SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 91
Baixar para ler offline
i
PENELITIAN
PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA
JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING
DENGAN SUDUT SUDU 60°
Disusun Oleh :
Nama : RISKY TRI KURNIAWAN
Nim : 1111119
JURUSAN TEKNIK MESIN S-1
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2015
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA
JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING
DENGAN SUDUT SUDU 60°
Disusun Oleh :
Nama : Risky Tri Kurniawan
Nim : 1111119
Jurusan : Teknik Mesin S-1
Diajukan pada jurusan Teknik Mesin S-1 Fakultas Teknologi Industri di Institut
Teknologi Nasional Malang.
Mengetahui / Disetujui Oleh :
Malang, 24 Februari 2015
Mengetahui Disetujui
Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1 Dosen Pembimbing Skripsi
Sibut, ST, MT Ir. Totok Soegiarto,MSME
NIP.1030300379 NIP. 1018200042
iii
LEMBAR BIMBINGAN PENELITIAN
1. Nama Mahasiswa : Risky Tri Kurniawan
2. NIM : 1111119
3. Jurusan : Teknik Mesin S-1
4. Program Studi : Konversi Energi
5. Judul Skirpsi : PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK
BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN
DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU
60°
6. Tanggal Mengajukan Penelitian : 15 September 2014
7. Tanggal Menyelesaikan Penelitian : 24 Februari 2015
8. Dosen Pembimbing : Ir. Totok Soegiarto, MSME
9. Telah Dievaluasi Dengan Nilai :
Diperiksa dan disetujui
Dosen Pembimbing
Ir. Totok Soegiarto,MSME
NIP. 1018200042
iv
LEMBAR ASISTENSI LAPORAN PENELITIAN
Nama : Risky Tri Kurniawan
NIM : 1111119
Jurusan / Bidang : Teknik Mesin S-1 / Konversi Energi
Judul : PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA
JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER
SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60°
No Tanggal Kegiatan Paraf
1 15 September 2014 Pengajuan Judul
2 22 September 2014 Pengajuan Proposal
3 26 September 2014 ACC Judul Penelitian
4 27 September 2014 ACC Proposal Penelitian
5 9 Desember 2014 Konsultasi Bab I, II, III
(Perbaikan rumusan masalah,
tujuan penelitian, landasan
teori diagram alir)
6 16 Desember 2014 ACC Bab I,II,III
7 13 Januari 2015 Konsultasi Bab IV (
Penambahan regresi, korelasi,
grafik )
8 13 Januari 2015 Konsultasi Bab V ( Perbaikan
kesimpulan dan saran )
9 20 Januari 2015 ACC Bab IV,V
10 29 Januari 2015 Konsultasi Bab I, II, III, IV, V
( Perbaikan penempatan nama
gambar, tabel grafik)
11 3 Februari 2015 ACC Bab I,II,III,IV,V
12 5 Februari 2015 Pengajuan Makalah Penelitian
13 10 Februari 2015 Seminar Peneliutiian
14 24 Februari 2015 ACC Penelitian
Mengetahui :
Dosen Pembimbing
Ir. Totok Soegiarto,MSME
NIP. 1018200042
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ISI TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : Risky Tri Kurniawan
NIM : 1111119
JURUSAN : Teknik Mesin S-1
TEMPAT / TGL. LAHIR : PASURUAN, 26 Mei 1993
ALAMAT ASAL : Jl. Pabrik Es Kasri No. 33, Dsn. Mejasem, Ds.
Tawangrejo, Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin S-1, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Nasional Malang
MENYATAKAN
Bahwa penelitian yang saya buat ini adalah hasil karya sendiri bukan hasil
karya orang lain, kecuali kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.
Malang, 24 Februari 2015
Risky Tri Kurniawan
NIM. 1111119
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala ridho,
karunia serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
dengan judul “PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA
JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN
SUDUT SUDU 60°”
Atas tersusunnya laporan penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Ir. Soeparno Djiwo, MT, selaku Rektor ITN Malang.
2. Bapak Sibut, ST,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1 ITN Malang.
3. Bapak Ir. Mochtar Asroni, MSME selaku Koordinator Konsentrasi
Konversi Energi yang telah banyak memberikan pengarahan.
4. Bapak Sibut, ST,MT selaku Kepala Lab. Mesin Pendingin yang telah
bersedia membantu lancarnya penelitian ini.
5. Bapak Ir. Totok Soegiarto, MSME selaku dosen pembimbing yang tidak
henti – hentinya memberikan arahan, dukungan, serta motivasi sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Anang Subardi, MT selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan pengarahan dan nasehat – nasehat selama proses perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Teknik Mesin S-1 ITN Malang, atas semua ilmu yang tak
ternilai harganya.
8. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga yang senantiasa mendukung penulis
lewat doa, perhatian dan kasih sayang.
vii
9. Rekan – rekan seperjuangan 2011.
Peneliti mengharapkan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan khususnya Mahasiswa Teknik Mesin S-1 ITN Malang, juga kritik
dan sarannya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Karena
peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan.
Malang, 24 Februari 2015
Penulis
viii
“PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA
JAMUR TIRAM MENGGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING
DENGAN SUDUT SUDU 60°”
Risky Tri Kurniawan (1111119)
Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI-Institut Teknologi Nasional Malang
Email : Riskytrikurniawan@ymail.com
ABSTRAK
Pembudidayaan jamur tiram saat ini mengalami perkembangan yang
pesat. Jamur tiram yang memiliki habitat alami di hutan, sekarang dapat
dibudidayakan pada kumbung – kumbung jamur daerah dataran rendah. Agar
pertumbuhan jamur dapat optimal maka suhu dan kelembaban daripada
kumbung harus dijaga sesuai dengan kondisi idealnya.
Dalam proses budidaya jamur tiram masih banyak menggunakan sistem
manual dalam proses pengkabutan ruangan. Proses manual tersebut dirasa
kurang efisien dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menguras
tenaga dan waktu petani jamur tiram. Pada proyek akhir ini dirancang sebuat
alat yang mampu melakukan pengkabutan secara merata di dalam kumbung
jamur dengan system sprayer menggunakan diffuser swirling dengan sudut sudu
60°. Dengan ditambahkannya alat pengontrol suhu dan kelembaban pada
kumbung jamur berbasis mikrokontroller AT-mega 16 yang didalamnya
tersimpan dan terprogram mampu menjalankan alat untuk mengatur suhu dan
kelembaban.
Kata kunci : Pelembaban Kumbung Budidaya Jamur Tiram, sprayer system,
Diffuser swirling sudut sudu 60°, sensor otomatis suhu dan
kelembaban.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................ii
LEMBAR BIMBINGAN PENELITIAN .........................................................iii
LEMBAR ASISTENSI .....................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ISI TULISAN ..................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Batasan Masalah....................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..............................................3
1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................................................3
1.4.2 Manfaat Penelitian ...............................................................................3
1.5 Metode Penelitian..................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................5
x
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pengkondisian Udara................................................................7
2.2 Sistem Distribusi Udara .........................................................................8
2.3 Prisnsip Dasar Pendistribusian Udara dan Aliran Melalui Difuser ..........9
2.4 Jenis – Jenis Difuser Komersial ........................................................... 11
2.4.1 Kemungkinan yang Terjadi Pada Semburan di Bagian Lubang Keluar14
2.5 Hasil – Hasil Penelitian Tentang Difuser..............................................16
2.6 Prinsip Kerja Air Spray Gun Suction ................................................... 16
2.7 Dasar-Dasar Psikometrik .....................................................................17
2.8 Penjenuhan Adiabatik dan Suhu Bola Basah Termodinamik ................22
2.9 Proses Udara Thermal..........................................................................23
2.9.1 Proses Pemanasan (Heating). ............................................................. 24
2.9.2 Proses Pendinginan (Cooling) ............................................................ 25
2.9.3 Proses Pelembaban (humidifikasi)...................................................... 25
2.9.4 Proses Penurunan Kelembaban (dehumidifikasi). ............................... 26
2.9.5 Proses Pemanasan dan Pelembaban (Heating dan humidifikasi). ........27
2.9.6 Proses Pemanasan dan Penurunan Kelembaban (Heating dan
Dehumidifikasi) ................................................................................. 28
2.9.7 Proses Pendinginan dan Pelembaban (Cooling dan Humidifikasi) ......29
2.9.8 Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembaban (Cooling dan
Dehumidifikasi). ................................................................................30
2.10 Pengenalan Jamur Tiram......................................................................31
2.10.1 Siklus Hidup Jamur Tiram................................................................ 32
2.10.2Syarat Tumbuh Jamur Tiram............................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian .......................................................................36
3.2 Alat Penelitian Pengkondisian Udara Pada Kumbung Jamur Tiram......38
xi
3.3 Perencanaan Model Difuser Swirling ................................................... 39
3.4 Komponen yang Digunakan.................................................................40
3.4.1 Difuser Swirling................................................................................. 40
3.4.2 Kumbung Jamur Tiram ......................................................................41
3.4.3 Kompresor ......................................................................................... 42
3.4.4 Pompa Air.......................................................................................... 43
3.4.5 Selang................................................................................................ 44
3.5 Pemilihan Alat Ukur............................................................................45
3.5.1 Termometer Bola Basah Dan Termometer Bola Kering...................... 45
3.5.2 Stopwatch.......................................................................................... 45
3.5.3 Hygrometer........................................................................................ 46
3.5.4 Pressure Gauge .................................................................................. 47
3.5.5 Anemometer ...................................................................................... 48
3.5.6 Sensor Suhu Otomatis........................................................................48
3.6 Prosedur Penelitian ..............................................................................49
3.6.1 Variabel Penelitian.............................................................................50
3.6.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 50
3.7 Proses Pengambilan Data.....................................................................50
BAB IV ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Pengujian ...........................................................................53
4.1.1 Data Laju Volume Air........................................................................53
4.1.2 Data Volume Spesifik Dalam Kumbung Jamur ..................................54
4.1.3 Data Laju Aliran Massa Udara ........................................................... 54
4.1.4 Data Pengamatan ...............................................................................55
4.2 Analisa Data ........................................................................................ 55
4.2.1 Data Kelembaban Dalam Kumbung Jamur.........................................56
4.3 Penyajian Data..................................................................................... 56
4.3.1 Analisa Regresi dan Korelasi Persentase Kelembaban........................ 57
xii
4.3.2 Analisa Regresi dan Korelasi Waktu .................................................. 60
4.4 Proses Budidaya Jamur Tiram.............................................................. 63
4.5 Pemilihan Jenis Jamur..........................................................................64
4.6 Proses Pertumbuhan Jamur Tiram........................................................ 64
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 69
5.2 Saran ...................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penyebaran udara pada difuser “Straight Vanes”............................. 12
Gambar 2.2 Penyebaran udara pada difuser “Converging Vanes”....................... 12
Gambar 2.3 Penyebaran udara pada difuser “Diverging Vanes” ......................... 13
Gambar 2.4 Penyebaran udara pada difuser lurus dengan sudut sasaran tertentu.13
Gambar 2.5 Suatu Difuser.................................................................................. 15
Gambar 2.6 Beberapa Kemungkinan yang Terjadi Pada Difuser Akibat
Entrainment .......................................................................................................15
Gambar 2.7 Air Spray Gun ................................................................................17
Gambar 2.8 Daur hidup jamur tiram...................................................................34
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................37
Gambar 3.2 Perangkat Pengujian Pengkondisian udara ......................................38
Gambar 3.3 Potongan Vertikal Difuser............................................................... 40
Gambar 3.4 Difuser Swirling .............................................................................41
Gambar 3.5 Kumbung Jamur Tiram...................................................................41
Gambar 3.6 Kompresor...................................................................................... 43
Gambar 3.7 Pompa Aquarium............................................................................44
Gambar 3.8 Selang............................................................................................. 44
Gambar 3.9 Termometer Bola Basah (Twb) dan Temperatur Bola Kering (Tdb) 45
Gambar 3.10 Stopwatch..................................................................................... 46
xiv
Gambar 3.11 Hygrometer................................................................................... 47
Gambar 3.12 Pressure Gauge .............................................................................47
Gambar 3.13 Anemometer ................................................................................. 48
Gambar 3.14 Sensor Suhu.................................................................................. 49
Gambar 3.15 Penempatan Hygrometer dan Sensor Otomatis Dalam Kumbung .51
Gambar 4.1 Bentuk Penampang Saluran Sprayer “Elips” ...................................53
Gambar 4.2 Awal Proses Budidaya Jamur Tiram ...............................................64
Gambar 4.3 Pengukuran Hari Minggu Pagi (12 Jam) .........................................65
Gambar 4.4 Pengukuran Hari Minggu Siang (18 Jam)........................................66
Gambar 4.5 Pengukuran Hari Minggu Malam (24 Jam) .....................................66
Gambar 4.6Pengukuran Hari Minggu Malam (36 Jam) ......................................67
Gambar 4.7 Pengukuran Hari Senin Siang (42 Jam)...........................................68
Gambar 4.8 Pengukuran Hari Senin Malam (48 Jam).........................................68
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram ......35
Tabel 4.1 Data Debit Aliran Udara dalam m/detik Tiap Tekanan Kompresor .....53
Tabel 4.2 Nilai Volume Spesifik (m³/kg udara kering) .......................................54
Tabel 4.3 Laju Aliran Massa Udara....................................................................55
Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Pada Kumbung Menggunakan Diffuser Swirling
Sudut Sudu 60° dengan Sensor Suhu Otomatis................................................... 55
Tabel 4.5 Presentase Kelembaban Dalam Kumbung Jamur Tiram...................... 56
Tabel 4.6 Data Hasil Regresi dan Korelasi Presentase Kelembaban................... 57
Tabel 4.7 Data Hasil Regresi Persentase kelembaban .......................................58
Tabel 4.8 Data Hasil Regresi dan Korelasi Waktu.............................................60
Tabel 4.9 Data Hasil Regresi Waktu.................................................................61
Tabel 4.10 Jenis Jamur Yang Dibudidayakan..................................................... 64
Tabel 4.11 Awal Penempatan Jamur Tiram........................................................ 64
Tabel 4.12 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Pagi .............................. 65
Tabel 4.13 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Siang ............................ 65
Tabel 4.15 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Malam .......................... 66
Tabel 4.16 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Pagi....................................67
Tabel 4.17 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Siang..................................67
Tabel 4.18 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Malam................................ 68
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Psikometrik....................................................................................... 18
Grafik 2.2 Pemanasan Sensibel ..........................................................................24
Grafik 2.3 Pendinginan Sensibel ........................................................................25
Grafik2.4 Pelembaban........................................................................................ 26
Grafik 2.5 Penurunan Kelembaban.....................................................................27
Grafik 2.6 Pemanasan dan Pelembaban.............................................................. 28
Grafik2.7 Pemanasan dan PenurunanKelembaban..............................................29
Grafik2.8 Pendinginan dan Pelembaban............................................................. 30
Grafik 2.9 Pendinginan dan PenurunanKelembaban...........................................31
Grafik 4.1 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Presentase Kelembaban (%)
