SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 35
Baixar para ler offline
Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang
2013
ARAHAN TATA GUNA LAHAN
KELURAHAN NGADIRGO, KELURAHAN WONOLOPO
DAN KELURAHAN WONOPLUMBON
DI KECAMATAN MIJEN
BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan
(TKP 250)
Renny Desiana 21040112130051
Dwitantri Rezkiandini 21040112130071
Aulia Adhiyajna F. 21040112130089
Ferdianta Wahyu N. Pratama 21040112130097
Oktaviana Rahayu J. A. 21040112130099
Yosephine Purba 21040112140041
Fajar Hadhiyanto Wibowo 21040112140125
Kelompok IA
KERANGKAPIKIR
2
3
KERANGKAPIKIR
ANALISIS
KONDISI NON FISIK
5
PENDUDUK
Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Ngadirgo 2.496 2.296 4.792
Wonolopo 3.048 3.026 6.074
Wonoplumbon 1.945 1.904 3.849
Jumlah 7.489 7.226 14.715
Kelurahan Lahir Mati Imigrasi Emigrasi
Ngadirgo 93 39 141 68
Wonolopo 93 36 228 333
Wonoplumbon 70 21 86 46
Jumlah 256 96 1.255 447
Dengan jumlah kelahiran yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
kematian, maka dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun yang akan
datang, di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan Wonoplumbon akan terjadi ledakan
penduduk. Sebagai konsekuensinya, akan lebih banyak terjadi perubahan fungsi
lahan untuk lahan permukiman guna memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal.
6
PENDIDIKAN
Pendidikan Ngadirgo Wonolopo Wonoplumbon
Tidak Sekolah 29 438 169
Tidak Tamat SD 586 373 222
Belum Tamat SD 363 466 245
Tamat SD 797 649 994
Tamat SMTP 1.000 1.292 998
Tamat SMTA 1.270 1.699 851
Tamat Akademi/DIII 68 613 64
Tamat Perguruan Tinggi 82 182 33
Jumlah 4.195 5.712 3.516
Dari angka-angka pada tabel di bawah bahwa tingkat kesadaran
penduduk akan pentingnya pendidikan masih cukup rendah. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat yang
sangat sulit untuk berkembang.
7
PEREKONOMIAN
Jenis Pekerjaan Kelurahan
Ngadirgo
Kelurahan
Wonolopo
Kelurahan
Wonoplumbon
Jumlah
Buruh Industri 950 237 420 1.607
Buruh Bangunan 596 221 11 828
Pedagang 279 225 31 535
Angkutan 16 26 5 47
PNS/ABRI 56 115 19 190
Pensiunan 14 128 10 152
Jasa/Lainnya 5 1 0 6
Jumlah 1.916 953 496 3.365
Penduduk yang bekerja di sektor non formal (buruh, pedagang >50%) lebih besar
dibanding sektor formal (PNS/ABRI)  tingkat perekonomian masih rendah (berkaitan
dengan tingkat pendidikan).
ANALISIS KONDISI FISIK
9 ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN
MORFOLOGI
Bukit di Kelurahan Ngadirgo
Salah satu bentang alam di Kelurahan
Wonoplumbon
PERBUKITAN LANDAI
STRUKTURAL TERDENUDASI
• Memiliki ketinggian 30 – 500 mdpl dan
secara umum memiliki kelerengan 2 – 15%
 PERBUKITAN LANDAI
• Terdapat indikasi sesar dan kekar yang
terstruktur yang terjadi karena adanya
struktur geologi  STRUKTURAL
• Terjadi banyak proses denudasional, seperti
proses pelapukan, erosi dan longsoran 
TERDENUDASI
 Kelebihan
Cocok untuk pertanian dan perkebunan.
 Kelemahan
Bentangalam denudasional  Tidak memiliki
susunan pengikat batuan dan tanah yang
kompak, sehingga akan mudah mengalami
pelapukan, erosi dan longsoran.
10
TOPOGRAFIKELERENGAN
TOPOGRAFI KELERENGAN
Kelerengan Lokasi Kondisi
Eksisting
Analisis
0-8% Kelurahan Ngadirgo
bagian timur
Kawasan perkebunan
karet dan pemukiman
Sebagian perkebunan telah
dikonversi menjadi kawasan real
estate BSB
8-15% Kelurahan Ngadirgo,
Wonolopo,
Wonoplumbon
Kawasan pemukiman,
perkebunan, dan
pertanian
• Di pinggir S. Plumbon untuk
irigasi sawah.
• Pemukiman dan perkebunan
jauh dari sungai.
15-25% Bagian barat Ngadirgo,
bagian barat Wonolopo,
bagian barat
Wonoplumbon
Kawasan perkebunan,
hutan, pertanian,
pemukiman
Adanya pemukiman di kelerengan
ini kurang tepat karena rentan
terjadi longsor.
25-40% Bagian selatan
Wonoplumbon
Kawasan perkebunan
dan hutan
Dapat dijadikan kawasan lindung
dan kawasan penyangga. Namun,
hanya dijadikan sebagai kawasan
penyangga.
>40% Barat daya
Wonoplumbon
Perkebunan, hutan,
pertanian
Dapat dijadikan kawasan lindung
dan kawasan penyangga.
• Terjadi penebangan hutan
untuk perkebunan.
• Pertanian memanfaatkan S.
Blorong.
12
LITOLOGIJENISBATUAN
13
LITOLOGIJENISTANAH
LITOLOGI BATUAN SEDIMEN DAN
TANAH LATOSOL
Tanah latosol
coklat tua di
Wonoplumbon
Tanah
lempung di
Wonoplumbon
Batu lanau di
sempadan
Sungai Blorong
Kelurahan
Wonoplumbon
• Batuan lempung dan lanau  kurang
cocok untuk didirikan bangunan karena
tidak memiliki daya ikat antar batuan
yang tidak kompak.
• Tanah latosol (dari pasir & breksi)
 cukup baik dalam menahan air dan
tahan terhadap erosi  cukup baik
untuk dibangun bangunan dengan
bobot tidak besar di atasnya.
 sangat mudah mengalami penguapan
air  mudah mengalami kekeringan
 daya ikat antar elemen matriks
penyusun tanah kurang solid
longsor.
 merupakan tanah yang bersifat
gembur  cocok untuk tanaman
tahunan, perkebunan, persawahan.
15
STRUKTURGEOLOGI
STRUKTUR GEOLOGI
SESAR NORMAL
• Jalur sesar ini melintang bagian barat daya
menuju ke arah utara Kelurahan Wonoplumbon
dan berbelok ke bagian barat Kelurahan
Ngadirgo dan sebelah selatan Kelurahan
Wonoplumbon.
• Tidak ditemukan bentukan asli sesar, namun
ditemukan zona sesar  tebing sungai dan
kelokan sungai yang tajam.
• Titik lokasi pembangunan harus dibuat jauh dari
sempadan Sungai Blorong guna meminimalisir
