Memaknai Kartu Domino dengan Pendekatan RME sebagai bagian dari Matematika
1. Makalah : Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Memaknai Kartu Domino Dengan Pendekatan
RME Sebagai Bagian Dari Matematika
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Mata Kuliah Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Dengan Dosen Pengampu Muliawan Firdaus, S.Pd., M.Si
Oleh :
Kelompok II
(Green Group)
1. Rizki Kurniawan Rangkuti
2. Sri Afnun Lubis
3. Khairunnisa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Sumatera Utara
Medan
2011
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridhoNYA
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan semaksimal mungkin. Dan tidak lupa
disampaikan sholawat dan salam kita berikan untuk keharibaan nabi besar Muhammad saw
yang kelak syafaatnya kita harapkan di yaumil akhir.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan mata kuliah
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika, dengan dosen pengampu Bapak Muliawan
Firdaus, S.Pd., M.Si. Makalah ini disusun dengan niat yang ikhlas dengan tujuan
memperoleh ilmu sesuai dengan ajaran agama. Namun penulis menyadari, bahwa dalam
makalah ini masih banyak terdapat karakter kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kririk dari pembaca sebagai pembangun dalam penyempurnaan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini mendapat kebaikan dari Allah swt sekaligus dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 13 April 2011
Tim Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Perumusan Masalah ......................................................
D. Manfaat Pembahasan masalah ..................................................
BAB II
PEMBAHASAN ..........................................................................
A. Pengertian Kartu Domino ..........................................................
B. Penggunaan Media Kartu Domino Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) ...........
C. Pengertian Pendekatan Realistic Mathematics Education ......
D. Karakteristik Realistic Mathematics Education ........................
E. Kerangka Berfikir ......................................................................
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempunyai
peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara
logis, kritis, rasional dan percaya diri. Tetapi matematika seringnya dianggap oleh siswa
sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami penerapannya, baik teori maupun
konsep-konsepnya
sehingga
menyebabkan
prestasi
belajar
matematika
belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari daftar nilai ulangan
harian, nilai tugas, nilai tes semester dan nilai ujian akhir nasional yang belum sesuai
dengan harapan guru
dan siswa. Dalam pembelajaran matematika diharapkan agar
siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep dan prinsip-prinsip penerapannya,
maka konsep-konsep yang menjadi dasar ilmu harus diberikan siswa secara benar dan
penekanannya pada kegiatan pengamatan secara langsung ditrasfer kepada orang lain.
Mentransfer konsep melalui informasi atau ceramah belum tentu menghasilkan konsep
yang jelas secara keseluruhan malah mungkin akan menimbulkan salah konsep. Untuk itu
diperlukan interaksi mengajar yang baik antara guru dengan siswa dalam proses belajar
mengajar. Agar terjalin komunikasi dan interaksi yang baik antar guru dengan siswa,
maka seorang guru harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa serta pemilihan
metode dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan media pembelajran dalam pengajaran matematika diharapkan
dapat
mempermudah
siswa
untuk
menerima
dan
memahami
matematika.
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran,
media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada proses belajar
mengajar. Banyak macam media pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan suatu
materi pelajaran. Salah satu cara penyajian materi pelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar adalah dengan menggunakan media pembelajaran kartu
domino. Kartu domino disini bukanlah suatu kartu yang digunakan oleh orang untuk
berjudi, melainkan suatu media untuk pembelajaran yang bentuknya dibuat seperti kartu
domino untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika.
5. Dalam pembelajaran matematika dengan mengunakan media pembelajaran kartu
domino dirasakan akan lebih efektif dan berhasil daripada menggunakan metode
ceramah/informasi terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena
banyaknya materi yang harus diterima di sekolah, selain itu dengan menggunakan kartu
domino ada keasyikan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah
untuk menerima, mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari. Untuk itu, peneliti
ingin mengetahui sejauh mana efektivitas media pembelajaran kartu domino tersebut
digunakan dalam pembelajaran matematika.
B. Perumusan Masalah
Dengan mendasarkan pada latar belakang sebagaiman diuraikan diatas maka
masalah yang ingin diteliti adalah sebagai berikut :
1. Implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran
kartu domino.
2. Ketuntasan belajar siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan kartu
domino.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan media
pembelajaran kartu domino.
C. Tujuan Perumusan Masalah
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran pecahan dengan menggunakan media
pembelajaran kartu domino.
2. Untuk mengetahui ketuntasan siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan
menggunakan media pembelajaran kartu domino.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pecahan dengan menggunakan
media pembelajaran kartu domino.
D. Manfaat Pembahasan Masalah
Manfaat
yang
diharapkan
dari
pembahasan
masalah
ini
adalah:
1. Sebagai motivasi bagi guru untuk mererapkan metode mengajar dan media
pembelajaran
dalam
setiap
kegiatan
proses
belajar
mengajar
matematika.
2. Sebagai masukan bagi guru atau calon guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar matematika.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kartu Domino
Kartu domino disini bukanlah suatu kartu yang digunakan oleh orang untuk berjudi,
melainkan suatu media untuk pembelajaran yang bentuknya dibuat seperti kartu domino
untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Kartu domino merupakan suatu
media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik minat siswa dalam
pembelajaran matematika. Selain itu kartu domino juga digunakan untuk menghafal fakta
dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta digunakan untuk
menghafal bangun-bangun geometri Darhim(2001:314).
B. Penggunaan Media Kartu Domino Menggunakan Pendekatan Pembelajaran
Realistic Mathematics Education (RME)
Pada awal pembelajaran, guru menceritakan kepada siswa bahwa seorang ibu ingin
membagi 1 potong kue cake kepada 9 orang anaknya sedemikian rupa sehingga setiap
anak mendapat bagian yang sama. Setelah itu, guru mengelompokkan siswa beberapa
menjadi 2 kelompok dengan anggota masing-masing 3 anak dan 6 anak. Kelompok
pertama yang terdiri dari 3 anak diberi 1 lembar kertas berbentuk lingkaran yang sama
besar sebagai model kue cake dan sebuah gunting, lalu diminta membagi lembar kertas
berbentuk lingkaran itu di antara mereka sehingga setiap anggota menerima bagian yang
sama besar. Guru memberi waktu kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara mereka sendiri. Setelah waktu yang diberikan habis, setiap kelompok
diberi kesempatan untuk menyajikan cara yang mereka tempuh untuk menyelesaikan
masalah, sedangkan kelompok lain memberi kritik dan saran. Kemudian kelompok kedua
yang terdiri dari 6 anak juga diberi 1 lembar kertas berbentuk lingkaran yang sama besar
sebagai model kue cake dan sebuah gunting, dan diminta membagi kertas berbentuk
lingkaran kepada anggota kelompok sehingga setiap anggota menerima bagian sama
besar. Guru memberi waktu kepada setiap kelompok untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara mereka sendiri. Setelah waktu yang diberikan habis, setiap kelompok diberi
kesempatan untuk menyajikan cara yang mereka tempuh untuk menyelesaikan masalah,
sedangkan kelompok lain memberi kritik dan saran.
7. Pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya memperhatikan kegiatan setiap
kelompok membagi ”kue” yang diberikan dan memberi bantuan jika diperlukan.
Kemudian guru memberi kesempatan kepada wakil setiap kelompok untuk menyajikan
cara mereka membagi ”kue” dan kelompok lain memberi kritik dan saran. Selain itu,
siswa juga diminta mendiskusikan potongan mana yang lebih besar (”kue” yang dibagi 3
atau yang dibagi 6). Guru mengarahkan siswa dalam diskusi kelas untuk membuat
kesimpulan bersama tentang arti bilangan pecahan dan cara mengurutkannya. Nah, pada
kegiatan yang ini kita bisa juga menggunakan kartu domino jenis bilangan pecahan untuk
mengetahui besar bagian kue untuk kelompok 1 dan 2.
Bagian untuk kelompok pertama, 1 lembar kertas dibagi untuk 3 anak.
Bagian untuk kelompok kedua, 1 lembar kertas dibagi untuk 6 anak.
Proporsi Kelompok I
Majen
Azis
Handoko
Proporsi Kelompok II
Dedi
Sapta
Erwin
Timah
Martini
Kurnia
Dari gambar bisa kita lihat bahwa bagian yang didapat oleh kelompok pertama
lebih besar dari bagian yang didapat oleh kelompok kedua. Disini dapat kita simpulkan
bahwa lebih besar pembagian Kelompok pertama dari pada kelompok kedua. Untuk
masing-masing kelompok dari pencitraan diagram lingkaran di atas dapat dimodelkan
dalam kartu domino sebagai media pembelajaran, yaitu :
8. Pencitraan diagram lingkaran diatas untuk kelompok 1 dalam bentuk kartu domino adalah
Majen
Azis
Handoko
Kue Kelompok 1
Pencitraan digram lingkaran diatas untuk kelompok 2 dalam bentuk kartu domino adalah
Dedi
Sapta
Martini
Erwin
Kurnia
Timah
Kue Kelompok 2
9. C. Pengertian Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran matematika. Menurut Hadi (2003:1) Realistic Mathematic Education
(RME) yang dalam makna Indonesia berarti Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat matematika
merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Teori
RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh
Institut Freudenthal (Suharta, 2005:2). Teori ini telah diadaptasi dan digunakan di banyak
negara di dunia, seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan,
Brazil, Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia (De Lange dalam Sriyanto, 2006:2).
Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus
dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti
matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya
ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”.
Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang
dapat dibayangkan oleh siswa (Suharta, 2005:2).
D. Karakteristik Realistic Mathematics Education (RME)
Menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen dalam Suharta (2005:2),
karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model, produksi
dan konstruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) dan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menggunakan konteks “dunia nyata”
Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (inti) dari konsep
yang sesuai dari situasi nyata yang dinyatakan oleh De Lange sebagai matematisasi
konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang
lebih komplit. Kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke
bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk
menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu
diperhatikan
matematisi
pengalaman
sehari-hari
(mathematization
experience) dan penerapan matematika dalam sehari-hari.
of
everyday
10. 2. Menggunakan model-model (matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang
dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models
merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika
informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata
siswa. Generalisasi dan formalisasi model-model tersebut akan berubah menjadi modelof masalah tersebut. Melalui penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi
model-for masalah sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model matematika formal.
3. Menggunakan produksi
dan
konstruksi
Dengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada
bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa
yang berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika formal.
4. Menggunakan interaktif
Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME. Secara
eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju,
tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari
bentuk-bentuk informal siswa.
5. Menggunakan keterkaitan(intertwinment)
Dalam RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam
pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan
berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya
diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika, aljabar, atau
geometri tetapi juga bidang lain.
11. E. Kerangka Berfikir
Secara umum hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap
konsep-konsep matematika masih berada dalam tataran rendah. Untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep dasar matematika
guru diharapkan mampu berkreasi dengan menerapkan model ataupun pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang cocok. Model atau pendekatan ini haruslah sesuai dengan
materi
yang
akan
diajarkan
serta
dapat
mengoptimalkan
suasana
belajar.
Salah satu pendekatan yang membawa alam pikiran siswa ke dalam pembelajaran dan
melibatkan siswa secara aktif adalah pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah suatu pendekatan yang
menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran dimana
siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika
formalnya melalui masalah-masalah realitas yang ada. Dengan pendekatan ini siswa tidak
hanya mudah menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak cepat lupa
dengan apa yang telah diperolehnya tersebut. Pendekatan ini pula tepat diterapkan dalam
mengajarkan konsep-konsep dasar dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa maka pendekatan ini dapat dikatakan
efektif. Dengan kata lain proses belajar matematika dengan menggunakan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dari pada pembelajaran tanpa
menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
12. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan ”pembelajaran
matematika dengan media kartu domino menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) dirasa lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika
tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok
bahasan Bilangan Pecahan”.
B. Saran
Kami dari tim penulis membahas aplikasi kartu domino dengan metode Pendidikan
Matematika Realistis, di mana dalam pengerjaannya di rasa belum maksimal, berhubung
kemampuan kami yang masih memerlukan panduan dari depan, membuka kebenaran
yang lebih indah dari apa yang kami ungkapkan. Untuk setiap mengisi kekosongan
karakter dan demi penyempurnaan makalah ini hendaknya pembaca mengundang lebih
banyak reference yang lebih sempurna dan dapat memberikan sumbangan pesan
perbaikan untuk lebih membangun karakter makalah ini.
13. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Anonim. 1994. Petunjuk Pelaksanaan PBM. Jakarta : Depdikbud
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Edisi Revisi Ke III.
.