SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 22
MAKALAH
BAHASA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Program Studi Tadris Matematika
Dosen Pengampu : Indrya Mulyaningsih, S.Pdi
Kelas / Semester : C / 2 (dua)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
Telp : (0231) 481264 Faxs : (0231) 489926
Disusun Oleh Kelompok 6 :
1. Lupi Nurmawan (14121510616)
2. Musyfiah (14121520519)
3. Pupung Kurniawan (14121510619)
4. Rini Sri Rahayu (14121510620)
5. Risna Nilam Lutfia (14121530632)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karya tulis ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut harus
disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung berhadapan dengan penulis
baik pada saat tulisan diterbitkan atau pada beberapa tahun sesudah itu. Kecermatan
bahasa menjamin bahwa makna yang ingin disampaikan penulis akan sama persis
seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa terikat oleh waktu. Kesamaan
interpretasi terhadap makna akan tercapai kalau penulis dan pembaca mempunyai
pemahaman yang sama terhadap kaidah kebahasaan yang digunakan. Lebih dari itu,
komunikasi ilmiah juga akan menjadi lebih efektif kalau kedua pihak mempunyai
kekayaan yang sama dalam hal kosakata. Ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan
bahasa tersebut untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang kompleks dan
abstrak secara cermat. Kecermatan gagasan dan buah pikiran hanya dapat dilakukan
kalau struktur bahasa (termasuk kaidah pembentukan istilah) sudah canggih dan
mantap.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak
untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah
yang pokok. Bahasa juga bisa dikatakan sebagai alat yang dipakai untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi.
Fungsi bahasa yang dilengkapi oleh sederetan pengertian untuk karya ilmiah
tidak perlu diperdebatkan lagi. Bahasa di dalam proses berpikir tidak sekedar
menjadi bumbu, tetapi mempunyai fungsi yang menetukan. Karena itu bahasa yang
terpelihara di dalam karya ilmiah adalah alat yang terbaik untuk menyampaikan
tingkatan dan proses berpikir, argumentasi dan penalaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam dunia akademik, karya tulis ilmiah didefinisikan sebagai tulisan yang
didasari oleh pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang
keilmuan tertentu; disusun menurut metode tertentu dengan penulisan yang santun,
baik, dan benar; atau berdasarkan kaidah baku ragam bahasa tulis. Kebenaran isinya
pun harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berdasarkan kedalaman
kajian permasalahannya, karya tulis ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk:
a. Laporan penelitian, yaitu tulisan yang merupakan hasil percobaan, peninjauan,
atau observasi sementara.
b. Karya tulis akademik, berupa skripsi tesis, dan disertasi.
c. Buku teks, yakni diktat atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang
bahan ajar (Ekosusilo, 1991; Wibowo, 2008)
Berkenaan dengan hal di atas, maka suatu tata permainan bahasa tidak
mungkin dilepaskan dari hakikat bahasa sebagaimana diyakini oleh aliran Filsafat
Bahasa Biasa bahwa makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat,
makna kalimat adalah penggunaannya dalam bahasa, dan makna bahasa adalah
penggunaannya dalam hidup.
2.1. Penggunaan Bahasa dalam Penulisan karya ilmiah
Bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut
jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuan. Bahasa
Indonesia harus memenuhi syarat di antaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia baku) logis, cermat dan sistematis.
Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa, bentuk, dan ide yang di sampaikan melalui
bahasa itu sebagai bentuk dalam, tdiak dapat di pisahkan. Hal ini terlihat pada ciri
bahasa ilmiah sebagai berikut :
1. Baku.
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Ragam bahasa baku memiliki
dua sifat sebagai berikut :
• Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit
diberbagai ilmu dan teknologi.
• Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian
titik-titik keseragaman.
Demikian juga pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah
ejaan, untuk ejaan dan peristilahan berpedoman pada EYD dan pedoman
pembentukan istilah.
2. Kuantitatif.
Keterangan yang dikemukan pada kalimat dapat di ukur secara pasti.
Contoh: Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan perguruan tinggi. Arti kata
“kebanyakan” relatif , mungkin bisa lima, enam atau sepuluh orang. Jadi, dalam
tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita
benahi menjadi Da’i di Gunung Kidul lima orang lulusan perguruan tinggi, dan
ada tiga orang lagi dari lulusan pesantren.
3. Tepat.
Ide yang di ungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh
pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh : “ Jamban
pesantren yang telah rusak itu sedang di perbaiki.” Kalimat tersebut memiliki
makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban atau mungkin juga pesantren.
4. Denotatif.
Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti yang sesungguhnya dan
tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang obyektif.
5. Jelas.
Maksudnya adalah mengetahui bagian-bagian mana saja yang merupakan
subjek, predikat, objek, keterangan dan setiap kalimat memenuhi kaidah bahasa.
6. Lugas
Maksudnya adalah tidak menimbulkan tafsir ganda dan langsung menunjuk
ke pokok persoalan.
7. Komunikatif
Maksudnya adalah apa yang ditangkap pembaca dari tuisan yang disajikan
sama dengan yang dimaksud penulis. Tulisan disajikan secara logis (masuk akal)
dan bersistem(teratur). Oleh karena itu, tata permainan bahasa di dalam karya tulis
ilmiah yang komunikatif dapat disimak melalui ciri-ciri berikut :
a. Koheren
Koheren dapat pula dipahami sebagai “harmonis”, “integral”, “kompak”,
“terintegrasi”, dan “terpadu”. Dalam hal mengungkapkan suatu masalah dan
pemecahannya, koherensi memang sangat diperlukan.
Gorys Keraf, dalam buku klasiknya, Komposisi (1971), menegaskan
bahwa koherensi adalah adanya hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang
membentuk suatu kalimat; bagaimana hubungan antara subjek dan predikat;
hubungan antara predikat dan objek; serta keterangan yang menjelaskan setiap
unsur-unsur tersebut. Dalam ungkapan lain, koherensi menekankan segi
struktur atau interrelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah kata dalam
kalimat. Oleh karena itu, bisa terjadi sebuah kalimat atau alinea ditengarai telah
mengandung kesatuan pikiran atau mengandung suatu ide pokok yang tunggal,
namun koherensinya kurang baik. Akan tetapi, pendapat Keraf patut diermati
secara kritis, karena dalam perspektif Filsafat Bahasa Biasa akan segera terihat
bahwa koherensi di dalam tata permainan bahasa karya tulis ilmiah yang
komunikatif tidak semata-mata berhubungan dengan penggunaan struktur atau
antar unsur pembentuk kalimat, tetapi terutama mempresentasikan suatu
pikiran penulisnya yang mengandung kesatuan dan ktuhanan (Wibowo, 2007).
Dapat ditegaskan bahwa, pikiran seorang penulis pada dasarnya mengandug
nilai estetik, namun nilai estetik itu muncul bila hubungan timbal balik di
anatara unsur-unsur pendukungnya berjalan secara satu dan utuh (Wahyu
Wibowo, 2010)
b. Konsisten
Dalam mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah kita
memang harus bersikap konsisten, yaitu teguh dan bertanggung jawab dalam
artian dapat memikul dan bersedia menyuguhkan bahwa jalan yang kita
tempuh dalam baik dan benar. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah yang
komunikatif harus didukung oleh fakta atau data yang cukup dan tepercaya
(Soeparno, 1997;Wibowo, 2001). Dalam penyusunan kalimat, kita tidak
diperkenankan melakukan peloncatan ide, atau bahkan menghubungkan ide-ide
yang tidak ada pertalian atau hubungannya.
c. Sistematis
Karya tulis ilmiah yang komunikatif harus disusun berdasarkan prosedur
yang sistematis pula, yaitu teratur, runtut, berkesinambungan, metodis, dan
terorganisir. Sistematika sebuah tulisan pada umumnya terbagi ke dalam tiga
bagian pokok, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan. Serta bagian lain yang
dijadikan sebagai penunjang seperti kover, judul, daftar pustaka, dan indeks.
Sehubungan dengan hal di atas, dapat ditegaskan bahwa sistematika
karya tulis ilmiah yang sebenarnya adalah halaman-halaman pendahuluan,
pendahuluan, bab-bab, simpulan, daftar pustaka, dan indeks.
d. Konseptual
Konsep adalah kesan mental, suatu pemikiran, ide, atau suatu gagasan
yang memiliki derajat kekonkretan dan abstraksi yang digunakan dalam
pemikiran abstrak (Bagus, 2002). Di dalam penulisan karya tulis ilmiah yang
komunikatif, prosedur atau aturan yang teratur dan runtut harus dilakukan
melalui langkah-langkah perencanaan yang konseptual, karena melalui
langkah-langkah yang terkonsep ini akan menjadikan satu karya tulis ilmiah
yang terarah dan terfokus.
e. Komprehensif
Karya tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara komprehensif
yaitu tuntas dan menyeluruh, penelaahannya harus jelas, lengkap, dan rinci.
Hal ini berkesinambugan dengan prinsip koherensi yaitu mengandung pikiran
utama yang jelas. Karena apabila diibaratkan, pikiran utama itu ibarat pintu
gerbang yang akan membawa pembacanya ke keseluruhan isi tulisan. Selain
itu, dengan menghidangkan satu pikiran utama yang jelas berarti penulisnya
telah menghargai pembacanya. Dengan demikian, maka dengan tulisan kita
akan menimbulkan simpati pembaca.
f. Logis
Logika adalah apa pun termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau akal
budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis dan dipahami (Wahyu Wibowo,
2010). Oleh karena itu, logika haruslah menjadi satu hal pokok di dalam
penulisan karya ilmiah yang komunikatif, karena segala hal yang menjadi
penjelas di dalam karya tulis ilmiah harus memiliki argumentasi yang dapat
diterima oleh nalar yang sehat, valid, dan analitis.
Implikasi dari hal di atas yaitu, karya tulis ilmiah dapat diuji
kebenarannya baik berdasarkan data dan fakta maupun diuji kembali oleh
ilmuwan lain. Di sisi lain, karya tulis ilmiah harus bersifat terbuka agar
pendapat penulis dapat diubah apabila muncul bukti atau pendapat baru yang
didukung oleh data dan fakta.
g. Bebas
Bebas, rasa bebas, atau kebasan dapat dimaknai juga dengan merdeka,
