oleh Kepala Baharkam disingkat Kabaharkam
yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kabaharkam dibantu oleh seorang Wakil Kabaharkam disingkat
Wakabaharkam.
(5) Baharkam terdiri dari paling banyak 6 (enam) direktorat dan 2
(dua) biro.
Pasal 20
(1) Badan Reserse Kriminal disingkat Bareskrim adalah unsur
pelaksana tugas pokok bidang reserse kriminal yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Bareskrim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membantu Kapolri dalam membina dan menyelenggarakan fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, pengawasan dan
pengendalian penyidikan, penyelenggaraan identifikasi,
laboratorium forensik dalam rangka penegakan hukum serta
pengelolaan informasi kriminal nasional.
(3) Bareskrim dipimpin oleh Kepala Bareskrim disingkat Kabareskrim
yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kabareskrim ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
(4) Kabareskrim dibantu oleh seorang Wakil Kabareskrim disingkat
Wakabareskrim.
(5) Bareskrim terdiri dari paling banyak 5 (lima) direktorat, 3 (tiga)
pusat, dan 4 (empat) biro.
Pasal 21
(1) Korps Lalu Lintas disingkat Korlantas adalah unsur pelaksana
tugas pokok bidang keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas yang berada di bawah Kapolri.
(2) Korlantas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina
dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan
masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas,
registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta
patroli jalan raya.
(3) Korlantas dipimpin oleh Kepala Korlantas disingkat Kakorlantas
yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kakorlantas dibantu oleh Wakil Kakorlantas disingkat
Wakakorlantas.
Pasal 22
(1) Korps Brigade Mobil disingkat Korbrimob adalah unsur pelaksana
tugas pokok di bidang brigade mobil yang berada di bawah
Kapolri.
(2) Korbrimob sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya yang
berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan yang
berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam
negeri.
(3) Korbrimob …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
(3) Korbrimob dipimpin oleh Kepala Korbrimob disingkat
Kakorbrimob yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kakorbrimob dibantu oleh Wakil Kakorbrimob disingkat
Wakakorbrimob.
Pasal 23
(1) Detasemen Khusus 88 Anti Teror disingkat Densus 88 AT adalah
unsur pelaksana tugas pokok di bidang penanggulangan kejahatan
terorisme yang berada di bawah Kapolri.
(2) Densus 88 AT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi,
penindakan, dan bantuan operasional dalam rangka penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana terorisme.
(3) Densus 88 AT dipimpin oleh Kepala Densus 88 AT disingkat
Kadensus 88 AT, yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kadensus 88 AT dibantu oleh Wakil Kadensus 88 AT disingkat
Wakadensus 88 AT.
Paragraf 5
Unsur Pendukung
Pasal 24
(1) Lembaga Pendidikan Polri disingkat Lemdikpol adalah unsur
pendukung sebagai pelaksana pendidikan pembentukan dan
pengembangan yang berada di bawah Kapolri.
(2) Lemdikpol ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
(2) Lemdikpol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
merencanakan, mengembangkan dan menyelenggarakan fungsi
pendidikan pembentukan dan pengembangan berdasarkan jenis
pendidikan Polri yang meliputi pendidikan profesi, manajerial
(kepemimpinan), akademis, dan vokasi.
(3) Lemdikpol dipimpin oleh Kepala Lemdikpol disingkat
Kalemdikpol.
(4) Lemdikpol terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro.
(5) Unsur pelaksana Lemdikpol terdiri dari:
a. Sekolah Staf dan Pimpinan;
b. Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian;
c. Akademi Kepolisian;
d. Sekolah Pembentukan Perwira; dan
e. Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional.
Pasal 25
(1) Sekolah Staf dan Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (5) huruf a, disingkat Sespim yang berada di bawah
Kalemdikpol.
(2) Sespim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pendidikan pengembangan
kepemimpinan atau manajerial Polri yang terdiri dari pendidikan
kepemimpinan tingkat pertama, tingkat menengah dan tingkat
tinggi.
(3) Sespim dipimpin oleh Kepala Sespim disingkat Kasespim yang
bertanggung jawab kepada Kalemdikpol.
(4) Sespim …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
(4) Sespim menyelenggarakan sekolah staf dan pimpinan Polri, terdiri
dari:
a. Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama, disingkat Sespimma
yang dipimpin oleh Kepala Sespimma, disingkat
Kasespimma;
b. Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah, disingkat Sespimmen
yang dipimpin oleh Kepala Sespimmen, disingkat
Kasespimmen; dan
c. Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi, disingkat Sespimti yang
dipimpin oleh Kepala Sespimti, disingkat Kasespimti.
(5) Sespim terdiri dari paling banyak 4 (empat) jenjang pendidikan
pengembangan dan sejumlah pejabat fungsional widyaiswara.
Pasal 26
(1) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (5) huruf b, disingkat STIK yang berada di bawah
Kalemdikpol.
(2) STIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pendidikan tinggi bidang ilmu kepolisian
bagi kepentingan Polri dan unsur-unsur terkait serta pengkajian
dan penelitian masalah-masalah yang berkaitan dengan fungsi
kepolisian dalam rangka pengembangan dan mendorong penerapan
ilmu dan teknologi kepolisian.
(3) STIK dipimpin oleh Ketua STIK yang bertanggung jawab kepada
Kalemdikpol.
(4) STIK terdiri dari paling banyak 4 (empat) Wakil Ketua dan 2 (dua)
Direktur Program Pendidikan.
Pasal 27 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
Pasal 27
(1) Akademi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (5) huruf c, disingkat Akpol yang berada di bawah
Kalemdikpol.
(2) Akpol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan Perwira Polri
yang bersumber dari lulusan pendidikan menengah umum atau
bentuk lain yang sederajat dan anggota Polri.
(3) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Akpol
menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan Perwira Polri
Sumber Sarjana, disingkat PPSS.
(4) Akpol dipimpin oleh Gubernur Akpol disingkat Gub Akpol yang
bertanggung jawab kepada Kalemdikpol.
(5) Gub Akpol dibantu oleh Wakil Gub Akpol disingkat Wagub
Akpol.
Pasal 28
(1) Sekolah Pembentukan Perwira sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (5) huruf d, disingkat Setukpa yang berada di bawah
Kalemdikpol.
(2) Setukpa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan Perwira Polri
yang bersumber dari anggota Polri.
(3) Setukpa dipimpin oleh Kepala Setukpa disingkat Kasetukpa yang
bertanggung jawab kepada Kalemdikpol.
Pasal 29 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Pasal 29
(1) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) huruf e, disingkat
Diklatsus Jatrans yang berada di bawah Kalemdikpol.
(2) Diklatsus Jatrans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
pusat pendidikan dan pelatihan pemberantasan kejahatan lintas
batas negara yang dibentuk berdasarkan kerjasama beberapa
Negara.
(3) Diklatsus Jatrans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan kerjasama, pendidikan dan pelatihan
pemberantasan kejahatan transnasional bagi para penegak hukum.
(4) Diklatsus Jatrans dipimpin oleh Kepala Diklatsus Jatrans disingkat
Kadiklatsus Jatrans yang bertanggung jawab kepada Kalemdikpol.
Pasal 30
(1) Pusat Penelitian dan Pengembangan disingkat Puslitbang adalah
unsur pendukung di bidang penelitian, pengkajian dan
pengembangan yang berada di bawah Kapolri.
(2) Puslitbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi perencanaan dan penyusunan program
penelitian, pengkajian dan pengembangan di bidang penegakan
hukum, pemeliharaan kamtibmas, perlindungan, pengayoman dan
pelayanan masyarakat serta pengawasan pelaksanaan uji materiil,
fasilitas dan jasa oleh satuan pembina fungsi yang bersangkutan
guna menjamin mutu materiil, fasilitas dan jasa.
(3) Puslitbang dipimpin oleh Kepala Puslitbang disingkat
Kapuslitbang yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
Pasal 31 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
Pasal 31
(1) Pusat Keuangan disingkat Puskeu adalah unsur pendukung di
bidang pembinaan keuangan yang berada di bawah Kapolri.
(2) Puskeu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan fungsi pembinaan manajemen dan administrasi
keuangan.
(3) Puskeu dipimpin oleh Kepala Puskeu disingkat Kapuskeu yang
bertanggung jawab kepada Kapolri.
Pasal 32
(1) Pusat Kedokteran dan Kesehatan disingkat Pusdokkes adalah unsur
pendukung di bidang kedokteran dan kesehatan yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Pusdokkes sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
membina fungsi kedokteran dan kesehatan Polri yang meliputi
kedokteran kepolisian, kesehatan kesamaptaan dan pelayanan
kesehatan di lingkungan Polri.
(3) Pusdokkes dipimpin oleh Kepala Pusdokkes disingkat
Kapusdokkes, yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Pusdokkes membawahi Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I
disingkat Rumkit Tk. I, yang dipimpin oleh Kepala Rumkit
disingkat Karumkit Tk. I.
