SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Baixar para ler offline
Kondisi	
  Perempuan	
  Indonesia	
  


                               April	
  2011	
  
Perempuan	
  1/7	
  




Data	
  menunjukan	
  bahwa	
  75.69%	
  perempuan	
  usia	
  15+	
  hanya	
  berpendidikan	
  tamat	
  
SMP	
  ke	
  bawah.	
  Mayoritas	
  perempuan	
  usia	
  15+	
  hanya	
  berpendidikan	
  tamat	
  SD,	
  yakni	
  
30.70%.	
  
Semakin	
  Fnggi	
  Fngkat	
  pendidikan,	
  maka	
  persentase	
  parFsipasi	
  pendidikan	
  
perempuan	
  semakin	
  rendah,	
  yakni	
  SM	
  (18.59%),	
  Diploma	
  (2.74%)	
  dan	
  Universitas	
  
(3.02%).	
  
ArFnya,	
  mayoritas	
  perempuan	
  hanya	
  berpendidikan	
  rendah	
  dan	
  Fdak	
  berparFsipasi	
  
pada	
  pendidikan	
  Fnggi	
  (tamat	
  SM	
  ke	
  atas).	
  
Perempuan	
  2/7	
  




Rata-­‐rata	
  Proporsi	
  laki-­‐laki	
  dan	
  perempuan	
  secara	
  nasional	
  adalah	
  100,2	
  
(sekitar	
  1	
  :	
  1).	
  
Tetapi,	
  jumlah	
  angkatan	
  kerja	
  laki-­‐laki	
  kurang	
  lebih	
  1,5	
  kali	
  lebih	
  banyak	
  
dibandingkan	
  perempuan.	
  
ArFnya,	
  masih	
  banyak	
  perempuan	
  yang	
  belum	
  dapat	
  menembus	
  dunia	
  
kerja	
  atau	
  bekerja	
  karena	
  lebih	
  sedikit	
  perempuan	
  yang	
  mengenyam	
  
pendidikan	
  formal.	
  
Perempuan	
  3/7	
  




Angka	
  parFsipasi	
  sekolah	
  perempuan	
  memang	
  sudah	
  meningkat,	
  tetapi	
  hal	
  itu	
  terjadi	
  pada	
  
Fngkat	
   pendidikan	
   rendah.	
   Kondisi	
   ini	
   dapat	
   diamaF	
   dari	
   Fngkat	
   pendidikan	
   mayoritas	
  
pekerja	
   perempuan	
   yang	
   75.67%	
   hanya	
   tamatan	
   SLTP	
   ke	
   bawah.	
   Proporsi	
   terbesar	
   dari	
  
pekerja	
   perempuan	
   juga	
   di	
   isi	
   oleh	
   pekerja	
   yang	
   hanya	
   tamatan	
   SD	
   (35.03%).	
   Pekerja	
  
perempuan	
  yang	
  tamatan	
  SMA	
  ke	
  atas	
  lebih	
  rendah	
  (24.33%)	
  dibandingkan	
  pekerja	
  laki-­‐laki	
  
(30.20%).	
  	
  
	
  
Rendahnya	
   pendidikan	
   dan	
   Fmpangnya	
   kualitas	
   pendidikan	
   perempuan	
   pada	
   pendidikan	
  
Fnggi	
   dibandingkan	
   laki-­‐laki	
   menyebabkan	
   daya	
   saing	
   perempuan	
   di	
   dunia	
   kerja	
   rendah.	
  
Pekerja	
  perempuan	
  hanya	
  mengisi	
  38.23%	
  dari	
  total	
  pekerja	
  di	
  Indonesia.	
  
Perempuan	
  4/7	
  




Data menunjukan bahwa 72.07% pekerja perempuan memilki pendapatan bersih di bawah
satu juta rupiah per bulan.
Terdapat 12.44% pekerja perempuan yang berpenghasilan bersih Rp 200,000,- ke bawah
per bulan dibandingkan dengan pekerja laki-laki yang hanya 4.39%. Artinya, pekerja
perempuan yang berpenghasilan bersih Rp 200,000,- ke bawah per bulan adalah 3 kali lipat
lebih besar dari pekerja laki-laki.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa pekerja perempuan dihargai lebih rendah dibandingkan
pekerja laki-laki. Sebab, data menggambarkan bahwa pendapatan mayoritas pekerja laki-
laki (69.29%) menumpuk di pendapatan bersih sebulan Rp 600,000,- ke atas.
Perempuan	
  5/7	
  


               Berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat edukasi
               yang sama, maka secara rata-rata perempuan
               mendapatkan gaji/upah 30% lebih rendah dari
               pekerja/buruh laki-laki.

