1. ANALISIS DISPARITAS SPASIAL KABUPATEN DAN KOTA
DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TAHUN 2007-2011
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi
(TKP 254)
Dikerjakan Oleh :
Dwitantri Rezkiandini Lestari
NIM 21040112130071
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
2. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 17ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..………ii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………….….iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………….iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Sasaran .......................................................................................2
1.3.1 Tujuan .....................................................................................................2
1.3.2 Sasaran...................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup................................................................................................2
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah...........................................................................2
1.4.2 Ruang Lingkup Materi..............................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................3
BAB II KAJIAN LITERATUR ......................................................................................4
2.1 Pengertian Pendapatan Domestik Regional Bruto ..........................................4
2.2 Macam-macam Produk Domestik Regional Bruto...........................................4
2.3 Pengertian Disparitas Spasial.........................................................................5
BAB III GAMBARAN UMUM PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG .........8
3.1 Kondisi Geografi .............................................................................................8
3.2 Kondisi Demografi ..........................................................................................9
3.3 Kondisi Perekonomian..................................................................................10
BAB IV ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG..................................................................................................................11
BAB V PENUTUP ....................................................................................................15
5.1 Kesimpulan...................................................................................................15
5.2 Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….17
3. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 18iii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kondisi Demografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung………….. 9
Tabel IV.1 PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Lapangan Usaha 2007-2011 (Juta Rupiah)…….. 11
Tabel IV.2 PDRB Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Kabupaten/Kota 2007-2011(Juta Rupiah)………………... 12
Tabel IV.3 Indeks Williamson Seluruh Sektor dan Tanpa Sektor Industri
Pengolahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-
2011………………………………………………………………………. 13
Tabel IV.4 Tingkat Pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2007-2011………………………………………………………. 13
4. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 19iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Lorenz……………………………………………………………. 5
Gambar 3.1 Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung………………………….. 8
Gambar 3.2 Struktur Perekonomian di Pulau Bangka dan Pulau Belitung
2011……………………………………………………………………… 10
Gambar 4.1 Indeks Williamson Seluruh Sektor dan Tanpa Sektor Industri
Pengolahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-
2011……………………………………………………………………… 14
5. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk memacu pertumbuhan dengan
memperhatikan aspek pemerataan (Syahza, Tanpa Angka Tahun).
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditandai dengan meningkatnya Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diperoleh dari berbagai sektor ekonomi
seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate, dan perusahaan,
dan sektor jasa-jasa. Setiap sektor memiliki peranan dan kontribusi masing-
masing terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Ada sektor yang
berkontribusi besar, ada pula sektor yang berkontribusi kecil terhadap
perkembangan ekonomi suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang kita pacu selama ini belum mencerminkan
distribusi pendapatan yang adil dan merata, karena pertumbuhan ekonomi yang
tinggi ini hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat, seperti masyarakat
perkotaan, sedangkan masyarakat pedesaan atau pinggiran mendapat porsi
yang kecil dan tertinggal. Masih terjadi disparitas (ketimpangan) terutama antar
daerah dan sektor serta antar golongan masyarakat. (Syahza, Tanpa Angka
Tahun).
Ketimpangan ini akan diperburuk karena adanya kesenjangan dalam
pembangunan antarsektor, terutama antara sektor pertanian (basis ekonomi
pedesaan) dan nonpertanian (basis ekonomi perkotaan). Kesenjangan ini akan
berakibat pada tingkat kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat. Jika
masalah ini tidak ditangani secara serius, maka kesenjangan antar kota dan
pedesaan akan semakin parah, sehingga daerah-daerah tertinggal akan
semakin banyak ditemui. Kesenjangan ini cukup berbahaya karena menyimpan
potensi konflik kerusuhan dan kecemburuan sosial (Syahza, 2002b).