Pasal 33 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
Pasal 33
(1) Pusat Sejarah disingkat Pusjarah adalah unsur pendukung di
bidang sejarah, museum dan perpustakaan Polri yang berada di
bawah Kapolri.
(2) Pusjarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina
dan menyelenggarakan fungsi penelitian, dokumentasi atau
pencatatan, edukasi, pengkajian, pengkoleksian benda-benda
bersejarah Polri, penyediaan literatur, dan penghargaan atau
penghormatan terhadap pegawai pada Polri.
(3) Pusjarah dipimpin oleh Kepala Pusjarah disingkat Kapusjarah yang
bertanggung jawab kepada Kapolri.
Bagian Ketiga
Kepolisian Daerah
Pasal 34
(1) Kepolisian Daerah disingkat Polda adalah pelaksana tugas dan
wewenang Polri di wilayah provinsi yang berada di bawah Kapolri.
(2) Polda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Polda dipimpin oleh Kepala Polda, disingkat Kapolda yang
bertanggung jawab kepada Kapolri.
(4) Kapolda dibantu oleh seorang Wakil Kapolda disingkat
Wakapolda.
Pasal 35 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Pasal 35
Susunan organisasi Polda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan
menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara.
Bagian Ketiga
Kepolisian Resort
Pasal 36
(1) Kepolisian Resort disingkat Polres adalah pelaksana tugas dan
wewenang Polri di wilayah kabupaten/kota yang berada di bawah
Kapolda.
(2) Polres sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan tugas dan wewenang Polri di wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Polres dipimpin oleh Kepala Polres, disingkat Kapolres yang
bertanggung jawab kepada Kapolda.
(4) Kapolres dibantu oleh seorang Wakil Kapolres disingkat
Wakapolres.
Pasal 37
Susunan organisasi Polres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan
menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara.
Bagian ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
Bagian Kelima
Kepolisian Sektor
Pasal 38
(1) Kepolisian Sektor disingkat Polsek adalah pelaksana tugas dan
wewenang Polri di wilayah kecamatan yang berada di bawah
Kapolres.
(2) Polsek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas
menyelenggarakan tugas dan wewenang Polri di wilayah
kecamatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Polsek dipimpin oleh Kepala Polsek, disingkat Kapolsek yang
bertanggung jawab kepada Kapolres.
(4) Kapolsek dibantu oleh seorang Wakil Kapolsek disingkat
Wakapolsek.
Pasal 39
Susunan organisasi Polsek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat
persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara.
Bagian Keenam
Lain-lain
Pasal 40
(1) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, kemampuan, fungsi dan
peran kepolisian, serta luas wilayah, Kapolri dapat membentuk
satuan organisasi kepolisian di bawah Kepolisian Sektor sesuai
dengan kebutuhan.
(2) Pembentukan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
(2) Pembentukan satuan organisasi kepolisian sebagaimanan dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah
mendapat persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang
aparatur negara.
Pasal 41
Di lingkungan Polri ditetapkan jabatan fungsional tertentu lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
PENASEHAT AHLI KAPOLRI
Pasal 42
(1) Di lingkungan Polri dapat diangkat Penasehat Ahli Kapolri sesuai
dengan kebutuhan, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penasehat Ahli Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggungjawab kepada Kapolri.
Pasal 43
Penasehat Ahli Kapolri mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada Kapolri sesuai penugasan Kapolri dan bukan
merupakan bidang tugas dan wewenang unsur-unsur organisasi Polri.
Pasal 44 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
Pasal 44
(1) Pengangkatan Penasehat Ahli Kapolri ditetapkan dengan
Keputusan Kapolri.
(2) Penasehat Ahli Kapolri dapat berasal dari unsur purnawirawan
Polri, maupun non Polri.
Pasal 45
Hak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Penasehat Ahli Kapolri
diberikan setingkat dengan eselon IB.
Pasal 46
(1) Masa bakti Penasehat Ahli Kapolri paling lama sama dengan masa
jabatan Kapolri yang bersangkutan.
(2) Penasehat Ahli Kapolri apabila berhenti atau berakhir masa
baktinya tidak diberikan pensiun dan uang pesangon.
Pasal 47
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan, pemberhentian, dan tata
kerja Penasehat Ahli Kapolri diatur dengan Peraturan Kapolri.
BAB IV ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 48
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan unit organisasi di
lingkungan Polri, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar
organisasi, serta instansi di luar Polri sesuai dengan tugas masing-
masing.
Pasal 49
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib melaksanakan sistem
pengendalian internal di lingkungan masing-masing yang
memungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang.
Pasal 50
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan
pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 51
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta
menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya.
Pasal 52
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi wajib
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di
bawahnya.
Pasal 53 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
Pasal 53
Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan tata kerja dan garis
pengendalian serta pertanggungjawaban sehari-hari dalam pelaksanaan
tugas masing-masing, diatur dengan Peraturan Kapolri.
BAB V
ESELON, PENGANGKATAN,
DAN PEMBERHENTIAN
Bagian Kesatu
Eselon
Pasal 54
(1) Wakapolri, Irwasum, Kabaintelkam, Kabaharkam, Kabareskrim,
Kalemdikpol, Asops, Asrena, As SDM, Assarpras adalah Jabatan
eselon IA.
(2) Wairwasum, Wakabaintelkam, Wakabaharkam, Wakabareskrim,
Kadivpropam, Kadivkum, Kadivhumas, Kadivhubinter, Kadiv TI
Pol, Kakorlantas, Kakorbrimob, Kasespim, Ketua STIK, dan Gub
Akpol adalah Jabatan eselon IB.
(3) Sahli Kapolri adalah jabatan eselon IB dan dalam hal diisi oleh
mantan pejabat yang sebelumnya menduduki jabatan eselon IA,
maka pangkat dan eselonnya mengikuti kepangkatan dan
eselonisasi sebelumnya.
(4) Kapolda adalah jabatan eselon IIA setinggi-tingginya eselon IB.
(5) Nama Jabatan, Kepangkatan, dan Eselon dalam Organisasi Polri
secara lengkap tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden ini.
(6) Penentuan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
(6) Penentuan kepangkatan dan eselon jabatan masing-masing
Kapolda ditetapkan dengan Peraturan Kapolri berdasarkan atas
pertimbangan beban tugas pada masing-masing daerah.
(7) Struktur Jabatan dengan eselon yang lebih rendah dari yang
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan
dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan menteri
yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 55
Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 56
Kapolri diberikan hak keuangan, administrasi, dan fasilitas lainnya
setingkat dengan Menteri.
Pasal 57
(1) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pada jabatan dan
kepangkatan Perwira Tinggi (PATI) bintang dua keatas atau yang
termasuk dalam lingkup jabatan eselon IA dan IB ditetapkan oleh
Kapolri setelah dikonsultasikan dengan Presiden.
(2) Pengangkatan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
(2) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pada jabatan dan
kepangkatan PATI bintang satu ke bawah atau dalam lingkup
jabatan eselon IIA ke bawah, termasuk jabatan fungsional
ditetapkan oleh Kapolri.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 58
Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas organisasi
Polri dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
(1) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini seluruh
organisasi di lingkungan Polri sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, tetap
menjalankan tugas dan fungsinya sampai dengan terbentuknya
organisasi Polri secara rinci berdasarkan Peraturan Presiden ini.
(2) Pada ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
(2) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini seluruh jabatan
yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan
Polri sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 70
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara
Republik Indonesia, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya
sampai dengan terbentuknya organisasi Polri secara rinci
berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Pasal 60
Seluruh ketentuan peraturan pelaksanaan dari Keputusan Presiden
Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dan/atau belum diubah, atau diganti dengan
peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 61
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Keputusan Presiden
Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 62 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
Pasal 62
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Agustus 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABISEKRETARIAT KABISEKRETARIAT KABISEKRETARIAT KABINET RINET RINET RINET RI
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum,
ttd
Dr. M. Iman Santoso