               Umumnya, perbedaan upah adalah akibat adanya
               perbedaan peran gender di dalam keluarga yang
               mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap
               jenis pekerjaan yang diasosiasikan dengan peran
               perempuan. Mayoritas pekerjaan perempuan
               dianggap tidak membutuhkan kekuatan fisik /
               penguasaan mesin-mesin berat, tetapi
               membutuhkan ketelitian, kerapian dan
               kebersihan. Pekerjaan tsb dipandang tidak
               memerlukan keahlian khusus dan diberi nilai
               rendah.

               Data makro mengindikasikan bahwa pendidikan
               dan ketrampilan perempuan lebih rendah
               dibandingkan laki-laki, sehingga menyebabkan
               perbedaan dalam meningkatkan tingkat upah.
               Adanya pandangan bahwa perempuan adalah
               tanggung jawab suami atau dianggap lajang ,
               maka besarnya tunjangan juga mempengaruhi
               lebih rendahnya upah perempuan.
Perempuan	
  6/7	
  
      KeFka	
  sebuah	
  keluarga	
  Fdak	
  memiliki	
  kemampuan	
  untuk	
  
      bebas	
  menentukan	
  bahwa	
  pendapatan	
  terbatas	
  mereka	
  
      dapat	
  diinvestasikan	
  untuk	
  pendidikan,	
  masih	
  memiliki	
  
      anggapan	
  bahwa	
  pendidikan	
  bagi	
  anak	
  perempuan	
  Fdak	
  
      berguna	
  dan	
  sangat	
  membutuhkan	
  tenaga	
  anak	
  perempuan	
  
      untuk	
  berkontribusi	
  pada	
  pekerjaan	
  rumah	
  tangga,	
  maka	
  
      anak	
  perempuan	
  akan	
  	
  kehilangan	
  kesempatan	
  lebih	
  cepat	
  
      dalam	
  mengembangkan	
  kemampuan	
  dirinya	
  
      (berpendidikan).	
  
      	
  
      Data	
  menunjukan	
  hampir	
  1,7	
  juta	
  anak	
  perempuan	
  usia	
  
      sekolah	
  15	
  –	
  19	
  tahun	
  Fdak	
  bersekolah,	
  Fdak	
  mandiri	
  secara	
  
      ekonomi	
  dan	
  hanya	
  bekerja	
  menurus	
  rumah	
  tangga	
  
      dibandingkan	
  dengan	
  anak-­‐anak	
  laki-­‐laki	
  yang	
  hanya	
  177	
  
      ribu.	
  	
  
      ArFnya,	
  anak	
  perempuan	
  usia	
  15	
  –	
  19	
  tahun	
  yang	
  
      bertanggung	
  jawab	
  mengurus	
  rumah	
  tangga	
  dan	
  Fdak	
  
      bersekolah	
  mencapai	
  10	
  kali	
  lipat	
  lebih	
  banyak	
  dibandingkan	
  
      anak	
  laki-­‐laki.	
  
      	
  
      Secara	
  total,	
  terdapat	
  lebih	
  dari	
  30	
  juta	
  perempuan	
  usia	
  15+	
  
      dan	
  hanya	
  1,5	
  juta	
  laki-­‐laki	
  usia	
  15+	
  yang	
  berakFvitas	
  
      mengurus	
  rumah	
  tangga.	
  
      ArFnya,	
  perempuan	
  usia	
  15+	
  yang	
  Fdak	
  akFf	
  secara	
  ekonomi	
  
      mencapai	
  20	
  kali	
  lipat	
  lebih	
  besar	
  dari	
  laki-­‐laki.	
  	
  
Perempuan	
  7/7	
  



          Terdapat lebih dari 30 juta perempuan yang
          hanya bekerja mengurus rumah tangga dan
          tidak mandiri secara ekonomi. Sekitar 76.45%
          dari perempuan tersebut hanya berpendidikan
          tamatan SMP ke bawah.

          Kondisi ini mengindikasikan bahwa perempuan
          akan memiliki kesempatan yang sangat kecil
          untuk melakukan pemutusan proses pewarisan
          kemiskinan karena tidak memiliki kemampuan
          untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah
          yang lebih baik untuk dirinya sendiri dan
          keluarganya.

Mais conteúdo relacionado

Mais de Putera Sampoerna Foundation

Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010Putera Sampoerna Foundation
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010Putera Sampoerna Foundation
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010Putera Sampoerna Foundation
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009Putera Sampoerna Foundation
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009Putera Sampoerna Foundation
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009Putera Sampoerna Foundation
 

Mais de Putera Sampoerna Foundation (20)

Annual Report Q2, 2012
Annual Report Q2, 2012Annual Report Q2, 2012
Annual Report Q2, 2012
 
Q2 Report Putera Sampoerna Foundation
Q2 Report Putera Sampoerna FoundationQ2 Report Putera Sampoerna Foundation
Q2 Report Putera Sampoerna Foundation
 
Annual Report Q1, 2012
Annual Report Q1, 2012Annual Report Q1, 2012
Annual Report Q1, 2012
 
Annual Report Q4, 2011
Annual Report Q4, 2011Annual Report Q4, 2011
Annual Report Q4, 2011
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2011
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2011Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2011
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2011
 
PSF School Development Outreach Milestones
PSF School Development Outreach MilestonesPSF School Development Outreach Milestones
PSF School Development Outreach Milestones
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2009
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2009Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2009
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2009
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2008
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2008Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2008
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2008
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2010
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2010Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2010
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2010
 
Annual report2007
Annual report2007Annual report2007
Annual report2007
 
Annual report2006
Annual report2006Annual report2006
Annual report2006
 
Annual report2005
Annual report2005Annual report2005
Annual report2005
 
Annual report2004
Annual report2004Annual report2004
Annual report2004
 
Annual report2003
Annual report2003Annual report2003
Annual report2003
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2010
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2010
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2010
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 3 2009
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 2 2009
 
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009
Putera Sampoerna Foundation Report Quarter 1 2009
 

Kondisi perempuan-indonesia

  • 1. Kondisi  Perempuan  Indonesia   April  2011  
  • 2. Perempuan  1/7   Data  menunjukan  bahwa  75.69%  perempuan  usia  15+  hanya  berpendidikan  tamat   SMP  ke  bawah.  Mayoritas  perempuan  usia  15+  hanya  berpendidikan  tamat  SD,  yakni   30.70%.   Semakin  Fnggi  Fngkat  pendidikan,  maka  persentase  parFsipasi  pendidikan   perempuan  semakin  rendah,  yakni  SM  (18.59%),  Diploma  (2.74%)  dan  Universitas   (3.02%).   ArFnya,  mayoritas  perempuan  hanya  berpendidikan  rendah  dan  Fdak  berparFsipasi   pada  pendidikan  Fnggi  (tamat  SM  ke  atas).  
  • 3. Perempuan  2/7   Rata-­‐rata  Proporsi  laki-­‐laki  dan  perempuan  secara  nasional  adalah  100,2   (sekitar  1  :  1).   Tetapi,  jumlah  angkatan  kerja  laki-­‐laki  kurang  lebih  1,5  kali  lebih  banyak   dibandingkan  perempuan.   ArFnya,  masih  banyak  perempuan  yang  belum  dapat  menembus  dunia   kerja  atau  bekerja  karena  lebih  sedikit  perempuan  yang  mengenyam   pendidikan  formal.  
  • 4. Perempuan  3/7   Angka  parFsipasi  sekolah  perempuan  memang  sudah  meningkat,  tetapi  hal  itu  terjadi  pada   Fngkat   pendidikan   rendah.   Kondisi   ini   dapat   diamaF   dari   Fngkat   pendidikan   mayoritas   pekerja   perempuan   yang   75.67%   hanya   tamatan   SLTP   ke   bawah.   Proporsi   terbesar   dari   pekerja   perempuan   juga   di   isi   oleh   pekerja   yang   hanya   tamatan   SD   (35.03%).   Pekerja   perempuan  yang  tamatan  SMA  ke  atas  lebih  rendah  (24.33%)  dibandingkan  pekerja  laki-­‐laki   (30.20%).       Rendahnya   pendidikan   dan   Fmpangnya   kualitas   pendidikan   perempuan   pada   pendidikan   Fnggi   dibandingkan   laki-­‐laki   menyebabkan   daya   saing   perempuan   di   dunia   kerja   rendah.   Pekerja  perempuan  hanya  mengisi  38.23%  dari  total  pekerja  di  Indonesia.  
  • 5. Perempuan  4/7   Data menunjukan bahwa 72.07% pekerja perempuan memilki pendapatan bersih di bawah satu juta rupiah per bulan. Terdapat 12.44% pekerja perempuan yang berpenghasilan bersih Rp 200,000,- ke bawah per bulan dibandingkan dengan pekerja laki-laki yang hanya 4.39%. Artinya, pekerja perempuan yang berpenghasilan bersih Rp 200,000,- ke bawah per bulan adalah 3 kali lipat lebih besar dari pekerja laki-laki. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pekerja perempuan dihargai lebih rendah dibandingkan pekerja laki-laki. Sebab, data menggambarkan bahwa pendapatan mayoritas pekerja laki- laki (69.29%) menumpuk di pendapatan bersih sebulan Rp 600,000,- ke atas.
  • 6. Perempuan  5/7   Berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat edukasi yang sama, maka secara rata-rata perempuan mendapatkan gaji/upah 30% lebih rendah dari pekerja/buruh laki-laki. Umumnya, perbedaan upah adalah akibat adanya perbedaan peran gender di dalam keluarga yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap jenis pekerjaan yang diasosiasikan dengan peran perempuan. Mayoritas pekerjaan perempuan dianggap tidak membutuhkan kekuatan fisik / penguasaan mesin-mesin berat, tetapi membutuhkan ketelitian, kerapian dan kebersihan. Pekerjaan tsb dipandang tidak memerlukan keahlian khusus dan diberi nilai rendah. Data makro mengindikasikan bahwa pendidikan dan ketrampilan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga menyebabkan perbedaan dalam meningkatkan tingkat upah. Adanya pandangan bahwa perempuan adalah tanggung jawab suami atau dianggap lajang , maka besarnya tunjangan juga mempengaruhi lebih rendahnya upah perempuan.
  • 7. Perempuan  6/7   KeFka  sebuah  keluarga  Fdak  memiliki  kemampuan  untuk   bebas  menentukan  bahwa  pendapatan  terbatas  mereka   dapat  diinvestasikan  untuk  pendidikan,  masih  memiliki   anggapan  bahwa  pendidikan  bagi  anak  perempuan  Fdak   berguna  dan  sangat  membutuhkan  tenaga  anak  perempuan   untuk  berkontribusi  pada  pekerjaan  rumah  tangga,  maka   anak  perempuan  akan    kehilangan  kesempatan  lebih  cepat   dalam  mengembangkan  kemampuan  dirinya   (berpendidikan).     Data  menunjukan  hampir  1,7  juta  anak  perempuan  usia   sekolah  15  –  19  tahun  Fdak  bersekolah,  Fdak  mandiri  secara   ekonomi  dan  hanya  bekerja  menurus  rumah  tangga   dibandingkan  dengan  anak-­‐anak  laki-­‐laki  yang  hanya  177   ribu.     ArFnya,  anak  perempuan  usia  15  –  19  tahun  yang   bertanggung  jawab  mengurus  rumah  tangga  dan  Fdak   bersekolah  mencapai  10  kali  lipat  lebih  banyak  dibandingkan   anak  laki-­‐laki.     Secara  total,  terdapat  lebih  dari  30  juta  perempuan  usia  15+   dan  hanya  1,5  juta  laki-­‐laki  usia  15+  yang  berakFvitas   mengurus  rumah  tangga.   ArFnya,  perempuan  usia  15+  yang  Fdak  akFf  secara  ekonomi   mencapai  20  kali  lipat  lebih  besar  dari  laki-­‐laki.    
  • 8. Perempuan  7/7   Terdapat lebih dari 30 juta perempuan yang hanya bekerja mengurus rumah tangga dan tidak mandiri secara ekonomi. Sekitar 76.45% dari perempuan tersebut hanya berpendidikan tamatan SMP ke bawah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perempuan akan memiliki kesempatan yang sangat kecil untuk melakukan pemutusan proses pewarisan kemiskinan karena tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih baik untuk dirinya sendiri dan keluarganya.