Bertitik tolak dari uraian-uraian di atas, maka diperlukan analisis disparitas
spasial antar kota dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
terus mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahun, khusunya
dari sektor industri. Hal tersebut tentu akan menyebabkan disparitas spasial di
kota dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan adanya
6. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 2
pengkajian yang lebih rinci, diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi
besar terhadap perkembangan perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
1.2 Rumusan Masalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan kunci penting untuk
mengetahui disparitas antarwilayah. Melalui perhitungan indeks Williamson
mengenai PDRB keseluruhan sektor dan PDRB tanpa sektor industri
pengolahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2011, maka akan
dilihat seberapa besar disparitas spasial yang terjadi di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk menganalisis disparitas
antarwilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta mengetahui peran
sektor industri pengolahan terhadap disparitas spasial di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari penyusunan laporan ini adalah analisis PDRB seluruh sektor
dan analisis PDRB tanpa sektor industri pengolahan di wilayah studi pada tahun
2007-2011. Sasaran tersebut terdiri dari :
1. Menganalisis seluruh sektor pada PDRB wilayah studi melalui
perhitungan Indeks Williamson.
2. Menganalisis PDRB tanpa sektor industri pengolahan melalui
perhitungan Indeks Williamson.
3. Menganalisis peran sektor industri pengolahan terhadap disparitas
wilayah studi.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan ini dibagi menjadi dua yaitu ruang lingkup
materi dan ruang lingkup wilayah.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi objek studi adalah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera,
7. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 3
dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’
Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Di sebelah Barat dengan Selat Bangka
• Di sebelah Timur dengan Selat Karimata
• Di sebelah Utara dengan Laut Natuna
• Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah
daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km2
.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam laporan ini meliputi perkembangan
perekonomian wilayah studi berdasarkan sektor-sektor dalam PDRB dan peran
sektor industri pengolahan pada PDRB dalam kontribusinya terhadap disparitas
wilayah studi.
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan ini disajikan kedalam lima bab, berikut sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Berisi pemaparan mengenai teori – teori mengenai analisis perekonomian yang
ada di wilayah studi.
BAB III GAMBARAN UMUM PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Berisi gambaran umum mengenai kondisi geografis, demografi, dan
perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB IV ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG
Berisi analisis mengenai seluruh sektor PDRB Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, analisis sektor bangunan dan pengaruhnya terhadap disparitas
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dari analisis PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
8. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 4
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Pengertian Pendapatan Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diartikan ke dalam 3 pengertian,
yaitu :
a. PDRB Menurut Pengertian Produksi
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah (region) pada suatu jangka
waktu tertentu biasanya setahun.
b. PDRB Menurut Pengertian Pendapatan
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang ikut didalam proses produksi di suatu wilayah (region) pada jangka
waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah
dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya dipotong
pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB
kecuali faktor pendapatan di atas, termasuk pula komponen penyusutan
barang modal tetap dan pajak tak langsung neto. Jumlah seluruh komponen
tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk Domestik Regional Bruto
diperoleh dari penjumlahan nilai tambah bruto seluruh sektor lapangan
usaha.
c. PDRB Menurut Pengertian Pengeluaran
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga
dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto
di suatu wilayah (region). Ekspor neto disini adalah ekspor dikurangi impor.
2.2 Macam-macam Produk Domestik Regional Bruto
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku adalah Produk Domestik Regional Bruto
yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang
bersangkutan. Penyajian PDRB atas dasar harga berlaku ini untuk melihat
besarnya nilai PDRB berdasarkan harga pada tahun berjalan.
9. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 5
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB atas dasar harga konstan adalah Produk Domestik Regional Bruto
yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu (tahun 2000).
Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat
perkembangan PDRB riil yang kenaikannya tidak dipengaruhi oleh adanya
kenaikan harga. Penyajian PDRB ini dinilai seluruhnya dengan harga tahun
dasar (Tahun 2000). Karena setiap tahun dinilai atas dasar harga tetap
yang terjadi pada tahun dasar, maka perkembangan PDRB dari tahun ke
tahun semata-mata karena perkembangan riil dan bukan disebabkan oleh
kenaikan harga.
c. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita adalah Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan
jumlah penduduk.
2.3 Pengertian Disparitas Spasial
Disparitas spasial adalah ketimpangan distribusi pendapatan per kapita
antarwilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Disparitas spasial dapat
diukur melalui 3 metode yaitu:
a. Kurva Lorenz
Sumber: Rahardja, Pratama, dan Mandala Manurung, 2008
Gambar 2.1
Kurva Lorenz
10. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 6
Sumbu vertikal adalah persentase output nasional atau pendapatan
nasional. Angka-angkanya akumulatif. Sumbu horizontal menggambarkan
persentase jumlah keluarga menjadi lima kelompok, masing-masing 20%
kelompok keluarga paling miskin, sampai dengan 20% keluarga paling
kaya. Angka-angka sumbu horizontal juga akumulatif.