mandiri, independen, atau leluasa. Dalam konteks ini kebebasan tidak diartikan
sebagi kebebasan ilmuwan yang leluasa atau merdeka berbuat apa pun, tetapi
kebebasan yang eksistensial yaitu kebebasan yang menyeluruh yang terkonteks
dalam kepribadian bangsa, yang oleh karena itu dapat membedakannya dengan
nilai-nilai kebebasan yang dianut oleh bangsa lain. Orang yang bebas secara
eksistensial akan mencapai tiarap kedewasaan, otentisitas, dan kematangan
rohani, hal yang mestinya memang dimiliki seorang penulis karya tulis ilmiah
yang komunikatif.
h. Bertanggung Jawab
Dalam perspektif etika berarti dapat menjawab jika ditanyai tentang
perbuatan-perbuatannya (Bertens, 2002). Dengan hubungannya dengan karya
tulis ilmiah, bertanggung jawab dapat dimaknai sebagai tulisan yang etis,
elegan, dan berwawasan yang mencerminkan bahwa penulisnya dapat
menjawab jika ditanya apa pun tentang tulisanya tanpa menonjolkan segi-segi
emosinya. Itu sebabnya, sebuah karya tulis ilmiah yang komunikatif harus
ditulis secara seksama, yakni ditulis secara teliti, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan. Dalam pernyataan lain, sebuah karya tulis
ilmiah dapat dikatakan mencerminkan tanggung jawab penulisnya bila ditulis
secara jelas, jernih, gamblang, konsisten, dan konsekuen.
2.2. Ragam Penulisan Karya Ilmiah
1. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa. Ragam bahasa dapat
dibedakan berdasar pada
1. pokok pembicaraan
2. media yang digunakan
3. hubungan antara komunikator dengan komunikan.
Selanjutnya dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam bahasa dari sudut
media yang digunakan yakni ragam bahasa tulisdan dari sudut hubungan antara
komunikator dengan komunikan.
Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan dengan
beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran, misalnya tinggi rendah, panjang
pendek, dan intonasi kalimat yang tidak terlambang dalam tata tulis maupun
ejaan. Dengan demikian, penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ingin
menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya. Lain halnya dengan
ragam lisan, penutur dapat memberikan tekanan atau jeda pada bagian tertentu
agar maksud ujarannya dapat dipahami. Jadi, ragam bahasa tulis memiliki
karakteristik khusus dibandingkan ragam bahasa lisan.
Karakteristik tersebut antara lain :
1. ragam bahasa tulis memiliki banyak penanda metalingual,
2. kalimat berstruktur lengkap, dan
3. klausanya sederhana tetapi memiliki kepadatan kata dan isi (Brown,1985;
Ansari,1999).
2. Sifat-Sifat Bahasa yang Digunakan dalam Karya Ilmiah
Secara umum penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus mengacu pada
sifat-sifat bahasa, meliputi sifat :
a. Objektif
Bahasa yang objektif adalah bahasa yang menggambarkan sesuatu
pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa, representasi
pengalaman linguistik itu dipandang sama. Sebaliknya bahasa subjektif
menggambarkan sesuatu pengalaman (oleh penulisnya) yang berbeda dengan
pengalaman yang dipahami oleh khalayak dalam memahami representasi
pengalaman itu karena penulis membawa pertimbangan sikap, pendapat, dan
komentar pribadi. Jadi, keobjektifan bahasa dapat ditingkatkan dengan
meniadakan atau meminimalkan pendapat dan sikap pribadi tersebut. Karena
bahasa subjektif wujud dalam bentuk epitet atau ekspresi emosional, modalitas,
proses mental, dan makna konotatif maka keobjektifan dapat dicapai dengan
meniadakan atau meminimalkan penggunaan bahasa dengan ciri subijektif di
atas.
b. Impersona
Keimpersonaan bahasa memperlihatkan ketidakterlibatan penulis artikel
dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya. Pada teks artikel ilmiah tidak
digunakan bentuk pronomina saya, kami, kita, atau penulis dengan tujuan
untuk menghindari paparan persona (subjektif). Meskipun kita akui bahwa
karya ilmiah tidak wujud tanpa keterlibatan penulis, retotika ilmu menuntut
agar dalam teks keterlibatan itu tidak ditampilkan. Untuk mempertahankan
keimpersonaan teks sehingga tidak terlihat keterlibatan penulis, Teknis
Dengan kespesifikannya, istilah teknis digunakan dalam Karya ilmiah.
Tidak ada satu disiplin ilmu tanpa istilah teknis. Teknis maksudnya dalam
konteks tulisan istilah yang digunakan berhubungan dengan istilah dalam satu
disiplin ilmu. Akan tetapi, penggunaan singkatan (akronim) yang belum lazim
disarankan tidak digunakan. Penggunaan singkatan dilakukan dengan
menampilan bentuk penuh terlebih dulu dari uraian akronim yang akan dibuat
diikuti bentuk singkatan dalam tanda kurung pertama. Dalam teks berikutnya
bentuk singkatan itu dapat digunakan secara konsisten.
c. Praktis
Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan teks yang
ekonomis dan tidak taksa (ambigiuous). Sebagai contoh kata diteliti dan
digalakkan berdasarkan prinsip ini dapat digunakan sebagai pengganti
mengadakan penelitian dan naik daun karena bentukan pertama lebih
ekonomis dan tidak mengandung ketaksaan. Namun, bentuk frase berdasar
pada, terdiri atas, sesuai dengan, bergantung pada tidak dapat diubah menjadi
berdasar, terdiri, sesuai, dan bergantung walaupun bentuk tersebut lebih
singkat dan hemat karena bentuk yang pertama merupakan bentuk yang sudah
dibakukan dalam bahasa Indonesia (Gay, 1981; Saragih.1999).
3. Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah
Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal seperti karya tulis ilmiah
harus mengikuti syarat-syarat tertentu.
a. Secara morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap. Dalam hal ini
wujud setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang lengkap
seperti: diuraikan, mempertentangkan, memiliki dan sebagainya. Kata-kata lain
yang tanpa afiksasi juga harus dimunculkan dalam bentuk yang lengkap.
Kata-kata seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak dapat ditulis dengan bentuk
tak atau udah.
b. Secara sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap yakni memuat
unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara eksplisit.
Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk pelesapan subjek dalam kalimat
kompleks padahal secara sintaksis subjek tersebut tidak memiliki rujukan yang
sama dengan subjek pada kalimat induknya atau subjek kedua ini telah jauh
terpisah dari subjek pertamanya pada subjek pada paragraf sebelumnya. Satu
kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek dengan dua dua predikat
bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan anaforik dengan
subjek yang masih dipertahankan.
c. Bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti. Penulis artikel
ilmiah harus menimbang-nimbang secara seksama setiap kata, ungkapan dan
bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama dengan yang
dimaksud penulis. Istilah-istilah kembar seperti fonologi- fonetikfonemik harus
dipilih penggunaannya sehingga tidak menimbulkan makna yang keliru seperti
terlihat dalam kalimat Katz dan Postal (1999) mengemukakan pendapatnya
bahwa bahasa terdiri atas tiga komponen; sintaksik, fonetik, dan semantik.
Komponen kedua dalam kalimat di atas seharusnya fonologi bukan fonetik
karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
d. Bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah–kaidah sintaktik. Penggunaan
kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif yakni kalimat
yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tatabahasa, tidak berbelit-
belit, tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas. Salah satu
contoh kesalahan sintaktis adalah pemakaian kata daripada di belakang verba.
Kesalahan ini terjadi karena penulis atau pembicara tidak dapat membedakan
subkategori verba secara intuitif menjadi transitif-taktransitif sehingga apa
yang seharusnya langsung diikuti objek disisipi penyeling daripada.
Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek, predikat, dan objek tampaknya
masih belum jelas.
e. Bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata. Dalam
mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa, hal pertama yang harus jelas
adalah konsep utama yang ingin dikemukakan penulis. Selanjutnya konsep
utama ini dilengkapi dengan subkonsep lain yang relevan. Setelah semua itu
sampailah pada pemilihan kata, frase, dan bentuk sintaksis yang akan dapat
mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas mungkin dengan penggunaan
kata yang seekonomis mungkin.
2.3. Pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah
Ada 2 pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah yaitu
sebagai berikut :
1) Pengaruh bahasa asing
Untuk menciptakan kalimat yang logis kerapkali terhalangi oleh suatu
dugaan bahwa kadang-kadang bahasa yang dipergunakan itu mempunyai
kekurangan-kekurangan dalam istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan. Pengaruh
dan pengambilan bahasa atau kata-kata asing terasa semakin deras dan nyata.
Proses ini dapat memperkaya bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa asing dapat
terlihat jika penulis itu tidak mampu mendapatkan istilah dalam bahasa Indonesia.
Ia seolah-olah kehabisan kata-kata dalam kamus. Pemungutan kata-kata atau
istilah istilah-istilah asing pada dasarnya karena keperluan akan kata-kata atau
istilah-istilah yang tidak diperoleh dalam bahasa indonesia.
2) Gaya Bahasa
Gaya dapat diartikan sebagai keistimewaan atau karakteristik penyajian,
konstruksi, atau penyelenggaraan dalam setiap karya Ilmiah. Pada umumnya
orang menganggap bahwa tulisan ilmiah tidak memerlukan gaya manapun.
Penulis ilmiah sebaiknya tidak mengikuti pendapat bahwa karya ilmiah itu mesti
kering dan berat. Banyak orang berpendapat bahwa karya ilmiah yang semakin
tidak dapat dipahami berarti semakin ilmiahlah karya itu. Karya ilmiah bukanlah
pementasan rahasia tertutup yang menetapkan bahwa hanya penulisnya sendirilah
yang boleh membeli karcis untuk menonton karyanya itu. Dan mudah-sukarnya
karya ilmiah untuk dipahami bukanlah ukuran untuk menetapkan nilai karya itu
tetapi yang diutamakan dalam penulisan karya ilmiah adalah kebenaran akan
fakta-fakta yang diteliti
2.4. Unsur-unsur Bahasa Dalam Penulisan Karya Ilmiah
Bahasa adalah alat komunikasi. Dalam suatu karangan, apa pun itu,
penggunaan unsur-unsur bahasa yang tepat, memegang peran yang amat penting.
Jika hendak menyusun suatu karya tulis ilmiah atau makalah, maka sebaiknya tidak