.......................................................................................................................... 59
Grafik 4.2 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Waktu (menit) .................. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya bidang wirausaha di Indonesia memberikan
berbagai peluang dan ide baru untuk memulai berwirausaha dalam berbagai
bidang. Wirausaha budidaya jamur tiram merupakan bentuk wirausaha yang
menjanjikan. Budidaya jamur tiram yang biasanya dilakukan di daerah dataran
tinggi dengan suhu yang dibutuhkan jamur tiram untuk pembentukan misellium
adalah 24ºC - 29ºC dengan kelembapan 80% - 95%. Sedangkan fase pembentukan
tubuh buah memerlukan suhu lebih rendah atau sama dengan 21ºC - 28ºC dengan
kelembapan 90%-95%.
Standar suhu dan kelembaban udara yang dibutuhkan untuk budidaya
jamur tiram memberikan peluang wirausaha untuk menciptakan sebuah alat dan
mengembangkan budidaya jamur tiram di dataran rendah. Perbedaan suhu dan
kelembaban udara di dataran rendah yang cenderung lebih panas dengan
kelembaban udara yang lebih rendah, maka harus dilakukan pengkondisian udara
agar dapat mencapai suhu dan kelembaban udara yang memenuhi untuk budidaya
jamur tiram. Pada sistem pengkondisian udara digunakan air dan udara sebagai
fluidanya, agar dapat menjaga kelembaban kumbung yang digunakan untuk
budidaya jamur tiram.
2
Untuk melakukan proses pengkondisian udara pada budidaya jamur tiram
maka diperlukan komponen seperti kompresor, koil pendingin, tempat penampung
air, ruangan untuk jamur tiram, selang untuk air dan udara, diffuser swirling
Dalam menciptakan alat pengkondisian udara untuk budidaya jamur tiram
maka penyusun melakukan penelitian terhadap suhu dan kelembaban udara dalam
kubung jamur sehingga dapat memenuhi standar suhu dan kelembaban udara yang
dibutuhkan untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah. Sehubungan dengan
hal diatas maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah
“PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM
MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60º”
1.2 Rumusan Masalah
Seperti yang sudah diuraikan dalam latar belakang diatas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan udara yang dihasilkan
kompresor terhadapproses pelembaban kumbung jamur menggunakan
diffuser swirling?
2. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan udara yang dihasilkan
kompresor terhadap waktu untuk memenuhi standar sensor suhu
otomatis?
3
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Sudut sudu yang digunakan pada diffuser swirling adalah 60º.
2. Pendingin mengggunakan media air + es.
3. Penelitian yang dilakukan adalah menganalisa variasi kecepatan udara
yang dihasilkan kompresor terhadap proses pelembaban udara dengan
menggunakan diffuser swirling.
4. Hanya membahas variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor
terhadap proses pelembaban udara dan waktu dengan menggunakan
diffuser swirling.
5. Perhitungan data lainnya hanya keluaran dari data alat ukur.
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Mengetahuidanmenganalisa pengaruh kecepatan udara dari
kompresor terhadap kelembaban kumbung jamur dengan
menggunakan diffuser swirling.
2. Mengetahui dan menganalisa waktu yang terbaik untuk memenuhi
standart sensor suhu otomatis dalam pelembaban kumbung jamur.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi masyarakat
4
Membantu masyarakat yang tinggal didataran rendah atau daerah
panas untuk memulai berwirausaha budidaya jamur tiram guna
meningkatkan perekonomian.
2. Bagi Mahasiswa
Dengan terciptanya alat ini penulis berharap mampu memberikan
peluang bagi mahasiswa lainnya yang akan berwirausaha budidaya
jamur tiram di daerah panas.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam Proses Pelembaban Udara Untuk
Budidaya Jamur Tiram Menggunakan Diffuser Swirling Dengan Sudut Sudu 60º
adalah :
1. Metode Literatur
Merupakan langkah penelusuran dan penelaah buku-buku referensi yang
telah ada. Hal ini diambil sebagai orientasi pendahulu terhadap konsep yang
dipakai, dimana melalui ini dapat menambah wawasan teori yang lebih luas.
2. Metode Interview
Mengadakan wawancara terhadap beberapa pihak yang lebih mengenal
konsep penelitian ini. Dengan demikian dapat memahami permasalahan yang
akan timbul di lapangan.
3. Metode Eksperimen
5
Metode yang digunakan untuk mendapatkan variabel dengan cara
pengamatan terhadap benda kerja untuk mendapatkan data-data yang akurat
dari obyek penelitian.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan akan diuraikan dalam beberapa bab yang kemudian akan
dikembangkan lagi melalui sub bab, sehingga semua materi pembahasan yang
dimaksud dapat tersaji secara sistematis dan terarah. Adapun sistematika
penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Di dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, manfaat
penelitian, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini membahas tentang teori yang berhubungan
dengan penelitian Proses Pelembaban Udara Untuk Budidaya Jamur Tiram
Dengan Diffuser Swirling Sudut Sudu 60º, dan rumus-rumus perhitungan
yang digunakan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Didalam Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian,
dimana dalam bab ini akan dibahas tentang tempat dan waktu penelitian,
6
metode pengambilan data, variable data, data hasil penelitian serta diagram
alir proses pengolahan data dari awal hingga akhir.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Didalam bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pengujian
yang dilakukan serta mengolah data – data Proses Pelembaban Udara
Untuk Budidaya Jamur Tiram Dengan Diffuser Swirling Sudut Sudu 60º
yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Didalam Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian,
pengkajian teori, observasi, analisis dari proses pelembaban kumbung
jamur menggunakan diffuser swirling serta cara menjaga suhu dan
kelembaban kumbung jamur tetap stabil dalam pembuatan penelitian ini.
Serta berisi saran-saran agar nantinya dapat digunakan sebagai bahan
penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tengtang literatur – literatur yang digunakan dalam
rumusan data- data hasil penelitian.
LAMPIRAN
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pengkondisian Udara
Pengkondisian udara adalah proses perlakuan terhadap udara untuk
mengatur suhu, temperatur, kelembaban,kualitas, sirkulasi, dan pendistribusiannya
secara serentak guna untuk mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan dari suatu
ruang,atau dapat didefinisikan suatu proses mendinginkan udara sehingga
mencapai temperatur dan kelembaban yang ideal. Sistem pengkondisian udara
atau air conditioning system pada dasarnya adalah bagian dari sistem refrigerasi.
Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang hakekat dari sistem refrigerasi
itu, namun secara umum dapat ditekankan bahwa proses pada sistem refrigerasi
adalah bersifat terus menerus (continue) dan menyangkut adanya suatu fenomena
pemindahan (transport phenomenon) dari kondisi satu ke kondisi dua dan
berlangsung secara siklus / bolak balik.
Air conditioner atau alat pengkondisi udara termasuk jenis mesin yang
bekerja mengikuti siklus termodinamika yaitu siklus kompresi uap atau daur
kompresi uap. Fluida kerja yang dipakai untuk daur ini biasa dinamakan
refrigeran. Daur kompresi uap diaplikasikan pada mesin-mesin refrigerasi.
System pengkondisian udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan
utama yaitu :
8
1. Refrigerasi Industri
Mengkondisikan udara dari ruangan karena diperlukan oleh proses,
bahan, peralatan diindustri atau barang yang ada didalam ruangan
tersebut.
2. Comfort Air Conditioner
Mengkondisikan udara dari ruangan untuk memberikan kenyamanan
bagi para penghuninya, yang melakukan aktivitas didalam ruangan.
2.2 Sistem Distribusi Udara
Dalam sistem tata udara ada dua bagian sistem yang bekerja secara
serentak yaitu sistem pengolahan udara dan sistem refrigrasi. Di dalam unit
refrigrasi, evaporator sebagai tempat berlangsungnya proses perpindahan kalor
antara refrigerant dengan udara yang diinginkan. Dalam hal ini evaporator
tersebut sebagai koil pendingin jenis ekspansi langsung (direct expansion coil).
Setelah temperatur dan kandungan uap air (moisture content)udara
diturunkan di koil pendingin, udara terkondisi ini dialirkan melalui cerobong
udara catu oleh fan ke ruangan yang dikondisikan. Udara yang masuk keruangan
ini disebut udara catu (supply air). Selama didalam ruangan udara catu menyerap
kalor yang ada didalamnya. Jadi didalam sistem tata udara tersebut ada dua, siklus
yang berlangsung secara bersamaan yaitu siklus refrigrasi dan siklus udara, tetapi
didalam sistem udara sentral yang menggunakan air chillerterdapat tiga siklus
yang berlangsung secara bersamaan yaitu siklus refrigrasi, siklus air dingin dan
siklus udara.
9
Untuk mendapatkan distribusi kecepatan udara dan temperatur yang
optimum maka perlu dilakukan pemilihan terhadap jenis diffuser dan penempatan
diffuser tersebut. Jika diffuser yang dipilih tidak memberikan distribusi kecepatan
udara dan temperatur yang merata pada daerah yang luas maka diffuser yang
digunakan harus dalam jumlah yang banyak dan ini akan berarti memperbesar
biaya investasi dan perawatan.
2.3 Prisnsip Dasar Pendistribusian Udara dan Aliran Melalui Difuser
Pendistribusian udara dalam suatu sistem pengkondisian udara harus dapat
memenuhi beberapa kebutuhan berikut :
1. Laju aliran yang dikaitkan dengan perbedaan suhu antara udara suplai
dengan udara balik, harus dapat mengimbangi kalor yang hilang atau
diperoleh dari dalam ruang.
2. Laju aliran harus berada pada batas toleransi yang diijinkan.
3. Harus ada gerakan udara di dalam ruangan untuk memecahkan stratifikasi
temperatur di ruangan tersebut.
Untuk dapat mencapai persyaratan tersebut perancang harus menentukan
jenis dan lokasi difuser udara suplai serta lokasi gril udara balik. Optimasi dalam
pendistribusian udara dapat dilakukan dengan memperhatikan prinsip – prinsip
berikut :
1. Karakteristik semburan arus udara bebas.
2. Karakteristik kecepatan pada jalan masuk udara.
3. Gaya apung ( bouyancy ).
10
4. Pembelokan arah ( deflection ).
Unjuk kerja dari difuser yang digunakan untuk pengkondisian udara
ditentukan oleh parameter – parameter berikut :
1. Semburan ( blow ).
2. Jangkauan ( drop/rise ).
3. Induksi ( induction ).
4. Penyebaran ( spread ).
Semburan ( blow )adalah jarak horizontal yang dicapai dari aliran udara
yang keluar melalui difuser. Jarak ini diukur dari difuser ke suatu titik dimana
kecepatan dari aliran udara tersebut menjadi sangat kecil, tetapi masih berhingga
atau masih dapat dirasakan oleh alat ukur dengan ketelitian 0,1 m/detik.
Jangkauan ( drop/rise )adalah jarak vertikal yang dicapai aliran udara dari
saat meninggalkan difuser sampai saat kecepatan udara sangat kecil, tetapi
kecepatan udara tersebut masih dapat dirasakan oleh alat ukur dengan ketelitian
0,1 m/detik.
Induksi ( induction )adalah udara ruangan yang ikut mengalir akibat
adanya kecepatan aliran udara yang keluar dari difuser. Udara yang keluar dari
difuser disebut udara primer, sedangkan udara ruang yang ikut terbawa karena
aliran udara primer disebut udara sekuder. Campuran dari udara primer dan
sekunder disebut udara total.
Induksi dinyatakan dalam bentuk persamaan momentum berikut,
𝑀1 𝑉1 + 𝑀2 𝑉2 = (𝑀1 + 𝑀2) 𝑉3
11
Rasio induksi (R) didefinisikan sebagai perbandingan antara laju alir (debit) udara
total dengan udara primer,
𝑅 =
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
Debit udara yang terinduksi merupakan fungsi dari kecepatan dan laju
penurunan kecepatan udara primer, sehingga panjang dari semburan tergantung
pada jumlah induksi yang terjadi. Jumlah induksi sebuah difuser merupakan
fungsi dari parameter penampang melintang aliran udara primer. Pada suatu
kecepatan awal tertentu, suatu difuser dengan parameter penampang melintang
besar akan mempunyai induksi besar dengan semburan pendek. Sedangkan
difuser dengan parameter kecil akan mempunyai induksi kecil dengan jarak
semburan panjang.
Penyebaran ( spread )adalah sudut penyebaran dari aliran udara setelah
meninggalkan difuser. Penyebaran horisontal ( horizontal spread )mempunyai
penyebaran pada bidang horisontal. Sedangkan pernyebaran vertikal mempunyai
penyebaran pada bidang vertikal.
2.4 Jenis – Jenis Difuser Komersial
Difuser – difuser komersial secara garis besar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Difuser dengan sudu - sudu pengarah sejajar ( Straight Vanes ).
2. Difuser dengan sudu – sudu pengarah pengucup ( Converging
Vanes ).
12
3. Difuser dengan sudu – sudu pengarah menyebar ( Diverging Vanes
).
Gambar 2.1 Penyebaran udara pada difuser “Straight Vanes”
Difuser dengan sudu – sudu pengarah sejajar menghasilkan penyebaran
(spread)dengan sudut sekitar 19°. Difuser dengan sudu – sudu pengarah
menguncup menghasilkan penyebaran (spread)hampir sama dengan difuser
dengan sudu – sudu pengarah sejajar yaitu 19°, tetapi mempunyai jarak semburan
(blow)sekitar 15% lebih jauh dari difuser dengan sudu – sudu pengarah sejajar.
Gambar 2.2 Penyebaran udara pada difuser “Converging Vanes”
13
Difuser dengan sudu – sudu pengarah menyebar mempunyai penyebaran
dengan sudut yang lebih besar dari jenis difuser lain. Pada difuser dengan sudu
pengarah bersudut 45° atau lebih menghasilkan penyebaran dengan sudut sekitar
60°. Pada kondisi ini jarak semburan berkurang sekitar 50%. Difuser dengan
sudut sudu pengarah lebih kecil dari 45° akan memberikan jarak semburan lebih
besar dibanding difuser dengan sudu pengarah 45°, tetapi masih lebih kecil
dibanding dengan jarak semburan difuser dengan sudu pengarah sejajar.
Gambar 2.3 Penyebaran udara pada difuser “Diverging Vanes”
Gambar 2.4 Penyebaran udara pada difuser lurus dengan sudut sasaran
tertentu
14
Luas penampang difuser dengan sudu pengarah menyebar biasanya lebih
kecil dibanding luas penampang difuser yang lain. Hal ini akan mengakibatkan
jumlah udara yang keluar dari difuser dengan sudu pengarah menyebar lebih
sedikit, atau akan terjadi penurunan tekanan yang lebih besar bila debit yang sama
tetap dipertahankan. Untuk mengatasi kendala ini dipakai difuser dengan sudu
pengarah sejajar tetapi mempunyai sudut tertentu seperti yang diperlihatkan pada
gambar (2.4).
2.4.1 Kemungkinan yang Terjadi Pada Semburan di Bagian Lubang
Keluar
Beberapa kemungkinan yang terjadi pada semburan dibagian lubang
keluar adalah :
1. Kecepatan pada garis sumbu akan berubah dengan bertambahnya
jarak dari mulut semburan.
2. Semburan akan menyebar ketika bergerak dari lubang semburan.
3. Semburan yang berdiameter besar mengalami hambatan kecepatan
lebih banyak dari pada semburan yang berdiameter kecil.
4. Udara ditarik ketika semburan bergerak dari mulut tersebut seperti
terlihat pada gambar 2.5 (a), (b) dan (c).
Mulut terminal yang berbentuk grillesebagai jalan keluar udara jarang
digunakan, karena udara yang berjarak jauh dengan one flow one direction. Lain
halnya dengan difuser yang membentuk pola udara sehingga dapat mengubah
kecepatan udara tersebut sebelum udara tersebut mencapai bagian yang ditempati
didalam ruangan sehingga penghuni dapat merasa nyaman. Maka penulis
15
menggunakan difuser untuk menyebarkan udara secara merata (one flow one
direction).
Gambar 2.5 Suatu Difuser
Gambar 2.6 Beberapa Kemungkinan yang Terjadi Pada Difuser Akibat
Entrainment
16
2.5 Hasil – Hasil Penelitian Tentang Difuser
Dalam sistem pengkondisian udara, salah satu aspek yang terpenting
adalah distribusi udara dalam ruangan. Metode atau cara yang sederhana dari
sistem distribusi udara adalah dengan cara memancarkan udara melalui difuser.
Distribusi yang baik adalah diperlukan untuk mendapatkan distribusi kecepatan
maupun temperatur yang paling sesuai dengan kondisi ruangan.
Adapun cara untuk memperoleh distribusi temperatur dan kecepatan aliran
udara yang optimal adalah dengan menggunakan jenis difuser yang banyak dan
dapat menaikkan kecepatan udara, akan tetapi hal ini kurang efisien karena akan
menyebabkan kebisingan dan ketidak nyamanan ketika berada didalam ruangan.
2.6 Prinsip Kerja Air Spray Gun Suction
Prinsip kerja air spray gun adalah bila udara bertekanan (ditiup) melewati pipa
sempit maka tekanan udara pada daerah O akan menjadi lebih rendah dari 1
atmosfir, lewat tutup yang berlubang akan mendesak air naik melalui pipa
vertikal, apabila udara bertekanan ditiup terus menerus, air akan naik keatas
(terhisap keatas) muncul pada permukaan pipa vertikal dan bertemu dengan udara
bertekanan sehingga terpecah menjadi partikel – pertikel air yang halus.
Terjadilah atomisasi (kabut air).
17
Gambar 2.7 Air Spray Gun
www.spraynozzlegun.blogspot.com
2.7 Dasar-Dasar Psikometrik
Psikometri adalah kajian tentang sifat-sifat termodinamika dari udara
campuran. Ini dapat digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa sifat-sifat
dari berbagai macam siklus dan proses pengkondisian udara. Psikometrik
merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap air yang mempunyai
arti penting dalam teknik pengkondisian udara, karena udara atmosfir tidak kering
betul tetapi merupakan campuran udara dan uap air. Pada beberapa proses
pengkondisian udara, kandungan air sengaja disingkirkan dari udara, tetapi pada
proses yang lain, air ditambahkan. Prinsip-prinsip psikometrik akan diterapkan
untuk perhitungan beban sistem-sistem pengkondisian udara, koil pendingin udara
dan pengurangan kelembaban, menara pendingin (cooling tower), dan kondensor
penguapan.
Pada beberapa alat terdapat proses perpindahan kalor dan massa antara
udara dan permukaan yang basah. Contohnya adalah alat pelembab udara
18
(humidifier), penurunan kelembaban (dehumidifier) dan koil pendingin serta
peralatan penyemprotan air (water spray), seperti contoh cooling tower dan
kondensor penguapan.
Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting, yaitu penguasaan akan
dasar-dasar bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompok-
kelompok keadaan lain, misalnya tekanan barometrik yang tidak standar. Untuk
memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya
pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta
psikometrik, antara lain :
Grafik 2.1 Psikometrik
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
19
1. Temperatur bola kering.
Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada
termometer sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur
ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas.
2. Temperatur bola basah.
Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada
termometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah. Untuk
mengukur temperatur ini diperlukan aliran udara sekurangnya adalah 5
m/s. Temperatur bola basah sering disebut dengan temperatur jenuh