terjadinya bahaya longsor akibat terjangan
arus Sungai Blorong yang cukup deras.
Struktur geologi
kekar di
Kelurahan
Wonoplumbon
Struktur geologi
kekar pada
batuan lanau
Indikasi zona
lintasan sesar di
tebing sungai
Kelurahan
Wonoplumbon
STRATIGRAFI
Stratigrafi di sekitar Sungai Blorong yang
sudah mengalami erosi tebing sungai
• FORMASI KALIGETAS (batu breksi,
batu pasir tufan dan batuan lempung) di
sempadan Sungai Blorong dan bagian timur
Wonoplumbon
• ENDAPAN ALLUVIUM (batuan
sedimen dasar dan batuan breksi). Di beberapa
tempat, beberapa batuan telah mengalami
pelapukan.
• FORMASI KEREK (batu lempung, batu
breksi dan batu konglomerat) di Kelurahan
Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon,
stratigrafi penyusun batuannya tidak dapat
teridentifikasi dengan jelas
18
HIDROLOGI
HIDROLOGI
Bentang alam Sungai Blorong
Pemanfaatan Sungai Blorong sebagai
irigasi sawah
Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan
Wonoplumbon dialiri oleh dua sungai yaitu
Sungai Blorong dan Sungai Plumbon.
• Sungai Blorong jauh lebih deras dan
memiliki lebar sungai yang cukup
panjang sekitar 3-5 meter.
• Sungai Plumbon sudah mengalami
proses penutupan tebing dengan
bahan konstruksi dan memiliki aliran
air yang relatif tenang dengan lebar
sungai berkisar 1 sampai 2 meter
saja.
KLIMATOLOGI
Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya
tanaman karena tanaman akan mendapat
pasokan air cukup banyak dari air hujan,
juga jenis tanah latosol.
Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan
Wonoplumbon memiliki curah hujan 27,7-34,8
mm/tahun  Tinggi
21
HIDROGEOLOGI
HIDROGEOLOGI
Pemanfaatan akuifer dangkal
AKUIFER PRODUKTIF SEDANG &
AKUIFER PRODUKTIF KECIL
Produktivitas akuifer sedang  debit air
lebih dari 10 liter/detik  cadangan air
tanah terbilang banyak  baik untuk
sumber air kawasan pemukiman, pertanian
lahan basah, perkebunan
(penggalian sumur dapat dilakukkan sampai
kedalaman 10-15 meter)
Produktivitas akuifer kecil setempat  air
tanah dangkal terbatas  tidak cocok
untuk lahan pertanian (dengan
memanfaatkan air tanah) melainkan
dimanfaatkan sebagai pertanian dengan
memanfaatkan irigasi sungai dan juga
memanfaatkan curah hujan yang tinggi.
23
BAHAYAGEOLOGIGERAKANTANAH
BAHAYA GEOLOGI
Bahaya geologi erosi tanah Bahaya geologi longsoran pada tebing
Bahaya geologi terkait proses denudasional yang mengakibatkan terjadinya pelapukan
pada batuan. Akibat pelapukan ini adalah tanah dan batuan tidak memiliki daya ikat
tanah/batuan yang solid atau memiliki tingkat kompaksi antar matriks yang rendah. Hal ini
akan memicu terjadinya bahaya geologi erosi dan longsoran, terutama pada lereng curam.
ANALISIS TATA GUNA LAHAN
25
ANALISIS SKORING
26
Kategori
Kelerengan
Skor Curah Hujan Skor
Jenis
Tanah
Skor
Skor
Total
Fungsi Kawasan Lokasi
0-2% 20
27,7-34,8
mm3/hari
40 Latosol 30
90 Budidaya
Kelurahan Ngadirgo
2-15% 40 110 Budidaya
15-25% 60 130 Penyangga
2-15% 40 27,7-34,8
mm3/hari 40 Latosol
30 110 Budidaya
Kelurahan
Wonolopo15-25% 60 130 Penyangga
2-15% 40
27,7-34,8
mm3/hari
40 Latosol 30
110 Budidaya
Kelurahan
Woonoplumbon
15-25% 60 130 Penyangga
25-40% 80 150 Penyangga
>40% 100 170 Penyangga
27
Internal
Eksternal
STRENGTH
1. Jenis tanah latosol yang memiliki tingkat
kesuburan yang cukup bagus
2. Terdapat DAS Blorong yang cukup deras
alirannya
3. Akuifer produktif sedang
4. Curah hujan tinggi
5. Kawasan budidaya yang lumayan
mendominasi
WEAKNESS
1. Gerakan tanah yang kurang stabil di beberapa
tempat
2. Daya ikat tanah yang kurang solid
3. Tingkat kelerengan landai sampai agak curam
4. Rawan terjadi longsor dan erosi tebing sungai
OPPORTUNITIES
1. Peraturan tentang tata guna lahan
yang jelas
2. Peningkatan teknologi di masa yang
akan datang
3. Peningkatan penanaman modal
atau investasi
1. Dapat dilakukan suatu kegiatan atau program
agrobisnis, agrowisata atau kegiatan berbasis
pertanian seperti perkebunan, pertanian. Hal
ini dilakukan agar dapat meningkatkan tingkat
perekonomian warga dan juga tingkat
perekonomian Kecamatan Mijen secara umum.
2. Dapat dijadikan pemukiman pada kawasan
budidaya dengan tetap berlandaskan
peraturan pemerintah dan keadaan kondisi
lingkungan.
1. Mengadakan suatu kerja sama antara
pemerintah dengan pihak swasta yang
mengerti dan memahami kondisi fisik suatu
wilayah agar pembangunan yang dilakukan
lebih terstruktur dan tetap memperhatikan
kondisi fisik lingkungan.
2. Pembangunan yang dilakukan harus dilakukan
dengan perhitungan yang detail mengenai
pengaruh bahaya-bahaya yang dapat
ditimbulkan, seperti dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna.
THREAT
1. Adanya penggunaan lahan yang
menyalahi aturan tata ruang
wilayah
2. Alih fungsi kawasan di sekitar
daerah aliran sungai
3. Jumlah penduduk akan semakin
bertambah
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk,
kebutuhan akan tempat tinggal juga akan
meningkat, penentuan lokasi yang diperuntukka
kawasan permukiman sangat diperlukan, agar
sesuai dengan aspek tata guna lahan yang telah
ditentukan oleh RTRW dan juga sesuai dengan
kondisi fisik daerah yang akan dijadikan
pemukiman tersebut. Guna meminimalisir adanya
bahaya yang datang di kemudian hari.
1. Tidak melakukan pengrusakan vegetasi di
daerah sekitar aliran sungai agar tidak terjadi
longsor di tebing sungai. Dan juga agar daerah
resapan air dapat terjaga keberadaannya.
2. Pembangunan yang dilakukan harus
memperhatikan aspek lingkungan agar dapat
meminimalisir bahaya geologi yang dapat
terjadi
ANALISIS SWOT
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
28
Kelurahan Kondisi
Eksisting
Fungsi
Kawasan
Potensi dan Kendala Menurut
RTRW Kota
Semarang
Analisis
Kelurahan
Ngadirgo
Permukiman,
Perkebunan,
Hutan
produksi
Tetap
Budidaya
dan
Penyangga
 Tingkat kelerengan datar sampai
landai
 Tanah latosol coklat kemerahan
 Akuifer produktif sedang
 Kawasan budidaya yang sangat luas
 Gerakan tanah menengah
 Erosi dan longsor di beberapa titik
lokasi
Budidaya dan
penyangga
Kondisi Eksisting di Kelurahan
Kelurahan Ngadirgo sedikit berbeda
dengan fungsi kawasan dan RTRW Kota
Semarang. Beberapa lokasi yang tadinya
merupakan kawasan perkebunan dan
hutan produksi tetap telah berubah
menjadi kawasan permukiman.
Kelurahan
Wonolopo
Permukiman,
Perkebunan,
Hutan
produksi
tetap,
pertanian,
lahan kosong
Budidaya
dan
Penyangga
 Tingkat kelerengan landai yang cukup
luas
 Tanah latosol coklat kemerahan
 Akuifer produktif sedang
 Kawasan budidaya yang sangat luas
 Gerakan tanah sangat rendah dan
rendah
 Erosi dan longsor di beberapa titik
lokasi
 Penggunaan lahan yang menyalahi
aturan di beberapa lokasi
Budidaya dan
penyangga
RTRW Kota Semarang menunjukkan
bahwa pada daerah ini digunakkan
sebagai kawasan budidaya dan
penyangga. Namun jika dilihat pada
kondisi eksisting, di daerah ini sebagian
besar digunakan untuk pemukiman,
tegalan dan perkebunan. Selain itu
sebagian kecil digunakan untuk hutan
produksi tetap. Tetapi ada beberapa
lokasi di sebelah selatan Kelurahan
Wonolopo yang sudah mengalami
perubahan tata guna lahan. Seperti
kawasan perkebunan yang menjadi
kawasan permukiman.
Kelurahan
Wonoplumbon
Dominasi
Kawasan
Hutan,
Perkebunan
dan sedikit
kawasan
permukiman
Dominasi
Penyangga,
kawasan
budidaya
 Banyak kawasan penyangga
 Debit air sungai yang bisa dijadikan
sebagai sumber irigasi
 Erosi dan longsor di pinggir sungai
 Beberapa tanah yang terdiri dari
tanah lempung
 Kelerengan dari agak curam sampai
sangat curam
 Kurangnya fasilitasinfrastruktur jalan
Budidaya dan
Penyangga
RTRW Kota Semarang menunjukan
bahwa pada daerah ini digunakan
sebagai budidaya dan penyangga.
Namun sebagian besar lahan ada
beberapa kawasan penyangga di sekitar
sempadan sungai yang tadinya
merupakan lahan hutan, telah berubah
menjadi kawasan perkebunan warga.
Bahkan ada beberapa hutan yang telah
ditebang untuk diambil kayunya dan
dibiarkan menjadi kawasan hutan
gundul.
ANALISIS FUNGSI KAWASAN
29
PETA ANALISIS FUNGSI KAWASAN
ARAHAN TATA GUNA LAHAN BARU
30
REKOMENDASI, ARAHAN,
DAN KESIMPULAN
32
REKOMENDASI
Pemerintah harus bertindak tegas terhadap peralihan suatu lahan yang berdampak negatif
kepada alam dan makhluk hidup.
Masyarakat sekitar harus dapat menjaga kelestarian lingkungan.
Masyarakat di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon hendaknya tidak
membangun pemukiman pada daerah yang memiliki tingkat gerakan tanah yang tidak
stabil.
Masyarakat yang melakukan pengeboran air tanah hendaknya melakukan dengan sangat
bijaksana.
Pemerintah dapat memberdayakan masyarakat Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan
Wonoplumbon untuk mengoptimalkan pemanfaatan tanah latosol serta aliran sungai yang
memiliki debit air tinggi dalam sektor pertanian dan perkebunan.
33
ARAHAN KEBIJAKAN
Pemerintah harus segera membuat peraturan mengenai hukuman
atau sanksi yang diberikan kepada individu ataupun sekelompok
orang yang melakukan alih fungsi lahan yang tidak sesuai
dengan kondisi fisik wilayah dan tidak sesuai dengan peraturan
tata ruang wilayah yang telah dibentuk.
Pemerintah tidak boleh memberikan izin terhadap oknum-oknum
yang berkeinginan melakukan pembukaan lahan atau melakukan
alih funsgsi kawasan, baik dari kawasan penyangga menjadi
kawasan budidaya atau bahkan dari kawasan lindung menjadi
kawasan budidaya.
34
KESIMPULAN
Potensi geologi yang dimiliki oleh Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon
adalah kondisi tanah latosol yang merupakan tanah yang memiliki unsur hara yang rendah
sampai menengah, terdapat pada dua daerah aliran sungai yang memiliki debit air yang
cukup tinggi dan kondisi air tanah dengan produktifitas sedang. Sedangkan kendala yang
terdapat di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon adalah adanya gerakan
tanah mulai dari gerakan tanah rendah hingga menengah yang sewaktu-waktu dapat
mengakibatkan terjadinya longsor.
Terkait dengan keadaan aspek geologi serta potensi kendala yang dimiliki Kelurahan
Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon dengan aspek perencanaan wilayah dan kota,
maka akan didapatkan suatu output kesesuaian lahan yang mana pada Kelurahan
Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon memiliki kesesuaian lahan sebagai kawasan
budidaya dan juga kawasan penyangga. Pada keadaan eksisting, kawasan budidaya
pada Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon banyak dimanfaatkan oleh
warga sebagai kawasan permukiman, pertanian, perkebunan dan tegalan. Sedangkan
untuk kawasan penyangga yang banyak ditemui pada daerah aliran Sungai Blorong
dimanfaatkan sebagai kawasan hutan non produksi dan hutan produksi tetap.
TERIMA KASIH 

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauhjasa16
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik'Oke Aflatun'
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinNurul Afdal Haris
 
Geografi "Penginderaan jauh" kelas X
Geografi "Penginderaan jauh" kelas XGeografi "Penginderaan jauh" kelas X
Geografi "Penginderaan jauh" kelas XPutri Alfisyahrini
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional 'Oke Aflatun'
 
Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Aar Riana
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanahHusna Kadir
 
1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptxNunungJuniarti2
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran 'Oke Aflatun'
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaEva Susanti
 
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiDelta Milano
 

Mais procurados (20)

Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal VulkanikLaporan Pembentukan Asal Vulkanik
Laporan Pembentukan Asal Vulkanik
 
Tugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyahTugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyah
 
7 geologi-struktur
7 geologi-struktur7 geologi-struktur
7 geologi-struktur
 
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/AeolinMateri MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
Materi MK Geomorfologi Dasar Mengenai Bentuklahan Bentukan Asal Angin/Aeolin
 
Penginderaan jauh
Penginderaan jauhPenginderaan jauh
Penginderaan jauh
 
Geografi "Penginderaan jauh" kelas X
Geografi "Penginderaan jauh" kelas XGeografi "Penginderaan jauh" kelas X
Geografi "Penginderaan jauh" kelas X
 
Penggabungan citra
Penggabungan citraPenggabungan citra
Penggabungan citra
 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
 
Laporan denudasional
Laporan denudasional Laporan denudasional
Laporan denudasional
 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
 
Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6Mitigasi bencana kelompok 6
Mitigasi bencana kelompok 6
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanah
 
1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx1. Fenomena Geosfer.pptx
1. Fenomena Geosfer.pptx
 
Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran Laporan praktikum pola pengaliran
Laporan praktikum pola pengaliran
 
Tugas EKSMIGAS.pptx
Tugas EKSMIGAS.pptxTugas EKSMIGAS.pptx
Tugas EKSMIGAS.pptx
 
Komposisi magma
Komposisi magmaKomposisi magma
Komposisi magma
 
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen BencanaKebencanaan dan Manajemen Bencana
Kebencanaan dan Manajemen Bencana
 
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologi
 

Semelhante a OPTIMAL TATA GUNA LAHAN

Evaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptx
Evaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptxEvaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptx
Evaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptxAris Dwi Nugroho
 
Profil das brantas
Profil das brantasProfil das brantas
Profil das brantasAlif PG
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluanHandaka Sugito
 
Profil Kabupaten Trenggalek
Profil Kabupaten TrenggalekProfil Kabupaten Trenggalek
Profil Kabupaten TrenggalekTofan Ardi
 
Lumpur sidoarjo volcano mudflow
Lumpur sidoarjo volcano mudflowLumpur sidoarjo volcano mudflow
Lumpur sidoarjo volcano mudflowArief Budiman
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdfUCAHFO1
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...
KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...
KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...DindinWahyudinHidaya1
 
PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)
PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)
PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)Adilah Hrn
 
Diskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptxDiskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptxdenyainur
 
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHNur Hilaliyah
 
Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20DaryassarRaihan
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
Bahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.ppt
Bahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.pptBahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.ppt
Bahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.pptTuryadi3
 
Digital 126620 6576-analisis dampak-analisis
Digital 126620 6576-analisis dampak-analisisDigital 126620 6576-analisis dampak-analisis
Digital 126620 6576-analisis dampak-analisisaliftiarizki
 
Pemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptx
Pemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptxPemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptx
Pemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptxIwan Kasema
 
Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
 Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTUMarchel monoarfa
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...Repository Ipb
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.drestajumena1
 

Semelhante a OPTIMAL TATA GUNA LAHAN (20)

Evaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptx
Evaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptxEvaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptx
Evaluasi GL Terpadu Minahasa, Sulawesi Utara.pptx
 
Profil das brantas
Profil das brantasProfil das brantas
Profil das brantas
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
 
Profil Kabupaten Trenggalek
Profil Kabupaten TrenggalekProfil Kabupaten Trenggalek
Profil Kabupaten Trenggalek
 
Lumpur sidoarjo volcano mudflow
Lumpur sidoarjo volcano mudflowLumpur sidoarjo volcano mudflow
Lumpur sidoarjo volcano mudflow
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...
KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...
KONDISI UMUM. Gambar 6 Peta administrasi Kecamatan Lembang. Sumber_ Album Pet...
 
PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)
PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)
PBS GEOGRAFI PENGGAL 3 - KEGAGALAN CERUN DI BUKIT PENANTI (KUAD KUARI SDN. BHD.)
 
Diskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptxDiskusi Akhir Tondano.pptx
Diskusi Akhir Tondano.pptx
 
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
 
Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20Presentase ded drainase_kota_makassar_20
Presentase ded drainase_kota_makassar_20
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
Bahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.ppt
Bahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.pptBahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.ppt
Bahan ajar kuliah universitas negeri semarang -7des06.ppt
 
Digital 126620 6576-analisis dampak-analisis
Digital 126620 6576-analisis dampak-analisisDigital 126620 6576-analisis dampak-analisis
Digital 126620 6576-analisis dampak-analisis
 
Pemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptx
Pemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptxPemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptx
Pemetaan & Potensi Bahan Galian Daerah Salena.pptx
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
 Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
 
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN PENUTUPAN LAHAN ANTARA WAY PENET DAN WAY ...
 
4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.4 bab 2 deskripsi umum ok.
4 bab 2 deskripsi umum ok.
 

Mais de Dwitantri Rezkiandini

Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitungLaporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitungDwitantri Rezkiandini
 
Penurunan kualitas dan kuantitas rth di jakarta
Penurunan kualitas dan kuantitas rth di jakartaPenurunan kualitas dan kuantitas rth di jakarta
Penurunan kualitas dan kuantitas rth di jakartaDwitantri Rezkiandini
 
Emansipasi wanita dalam pandangan islam
Emansipasi wanita dalam pandangan islamEmansipasi wanita dalam pandangan islam
Emansipasi wanita dalam pandangan islamDwitantri Rezkiandini
 
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitarDwitantri Rezkiandini
 
Workshop akhir semester indonesia inggris
Workshop akhir semester indonesia inggrisWorkshop akhir semester indonesia inggris
Workshop akhir semester indonesia inggrisDwitantri Rezkiandini
 

Mais de Dwitantri Rezkiandini (20)

Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Kelayakan FinansialAnalisis Kelayakan Finansial
Analisis Kelayakan Finansial
 
Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi
Analisis Kelayakan Sosial EkonomiAnalisis Kelayakan Sosial Ekonomi
Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi
 
Logical framework
Logical frameworkLogical framework
Logical framework
 
Mangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove ResortMangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove Resort
 
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitungLaporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
Laporan disparitas spasial prov. kep. bangka belitung
 
Laporan pdrb bogor fix
Laporan pdrb bogor fixLaporan pdrb bogor fix
Laporan pdrb bogor fix
 
Resume ti 2012
Resume ti 2012Resume ti 2012
Resume ti 2012
 
Penurunan kualitas dan kuantitas rth di jakarta
Penurunan kualitas dan kuantitas rth di jakartaPenurunan kualitas dan kuantitas rth di jakarta
Penurunan kualitas dan kuantitas rth di jakarta
 
Paper kesesuaian lahan mijen
Paper kesesuaian lahan mijenPaper kesesuaian lahan mijen
Paper kesesuaian lahan mijen
 
Fakta dan opini
Fakta dan opiniFakta dan opini
Fakta dan opini
 
Exsum geolingk
Exsum geolingkExsum geolingk
Exsum geolingk
 
Emansipasi wanita dalam pandangan islam
Emansipasi wanita dalam pandangan islamEmansipasi wanita dalam pandangan islam
Emansipasi wanita dalam pandangan islam
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Laporan kependudukan
Laporan kependudukanLaporan kependudukan
Laporan kependudukan
 
Fact sheet bogor
Fact sheet bogorFact sheet bogor
Fact sheet bogor
 
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
7 a pengaruh tpst bantar gebang terhadap penurunan kualitas lingkungan sekitar
 
Urbanisasi sugiono
Urbanisasi sugionoUrbanisasi sugiono
Urbanisasi sugiono
 
Planning & planner (2)ppwk
Planning & planner (2)ppwkPlanning & planner (2)ppwk
Planning & planner (2)ppwk
 
Gambaran kewirausahaan
Gambaran kewirausahaanGambaran kewirausahaan
Gambaran kewirausahaan
 
Workshop akhir semester indonesia inggris
Workshop akhir semester indonesia inggrisWorkshop akhir semester indonesia inggris
Workshop akhir semester indonesia inggris
 

OPTIMAL TATA GUNA LAHAN

  • 1. Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang 2013 ARAHAN TATA GUNA LAHAN KELURAHAN NGADIRGO, KELURAHAN WONOLOPO DAN KELURAHAN WONOPLUMBON DI KECAMATAN MIJEN BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan (TKP 250) Renny Desiana 21040112130051 Dwitantri Rezkiandini 21040112130071 Aulia Adhiyajna F. 21040112130089 Ferdianta Wahyu N. Pratama 21040112130097 Oktaviana Rahayu J. A. 21040112130099 Yosephine Purba 21040112140041 Fajar Hadhiyanto Wibowo 21040112140125 Kelompok IA
  • 5. 5 PENDUDUK Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Ngadirgo 2.496 2.296 4.792 Wonolopo 3.048 3.026 6.074 Wonoplumbon 1.945 1.904 3.849 Jumlah 7.489 7.226 14.715 Kelurahan Lahir Mati Imigrasi Emigrasi Ngadirgo 93 39 141 68 Wonolopo 93 36 228 333 Wonoplumbon 70 21 86 46 Jumlah 256 96 1.255 447 Dengan jumlah kelahiran yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kematian, maka dapat diprediksi bahwa dalam beberapa tahun yang akan datang, di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan Wonoplumbon akan terjadi ledakan penduduk. Sebagai konsekuensinya, akan lebih banyak terjadi perubahan fungsi lahan untuk lahan permukiman guna memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal.
  • 6. 6 PENDIDIKAN Pendidikan Ngadirgo Wonolopo Wonoplumbon Tidak Sekolah 29 438 169 Tidak Tamat SD 586 373 222 Belum Tamat SD 363 466 245 Tamat SD 797 649 994 Tamat SMTP 1.000 1.292 998 Tamat SMTA 1.270 1.699 851 Tamat Akademi/DIII 68 613 64 Tamat Perguruan Tinggi 82 182 33 Jumlah 4.195 5.712 3.516 Dari angka-angka pada tabel di bawah bahwa tingkat kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan masih cukup rendah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat yang sangat sulit untuk berkembang.
  • 7. 7 PEREKONOMIAN Jenis Pekerjaan Kelurahan Ngadirgo Kelurahan Wonolopo Kelurahan Wonoplumbon Jumlah Buruh Industri 950 237 420 1.607 Buruh Bangunan 596 221 11 828 Pedagang 279 225 31 535 Angkutan 16 26 5 47 PNS/ABRI 56 115 19 190 Pensiunan 14 128 10 152 Jasa/Lainnya 5 1 0 6 Jumlah 1.916 953 496 3.365 Penduduk yang bekerja di sektor non formal (buruh, pedagang >50%) lebih besar dibanding sektor formal (PNS/ABRI)  tingkat perekonomian masih rendah (berkaitan dengan tingkat pendidikan).
  • 8. ANALISIS KONDISI FISIK 9 ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN
  • 9. MORFOLOGI Bukit di Kelurahan Ngadirgo Salah satu bentang alam di Kelurahan Wonoplumbon PERBUKITAN LANDAI STRUKTURAL TERDENUDASI • Memiliki ketinggian 30 – 500 mdpl dan secara umum memiliki kelerengan 2 – 15%  PERBUKITAN LANDAI • Terdapat indikasi sesar dan kekar yang terstruktur yang terjadi karena adanya struktur geologi  STRUKTURAL • Terjadi banyak proses denudasional, seperti proses pelapukan, erosi dan longsoran  TERDENUDASI  Kelebihan Cocok untuk pertanian dan perkebunan.  Kelemahan Bentangalam denudasional  Tidak memiliki susunan pengikat batuan dan tanah yang kompak, sehingga akan mudah mengalami pelapukan, erosi dan longsoran.
  • 11. TOPOGRAFI KELERENGAN Kelerengan Lokasi Kondisi Eksisting Analisis 0-8% Kelurahan Ngadirgo bagian timur Kawasan perkebunan karet dan pemukiman Sebagian perkebunan telah dikonversi menjadi kawasan real estate BSB 8-15% Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, Wonoplumbon Kawasan pemukiman, perkebunan, dan pertanian • Di pinggir S. Plumbon untuk irigasi sawah. • Pemukiman dan perkebunan jauh dari sungai. 15-25% Bagian barat Ngadirgo, bagian barat Wonolopo, bagian barat Wonoplumbon Kawasan perkebunan, hutan, pertanian, pemukiman Adanya pemukiman di kelerengan ini kurang tepat karena rentan terjadi longsor. 25-40% Bagian selatan Wonoplumbon Kawasan perkebunan dan hutan Dapat dijadikan kawasan lindung dan kawasan penyangga. Namun, hanya dijadikan sebagai kawasan penyangga. >40% Barat daya Wonoplumbon Perkebunan, hutan, pertanian Dapat dijadikan kawasan lindung dan kawasan penyangga. • Terjadi penebangan hutan untuk perkebunan. • Pertanian memanfaatkan S. Blorong.
  • 14. LITOLOGI BATUAN SEDIMEN DAN TANAH LATOSOL Tanah latosol coklat tua di Wonoplumbon Tanah lempung di Wonoplumbon Batu lanau di sempadan Sungai Blorong Kelurahan Wonoplumbon • Batuan lempung dan lanau  kurang cocok untuk didirikan bangunan karena tidak memiliki daya ikat antar batuan yang tidak kompak. • Tanah latosol (dari pasir & breksi)  cukup baik dalam menahan air dan tahan terhadap erosi  cukup baik untuk dibangun bangunan dengan bobot tidak besar di atasnya.  sangat mudah mengalami penguapan air  mudah mengalami kekeringan  daya ikat antar elemen matriks penyusun tanah kurang solid longsor.  merupakan tanah yang bersifat gembur  cocok untuk tanaman tahunan, perkebunan, persawahan.
  • 16. STRUKTUR GEOLOGI SESAR NORMAL • Jalur sesar ini melintang bagian barat daya menuju ke arah utara Kelurahan Wonoplumbon dan berbelok ke bagian barat Kelurahan Ngadirgo dan sebelah selatan Kelurahan Wonoplumbon. • Tidak ditemukan bentukan asli sesar, namun ditemukan zona sesar  tebing sungai dan kelokan sungai yang tajam. • Titik lokasi pembangunan harus dibuat jauh dari sempadan Sungai Blorong guna meminimalisir terjadinya bahaya longsor akibat terjangan arus Sungai Blorong yang cukup deras. Struktur geologi kekar di Kelurahan Wonoplumbon Struktur geologi kekar pada batuan lanau Indikasi zona lintasan sesar di tebing sungai Kelurahan Wonoplumbon
  • 17. STRATIGRAFI Stratigrafi di sekitar Sungai Blorong yang sudah mengalami erosi tebing sungai • FORMASI KALIGETAS (batu breksi, batu pasir tufan dan batuan lempung) di sempadan Sungai Blorong dan bagian timur Wonoplumbon • ENDAPAN ALLUVIUM (batuan sedimen dasar dan batuan breksi). Di beberapa tempat, beberapa batuan telah mengalami pelapukan. • FORMASI KEREK (batu lempung, batu breksi dan batu konglomerat) di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon, stratigrafi penyusun batuannya tidak dapat teridentifikasi dengan jelas
  • 19. HIDROLOGI Bentang alam Sungai Blorong Pemanfaatan Sungai Blorong sebagai irigasi sawah Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan Wonoplumbon dialiri oleh dua sungai yaitu Sungai Blorong dan Sungai Plumbon. • Sungai Blorong jauh lebih deras dan memiliki lebar sungai yang cukup panjang sekitar 3-5 meter. • Sungai Plumbon sudah mengalami proses penutupan tebing dengan bahan konstruksi dan memiliki aliran air yang relatif tenang dengan lebar sungai berkisar 1 sampai 2 meter saja.
  • 20. KLIMATOLOGI Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya tanaman karena tanaman akan mendapat pasokan air cukup banyak dari air hujan, juga jenis tanah latosol. Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo, dan Wonoplumbon memiliki curah hujan 27,7-34,8 mm/tahun  Tinggi
  • 22. HIDROGEOLOGI Pemanfaatan akuifer dangkal AKUIFER PRODUKTIF SEDANG & AKUIFER PRODUKTIF KECIL Produktivitas akuifer sedang  debit air lebih dari 10 liter/detik  cadangan air tanah terbilang banyak  baik untuk sumber air kawasan pemukiman, pertanian lahan basah, perkebunan (penggalian sumur dapat dilakukkan sampai kedalaman 10-15 meter) Produktivitas akuifer kecil setempat  air tanah dangkal terbatas  tidak cocok untuk lahan pertanian (dengan memanfaatkan air tanah) melainkan dimanfaatkan sebagai pertanian dengan memanfaatkan irigasi sungai dan juga memanfaatkan curah hujan yang tinggi.
  • 24. BAHAYA GEOLOGI Bahaya geologi erosi tanah Bahaya geologi longsoran pada tebing Bahaya geologi terkait proses denudasional yang mengakibatkan terjadinya pelapukan pada batuan. Akibat pelapukan ini adalah tanah dan batuan tidak memiliki daya ikat tanah/batuan yang solid atau memiliki tingkat kompaksi antar matriks yang rendah. Hal ini akan memicu terjadinya bahaya geologi erosi dan longsoran, terutama pada lereng curam.
  • 25. ANALISIS TATA GUNA LAHAN 25
  • 26. ANALISIS SKORING 26 Kategori Kelerengan Skor Curah Hujan Skor Jenis Tanah Skor Skor Total Fungsi Kawasan Lokasi 0-2% 20 27,7-34,8 mm3/hari 40 Latosol 30 90 Budidaya Kelurahan Ngadirgo 2-15% 40 110 Budidaya 15-25% 60 130 Penyangga 2-15% 40 27,7-34,8 mm3/hari 40 Latosol 30 110 Budidaya Kelurahan Wonolopo15-25% 60 130 Penyangga 2-15% 40 27,7-34,8 mm3/hari 40 Latosol 30 110 Budidaya Kelurahan Woonoplumbon 15-25% 60 130 Penyangga 25-40% 80 150 Penyangga >40% 100 170 Penyangga
  • 27. 27 Internal Eksternal STRENGTH 1. Jenis tanah latosol yang memiliki tingkat kesuburan yang cukup bagus 2. Terdapat DAS Blorong yang cukup deras alirannya 3. Akuifer produktif sedang 4. Curah hujan tinggi 5. Kawasan budidaya yang lumayan mendominasi WEAKNESS 1. Gerakan tanah yang kurang stabil di beberapa tempat 2. Daya ikat tanah yang kurang solid 3. Tingkat kelerengan landai sampai agak curam 4. Rawan terjadi longsor dan erosi tebing sungai OPPORTUNITIES 1. Peraturan tentang tata guna lahan yang jelas 2. Peningkatan teknologi di masa yang akan datang 3. Peningkatan penanaman modal atau investasi 1. Dapat dilakukan suatu kegiatan atau program agrobisnis, agrowisata atau kegiatan berbasis pertanian seperti perkebunan, pertanian. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan tingkat perekonomian warga dan juga tingkat perekonomian Kecamatan Mijen secara umum. 2. Dapat dijadikan pemukiman pada kawasan budidaya dengan tetap berlandaskan peraturan pemerintah dan keadaan kondisi lingkungan. 1. Mengadakan suatu kerja sama antara pemerintah dengan pihak swasta yang mengerti dan memahami kondisi fisik suatu wilayah agar pembangunan yang dilakukan lebih terstruktur dan tetap memperhatikan kondisi fisik lingkungan. 2. Pembangunan yang dilakukan harus dilakukan dengan perhitungan yang detail mengenai pengaruh bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan, seperti dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. THREAT 1. Adanya penggunaan lahan yang menyalahi aturan tata ruang wilayah 2. Alih fungsi kawasan di sekitar daerah aliran sungai 3. Jumlah penduduk akan semakin bertambah Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tempat tinggal juga akan meningkat, penentuan lokasi yang diperuntukka kawasan permukiman sangat diperlukan, agar sesuai dengan aspek tata guna lahan yang telah ditentukan oleh RTRW dan juga sesuai dengan kondisi fisik daerah yang akan dijadikan pemukiman tersebut. Guna meminimalisir adanya bahaya yang datang di kemudian hari. 1. Tidak melakukan pengrusakan vegetasi di daerah sekitar aliran sungai agar tidak terjadi longsor di tebing sungai. Dan juga agar daerah resapan air dapat terjaga keberadaannya. 2. Pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan aspek lingkungan agar dapat meminimalisir bahaya geologi yang dapat terjadi ANALISIS SWOT
  • 28. ANALISIS KESESUAIAN LAHAN 28 Kelurahan Kondisi Eksisting Fungsi Kawasan Potensi dan Kendala Menurut RTRW Kota Semarang Analisis Kelurahan Ngadirgo Permukiman, Perkebunan, Hutan produksi Tetap Budidaya dan Penyangga  Tingkat kelerengan datar sampai landai  Tanah latosol coklat kemerahan  Akuifer produktif sedang  Kawasan budidaya yang sangat luas  Gerakan tanah menengah  Erosi dan longsor di beberapa titik lokasi Budidaya dan penyangga Kondisi Eksisting di Kelurahan Kelurahan Ngadirgo sedikit berbeda dengan fungsi kawasan dan RTRW Kota Semarang. Beberapa lokasi yang tadinya merupakan kawasan perkebunan dan hutan produksi tetap telah berubah menjadi kawasan permukiman. Kelurahan Wonolopo Permukiman, Perkebunan, Hutan produksi tetap, pertanian, lahan kosong Budidaya dan Penyangga  Tingkat kelerengan landai yang cukup luas  Tanah latosol coklat kemerahan  Akuifer produktif sedang  Kawasan budidaya yang sangat luas  Gerakan tanah sangat rendah dan rendah  Erosi dan longsor di beberapa titik lokasi  Penggunaan lahan yang menyalahi aturan di beberapa lokasi Budidaya dan penyangga RTRW Kota Semarang menunjukkan bahwa pada daerah ini digunakkan sebagai kawasan budidaya dan penyangga. Namun jika dilihat pada kondisi eksisting, di daerah ini sebagian besar digunakan untuk pemukiman, tegalan dan perkebunan. Selain itu sebagian kecil digunakan untuk hutan produksi tetap. Tetapi ada beberapa lokasi di sebelah selatan Kelurahan Wonolopo yang sudah mengalami perubahan tata guna lahan. Seperti kawasan perkebunan yang menjadi kawasan permukiman. Kelurahan Wonoplumbon Dominasi Kawasan Hutan, Perkebunan dan sedikit kawasan permukiman Dominasi Penyangga, kawasan budidaya  Banyak kawasan penyangga  Debit air sungai yang bisa dijadikan sebagai sumber irigasi  Erosi dan longsor di pinggir sungai  Beberapa tanah yang terdiri dari tanah lempung  Kelerengan dari agak curam sampai sangat curam  Kurangnya fasilitasinfrastruktur jalan Budidaya dan Penyangga RTRW Kota Semarang menunjukan bahwa pada daerah ini digunakan sebagai budidaya dan penyangga. Namun sebagian besar lahan ada beberapa kawasan penyangga di sekitar sempadan sungai yang tadinya merupakan lahan hutan, telah berubah menjadi kawasan perkebunan warga. Bahkan ada beberapa hutan yang telah ditebang untuk diambil kayunya dan dibiarkan menjadi kawasan hutan gundul.
  • 29. ANALISIS FUNGSI KAWASAN 29 PETA ANALISIS FUNGSI KAWASAN
  • 30. ARAHAN TATA GUNA LAHAN BARU 30
  • 32. 32 REKOMENDASI Pemerintah harus bertindak tegas terhadap peralihan suatu lahan yang berdampak negatif kepada alam dan makhluk hidup. Masyarakat sekitar harus dapat menjaga kelestarian lingkungan. Masyarakat di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon hendaknya tidak membangun pemukiman pada daerah yang memiliki tingkat gerakan tanah yang tidak stabil. Masyarakat yang melakukan pengeboran air tanah hendaknya melakukan dengan sangat bijaksana. Pemerintah dapat memberdayakan masyarakat Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon untuk mengoptimalkan pemanfaatan tanah latosol serta aliran sungai yang memiliki debit air tinggi dalam sektor pertanian dan perkebunan.
  • 33. 33 ARAHAN KEBIJAKAN Pemerintah harus segera membuat peraturan mengenai hukuman atau sanksi yang diberikan kepada individu ataupun sekelompok orang yang melakukan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan tidak sesuai dengan peraturan tata ruang wilayah yang telah dibentuk. Pemerintah tidak boleh memberikan izin terhadap oknum-oknum yang berkeinginan melakukan pembukaan lahan atau melakukan alih funsgsi kawasan, baik dari kawasan penyangga menjadi kawasan budidaya atau bahkan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.
  • 34. 34 KESIMPULAN Potensi geologi yang dimiliki oleh Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon adalah kondisi tanah latosol yang merupakan tanah yang memiliki unsur hara yang rendah sampai menengah, terdapat pada dua daerah aliran sungai yang memiliki debit air yang cukup tinggi dan kondisi air tanah dengan produktifitas sedang. Sedangkan kendala yang terdapat di Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon adalah adanya gerakan tanah mulai dari gerakan tanah rendah hingga menengah yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan terjadinya longsor. Terkait dengan keadaan aspek geologi serta potensi kendala yang dimiliki Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon dengan aspek perencanaan wilayah dan kota, maka akan didapatkan suatu output kesesuaian lahan yang mana pada Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon memiliki kesesuaian lahan sebagai kawasan budidaya dan juga kawasan penyangga. Pada keadaan eksisting, kawasan budidaya pada Kelurahan Ngadirgo, Wonolopo dan Wonoplumbon banyak dimanfaatkan oleh warga sebagai kawasan permukiman, pertanian, perkebunan dan tegalan. Sedangkan untuk kawasan penyangga yang banyak ditemui pada daerah aliran Sungai Blorong dimanfaatkan sebagai kawasan hutan non produksi dan hutan produksi tetap.