memakai ragam bahasa yang biasa digunakan untuk menyusun puisi atau karya fiksi.
Demikian pula sebaliknya.
Ini artinya, perlu menggunakan bahasa secara efektif. Menggunakan bahasa
secara efektif berarti menggunakan unsur-unsur bahasa secara efektif juga. Dengan
demikian, bila ingin menyusun suatu karya ilmiah, maka unsur-unsur bahasa ini
harus kita perhatikan: (a) penggunaan ejaan, (b) penggunaan imbuhan, (c)pemilihan
dan penempatan kata, serta (c) penggunaan kata dalam kalimat.
A. Penggunaan Ejaan
Menurut kurun waktu penetapannya, usia ejaan yang disempurnakan (EYD)
telah mencapai lebih dari dua dasawarsa. Akan tetapi, sampai sekarang masih
dapat kita jumpai penggunaan ejaan yang salah-salah. Tidak saja dalam karya
ilmiah, tetapi juga dalam surat-surat resmi.
Yang dimaksud dengan ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda baca (KBBI).
Kesalahan ejaan yang paling sering dijumpai adalah penggunaan kata depan
dan awalan. Penulisan awalan kadang-kadang sama dengan cara penulisan kata
depan. Bagi penulis pemula atau mahasiswa ini penting diperhatikan.
Contoh masalah penggunaan awalan dan kata depan:
Penulisan awalan di-
Salah Benar
a. Semua perabot
rumahnya habis di lalap api.
b. Cara yang praktis untuk
mengelola sampah telah di
temukan.
a. Semua perbot
rumahnya habis dilalap api.
b. Cara yang paling praktis
untuk mengelola sampah telah
ditemukan.
Penulisan kata depan
Salah Benar
a. Rumah-rumah dipinggir
jalan itu beratap jerami.
b. Pagi-pagi ibu pergi
kepada
a. Rumah-rumah di
pinggir jalan itu beratap jerami.
b. Pagi-pagi ibu pergi ke
pasar
Cara penulisan awalan adalah merangkainya dengan kata dasar yang
dibubuhinya. Sedangkan kata depan, penulisannya harus dipisahkan dari kata
yang mengikutinya. Kata yang diikuti awalan di- menunjukkan kata kerja.
Sedangkan kata yang diikuti kata depan di menunjukkan arah tempat.
Perhatikan contoh penulisan awalan dan kata depan berikut ini !
Penulisan awalan
Salah Benar
di lihat dilihat
di teliti diteliti
di coba dicoba
Penulisan kata depan
Salah Benar
ditoko di toko
kekiri ke kiri
disamping di samping
Kata kepada dan daripada juga sering salah penulisannya seperti dalam contoh
berikut:
a. Ke pada saya diserahkan mandat itu.
b. Dari pada menderita, lebih baik mati.
Penulisan kata kepada dan daripada harus dirangkaikan sebagai berikut :
a. Kepada saya diserahkan mandat itu.
b. Daripada menderita, lebih baik mati.
B. Penggunaan Imbuhan
Imbuhan adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata
dasar untuk membentuk kata baru. Proses pembentukan kata, dari kata dasar
dengan pemberian imbuhan seperti awalan atau akhiran disebut pengimbuhan.
Hampir semua pelajar mengetahui proses pengimbuhan, namun sebagian besar
pelajar kurang memperhatikan cara penulisan kata berimbuhan sesuai ketentuan.
Berikut ini adalah beberapa ketentuan penulisan kata yang memperoleh
imbuhan:
1. Imbuhan harus dituliskan serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Salah Benar
di berlakukan diberlakukan
di berlaku kan
peneliti an penelitian
pe nelitian
2. Gabungan kata (seperti: tanggung jawab, serah terima, nomor dua, nonaktif
dan sejenisnya) yang mendapat awalan dan akhiran bersama-sama, harus
dituliskan serangkai.
Contoh:
Salah Benar
pertanggungan jawab pertanggungjawaban
dipertanggungjawab kan dipertanggungjawabkan
dinomor duakan dinomorduakan
di nonaktif kan dinonaktifkan
Kata berimbuhan lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah:
penglepasan, mengetapkan, diketemukan. Penulisan kata-kata tersebut kurang
tepat. Penulisannya yang benar adalah pelepasan, menerapkan, ditemukan.
Sementara itu, partikel pun ada yang dituliskan serangkai, ada juga yang
dituliskan terpisah dari kata yang diikutinya. Partikel pun yang mengikuti kata
kerja, kata benda, dan kata sifat harus ditulis terpisah dari kata-kata tersebut.
Contoh:
Kata benda
di sekolah pun bukan di sekolahpun
di rumah pun bukan di rumahpun
di kantor pun bukan di kantorpun
Kata sifat
Sakit pun bukan sakitpun
Tingginya pun bukan tingginyapun
Kata kerja
berjalan pun bukan berjalanpun
berlari pun bukan berlaripun
Kata bilangan
seribu pun bukan seribupun
seratus pun bukan seratuspun
setahun pun bukan setahunpun
Namun ada beberapa perkecualian. Beberapa kata seperti adapun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, dan walaupun, penulisan partikel pun telah diterima
serangkai.
Pelajar perlu membaca pedoman ejaan yang disempurnakan. Dalam
pedoman itu dapat dibaca berbagai kaidahmengenai penempatan titik, koma, titik
koma, titik dua, penulisan awalan dan kata depan, penulisan kata depan, penulisan
kata dasar yang memperoleh imbuhan, dan sebagainya.
C. Pemilihan dan Penempatan Kata
Kata merupakan faktor penting dalam merancang tulisan. Tulisan yang baik
ditentukan oleh cara penulisan dan penempatan kata. Pemilihan dan penempatan
kata mempengaruhi sekaligus memberikan warna sebuah tulisan.
Menurut Drs. Mustakim (1993:70), ketepatan dalam pemilihan kata perlu
memperhatikan komponen situasi, bentuk, dan makna. Komponen tersebut saling
mempengaruhi. Komponen bentuk disesuaikan dengan situasi, situasi tidak
terlepas dengan makna, makna tidaka terlepas dengan bentuk.
Hal yang perlu diperhatikan saat menyusun karangan yaitu bahasa yang
dipergunakan. Dalam konteks menyusun makalah atau karya ilmiah, bahasa yang
dipergunakan hendaknya mencerminkan ragam yang resmi. Artinya, bahsa gaul,
bahasa daerah, atau bahasa asing yang bukan pada tempatnya harus dihindari.
 Pemakaian Kata bentuk jamak
Dalam karangan atau tulisan ilmiah sering ditemukan penggunaan kata
bentuk jamak yang salah, baik yang mengandung makna jamak maupun yang
dinyatakan dalam bentuk ulang.
Contoh kata bermakna jamak:
semua, para, banyak, beberapa.
Contoh kata dalam bentuk ulang yang bermakna jamak:
negara-negara, ibu-ibu, hasil-hasil.
Perhatikan penggunaanya dalam kalimat berikut:
Salah
a. Semua siswa kelas III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel.
b. Para hadirin dipersilahkan berdiri.
c. Para ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba.
d. Banyak orang-orang Oi Foo yang menderita demam berdarah.
e. Beberapa wakil-wakil dari negara-negara sahabat menghadiri acara
pelantiakan presiden Republik Indonesia.
Benar
a. Siswa kelas III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel.
b. Hadirin dipersilahkan berdiri.
c. Ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba.
d. Banyak orang Oi Foo yang menderita demam berdarah.
e. Beberapa wakil dari negara-negara sahabat menghadiri acara
pelantiakan presiden Republik Indonesia.
 Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama
Perhatikan dua contoh kalimat dibawah ini:
1. Kebudayaan daerah adalah merupakan sumber kebudayaan nasional.
2. Parit-parit dibersihkan agar supaya tidak tergenang air.
Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama, seperti agar supaya
dan adalah merupakan dalam kalimat di atas, sebaiknya dihindari. Dengan
demikian, penulisan kalimat yang benar adalah:
a. Kebudayaan daerah merupakan sumber kebudayaan nasional.
b. Parit-parit dibersihkan agar tidak tergenang air.
D. Penggunaan Kata Dalam Kalimat
Menyusun kata menjadi kalimat adalah merangkai beberapa kata untuk
membentuk satu pengertian atau makna yang lengkap. Maksudnya, kata-kata yang
terdapat dalam sebuah kalimat bukanlah sederetan kata-kata yang tidak berarti.
Perhatikan sederetan kat di bawah ini:
Ali buku buku di toko membeli
Sederetan kata-kata di atas tidak membentuk suatu pengertianyang lengkap.
Untuk memperoleh sebuah pengertian yang lengkap, kita perlu mengubah urutan
kata-kata tersebut menjadi:
Ali membeli buku di toko
Setelah urutan kata-katanya diatur, susunan kata-kata itu kini telah
memberikan suatu pengertian. Dengan demikian, setiap pertanyaan yang diajukan
berdasarkan pengertian yang dimaksud, akan memperoleh jawabannya:
Siapa membeli buku di toko?
Ali membeli apa di toko?
Di mana Ali membeli buku?
Melihat uraian di atas, berarti kita dapat membentuk sebuah kalimat dengan
mengawalinya melalui pengajuan beberapa pertanyaan terlebih dahulu. Dengan
cara ini, kita menghindari mendaftar sejian banyak kata dan mengurutkannya.
Misalnya:
a. Apakah Ali membeli majalah?
Jawabannya: Tidak.
Ali tidak membeli majalah.
b. Apakah Ali membaca buku?
Jawabannya: Tidak.
Ali membeli buku
Jawaban di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan suatu kalimat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Bahasa memiliki kontribusi yang sangat penting dalam penulisan karya
ilmiah, hal tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut :
a. Baku
b. Lugas
c. Jelas
d. Kuantatif
e. Denotatif
f. Tepat
g. Komunikatif
Untuk menciptakan suatu karya tulis ilmiah yang komunikatif
diperlukan beberapa hal, yaitu:
• Koheren
• Konsisten
• Sistematis
• Konseptual
• Komprehensif
• Logis
• Bebas
• Bertanggung Jawab
 Sifat Bahasa Karya Tulis Ilmiah
Sifat bahasa dalam penulisan karya ilmiah meliputi, sebagai berikut:
a. Objektif
b. Impersona
c. Praktis
 Syarat Bahasa Karya Ilmiah
Syarat bahasa dalam karya ilmiah meliputi sebagai berikut:
a. Lengkap secara morfologis
b. Lengkap secara sintaksis
c. Tepat makna dan tunggal arti
d. Berkaidah sintaktik
e. Padat isi
 Unsur-unsur bahasa dalam penulisan karya ilmiah
a. Penggunaan ejaan
b. Penggunaan imbuhan
c. Pemilihan dan penempatan kata
d. Penggunaan kata dalam kalimat
 Pengaruh bahasa dalam penggunaan bahasa karya ilmiah
Bahasa di dalam penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
a. Pengaruh bahasa asing
b. Pengaruh gaya bahasa
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. A Aleka. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Hendry.Tarigan, 2008. Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis Untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta:
C.V Andi Offset.
Komaruddin. 1974. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Mulyono, Datu dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Nurdin, Irman Mokhamad, dkk. 2008. Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua
Program Kejuruan. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan
Nasional.
Rasjid Lamuddin, Dkk. 1984. Bahasa Indonesia. Jakarta: Nina Dinamika.
Sofyan, Agus Nero, dkk. 2007. Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Badan Perkuliahan Dasar Umum.
Wibowo, Wahyu. 2010. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi
Aksara