adiabatik.
3. Titik embun.
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan
uapnya sama dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur
tersebut uap air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi
apabila udara lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik embun
uap air akan berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya
semakin besar.
4. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi
molekul uap air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air
jenuh pada suhu dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan
persial uap air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang
ada pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan
20
sebagai kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi
semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk
menyerap uap air.
Kelembaban ini dapat dirumuskan :
%100x
Pws
Pw
RH  ………………………( 1 )
dimana :
Pw = Tekanan parsial uap air
Pws = Tekanan jenuh uap air
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
5. Kelembaban spesifik ( Humudity Ratio)
Rasio kelembaban W adalah berat atau massa air yang terkandung dalam
setiap kilogram udara kering. Rasio kelembaban ditentukan dengan dasar 1
kg, seperti beberapa sifat yang akan dipelajari, yaitu entalpi dan volume
spesifik. Dalam teknik pengkondisian udara, untuk menghitung
perbandingan rasio kelembaban dapat digunakan persamaan gas ideal, jadi
uap air dan udara dapat dianggap sebagai gas ideal, sehingga mengikuti
persamaan pv = RT, serta mempunyai kalor spesifik yang tetap. Udara
dianggap sebagai gas ideal karena suhunya cukup tinggi dibandingkan
dengan suhu jenuhnya, dan uap air dianggap ideal karena tekanannya
21
cukup rendah dibandingkan dengan tekanan jenuhnya.Kelembaban
spesifik dapat dirumuskan :
Ma
Mw
w  …………….……………( 2 )
Dimana :
W = Kelembaban spesifik
Mw = Massa uap air
Ma = Massa udara kering
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
6. Entalpi.
Entalpi camputran udara kering dan uap air adalah jumlah dari
entalpi udara kering dan entalpi uap air.Harga entalpi selalu didasarkan
pada bidang data, dan harga entalpi nol untuk udara kering dipilih pada
0˚C. Harga entalpi nol untuk uap air berada pada air jenuh bersuhu 0˚C,
yang bidang datanya sama dengan yang digunakan untuk tabel – tabel uap.
Suatu persamaan untuk entalpi adalah :
𝑕 = 𝑐 𝑝 𝑡 + 𝑊𝑕 𝑔
𝑘𝐽
𝑘𝑔
𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Dengan 𝐶𝑝 = Kalor spesifik udara kering pada tekanan konstan = 1,0
kJ/kg.K
22
t = Suhu campuran udara uap ˚C
𝑕 𝑔 = Entalpi uap air jenuh pada suhu campuran udara uap kJ/kg
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
7. Volume spesifik
Untuk menghitung volume spesifik campuran udara-uap,
digunakan persamaan gas ideal.Volume spesifik adalah udara campuran
dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering. Dapat juga
dikatakan sebagai meter kubik udara kering atau meter kubik campuran
per kilogram udara kering, karena volume yang diisi oleh masing – masing
substansi sama. Dari persamaan gas ideal, volume spesifik v adalah
𝑣 =
𝑅 𝑎 𝑡
𝑝 𝑎
=
𝑅 𝑎 𝑇
𝑝 𝑡 −𝑝 𝑠
𝑚3
/ kg udara kering
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
2.8 Penjenuhan Adiabatik dan Suhu Bola Basah Termodinamik
Alat penjenuh adiabatik adalah suatu peralatan yang mengalirkan udara
melewati percikan / semprotan air.Air tersebut secara terus menerus, oleh karena
penyemprotan ini menjciptakan luas permukaan basah yang sangat banyak, maka
udara yang meninggalkan ruang penyemprotan berada dalam kesimbangan
dengan air tersebut dalam hal suhu dan tekanan uapnya.Alat ini bersifat adiabatik
karena dindingnya diberi penyekat kalor dan tidak ada kalor yang ditambahakan
atau dilepaskan. Untuk membuat proses berjalan terus menerus, perlu dilakukan
23
penambahan air untuk mengganti jumlahnya yang diuapkan ke udara. Suhu air
penambah ini diatur sehingga sama dengan suhu air yang ada dalam bak
penampung.
Setelah penjenuh adiabatic ini mencapai keadaan mantap maka suhu yang
terbaca pada thermometer yang dicelupkan dalam bak penampung adalah suhu
boal basah termodinamik. Penggabungan tertentu kondisi – kondisi udara akan
menghasilkan suhu – suhu bak tertentu dan daapat didefinisikan dengan
persamaan keseimbangan energy dalam alat penjenuh ( saturator ).
Kesimbangan energi ini didasarkan pada satuan aliran masa udara dengan
𝑕𝑓adalah entalpi cairan jenuh dalam bak penampung yang bersuhu bola basah
termodinamik.
𝑕1 = 𝑕2 − ( 𝑊2 − 𝑊1 )𝑕𝑓
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke-
2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
2.9 Proses Udara Thermal
Proses udara yang terjadi dalam karta psikometrik adalah :
1. Proses pemanasan (Heating).
2. Proses pendinginan (Cooling).
3. Proses pelembaban (humidifikasi).
4. Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi).
5. Prosespemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).
24
6. Prosespemanasan dan penurunankelembaban (Heating dan
dehumidifikasi).
7. Prosespendinginan dan pelembaban (Cooling dan humidifikasi).
8. Prosespendinginan dan penurunankelembaban (Cooling dan
dehumidifikasi).
2.9.1 Proses Pemanasan (Heating).
Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara
sehingga temperatur udara tersebut naik. Proses ini hanya disebabkan oleh
perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis
proses pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah kanan.
Tdb1 Tdb2
Twb2
Twb1
w
Grafik 2.2 Pemanasan Sensibel
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
25
2.9.2 Proses Pendinginan (Cooling)
Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara
sehingga temperatur udara tersebut mengalami penurunan. Proses ini hanya
disebabkan oleh perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio
kelembaban. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah
kiri.
Tdb1Tdb2
Twb2
Twb1
w
Grafik 2.3 Pendinginan Sensibel
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.9.3 Proses Pelembaban (humidifikasi).
Proses pelembaban adalah proses penambahan kandungan uap air ke
udara sehingga terjadi kenaikan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini
terjadi perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel . Garis proses
pada karta psikometrik adalah garis vertikal ke arah atas.
26
Tdb
Twb2
Twb1
w1
w2
Grafik2.4 Pelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.9.4 Proses Penurunan Kelembaban (dehumidifikasi).
Proses penurunan kelembaban adalah proses pengurangan kandungan uap
air ke udara sehingga terjadi penurunan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses
ini terjadi perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Garis
proses pada karta psikometrik adalah garis vertikal ke arah bawah.
27
Tdb
Twb2
Twb1
w1
w2
Grafik 2.5 Penurunan Kelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.9.5 Proses Pemanasan dan Pelembaban (Heating dan humidifikasi).
Pada proses ini udara dipanaskan disertai dengan penambahan uap air,
yaitu dengan mengalirkan udara melewati ruangan semburan air atau uap yang
temperaturnya lebih tinggi dari temperatur udara, sehingga didapatkan
peningkatan kalor sensibel dan kalor laten secara bersamaan. Pada proses ini
terjadi kenaikan rasio kelembaban, entalpi, Tdb, Twb dan kelembaban relatif.
Garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah kanan atas.
28
Twb2
Twb1
w1
w2
Tdb1
Tdb2
Grafik 2.6 Pemanasan dan Pelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.9.6 Proses Pemanasan dan Penurunan Kelembaban (Heating dan
Dehumidifikasi)
Pada proses ini udara mengalami pendinginan dahulu sampai
temperaturnya dibawah titik embun udara, pada temperatur ini udara mengalami
pengembunan sehingga kandungan uap air akan berkurang, kemudian udara
dilewatkan melalui koil pemanas sehingga temperatur udara akan meningkat.
Proses ini terjadi pada alat pengering udara (dehumidifier). Pada proses ini terjadi
penurunan rasio kelembaban, entalpi, Twb, entalpi dan kelembaban relatif tetapi
terjadi peningkatan Tdb. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah
kanan bawah.
29
Tdb1
Twb2
Twb1
w1
w2
Tdb2
Grafik2.7 Pemanasan dan PenurunanKelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.9.7 Proses Pendinginan dan Pelembaban (Cooling dan Humidifikasi)
Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan semburan air
yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara, tetapi lebih tinggi dari
titik embun udara sehingga temperatur akan mengalami penurunan dan rasio
kelembaban akan mengalami peningkatan.
30
Tdb1
Twb2
Twb1
w1
w2
Tdb2
Grafik2.8 Pendinginan dan Pelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.9.8 Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembaban (Cooling dan
Dehumidifikasi).
Proses ini dilakukan dengan cara melewatkan udara pada koil
pendingin atau ruangan semburan air dimana temperaturnya lebih rendah
dari temperatur udara sehingga terjadi penurunan kalor laten dan kalor
sensibel.
31
Tdb1
Twb2
Twb1
w1
w2
Tdb2
Grafik 2.9 Pendinginan dan PenurunanKelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons.
Inc.)
2.10 Pengenalan Jamur Tiram
Jamur disebut cendawan, supa, saung, mushroom atau champig-non.
Jamur termasuk jenis tumbuh – tumbuhan. Pada umumnya tumbuh – tumbuhan
mempunyai hijau daun ( klorofil ), sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan
karbohidratnya melalui proses fotosintesis. Namun, jamur tidak memiliki klorofil,
sehingga kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dari luar.Karena itu, jamur harus
hidup secara saprofitik atau secara parasitik.
1. Hidup secara saprofitik adalah hidup pada sisa mahkluk lain yang sudah
mati, misalnya pada tumpukan sampah, tumpukan kotoran hewan, serbuk
gergaji kayu, ataupun pada batang kayu yang psudah lapuk.
32
2. Hidup secara parasitik adalah hidup pada jasad mahluk lain, misalnya
tumbuh – tumbuhan, hewan, atau manusia yang masih hidup. Kehadiran
jamur tersebut biasanya menjadi penyebab penyakit atau gangguan.
Bentuk tubuh jamur bervariasi, mulai dari yang sangat sederhana karena
hanya terdiri dari satu sel ( pada ragi kue ), bentuk serat atau miselia ( misalnya
jamur tempe atau oncom ), bentuk tubuh buah ( misalnya jamur merang, jamur
kancing, jamur lingzhi), bentuk bilah, bunga karang, payung sampai kulit kerang
(tiram). Tubuh buah jamur tiram berbentuk seperti kulit kerang (tiram), sehingga
masyarakat menyebut jamur tiram.
2.10.1 Siklus Hidup Jamur Tiram
Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur
dari keluarga besar agaricaceae lainnya. Tahap – tahap pertumbuhan jamur tiram
adalah sebagai berikut.
1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di
tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat
– serat halus menyerupai serat kapas, yang disebut miselium atau
meselia.
2. Jika keadaan lingkungan tempat tumbuh miselia tersebut baik, dalam
arti temperatur, kelembaban, kandungan C/N/P-Rasio substrat tempat
tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselia tersebut akan
membentuk primordia atau bakal tubuh buah jamur.
33
3. Bakal tubuh buah jamur tersebut kemudian akan membesar, dan pada
akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang
kemudian dipanen.
4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh
dibagian ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah
matang atau dewasa, spora akan jatuh dari tubuh buah jamur.
Waktu yang diperlukan untuk tiap stadium atau tingkatan daur hidup
bervariasi, tergantung pada :
1. Bentuk dan sifat media atau substrat/tempat tumbuh.
2. Lingkungan yang mendukung, misalnya lingkungan fisik (cahaya,
temperatur), lingkungan kimia (keasaman/pH, kadar air), dan
lingkungan biologis (kehadiran jasad lain, misal bakteri atau jamur
liar).
3. Jenis atau strain jamur.
Dalam keadaan normal, waktu yang diperlukan dari perkecambahan spora
sampai terbbentuk tubuh buah rata – rata antara 1 – 2 bulan.Siklus hidup jamur
tiram ditunjukkan dalam gambar.
34
Gambar 2.8 Daur hidup jamur tiram
Sumber : H. Unus Suriawiria, Budi Daya Jamur Tiram, PENERBIT KANISIUS, 2002
Dari uraian diatas, ternyata bahwa jamur tiram termasuk saprofit karena
tumbuh pada batang mati atau serbuk kayu. Jamur tiram juga dapat digolongkan
sebagai parasit, karena kadang – kadang dapat tumbuh pada batang yang masih
menempel pada pohonnya yang pada akhirnya akan mati.
2.10.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama
temperatur, kelembaban relatif, waktu, kandungan 𝐶𝑂2, dan cahaya. Parameter
tersebut memilki pengaruh yang berbeda terhadap setiap atau tingkatan, misalnya:
1. Terhadap miselia pada substrat tanam.
2. Terhadap pembentukan primordia (bakal kuncup) jamur.
3. Terhadap pembentukan tubuh buah.
4. Terhadap siklus panen.
5. Terhadap nilai BER atau perbandingan antara berat hasil jamur dengan
berat substrat log tanam jamur.
35
Faktor – faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram
ditunjukkan dalam tabel.
Tabel 2.1 Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram
Sumber : H. Unus Suriawiria, Budi Daya Jamur Tiram, PENERBIT KANISIUS, 2002
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
Tidak
Ya
Start
Pengecekan kondisi alat dan pemasangan komponen
pengkondisian udara
Menjalankan mesin
Pengujian alat
Variasi Tekanan kompresor
Jika suhu dan kelembaban kumbung
belum memenuhi 20°-30°
dankelembaban 80%-85%
Kumbung jamur bersuhu 20ºC-
30ºC dengan kelembapan 80%-
85%.
Referensi
37
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Pengolahan data
Pengambilan data
Analisis data
Hasil penelitian
Selesai
A
38
3.2 Alat Penelitian Pengkondisian Udara Pada Kumbung Jamur Tiram
Dalam penelitian ini unit pengkondisian udara pada kumbung jamur tiram
terdiri dari beberapa komponen seperti gambar dibawah ini :
Gambar 3.2 Perangkat Pengujian Pengkondisian udara
Dalam perangkat pengujian pengkondisian udara untuk kumbung jamur
tiram ini pendinginan hanya dilakukan pada air yang akan disemburkan
bersamaan dengan udara saja, dan pendinginan dilakukan dengan media es batu.
Proses yang terjadi dalam siklus tersebut adalah kompresor memberikan
tekanan udara menuju ke saluran sprayer sistem bersamaan dengan pompa air
yang mengalirkan fluida menuju spreyer sistem juga.Kemudian air bercampur
udara disemburkan secara bersamaan melewati nosel dan difuser.Hal tersebut
memberikan efek pengkabutan didalam kumbung jamur.Bentuk dari difuser yang
39
berupa penampang lingkaran dengan sudut sudu 60° membuat arah dari
pengkabutan tersebut dapat tersebar merata atau homogen di dalam kumbung
jamur.
Pada alat pengkondisian udara untuk kumbung jamur ini juga dapat
bekerja secara otomatis dengan dipasangkannya sensor suhu dan kelembaban
otomatis yang tersambung dengan kerja pompa air dan kompresor. Apabila suhu
dan kelembaban kumbung jamur tidak memenuhi standar 24°C - 29°C untuk suhu
dan 90% - 100% untuk kelembaban, maka kompresor dan pompa air akan bekerja
melakukan pengkabutan dan pendinginan dalam kumbung jamur.
3.3 Perencanaan Model Difuser Swirling
Untuk tujuan penelitian ini, difuser jet swirling dirancang dengan 8 buah
sudu pengarah.Sudut pengarah aliran pengabutan dibuat 60°. Dengan kemiringan
sudut tersebut diharapkan akan terlihat pengaruh penggunaan difuser swirling
dalam proses pengkondian udara pada kumbung jamur tiram.
Difuser swirling model pada sisi keluaran dirancang mempunyai lubang
ditengahnya agar pengaruh pengumpulan sudu pengarah di sumbu difuser
terhadap distribusi suhu dan kelembaban sekecil mungkin.
Difuser swirling model dirancang dengan bentuk dinding divergen dengan
sudut bukaan tertentu yaitu 60°. Pada kumbung jamur ditempatkan 1 difuser
swirling untuk melakukan proses pelembaban.
Sudut kemiringan dinding difuser (β) diukur terhadap garis vertikal,
terlihat pada gambar 3.3.
40
Gambar 3.3 Potongan Vertikal Difuser
Difuser seperti pada gambar diatas terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Penyambung difuser.
2. Rumah / dinding difuser.
3. Sudu pengarah.
3.4 Komponen yang Digunakan
3.4.1 Difuser Swirling
Untuk tujuan penelitian ini, difuser jet swirling dirancang dengan 8 buah
sudu pengarah.Sudut pengarah aliran pengabutan dibuat 60°. Dengan kemiringan
sudut tersebut diharapkan akan terlihat pengaruh penggunaan difuser swirling
dalam proses pelembaban udara pada kumbung jamur tiram.
41
Gambar 3.4 Difuser Swirling
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.4.2 Kumbung Jamur Tiram
Gambar 3.5 Kumbung Jamur Tiram
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
Kumbung jamur adalah rumah atau tempat untuk budidaya jamur.
Kumbung jamur dapat dibuat dari bahan besi, kayu, bambu. Bangunan yang
42
sederhana dapat berupa bangunan dengan tiang dan dinding yang terbuat dari
bambu, untuk atap dapat digunakan genteng atau plastik dengan warna gelap
sebagai penutup dan lantai dari tanah yang diperkuat.
Kumbung jamur diatas berbetuk balok dengan panjang 1,5 meter dan lebar
1 meter. Terdapat pintu atau bagian yang dapat dibuka dan ditutup utuk sirkulasi
udara. Di dalam kumbung ditempatkan beberapa titik untuk dipasang hygrometer
dan sensor otomatis suhu dan kelembaban untuk melihat proses pelembaban
menggunakan difuser swirling terjadi secara merata.
3.4.3 Kompresor
Kompresor merupakan bagian dari mesin pendingin yang memiliki kerja
yang sangat penting untuk memompa fluida ke seluruh bagian. Dalam proses
pelembaban pada kumbung jamur ini kompresor berfungsi untuk memberikan
tekanan berupa udara untuk disemburkan bersamaan dengan pompa air.
43
Gambar 3.6 Kompresor
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.4.4 Pompa Air
Pompa air adalah alat yang digunakan untuk memindahkan cairan
(fluida)dari suatu tempat ke tempat lain, melalui media pipa atau saluran dengan
cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung terus
menerus. Dalam proses pelembaban pada kumbung jamur tiram ini menggunakan
pompa air jenis sentrifugal yaitu pompa aquarium. Fungsi dari pompa aquarium
tersebut untuk mengalirkan fluida yang telah di dinginkan dengan es menuju ke
saluran dan disemburkan bersamaan dengan udara yang di kompresikan oleh
kompresor.
44
Gambar 3.7 Pompa Aquarium
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.4.5 Selang
Selang adalah tempat untuk mengalirnya cairan atau udara. Selang ini berfungsi
sebagai media untuk mengalirnya air dari pompa air dan udara dari kompresor.
Dalam proses pelembaban pada kumbung jamur ini menggunakan selang dengan
diameter 7 mm.
Gambar 3.8 Selang
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
45
3.5 Pemilihan Alat Ukur
3.5.1 Termometer Bola Basah Dan Termometer Bola Kering
Untuk thermometer bola basah, dalam hal ini digunakan pengaruh radiasi
panas, perlu diperhatikan bahwa melalui sensor harus terjadialiran udara sekurang
kurangnya 5 m/s. temperatur bola kering dapat dibaca pada thermometer dengan
sensor kering dan terbuka. Namun penunjukan tidak tepat karena adanya pengaruh
radiasi panas lingkungan sekitar kecuali sensornya memperleh ventilasi yang
cukup baik.
Gambar 3.9 Termometer Bola Basah (Twb) dan Temperatur Bola Kering
(Tdb)
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.5.2 Stopwatch
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam kegiatan dan pekerjaan.
46
Gambar 3.10 Stopwatch
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.5.3 Hygrometer
Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua
thermometer. Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara
biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah
thermometer diliputi kain/kapas yang basah).
Hygrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang
satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat
yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. Skala
kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat
celcius.
47
Gambar 3.11 Hygrometer
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.5.4 Pressure Gauge
Pressure gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan
mengetahui suatu tekanan udara. Pressure gauge dipasang pada saluran kompresor
umtuk mengetahui tekanan yang dihasilkan kompresor.
Gambar 3.12 Pressure Gauge
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
48
3.5.5 Anemometer
Anemometer adalah alat ukur untuk kecepatan udara dengan satuan m/s.
Anemometer diletakkan di arah semburan udara dari spreyer untuk mengetahui
kecepatan udara dari setiap variasi tekanan.
Gambar 3.13 Anemometer
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.5.6 Sensor Suhu Otomatis
Sensor suhu berbasis Atmega 8 dengan menggunakan 2 relay 12 V dan
menggunakan LCD 16x2. Sensor ini dapat membuat alat bekerja secara otomatis,
apabila suhu naik dari standar sensor 25°C maka kompresor dan pompa air akan
melakukan proses pengkabutan.
49
Gambar 3.14 Sensor Suhu
(sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
3.6 Prosedur Penelitian
Langkah langkah pengujian yang di gunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
Proses pengujian pelembaban pada kumbung jamur :
1. Dilakukan pemasangan hygrometer dan sensor suhu dan kelembaban
otomatis pada titik yang telah ditentukan.
2. Pada saat mesin start dilakukan pengecekan terhadap pengkabutan
yang dihasilkan difuser swirling.
3. Pengecekan terhadap kerja sensor otomatis suhu dan kelembaban yang
dihubungkan dengan kompresor dan pompa air.
4. Variasi kecepatan udara dari kompresor untuk mendapatkan hasil
terbaik dalam proses pengabutan.
5. Pencacatan hasil pengujian.
50
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Variasi dari tekanan kompresor yang menghasilkan kecepatan udara
untuk mendapatkan persentase kelembaban yang terbaik.
2. Variasi dari tekanan kompresor yang menghasilkan kecepatan udara
untuk mendapatkan waktu tercepat dalam proses pelembaban.
3.6.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari
2015. Pembuatan alat bertempat di Jl. Bandulan VI Blok K 7 No. 15. Pengujian
alat dilakukan di Laboratorium mesin pendingin Institut Teknologi Nasional
malang.
3.7 Proses Pengambilan Data
1. Pengambilan Data Kelembaban Kumbung
Pengujian pengkondisian udara untuk mengukur kelembaban dan suhu
di dalam kumbung jamur. Dan untuk mengukur kelembaban dan suhu
tersebut penulis menempatkan beberapa hygrometer dan sensor
otomatis suhu dan kelembaban dibeberapa titik seperti dalam gambar
berikut :
51
Gambar 3.15 Penempatan Hygrometer dan Sensor Otomatis Dalam
Kumbung
2. Pengambilan Data Pada Sesi Uji
Data yang diambil merupakan proses pelembaban yang dilakukan
dalam kumbung jamur menggunakan difuser swirling dengan variasi
kerja tekanan kompresor. Hal tersebut dilakukan dengan mengambil
data terbaik dari variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor.
53
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Pengujian
4.1.1 Data Laju Volume Air
Sebelum dilakukan pengambilan data dilakukan pengambilan data pra-
pengujian yaitu data tentang laju volume air yang masuk kesaluran spreyer. Maka
digunakan rumus seperti dibawah ini :
Gambar 4.1 Bentuk Penampang Saluran Sprayer “Elips”
Rumus luas penampang = π/4 x a x b
= 3.14/4 x 0.653 x 0.05
= 0.026 mm ( 0.000000026 m²)
Q = A x V (m³/s)
Dimana : A = Luas Penampang Saluran Sprayer (m²)
V = Kecepatan Udara (m/s)
Tabel 4.1 Data Debit Aliran Udara dalam m/detik Tiap Tekanan Kompresor
Tekanan Kecepatan Udara Luas Penampang Laju Volume Air
Kompresor (m/s) Saluran Spreyer (m²) (m³/s)
20 psi 273 m/s 0.000000026 0.0000071
40 psi 299 m/s 0.000000026 0.0000078
60 psi 304 m/s 0.000000026 0.0000079
80 psi 387 m/s 0.000000026 0.0000101
100 psi 547 m/s 0.000000026 0.0000142
54
4.1.2 Data Volume Spesifik Dalam Kumbung Jamur
Dari temperatur bola kering dan temperature bola basah yang sudah
diketahui diatas, maka dengan menggunakan diagram psikometri dapat diketahui
berapa udara campuran udara-uap yang terkandung.
Tabel 4.2 Nilai Volume Spesifik (m³/kg udara kering)
Tekanan
(psi)
Kecepatan Udara
(m/s)
Tdb
(°C)
Twb
(°C)
Volume Spesifik
(m³/kg)
20 psi 273 m/s 25.8 22.1 0.87
40 psi 299 m/s 25.8 22.8 0.87
60 psi 304 m/s 25.8 23.1 0.872
80 psi 387 m/s 25.8 23.5 0.872
100 psi 547 m/s 25.8 24.2 0.876
4.1.3 Data Laju Aliran Massa Udara
Laju aliran massa udara adalah banyaknya udara yang disemburkan oleh
kompresor dengan tekanan yang telah ditentukan sehingga mempengaruhi laju
volume air yang ikut disemburkan melewati sprayer. Maka digunakan rumus
seperti dibawah ini :
Mₐ = 0,0504
𝑍
𝑉𝐷
Dimana : Z = Kecepatan Udara (m/s)
VD = Volume spesifik pada terminal D atau dari grafik psikometri
55
Tabel 4.3 Laju Aliran Massa Udara
Tekanan Kecepatan Volume Mₐ
Kompresor Udara (m/s) Spesifik (m³/kg) Kg/s
20 psi 273 m/s 0.87 0.893
40 psi 299 m/s 0.87 0.934
60 psi 304 m/s 0.872 0.941
80 psi 387 m/s 0.872 1.063
100 psi 547 m/s 0.876 1.264
4.1.4 Data Pengamatan
Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Pada Kumbung Menggunakan Diffuser
Swirling Sudut Sudu 60° dengan Sensor Suhu Otomatis
Temperatur Temperatur
Tekanan
Kecepatan
Waktu
Temperatur Temperatur
Kumbung
Jamur
Standar
Sensor
(psi) Udara (menit) Ruangan Air Es °C Otomatis
(m/s) °C °C Tdb Twb °C
20 psi 273 15.18 27.2 5 25.8 22.1 22.8
40 psi 299 10.12 27.2 5 25.8 22.8 22.8
60 psi 304 7.31 27.2 5 25.8 23.1 22.8
80 psi 387 5.41 27.2 5 25.8 23.5 22.8
100 psi 547 3.24 27.2 5 25.8 24.2 22.8
4.2 Analisa Data
Dari data yang diambil dengan parameter – parameter diatas didapatkan
hasil perhitungan dari kinerja diffuser swirling dalam proses pelembaban
kumbung jamur pada tabel dibawah ini :
56
4.2.1 Data Kelembaban Dalam Kumbung Jamur
Dari nilai Temperatur bola kering dan temperatur bola basah yang didapat,
maka dengan menggunakan diagram psikometri dapat dicari nilai presentase
kelembaban (%) yang terdapat didalam kumbung jamur.
Tabel 4.5 Presentase Kelembaban Dalam Kumbung Jamur Tiram.
Tekanan (psi) Kecepatan Udara (m/s) Tdb (°C) Twb (°C) Kelembaban (%)
20 psi 273 m/s 25.8 22.1 80%
40 psi 299 m/s 25.8 22.8 84%
60 psi 304 m/s 25.8 23.1 86%
80 psi 387 m/s 25.8 23.5 88%
100 psi 547 m/s 25.8 24.2 92%
4.3 Penyajian Data
Data hasil pengujian disajikan dalam bentuk grafik yang menyatakan
hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas atau tetap. Penyajian dalam
bentuk grafik tersebut agar dapat dilihat perubahan – perubahan yang terjadi dan
pengaruh waktu, tekanan terhadap kelembaban dan dapat ditarik kesimpulan.
Beberapa hubungan yang ditampilkan pada grafik adalah :
 Hubungan antara perubahan kecepatan udara yang dihasilkan oleh
kompresor terhadap kelembaban (%) kumbung jamur.
 Hubungan antara perubahan kecepatan udara yang dihasilkan
kompresor terhadap waktu (menit) untuk memenuhi standar sensor
suhu otomatis.
Grafik hubungan tersebut ditunjukkan untuk melihat pengaruh variasi
kecepatan udara terhadap presentasi kelembaban udara didalam kumbung jamur,
57
hal ini menunjukkan pada kecepatan udara berapa pengkabutan dari spreyer dapat
menyebar saat melewati diffuser swirling. Dan bagaimana dengan pengaruh
variasi kecepatan udara dari kompresor terhadap waktu yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar suhu dari sensor otomatis.
4.3.1 Analisa Regresi dan Korelasi Persentase Kelembaban
 Regresi
Tabel 4.6 Data Hasil Regresi dan Korelasi Presentase Kelembaban
No x Y x² y² x.y
1 273 80 74,529 6,400 21,840
2 299 84 89,401 7,056 25,116
3 304 86 92,416 7,396 26,144
4 387 88 149,769 7,774 34,056
5 547 92 299,209 8,464 50,324
∑ 362 86 141,065 7,412 31,496
y = a + bx
a =
∑y
n
− b
∑x
n
a =
86
5
− 0.22
362
5
a = 17.2 − 15.93 = 1.27
b =
∑xy − ∑x
∑y
n
∑x2 −
∑x 2
n
b =
31496 − 6226.4
141,064.8 − 26,208.8
b =
25269.6
114856
= 0.22
58
Tabel 4.7 Data Hasil Regresi Persentase kelembaban
No X y = a + (b.x)
1 273 61.33
2 299 67.05
3 304 68.15
4 387 86.41
5 547 121.61
 Korelasi
𝑟 =
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 (∑𝑦)/𝑛
∑𝑥2 −
∑𝑥 2
𝑛
∑𝑦2 −
∑𝑦 2
𝑛
𝑟 =
31496 − 362 (86)/5
141064.8 −
362 2
5
7412 −
86 2
5
𝑟 =
25269.6
114856 × 5932.8
𝑟 =
25269.6
26103.98
= 0,97
59
Grafik 4.1 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Presentase Kelembaban
(%)
Pada grafik 4.1 regresi kecepatan udara (m/s) terhadap persentase
kelembaban (%) diatas terlihat bahwa nilai dari garis X mempengaruhi nilai dari
garis Y yaitu berbanding lurus, semakin tinggi tekanan dari kompresor maka
menghasilkan kecepatan udara yang tinggi sehingga kelembaban akan tinggi dan
apabila kecepatan udara dari kompresor semakin rendah maka kelembaban akan
semakin rendah pula. Hal ini disebabkan oleh prinsip kerja spreyer system, jika
kecepatan udara tinggi maka debit air yang ikut disemburkan secara bersamaan
dengan udara semakin tinggi juga. Dan semakin tinggi kecepatan udara maka arah
pengkabutan yang melewati diffuser swirling lebih tersebar merata dan dapat
memenuhi standar nilai temperatur bola kering dari sensor suhu otomatis yaitu
25.8°C dengan waktu yang relatif singkat. Dengan nilai temperatur bola basah
yang tinggi maka dalam diagram psikometri menghasilkan persentase kelembaban
yang tinggi.. Jika tekanan kompresor rendah maka akan menghasilkan kecepatan
273, 61.33
299, 67.05 304, 68.15
387, 86.41
547, 121.61
0
20
40
60
80
100
120
140
0 100 200 300 400 500 600
PersentaseKelembaban(%)
Kecepatan Udara (m/s)
Regresi
60
udara yang rendah sehingga debit aliran air dalam spreyer system yang ikut
disemburkan juga rendah dan waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi standar
temperatur bola kering (25.8°C) akan lama.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan udara
yang dihasilkan dari tekanan kompresor berpengaruh terhadap nilai kelembaban
kumbung jamur yang didapat dari nilai temperatur bola kering dan temperatur
bola basah dalam diagram psikometrik
4.3.2 Analisa Regresi dan Korelasi Waktu
 Regresi
Tabel 4.8 Data Hasil Regresi dan Korelasi Waktu
No x y x² y² x.y
1 273 15.18 74,529 230.43 4144.14
2 299 10.12 89,401 102.41 3025.88
3 304 7.31 92,416 53.44 2222.24
4 387 5.41 149,769 29.27 2077.44
5 547 3.24 299,209 10.50 1772.28
∑ 362 8.25 141,065 85.21 2648.40
a =
∑y
n
− b
∑x
n
a =
8.25
5
− 0.017
362
5
a = 1.65 − 1.23 = 0.42
b =
∑xy − ∑x
∑y
n
∑x2 −
∑x 2
n
b =
2648.40 − 597.3
141064.8 − 26208.8
b =
2051.1
114856
= 0.017
61
Tabel 4.9 Data Hasil Regresi Waktu
No x y = a - (b.x)
1 273 4.22
2 299 4.66
3 304 4.75
4 387 6.11
5 547 8.88
 Korelasi
𝑟 =
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 (∑𝑦)/𝑛
∑𝑥2 −
∑𝑥 2
𝑛
∑𝑦2 −
∑𝑦 2
𝑛
𝑟 =
2648.4 − 362 (8.25)/5
141064.8 −
362 2
5
85.21 −
8.25 2
5
𝑟 =
2051.1
114856 × 71.6
𝑟 =
2051.1
2867.69
= 0,72
62
Grafik 4.2 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Waktu (menit)
Dari grafik 4.2 regresi kecepatan udara (m/s) terhadap waktu (menit) dapat
dilihat bawah nilai garis X mempengaruhi nilai garis Y yaitu berbanding terbalik
semakin tinggi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengkabutan relative cepat dan semakin rendah
kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka waktu yang dibutuhkan relative
lama. Hal ini disebabkan karena pengaruh kecepatan udara dalam proses
pengkabutan saat melewati diffuser swirling, jika kecepatan udara tinggi maka
arah pengkabutan akan merata dan debit air yang ikut disemburkan lebih banyak
sehingga suhu 25.8°C temperatur bola kering sensor otomatis dapat dipenuhi
dalam waktu yang cepat. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada proses budidaya jamur tiram proses pengkabutan tidak boleh dilakukan
terlalu lama untuk menghindari terlalu banyaknya air yang dikabutkan sehingga
membuat jamur tiram akan busuk. Dari hasil pengujian tentang pengaruh
273, 4.22
299, 4.66
304, 4.75
384, 6.11
547, 8.88
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 100 200 300 400 500 600
Waktu(menit)
Kecepatan Udara (m/s)
Regresi
63
kecepatan udara (m/s) terhadap waktu (menit) maka pada tekanan kompresor 100
(psi) yang menghasilkan kecepatan udara 547 (m/s) dengan waktu pengkabutan
3.24 (menit) menjadi nilai yang baik untuk proses pelembaban pada kumbung
jamur tiram.
4.4 Proses Budidaya Jamur Tiram
Dalam proses budidaya jamur tiram ini dilakukan pada tanggal 24 – 26
Januari 2015 di Laboratorium Institut Teknologi Nasional Malang untuk
mengetahui pertumbuhan jamur dan manfaat dari kerja alat dalam proses
budidaya jamur menggunakan diffuser swirling. Dari hasil pengujian persentase
kelembaban dan waktu diatas maka pada proses budidaya jamur tiram ini
menggunakan tekanan kompresor 100 (psi) yang menghasilkan kecepatan udara
547 (m/s) dengan persentase kelembaban 92% dan lama waktu pengkabutan 3.24
(menit). Dalam menggunakan sensor suhu otomatis perlu ditentukan standar
suhu yang harus terpenuhi selama proses pengkabutan yaitu 25°C. Jika suhu di
dalam kumbung diatas 25°C maka akan dilakukan pengabutan secara otomatis.
Didalam kumbung sendiri ditempatkan pasir dan rak sebagai media
penempatan dari baglog jamur. Pada proses budidaya jamur, pengabutan hanya
dilakukan pada pagi, siang dan malam, hal ini dilakukan untuk menjaga suhu dan
kelembaban kumbung dan menghindari jamur busuk karena terlalu banyak
kandungan air.
64
4.5 Pemilihan Jenis Jamur
Dalam proses pemilihan ini dipilih jamur tiram dengan dua fase
pertumbuhan, setiap fase terdiri dari 2 baglog jamur seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.10 Jenis Jamur Yang Dibudidayakan
No Parameter Pertumbuhan Kode Jamur Waktu
Pertumbuhan
1 Pembentukan primordia B1 dan B2 2 hari
2 Pembentukan tubuh buah
dan panen
A1 dan A2 2 hari
4.6 Proses Pertumbuhan Jamur Tiram
Dalam proses pengukuran pertumbuhan jamur tiram didapatkan data
dalam tabel berikut :
Tabel 4.11 Awal Penempatan Jamur Tiram
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 Awal 3 cm 18.00 25.8°C 90 %
B1 Awal 3 cm 18.00 25.8°C 90 %
A2 Awal 4 cm 18.00 25.8°C 90 %
B2 Awal 2 cm 18.00 25.8°C 90 %
Gambar 4.2 Awal Proses Budidaya Jamur Tiram
65
Tabel 4.12 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Pagi
Gambar 4.3 Pengukuran Hari Minggu Pagi (12 Jam)
Tabel 4.13 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Siang
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 18 Jam 8 cm 12.00 25.8°C 89 %
B1 18 Jam 7 cm 12.00 25.8°C 89 %
A2 18 Jam 8.5 cm 12.00 25.8°C 89 %
B2 18 Jam 6 cm 12.00 25.8°C 89 %
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 12 Jam 6 cm 06.00 25.8°C 92 %
B1 12 Jam 5 cm 06.00 25.8°C 92 %
A2 12 Jam 6 cm 06.00 25.8°C 92 %
B2 12 Jam 4 cm 06.00 25.8°C 92 %
66
Gambar 4.4 Pengukuran Hari Minggu Siang (18 Jam)
Tabel 4.15 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Malam
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 24 Jam 9 cm 18.00 25.8°C 94 %
B1 24 Jam 7 cm 18.00 25.8°C 94 %
A2 24 Jam 9.5 cm 18.00 25.8°C 94 %
B2 24 Jam 7 cm 18.00 25.8°C 94 %
Gambar 4.5 Pengukuran Hari Minggu Malam (24 Jam)
67
Tabel 4.16 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Pagi
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 36 Jam 10 cm 06.00 25.8°C 95 %
B1 36 Jam 9 cm 06.00 25.8°C 95 %
A2 36 Jam 11 cm 06.00 25.8°C 95 %
B2 36 Jam 8.5 cm 06.00 25.8°C 95 %
Gambar 4.5 Pengukuran Hari Senin Pagi (36 Jam)
Gambar 4.6Pengukuran Hari Minggu Malam (36 Jam)
Tabel 4.17 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Siang
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 42 Jam 11.5 cm 12.00 25.8°C 90 %
B1 42 Jam 10.5 cm 12.00 25.8°C 90 %
A2 42 Jam 11 cm 12.00 25.8°C 90 %
B2 42 Jam 9 cm 12.00 25.8°C 90 %
68
Gambar 4.7 Pengukuran Hari Senin Siang (42 Jam)
Tabel 4.18 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Malam
Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban
A1 48 Jam 12 cm 18.00 25.8°C 93 %
B1 48 Jam 11 cm 18.00 25.8°C 93 %
A2 48 Jam 11 cm 18.00 25.8°C 93 %
B2 48 Jam 9.5 cm 18.00 25.8°C 93 %
Gambar 4.7 Pengukuran Hari Senin Malam (48 Jam)
Gambar 4.8 Pengukuran Hari Senin Malam (48 Jam)
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Semakin tinggi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka
semakin tinggi debit aliran air yang disemburkan bersamaan dengan
udara melalui sprayer system, dan menghasilkan kelembaban yang
tinggi di dalam kumbung jamur.Dan semakin tinggi kecepatan udara
yang dihasilkan kompresor maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk memenuhi standar sensor suhu otomatis 25°C dalam
proses pelembaban kumbung jamur.
2. Dalam proses budidaya jamur tiram yang telah dilakukan digunakan
tekanan 100 psi yang menghasilkan kecepatan udara 547 m/s untuk
mendapatkan debit aliran air 0.0000142 m³/s agar menghasilkan nilai
persentase kelembaban yang tinggi dengan waktu pelembaban yang
singkat.
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal perlu dilakukan variasi
terhadap sudut sudu dari diffuser swirling, sehingga dapat dilihat pada
sudut sudu berapa derajat penyebaran pengkabutan dapat merata.
2. Perlu dilakukan perubahan bentuk dari penampang diffuser swirling
sehingga meminimalkan air yang menetes pada saat pengkabutan.
70
3. Untuk proses budidaya jamur tiram di daerah dataran rendah/ panas
dapat dilakukan perubahan pada system pendinginan air dengan
menggunakan system pendinginan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan efisiensi dari kerja alat.
DAFTAR PUSTAKA
H.Unus Suriawira, Budidaya Jamur Tiram, Kanisus, Yogyakarta,2002
Mochtar Asroni, Kaji Analitik dan Eksperimental Aplikasi Jet Swirling Untuk Distribusi
Udara Sistem Pengkondisian Udara, Teknik Mesin Program Pascasarjana, ITB, 1993
Stocker. WR, 1987. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Penerbit Erlangga.
Wiranto Arismunandar, Heizo Sato, Penyegaran udara, Edisi ketiga,Pradyan
Paramita,Jakarta,1986.
Harinaldi, Prinsip – prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains, Penerbit Erlangga, 2005
www.spraynozzlegun.blogspot.com
www.tongkronganteknik.blogspot.com/2012/12/rumus-bidang-datar.html
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram
Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram

Mais conteúdo relacionado

Destaque

Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarRizaldi Satria N
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Reandy Risky
 
Teknik refrigerasi
Teknik refrigerasiTeknik refrigerasi
Teknik refrigerasifaoeziku
 
Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...
Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...
Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...Ir. Najamudin, MT
 
Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1
Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1
Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1joko andi
 

Destaque (8)

Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi
 
Teknik refrigerasi
Teknik refrigerasiTeknik refrigerasi
Teknik refrigerasi
 
Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...
Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...
Mesin pendingin (refrigerator) merupakan suatu rangkaian mesin yang mampu bek...
 
Modul mesin pendingin
Modul mesin pendinginModul mesin pendingin
Modul mesin pendingin
 
Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1
Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1
Job sheet memperbaiki sistem pendingin 1
 
MAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin PendinginMAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin Pendingin
 

Semelhante a Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram

1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf
1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf
1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdfBowjava1
 
apik 2_unlocked.pdf
apik 2_unlocked.pdfapik 2_unlocked.pdf
apik 2_unlocked.pdfKulaNuwun1
 
Analisis sistim pelumasan
Analisis sistim pelumasanAnalisis sistim pelumasan
Analisis sistim pelumasansizy
 
4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar
4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar
4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besarRyan Isni
 
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANGLAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANGWahyudi Pratama
 
Laporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatamaLaporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatamaAndrea Fender
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangyogieardhensa
 
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalMuhammad Akmal
 
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...Muhammad Fadhil
 
161862608201010101
161862608201010101161862608201010101
161862608201010101Jhon P S
 
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUSPERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUSmoses hadun
 
LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALANLAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALANlia anggraini
 
Laporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubaraLaporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubaraRio Erviant
 
Perpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses Produksi
Perpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses ProduksiPerpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses Produksi
Perpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses ProduksiReynaldi Saroha
 
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...mariaseptiamemorini
 

Semelhante a Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram (20)

1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf
1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf
1_Teknologi Preservasi Perkerasan Lentur.pdf
 
apik 2_unlocked.pdf
apik 2_unlocked.pdfapik 2_unlocked.pdf
apik 2_unlocked.pdf
 
Analisis sistim pelumasan
Analisis sistim pelumasanAnalisis sistim pelumasan
Analisis sistim pelumasan
 
4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar
4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar
4. kp pada pt. lafarge cement indonesia aceh besar
 
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANGLAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
 
Ed & konco-konco
Ed & konco-koncoEd & konco-konco
Ed & konco-konco
 
12346929 2
12346929 212346929 2
12346929 2
 
Laporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatamaLaporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatama
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
 
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
 
Tugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandaraTugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandara
 
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
 
161862608201010101
161862608201010101161862608201010101
161862608201010101
 
Cv galih irvandi
Cv galih irvandiCv galih irvandi
Cv galih irvandi
 
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUSPERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
 
LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALANLAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
 
Perencanaan sprinkler
Perencanaan sprinklerPerencanaan sprinkler
Perencanaan sprinkler
 
Laporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubaraLaporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubara
 
Perpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses Produksi
Perpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses ProduksiPerpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses Produksi
Perpindahan Panas Pada Mesin Semi-Assy Didalam Proses Produksi
 
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
 

Último

397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptxVinaAmelia23
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf114210034
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompeteIwanBasinu1
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...rororasiputra
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierbudi194705
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfIftitahKartika
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASMuhammadFiqi8
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 

Último (20)

397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 

Risky tri kurniawan - proses pelembaban udara untuk budidaya jamur tiram

  • 1. i PENELITIAN PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60° Disusun Oleh : Nama : RISKY TRI KURNIAWAN Nim : 1111119 JURUSAN TEKNIK MESIN S-1 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2015
  • 2. ii LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60° Disusun Oleh : Nama : Risky Tri Kurniawan Nim : 1111119 Jurusan : Teknik Mesin S-1 Diajukan pada jurusan Teknik Mesin S-1 Fakultas Teknologi Industri di Institut Teknologi Nasional Malang. Mengetahui / Disetujui Oleh : Malang, 24 Februari 2015 Mengetahui Disetujui Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1 Dosen Pembimbing Skripsi Sibut, ST, MT Ir. Totok Soegiarto,MSME NIP.1030300379 NIP. 1018200042
  • 3. iii LEMBAR BIMBINGAN PENELITIAN 1. Nama Mahasiswa : Risky Tri Kurniawan 2. NIM : 1111119 3. Jurusan : Teknik Mesin S-1 4. Program Studi : Konversi Energi 5. Judul Skirpsi : PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60° 6. Tanggal Mengajukan Penelitian : 15 September 2014 7. Tanggal Menyelesaikan Penelitian : 24 Februari 2015 8. Dosen Pembimbing : Ir. Totok Soegiarto, MSME 9. Telah Dievaluasi Dengan Nilai : Diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing Ir. Totok Soegiarto,MSME NIP. 1018200042
  • 4. iv LEMBAR ASISTENSI LAPORAN PENELITIAN Nama : Risky Tri Kurniawan NIM : 1111119 Jurusan / Bidang : Teknik Mesin S-1 / Konversi Energi Judul : PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60° No Tanggal Kegiatan Paraf 1 15 September 2014 Pengajuan Judul 2 22 September 2014 Pengajuan Proposal 3 26 September 2014 ACC Judul Penelitian 4 27 September 2014 ACC Proposal Penelitian 5 9 Desember 2014 Konsultasi Bab I, II, III (Perbaikan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori diagram alir) 6 16 Desember 2014 ACC Bab I,II,III 7 13 Januari 2015 Konsultasi Bab IV ( Penambahan regresi, korelasi, grafik ) 8 13 Januari 2015 Konsultasi Bab V ( Perbaikan kesimpulan dan saran ) 9 20 Januari 2015 ACC Bab IV,V 10 29 Januari 2015 Konsultasi Bab I, II, III, IV, V ( Perbaikan penempatan nama gambar, tabel grafik) 11 3 Februari 2015 ACC Bab I,II,III,IV,V 12 5 Februari 2015 Pengajuan Makalah Penelitian 13 10 Februari 2015 Seminar Peneliutiian 14 24 Februari 2015 ACC Penelitian Mengetahui : Dosen Pembimbing Ir. Totok Soegiarto,MSME NIP. 1018200042
  • 5. v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ISI TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA : Risky Tri Kurniawan NIM : 1111119 JURUSAN : Teknik Mesin S-1 TEMPAT / TGL. LAHIR : PASURUAN, 26 Mei 1993 ALAMAT ASAL : Jl. Pabrik Es Kasri No. 33, Dsn. Mejasem, Ds. Tawangrejo, Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin S-1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang MENYATAKAN Bahwa penelitian yang saya buat ini adalah hasil karya sendiri bukan hasil karya orang lain, kecuali kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya. Malang, 24 Februari 2015 Risky Tri Kurniawan NIM. 1111119
  • 6. vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala ridho, karunia serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60°” Atas tersusunnya laporan penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Soeparno Djiwo, MT, selaku Rektor ITN Malang. 2. Bapak Sibut, ST,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1 ITN Malang. 3. Bapak Ir. Mochtar Asroni, MSME selaku Koordinator Konsentrasi Konversi Energi yang telah banyak memberikan pengarahan. 4. Bapak Sibut, ST,MT selaku Kepala Lab. Mesin Pendingin yang telah bersedia membantu lancarnya penelitian ini. 5. Bapak Ir. Totok Soegiarto, MSME selaku dosen pembimbing yang tidak henti – hentinya memberikan arahan, dukungan, serta motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Ir. Anang Subardi, MT selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan pengarahan dan nasehat – nasehat selama proses perkuliahan. 7. Seluruh Dosen Teknik Mesin S-1 ITN Malang, atas semua ilmu yang tak ternilai harganya. 8. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga yang senantiasa mendukung penulis lewat doa, perhatian dan kasih sayang.
  • 7. vii 9. Rekan – rekan seperjuangan 2011. Peneliti mengharapkan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan khususnya Mahasiswa Teknik Mesin S-1 ITN Malang, juga kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Karena peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Malang, 24 Februari 2015 Penulis
  • 8. viii “PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60°” Risky Tri Kurniawan (1111119) Jurusan Teknik Mesin S-1, FTI-Institut Teknologi Nasional Malang Email : Riskytrikurniawan@ymail.com ABSTRAK Pembudidayaan jamur tiram saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Jamur tiram yang memiliki habitat alami di hutan, sekarang dapat dibudidayakan pada kumbung – kumbung jamur daerah dataran rendah. Agar pertumbuhan jamur dapat optimal maka suhu dan kelembaban daripada kumbung harus dijaga sesuai dengan kondisi idealnya. Dalam proses budidaya jamur tiram masih banyak menggunakan sistem manual dalam proses pengkabutan ruangan. Proses manual tersebut dirasa kurang efisien dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menguras tenaga dan waktu petani jamur tiram. Pada proyek akhir ini dirancang sebuat alat yang mampu melakukan pengkabutan secara merata di dalam kumbung jamur dengan system sprayer menggunakan diffuser swirling dengan sudut sudu 60°. Dengan ditambahkannya alat pengontrol suhu dan kelembaban pada kumbung jamur berbasis mikrokontroller AT-mega 16 yang didalamnya tersimpan dan terprogram mampu menjalankan alat untuk mengatur suhu dan kelembaban. Kata kunci : Pelembaban Kumbung Budidaya Jamur Tiram, sprayer system, Diffuser swirling sudut sudu 60°, sensor otomatis suhu dan kelembaban.
  • 9. ix DAFTAR ISI JUDUL ................................................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................ii LEMBAR BIMBINGAN PENELITIAN .........................................................iii LEMBAR ASISTENSI .....................................................................................iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ISI TULISAN ..................................v KATA PENGANTAR.......................................................................................vi ABSTRAK.......................................................................................................viii DAFTAR ISI .....................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv DAFTAR GRAFIK.........................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2 1.3 Batasan Masalah....................................................................................3 1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..............................................3 1.4.1 Tujuan Penelitian .................................................................................3 1.4.2 Manfaat Penelitian ...............................................................................3 1.5 Metode Penelitian..................................................................................4 1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................5
  • 10. x BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pengkondisian Udara................................................................7 2.2 Sistem Distribusi Udara .........................................................................8 2.3 Prisnsip Dasar Pendistribusian Udara dan Aliran Melalui Difuser ..........9 2.4 Jenis – Jenis Difuser Komersial ........................................................... 11 2.4.1 Kemungkinan yang Terjadi Pada Semburan di Bagian Lubang Keluar14 2.5 Hasil – Hasil Penelitian Tentang Difuser..............................................16 2.6 Prinsip Kerja Air Spray Gun Suction ................................................... 16 2.7 Dasar-Dasar Psikometrik .....................................................................17 2.8 Penjenuhan Adiabatik dan Suhu Bola Basah Termodinamik ................22 2.9 Proses Udara Thermal..........................................................................23 2.9.1 Proses Pemanasan (Heating). ............................................................. 24 2.9.2 Proses Pendinginan (Cooling) ............................................................ 25 2.9.3 Proses Pelembaban (humidifikasi)...................................................... 25 2.9.4 Proses Penurunan Kelembaban (dehumidifikasi). ............................... 26 2.9.5 Proses Pemanasan dan Pelembaban (Heating dan humidifikasi). ........27 2.9.6 Proses Pemanasan dan Penurunan Kelembaban (Heating dan Dehumidifikasi) ................................................................................. 28 2.9.7 Proses Pendinginan dan Pelembaban (Cooling dan Humidifikasi) ......29 2.9.8 Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembaban (Cooling dan Dehumidifikasi). ................................................................................30 2.10 Pengenalan Jamur Tiram......................................................................31 2.10.1 Siklus Hidup Jamur Tiram................................................................ 32 2.10.2Syarat Tumbuh Jamur Tiram............................................................. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian .......................................................................36 3.2 Alat Penelitian Pengkondisian Udara Pada Kumbung Jamur Tiram......38
  • 11. xi 3.3 Perencanaan Model Difuser Swirling ................................................... 39 3.4 Komponen yang Digunakan.................................................................40 3.4.1 Difuser Swirling................................................................................. 40 3.4.2 Kumbung Jamur Tiram ......................................................................41 3.4.3 Kompresor ......................................................................................... 42 3.4.4 Pompa Air.......................................................................................... 43 3.4.5 Selang................................................................................................ 44 3.5 Pemilihan Alat Ukur............................................................................45 3.5.1 Termometer Bola Basah Dan Termometer Bola Kering...................... 45 3.5.2 Stopwatch.......................................................................................... 45 3.5.3 Hygrometer........................................................................................ 46 3.5.4 Pressure Gauge .................................................................................. 47 3.5.5 Anemometer ...................................................................................... 48 3.5.6 Sensor Suhu Otomatis........................................................................48 3.6 Prosedur Penelitian ..............................................................................49 3.6.1 Variabel Penelitian.............................................................................50 3.6.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 50 3.7 Proses Pengambilan Data.....................................................................50 BAB IV ANALISA DATA 4.1 Data Hasil Pengujian ...........................................................................53 4.1.1 Data Laju Volume Air........................................................................53 4.1.2 Data Volume Spesifik Dalam Kumbung Jamur ..................................54 4.1.3 Data Laju Aliran Massa Udara ........................................................... 54 4.1.4 Data Pengamatan ...............................................................................55 4.2 Analisa Data ........................................................................................ 55 4.2.1 Data Kelembaban Dalam Kumbung Jamur.........................................56 4.3 Penyajian Data..................................................................................... 56 4.3.1 Analisa Regresi dan Korelasi Persentase Kelembaban........................ 57
  • 12. xii 4.3.2 Analisa Regresi dan Korelasi Waktu .................................................. 60 4.4 Proses Budidaya Jamur Tiram.............................................................. 63 4.5 Pemilihan Jenis Jamur..........................................................................64 4.6 Proses Pertumbuhan Jamur Tiram........................................................ 64 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 69 5.2 Saran ...................................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 13. xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penyebaran udara pada difuser “Straight Vanes”............................. 12 Gambar 2.2 Penyebaran udara pada difuser “Converging Vanes”....................... 12 Gambar 2.3 Penyebaran udara pada difuser “Diverging Vanes” ......................... 13 Gambar 2.4 Penyebaran udara pada difuser lurus dengan sudut sasaran tertentu.13 Gambar 2.5 Suatu Difuser.................................................................................. 15 Gambar 2.6 Beberapa Kemungkinan yang Terjadi Pada Difuser Akibat Entrainment .......................................................................................................15 Gambar 2.7 Air Spray Gun ................................................................................17 Gambar 2.8 Daur hidup jamur tiram...................................................................34 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................37 Gambar 3.2 Perangkat Pengujian Pengkondisian udara ......................................38 Gambar 3.3 Potongan Vertikal Difuser............................................................... 40 Gambar 3.4 Difuser Swirling .............................................................................41 Gambar 3.5 Kumbung Jamur Tiram...................................................................41 Gambar 3.6 Kompresor...................................................................................... 43 Gambar 3.7 Pompa Aquarium............................................................................44 Gambar 3.8 Selang............................................................................................. 44 Gambar 3.9 Termometer Bola Basah (Twb) dan Temperatur Bola Kering (Tdb) 45 Gambar 3.10 Stopwatch..................................................................................... 46
  • 14. xiv Gambar 3.11 Hygrometer................................................................................... 47 Gambar 3.12 Pressure Gauge .............................................................................47 Gambar 3.13 Anemometer ................................................................................. 48 Gambar 3.14 Sensor Suhu.................................................................................. 49 Gambar 3.15 Penempatan Hygrometer dan Sensor Otomatis Dalam Kumbung .51 Gambar 4.1 Bentuk Penampang Saluran Sprayer “Elips” ...................................53 Gambar 4.2 Awal Proses Budidaya Jamur Tiram ...............................................64 Gambar 4.3 Pengukuran Hari Minggu Pagi (12 Jam) .........................................65 Gambar 4.4 Pengukuran Hari Minggu Siang (18 Jam)........................................66 Gambar 4.5 Pengukuran Hari Minggu Malam (24 Jam) .....................................66 Gambar 4.6Pengukuran Hari Minggu Malam (36 Jam) ......................................67 Gambar 4.7 Pengukuran Hari Senin Siang (42 Jam)...........................................68 Gambar 4.8 Pengukuran Hari Senin Malam (48 Jam).........................................68
  • 15. xv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram ......35 Tabel 4.1 Data Debit Aliran Udara dalam m/detik Tiap Tekanan Kompresor .....53 Tabel 4.2 Nilai Volume Spesifik (m³/kg udara kering) .......................................54 Tabel 4.3 Laju Aliran Massa Udara....................................................................55 Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Pada Kumbung Menggunakan Diffuser Swirling Sudut Sudu 60° dengan Sensor Suhu Otomatis................................................... 55 Tabel 4.5 Presentase Kelembaban Dalam Kumbung Jamur Tiram...................... 56 Tabel 4.6 Data Hasil Regresi dan Korelasi Presentase Kelembaban................... 57 Tabel 4.7 Data Hasil Regresi Persentase kelembaban .......................................58 Tabel 4.8 Data Hasil Regresi dan Korelasi Waktu.............................................60 Tabel 4.9 Data Hasil Regresi Waktu.................................................................61 Tabel 4.10 Jenis Jamur Yang Dibudidayakan..................................................... 64 Tabel 4.11 Awal Penempatan Jamur Tiram........................................................ 64 Tabel 4.12 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Pagi .............................. 65 Tabel 4.13 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Siang ............................ 65 Tabel 4.15 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Malam .......................... 66 Tabel 4.16 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Pagi....................................67 Tabel 4.17 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Siang..................................67 Tabel 4.18 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Malam................................ 68
  • 16. xvi DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Psikometrik....................................................................................... 18 Grafik 2.2 Pemanasan Sensibel ..........................................................................24 Grafik 2.3 Pendinginan Sensibel ........................................................................25 Grafik2.4 Pelembaban........................................................................................ 26 Grafik 2.5 Penurunan Kelembaban.....................................................................27 Grafik 2.6 Pemanasan dan Pelembaban.............................................................. 28 Grafik2.7 Pemanasan dan PenurunanKelembaban..............................................29 Grafik2.8 Pendinginan dan Pelembaban............................................................. 30 Grafik 2.9 Pendinginan dan PenurunanKelembaban...........................................31 Grafik 4.1 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Presentase Kelembaban (%) .......................................................................................................................... 59 Grafik 4.2 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Waktu (menit) .................. 62
  • 17. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang wirausaha di Indonesia memberikan berbagai peluang dan ide baru untuk memulai berwirausaha dalam berbagai bidang. Wirausaha budidaya jamur tiram merupakan bentuk wirausaha yang menjanjikan. Budidaya jamur tiram yang biasanya dilakukan di daerah dataran tinggi dengan suhu yang dibutuhkan jamur tiram untuk pembentukan misellium adalah 24ºC - 29ºC dengan kelembapan 80% - 95%. Sedangkan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu lebih rendah atau sama dengan 21ºC - 28ºC dengan kelembapan 90%-95%. Standar suhu dan kelembaban udara yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tiram memberikan peluang wirausaha untuk menciptakan sebuah alat dan mengembangkan budidaya jamur tiram di dataran rendah. Perbedaan suhu dan kelembaban udara di dataran rendah yang cenderung lebih panas dengan kelembaban udara yang lebih rendah, maka harus dilakukan pengkondisian udara agar dapat mencapai suhu dan kelembaban udara yang memenuhi untuk budidaya jamur tiram. Pada sistem pengkondisian udara digunakan air dan udara sebagai fluidanya, agar dapat menjaga kelembaban kumbung yang digunakan untuk budidaya jamur tiram.
  • 18. 2 Untuk melakukan proses pengkondisian udara pada budidaya jamur tiram maka diperlukan komponen seperti kompresor, koil pendingin, tempat penampung air, ruangan untuk jamur tiram, selang untuk air dan udara, diffuser swirling Dalam menciptakan alat pengkondisian udara untuk budidaya jamur tiram maka penyusun melakukan penelitian terhadap suhu dan kelembaban udara dalam kubung jamur sehingga dapat memenuhi standar suhu dan kelembaban udara yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah. Sehubungan dengan hal diatas maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “PROSES PELEMBABAN UDARA UNTUK BUDIDAYA JAMUR TIRAM MENGGUNAKAN DIFFUSER SWIRLING DENGAN SUDUT SUDU 60º” 1.2 Rumusan Masalah Seperti yang sudah diuraikan dalam latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor terhadapproses pelembaban kumbung jamur menggunakan diffuser swirling? 2. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor terhadap waktu untuk memenuhi standar sensor suhu otomatis?
  • 19. 3 1.3 Batasan Masalah Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Sudut sudu yang digunakan pada diffuser swirling adalah 60º. 2. Pendingin mengggunakan media air + es. 3. Penelitian yang dilakukan adalah menganalisa variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor terhadap proses pelembaban udara dengan menggunakan diffuser swirling. 4. Hanya membahas variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor terhadap proses pelembaban udara dan waktu dengan menggunakan diffuser swirling. 5. Perhitungan data lainnya hanya keluaran dari data alat ukur. 1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian 1. Mengetahuidanmenganalisa pengaruh kecepatan udara dari kompresor terhadap kelembaban kumbung jamur dengan menggunakan diffuser swirling. 2. Mengetahui dan menganalisa waktu yang terbaik untuk memenuhi standart sensor suhu otomatis dalam pelembaban kumbung jamur. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat
  • 20. 4 Membantu masyarakat yang tinggal didataran rendah atau daerah panas untuk memulai berwirausaha budidaya jamur tiram guna meningkatkan perekonomian. 2. Bagi Mahasiswa Dengan terciptanya alat ini penulis berharap mampu memberikan peluang bagi mahasiswa lainnya yang akan berwirausaha budidaya jamur tiram di daerah panas. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam Proses Pelembaban Udara Untuk Budidaya Jamur Tiram Menggunakan Diffuser Swirling Dengan Sudut Sudu 60º adalah : 1. Metode Literatur Merupakan langkah penelusuran dan penelaah buku-buku referensi yang telah ada. Hal ini diambil sebagai orientasi pendahulu terhadap konsep yang dipakai, dimana melalui ini dapat menambah wawasan teori yang lebih luas. 2. Metode Interview Mengadakan wawancara terhadap beberapa pihak yang lebih mengenal konsep penelitian ini. Dengan demikian dapat memahami permasalahan yang akan timbul di lapangan. 3. Metode Eksperimen
  • 21. 5 Metode yang digunakan untuk mendapatkan variabel dengan cara pengamatan terhadap benda kerja untuk mendapatkan data-data yang akurat dari obyek penelitian. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan akan diuraikan dalam beberapa bab yang kemudian akan dikembangkan lagi melalui sub bab, sehingga semua materi pembahasan yang dimaksud dapat tersaji secara sistematis dan terarah. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Di dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, manfaat penelitian, metode penulisan serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini membahas tentang teori yang berhubungan dengan penelitian Proses Pelembaban Udara Untuk Budidaya Jamur Tiram Dengan Diffuser Swirling Sudut Sudu 60º, dan rumus-rumus perhitungan yang digunakan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Didalam Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian, dimana dalam bab ini akan dibahas tentang tempat dan waktu penelitian,
  • 22. 6 metode pengambilan data, variable data, data hasil penelitian serta diagram alir proses pengolahan data dari awal hingga akhir. BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Didalam bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan serta mengolah data – data Proses Pelembaban Udara Untuk Budidaya Jamur Tiram Dengan Diffuser Swirling Sudut Sudu 60º yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut. BAB V PENUTUP Didalam Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, pengkajian teori, observasi, analisis dari proses pelembaban kumbung jamur menggunakan diffuser swirling serta cara menjaga suhu dan kelembaban kumbung jamur tetap stabil dalam pembuatan penelitian ini. Serta berisi saran-saran agar nantinya dapat digunakan sebagai bahan penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Berisikan tengtang literatur – literatur yang digunakan dalam rumusan data- data hasil penelitian. LAMPIRAN
  • 23. 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, temperatur, kelembaban,kualitas, sirkulasi, dan pendistribusiannya secara serentak guna untuk mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan dari suatu ruang,atau dapat didefinisikan suatu proses mendinginkan udara sehingga mencapai temperatur dan kelembaban yang ideal. Sistem pengkondisian udara atau air conditioning system pada dasarnya adalah bagian dari sistem refrigerasi. Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang hakekat dari sistem refrigerasi itu, namun secara umum dapat ditekankan bahwa proses pada sistem refrigerasi adalah bersifat terus menerus (continue) dan menyangkut adanya suatu fenomena pemindahan (transport phenomenon) dari kondisi satu ke kondisi dua dan berlangsung secara siklus / bolak balik. Air conditioner atau alat pengkondisi udara termasuk jenis mesin yang bekerja mengikuti siklus termodinamika yaitu siklus kompresi uap atau daur kompresi uap. Fluida kerja yang dipakai untuk daur ini biasa dinamakan refrigeran. Daur kompresi uap diaplikasikan pada mesin-mesin refrigerasi. System pengkondisian udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan utama yaitu :
  • 24. 8 1. Refrigerasi Industri Mengkondisikan udara dari ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan, peralatan diindustri atau barang yang ada didalam ruangan tersebut. 2. Comfort Air Conditioner Mengkondisikan udara dari ruangan untuk memberikan kenyamanan bagi para penghuninya, yang melakukan aktivitas didalam ruangan. 2.2 Sistem Distribusi Udara Dalam sistem tata udara ada dua bagian sistem yang bekerja secara serentak yaitu sistem pengolahan udara dan sistem refrigrasi. Di dalam unit refrigrasi, evaporator sebagai tempat berlangsungnya proses perpindahan kalor antara refrigerant dengan udara yang diinginkan. Dalam hal ini evaporator tersebut sebagai koil pendingin jenis ekspansi langsung (direct expansion coil). Setelah temperatur dan kandungan uap air (moisture content)udara diturunkan di koil pendingin, udara terkondisi ini dialirkan melalui cerobong udara catu oleh fan ke ruangan yang dikondisikan. Udara yang masuk keruangan ini disebut udara catu (supply air). Selama didalam ruangan udara catu menyerap kalor yang ada didalamnya. Jadi didalam sistem tata udara tersebut ada dua, siklus yang berlangsung secara bersamaan yaitu siklus refrigrasi dan siklus udara, tetapi didalam sistem udara sentral yang menggunakan air chillerterdapat tiga siklus yang berlangsung secara bersamaan yaitu siklus refrigrasi, siklus air dingin dan siklus udara.
  • 25. 9 Untuk mendapatkan distribusi kecepatan udara dan temperatur yang optimum maka perlu dilakukan pemilihan terhadap jenis diffuser dan penempatan diffuser tersebut. Jika diffuser yang dipilih tidak memberikan distribusi kecepatan udara dan temperatur yang merata pada daerah yang luas maka diffuser yang digunakan harus dalam jumlah yang banyak dan ini akan berarti memperbesar biaya investasi dan perawatan. 2.3 Prisnsip Dasar Pendistribusian Udara dan Aliran Melalui Difuser Pendistribusian udara dalam suatu sistem pengkondisian udara harus dapat memenuhi beberapa kebutuhan berikut : 1. Laju aliran yang dikaitkan dengan perbedaan suhu antara udara suplai dengan udara balik, harus dapat mengimbangi kalor yang hilang atau diperoleh dari dalam ruang. 2. Laju aliran harus berada pada batas toleransi yang diijinkan. 3. Harus ada gerakan udara di dalam ruangan untuk memecahkan stratifikasi temperatur di ruangan tersebut. Untuk dapat mencapai persyaratan tersebut perancang harus menentukan jenis dan lokasi difuser udara suplai serta lokasi gril udara balik. Optimasi dalam pendistribusian udara dapat dilakukan dengan memperhatikan prinsip – prinsip berikut : 1. Karakteristik semburan arus udara bebas. 2. Karakteristik kecepatan pada jalan masuk udara. 3. Gaya apung ( bouyancy ).
  • 26. 10 4. Pembelokan arah ( deflection ). Unjuk kerja dari difuser yang digunakan untuk pengkondisian udara ditentukan oleh parameter – parameter berikut : 1. Semburan ( blow ). 2. Jangkauan ( drop/rise ). 3. Induksi ( induction ). 4. Penyebaran ( spread ). Semburan ( blow )adalah jarak horizontal yang dicapai dari aliran udara yang keluar melalui difuser. Jarak ini diukur dari difuser ke suatu titik dimana kecepatan dari aliran udara tersebut menjadi sangat kecil, tetapi masih berhingga atau masih dapat dirasakan oleh alat ukur dengan ketelitian 0,1 m/detik. Jangkauan ( drop/rise )adalah jarak vertikal yang dicapai aliran udara dari saat meninggalkan difuser sampai saat kecepatan udara sangat kecil, tetapi kecepatan udara tersebut masih dapat dirasakan oleh alat ukur dengan ketelitian 0,1 m/detik. Induksi ( induction )adalah udara ruangan yang ikut mengalir akibat adanya kecepatan aliran udara yang keluar dari difuser. Udara yang keluar dari difuser disebut udara primer, sedangkan udara ruang yang ikut terbawa karena aliran udara primer disebut udara sekuder. Campuran dari udara primer dan sekunder disebut udara total. Induksi dinyatakan dalam bentuk persamaan momentum berikut, 𝑀1 𝑉1 + 𝑀2 𝑉2 = (𝑀1 + 𝑀2) 𝑉3
  • 27. 11 Rasio induksi (R) didefinisikan sebagai perbandingan antara laju alir (debit) udara total dengan udara primer, 𝑅 = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 Debit udara yang terinduksi merupakan fungsi dari kecepatan dan laju penurunan kecepatan udara primer, sehingga panjang dari semburan tergantung pada jumlah induksi yang terjadi. Jumlah induksi sebuah difuser merupakan fungsi dari parameter penampang melintang aliran udara primer. Pada suatu kecepatan awal tertentu, suatu difuser dengan parameter penampang melintang besar akan mempunyai induksi besar dengan semburan pendek. Sedangkan difuser dengan parameter kecil akan mempunyai induksi kecil dengan jarak semburan panjang. Penyebaran ( spread )adalah sudut penyebaran dari aliran udara setelah meninggalkan difuser. Penyebaran horisontal ( horizontal spread )mempunyai penyebaran pada bidang horisontal. Sedangkan pernyebaran vertikal mempunyai penyebaran pada bidang vertikal. 2.4 Jenis – Jenis Difuser Komersial Difuser – difuser komersial secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Difuser dengan sudu - sudu pengarah sejajar ( Straight Vanes ). 2. Difuser dengan sudu – sudu pengarah pengucup ( Converging Vanes ).
  • 28. 12 3. Difuser dengan sudu – sudu pengarah menyebar ( Diverging Vanes ). Gambar 2.1 Penyebaran udara pada difuser “Straight Vanes” Difuser dengan sudu – sudu pengarah sejajar menghasilkan penyebaran (spread)dengan sudut sekitar 19°. Difuser dengan sudu – sudu pengarah menguncup menghasilkan penyebaran (spread)hampir sama dengan difuser dengan sudu – sudu pengarah sejajar yaitu 19°, tetapi mempunyai jarak semburan (blow)sekitar 15% lebih jauh dari difuser dengan sudu – sudu pengarah sejajar. Gambar 2.2 Penyebaran udara pada difuser “Converging Vanes”
  • 29. 13 Difuser dengan sudu – sudu pengarah menyebar mempunyai penyebaran dengan sudut yang lebih besar dari jenis difuser lain. Pada difuser dengan sudu pengarah bersudut 45° atau lebih menghasilkan penyebaran dengan sudut sekitar 60°. Pada kondisi ini jarak semburan berkurang sekitar 50%. Difuser dengan sudut sudu pengarah lebih kecil dari 45° akan memberikan jarak semburan lebih besar dibanding difuser dengan sudu pengarah 45°, tetapi masih lebih kecil dibanding dengan jarak semburan difuser dengan sudu pengarah sejajar. Gambar 2.3 Penyebaran udara pada difuser “Diverging Vanes” Gambar 2.4 Penyebaran udara pada difuser lurus dengan sudut sasaran tertentu
  • 30. 14 Luas penampang difuser dengan sudu pengarah menyebar biasanya lebih kecil dibanding luas penampang difuser yang lain. Hal ini akan mengakibatkan jumlah udara yang keluar dari difuser dengan sudu pengarah menyebar lebih sedikit, atau akan terjadi penurunan tekanan yang lebih besar bila debit yang sama tetap dipertahankan. Untuk mengatasi kendala ini dipakai difuser dengan sudu pengarah sejajar tetapi mempunyai sudut tertentu seperti yang diperlihatkan pada gambar (2.4). 2.4.1 Kemungkinan yang Terjadi Pada Semburan di Bagian Lubang Keluar Beberapa kemungkinan yang terjadi pada semburan dibagian lubang keluar adalah : 1. Kecepatan pada garis sumbu akan berubah dengan bertambahnya jarak dari mulut semburan. 2. Semburan akan menyebar ketika bergerak dari lubang semburan. 3. Semburan yang berdiameter besar mengalami hambatan kecepatan lebih banyak dari pada semburan yang berdiameter kecil. 4. Udara ditarik ketika semburan bergerak dari mulut tersebut seperti terlihat pada gambar 2.5 (a), (b) dan (c). Mulut terminal yang berbentuk grillesebagai jalan keluar udara jarang digunakan, karena udara yang berjarak jauh dengan one flow one direction. Lain halnya dengan difuser yang membentuk pola udara sehingga dapat mengubah kecepatan udara tersebut sebelum udara tersebut mencapai bagian yang ditempati didalam ruangan sehingga penghuni dapat merasa nyaman. Maka penulis
  • 31. 15 menggunakan difuser untuk menyebarkan udara secara merata (one flow one direction). Gambar 2.5 Suatu Difuser Gambar 2.6 Beberapa Kemungkinan yang Terjadi Pada Difuser Akibat Entrainment
  • 32. 16 2.5 Hasil – Hasil Penelitian Tentang Difuser Dalam sistem pengkondisian udara, salah satu aspek yang terpenting adalah distribusi udara dalam ruangan. Metode atau cara yang sederhana dari sistem distribusi udara adalah dengan cara memancarkan udara melalui difuser. Distribusi yang baik adalah diperlukan untuk mendapatkan distribusi kecepatan maupun temperatur yang paling sesuai dengan kondisi ruangan. Adapun cara untuk memperoleh distribusi temperatur dan kecepatan aliran udara yang optimal adalah dengan menggunakan jenis difuser yang banyak dan dapat menaikkan kecepatan udara, akan tetapi hal ini kurang efisien karena akan menyebabkan kebisingan dan ketidak nyamanan ketika berada didalam ruangan. 2.6 Prinsip Kerja Air Spray Gun Suction Prinsip kerja air spray gun adalah bila udara bertekanan (ditiup) melewati pipa sempit maka tekanan udara pada daerah O akan menjadi lebih rendah dari 1 atmosfir, lewat tutup yang berlubang akan mendesak air naik melalui pipa vertikal, apabila udara bertekanan ditiup terus menerus, air akan naik keatas (terhisap keatas) muncul pada permukaan pipa vertikal dan bertemu dengan udara bertekanan sehingga terpecah menjadi partikel – pertikel air yang halus. Terjadilah atomisasi (kabut air).
  • 33. 17 Gambar 2.7 Air Spray Gun www.spraynozzlegun.blogspot.com 2.7 Dasar-Dasar Psikometrik Psikometri adalah kajian tentang sifat-sifat termodinamika dari udara campuran. Ini dapat digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa sifat-sifat dari berbagai macam siklus dan proses pengkondisian udara. Psikometrik merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap air yang mempunyai arti penting dalam teknik pengkondisian udara, karena udara atmosfir tidak kering betul tetapi merupakan campuran udara dan uap air. Pada beberapa proses pengkondisian udara, kandungan air sengaja disingkirkan dari udara, tetapi pada proses yang lain, air ditambahkan. Prinsip-prinsip psikometrik akan diterapkan untuk perhitungan beban sistem-sistem pengkondisian udara, koil pendingin udara dan pengurangan kelembaban, menara pendingin (cooling tower), dan kondensor penguapan. Pada beberapa alat terdapat proses perpindahan kalor dan massa antara udara dan permukaan yang basah. Contohnya adalah alat pelembab udara
  • 34. 18 (humidifier), penurunan kelembaban (dehumidifier) dan koil pendingin serta peralatan penyemprotan air (water spray), seperti contoh cooling tower dan kondensor penguapan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting, yaitu penguasaan akan dasar-dasar bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompok- kelompok keadaan lain, misalnya tekanan barometrik yang tidak standar. Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara lain : Grafik 2.1 Psikometrik ( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke- 2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
  • 35. 19 1. Temperatur bola kering. Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas. 2. Temperatur bola basah. Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada termometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah. Untuk mengukur temperatur ini diperlukan aliran udara sekurangnya adalah 5 m/s. Temperatur bola basah sering disebut dengan temperatur jenuh adiabatik. 3. Titik embun. Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar. 4. Kelembaban relatif. Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan
  • 36. 20 sebagai kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air. Kelembaban ini dapat dirumuskan : %100x Pws Pw RH  ………………………( 1 ) dimana : Pw = Tekanan parsial uap air Pws = Tekanan jenuh uap air ( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke- 2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga ) 5. Kelembaban spesifik ( Humudity Ratio) Rasio kelembaban W adalah berat atau massa air yang terkandung dalam setiap kilogram udara kering. Rasio kelembaban ditentukan dengan dasar 1 kg, seperti beberapa sifat yang akan dipelajari, yaitu entalpi dan volume spesifik. Dalam teknik pengkondisian udara, untuk menghitung perbandingan rasio kelembaban dapat digunakan persamaan gas ideal, jadi uap air dan udara dapat dianggap sebagai gas ideal, sehingga mengikuti persamaan pv = RT, serta mempunyai kalor spesifik yang tetap. Udara dianggap sebagai gas ideal karena suhunya cukup tinggi dibandingkan dengan suhu jenuhnya, dan uap air dianggap ideal karena tekanannya
  • 37. 21 cukup rendah dibandingkan dengan tekanan jenuhnya.Kelembaban spesifik dapat dirumuskan : Ma Mw w  …………….……………( 2 ) Dimana : W = Kelembaban spesifik Mw = Massa uap air Ma = Massa udara kering ( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke- 2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga ) 6. Entalpi. Entalpi camputran udara kering dan uap air adalah jumlah dari entalpi udara kering dan entalpi uap air.Harga entalpi selalu didasarkan pada bidang data, dan harga entalpi nol untuk udara kering dipilih pada 0˚C. Harga entalpi nol untuk uap air berada pada air jenuh bersuhu 0˚C, yang bidang datanya sama dengan yang digunakan untuk tabel – tabel uap. Suatu persamaan untuk entalpi adalah : 𝑕 = 𝑐 𝑝 𝑡 + 𝑊𝑕 𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝑔 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 Dengan 𝐶𝑝 = Kalor spesifik udara kering pada tekanan konstan = 1,0 kJ/kg.K
  • 38. 22 t = Suhu campuran udara uap ˚C 𝑕 𝑔 = Entalpi uap air jenuh pada suhu campuran udara uap kJ/kg ( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke- 2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga ) 7. Volume spesifik Untuk menghitung volume spesifik campuran udara-uap, digunakan persamaan gas ideal.Volume spesifik adalah udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering. Dapat juga dikatakan sebagai meter kubik udara kering atau meter kubik campuran per kilogram udara kering, karena volume yang diisi oleh masing – masing substansi sama. Dari persamaan gas ideal, volume spesifik v adalah 𝑣 = 𝑅 𝑎 𝑡 𝑝 𝑎 = 𝑅 𝑎 𝑇 𝑝 𝑡 −𝑝 𝑠 𝑚3 / kg udara kering ( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke- 2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga ) 2.8 Penjenuhan Adiabatik dan Suhu Bola Basah Termodinamik Alat penjenuh adiabatik adalah suatu peralatan yang mengalirkan udara melewati percikan / semprotan air.Air tersebut secara terus menerus, oleh karena penyemprotan ini menjciptakan luas permukaan basah yang sangat banyak, maka udara yang meninggalkan ruang penyemprotan berada dalam kesimbangan dengan air tersebut dalam hal suhu dan tekanan uapnya.Alat ini bersifat adiabatik karena dindingnya diberi penyekat kalor dan tidak ada kalor yang ditambahakan atau dilepaskan. Untuk membuat proses berjalan terus menerus, perlu dilakukan
  • 39. 23 penambahan air untuk mengganti jumlahnya yang diuapkan ke udara. Suhu air penambah ini diatur sehingga sama dengan suhu air yang ada dalam bak penampung. Setelah penjenuh adiabatic ini mencapai keadaan mantap maka suhu yang terbaca pada thermometer yang dicelupkan dalam bak penampung adalah suhu boal basah termodinamik. Penggabungan tertentu kondisi – kondisi udara akan menghasilkan suhu – suhu bak tertentu dan daapat didefinisikan dengan persamaan keseimbangan energy dalam alat penjenuh ( saturator ). Kesimbangan energi ini didasarkan pada satuan aliran masa udara dengan 𝑕𝑓adalah entalpi cairan jenuh dalam bak penampung yang bersuhu bola basah termodinamik. 𝑕1 = 𝑕2 − ( 𝑊2 − 𝑊1 )𝑕𝑓 ( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke- 2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara.Jakarta : Erlangga ) 2.9 Proses Udara Thermal Proses udara yang terjadi dalam karta psikometrik adalah : 1. Proses pemanasan (Heating). 2. Proses pendinginan (Cooling). 3. Proses pelembaban (humidifikasi). 4. Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi). 5. Prosespemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).
  • 40. 24 6. Prosespemanasan dan penurunankelembaban (Heating dan dehumidifikasi). 7. Prosespendinginan dan pelembaban (Cooling dan humidifikasi). 8. Prosespendinginan dan penurunankelembaban (Cooling dan dehumidifikasi). 2.9.1 Proses Pemanasan (Heating). Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara sehingga temperatur udara tersebut naik. Proses ini hanya disebabkan oleh perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah kanan. Tdb1 Tdb2 Twb2 Twb1 w Grafik 2.2 Pemanasan Sensibel ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.)
  • 41. 25 2.9.2 Proses Pendinginan (Cooling) Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara tersebut mengalami penurunan. Proses ini hanya disebabkan oleh perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah kiri. Tdb1Tdb2 Twb2 Twb1 w Grafik 2.3 Pendinginan Sensibel ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.9.3 Proses Pelembaban (humidifikasi). Proses pelembaban adalah proses penambahan kandungan uap air ke udara sehingga terjadi kenaikan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel . Garis proses pada karta psikometrik adalah garis vertikal ke arah atas.
  • 42. 26 Tdb Twb2 Twb1 w1 w2 Grafik2.4 Pelembaban ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.9.4 Proses Penurunan Kelembaban (dehumidifikasi). Proses penurunan kelembaban adalah proses pengurangan kandungan uap air ke udara sehingga terjadi penurunan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis vertikal ke arah bawah.
  • 43. 27 Tdb Twb2 Twb1 w1 w2 Grafik 2.5 Penurunan Kelembaban ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.9.5 Proses Pemanasan dan Pelembaban (Heating dan humidifikasi). Pada proses ini udara dipanaskan disertai dengan penambahan uap air, yaitu dengan mengalirkan udara melewati ruangan semburan air atau uap yang temperaturnya lebih tinggi dari temperatur udara, sehingga didapatkan peningkatan kalor sensibel dan kalor laten secara bersamaan. Pada proses ini terjadi kenaikan rasio kelembaban, entalpi, Tdb, Twb dan kelembaban relatif. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah kanan atas.
  • 44. 28 Twb2 Twb1 w1 w2 Tdb1 Tdb2 Grafik 2.6 Pemanasan dan Pelembaban ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.9.6 Proses Pemanasan dan Penurunan Kelembaban (Heating dan Dehumidifikasi) Pada proses ini udara mengalami pendinginan dahulu sampai temperaturnya dibawah titik embun udara, pada temperatur ini udara mengalami pengembunan sehingga kandungan uap air akan berkurang, kemudian udara dilewatkan melalui koil pemanas sehingga temperatur udara akan meningkat. Proses ini terjadi pada alat pengering udara (dehumidifier). Pada proses ini terjadi penurunan rasio kelembaban, entalpi, Twb, entalpi dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan Tdb. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis kearah kanan bawah.
  • 45. 29 Tdb1 Twb2 Twb1 w1 w2 Tdb2 Grafik2.7 Pemanasan dan PenurunanKelembaban ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.9.7 Proses Pendinginan dan Pelembaban (Cooling dan Humidifikasi) Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan semburan air yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara, tetapi lebih tinggi dari titik embun udara sehingga temperatur akan mengalami penurunan dan rasio kelembaban akan mengalami peningkatan.
  • 46. 30 Tdb1 Twb2 Twb1 w1 w2 Tdb2 Grafik2.8 Pendinginan dan Pelembaban ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.9.8 Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembaban (Cooling dan Dehumidifikasi). Proses ini dilakukan dengan cara melewatkan udara pada koil pendingin atau ruangan semburan air dimana temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara sehingga terjadi penurunan kalor laten dan kalor sensibel.
  • 47. 31 Tdb1 Twb2 Twb1 w1 w2 Tdb2 Grafik 2.9 Pendinginan dan PenurunanKelembaban ( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and Sons. Inc.) 2.10 Pengenalan Jamur Tiram Jamur disebut cendawan, supa, saung, mushroom atau champig-non. Jamur termasuk jenis tumbuh – tumbuhan. Pada umumnya tumbuh – tumbuhan mempunyai hijau daun ( klorofil ), sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan karbohidratnya melalui proses fotosintesis. Namun, jamur tidak memiliki klorofil, sehingga kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dari luar.Karena itu, jamur harus hidup secara saprofitik atau secara parasitik. 1. Hidup secara saprofitik adalah hidup pada sisa mahkluk lain yang sudah mati, misalnya pada tumpukan sampah, tumpukan kotoran hewan, serbuk gergaji kayu, ataupun pada batang kayu yang psudah lapuk.
  • 48. 32 2. Hidup secara parasitik adalah hidup pada jasad mahluk lain, misalnya tumbuh – tumbuhan, hewan, atau manusia yang masih hidup. Kehadiran jamur tersebut biasanya menjadi penyebab penyakit atau gangguan. Bentuk tubuh jamur bervariasi, mulai dari yang sangat sederhana karena hanya terdiri dari satu sel ( pada ragi kue ), bentuk serat atau miselia ( misalnya jamur tempe atau oncom ), bentuk tubuh buah ( misalnya jamur merang, jamur kancing, jamur lingzhi), bentuk bilah, bunga karang, payung sampai kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur tiram berbentuk seperti kulit kerang (tiram), sehingga masyarakat menyebut jamur tiram. 2.10.1 Siklus Hidup Jamur Tiram Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur dari keluarga besar agaricaceae lainnya. Tahap – tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut. 1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat – serat halus menyerupai serat kapas, yang disebut miselium atau meselia. 2. Jika keadaan lingkungan tempat tumbuh miselia tersebut baik, dalam arti temperatur, kelembaban, kandungan C/N/P-Rasio substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselia tersebut akan membentuk primordia atau bakal tubuh buah jamur.
  • 49. 33 3. Bakal tubuh buah jamur tersebut kemudian akan membesar, dan pada akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang kemudian dipanen. 4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh dibagian ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah matang atau dewasa, spora akan jatuh dari tubuh buah jamur. Waktu yang diperlukan untuk tiap stadium atau tingkatan daur hidup bervariasi, tergantung pada : 1. Bentuk dan sifat media atau substrat/tempat tumbuh. 2. Lingkungan yang mendukung, misalnya lingkungan fisik (cahaya, temperatur), lingkungan kimia (keasaman/pH, kadar air), dan lingkungan biologis (kehadiran jasad lain, misal bakteri atau jamur liar). 3. Jenis atau strain jamur. Dalam keadaan normal, waktu yang diperlukan dari perkecambahan spora sampai terbbentuk tubuh buah rata – rata antara 1 – 2 bulan.Siklus hidup jamur tiram ditunjukkan dalam gambar.
  • 50. 34 Gambar 2.8 Daur hidup jamur tiram Sumber : H. Unus Suriawiria, Budi Daya Jamur Tiram, PENERBIT KANISIUS, 2002 Dari uraian diatas, ternyata bahwa jamur tiram termasuk saprofit karena tumbuh pada batang mati atau serbuk kayu. Jamur tiram juga dapat digolongkan sebagai parasit, karena kadang – kadang dapat tumbuh pada batang yang masih menempel pada pohonnya yang pada akhirnya akan mati. 2.10.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperatur, kelembaban relatif, waktu, kandungan 𝐶𝑂2, dan cahaya. Parameter tersebut memilki pengaruh yang berbeda terhadap setiap atau tingkatan, misalnya: 1. Terhadap miselia pada substrat tanam. 2. Terhadap pembentukan primordia (bakal kuncup) jamur. 3. Terhadap pembentukan tubuh buah. 4. Terhadap siklus panen. 5. Terhadap nilai BER atau perbandingan antara berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur.
  • 51. 35 Faktor – faktor lingkungan yang menentukan pertumbuhan jamur tiram ditunjukkan dalam tabel. Tabel 2.1 Faktor Lingkungan yang Menentukan Pertumbuhan Jamur Tiram Sumber : H. Unus Suriawiria, Budi Daya Jamur Tiram, PENERBIT KANISIUS, 2002
  • 52. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tidak Ya Start Pengecekan kondisi alat dan pemasangan komponen pengkondisian udara Menjalankan mesin Pengujian alat Variasi Tekanan kompresor Jika suhu dan kelembaban kumbung belum memenuhi 20°-30° dankelembaban 80%-85% Kumbung jamur bersuhu 20ºC- 30ºC dengan kelembapan 80%- 85%. Referensi
  • 53. 37 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Pengolahan data Pengambilan data Analisis data Hasil penelitian Selesai A
  • 54. 38 3.2 Alat Penelitian Pengkondisian Udara Pada Kumbung Jamur Tiram Dalam penelitian ini unit pengkondisian udara pada kumbung jamur tiram terdiri dari beberapa komponen seperti gambar dibawah ini : Gambar 3.2 Perangkat Pengujian Pengkondisian udara Dalam perangkat pengujian pengkondisian udara untuk kumbung jamur tiram ini pendinginan hanya dilakukan pada air yang akan disemburkan bersamaan dengan udara saja, dan pendinginan dilakukan dengan media es batu. Proses yang terjadi dalam siklus tersebut adalah kompresor memberikan tekanan udara menuju ke saluran sprayer sistem bersamaan dengan pompa air yang mengalirkan fluida menuju spreyer sistem juga.Kemudian air bercampur udara disemburkan secara bersamaan melewati nosel dan difuser.Hal tersebut memberikan efek pengkabutan didalam kumbung jamur.Bentuk dari difuser yang
  • 55. 39 berupa penampang lingkaran dengan sudut sudu 60° membuat arah dari pengkabutan tersebut dapat tersebar merata atau homogen di dalam kumbung jamur. Pada alat pengkondisian udara untuk kumbung jamur ini juga dapat bekerja secara otomatis dengan dipasangkannya sensor suhu dan kelembaban otomatis yang tersambung dengan kerja pompa air dan kompresor. Apabila suhu dan kelembaban kumbung jamur tidak memenuhi standar 24°C - 29°C untuk suhu dan 90% - 100% untuk kelembaban, maka kompresor dan pompa air akan bekerja melakukan pengkabutan dan pendinginan dalam kumbung jamur. 3.3 Perencanaan Model Difuser Swirling Untuk tujuan penelitian ini, difuser jet swirling dirancang dengan 8 buah sudu pengarah.Sudut pengarah aliran pengabutan dibuat 60°. Dengan kemiringan sudut tersebut diharapkan akan terlihat pengaruh penggunaan difuser swirling dalam proses pengkondian udara pada kumbung jamur tiram. Difuser swirling model pada sisi keluaran dirancang mempunyai lubang ditengahnya agar pengaruh pengumpulan sudu pengarah di sumbu difuser terhadap distribusi suhu dan kelembaban sekecil mungkin. Difuser swirling model dirancang dengan bentuk dinding divergen dengan sudut bukaan tertentu yaitu 60°. Pada kumbung jamur ditempatkan 1 difuser swirling untuk melakukan proses pelembaban. Sudut kemiringan dinding difuser (β) diukur terhadap garis vertikal, terlihat pada gambar 3.3.
  • 56. 40 Gambar 3.3 Potongan Vertikal Difuser Difuser seperti pada gambar diatas terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Penyambung difuser. 2. Rumah / dinding difuser. 3. Sudu pengarah. 3.4 Komponen yang Digunakan 3.4.1 Difuser Swirling Untuk tujuan penelitian ini, difuser jet swirling dirancang dengan 8 buah sudu pengarah.Sudut pengarah aliran pengabutan dibuat 60°. Dengan kemiringan sudut tersebut diharapkan akan terlihat pengaruh penggunaan difuser swirling dalam proses pelembaban udara pada kumbung jamur tiram.
  • 57. 41 Gambar 3.4 Difuser Swirling (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.4.2 Kumbung Jamur Tiram Gambar 3.5 Kumbung Jamur Tiram (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) Kumbung jamur adalah rumah atau tempat untuk budidaya jamur. Kumbung jamur dapat dibuat dari bahan besi, kayu, bambu. Bangunan yang
  • 58. 42 sederhana dapat berupa bangunan dengan tiang dan dinding yang terbuat dari bambu, untuk atap dapat digunakan genteng atau plastik dengan warna gelap sebagai penutup dan lantai dari tanah yang diperkuat. Kumbung jamur diatas berbetuk balok dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. Terdapat pintu atau bagian yang dapat dibuka dan ditutup utuk sirkulasi udara. Di dalam kumbung ditempatkan beberapa titik untuk dipasang hygrometer dan sensor otomatis suhu dan kelembaban untuk melihat proses pelembaban menggunakan difuser swirling terjadi secara merata. 3.4.3 Kompresor Kompresor merupakan bagian dari mesin pendingin yang memiliki kerja yang sangat penting untuk memompa fluida ke seluruh bagian. Dalam proses pelembaban pada kumbung jamur ini kompresor berfungsi untuk memberikan tekanan berupa udara untuk disemburkan bersamaan dengan pompa air.
  • 59. 43 Gambar 3.6 Kompresor (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.4.4 Pompa Air Pompa air adalah alat yang digunakan untuk memindahkan cairan (fluida)dari suatu tempat ke tempat lain, melalui media pipa atau saluran dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung terus menerus. Dalam proses pelembaban pada kumbung jamur tiram ini menggunakan pompa air jenis sentrifugal yaitu pompa aquarium. Fungsi dari pompa aquarium tersebut untuk mengalirkan fluida yang telah di dinginkan dengan es menuju ke saluran dan disemburkan bersamaan dengan udara yang di kompresikan oleh kompresor.
  • 60. 44 Gambar 3.7 Pompa Aquarium (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.4.5 Selang Selang adalah tempat untuk mengalirnya cairan atau udara. Selang ini berfungsi sebagai media untuk mengalirnya air dari pompa air dan udara dari kompresor. Dalam proses pelembaban pada kumbung jamur ini menggunakan selang dengan diameter 7 mm. Gambar 3.8 Selang (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
  • 61. 45 3.5 Pemilihan Alat Ukur 3.5.1 Termometer Bola Basah Dan Termometer Bola Kering Untuk thermometer bola basah, dalam hal ini digunakan pengaruh radiasi panas, perlu diperhatikan bahwa melalui sensor harus terjadialiran udara sekurang kurangnya 5 m/s. temperatur bola kering dapat dibaca pada thermometer dengan sensor kering dan terbuka. Namun penunjukan tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas lingkungan sekitar kecuali sensornya memperleh ventilasi yang cukup baik. Gambar 3.9 Termometer Bola Basah (Twb) dan Temperatur Bola Kering (Tdb) (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.5.2 Stopwatch Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan dan pekerjaan.
  • 62. 46 Gambar 3.10 Stopwatch (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.5.3 Hygrometer Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer. Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah). Hygrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. Skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius.
  • 63. 47 Gambar 3.11 Hygrometer (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.5.4 Pressure Gauge Pressure gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui suatu tekanan udara. Pressure gauge dipasang pada saluran kompresor umtuk mengetahui tekanan yang dihasilkan kompresor. Gambar 3.12 Pressure Gauge (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang)
  • 64. 48 3.5.5 Anemometer Anemometer adalah alat ukur untuk kecepatan udara dengan satuan m/s. Anemometer diletakkan di arah semburan udara dari spreyer untuk mengetahui kecepatan udara dari setiap variasi tekanan. Gambar 3.13 Anemometer (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.5.6 Sensor Suhu Otomatis Sensor suhu berbasis Atmega 8 dengan menggunakan 2 relay 12 V dan menggunakan LCD 16x2. Sensor ini dapat membuat alat bekerja secara otomatis, apabila suhu naik dari standar sensor 25°C maka kompresor dan pompa air akan melakukan proses pengkabutan.
  • 65. 49 Gambar 3.14 Sensor Suhu (sumber : Lab Mesin Pendingin ITN Malang) 3.6 Prosedur Penelitian Langkah langkah pengujian yang di gunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : Proses pengujian pelembaban pada kumbung jamur : 1. Dilakukan pemasangan hygrometer dan sensor suhu dan kelembaban otomatis pada titik yang telah ditentukan. 2. Pada saat mesin start dilakukan pengecekan terhadap pengkabutan yang dihasilkan difuser swirling. 3. Pengecekan terhadap kerja sensor otomatis suhu dan kelembaban yang dihubungkan dengan kompresor dan pompa air. 4. Variasi kecepatan udara dari kompresor untuk mendapatkan hasil terbaik dalam proses pengabutan. 5. Pencacatan hasil pengujian.
  • 66. 50 3.6.1 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Variasi dari tekanan kompresor yang menghasilkan kecepatan udara untuk mendapatkan persentase kelembaban yang terbaik. 2. Variasi dari tekanan kompresor yang menghasilkan kecepatan udara untuk mendapatkan waktu tercepat dalam proses pelembaban. 3.6.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015. Pembuatan alat bertempat di Jl. Bandulan VI Blok K 7 No. 15. Pengujian alat dilakukan di Laboratorium mesin pendingin Institut Teknologi Nasional malang. 3.7 Proses Pengambilan Data 1. Pengambilan Data Kelembaban Kumbung Pengujian pengkondisian udara untuk mengukur kelembaban dan suhu di dalam kumbung jamur. Dan untuk mengukur kelembaban dan suhu tersebut penulis menempatkan beberapa hygrometer dan sensor otomatis suhu dan kelembaban dibeberapa titik seperti dalam gambar berikut :
  • 67. 51 Gambar 3.15 Penempatan Hygrometer dan Sensor Otomatis Dalam Kumbung 2. Pengambilan Data Pada Sesi Uji Data yang diambil merupakan proses pelembaban yang dilakukan dalam kumbung jamur menggunakan difuser swirling dengan variasi kerja tekanan kompresor. Hal tersebut dilakukan dengan mengambil data terbaik dari variasi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor.
  • 68. 53 BAB IV ANALISA DATA 4.1 Data Hasil Pengujian 4.1.1 Data Laju Volume Air Sebelum dilakukan pengambilan data dilakukan pengambilan data pra- pengujian yaitu data tentang laju volume air yang masuk kesaluran spreyer. Maka digunakan rumus seperti dibawah ini : Gambar 4.1 Bentuk Penampang Saluran Sprayer “Elips” Rumus luas penampang = π/4 x a x b = 3.14/4 x 0.653 x 0.05 = 0.026 mm ( 0.000000026 m²) Q = A x V (m³/s) Dimana : A = Luas Penampang Saluran Sprayer (m²) V = Kecepatan Udara (m/s) Tabel 4.1 Data Debit Aliran Udara dalam m/detik Tiap Tekanan Kompresor Tekanan Kecepatan Udara Luas Penampang Laju Volume Air Kompresor (m/s) Saluran Spreyer (m²) (m³/s) 20 psi 273 m/s 0.000000026 0.0000071 40 psi 299 m/s 0.000000026 0.0000078 60 psi 304 m/s 0.000000026 0.0000079 80 psi 387 m/s 0.000000026 0.0000101 100 psi 547 m/s 0.000000026 0.0000142
  • 69. 54 4.1.2 Data Volume Spesifik Dalam Kumbung Jamur Dari temperatur bola kering dan temperature bola basah yang sudah diketahui diatas, maka dengan menggunakan diagram psikometri dapat diketahui berapa udara campuran udara-uap yang terkandung. Tabel 4.2 Nilai Volume Spesifik (m³/kg udara kering) Tekanan (psi) Kecepatan Udara (m/s) Tdb (°C) Twb (°C) Volume Spesifik (m³/kg) 20 psi 273 m/s 25.8 22.1 0.87 40 psi 299 m/s 25.8 22.8 0.87 60 psi 304 m/s 25.8 23.1 0.872 80 psi 387 m/s 25.8 23.5 0.872 100 psi 547 m/s 25.8 24.2 0.876 4.1.3 Data Laju Aliran Massa Udara Laju aliran massa udara adalah banyaknya udara yang disemburkan oleh kompresor dengan tekanan yang telah ditentukan sehingga mempengaruhi laju volume air yang ikut disemburkan melewati sprayer. Maka digunakan rumus seperti dibawah ini : Mₐ = 0,0504 𝑍 𝑉𝐷 Dimana : Z = Kecepatan Udara (m/s) VD = Volume spesifik pada terminal D atau dari grafik psikometri
  • 70. 55 Tabel 4.3 Laju Aliran Massa Udara Tekanan Kecepatan Volume Mₐ Kompresor Udara (m/s) Spesifik (m³/kg) Kg/s 20 psi 273 m/s 0.87 0.893 40 psi 299 m/s 0.87 0.934 60 psi 304 m/s 0.872 0.941 80 psi 387 m/s 0.872 1.063 100 psi 547 m/s 0.876 1.264 4.1.4 Data Pengamatan Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Pada Kumbung Menggunakan Diffuser Swirling Sudut Sudu 60° dengan Sensor Suhu Otomatis Temperatur Temperatur Tekanan Kecepatan Waktu Temperatur Temperatur Kumbung Jamur Standar Sensor (psi) Udara (menit) Ruangan Air Es °C Otomatis (m/s) °C °C Tdb Twb °C 20 psi 273 15.18 27.2 5 25.8 22.1 22.8 40 psi 299 10.12 27.2 5 25.8 22.8 22.8 60 psi 304 7.31 27.2 5 25.8 23.1 22.8 80 psi 387 5.41 27.2 5 25.8 23.5 22.8 100 psi 547 3.24 27.2 5 25.8 24.2 22.8 4.2 Analisa Data Dari data yang diambil dengan parameter – parameter diatas didapatkan hasil perhitungan dari kinerja diffuser swirling dalam proses pelembaban kumbung jamur pada tabel dibawah ini :
  • 71. 56 4.2.1 Data Kelembaban Dalam Kumbung Jamur Dari nilai Temperatur bola kering dan temperatur bola basah yang didapat, maka dengan menggunakan diagram psikometri dapat dicari nilai presentase kelembaban (%) yang terdapat didalam kumbung jamur. Tabel 4.5 Presentase Kelembaban Dalam Kumbung Jamur Tiram. Tekanan (psi) Kecepatan Udara (m/s) Tdb (°C) Twb (°C) Kelembaban (%) 20 psi 273 m/s 25.8 22.1 80% 40 psi 299 m/s 25.8 22.8 84% 60 psi 304 m/s 25.8 23.1 86% 80 psi 387 m/s 25.8 23.5 88% 100 psi 547 m/s 25.8 24.2 92% 4.3 Penyajian Data Data hasil pengujian disajikan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas atau tetap. Penyajian dalam bentuk grafik tersebut agar dapat dilihat perubahan – perubahan yang terjadi dan pengaruh waktu, tekanan terhadap kelembaban dan dapat ditarik kesimpulan. Beberapa hubungan yang ditampilkan pada grafik adalah :  Hubungan antara perubahan kecepatan udara yang dihasilkan oleh kompresor terhadap kelembaban (%) kumbung jamur.  Hubungan antara perubahan kecepatan udara yang dihasilkan kompresor terhadap waktu (menit) untuk memenuhi standar sensor suhu otomatis. Grafik hubungan tersebut ditunjukkan untuk melihat pengaruh variasi kecepatan udara terhadap presentasi kelembaban udara didalam kumbung jamur,
  • 72. 57 hal ini menunjukkan pada kecepatan udara berapa pengkabutan dari spreyer dapat menyebar saat melewati diffuser swirling. Dan bagaimana dengan pengaruh variasi kecepatan udara dari kompresor terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi standar suhu dari sensor otomatis. 4.3.1 Analisa Regresi dan Korelasi Persentase Kelembaban  Regresi Tabel 4.6 Data Hasil Regresi dan Korelasi Presentase Kelembaban No x Y x² y² x.y 1 273 80 74,529 6,400 21,840 2 299 84 89,401 7,056 25,116 3 304 86 92,416 7,396 26,144 4 387 88 149,769 7,774 34,056 5 547 92 299,209 8,464 50,324 ∑ 362 86 141,065 7,412 31,496 y = a + bx a = ∑y n − b ∑x n a = 86 5 − 0.22 362 5 a = 17.2 − 15.93 = 1.27 b = ∑xy − ∑x ∑y n ∑x2 − ∑x 2 n b = 31496 − 6226.4 141,064.8 − 26,208.8 b = 25269.6 114856 = 0.22
  • 73. 58 Tabel 4.7 Data Hasil Regresi Persentase kelembaban No X y = a + (b.x) 1 273 61.33 2 299 67.05 3 304 68.15 4 387 86.41 5 547 121.61  Korelasi 𝑟 = ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 (∑𝑦)/𝑛 ∑𝑥2 − ∑𝑥 2 𝑛 ∑𝑦2 − ∑𝑦 2 𝑛 𝑟 = 31496 − 362 (86)/5 141064.8 − 362 2 5 7412 − 86 2 5 𝑟 = 25269.6 114856 × 5932.8 𝑟 = 25269.6 26103.98 = 0,97
  • 74. 59 Grafik 4.1 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Presentase Kelembaban (%) Pada grafik 4.1 regresi kecepatan udara (m/s) terhadap persentase kelembaban (%) diatas terlihat bahwa nilai dari garis X mempengaruhi nilai dari garis Y yaitu berbanding lurus, semakin tinggi tekanan dari kompresor maka menghasilkan kecepatan udara yang tinggi sehingga kelembaban akan tinggi dan apabila kecepatan udara dari kompresor semakin rendah maka kelembaban akan semakin rendah pula. Hal ini disebabkan oleh prinsip kerja spreyer system, jika kecepatan udara tinggi maka debit air yang ikut disemburkan secara bersamaan dengan udara semakin tinggi juga. Dan semakin tinggi kecepatan udara maka arah pengkabutan yang melewati diffuser swirling lebih tersebar merata dan dapat memenuhi standar nilai temperatur bola kering dari sensor suhu otomatis yaitu 25.8°C dengan waktu yang relatif singkat. Dengan nilai temperatur bola basah yang tinggi maka dalam diagram psikometri menghasilkan persentase kelembaban yang tinggi.. Jika tekanan kompresor rendah maka akan menghasilkan kecepatan 273, 61.33 299, 67.05 304, 68.15 387, 86.41 547, 121.61 0 20 40 60 80 100 120 140 0 100 200 300 400 500 600 PersentaseKelembaban(%) Kecepatan Udara (m/s) Regresi
  • 75. 60 udara yang rendah sehingga debit aliran air dalam spreyer system yang ikut disemburkan juga rendah dan waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi standar temperatur bola kering (25.8°C) akan lama. Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan udara yang dihasilkan dari tekanan kompresor berpengaruh terhadap nilai kelembaban kumbung jamur yang didapat dari nilai temperatur bola kering dan temperatur bola basah dalam diagram psikometrik 4.3.2 Analisa Regresi dan Korelasi Waktu  Regresi Tabel 4.8 Data Hasil Regresi dan Korelasi Waktu No x y x² y² x.y 1 273 15.18 74,529 230.43 4144.14 2 299 10.12 89,401 102.41 3025.88 3 304 7.31 92,416 53.44 2222.24 4 387 5.41 149,769 29.27 2077.44 5 547 3.24 299,209 10.50 1772.28 ∑ 362 8.25 141,065 85.21 2648.40 a = ∑y n − b ∑x n a = 8.25 5 − 0.017 362 5 a = 1.65 − 1.23 = 0.42 b = ∑xy − ∑x ∑y n ∑x2 − ∑x 2 n b = 2648.40 − 597.3 141064.8 − 26208.8 b = 2051.1 114856 = 0.017
  • 76. 61 Tabel 4.9 Data Hasil Regresi Waktu No x y = a - (b.x) 1 273 4.22 2 299 4.66 3 304 4.75 4 387 6.11 5 547 8.88  Korelasi 𝑟 = ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 (∑𝑦)/𝑛 ∑𝑥2 − ∑𝑥 2 𝑛 ∑𝑦2 − ∑𝑦 2 𝑛 𝑟 = 2648.4 − 362 (8.25)/5 141064.8 − 362 2 5 85.21 − 8.25 2 5 𝑟 = 2051.1 114856 × 71.6 𝑟 = 2051.1 2867.69 = 0,72
  • 77. 62 Grafik 4.2 Regresi Kecepatan Udara (m/s) Terhadap Waktu (menit) Dari grafik 4.2 regresi kecepatan udara (m/s) terhadap waktu (menit) dapat dilihat bawah nilai garis X mempengaruhi nilai garis Y yaitu berbanding terbalik semakin tinggi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka waktu yang dibutuhkan untuk proses pengkabutan relative cepat dan semakin rendah kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka waktu yang dibutuhkan relative lama. Hal ini disebabkan karena pengaruh kecepatan udara dalam proses pengkabutan saat melewati diffuser swirling, jika kecepatan udara tinggi maka arah pengkabutan akan merata dan debit air yang ikut disemburkan lebih banyak sehingga suhu 25.8°C temperatur bola kering sensor otomatis dapat dipenuhi dalam waktu yang cepat. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada proses budidaya jamur tiram proses pengkabutan tidak boleh dilakukan terlalu lama untuk menghindari terlalu banyaknya air yang dikabutkan sehingga membuat jamur tiram akan busuk. Dari hasil pengujian tentang pengaruh 273, 4.22 299, 4.66 304, 4.75 384, 6.11 547, 8.88 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 100 200 300 400 500 600 Waktu(menit) Kecepatan Udara (m/s) Regresi
  • 78. 63 kecepatan udara (m/s) terhadap waktu (menit) maka pada tekanan kompresor 100 (psi) yang menghasilkan kecepatan udara 547 (m/s) dengan waktu pengkabutan 3.24 (menit) menjadi nilai yang baik untuk proses pelembaban pada kumbung jamur tiram. 4.4 Proses Budidaya Jamur Tiram Dalam proses budidaya jamur tiram ini dilakukan pada tanggal 24 – 26 Januari 2015 di Laboratorium Institut Teknologi Nasional Malang untuk mengetahui pertumbuhan jamur dan manfaat dari kerja alat dalam proses budidaya jamur menggunakan diffuser swirling. Dari hasil pengujian persentase kelembaban dan waktu diatas maka pada proses budidaya jamur tiram ini menggunakan tekanan kompresor 100 (psi) yang menghasilkan kecepatan udara 547 (m/s) dengan persentase kelembaban 92% dan lama waktu pengkabutan 3.24 (menit). Dalam menggunakan sensor suhu otomatis perlu ditentukan standar suhu yang harus terpenuhi selama proses pengkabutan yaitu 25°C. Jika suhu di dalam kumbung diatas 25°C maka akan dilakukan pengabutan secara otomatis. Didalam kumbung sendiri ditempatkan pasir dan rak sebagai media penempatan dari baglog jamur. Pada proses budidaya jamur, pengabutan hanya dilakukan pada pagi, siang dan malam, hal ini dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban kumbung dan menghindari jamur busuk karena terlalu banyak kandungan air.
  • 79. 64 4.5 Pemilihan Jenis Jamur Dalam proses pemilihan ini dipilih jamur tiram dengan dua fase pertumbuhan, setiap fase terdiri dari 2 baglog jamur seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.10 Jenis Jamur Yang Dibudidayakan No Parameter Pertumbuhan Kode Jamur Waktu Pertumbuhan 1 Pembentukan primordia B1 dan B2 2 hari 2 Pembentukan tubuh buah dan panen A1 dan A2 2 hari 4.6 Proses Pertumbuhan Jamur Tiram Dalam proses pengukuran pertumbuhan jamur tiram didapatkan data dalam tabel berikut : Tabel 4.11 Awal Penempatan Jamur Tiram Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 Awal 3 cm 18.00 25.8°C 90 % B1 Awal 3 cm 18.00 25.8°C 90 % A2 Awal 4 cm 18.00 25.8°C 90 % B2 Awal 2 cm 18.00 25.8°C 90 % Gambar 4.2 Awal Proses Budidaya Jamur Tiram
  • 80. 65 Tabel 4.12 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Pagi Gambar 4.3 Pengukuran Hari Minggu Pagi (12 Jam) Tabel 4.13 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Siang Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 18 Jam 8 cm 12.00 25.8°C 89 % B1 18 Jam 7 cm 12.00 25.8°C 89 % A2 18 Jam 8.5 cm 12.00 25.8°C 89 % B2 18 Jam 6 cm 12.00 25.8°C 89 % Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 12 Jam 6 cm 06.00 25.8°C 92 % B1 12 Jam 5 cm 06.00 25.8°C 92 % A2 12 Jam 6 cm 06.00 25.8°C 92 % B2 12 Jam 4 cm 06.00 25.8°C 92 %
  • 81. 66 Gambar 4.4 Pengukuran Hari Minggu Siang (18 Jam) Tabel 4.15 Pengukuran dan Pengkabutan Hari Minggu Malam Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 24 Jam 9 cm 18.00 25.8°C 94 % B1 24 Jam 7 cm 18.00 25.8°C 94 % A2 24 Jam 9.5 cm 18.00 25.8°C 94 % B2 24 Jam 7 cm 18.00 25.8°C 94 % Gambar 4.5 Pengukuran Hari Minggu Malam (24 Jam)
  • 82. 67 Tabel 4.16 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Pagi Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 36 Jam 10 cm 06.00 25.8°C 95 % B1 36 Jam 9 cm 06.00 25.8°C 95 % A2 36 Jam 11 cm 06.00 25.8°C 95 % B2 36 Jam 8.5 cm 06.00 25.8°C 95 % Gambar 4.5 Pengukuran Hari Senin Pagi (36 Jam) Gambar 4.6Pengukuran Hari Minggu Malam (36 Jam) Tabel 4.17 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Siang Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 42 Jam 11.5 cm 12.00 25.8°C 90 % B1 42 Jam 10.5 cm 12.00 25.8°C 90 % A2 42 Jam 11 cm 12.00 25.8°C 90 % B2 42 Jam 9 cm 12.00 25.8°C 90 %
  • 83. 68 Gambar 4.7 Pengukuran Hari Senin Siang (42 Jam) Tabel 4.18 Pengukuran dan Pengabutan Hari Senin Malam Kode Waktu Tinggi Jam T. Kumbung Kelembaban A1 48 Jam 12 cm 18.00 25.8°C 93 % B1 48 Jam 11 cm 18.00 25.8°C 93 % A2 48 Jam 11 cm 18.00 25.8°C 93 % B2 48 Jam 9.5 cm 18.00 25.8°C 93 % Gambar 4.7 Pengukuran Hari Senin Malam (48 Jam) Gambar 4.8 Pengukuran Hari Senin Malam (48 Jam)
  • 84. 69 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Semakin tinggi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka semakin tinggi debit aliran air yang disemburkan bersamaan dengan udara melalui sprayer system, dan menghasilkan kelembaban yang tinggi di dalam kumbung jamur.Dan semakin tinggi kecepatan udara yang dihasilkan kompresor maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi standar sensor suhu otomatis 25°C dalam proses pelembaban kumbung jamur. 2. Dalam proses budidaya jamur tiram yang telah dilakukan digunakan tekanan 100 psi yang menghasilkan kecepatan udara 547 m/s untuk mendapatkan debit aliran air 0.0000142 m³/s agar menghasilkan nilai persentase kelembaban yang tinggi dengan waktu pelembaban yang singkat. 5.2 Saran 1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal perlu dilakukan variasi terhadap sudut sudu dari diffuser swirling, sehingga dapat dilihat pada sudut sudu berapa derajat penyebaran pengkabutan dapat merata. 2. Perlu dilakukan perubahan bentuk dari penampang diffuser swirling sehingga meminimalkan air yang menetes pada saat pengkabutan.
  • 85. 70 3. Untuk proses budidaya jamur tiram di daerah dataran rendah/ panas dapat dilakukan perubahan pada system pendinginan air dengan menggunakan system pendinginan yang berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi dari kerja alat.
  • 86. DAFTAR PUSTAKA H.Unus Suriawira, Budidaya Jamur Tiram, Kanisus, Yogyakarta,2002 Mochtar Asroni, Kaji Analitik dan Eksperimental Aplikasi Jet Swirling Untuk Distribusi Udara Sistem Pengkondisian Udara, Teknik Mesin Program Pascasarjana, ITB, 1993 Stocker. WR, 1987. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Penerbit Erlangga. Wiranto Arismunandar, Heizo Sato, Penyegaran udara, Edisi ketiga,Pradyan Paramita,Jakarta,1986. Harinaldi, Prinsip – prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains, Penerbit Erlangga, 2005 www.spraynozzlegun.blogspot.com www.tongkronganteknik.blogspot.com/2012/12/rumus-bidang-datar.html