Makalah ini membahas klasifikasi iklim dan kelayakan lahan untuk pengembangan tanaman jarak pagar. Jarak pagar dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 300-3000 mm/tahun dan suhu di atas 20 derajat Celcius. Lahan yang paling layak untuk penanaman jarak pagar adalah lahan kering dataran rendah dengan ketinggian di bawah 500 meter dan curah hujan 1000-2000 mm/tahun.
1. MAKALAH LAPORAN DASAR PRODUKSI TANAMAN 1
KLIMOGRAM DAN KLASIFIKASI IKLIM UNTUK INTRODUKSI DAN
EKSTENSIFIKASI TANAMAN JARAK PAGAR
SEMESTER 2 TAHUN 2009
2. KELOMPOK 3
RADEN BONDAN E.B ( 150110080162 )
FAJAR D ( 150110080132 )
DELFRITA NAHAMPUN ( 150110080140 )
RIZKY AHMAD ANUGRAH ( 150110080145 )
REZKA FRADZAN ( 150110080149 )
4. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai wilayah cukup luas sekitar 188,2 juta ha, yang terdiri dari 148 juta ha
lahan kering dan 40,2 juta ha lahan basah, didukung oleh sifat tanah, bahan induk, fisiografi,
elevasi, iklim dan lingkungannya yang beragam.
Wilayah barat relatif beriklim basah dan makin ke timur yang makin beriklim kering, dengan
tanah berasal dari bahan volkan yang subur merupakan salah satu keuntungan wilayah
5. Indonesia. Keragaman tanah dan iklim ini memberikan peluang cukup besar untuk
memproduksi berbagai komoditas pertanian termasuk untuk pengembangan komoditas
penghasil bahan bakar nabati (bio-fuel). Seiring dengan adanya isue nasional, terutama tentang
alternatif pengganti BBM maka energi alternatif yang dipilih adalah dari sumber-sumber
terbarukan dan ramah lingkungan tetapi harga relatif terjangkau. Sumber yang paling
memenuhi syarat tersebut adalah bio-fuel. Banyak tanaman yang potensial sebagai penghasil
bio-fuel antara lain kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, biji kapas, canola, dan rapeseed (untuk
bio-diesel), serta singkong, tebu, dan sagu (untuk bio-etanol). Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat dan penghasil minyak.
Manfaat lain dari minyaknya selain sebagai bahan bakar juga sebagai bahan untuk pembuatan
sabun dan bahan industri kosmetika. Jarak pagar merupakan tanaman serba guna, tahan
kering, dan tumbuh dengan cepat, dapat juga digunakan untuk kayu bakar, mereklamasi
lahanlahan tererosi atau sebagai pagar hidup di pekarangan atau sebagai pembatas lahan
pertanian (Puslitbangbun, 2006a). Penanaman jarak pagar untuk memproduksi bahan baku
minyak sebaiknya menggunakan bahan tanaman hasil pembibitan dari biji,
karena tanamannya hidup lebih lama dan produksinya lebih tinggi daripada tanaman asal stek.
Sedangkan untuk tanaman pagar dan pencegah erosi dapat digunakan bahan tanaman yang
ditanam langsung baik berupa stek maupun biji (Mahmud et al.2006).
tingkat produktivitas dipengaruhi oleh potensi genetik, kondisi lingkungan, dan teknologi
(manajemen) pengelolaan tanaman. Meskipun tanaman jarak pagar dikenal dapat
tumbuh di daerah iklim kering dan lahan marginal , tidak berarti ia tidak membutuhkan
air dan suplai hara yang optimal untuk berproduksi secara optimal (Allolerung et al. 2006).
6. PENYEBARAN DAN SYARAT TUMBUH
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) diperkirakan berasal dari kawasan Amerika Tengah,
khususnya Meksiko. Tanaman jarak pagar tumbuh secara alami di kawasan hutan
daerah-daerah pinggiran pantai. Sedangkan di Afrika dan Asia, hanya ditemukan dalam
bentuk pertanaman pada pagar-pagar rumah atau batas-batas lahan pertanian (Heller 1996;
Heyne 1950). Penyebaran jarak pagar ke Malaka sekitar tahun 1700-an dan di Philippina
diperkirakan sebelum tahun 1750 (Heller 1996), sedangkan di Thailand penyebarannya juga
terjadi pada waktu yang hamper bersamaan yang dibawa oleh saudagar-saudagar Portugis.
Terdapat 5 species jarak di Thailand, yaitu Jatropha curcas L., J. gossypifolia L., J. multifida L.,
J. integrrima L., dan J. podagrica. Orang Portugis menggunakan biji jarak untuk membuat
sabun
pencuci pakaian dan lainnya (Sadakorn 1984). Sedangkan di Indonesia tidak ada catatan yang
pasti kapan jarak pagar ini mulai dimasukkan ke wilayah nusantara.
Jarak pagar telah menyebar luas di daerah tropis dan sub-tropis, kisaran curahhujan
bervariasi yaitu dari 200-2.000 mm/tahun (Heller, 1996), 480-2.380 mm/tahun
(Jones dan Miller, 1992), tetapi pertumbuhan terbaik dengan curah hujan 900 –
1.200 mm/tahun (Beeker dan Makkar, 1999). Di Indonesia dijumpai dibeberapa
daerah dengan curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun seperti di Bogor,
Sumatera Barat, dan Minahasa. Dijumpai pada ketinggian 0-1.700 m dpl, dengan suhu 11-
38oC. Jarak pagar tidak tahan cuaca yang sangat dingin (frost) dan tidak sensitif terhadap
panjang hari (daylength). Hal ini bisa dipahami karena tanaman ini berasal dari daerah tropis,
sehingga tidak tergolong tanaman ”long day” (Heller1996). Menurut Henning (2004) jarak
7. pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600 mm/tahun untuk tumbuh baik
dan jika curah hujan kurang dari 600 mm/tahun tidak dapat tumbuh . Di daerah-
daerah dengan kelengasan tanah tidak menjadi factor pembatas (misalnya irigasi atau curah
hujan cukup merata) jarak pagar dapat berproduksi sepanjang tahun, tetapi tidak dapat
bertahan dalam kondisi tanah jenuh air. Meskipun iklim kering meningkatkan kadar minyak
biji, masa kekeringan yang berkepanjangan akan menyebabkan jarak menggugurkan daunnya
untuk menghemat air yang akan menyebabkan stagnasi pertumbuhannya (Jones dan Miller,
1992). Sebaliknya, pada daerah-daerah basah dengan curah hujan yang terlalu
tinggi seperti di Bogor, maka tanaman jarak pagar akan memiliki pertumbuhan
vegetative lebat tetapi pembentukan bunga dan buah kurang .
Arivin et al. (2006) melaporkan bahwa di Desa Cikeusik Malingping, Banten dengan
curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun, umumnya ditemukan tanaman jarak pagar
yang memiliki bunga, buah muda, buah tua dan buah kering dalam satu cabang .
Akan tetapi hal ini masih perlu diamati dalam jangka waktu satu atau beberapa tahun untuk
memastikan apakah pembungaan tersebut berlangsung sepanjang tahun. Walaupun curah
hujan daerah ini cukup tinggi, yang memungkinkan radiasi rendah, pembuahan tampaknya
cukup baik. Hal ini diduga merupakan hasil interaksi potensi genetik dengan faktor-faktor
lingkungan seperti temperatur yang selalu panas (±27oC) karena letaknya di tepi pantai, serta
tekstur tanahnya yang berpasir sangat menjamin drainase dan aerasi yang baik
Puslitbangbun (2006b) mengemukakan bahwa tipe iklim sangat
berpengaruhterhadap pertumbuhan dan produksi jarak pagar. Jarak pagar
tumbuh baik di lahan kering dataran rendah beriklim kering dengan ketinggian
8. tempat < 500 m dpl., dan curah hujan 300-1.000 mm/tahun, serta suhu > 20ºC.
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan
yang lebih baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan
drainase dan aerasi yang baik (terbaik mengandung pasir 60-90%). Tanaman
jarak pagar dapat beradaptasi di lahan marginal dan dapat tumbuh pada tanah
berbatu, berpasir, berliat, dan pada lahan yang tererosi (Mal dan Joshi, 1991).
Tanaman ini dapat pula dijumpai pada daerah-daerah berbatu, wilayah perbukitan atau
sepanjang saluran air dan batas-batas kebun (Heller 1996; Arivin et al. 2006). Menurut Okabe
dan Somabhi (1989) tanaman jarak pagar yang ditanam pada tanah bertekstur lempung
berpasir memberikan hasil biji tertinggi daripada tanah bertekstur lainnya. Selanjutnya Jones
dan Miller (1992) mengemukakan bahwa
meskipun jarak pagar terkenal dapat tumbuh dengan baik di tanah yang dangkal dan pada
umumnya ditemukan tumbuh di tanah berkerikil, berpasir, dan berliat, tetapi pada tanah yang
tererosi berat pertumbuhannya mungkin kerdil. Jarak pagar yang ditemukan di daerah sangat
kering, umumnya tidak lebih dari 2 – 3 m tingginya. Jarak pagar dapat tumbuh pada tanah-
tanah yang ketersediaan air dan
unsur-unsur haranya terbatas atau lahan-lahan marginal, tetapi lahan dengan air tidak
tergenang merupakan tempat yang optimal bagi tanaman ini untuk tumbuh dan berproduksi
secara optimal. Bila perakarannya sudah cukup berkembang, jarak pagar dapat toleran
terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH tanah 5.5-6.5) (Heller, 1996;
Arivin et al., 2006). Jones dan Miller (1998)
9. menyatakan untuk mendapatkan produksi yang baik pada tanah miskin hara dan alkalin,
tanaman ini perlu dipupuk dengan pupuk buatan atau pupuk organic (kandang), yang
mengandung sedikit kalsium, magnesium dan sulfur. Sedangkan pada daerah-daerah dengan
kandungan fosfat yang rendah, penggunaan mikoriza dapat membantu pertumbuhan tanaman
jarak.
KELAS KESESUAIAN LAHAN
sumber (Heyne 1950; Heller 1996; Jones dan Miller 1992; Henning 2004; Arivin et al. 2006).
Kelas kesesuaian lahan digolongkan atas 4 kelas yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai
(S2), kurang sesuai atau sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N) . S1 terdapat
pada lahan dengan ketinggian tempat < 400 m dpl, curah hujan tahunan 1.000-
2.000 mm dengan bulan kering 4-5 bulan (tipe iklim II-B dan IIC) atau curah
hujan 2.000-3.000 mm dengan bulan kering 5-6 bulan (tipe iklim IIIA). S2
terdapat pada lahan pada ketinggian tempat < 400 m dpl, curah hujan 1.000-
2.000 mm dengan bulan kering 6-8 bulan (tipe iklim II-A) atau curah hujan 2.000-
3.000 mm dengan tipe iklim III-B. Sedangkan yang termasuk kelas S3 adalah
lahan yang terdapat pada ketinggian < 700 m dpl., curah hujan < 1.000 dengan
bulan kering > 8 bulan (tipe iklim I-A, I-B, dan I-C), atau curah hujan 2.000-3.000
mm dengan bulan kering 3-4 bulan (tipe iklim III-C), atau curah hujan 3.000-
4.000 mm dengan bulan kering 3 bulan (tipe iklim IV-C). Daerah yang tidak
sesuai (N) adalah lahan yang terletak pada ketinggian tempat > 700 m dpl, curah
hujan 3.000- 4.000 mm dengan bulan kering 0-2 bulan (tipe iklim IV-A, IV-B, dan
10. IV-C), atau curah hujan > 4.000 mm dengan tipe iklim V-A, B, C, D; VI-A, B, C,
D).
Kriteria selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan dan Iklim untuk Tanaman Jarak Pagar
11.
12. Pengembangan jarak pagar secara besar-besaran (perkebunan), dapat diarahkan ke lahan
yang saat ini terlantar dan belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian besar berupa alang-
alang dan semak belukar. Lahan-lahan terlantar tersebut sudah diidentifikasi kesesuaiannya
untuk pengembangan lahan pertanian, yaitu seluas 1,08 juta ha (Mulyani et al. 2000). Lahan
alang-alang tersebut berada pada ketinggian tempat < 400 m dpl, dengan bentuk wilayah datar-
13. bergelombang (lereng < 15%). Lahan alang-alang yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan jarak pagar adalah yang mempunyai curah hujan < 3.000
mm/tahun, sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan jarak pagar. Sebagian lahan
terlantar tersebut, terletak pada kawasan transmigrasi dan dimiliki oleh petani transmigran yang
belum dimanfaatkan secara optimal, dan saat ini masih berupa alang-alang seperti banyak
dijumpai di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Tanah
Bumbu, serta di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kendari, Buton, dan Kolaka.
14. DAFTAR PUSTAKA
www.google.com / klasifikasi iklim untuk ekstensifikasi tanaman
Allolerung, D., Z. Mahmud, A.A. Rivaie, D.S. Effendi dan A. Mulyani. 2006. Peta kesesuaian
lahan dan iklim jarak pagar (Jatropha curcas L.). Makalah disampaikan pada Lokakarya Status
Teknologi Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Badan Litbang Pertanian, Jakarta, 11-12
April 2006. 14 hal.
Arivin, A. R., Allorerung, D., Mahmud, Z., Effendi, D. S., Sumanto, dan Isa, F. 2006.
Karakterisasi Faktor Iklim dan Tanah Pada Pertanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di
Desa Cikeusik-Banten (in press).
Arivin, R.A. 2006. Teknik Pemangkasan Tanaman Jarak