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptAisyah Turidho
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamNovita Widianingsih
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomSukayono Fawwaz
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuhanafieminence
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifWarnet Raha
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Lela Warni
 
Bab tentang tema, topik dan judul
Bab tentang tema, topik dan judulBab tentang tema, topik dan judul
Bab tentang tema, topik dan judulIbnu Khoiry
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaAi Roudatul
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Rohayatiiyoh
 
Makalah manajemen perencanaan
Makalah manajemen perencanaanMakalah manajemen perencanaan
Makalah manajemen perencanaanla zeki
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaFair Nurfachrizi
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Hafiza .h
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaDian Kirtley Kristi
 
Penulisan Daftar Rujukan
Penulisan Daftar RujukanPenulisan Daftar Rujukan
Penulisan Daftar RujukanA Faiz
 

Mais procurados (20)

Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa IndonesiaMakalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
 
Bab tentang tema, topik dan judul
Bab tentang tema, topik dan judulBab tentang tema, topik dan judul
Bab tentang tema, topik dan judul
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
 
Makalah manajemen perencanaan
Makalah manajemen perencanaanMakalah manajemen perencanaan
Makalah manajemen perencanaan
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
 
Penulisan Daftar Rujukan
Penulisan Daftar RujukanPenulisan Daftar Rujukan
Penulisan Daftar Rujukan
 

Semelhante a Makalah kelompok 6

Makalah bindo
Makalah bindoMakalah bindo
Makalah bindotaufiq99
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUANMAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUANNur Arifaizal Basri
 
Menulis karya ilmiah - metodologi penelitian
Menulis karya ilmiah - metodologi penelitianMenulis karya ilmiah - metodologi penelitian
Menulis karya ilmiah - metodologi penelitianAjengIlla
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysisMerdina Ziraluo
 
Bab v wacana
Bab v wacanaBab v wacana
Bab v wacanauniihusni
 
Teknik Penulisan Karangan
Teknik Penulisan KaranganTeknik Penulisan Karangan
Teknik Penulisan KaranganReni Ringgarna
 
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiahAspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiahMiumi Atia
 
Makalah ilmiah education
Makalah ilmiah educationMakalah ilmiah education
Makalah ilmiah educationRita Seran
 
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heriPenelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heriHeri Indra Gunawan
 
6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx
6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx
6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptxAndreAizen1
 
YOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdf
YOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdfYOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdf
YOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdfAulia Rachman
 
Pendalaman materi bahasa indonesia sd
Pendalaman materi bahasa indonesia sdPendalaman materi bahasa indonesia sd
Pendalaman materi bahasa indonesia sdgendilo
 

Semelhante a Makalah kelompok 6 (20)

Makalah bindo
Makalah bindoMakalah bindo
Makalah bindo
 
Makalah
Makalah Makalah
Makalah
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUANMAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
 
Menulis karya ilmiah - metodologi penelitian
Menulis karya ilmiah - metodologi penelitianMenulis karya ilmiah - metodologi penelitian
Menulis karya ilmiah - metodologi penelitian
 
Makalah Discourse analysis
 Makalah Discourse analysis Makalah Discourse analysis
Makalah Discourse analysis
 
Bab v wacana
Bab v wacanaBab v wacana
Bab v wacana
 
Beberapa CONTOH - Copy.pdf
Beberapa CONTOH - Copy.pdfBeberapa CONTOH - Copy.pdf
Beberapa CONTOH - Copy.pdf
 
CONTOH.pdf
CONTOH.pdfCONTOH.pdf
CONTOH.pdf
 
Karakt karangan ilmiah (1)
Karakt karangan ilmiah (1)Karakt karangan ilmiah (1)
Karakt karangan ilmiah (1)
 
Teknik Penulisan Karangan
Teknik Penulisan KaranganTeknik Penulisan Karangan
Teknik Penulisan Karangan
 
KTI.pptx
KTI.pptxKTI.pptx
KTI.pptx
 
Karangan Ilmiah
Karangan IlmiahKarangan Ilmiah
Karangan Ilmiah
 
Metode penulisan
Metode penulisanMetode penulisan
Metode penulisan
 
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiahAspek kebahasaan artikel ilmiah
Aspek kebahasaan artikel ilmiah
 
Makalah ilmiah education
Makalah ilmiah educationMakalah ilmiah education
Makalah ilmiah education
 
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heriPenelitian dan penulisan ilmiah new heri
Penelitian dan penulisan ilmiah new heri
 
6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx
6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx
6. yhy MEMBACA KRITIS UNTUK MENULIS.pptx
 
Makalah Penulisan Karangan
Makalah Penulisan KaranganMakalah Penulisan Karangan
Makalah Penulisan Karangan
 
YOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdf
YOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdfYOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdf
YOLLANDA OCTAVITRI_PENGEMBANGAN BAHAN AJAR.pdf
 
Pendalaman materi bahasa indonesia sd
Pendalaman materi bahasa indonesia sdPendalaman materi bahasa indonesia sd
Pendalaman materi bahasa indonesia sd
 

Mais de Rinisutopo

Menganalisis anak dyslexia
Menganalisis anak dyslexiaMenganalisis anak dyslexia
Menganalisis anak dyslexiaRinisutopo
 
Aplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hari
Aplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hariAplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hari
Aplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hariRinisutopo
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRinisutopo
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRinisutopo
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRinisutopo
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRinisutopo
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Rinisutopo
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Rinisutopo
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Rinisutopo
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Rinisutopo
 

Mais de Rinisutopo (20)

Menganalisis anak dyslexia
Menganalisis anak dyslexiaMenganalisis anak dyslexia
Menganalisis anak dyslexia
 
Aplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hari
Aplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hariAplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hari
Aplikasi Geometri Analitik Dalam Kehidupan Sehari-hari
 
Nurul khilda
Nurul khildaNurul khilda
Nurul khilda
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Rini 2
Rini 2Rini 2
Rini 2
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Rini 2
Rini 2Rini 2
Rini 2
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Tugas uas
Tugas uasTugas uas
Tugas uas
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 

Makalah kelompok 6

  • 1. MAKALAH BAHASA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Tadris Matematika Dosen Pengampu : Indrya Mulyaningsih, S.Pdi Kelas / Semester : C / 2 (dua) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132 Telp : (0231) 481264 Faxs : (0231) 489926
  • 2. Disusun Oleh Kelompok 6 : 1. Lupi Nurmawan (14121510616) 2. Musyfiah (14121520519) 3. Pupung Kurniawan (14121510619) 4. Rini Sri Rahayu (14121510620) 5. Risna Nilam Lutfia (14121530632)
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya tulis ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung berhadapan dengan penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau pada beberapa tahun sesudah itu. Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna yang ingin disampaikan penulis akan sama persis seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa terikat oleh waktu. Kesamaan interpretasi terhadap makna akan tercapai kalau penulis dan pembaca mempunyai pemahaman yang sama terhadap kaidah kebahasaan yang digunakan. Lebih dari itu, komunikasi ilmiah juga akan menjadi lebih efektif kalau kedua pihak mempunyai kekayaan yang sama dalam hal kosakata. Ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan bahasa tersebut untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang kompleks dan abstrak secara cermat. Kecermatan gagasan dan buah pikiran hanya dapat dilakukan kalau struktur bahasa (termasuk kaidah pembentukan istilah) sudah canggih dan mantap. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Bahasa juga bisa dikatakan sebagai alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Fungsi bahasa yang dilengkapi oleh sederetan pengertian untuk karya ilmiah tidak perlu diperdebatkan lagi. Bahasa di dalam proses berpikir tidak sekedar menjadi bumbu, tetapi mempunyai fungsi yang menetukan. Karena itu bahasa yang terpelihara di dalam karya ilmiah adalah alat yang terbaik untuk menyampaikan tingkatan dan proses berpikir, argumentasi dan penalaran.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN Dalam dunia akademik, karya tulis ilmiah didefinisikan sebagai tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan tertentu; disusun menurut metode tertentu dengan penulisan yang santun, baik, dan benar; atau berdasarkan kaidah baku ragam bahasa tulis. Kebenaran isinya pun harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berdasarkan kedalaman kajian permasalahannya, karya tulis ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk: a. Laporan penelitian, yaitu tulisan yang merupakan hasil percobaan, peninjauan, atau observasi sementara. b. Karya tulis akademik, berupa skripsi tesis, dan disertasi. c. Buku teks, yakni diktat atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang bahan ajar (Ekosusilo, 1991; Wibowo, 2008) Berkenaan dengan hal di atas, maka suatu tata permainan bahasa tidak mungkin dilepaskan dari hakikat bahasa sebagaimana diyakini oleh aliran Filsafat Bahasa Biasa bahwa makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat, makna kalimat adalah penggunaannya dalam bahasa, dan makna bahasa adalah penggunaannya dalam hidup. 2.1. Penggunaan Bahasa dalam Penulisan karya ilmiah Bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuan. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat di antaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku) logis, cermat dan sistematis. Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa, bentuk, dan ide yang di sampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tdiak dapat di pisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmiah sebagai berikut :
  • 5. 1. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Ragam bahasa baku memiliki dua sifat sebagai berikut : • Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai ilmu dan teknologi. • Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Demikian juga pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan, untuk ejaan dan peristilahan berpedoman pada EYD dan pedoman pembentukan istilah. 2. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukan pada kalimat dapat di ukur secara pasti. Contoh: Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan perguruan tinggi. Arti kata “kebanyakan” relatif , mungkin bisa lima, enam atau sepuluh orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita benahi menjadi Da’i di Gunung Kidul lima orang lulusan perguruan tinggi, dan ada tiga orang lagi dari lulusan pesantren. 3. Tepat. Ide yang di ungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh : “ Jamban pesantren yang telah rusak itu sedang di perbaiki.” Kalimat tersebut memiliki makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban atau mungkin juga pesantren. 4. Denotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti yang sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang obyektif. 5. Jelas. Maksudnya adalah mengetahui bagian-bagian mana saja yang merupakan subjek, predikat, objek, keterangan dan setiap kalimat memenuhi kaidah bahasa.
  • 6. 6. Lugas Maksudnya adalah tidak menimbulkan tafsir ganda dan langsung menunjuk ke pokok persoalan. 7. Komunikatif Maksudnya adalah apa yang ditangkap pembaca dari tuisan yang disajikan sama dengan yang dimaksud penulis. Tulisan disajikan secara logis (masuk akal) dan bersistem(teratur). Oleh karena itu, tata permainan bahasa di dalam karya tulis ilmiah yang komunikatif dapat disimak melalui ciri-ciri berikut : a. Koheren Koheren dapat pula dipahami sebagai “harmonis”, “integral”, “kompak”, “terintegrasi”, dan “terpadu”. Dalam hal mengungkapkan suatu masalah dan pemecahannya, koherensi memang sangat diperlukan. Gorys Keraf, dalam buku klasiknya, Komposisi (1971), menegaskan bahwa koherensi adalah adanya hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat; bagaimana hubungan antara subjek dan predikat; hubungan antara predikat dan objek; serta keterangan yang menjelaskan setiap unsur-unsur tersebut. Dalam ungkapan lain, koherensi menekankan segi struktur atau interrelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah kata dalam kalimat. Oleh karena itu, bisa terjadi sebuah kalimat atau alinea ditengarai telah mengandung kesatuan pikiran atau mengandung suatu ide pokok yang tunggal, namun koherensinya kurang baik. Akan tetapi, pendapat Keraf patut diermati secara kritis, karena dalam perspektif Filsafat Bahasa Biasa akan segera terihat bahwa koherensi di dalam tata permainan bahasa karya tulis ilmiah yang komunikatif tidak semata-mata berhubungan dengan penggunaan struktur atau antar unsur pembentuk kalimat, tetapi terutama mempresentasikan suatu pikiran penulisnya yang mengandung kesatuan dan ktuhanan (Wibowo, 2007). Dapat ditegaskan bahwa, pikiran seorang penulis pada dasarnya mengandug nilai estetik, namun nilai estetik itu muncul bila hubungan timbal balik di anatara unsur-unsur pendukungnya berjalan secara satu dan utuh (Wahyu Wibowo, 2010)
  • 7. b. Konsisten Dalam mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah kita memang harus bersikap konsisten, yaitu teguh dan bertanggung jawab dalam artian dapat memikul dan bersedia menyuguhkan bahwa jalan yang kita tempuh dalam baik dan benar. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah yang komunikatif harus didukung oleh fakta atau data yang cukup dan tepercaya (Soeparno, 1997;Wibowo, 2001). Dalam penyusunan kalimat, kita tidak diperkenankan melakukan peloncatan ide, atau bahkan menghubungkan ide-ide yang tidak ada pertalian atau hubungannya. c. Sistematis Karya tulis ilmiah yang komunikatif harus disusun berdasarkan prosedur yang sistematis pula, yaitu teratur, runtut, berkesinambungan, metodis, dan terorganisir. Sistematika sebuah tulisan pada umumnya terbagi ke dalam tiga bagian pokok, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan. Serta bagian lain yang dijadikan sebagai penunjang seperti kover, judul, daftar pustaka, dan indeks. Sehubungan dengan hal di atas, dapat ditegaskan bahwa sistematika karya tulis ilmiah yang sebenarnya adalah halaman-halaman pendahuluan, pendahuluan, bab-bab, simpulan, daftar pustaka, dan indeks. d. Konseptual Konsep adalah kesan mental, suatu pemikiran, ide, atau suatu gagasan yang memiliki derajat kekonkretan dan abstraksi yang digunakan dalam pemikiran abstrak (Bagus, 2002). Di dalam penulisan karya tulis ilmiah yang komunikatif, prosedur atau aturan yang teratur dan runtut harus dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan yang konseptual, karena melalui langkah-langkah yang terkonsep ini akan menjadikan satu karya tulis ilmiah yang terarah dan terfokus. e. Komprehensif Karya tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara komprehensif yaitu tuntas dan menyeluruh, penelaahannya harus jelas, lengkap, dan rinci. Hal ini berkesinambugan dengan prinsip koherensi yaitu mengandung pikiran utama yang jelas. Karena apabila diibaratkan, pikiran utama itu ibarat pintu
  • 8. gerbang yang akan membawa pembacanya ke keseluruhan isi tulisan. Selain itu, dengan menghidangkan satu pikiran utama yang jelas berarti penulisnya telah menghargai pembacanya. Dengan demikian, maka dengan tulisan kita akan menimbulkan simpati pembaca. f. Logis Logika adalah apa pun termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau akal budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis dan dipahami (Wahyu Wibowo, 2010). Oleh karena itu, logika haruslah menjadi satu hal pokok di dalam penulisan karya ilmiah yang komunikatif, karena segala hal yang menjadi penjelas di dalam karya tulis ilmiah harus memiliki argumentasi yang dapat diterima oleh nalar yang sehat, valid, dan analitis. Implikasi dari hal di atas yaitu, karya tulis ilmiah dapat diuji kebenarannya baik berdasarkan data dan fakta maupun diuji kembali oleh ilmuwan lain. Di sisi lain, karya tulis ilmiah harus bersifat terbuka agar pendapat penulis dapat diubah apabila muncul bukti atau pendapat baru yang didukung oleh data dan fakta. g. Bebas Bebas, rasa bebas, atau kebasan dapat dimaknai juga dengan merdeka, mandiri, independen, atau leluasa. Dalam konteks ini kebebasan tidak diartikan sebagi kebebasan ilmuwan yang leluasa atau merdeka berbuat apa pun, tetapi kebebasan yang eksistensial yaitu kebebasan yang menyeluruh yang terkonteks dalam kepribadian bangsa, yang oleh karena itu dapat membedakannya dengan nilai-nilai kebebasan yang dianut oleh bangsa lain. Orang yang bebas secara eksistensial akan mencapai tiarap kedewasaan, otentisitas, dan kematangan rohani, hal yang mestinya memang dimiliki seorang penulis karya tulis ilmiah yang komunikatif. h. Bertanggung Jawab Dalam perspektif etika berarti dapat menjawab jika ditanyai tentang perbuatan-perbuatannya (Bertens, 2002). Dengan hubungannya dengan karya tulis ilmiah, bertanggung jawab dapat dimaknai sebagai tulisan yang etis, elegan, dan berwawasan yang mencerminkan bahwa penulisnya dapat menjawab jika ditanya apa pun tentang tulisanya tanpa menonjolkan segi-segi
  • 9. emosinya. Itu sebabnya, sebuah karya tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara seksama, yakni ditulis secara teliti, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Dalam pernyataan lain, sebuah karya tulis ilmiah dapat dikatakan mencerminkan tanggung jawab penulisnya bila ditulis secara jelas, jernih, gamblang, konsisten, dan konsekuen. 2.2. Ragam Penulisan Karya Ilmiah 1. Ragam Bahasa Tulis Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasar pada 1. pokok pembicaraan 2. media yang digunakan 3. hubungan antara komunikator dengan komunikan. Selanjutnya dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam bahasa dari sudut media yang digunakan yakni ragam bahasa tulisdan dari sudut hubungan antara komunikator dengan komunikan. Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran, misalnya tinggi rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat yang tidak terlambang dalam tata tulis maupun ejaan. Dengan demikian, penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya. Lain halnya dengan ragam lisan, penutur dapat memberikan tekanan atau jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat dipahami. Jadi, ragam bahasa tulis memiliki karakteristik khusus dibandingkan ragam bahasa lisan. Karakteristik tersebut antara lain : 1. ragam bahasa tulis memiliki banyak penanda metalingual, 2. kalimat berstruktur lengkap, dan 3. klausanya sederhana tetapi memiliki kepadatan kata dan isi (Brown,1985; Ansari,1999). 2. Sifat-Sifat Bahasa yang Digunakan dalam Karya Ilmiah
  • 10. Secara umum penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus mengacu pada sifat-sifat bahasa, meliputi sifat : a. Objektif Bahasa yang objektif adalah bahasa yang menggambarkan sesuatu pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa, representasi pengalaman linguistik itu dipandang sama. Sebaliknya bahasa subjektif menggambarkan sesuatu pengalaman (oleh penulisnya) yang berbeda dengan pengalaman yang dipahami oleh khalayak dalam memahami representasi pengalaman itu karena penulis membawa pertimbangan sikap, pendapat, dan komentar pribadi. Jadi, keobjektifan bahasa dapat ditingkatkan dengan meniadakan atau meminimalkan pendapat dan sikap pribadi tersebut. Karena bahasa subjektif wujud dalam bentuk epitet atau ekspresi emosional, modalitas, proses mental, dan makna konotatif maka keobjektifan dapat dicapai dengan meniadakan atau meminimalkan penggunaan bahasa dengan ciri subijektif di atas. b. Impersona Keimpersonaan bahasa memperlihatkan ketidakterlibatan penulis artikel dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya. Pada teks artikel ilmiah tidak digunakan bentuk pronomina saya, kami, kita, atau penulis dengan tujuan untuk menghindari paparan persona (subjektif). Meskipun kita akui bahwa karya ilmiah tidak wujud tanpa keterlibatan penulis, retotika ilmu menuntut agar dalam teks keterlibatan itu tidak ditampilkan. Untuk mempertahankan keimpersonaan teks sehingga tidak terlihat keterlibatan penulis, Teknis Dengan kespesifikannya, istilah teknis digunakan dalam Karya ilmiah. Tidak ada satu disiplin ilmu tanpa istilah teknis. Teknis maksudnya dalam konteks tulisan istilah yang digunakan berhubungan dengan istilah dalam satu disiplin ilmu. Akan tetapi, penggunaan singkatan (akronim) yang belum lazim disarankan tidak digunakan. Penggunaan singkatan dilakukan dengan menampilan bentuk penuh terlebih dulu dari uraian akronim yang akan dibuat diikuti bentuk singkatan dalam tanda kurung pertama. Dalam teks berikutnya bentuk singkatan itu dapat digunakan secara konsisten.
  • 11. c. Praktis Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan teks yang ekonomis dan tidak taksa (ambigiuous). Sebagai contoh kata diteliti dan digalakkan berdasarkan prinsip ini dapat digunakan sebagai pengganti mengadakan penelitian dan naik daun karena bentukan pertama lebih ekonomis dan tidak mengandung ketaksaan. Namun, bentuk frase berdasar pada, terdiri atas, sesuai dengan, bergantung pada tidak dapat diubah menjadi berdasar, terdiri, sesuai, dan bergantung walaupun bentuk tersebut lebih singkat dan hemat karena bentuk yang pertama merupakan bentuk yang sudah dibakukan dalam bahasa Indonesia (Gay, 1981; Saragih.1999). 3. Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal seperti karya tulis ilmiah harus mengikuti syarat-syarat tertentu. a. Secara morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap. Dalam hal ini wujud setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang lengkap seperti: diuraikan, mempertentangkan, memiliki dan sebagainya. Kata-kata lain yang tanpa afiksasi juga harus dimunculkan dalam bentuk yang lengkap. Kata-kata seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak dapat ditulis dengan bentuk tak atau udah. b. Secara sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap yakni memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara eksplisit. Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk pelesapan subjek dalam kalimat kompleks padahal secara sintaksis subjek tersebut tidak memiliki rujukan yang sama dengan subjek pada kalimat induknya atau subjek kedua ini telah jauh terpisah dari subjek pertamanya pada subjek pada paragraf sebelumnya. Satu kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek dengan dua dua predikat bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan anaforik dengan subjek yang masih dipertahankan.
  • 12. c. Bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti. Penulis artikel ilmiah harus menimbang-nimbang secara seksama setiap kata, ungkapan dan bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama dengan yang dimaksud penulis. Istilah-istilah kembar seperti fonologi- fonetikfonemik harus dipilih penggunaannya sehingga tidak menimbulkan makna yang keliru seperti terlihat dalam kalimat Katz dan Postal (1999) mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa terdiri atas tiga komponen; sintaksik, fonetik, dan semantik. Komponen kedua dalam kalimat di atas seharusnya fonologi bukan fonetik karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang berbeda. d. Bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah–kaidah sintaktik. Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif yakni kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tatabahasa, tidak berbelit- belit, tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas. Salah satu contoh kesalahan sintaktis adalah pemakaian kata daripada di belakang verba. Kesalahan ini terjadi karena penulis atau pembicara tidak dapat membedakan subkategori verba secara intuitif menjadi transitif-taktransitif sehingga apa yang seharusnya langsung diikuti objek disisipi penyeling daripada. Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek, predikat, dan objek tampaknya masih belum jelas. e. Bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata. Dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa, hal pertama yang harus jelas adalah konsep utama yang ingin dikemukakan penulis. Selanjutnya konsep utama ini dilengkapi dengan subkonsep lain yang relevan. Setelah semua itu sampailah pada pemilihan kata, frase, dan bentuk sintaksis yang akan dapat mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas mungkin dengan penggunaan kata yang seekonomis mungkin. 2.3. Pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah Ada 2 pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah yaitu sebagai berikut : 1) Pengaruh bahasa asing
  • 13. Untuk menciptakan kalimat yang logis kerapkali terhalangi oleh suatu dugaan bahwa kadang-kadang bahasa yang dipergunakan itu mempunyai kekurangan-kekurangan dalam istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan. Pengaruh dan pengambilan bahasa atau kata-kata asing terasa semakin deras dan nyata. Proses ini dapat memperkaya bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa asing dapat terlihat jika penulis itu tidak mampu mendapatkan istilah dalam bahasa Indonesia. Ia seolah-olah kehabisan kata-kata dalam kamus. Pemungutan kata-kata atau istilah istilah-istilah asing pada dasarnya karena keperluan akan kata-kata atau istilah-istilah yang tidak diperoleh dalam bahasa indonesia. 2) Gaya Bahasa Gaya dapat diartikan sebagai keistimewaan atau karakteristik penyajian, konstruksi, atau penyelenggaraan dalam setiap karya Ilmiah. Pada umumnya orang menganggap bahwa tulisan ilmiah tidak memerlukan gaya manapun. Penulis ilmiah sebaiknya tidak mengikuti pendapat bahwa karya ilmiah itu mesti kering dan berat. Banyak orang berpendapat bahwa karya ilmiah yang semakin tidak dapat dipahami berarti semakin ilmiahlah karya itu. Karya ilmiah bukanlah pementasan rahasia tertutup yang menetapkan bahwa hanya penulisnya sendirilah yang boleh membeli karcis untuk menonton karyanya itu. Dan mudah-sukarnya karya ilmiah untuk dipahami bukanlah ukuran untuk menetapkan nilai karya itu tetapi yang diutamakan dalam penulisan karya ilmiah adalah kebenaran akan fakta-fakta yang diteliti 2.4. Unsur-unsur Bahasa Dalam Penulisan Karya Ilmiah Bahasa adalah alat komunikasi. Dalam suatu karangan, apa pun itu, penggunaan unsur-unsur bahasa yang tepat, memegang peran yang amat penting. Jika hendak menyusun suatu karya tulis ilmiah atau makalah, maka sebaiknya tidak memakai ragam bahasa yang biasa digunakan untuk menyusun puisi atau karya fiksi. Demikian pula sebaliknya. Ini artinya, perlu menggunakan bahasa secara efektif. Menggunakan bahasa secara efektif berarti menggunakan unsur-unsur bahasa secara efektif juga. Dengan demikian, bila ingin menyusun suatu karya ilmiah, maka unsur-unsur bahasa ini
  • 14. harus kita perhatikan: (a) penggunaan ejaan, (b) penggunaan imbuhan, (c)pemilihan dan penempatan kata, serta (c) penggunaan kata dalam kalimat. A. Penggunaan Ejaan Menurut kurun waktu penetapannya, usia ejaan yang disempurnakan (EYD) telah mencapai lebih dari dua dasawarsa. Akan tetapi, sampai sekarang masih dapat kita jumpai penggunaan ejaan yang salah-salah. Tidak saja dalam karya ilmiah, tetapi juga dalam surat-surat resmi. Yang dimaksud dengan ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI). Kesalahan ejaan yang paling sering dijumpai adalah penggunaan kata depan dan awalan. Penulisan awalan kadang-kadang sama dengan cara penulisan kata depan. Bagi penulis pemula atau mahasiswa ini penting diperhatikan. Contoh masalah penggunaan awalan dan kata depan: Penulisan awalan di- Salah Benar a. Semua perabot rumahnya habis di lalap api. b. Cara yang praktis untuk mengelola sampah telah di temukan. a. Semua perbot rumahnya habis dilalap api. b. Cara yang paling praktis untuk mengelola sampah telah ditemukan. Penulisan kata depan Salah Benar a. Rumah-rumah dipinggir jalan itu beratap jerami. b. Pagi-pagi ibu pergi kepada a. Rumah-rumah di pinggir jalan itu beratap jerami. b. Pagi-pagi ibu pergi ke pasar Cara penulisan awalan adalah merangkainya dengan kata dasar yang dibubuhinya. Sedangkan kata depan, penulisannya harus dipisahkan dari kata
  • 15. yang mengikutinya. Kata yang diikuti awalan di- menunjukkan kata kerja. Sedangkan kata yang diikuti kata depan di menunjukkan arah tempat. Perhatikan contoh penulisan awalan dan kata depan berikut ini ! Penulisan awalan Salah Benar di lihat dilihat di teliti diteliti di coba dicoba Penulisan kata depan Salah Benar ditoko di toko kekiri ke kiri disamping di samping Kata kepada dan daripada juga sering salah penulisannya seperti dalam contoh berikut: a. Ke pada saya diserahkan mandat itu. b. Dari pada menderita, lebih baik mati. Penulisan kata kepada dan daripada harus dirangkaikan sebagai berikut : a. Kepada saya diserahkan mandat itu. b. Daripada menderita, lebih baik mati. B. Penggunaan Imbuhan Imbuhan adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Proses pembentukan kata, dari kata dasar dengan pemberian imbuhan seperti awalan atau akhiran disebut pengimbuhan. Hampir semua pelajar mengetahui proses pengimbuhan, namun sebagian besar pelajar kurang memperhatikan cara penulisan kata berimbuhan sesuai ketentuan. Berikut ini adalah beberapa ketentuan penulisan kata yang memperoleh imbuhan: 1. Imbuhan harus dituliskan serangkai dengan kata dasarnya.
  • 16. Contoh: Salah Benar di berlakukan diberlakukan di berlaku kan peneliti an penelitian pe nelitian 2. Gabungan kata (seperti: tanggung jawab, serah terima, nomor dua, nonaktif dan sejenisnya) yang mendapat awalan dan akhiran bersama-sama, harus dituliskan serangkai. Contoh: Salah Benar pertanggungan jawab pertanggungjawaban dipertanggungjawab kan dipertanggungjawabkan dinomor duakan dinomorduakan di nonaktif kan dinonaktifkan Kata berimbuhan lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah: penglepasan, mengetapkan, diketemukan. Penulisan kata-kata tersebut kurang tepat. Penulisannya yang benar adalah pelepasan, menerapkan, ditemukan. Sementara itu, partikel pun ada yang dituliskan serangkai, ada juga yang dituliskan terpisah dari kata yang diikutinya. Partikel pun yang mengikuti kata kerja, kata benda, dan kata sifat harus ditulis terpisah dari kata-kata tersebut. Contoh: Kata benda di sekolah pun bukan di sekolahpun di rumah pun bukan di rumahpun di kantor pun bukan di kantorpun Kata sifat Sakit pun bukan sakitpun Tingginya pun bukan tingginyapun
  • 17. Kata kerja berjalan pun bukan berjalanpun berlari pun bukan berlaripun Kata bilangan seribu pun bukan seribupun seratus pun bukan seratuspun setahun pun bukan setahunpun Namun ada beberapa perkecualian. Beberapa kata seperti adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun, penulisan partikel pun telah diterima serangkai. Pelajar perlu membaca pedoman ejaan yang disempurnakan. Dalam pedoman itu dapat dibaca berbagai kaidahmengenai penempatan titik, koma, titik koma, titik dua, penulisan awalan dan kata depan, penulisan kata depan, penulisan kata dasar yang memperoleh imbuhan, dan sebagainya. C. Pemilihan dan Penempatan Kata Kata merupakan faktor penting dalam merancang tulisan. Tulisan yang baik ditentukan oleh cara penulisan dan penempatan kata. Pemilihan dan penempatan kata mempengaruhi sekaligus memberikan warna sebuah tulisan. Menurut Drs. Mustakim (1993:70), ketepatan dalam pemilihan kata perlu memperhatikan komponen situasi, bentuk, dan makna. Komponen tersebut saling mempengaruhi. Komponen bentuk disesuaikan dengan situasi, situasi tidak terlepas dengan makna, makna tidaka terlepas dengan bentuk. Hal yang perlu diperhatikan saat menyusun karangan yaitu bahasa yang dipergunakan. Dalam konteks menyusun makalah atau karya ilmiah, bahasa yang dipergunakan hendaknya mencerminkan ragam yang resmi. Artinya, bahsa gaul, bahasa daerah, atau bahasa asing yang bukan pada tempatnya harus dihindari.
  • 18.  Pemakaian Kata bentuk jamak Dalam karangan atau tulisan ilmiah sering ditemukan penggunaan kata bentuk jamak yang salah, baik yang mengandung makna jamak maupun yang dinyatakan dalam bentuk ulang. Contoh kata bermakna jamak: semua, para, banyak, beberapa. Contoh kata dalam bentuk ulang yang bermakna jamak: negara-negara, ibu-ibu, hasil-hasil. Perhatikan penggunaanya dalam kalimat berikut: Salah a. Semua siswa kelas III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel. b. Para hadirin dipersilahkan berdiri. c. Para ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba. d. Banyak orang-orang Oi Foo yang menderita demam berdarah. e. Beberapa wakil-wakil dari negara-negara sahabat menghadiri acara pelantiakan presiden Republik Indonesia. Benar a. Siswa kelas III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel. b. Hadirin dipersilahkan berdiri. c. Ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba. d. Banyak orang Oi Foo yang menderita demam berdarah. e. Beberapa wakil dari negara-negara sahabat menghadiri acara pelantiakan presiden Republik Indonesia.  Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama Perhatikan dua contoh kalimat dibawah ini: 1. Kebudayaan daerah adalah merupakan sumber kebudayaan nasional. 2. Parit-parit dibersihkan agar supaya tidak tergenang air. Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama, seperti agar supaya dan adalah merupakan dalam kalimat di atas, sebaiknya dihindari. Dengan demikian, penulisan kalimat yang benar adalah:
  • 19. a. Kebudayaan daerah merupakan sumber kebudayaan nasional. b. Parit-parit dibersihkan agar tidak tergenang air. D. Penggunaan Kata Dalam Kalimat Menyusun kata menjadi kalimat adalah merangkai beberapa kata untuk membentuk satu pengertian atau makna yang lengkap. Maksudnya, kata-kata yang terdapat dalam sebuah kalimat bukanlah sederetan kata-kata yang tidak berarti. Perhatikan sederetan kat di bawah ini: Ali buku buku di toko membeli Sederetan kata-kata di atas tidak membentuk suatu pengertianyang lengkap. Untuk memperoleh sebuah pengertian yang lengkap, kita perlu mengubah urutan kata-kata tersebut menjadi: Ali membeli buku di toko Setelah urutan kata-katanya diatur, susunan kata-kata itu kini telah memberikan suatu pengertian. Dengan demikian, setiap pertanyaan yang diajukan berdasarkan pengertian yang dimaksud, akan memperoleh jawabannya: Siapa membeli buku di toko? Ali membeli apa di toko? Di mana Ali membeli buku? Melihat uraian di atas, berarti kita dapat membentuk sebuah kalimat dengan mengawalinya melalui pengajuan beberapa pertanyaan terlebih dahulu. Dengan cara ini, kita menghindari mendaftar sejian banyak kata dan mengurutkannya. Misalnya: a. Apakah Ali membeli majalah? Jawabannya: Tidak. Ali tidak membeli majalah. b. Apakah Ali membaca buku? Jawabannya: Tidak. Ali membeli buku Jawaban di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan suatu kalimat.
  • 20. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan  Bahasa memiliki kontribusi yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, hal tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut : a. Baku b. Lugas c. Jelas d. Kuantatif e. Denotatif f. Tepat g. Komunikatif Untuk menciptakan suatu karya tulis ilmiah yang komunikatif diperlukan beberapa hal, yaitu: • Koheren • Konsisten • Sistematis • Konseptual • Komprehensif • Logis • Bebas • Bertanggung Jawab  Sifat Bahasa Karya Tulis Ilmiah Sifat bahasa dalam penulisan karya ilmiah meliputi, sebagai berikut: a. Objektif b. Impersona c. Praktis  Syarat Bahasa Karya Ilmiah
  • 21. Syarat bahasa dalam karya ilmiah meliputi sebagai berikut: a. Lengkap secara morfologis b. Lengkap secara sintaksis c. Tepat makna dan tunggal arti d. Berkaidah sintaktik e. Padat isi  Unsur-unsur bahasa dalam penulisan karya ilmiah a. Penggunaan ejaan b. Penggunaan imbuhan c. Pemilihan dan penempatan kata d. Penggunaan kata dalam kalimat  Pengaruh bahasa dalam penggunaan bahasa karya ilmiah Bahasa di dalam penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: a. Pengaruh bahasa asing b. Pengaruh gaya bahasa
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Achmad. A Aleka. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hendry.Tarigan, 2008. Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis Untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Komaruddin. 1974. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa. Mulyono, Datu dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Nurdin, Irman Mokhamad, dkk. 2008. Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Rasjid Lamuddin, Dkk. 1984. Bahasa Indonesia. Jakarta: Nina Dinamika. Sofyan, Agus Nero, dkk. 2007. Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Badan Perkuliahan Dasar Umum. Wibowo, Wahyu. 2010. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara