Studi ini mengidentifikasi faktor risiko bunuh diri pada 8.871 pasien skizofrenia selama 3 tahun. Faktor risikonya adalah riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya, gejala depresi, efek samping terkait prolaktin, jenis kelamin laki-laki, dan riwayat rawat inap karena skizofrenia. Studi ini menemukan 384 kasus percobaan bunuh diri dan 27 kasus kematian akibat bunuh diri.
2. Abstrak
Latar Belakang : Mengidentifikasi faktor risiko kasus bunuh
diri pada pasien dengan skizofrenia
Metode : 8.871 pasien skizofrenia disertakan dalam regresi
logistik analisis post-hoc, membandingkan pasien yang
berupaya dan atau melakukan bunuh diri selama studi dengan
yang tidak.
Hasil : 384 (4.3%) berupaya atau melakukan bunuh diri.
Pasien yang berhasil bunuh diri 27 (0,3%). Faktor risiko
perilaku bunuh diri adalah keinginan bunuh diri
sebelumnya, gejala depresi, prolactin-related adverse
events, jenis kelamin , dan riwayat rawat inap karena
skizofrenia.
3. Abstrak
Kesimpulan : Dalam pandangan perancangan studi
observasional dan sifat dasar analisis pos-hoc, faktor risiko yang
diidentifikasi harus dikonfirmasi oleh studi ad-hoc yang
dirancang khusus.
Kata kunci : Bunuh diri, Skizofrenia, studi observasional
4. Latar Belakang
Risiko bunuh diri pada pasien dengan skizofrenia lebih tinggi
8 kali dibandingkan populasi masyarakat umum
20-40% pasien dengan skizofrenia melakukan upaya bunuh
diri dan 5% meninggal dunia karena bunuh diri
Upaya melakukan tindak bunuh diri pasien skizofrenia lebih
rendah dibandingkan dengan pasien gangguan depresi berat
Kerusakan fisik yang berat lebih sering terjadi pada pasien
skizofrenia (44% vs 16%)
5. Latar Belakang
Bunuh
Diri
Usia Muda
Jenis Kelamin
Laki-laki
Ras Kaukasia
Belum Menikah
Fungsi premorbid
baik
Depresi pasca-
psikotik
Riwayat Bunuh
Diri Sebelumnya
Riwayat NAPZA
6. Latar Belakang
Tindak bunuh diri pada pasien skizofrenia biasanya sebuah
tindakan impulsif
Pencegahan kasus bunuh diri saat ini bertumpu pada
pengobatan anti psikotik, clozapine
Efek samping dari penggunaan obat psikotik mempengaruhi
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia yang pada dasarnya
sudah rendah.
Schizophrenia Outpatient Health Outcomes (SOHO)
melakukan studi dengan metode prospektif dengan harapan hasil
penelitian ini dapat ikut membantu mencegah bunuh diri
8. Metode Studi
Metode studi yang digunakan dalam studi ini
adalah metode prospektif observasional
Observasi dilakukan selama tiga tahun dan
perekrutan pasien dilakukan sejak tanggal 1
September 2000 hingga 31 Desember 2001
Peserta studi direkrut oleh psikiater di 10 negara
Eropa, yakni Denmark, Perancis, Jerman,
Yunani, Irlandia, Italia, Belanda, Portugal,
Spanyol, Inggris
9. Kriteria inklusi
peserta studi
Pasien yang memulai pengobatan
Pasien yang mengubah obat antipsikotik untuk
pengobatan skizofrenia
Pasien rawat jalan
Pasien rawat inap yang sejak awal telah
direncanakan untuk rawat jalan dalam 2 minggu
Berusia 18 tahun dan bersedia berpartisipasi
dalam studi
Tidak berpartisipasi dalam sebuah studi
intervensi.
Metode Studi
10. Peserta
Kelompok peserta yang memulai terapi dengan atau
berubah menjadi Olz
Kelompok yang memulai terapi dengan atau diubah
menjadi antipsikotik non-Olz
Metode Studi
Pembagian kelompok dalam studi didasarkan pada
urutan pendaftaran peserta.
Data dikumpulkan 3 bulan setelah awal
studi dan selanjutnya setiap 6 bulan pada
saat follow-up selama 3 tahun
11. Metode Studi
Data Awal
• Informasi demografis dan sosial
• Riwayat medis dan kejiwaan
• Indeks massa tubuh (BMI)
• Tingkat keparahan gejala dengan menggunakan skala
dimensi Clinical Global Impression-Schizophrenia (CGI-
SCH)
• Keadaan umum, Gejala positif atau negatif, Gejala
Depresi dan Penilaian fungsi kognitif
Data
Data Awal
Data Follow-Up
12. Metode Studi
Data Follow-Up
• Usia saat kontak pertama dengan pengobatan skizofrenia
• CGI-SCH
• Riwayat rawat inap sebelum pengumpulan data awal
• Indeks massa tubuh (BMI)
• Riwayat percobaan bunuh diri sebelum pengumpulan data
awal
• Upaya melakukan tindak bunuh diri dalam 6 bulan
sebelum pengumpulan data awal
• Bekerja dan mendapatkan gaji
• Hubungan sosial dalam 4 minggu sebelumnya
• Obat-obatan yang digunakan secara bersamaan
• Gejala ekstrapiramidal (EPS) dan Tardive dyskinesia (TD)
• Seksual terkait efek samping dan kepatuhan terhadap
pengobatan
13. Perekrutan
peserta 1/09/2000 –
31/12/2001
(n=10.972)
Pendataan awal
(n=10.218 )
Awal studi &
Pengumpulan data
awal (n=8.871)
Follow-Up 1 dan
pengumpulan data
(3 Bulan setelah
awal studi)
Tahun ke-1 n=8115Tahun ke-2 n=7271
Tahun ke-3 n=6366
ahkir studi
Metode Studi
Catatan :
Follow-Up dan pengumpulan data selanjutnya dilakukan
setiap 6 bulan sekali
14. Hasil Studi
Kelompok Inklusi (n=8871) Kelompok Eksklusi (n=2505)
Percobaan bunuh diri 25% 32%
Riwayat rawat inap 31% 51%
•Pasien mencoba sedikitnya sekali atau melakukan tindak bunuh diri
dalam 3 tahun (Prilaku bunuh diri)
: 384 (4.3%)
•Pasien yang tidak memiliki prilaku bunuh diri : 8487 (95.7%)
•Kasus bunuh diri yang berhasil terjadi adalah : 27 (0.3%)
•Pasien keluar dari studi setelah percobaan bunuh diri (Eksklusi) : 98 (1.1%)
•Pasien melakukan percobaan bunuh diri sekali : 262 (3.0%)
•Pasien melakukan percobaan bunuh diri dua kali : 50 (0.6%)
Tingkat percobaan bunuh diri stabil sepanjang 30 bulan pertama (0,9-1,0%) dan
berkurang dalam enam bulan terakhir (0,8%)
15. Faktor Resiko :
1. Percobaan bunuh
diri dalam 6 bulan
terakhir
2. Riwayat rawat inap
karena skizofrenia
3. Prolactin-related
adverse events
4. Jenis kelamin laki-
laki
5. Depresi
Analisis Deskriptif
16. Uji Regresi Logistic
Usia dan kepatuhan pengobatan antipsikotik tidak
menjadi faktor risiko percobaan bunuh diri
17. Hasil studi ini konsisten dengan studi
sebelumnya namun berbeda dalam hal
umur
Perbandingan antara pasien yang berhasil
melakukan tindak bunuh diri dengan
pasien yang tidak adalah terbatas
mengingat rendahnya jumlah kasus
Prolactin-related adverse events menjadi
faktor risiko kasus bunuh diri yang baru
Diskusi
18. Diskusi
Empat keterbatasan dalam studi ini :
1. Studi ini adalah analisis post-hoc dari data pasien SOHO yang
termasuk pasien yang diubah pengobatan antipsikotiknya
untuk alasan klinis dan dengan demikian tidak mewakili
semua pasien dengan skizofrenia, dan jenis obat antipsikotik
juga tidak termasuk dalam analisis
2. Studi ini belum mengukur kadar prolaktin, hanya menilai efek
samping yang berpotensi terkait dengan kadar prolaktin yang
tinggi
3. Perilaku bunuh diri didasarkan pada laporan psikiater dengan
menggunakan satu pertanyaan yang mungkin menjadi variabel
dan memiliki keandalan yang rendah
4. Pasien tidak dimasukkan dalam analisis karena kehilangan
data atau pasien hilang pada saat akan di follow-up memiliki
frekuensi yang sedikit lebih tinggi untuk percobaan bunuh diri
19. Kesimpulan
Studi ini telah memberikan dukungan lebih
lanjut untuk mengetahui faktor risiko dari tindak
bunuh diri pada pasien dengan skizofrenia, seperti
riwayat percobaan bunuh diri, jenis kelamin laki-
laki dan depresi. Disamping itu, studi ini telah
mengidentifikasi faktor risiko baru yakni
prolactin-related adverse events. Investigasi lebih
lanjut diperlukan untuk memperjelas hubungan
antara prolactin-related adverse events dan risiko
bunuh diri.