Dalam kondisi adil sempurna, kurva Lorenz membentuk garis lurus
diagonal OB yang membagi bidang kubus OABD menjadi dua segitiga
sama kaki OAB dan BOD.
Jika distribusi pendapatan kurang adil, kurva Lorenz berbentuk garis
lengkung OB, menjauhi garis lurus OB.
Jadi, distribusi pendapatan dikatakan makin memburuk bila garis lengkung
kurva Lorenz makin menjauhi garis diagonal.
Cara membaca kurva Lorenz (2.1-a)
5% pendapatan nasional terdistribusi pada 20% penduduk
10% pendapatan nasional terdistribusi pada 20% penduduk berikutnya
Sehingga 40% kelompok pertama hanya menikmati 15% pendapatan
nasional.
b. Koefisien Gini
Koefisien Gini merupakan alat ukur ketidakadilan distribusi pendapatan
(inequality income distribution) dengan menghitung luas kurva Lorenz. Areal
kurva Lorenz yang dihitung adalah areal yang dibatasi garis diagonal OB
dan garis lengkung OB (areal C). Telah dijelaskan di muka, jika distribusi
pendapatan memburuk, garis lengkung OB makin menjauhi garis lurus
diagonal OB. Kurva Lorenz makin meluas (areal semakin luas), angka
koefisien Gini semakin besar.
Jika distribusi pendapatan adil sempurna, area tersebut tidak ada
(luasnya nol); angka koefisien Gini sama dengan nol.
Jika distribusi pendapatan tidak adil sempurna, luas kurva Lorenz
mencakup seluruh segi tiga BOD; angka koefisien Gini sama dengan
satu.
Jadi, angka koefisien Gini berkisar nol sampai dengan satu. Makin buruk
distribusi pendapatan, angka koefisien Gini makin besar.
11. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 7
Adapun patokan nilai koefisien Gini sebagai berikut.
Lebih kecil dari 0,3 : tingkat ketimpangan rendah
Antara 0,3-0,5 : tingkat ketimpangan moderat (sedang)
Lebih tinggi dari 0,5 : tingkat ketimpangan tinggi
c. Indeks Williamson
Indeks Williamson adalah suatu besaran angka yang menunjukkan
disparitas spasial.
Iw : Indeks Williamson
fi : jumlah penduduk di masing-masing daerah region
n : jumlah penduduk nation
Yi : pendapatan per kapita di masing-masing daerah region
Y : pendapatan per kapita nation
Angka indeks bergerak dari nol sampai 1 (0 < Iw< 1). Indeks
Williamson semakin mendekati 1 menunjukkan semakin besar
disparitas antar daerah (disparitas spasial).
Iw (setelah dikurangi satu sektor) yang bertambah besar daripada
Iw (sebelum dikurangi satu sektor), berarti apabila tidak ada sektor
tersebut, pendapatan akan tersebar tidak merata (terjadi ketimpangan).
Iw (setelah dikurangi satu sektor) yang bertambah kecil daripada Iw
(sebelum dikurangi satu sektor), berarti apabila tidak ada sektor
tersebut, pendapatan akan tersebar secara merata (tidak terjadi
ketimpangan).
12. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 8
BAB III
GAMBARAN UMUM PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh
Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000
tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sebelumnya
merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Ibukota provinsi ini adalah
Pangkalpinang. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki
pantai yang indah dan kerukunan antar etnis.
3.1 Kondisi Geografi
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012
Gambar 3.1
Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta
pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik,
total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni
hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat
dengan Provinsi Sumatera Selatan.
13. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 9
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’
Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Di sebelah Barat dengan Selat Bangka
Di sebelah Timur dengan Selat Karimata
Di sebelah Utara dengan Laut Natuna
Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah
daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km2
.
Luas daratan lebih kurang 16.424,14 km2
atau 20,10 persen dari total wilayah
dan luas laut kurang lebih 65.301 km2
atau 79,90 persen dari total wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3.2 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011
berdasarkan hasil estimasi Sensus Penduduk (SP2010) sebesar 1.261.737
jiwa , bertambah 3,14 persen dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 1.223.296
jiwa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki masih lebih banyak dibandingkan
penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki tahun 2011 sebanyak 655.051
jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak 606.686. Tingkat pertumbuhan
penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2000-2010 sebesar 3,14
persen, jika ditinjau menurut kabupaten/kota untuk periode tahun 2000-2010,
tingkat pertumbuhan tertinggi terdapat di Kabupaten Bangka Tengah 4,05
persen, dan terendah di Kabupaten Belitung Timur 2,77 persen. Tingkat
kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus meningkat
sepanjang tahun, tahun 2011 mencapai 74 orang per km2
, apabila dilihat
menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan
tertinggi yaitu sebesar 1.472 orang per km2
dan Kabupaten Belitung Timur
memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 42 orang per km2
.
Tabel III.1
Kondisi Demografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kab/Kota
Luas
Wilayah
(km
2
)
Penduduk (jiwa) Kepadatan
2011
(jiwa/km
2
)
Pertumbuhan
Penduduk
2000-2010
2010 2011
Bangka 2.950,99 277,204.00 285.915 94 3,11
Belitung 2.293,69 175,150.00 160.866 68 2,37
Bangka Barat 2.820,61 161,228.00 180.654 62 3,34
14. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 10
Kab/Kota
Luas
Wilayah
(km2
)
Penduduk (jiwa) Kepadatan
2011
(jiwa/km2
)
Pertumbuhan
Penduduk
2000-2010
2010 2011
Bangka Tengah 2.126,36 172,528.00 166.294 76 4,05
Bangka Selatan 3.607,08 174,758.00 177.949 48 3,11
Belitung Timur 2.506,91 155,965.00 109.809 42 2,77
Pangkalpinang 118,80 106,463.00 180.250 1.472 3,19
Provinsi 16.424,14 1,223,296.00 1.261.737 74 3,14
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012
3.3 Kondisi Perekonomian
Perekonomian di Provinsi Kepulau Bangka Belitung tahun 2011 kontribusi
terbesarnya berasal dari sektor tersier dengan kontribusi sebesar 35,85 persen.
Sektor tersier terdiri dari sektor perdagangan,hotel dan restoran (19,18 persen),
sektor pengangkutan dan komunikasi (3,27 persen), sektor keuangan real estate
dan jasa perusahaan (2,61 persen), dan sektor jasa jasa (10,79 persen).
Penopang kedua adalah sektor primer dengan kontribusi 35,14 persen yang
meliputi sektor pertanian (18,41 persen) dan sektor pertambangan dan
penggalian (16,73 persen). Sedangkan kontribusi terkecil adalah sektor
sekunder sebesar 29,01 persen yang terdiri dari sektor industri pengolahan
(20,56 persen), sektor listrik,gas dan air bersih (0,67 persen) dan sektor
konstruksi (7,78 persen). Dilihat dari sisi pengeluaran, PDRB atas dasar harga
berlaku terbesar digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar
51,56 persen.
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012
Gambar 3.2
Struktur Perekonomian di Pulau Bangka dan Pulau Belitung 2011
15. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 11
BAB IV
ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
4.1 Analisis PDRB Seluruh Sektor Tahun 2007-2011
PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2007 hingga tahun
2011 terus mengalami peningkatan dari berbagai sektor lapangan usaha. Ada
sektor yang mengalami pertumbuhan pesat, ada pula sektor yang mengalami
pertumbuhan kurang pesat setiap tahun.
Sektor yang memiliki kontribusi terkecil terhadap PDRB Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Hal ini disebabkan
karena sektor tersebut bukan merupakan sektor yang diunggulkan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Kecilnya nilai tambah yang dihasilkan sektor ini
menyebabkan sumbangannya terhadap PDRB juga sangat kecil.
Sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat adalah sektor industri
pengolahan. Pada tahun 2008, sektor industri pengolahan mengalami
peningkatan terbesar yaitu sebesar Rp. 873.377.000.000. Angka tersebut
merupakan pertumbuhan tertinggi sektor industri pada tahun 2007-2011.
Tabel IV.1
PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha
2007-2011 (Juta Rupiah)
Lapangan
Usaha
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 3,382,553.00 3,943,276.00 4,313,823.00 4,965,699.00 5,534,615.00
Pertambangan
dan Penggalian
3,728,203.00 4,127,886.00 4,363,397.00 4,892,924.00 5,255,797.00
Industri
Pengolahan
3,790,877.00 4,664,254.00 5,024,849.00 5,569,631.00 6,109,342.00
Listrik, Gas,
dan Air Bersih
122,032.00 132,848.00 144,746.00 170,577.00 197,592.00
Konstruksi 1,001,076.00 1,312,306.00 1,514,619.00 1,830,513.00 2,236,545.00
Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran
3,199,798.00 3,870,072.00 4,208,150.00 4,874,347.00 5,684,441.00
Pengangkutan
dan Komunikasi
591,478.00 702,386.00 749,544.00 854,020.00 982,151.00
Keuangan, Real
Estate, dan
Jasa
Perusahaan
489,447.00 527,005.00 567,890.00 675,560.00 807,067.00
Jasa-Jasa 1,481,711.00 1,866,105.00 2,255,054.00 2,769,726.00 3,241,206.00
Total 17,787,175.00 21,146,138.00 23,142,072.00 26,602,997.00 30,048,756.00
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012
16. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 12
4.2 Analisis PDRB Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-2011
Sektor industri merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan paling
pesat dan berkontribusi paling besar terhadap PDRB di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Setelah dilakukkan perincian mengenai kontribusi PDRB
sektor industri pengolahan tiap kabupaten dan kota, sangat terlihat jelas bahwa
daerah yang memilki peran sektor industri pengolahan terbesar adalah
Kabupaten Bangka Barat dengan perolehan PDRB Rp. 2.073.629.000.000 pada
tahun 2007. Sementara daerah dengan PDRB sektor industri pengolahan
terkecil adalah Kabupaten Bangka Selatan dengan perolehan PDRB Rp.
49.118.000.000 pada tahun 2007.
Tabel IV.2
PDRB Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Kabupaten/Kota 2007-2011(Juta Rupiah)
No. Kota/Kab
PDRB Industri Pengolahan (Juta Rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011
1 Kab. Bangka 306,187.00 346,725.00 373,555.00 425,972.00 493,661.00
2
Kab. Bangka
Barat
2,073,629.00 2,614,755.00 2,866,335.00 3,157,387.00 3,428,635.00
3
Kab. Bangka
Tengah
593,467.00 713,875.00 711,000.00 786,454.00 848,597.00
4
Kab. Bangka
Selatan
49,118.00 56,303.00 60,800.00 66,242.00 75,933.00
5
Kota
Pangkalpinang
176,887.00 204,067.00 212,275.00 237,719.00 256,200.00
6 Kab. Belitung 407,146.00 520,439.00 572,463.00 641,751.00 722,001.00
7
Kab. Belitung
Timur
184,443.00 208,090.00 228,421.00 254,106.00 284,315.00
Provinsi 3,790,877.00 4,664,254.00 5,024,849.00 5,569,631.00 6,109,342.00
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012
Kabupaten Bangka Barat berkontribusi besar dalam sektor industri
pengolahan karena daerah ini merupakan pusat pengolahan timah. Kabupaten
Bangka Barat merupakan pusat peleburan timah (metalurgi) dan pelabuhan
pusmet PT Timah juga terletak di sini. Kecamatan Jebus di Kabupaten Bangka
Barat adalah salah satu kawasan produsen timah di Kepulauan Bangka
Belitung. Apabila tidak ada sumber daya alam timah, maka perekonomian
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan menjadi buruk sehingga dibutuhkan
peningkatan PDRB dari sektor lain. Sumber daya alam timah merupakan
sumber daya alam terpenting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
khususnya Kabupaten Bangka Barat.
17. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 13
4.3 Analisis Indeks Williamson 2007-2011
Perhitungan indeks Williamson dapat digunakan untuk mengetahui
disparitas spasial dengan seluruh sektor dan tanpa sektor industri di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Berikut ini adalah hasil perhitungan indeks
Williamson di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tabel IV.3
Indeks Williamson Seluruh Sektor dan Tanpa Sektor Industri Pengolahan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011
Tahun
Indeks Williamson
Selisih
Semua Sektor
Tanpa Sektor
Industri
Pengolahan
2007 0.2740741228 0.1177509763 0.1563231465
2008 0.2969729982 0.1225050884 0.1744679098
2009 0.3033330393 0.1183464090 0.1849866303
2010 0.2837102951 0.1083774178 0.1753328772
2011 0.2775030024 0.1054064478 0.1720965547
Sumber: Analisis Penulis, 2013
Dari tabel di atas, dapat terlihat jelas bahwa terjadi fluktuasi indeks
Williamson dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Dari tahun 2007 hingga tahun
2011, terjadi peningkatan indeks Williamson. Hal ini memiliki arti bahwa pada
tahun-tahun tersebut disparitas antar kabupaten dan kota semakin tinggi.
Namun, pada tahun 2010-2011, terjadi penurunan indeks Williamson. Hal ini
memiliki arti bahwa disparitas spasial antar kabupaten dan kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan. Walaupun PDRB dan
jumlah penduduk terus mengalami peningkatan, tidak berarti indeks Williamson
juga mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat
pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tabel IV.4
Tingkat Pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2007-2011
Tahun Tingkat Pengangguran
2007 5,49
2008 5,99
2009 6,14
2010 5,63
2011 3,61
Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012
Pada tahun 2007-2009 terjadi peningkatan tingkat penangguran. Di sisi lain,
pada tahun tersebut juga terjadi peningkatan indeks Williamson atau
18. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 14
peningkatan disparitas spasial. Pada tahun 2010-2011 terjadi penurunan tingkat
penangguran. Di tahun-tahun tersebut, terjadi penurunan indeks Williamson atau
disparitas spasial. Semakin menurunnya tingkat pengangguran, maka akan
semakin besar pula kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
tinggi, sehingga diharapkan pada akhirnya dapat menurunkan tingkat
kesenjangan pendapatan di suatu daerah.
Sumber: Analisis Penulis, 2013
Gambar 4.1
Indeks Williamson Seluruh Sektor dan Tanpa Sektor Industri Pengolahan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011
Kontribusi sektor industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam
menyumbang disparitas spasial besar. Indeks Williamson (setelah dikurangi satu
sektor) yang bertambah kecil daripada indeks Williamson (seluruh sektor),
berarti apabila tidak ada sektor tersebut, pendapatan akan tersebar secara
merata (tidak terjadi ketimpangan). Secara keseluruhan, indeks Williamson di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan angka yang rendah.
0.0000000000
0.0500000000
0.1000000000
0.1500000000
0.2000000000
0.2500000000
0.3000000000
0.3500000000
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Williamson
Semua Sektor
Tanpa Sektor
Industri
Pengolahan
19. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sektor industri pengolahan berkontribusi besar dalam menyumbang
disparitas spasial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan adanya sektor
industri, telah terjadi disparitas antar kota dan kabupaten di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan disparitas spasial
tanpa adanya sektor industri pengolahan dibandingkan keseluruhan sektor.
5.2 Saran
Untuk mengurangi disparitas spasial di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, tingkat pengangguran perlu dikurangi. Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung perlu menambah lapangan pekerjaan atau memperhatikan
sektor-sektor lain di setiap daerah sehingga dapat memperkecil perbedaan
PDRB setiap daerah dan setiap sektor. Dengan seperti itu, angka disparitas
spasial akan menjadi kecil.
20. Pengantar Ilmu Ekonomi 2013
Disparitas Spasial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007-2011 16
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2012, Kepulauan Bangka Belitung dalam
Angka 2011, BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
________________________________, 2012, PDRB Kab/Kota di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung menurut Lapangan Usaha 2007-2011, BPS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
Rahardja, Pratama, dan Mandala Manurung, 2008, Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi) Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Syahza, Almasdi, 2002b, Potensi Pengembangan Desa Tertinggal dan Mobilitas
Penduduk di Kabupaten Bengkalis Riau, dalam Kependudukan, Vol 4 No 2, Juli
2002, Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Penelitian Unpad, Bandung.
_____________, Tanpa Angka Tahun, Analisis Disparitas Spasial dan Aliran Investasi
Di Daerah Riau, Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau.