SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
PERCOBAAN II
“Penentuan Koefisien Distribusi ”

Oleh :
Nama

: Rukmana

Stambuk

: G 301 12 008

Kelompok

: III

Asisten

: Aini Khoiriyah

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2013

1
PERCOBAAN II
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan koefisien distribusi zat terlarut NaOH dalam system nHeksan air berdasarkan ekstraksi pelarut.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur ,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase
pelarut.Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang
tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugus
pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugusgugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.Teknik pengerjaan meliputi
penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang
bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut
(dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain.
Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan
pengocokan beberapa kali (Khopkar, 2003).
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik
adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai
khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas
proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung , maka proses

2
ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .Golongan ekstraksi
berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi
disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang
melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui
pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik.
Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang
digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat pada
penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.Tiga
metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara
yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut
pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang
akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan
dan dipisahkan (Khopkar, 1990).
Menurut Anonim (2012), proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga
tahap, yaitu :
1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan
ekstraksi.
2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi
3. Interaksinya yang mngkin dalam fase organik.
Pembentukan kompleks tidak bermuatan merupakan tahap penting
dalam ekstraksi . Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan
terakstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi harus tampa muatan.
Kompleks tidak bermuatan dapat di bentuk melalui proses pembentukan
khelat ( yaitu; khelat netral) , solvasi atau pembentukan pasangan ion.Pada
fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan
pasangan ion, komleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang

3
selanjutnya berasosiasi dengan masing – masing kation atau anion lain
untuk menghasilkan kompleks tidak bermuatan yang dapat diekstraksi ke
fase organik.Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi
adalah proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi
tergantung pada bermacam faktor, yaitu :
Kebasaan ligan
Faktor stereokimia
Adanya garam pada sistem ekstraksi
Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi
ekstraksi dari kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah :
1. Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi
massa

sehingga

akan

menambahkan

kosentrasi

kompleks

dan

mempertinggi ekstraksi
2. Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak
bebas lagi.
3. Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya
kosentrasi garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi
ion.
Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase
organik. Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat
ekstraksi yang dihasilkan. Pada ekstraksi dengan mekanisme solvasi ,
polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi yang besar , polimerisasi dapat
terjadi . Pada kosentrasi besar , polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi
ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar
yang encer sehingga menghasilkan pertambahan ekstraksi (Anonim, 2012).
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu
temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding

4
distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding
distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin
ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat
terlarut, dan temperatur. Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak
berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi
dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini,
terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu
atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi
atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan,
diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E)
(Svehla, 1985).

III. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat-alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah corong
pisah 50 ml,buret 25 ml,erlenmeyer 100 ml,statif dan klem,gelas ukur 25
ml,pipet tetes dan neraca analitik.
Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah
aquadest,larutan NaOH 0,1 N,larutan HCl 0,1 N,heksan dan indikator
phenolptalin (PP).

IV. PROSEDUR KERJA
Mengambil larutan NaOH 0,1 N sebanyak 12,5 ml,lalu memasukkan
ke dalam corong pisah 50 ml.selanjutnya menambahkan 12,5 ml larutan nheksan,mengkocok dengan kuat dan membiarkan cairan terpisah,setelah
kedua cairan telah terpisah lalu membiarkan selama 20 menit.Kemudian
memisahkan kembali kedua cairan tersebut dengan cara membuka cepat
corong pemisah,Mengusahakan larutannya jangan sampai mencampur
sehingga di peroleh fraksi NaOH dalam air dalam n-heksana.

5
Selanjutnya mengambil 5 ml fraksi NaOH dalam air ,lalu menitrasi
dengan HCL sebanyak 6 ml dengan menggunakan indikator PP,Kemudian
menghitung konsentrasi NaOH yang terdapat dalam larutan (a).
Selanjutnya mengambil 5 ml larutan NaOH 0,1 n,lalu menitrasi
dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP,lalu menghitung
konsentrasi NaOH dalam larutan awal (o). Selanjutnya menentukan koefisien
distribusi (Kd) .