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK Dadang DjokoKaryanto
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaSylvia Diansari
 
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021HarisFadhil
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...Dadang DjokoKaryanto
 
Pp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisiPp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisiAgus Sukyanto
 

Mais procurados (13)

LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti  riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
LATIHAN BA GAKKUM POLAIR ;Henti riksa-adm riksa kpl; AKBP DADANG DK
 
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUndang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Undang undang no.2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
Peraturan Polri Nomor 15 tahun 2021
 
Perangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga PeradilanPerangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga Peradilan
 
ART HPP-SHaF
ART HPP-SHaFART HPP-SHaF
ART HPP-SHaF
 
PKPU Nomor 3 Tahun 2018
PKPU Nomor 3 Tahun 2018PKPU Nomor 3 Tahun 2018
PKPU Nomor 3 Tahun 2018
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
99 perpres no_87_2016
99 perpres no_87_201699 perpres no_87_2016
99 perpres no_87_2016
 
Hukum kepolisian
Hukum kepolisianHukum kepolisian
Hukum kepolisian
 
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
KUHP (KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA); MODUL 1 TAHUN 2016; DADANG DJOKO KAR...
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
Pp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisiPp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisi
 
Uu 31 1997
Uu 31 1997Uu 31 1997
Uu 31 1997
 

Semelhante a Organisasi Kepolisian

ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024
ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024
ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024bagusajja53
 
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianSei Enim
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianNorsel Maranden
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaMakmurZakaria
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polrirestamadiun
 
perpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdf
perpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdfperpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdf
perpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdfsofianbaharuddin
 
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamPerpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamFaizal Putra
 
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020CIkumparan
 
Perpres nomor 79 tahun 2020
Perpres nomor 79 tahun 2020Perpres nomor 79 tahun 2020
Perpres nomor 79 tahun 2020CIkumparan
 
PERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdf
PERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdfPERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdf
PERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdfagus463997
 
Perkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesi
Perkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesiPerkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesi
Perkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesiFitria Anggraeni
 
TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHAN
TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHANTATANAN ORGANISASI PEMERINTAHAN
TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHANSiti Sahati
 
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]DONALD VERNANDO RARUNG
 
2012 Perda sot satpol
2012 Perda sot satpol2012 Perda sot satpol
2012 Perda sot satpolPA_Klaten
 
PERDA Satpol pp new
PERDA Satpol pp newPERDA Satpol pp new
PERDA Satpol pp newJhon Blora
 
Struktur org dit polair
Struktur org dit polair Struktur org dit polair
Struktur org dit polair Sei Enim
 

Semelhante a Organisasi Kepolisian (20)

ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024
ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024
ORGANISASI POLRI MATERI PENDIDIKAN DIKTUKBA POLRI TA 2024
 
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisianUu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
Uu no. 2 th 2002 ttg kepolisian
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
 
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesiaUu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
Uu nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
 
Undang Undang Polri
Undang Undang PolriUndang Undang Polri
Undang Undang Polri
 
Uu kepolisian
Uu kepolisianUu kepolisian
Uu kepolisian
 
perpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdf
perpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdfperpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdf
perpol-nomor-3-tahun-2018-tentang-htck-polri.pdf
 
Pp 16 2018 satpol pp
Pp 16 2018 satpol ppPp 16 2018 satpol pp
Pp 16 2018 satpol pp
 
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan hamPerpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
Perpres no.44 tahun 2015 tentang kementerian hukum dan ham
 
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020
PERATURAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020
 
Perpres nomor 79 tahun 2020
Perpres nomor 79 tahun 2020Perpres nomor 79 tahun 2020
Perpres nomor 79 tahun 2020
 
11pr017
11pr01711pr017
11pr017
 
PERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdf
PERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdfPERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdf
PERPOL NO 14 TH 2018 TTG REVISI PERKAP NO 22 TH 2010 .pdf
 
Perkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesi
Perkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesiPerkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesi
Perkap nomor 14 th 2011 ttg kode etik profesi
 
TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHAN
TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHANTATANAN ORGANISASI PEMERINTAHAN
TATANAN ORGANISASI PEMERINTAHAN
 
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
Peraturan presiden no_106_tahun_2007[1]
 
Uu 02 2002
Uu 02 2002Uu 02 2002
Uu 02 2002
 
2012 Perda sot satpol
2012 Perda sot satpol2012 Perda sot satpol
2012 Perda sot satpol
 
PERDA Satpol pp new
PERDA Satpol pp newPERDA Satpol pp new
PERDA Satpol pp new
 
Struktur org dit polair
Struktur org dit polair Struktur org dit polair
Struktur org dit polair
 

Mais de Sei Enim

Rhpp Contoh
Rhpp ContohRhpp Contoh
Rhpp ContohSei Enim
 
Contoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmasContoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmasSei Enim
 
Formasi cpns2014
Formasi cpns2014Formasi cpns2014
Formasi cpns2014Sei Enim
 
Perpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamlaPerpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamlaSei Enim
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanSei Enim
 
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikanKepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikanSei Enim
 
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORUU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORSei Enim
 
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNUU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNSei Enim
 
KUH Perdata
KUH Perdata KUH Perdata
KUH Perdata Sei Enim
 
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airUu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airSei Enim
 
UU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPKUU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPKSei Enim
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTSei Enim
 
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaUU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaSei Enim
 
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi ElektronikUU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi ElektronikSei Enim
 
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundryUU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundrySei Enim
 
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg PsikotropikaUU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg PsikotropikaSei Enim
 
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAMUU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAMSei Enim
 
Uu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalinUu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalinSei Enim
 
Uu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesia
Uu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesiaUu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesia
Uu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesiaSei Enim
 
Uu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migasUu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migasSei Enim
 

Mais de Sei Enim (20)

Rhpp Contoh
Rhpp ContohRhpp Contoh
Rhpp Contoh
 
Contoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmasContoh Format laporan polmas
Contoh Format laporan polmas
 
Formasi cpns2014
Formasi cpns2014Formasi cpns2014
Formasi cpns2014
 
Perpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamlaPerpres no81th2005 ttg bakorkamla
Perpres no81th2005 ttg bakorkamla
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
 
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikanKepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
Kepmenlautkan kep/23/Men/2001 ttg Produktivitas Kapal penangkap ikan
 
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORUU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
 
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNUU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
 
KUH Perdata
KUH Perdata KUH Perdata
KUH Perdata
 
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airUu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
 
UU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPKUU No.30 th 2002 ttg KPK
UU No.30 th 2002 ttg KPK
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
 
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budayaUU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
UU No. 11 th 2010 ttg Cagar budaya
 
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi ElektronikUU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
UU no. 11 2008 ttg Informasi dan Transaksi Elektronik
 
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundryUU No.15 th 2002 ttg Money laundry
UU No.15 th 2002 ttg Money laundry
 
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg PsikotropikaUU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
UU No.5 th 1997 ttg Psikotropika
 
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAMUU RI No.39 th 1999 ttg HAM
UU RI No.39 th 1999 ttg HAM
 
Uu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalinUu no.22 th 2009_lalin
Uu no.22 th 2009_lalin
 
Uu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesia
Uu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesiaUu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesia
Uu 6 tahun 1996 tentang perairan indonesia
 
Uu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migasUu no 22_2001 migas
Uu no 22_2001 migas
 

Organisasi Kepolisian

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4714); MEMUTUSKAN …
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 1 (1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Polri, adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. (2) Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di bawah Presiden. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 2 Polri mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB II …
  • 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 3 - BAB II SUSUNAN ORGANISASI Bagian Kesatu Umum Pasal 3 (1) Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai tingkat daerah berdasarkan daerah hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Organisasi Polri dari tingkat pusat sampai tingkat daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, disingkat Mabes Polri; b. Kepolisian Daerah, disingkat Polda; c. Kepolisian Resort, disingkat Polres; dan d. Kepolisian Sektor, disingkat Polsek. Bagian Kedua Mabes Polri Paragraf 1 Organisasi Mabes Polri Pasal 4 Mabes Polri terdiri dari : a. Unsur Pimpinan : 1) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan 2) Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan : 1) Inspektorat Pengawasan Umum; 2) Asisten Kapolri Bidang Operasi; 3) Asisten …
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 4 - 3) Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran; 4) Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia; 5) Asisten Kapolri Bidang Sarana dan Prasarana; 6) Divisi Profesi dan Pengamanan; 7) Divisi Hukum; 8) Divisi Hubungan Masyarakat; 9) Divisi Hubungan Internasional; 10) Divisi Teknologi Informasi Kepolisian; dan 11) Staf Ahli Kapolri; c. Unsur Pelaksana Tugas Pokok : 1) Badan Intelijen Keamanan; 2) Badan Pemelihara Keamanan; 3) Badan Reserse Kriminal; 4) Korps Lalu Lintas; 5) Korps Brigade Mobil; dan 6) Detasemen Khusus 88 Anti Teror. d. Unsur Pendukung : 1) Lembaga Pendidikan Kepolisian; 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan; 3) Pusat Keuangan; 4) Pusat Kedokteran dan Kesehatan; dan 5) Pusat Sejarah. Paragraf 2 Unsur Pimpinan Pasal 5 (1) Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Kapolri adalah Pimpinan Polri, yang bertanggung jawab kepada Presiden. (2) Kapolri …
  • 5. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 5 - (2) Kapolri mempunyai tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri disingkat Wakapolri. Pasal 6 (1) Wakapolri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) adalah unsur Pimpinan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolri. (2) Wakapolri bertugas: a. membantu Kapolri dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas sehari-hari seluruh satuan staf Mabes Polri dan jajarannya; b. mewakili Kapolri dalam hal Kapolri berhalangan; dan c. melaksanakan tugas lain atas perintah Kapolri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 3 Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan Pasal 7 (1) Inspektorat Pengawasan Umum disingkat Itwasum adalah unsur pengawas yang berada di bawah Kapolri. (2) Itwasum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan pengawasan internal, pemeriksaan umum, perbendaharaan dan akuntabilitas dalam lingkungan Polri, serta memfasilitasi lembaga pengawasan eksternal Polri. (3) Itwasum ...
  • 6. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 6 - (3) Itwasum dipimpin oleh Inspektur Pengawasan Umum disingkat Irwasum yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Irwasum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibantu oleh Wakil Irwasum disingkat Wairwasum. (5) Itwasum terdiri dari paling banyak 5 (lima) Inspektorat yang disusun berdasarkan pendekatan kewilayahan dan 1 (satu) Biro. Pasal 8 (1) Asisten Kapolri Bidang Operasi disingkat Asops Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam bidang manajemen operasi kepolisian yang berada di bawah Kapolri. (2) Asops Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam bidang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian operasi kepolisian, termasuk pelaksanaan kerjasama Kementerian Lembaga serta menindaklanjuti pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program khusus Pemerintah yang berkaitan dengan Polri. (3) Asops Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang Operasi disingkat Asops Kapolri yang bertanggungjawab kepada Kapolri. (4) Asops Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro. Pasal 9 (1) Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran disingkat Asrena Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam bidang perencanaan umum dan anggaran yang berada di bawah Kapolri. (2) Asrena ...
  • 7. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 7 - (2) Asrena Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan umum dan anggaran, penyiapan perencanaan kebijakan teknis dan strategi Polri, pembinaan sistem organisasi dan manajemen, serta tata laksana di lingkungan Polri, serta menyelenggarakan program reformasi birokrasi Polri. (3) Asrena Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran disingkat Asrena Kapolri yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Asrena Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro. Pasal 10 (1) Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia disingkat As SDM Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam bidang manajemen sumber daya manusia yang berada di bawah Kapolri. (2) As SDM Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen bidang sumber daya manusia, termasuk perawatan dan peningkatan kesejahteraan personil di lingkungan Polri. (3) As SDM Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang SDM disingkat As SDM yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) As SDM Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro. Pasal 11 (1) Asisten Kapolri bidang Sarana dan Prasarana disingkat Assarpras Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan dalam bidang manajemen sarana dan prasarana yang berada di bawah Kapolri. (2) Assarpras ...
  • 8. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 8 - (2) Assarpras Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam penyelenggaraan fungsi manajemen sarana dan prasarana di lingkungan Polri. (3) Assarpras Kapolri dipimpin oleh Asisten Kapolri Bidang Sarana dan Prasarana disingkat Assarpras Kapolri yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Assarpras Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro. Pasal 12 (1) Divisi Profesi dan Pengamanan disingkat Divpropam adalah unsur pengawas dan pembantu pimpinan bidang pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal yang berada di bawah Kapolri. (2) Divpropam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal termasuk penegakkan disiplin/ ketertiban di lingkungan Polri serta pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota Polri/ PNS Polri. (3) Divpropam dipimpin oleh Kepala Divpropam disingkat Kadivpropam yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Divpropam terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro. Pasal 13 (1) Divisi Hukum disingkat Divkum adalah unsur pembantu pimpinan bidang hukum yang berada di bawah Kapolri. (2) Divkum ...
  • 9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 9 - (2) Divkum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pengkajian, bantuan dan nasehat hukum, pengembangan hukum, pembinaan hukum, dan Hak Asasi Manusia (HAM) di lingkungan Polri, serta turut berpartisipasi dalam pembinaan hukum nasional dan HAM. (3) Divkum dipimpin oleh Kepala Divkum disingkat Kadivkum yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Divkum terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro. Pasal 14 (1) Divisi Hubungan Masyarakat disingkat Divhumas adalah unsur pembantu pimpinan bidang hubungan masyarakat yang berada di bawah Kapolri. (2) Divhumas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat di lingkungan Polri, pengelolaan informasi, data, dan dokumentasi yang dapat diakses oleh masyarakat. (3) Divhumas dipimpin oleh Kepala Divhumas disingkat Kadivhumas yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Divhumas terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro. Pasal 15 (1) Divisi Hubungan Internasional disingkat Divhubinter adalah unsur pembantu pimpinan bidang hubungan Internasional yang berada di bawah Kapolri. (2) Divhubinter ...
  • 10. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 10 - (2) Divhubinter sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan kegiatan National Central Bureau (NCB)- Interpol dalam upaya penanggulangan kejahatan internasional/ transnasional, mengemban tugas misi internasional dalam misi damai, kemanusiaan dan pengembangan kemampuan sumber daya manusia, serta turut membantu pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Warga Negara Indonesia di Luar Negeri. (3) Divhubinter dipimpin oleh Kepala Divhubinter disingkat Kadivhubinter yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Divhubinter terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro. Pasal 16 (1) Divisi Teknologi Informasi Kepolisian disingkat Div TI Pol adalah unsur pembantu pimpinan di bidang informatika yang meliputi teknologi informasi, dan komunikasi elektronika yang berada di bawah Kapolri. (2) Div TI Pol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan dan pengembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi elektronika serta informasi manajerial termasuk jaringan telekomunikasi di lingkungan Polri. (3) Div TI Pol dipimpin oleh Kepala Div TI Pol disingkat Kadiv TI Pol yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Div TI Pol terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro. Pasal 17 (1) Staf Ahli Kapolri disingkat Sahli Kapolri adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolri. (2) Sahli ...
  • 11. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 11 - (2) Sahli Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas memberikan pertimbangan dan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya. (3) Sahli Kapolri terdiri dari paling banyak 5 (lima) pejabat Staf Ahli, dan salah satu diantaranya ditunjuk sebagai Koordinator Sahli Kapolri disingkat Koorsahli Kapolri yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Paragraf 4 Unsur Pelaksana Tugas Pokok Pasal 18 (1) Badan Intelijen Keamanan disingkat Baintelkam adalah unsur pelaksana tugas pokok bidang intelijen keamanan yang berada di bawah Kapolri. (2) Baintelkam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri. (3) Baintelkam dipimpin oleh Kepala Baintelkam disingkat Kabaintelkam yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kabaintelkam dibantu oleh seorang Wakil Kabaintelkam disingkat Wakabaintelkam. (5) Baintelkam terdiri dari paling banyak 5 (lima) direktorat dan 2 (dua) biro. Pasal 19 ...
  • 12. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 12 - Pasal 19 (1) Badan Pemelihara Keamanan disingkat Baharkam adalah unsur pelaksana tugas pokok di bidang pembinaan dan pemeliharaan keamanan yang berada di bawah Kapolri. (2) Baharkam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam rangka membina dan menyelenggarakan fungsi pemeliharaan keamanan yang mencakup upaya peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat guna mewujudkan keamanan dalam negeri. (3) Baharkam dipimpin oleh Kepala Baharkam disingkat Kabaharkam yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kabaharkam dibantu oleh seorang Wakil Kabaharkam disingkat Wakabaharkam. (5) Baharkam terdiri dari paling banyak 6 (enam) direktorat dan 2 (dua) biro. Pasal 20 (1) Badan Reserse Kriminal disingkat Bareskrim adalah unsur pelaksana tugas pokok bidang reserse kriminal yang berada di bawah Kapolri. (2) Bareskrim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membantu Kapolri dalam membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, pengawasan dan pengendalian penyidikan, penyelenggaraan identifikasi, laboratorium forensik dalam rangka penegakan hukum serta pengelolaan informasi kriminal nasional. (3) Bareskrim dipimpin oleh Kepala Bareskrim disingkat Kabareskrim yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kabareskrim ...
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 13 - (4) Kabareskrim dibantu oleh seorang Wakil Kabareskrim disingkat Wakabareskrim. (5) Bareskrim terdiri dari paling banyak 5 (lima) direktorat, 3 (tiga) pusat, dan 4 (empat) biro. Pasal 21 (1) Korps Lalu Lintas disingkat Korlantas adalah unsur pelaksana tugas pokok bidang keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas yang berada di bawah Kapolri. (2) Korlantas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta patroli jalan raya. (3) Korlantas dipimpin oleh Kepala Korlantas disingkat Kakorlantas yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kakorlantas dibantu oleh Wakil Kakorlantas disingkat Wakakorlantas. Pasal 22 (1) Korps Brigade Mobil disingkat Korbrimob adalah unsur pelaksana tugas pokok di bidang brigade mobil yang berada di bawah Kapolri. (2) Korbrimob sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan keamanan khususnya yang berkenaan dengan penanganan gangguan keamanan yang berintensitas tinggi, dalam rangka penegakan keamanan dalam negeri. (3) Korbrimob …
  • 14. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 14 - (3) Korbrimob dipimpin oleh Kepala Korbrimob disingkat Kakorbrimob yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kakorbrimob dibantu oleh Wakil Kakorbrimob disingkat Wakakorbrimob. Pasal 23 (1) Detasemen Khusus 88 Anti Teror disingkat Densus 88 AT adalah unsur pelaksana tugas pokok di bidang penanggulangan kejahatan terorisme yang berada di bawah Kapolri. (2) Densus 88 AT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen, pencegahan, investigasi, penindakan, dan bantuan operasional dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana terorisme. (3) Densus 88 AT dipimpin oleh Kepala Densus 88 AT disingkat Kadensus 88 AT, yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kadensus 88 AT dibantu oleh Wakil Kadensus 88 AT disingkat Wakadensus 88 AT. Paragraf 5 Unsur Pendukung Pasal 24 (1) Lembaga Pendidikan Polri disingkat Lemdikpol adalah unsur pendukung sebagai pelaksana pendidikan pembentukan dan pengembangan yang berada di bawah Kapolri. (2) Lemdikpol ...
  • 15. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 15 - (2) Lemdikpol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas merencanakan, mengembangkan dan menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan dan pengembangan berdasarkan jenis pendidikan Polri yang meliputi pendidikan profesi, manajerial (kepemimpinan), akademis, dan vokasi. (3) Lemdikpol dipimpin oleh Kepala Lemdikpol disingkat Kalemdikpol. (4) Lemdikpol terdiri dari paling banyak 5 (lima) biro. (5) Unsur pelaksana Lemdikpol terdiri dari: a. Sekolah Staf dan Pimpinan; b. Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian; c. Akademi Kepolisian; d. Sekolah Pembentukan Perwira; dan e. Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional. Pasal 25 (1) Sekolah Staf dan Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) huruf a, disingkat Sespim yang berada di bawah Kalemdikpol. (2) Sespim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pendidikan pengembangan kepemimpinan atau manajerial Polri yang terdiri dari pendidikan kepemimpinan tingkat pertama, tingkat menengah dan tingkat tinggi. (3) Sespim dipimpin oleh Kepala Sespim disingkat Kasespim yang bertanggung jawab kepada Kalemdikpol. (4) Sespim …
  • 16. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 16 - (4) Sespim menyelenggarakan sekolah staf dan pimpinan Polri, terdiri dari: a. Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama, disingkat Sespimma yang dipimpin oleh Kepala Sespimma, disingkat Kasespimma; b. Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah, disingkat Sespimmen yang dipimpin oleh Kepala Sespimmen, disingkat Kasespimmen; dan c. Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi, disingkat Sespimti yang dipimpin oleh Kepala Sespimti, disingkat Kasespimti. (5) Sespim terdiri dari paling banyak 4 (empat) jenjang pendidikan pengembangan dan sejumlah pejabat fungsional widyaiswara. Pasal 26 (1) Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) huruf b, disingkat STIK yang berada di bawah Kalemdikpol. (2) STIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pendidikan tinggi bidang ilmu kepolisian bagi kepentingan Polri dan unsur-unsur terkait serta pengkajian dan penelitian masalah-masalah yang berkaitan dengan fungsi kepolisian dalam rangka pengembangan dan mendorong penerapan ilmu dan teknologi kepolisian. (3) STIK dipimpin oleh Ketua STIK yang bertanggung jawab kepada Kalemdikpol. (4) STIK terdiri dari paling banyak 4 (empat) Wakil Ketua dan 2 (dua) Direktur Program Pendidikan. Pasal 27 …
  • 17. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 17 - Pasal 27 (1) Akademi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) huruf c, disingkat Akpol yang berada di bawah Kalemdikpol. (2) Akpol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan Perwira Polri yang bersumber dari lulusan pendidikan menengah umum atau bentuk lain yang sederajat dan anggota Polri. (3) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Akpol menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan Perwira Polri Sumber Sarjana, disingkat PPSS. (4) Akpol dipimpin oleh Gubernur Akpol disingkat Gub Akpol yang bertanggung jawab kepada Kalemdikpol. (5) Gub Akpol dibantu oleh Wakil Gub Akpol disingkat Wagub Akpol. Pasal 28 (1) Sekolah Pembentukan Perwira sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) huruf d, disingkat Setukpa yang berada di bawah Kalemdikpol. (2) Setukpa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pendidikan pembentukan Perwira Polri yang bersumber dari anggota Polri. (3) Setukpa dipimpin oleh Kepala Setukpa disingkat Kasetukpa yang bertanggung jawab kepada Kalemdikpol. Pasal 29 …
  • 18. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 18 - Pasal 29 (1) Pendidikan dan Pelatihan Khusus Kejahatan Transnasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5) huruf e, disingkat Diklatsus Jatrans yang berada di bawah Kalemdikpol. (2) Diklatsus Jatrans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pusat pendidikan dan pelatihan pemberantasan kejahatan lintas batas negara yang dibentuk berdasarkan kerjasama beberapa Negara. (3) Diklatsus Jatrans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan kerjasama, pendidikan dan pelatihan pemberantasan kejahatan transnasional bagi para penegak hukum. (4) Diklatsus Jatrans dipimpin oleh Kepala Diklatsus Jatrans disingkat Kadiklatsus Jatrans yang bertanggung jawab kepada Kalemdikpol. Pasal 30 (1) Pusat Penelitian dan Pengembangan disingkat Puslitbang adalah unsur pendukung di bidang penelitian, pengkajian dan pengembangan yang berada di bawah Kapolri. (2) Puslitbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi perencanaan dan penyusunan program penelitian, pengkajian dan pengembangan di bidang penegakan hukum, pemeliharaan kamtibmas, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta pengawasan pelaksanaan uji materiil, fasilitas dan jasa oleh satuan pembina fungsi yang bersangkutan guna menjamin mutu materiil, fasilitas dan jasa. (3) Puslitbang dipimpin oleh Kepala Puslitbang disingkat Kapuslitbang yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Pasal 31 …
  • 19. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 19 - Pasal 31 (1) Pusat Keuangan disingkat Puskeu adalah unsur pendukung di bidang pembinaan keuangan yang berada di bawah Kapolri. (2) Puskeu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan manajemen dan administrasi keuangan. (3) Puskeu dipimpin oleh Kepala Puskeu disingkat Kapuskeu yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Pasal 32 (1) Pusat Kedokteran dan Kesehatan disingkat Pusdokkes adalah unsur pendukung di bidang kedokteran dan kesehatan yang berada di bawah Kapolri. (2) Pusdokkes sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina fungsi kedokteran dan kesehatan Polri yang meliputi kedokteran kepolisian, kesehatan kesamaptaan dan pelayanan kesehatan di lingkungan Polri. (3) Pusdokkes dipimpin oleh Kepala Pusdokkes disingkat Kapusdokkes, yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Pusdokkes membawahi Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I disingkat Rumkit Tk. I, yang dipimpin oleh Kepala Rumkit disingkat Karumkit Tk. I. Pasal 33 ...
  • 20. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 20 - Pasal 33 (1) Pusat Sejarah disingkat Pusjarah adalah unsur pendukung di bidang sejarah, museum dan perpustakaan Polri yang berada di bawah Kapolri. (2) Pusjarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penelitian, dokumentasi atau pencatatan, edukasi, pengkajian, pengkoleksian benda-benda bersejarah Polri, penyediaan literatur, dan penghargaan atau penghormatan terhadap pegawai pada Polri. (3) Pusjarah dipimpin oleh Kepala Pusjarah disingkat Kapusjarah yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Bagian Ketiga Kepolisian Daerah Pasal 34 (1) Kepolisian Daerah disingkat Polda adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi yang berada di bawah Kapolri. (2) Polda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Polda dipimpin oleh Kepala Polda, disingkat Kapolda yang bertanggung jawab kepada Kapolri. (4) Kapolda dibantu oleh seorang Wakil Kapolda disingkat Wakapolda. Pasal 35 ...
  • 21. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 21 - Pasal 35 Susunan organisasi Polda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara. Bagian Ketiga Kepolisian Resort Pasal 36 (1) Kepolisian Resort disingkat Polres adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah kabupaten/kota yang berada di bawah Kapolda. (2) Polres sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan tugas dan wewenang Polri di wilayah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (3) Polres dipimpin oleh Kepala Polres, disingkat Kapolres yang bertanggung jawab kepada Kapolda. (4) Kapolres dibantu oleh seorang Wakil Kapolres disingkat Wakapolres. Pasal 37 Susunan organisasi Polres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara. Bagian ...
  • 22. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 22 - Bagian Kelima Kepolisian Sektor Pasal 38 (1) Kepolisian Sektor disingkat Polsek adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah kecamatan yang berada di bawah Kapolres. (2) Polsek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas menyelenggarakan tugas dan wewenang Polri di wilayah kecamatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (3) Polsek dipimpin oleh Kepala Polsek, disingkat Kapolsek yang bertanggung jawab kepada Kapolres. (4) Kapolsek dibantu oleh seorang Wakil Kapolsek disingkat Wakapolsek. Pasal 39 Susunan organisasi Polsek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara. Bagian Keenam Lain-lain Pasal 40 (1) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, kemampuan, fungsi dan peran kepolisian, serta luas wilayah, Kapolri dapat membentuk satuan organisasi kepolisian di bawah Kepolisian Sektor sesuai dengan kebutuhan. (2) Pembentukan ...
  • 23. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 23 - (2) Pembentukan satuan organisasi kepolisian sebagaimanan dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara. Pasal 41 Di lingkungan Polri ditetapkan jabatan fungsional tertentu lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III PENASEHAT AHLI KAPOLRI Pasal 42 (1) Di lingkungan Polri dapat diangkat Penasehat Ahli Kapolri sesuai dengan kebutuhan, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penasehat Ahli Kapolri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Kapolri. Pasal 43 Penasehat Ahli Kapolri mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Kapolri sesuai penugasan Kapolri dan bukan merupakan bidang tugas dan wewenang unsur-unsur organisasi Polri. Pasal 44 ...
  • 24. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 24 - Pasal 44 (1) Pengangkatan Penasehat Ahli Kapolri ditetapkan dengan Keputusan Kapolri. (2) Penasehat Ahli Kapolri dapat berasal dari unsur purnawirawan Polri, maupun non Polri. Pasal 45 Hak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Penasehat Ahli Kapolri diberikan setingkat dengan eselon IB. Pasal 46 (1) Masa bakti Penasehat Ahli Kapolri paling lama sama dengan masa jabatan Kapolri yang bersangkutan. (2) Penasehat Ahli Kapolri apabila berhenti atau berakhir masa baktinya tidak diberikan pensiun dan uang pesangon. Pasal 47 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan, pemberhentian, dan tata kerja Penasehat Ahli Kapolri diatur dengan Peraturan Kapolri. BAB IV ...
  • 25. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 25 - BAB IV TATA KERJA Pasal 48 Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Polri, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar organisasi, serta instansi di luar Polri sesuai dengan tugas masing- masing. Pasal 49 Setiap pimpinan satuan organisasi wajib melaksanakan sistem pengendalian internal di lingkungan masing-masing yang memungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang. Pasal 50 Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Pasal 51 Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya. Pasal 52 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di bawahnya. Pasal 53 ...
  • 26. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 26 - Pasal 53 Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan tata kerja dan garis pengendalian serta pertanggungjawaban sehari-hari dalam pelaksanaan tugas masing-masing, diatur dengan Peraturan Kapolri. BAB V ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Bagian Kesatu Eselon Pasal 54 (1) Wakapolri, Irwasum, Kabaintelkam, Kabaharkam, Kabareskrim, Kalemdikpol, Asops, Asrena, As SDM, Assarpras adalah Jabatan eselon IA. (2) Wairwasum, Wakabaintelkam, Wakabaharkam, Wakabareskrim, Kadivpropam, Kadivkum, Kadivhumas, Kadivhubinter, Kadiv TI Pol, Kakorlantas, Kakorbrimob, Kasespim, Ketua STIK, dan Gub Akpol adalah Jabatan eselon IB. (3) Sahli Kapolri adalah jabatan eselon IB dan dalam hal diisi oleh mantan pejabat yang sebelumnya menduduki jabatan eselon IA, maka pangkat dan eselonnya mengikuti kepangkatan dan eselonisasi sebelumnya. (4) Kapolda adalah jabatan eselon IIA setinggi-tingginya eselon IB. (5) Nama Jabatan, Kepangkatan, dan Eselon dalam Organisasi Polri secara lengkap tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden ini. (6) Penentuan ...
  • 27. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 27 - (6) Penentuan kepangkatan dan eselon jabatan masing-masing Kapolda ditetapkan dengan Peraturan Kapolri berdasarkan atas pertimbangan beban tugas pada masing-masing daerah. (7) Struktur Jabatan dengan eselon yang lebih rendah dari yang dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Kapolri setelah mendapat persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang aparatur negara. Bagian Kedua Pengangkatan dan Pemberhentian Pasal 55 Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 56 Kapolri diberikan hak keuangan, administrasi, dan fasilitas lainnya setingkat dengan Menteri. Pasal 57 (1) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pada jabatan dan kepangkatan Perwira Tinggi (PATI) bintang dua keatas atau yang termasuk dalam lingkup jabatan eselon IA dan IB ditetapkan oleh Kapolri setelah dikonsultasikan dengan Presiden. (2) Pengangkatan ...
  • 28. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 28 - (2) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pada jabatan dan kepangkatan PATI bintang satu ke bawah atau dalam lingkup jabatan eselon IIA ke bawah, termasuk jabatan fungsional ditetapkan oleh Kapolri. (3) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 58 Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas organisasi Polri dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 59 (1) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini seluruh organisasi di lingkungan Polri sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai dengan terbentuknya organisasi Polri secara rinci berdasarkan Peraturan Presiden ini. (2) Pada ...
  • 29. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 29 - (2) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Presiden ini seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Polri sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan terbentuknya organisasi Polri secara rinci berdasarkan Peraturan Presiden ini. Pasal 60 Seluruh ketentuan peraturan pelaksanaan dari Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diubah, atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 61 Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 62 ...
  • 30. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 30 - Pasal 62 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Agustus 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABISEKRETARIAT KABISEKRETARIAT KABISEKRETARIAT KABINET RINET RINET RINET RI Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, ttd Dr. M. Iman Santoso