Kd =

Atau Kd =

6
V. HASIL DAN PEMBAHASASN
5.1.Hasil Pengamatan
No.

Volume (mL)

Keterangan

1

5,88

NaOH 0,1 N + ind. pp

2

5,42

Frakksi NaOH dalam n-heksan dalam air + ind. pp

5.2.Analisis Data
 [NaOH]awal

 [NaOH]organic

 Koefisien Distribusi

7
5.3. Pembahasan
Ekstraksi adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau
distribusi suatu zat terlarut antara dua fase cair yang tidak salinng
bercampur, dimana bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa
dalam berbagai sifat kimia yang berbeda. Sedangkan ekstraksi yang
menggunakan dua fase cair yang berperan sebagai pelarut diseburt
ekstraksi pelarut.
Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hokum distribusi pada tahun 1981. Berdasarkan hokum Nerst,
jika suatu larutan dalam air mengandung

zat organic A yang tidak

bercampur dengan air maka zat A akan terdistribusi baik kedalam lapisan
air

dan lapisan organic. Dimana pada saat terjadi kesetimbangan

perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam kedua fase, organic-air
adalah pada temperature tetap.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi zat
terlatut NaOH dalam system n-heksan air berdasarkan ekstraksi pelarut.
Pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu air dan heksan karena
keduanya memiliki sifat kepolaran yang berbeda dimana air merupakan
senyawa polar sedangkan n-heksan merupakan senyawa non-polar.
Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan larutan dengan dua fase.
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi
suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur ,
tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa
terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Suatu zat dapat larut
dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur . jika
kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan kedalam cairan yang
tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusikan
diri diantara dua fase sehingga mmasing-masing menjadi jenuh.
Dalam percobaan ini analit yang digunakan adalah NaOH 0,1 N.
Perlakuan pertama yaitu mengambil NaOH 0,1 N sebanyak 12,5 mL dan
memasukkannya kedalam corong pisah. Kemudian menambahkan 12,5

8
mL

larutan n-heksan dan mengocoknya dengan kuat. Tujuan

pengocokan ini adalah terjadinya distribusi NaOH 0,1 N kedalam fase air
dan

fase

organic.,

serta

untuk

memperluas

permukaan

untuk

mempercepat proses distribusi. Selain itu, fungsi pengocokan juga adalah
untuk mencapai kesetimbangan antara zat terdistribusi dalam air dan
dalam n-heksan. Pengocokan dilakukan dengan kuat agar gugus polar
dan non-polar dapat bereaksi.
Setelah

pencampuran

dan

pengocoakan

terjadi

penurunan

temperature larutan yang menyebabkan larutan terasa dingin. Setelah itu
mendiamkan larutan selama 25-30 menit agar terjadi pemisahan yang
sempurna. Pemisahan larutan dapat terjadi karena campuran telah
mencapai kesetimbangan. Pemisahan lapisan larutan menghasilkan 2
lapisan larutan , dimana pada bagian bawah merupakan larutan NaOH
dalam air sedangkan dibagian atas merupakan NaOh dalam n-heksan.
Pemisahan lapisan larutan ini menunjukkan bobot molekul dari larutan
yang terpisah, dimana larutan yang memiliki bobot molekul lebih berat
akan berada pada bagian bawah dan yang memiliki bobot molekul yang
ringan akan berada pada bagian atas. Menurut Anonim (2011), larutan nheksan memiliki bobot molekul 0,68 g/cm3 sedangkan air memiliki bobot
molekul 1 g/cm3 sehingga dapat dipastikan bahwa larutan pada bagian
atas merupakan NaOH dalam n-heksan dan pada bagian bawah adalah
NaOH dalam air.
Selanjutnya yaitu memisahkan kedua larutan dengan cara
membuka cepat corong pisah dan akan diperoleh fraksi NaOH dalam air
dalam n-heksan . setelah itu melakukan titrasi untuk larutan NaOH 0,1 N
dan fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui konsentrasi wal dari masing-masing laruutan. Metode titrasi
yang digunakan disini adalah metode titrasi alkaliimetri atau biasa juga
disebut sebagai reaksi penetralan., dimana kedua larutan basa ini akan
dititrasi dengan larutan standar HCl 0,1 N dan menggunakan indicator
phenolphthalein (pp) dengan range pH (8,0 ± 9,6). Indikator ini

9
merupakan asam diprotic dan tidak berwarna. Pada saat direaksikan, pp
terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian dengan
menghilangnya proton kedua dari indicator ini menjadi ion terkonjugat
maka akan dihasilkan warna merah muda. Jadi tanda telah tercapainya
titik akhir tirasi yaitu berubahnya larutak menjadi merah muda. Tiitik
akhir titrasi adalah titik pada titrasi dimana telah terjadi perubahan warna
dan titrasi larutan harus dihentikan dan titik ekuivalen adalah titik dimana
titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan
mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit.
Setelah ditiitrasi dengan 5,88 mL HCl 0,1 N diperoleh konsentrasi
awal NaOH 0,1176 N, dan setelah dititrasi dengan 5,42 mL HCl 0,1 N
diperoleh konsentrasi awal fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan
sebesar 0,1084 N. adapun pebedaan konsentrasi disini disebabkan
pebedaan volume HCl yang digunakan pada proses titrasi. Volume HCl
untuk mentitrasi NaOH awal lebih banyak karena pada fase air sudah
terdistribusi

dengan larutan n-heksan. Menurut Anonim (2011), hal

tersebut dikarenakan n-heksan memiliki koefisien distribusi yang besar.
Setelah melakukan perhitungan diperoleh nilai koefisien distribusi
(KD) pada percobaan ini adalah sebesar 0,9217.

10
VI.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode ekstraksi
pelarut.
2. Ekstraksi pelarut adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau
distribusi suatu zat terlarut antara dua fase csir yang tidak saling
bercampur dimana menggunakan dua fase cair sebagai pelarut.
3. Koefisien distribusi adalah koefisien pada saat terjadi kesetimbangan
perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam suatu fasa. Dimana
pada percobaan ini konsentrasi zat terlarut pada air adalah 0,1176 N,
dan dalam n-heksan adalah 0,1084 N.
4. Zat terlarut NaOH lebih terdistribusi ke n-heksan disbanding ke air
karena koefisien distribusinya lebih besar.
5. Nilai koefisien distribusi (KD) dalam system n-heksan air adalan
0,9217.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Mekanisme ekstraksi(www.scribd.com). Diakses pada tanggal 05
Desember 2013. Palu.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.

12

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Perc 3 kuat medan ligan
Perc 3   kuat medan liganPerc 3   kuat medan ligan
Perc 3 kuat medan ligan
Martina Fajri
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
Andreas Cahyadi
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
ChaLim Yoora
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
Dila Adila
 

Mais procurados (20)

Konduktometri
KonduktometriKonduktometri
Konduktometri
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianLaporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
 
Laporan Praktikum Organik
Laporan Praktikum OrganikLaporan Praktikum Organik
Laporan Praktikum Organik
 
Perc 3 kuat medan ligan
Perc 3   kuat medan liganPerc 3   kuat medan ligan
Perc 3 kuat medan ligan
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
Laporan praktikum nitrobenzen
Laporan praktikum nitrobenzen Laporan praktikum nitrobenzen
Laporan praktikum nitrobenzen
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
 
Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
Koefisien distribusi (roni)
Koefisien distribusi (roni)Koefisien distribusi (roni)
Koefisien distribusi (roni)
 

Semelhante a Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi

Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
Rizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
Rizki Ramadhan
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
Tillapia
 

Semelhante a Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi (20)

Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
 
Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
 
4-ekstraksi.ppt
4-ekstraksi.ppt4-ekstraksi.ppt
4-ekstraksi.ppt
 
Chemistry
ChemistryChemistry
Chemistry
 
Laporan Kimia Organik Syaiful (1) (2).docx
Laporan Kimia Organik Syaiful (1) (2).docxLaporan Kimia Organik Syaiful (1) (2).docx
Laporan Kimia Organik Syaiful (1) (2).docx
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
 
Percobaan iv
Percobaan ivPercobaan iv
Percobaan iv
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Kelompok 3 aspek teori pelarutan dan perlintasan membran
Kelompok 3 aspek teori pelarutan dan perlintasan membranKelompok 3 aspek teori pelarutan dan perlintasan membran
Kelompok 3 aspek teori pelarutan dan perlintasan membran
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Leaching
LeachingLeaching
Leaching
 
Laporan awal ddka reska
Laporan awal ddka reskaLaporan awal ddka reska
Laporan awal ddka reska
 
Analilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui PengendapanAnalilis Melalui Pengendapan
Analilis Melalui Pengendapan
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 

Mais de Rukmana Suharta

Objek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah Indonesia
Objek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah IndonesiaObjek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah Indonesia
Objek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah Indonesia
Rukmana Suharta
 
Bentuk dan cara pemberian obat
Bentuk dan cara pemberian  obatBentuk dan cara pemberian  obat
Bentuk dan cara pemberian obat
Rukmana Suharta
 

Mais de Rukmana Suharta (14)

Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi -  Sanitasi LingkunganLaporan Mikrobiologi -  Sanitasi Lingkungan
Laporan Mikrobiologi - Sanitasi Lingkungan
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Makalah Biokimia Sel
Makalah Biokimia SelMakalah Biokimia Sel
Makalah Biokimia Sel
 
Makalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam aminoMakalah Biokimia asam amino
Makalah Biokimia asam amino
 
Objek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah Indonesia
Objek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah IndonesiaObjek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah Indonesia
Objek wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah Indonesia
 
Bentuk dan cara pemberian obat
Bentuk dan cara pemberian  obatBentuk dan cara pemberian  obat
Bentuk dan cara pemberian obat
 
Bahan dasar formulasi
Bahan dasar formulasiBahan dasar formulasi
Bahan dasar formulasi
 
MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)
MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)
MKROBIOLOGI Kelompok VIII ( Prodi Kimia)
 

Último

mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Último (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi

  • 1. PERCOBAAN II “Penentuan Koefisien Distribusi ” Oleh : Nama : Rukmana Stambuk : G 301 12 008 Kelompok : III Asisten : Aini Khoiriyah LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2013 1
  • 2. PERCOBAAN II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan koefisien distribusi zat terlarut NaOH dalam system nHeksan air berdasarkan ekstraksi pelarut. II. TINJAUAN PUSTAKA Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugusgugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali (Khopkar, 2003). Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung , maka proses 2
  • 3. ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu .Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990). Menurut Anonim (2012), proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu : 1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi. 2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi 3. Interaksinya yang mngkin dalam fase organik. Pembentukan kompleks tidak bermuatan merupakan tahap penting dalam ekstraksi . Jelaslah bahwa kompleks bermuatan tidak akan terakstraksi sehingga mutlak kompleks diekstraksi harus tampa muatan. Kompleks tidak bermuatan dapat di bentuk melalui proses pembentukan khelat ( yaitu; khelat netral) , solvasi atau pembentukan pasangan ion.Pada fenomena solvasi ataupun pada ekstraksi yang melibatkan pembentukan pasangan ion, komleks yang terbentuk dapat berupa anion atau kation yang 3
  • 4. selanjutnya berasosiasi dengan masing – masing kation atau anion lain untuk menghasilkan kompleks tidak bermuatan yang dapat diekstraksi ke fase organik.Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam faktor, yaitu : Kebasaan ligan Faktor stereokimia Adanya garam pada sistem ekstraksi Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah : 1. Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga akan menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksi 2. Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas lagi. 3. Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya kosentrasi garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion. Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase organik. Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Pada ekstraksi dengan mekanisme solvasi , polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi yang besar , polimerisasi dapat terjadi . Pada kosentrasi besar , polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar yang encer sehingga menghasilkan pertambahan ekstraksi (Anonim, 2012). Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding 4
  • 5. distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur. Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E) (Svehla, 1985). III. ALAT DAN BAHAN Adapun alat-alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah corong pisah 50 ml,buret 25 ml,erlenmeyer 100 ml,statif dan klem,gelas ukur 25 ml,pipet tetes dan neraca analitik. Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,larutan NaOH 0,1 N,larutan HCl 0,1 N,heksan dan indikator phenolptalin (PP). IV. PROSEDUR KERJA Mengambil larutan NaOH 0,1 N sebanyak 12,5 ml,lalu memasukkan ke dalam corong pisah 50 ml.selanjutnya menambahkan 12,5 ml larutan nheksan,mengkocok dengan kuat dan membiarkan cairan terpisah,setelah kedua cairan telah terpisah lalu membiarkan selama 20 menit.Kemudian memisahkan kembali kedua cairan tersebut dengan cara membuka cepat corong pemisah,Mengusahakan larutannya jangan sampai mencampur sehingga di peroleh fraksi NaOH dalam air dalam n-heksana. 5
  • 6. Selanjutnya mengambil 5 ml fraksi NaOH dalam air ,lalu menitrasi dengan HCL sebanyak 6 ml dengan menggunakan indikator PP,Kemudian menghitung konsentrasi NaOH yang terdapat dalam larutan (a). Selanjutnya mengambil 5 ml larutan NaOH 0,1 n,lalu menitrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP,lalu menghitung konsentrasi NaOH dalam larutan awal (o). Selanjutnya menentukan koefisien distribusi (Kd) . Kd = Atau Kd = 6
  • 7. V. HASIL DAN PEMBAHASASN 5.1.Hasil Pengamatan No. Volume (mL) Keterangan 1 5,88 NaOH 0,1 N + ind. pp 2 5,42 Frakksi NaOH dalam n-heksan dalam air + ind. pp 5.2.Analisis Data  [NaOH]awal  [NaOH]organic  Koefisien Distribusi 7
  • 8. 5.3. Pembahasan Ekstraksi adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase cair yang tidak salinng bercampur, dimana bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda. Sedangkan ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang berperan sebagai pelarut diseburt ekstraksi pelarut. Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hokum distribusi pada tahun 1981. Berdasarkan hokum Nerst, jika suatu larutan dalam air mengandung zat organic A yang tidak bercampur dengan air maka zat A akan terdistribusi baik kedalam lapisan air dan lapisan organic. Dimana pada saat terjadi kesetimbangan perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam kedua fase, organic-air adalah pada temperature tetap. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi zat terlatut NaOH dalam system n-heksan air berdasarkan ekstraksi pelarut. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu air dan heksan karena keduanya memiliki sifat kepolaran yang berbeda dimana air merupakan senyawa polar sedangkan n-heksan merupakan senyawa non-polar. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan larutan dengan dua fase. Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur , tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur . jika kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan kedalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusikan diri diantara dua fase sehingga mmasing-masing menjadi jenuh. Dalam percobaan ini analit yang digunakan adalah NaOH 0,1 N. Perlakuan pertama yaitu mengambil NaOH 0,1 N sebanyak 12,5 mL dan memasukkannya kedalam corong pisah. Kemudian menambahkan 12,5 8
  • 9. mL larutan n-heksan dan mengocoknya dengan kuat. Tujuan pengocokan ini adalah terjadinya distribusi NaOH 0,1 N kedalam fase air dan fase organic., serta untuk memperluas permukaan untuk mempercepat proses distribusi. Selain itu, fungsi pengocokan juga adalah untuk mencapai kesetimbangan antara zat terdistribusi dalam air dan dalam n-heksan. Pengocokan dilakukan dengan kuat agar gugus polar dan non-polar dapat bereaksi. Setelah pencampuran dan pengocoakan terjadi penurunan temperature larutan yang menyebabkan larutan terasa dingin. Setelah itu mendiamkan larutan selama 25-30 menit agar terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan larutan dapat terjadi karena campuran telah mencapai kesetimbangan. Pemisahan lapisan larutan menghasilkan 2 lapisan larutan , dimana pada bagian bawah merupakan larutan NaOH dalam air sedangkan dibagian atas merupakan NaOh dalam n-heksan. Pemisahan lapisan larutan ini menunjukkan bobot molekul dari larutan yang terpisah, dimana larutan yang memiliki bobot molekul lebih berat akan berada pada bagian bawah dan yang memiliki bobot molekul yang ringan akan berada pada bagian atas. Menurut Anonim (2011), larutan nheksan memiliki bobot molekul 0,68 g/cm3 sedangkan air memiliki bobot molekul 1 g/cm3 sehingga dapat dipastikan bahwa larutan pada bagian atas merupakan NaOH dalam n-heksan dan pada bagian bawah adalah NaOH dalam air. Selanjutnya yaitu memisahkan kedua larutan dengan cara membuka cepat corong pisah dan akan diperoleh fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan . setelah itu melakukan titrasi untuk larutan NaOH 0,1 N dan fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi wal dari masing-masing laruutan. Metode titrasi yang digunakan disini adalah metode titrasi alkaliimetri atau biasa juga disebut sebagai reaksi penetralan., dimana kedua larutan basa ini akan dititrasi dengan larutan standar HCl 0,1 N dan menggunakan indicator phenolphthalein (pp) dengan range pH (8,0 ± 9,6). Indikator ini 9
  • 10. merupakan asam diprotic dan tidak berwarna. Pada saat direaksikan, pp terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian dengan menghilangnya proton kedua dari indicator ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda. Jadi tanda telah tercapainya titik akhir tirasi yaitu berubahnya larutak menjadi merah muda. Tiitik akhir titrasi adalah titik pada titrasi dimana telah terjadi perubahan warna dan titrasi larutan harus dihentikan dan titik ekuivalen adalah titik dimana titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit. Setelah ditiitrasi dengan 5,88 mL HCl 0,1 N diperoleh konsentrasi awal NaOH 0,1176 N, dan setelah dititrasi dengan 5,42 mL HCl 0,1 N diperoleh konsentrasi awal fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan sebesar 0,1084 N. adapun pebedaan konsentrasi disini disebabkan pebedaan volume HCl yang digunakan pada proses titrasi. Volume HCl untuk mentitrasi NaOH awal lebih banyak karena pada fase air sudah terdistribusi dengan larutan n-heksan. Menurut Anonim (2011), hal tersebut dikarenakan n-heksan memiliki koefisien distribusi yang besar. Setelah melakukan perhitungan diperoleh nilai koefisien distribusi (KD) pada percobaan ini adalah sebesar 0,9217. 10
  • 11. VI. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode ekstraksi pelarut. 2. Ekstraksi pelarut adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase csir yang tidak saling bercampur dimana menggunakan dua fase cair sebagai pelarut. 3. Koefisien distribusi adalah koefisien pada saat terjadi kesetimbangan perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam suatu fasa. Dimana pada percobaan ini konsentrasi zat terlarut pada air adalah 0,1176 N, dan dalam n-heksan adalah 0,1084 N. 4. Zat terlarut NaOH lebih terdistribusi ke n-heksan disbanding ke air karena koefisien distribusinya lebih besar. 5. Nilai koefisien distribusi (KD) dalam system n-heksan air adalan 0,9217. 11
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Mekanisme ekstraksi(www.scribd.com). Diakses pada tanggal 05 Desember 2013. Palu. Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta. Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta. Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro. Kalman Media Pustaka. Jakarta. 12