SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 38
Baixar para ler offline
1
NASKAH
SAYANG KELUARGA, SAYANG YOGYAKARTA,
BELAJAR BENCANA
Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana
untuk Sekolah Luar Biasa (Difabilitas Daksa)
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
© 2011
2
NASKAH
Judul:
SAYANG KELUARGA, SAYANG YOGYAKARTA, BELAJAR BENCANA
Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana untuk Sekolah Luar Biasa (Difabilitas
Daksa) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tim Penyusun:
 Hasan Bachtiar (Koordinator)
 Sunaring Kurniandaru
 Yugyasmono
 Ruhui Eka Setiawan
 Yanet Paulina
 Pudji Santoso
Tim Penyunting:
 Akhmad Agus Fajari
 Irfan Afifi
 Yahya Dwipa Nusantara
Tim Pakar:
 Ninil R. Miftahul Jannah, S.Ked.
 Drs. Awang Trisnamurti
 Trias Aditya, Ph.D.
 Prof. Sutomo Wuryadi, Ph.D.
 Ir. Heri Siswanto
Penerbit:
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Alamat : Jl. Cendana 9, Yogyakarta 55166 – INDONESIA
Telefon : (0274) 541322, 583628
Faksimili : (0274) 513132
E-mail : dikporadiy@yahoo.com
Website : www.pendidikan-diy.go.id
© 2011
3
PENGANTAR
Belajar dari bencana yang pernah melanda Yogyakarta, kesiapsiagaan menjadi sesuatu yang
penting dalam rangka mengurangi risiko bencana. Dalam siklus penanganan bencana, kesiapsiagaan
adalah kegiatan yang dilakukan sebelum terjadinya suatu bencana (pra bencana). Kegiatan yang dilakukan
pada saat pra bencana sebaiknya dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana maupun dalam situasi
terdapat potensi terjadinya bencana.
Buku ini disusun sebagai upaya mendiseminasikan informasi tentang kebencanaan dan tindakan-
tindakan yang sebaiknya dilakukan pada saat situasi darurat bencana yang diperuntukan bagi guru SLB
penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus (difabel), dengan kekhususan yang berhubungan
dengan kemampuan motorik dan mobilitas (tuna daksa).
Selain itu, buku ini juga bisa digunakan oleh orangtua maupun pendamping penyandang disabilitas
atau orang berkebutuhan khusus. Tentu saja proses pembelajaran dalam buku ini dilakukan pada situasi
tidak terjadi bencana, sebagai upaya kesiapsiagaan bagi anak/orang berkebutuhan khusus.
Penyandang cacat merupakan kelompok rentan yang seharusnya dipenuhi hak dan kebutuhannya
pada saat pra bencana, bencana, dan pasca bencana, agar tidak terjadi kerentanan ganda. Setiap orang,
khususnya masyarakat yang rentan, berhak atas: perlindungan, pendidikan, pelatihan, keterampilan dalam
proses penyelenggaraan penanggulangan bencana (PB), mendapat informasi kebijakan PB, dan berperan
serta dalam perencanaan PB. Selain itu, dia juga berhak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan PB,
yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya (UU
PB no 24 tahun 2007).
Upaya prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan
kesehatan, dan terapi psikososial. Hal yang penting untuk kita ingat adalah memperlakukan penyandang
cacat sebagai orang yang paling mengerti tentang kecacatannya sendiri, dan bertanya kepada mereka
tentang bagaimana cara terbaik untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan cara pandang ini, kita dapat
membuat perencanaan bersama dalam kegiatan Pengurangan Risiko Bencana dan rencana kedaruratan di
sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal kita.
4
DAFTAR ISI
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Paradigma Penanggulangan Bencana di Indonesia
BAB II MATERI PEMBELAJARAN TENTANG KEBENCANAAN
A. Bahaya dan Bencana
B. Kerentanan
C. Kapasitas
D. Resiko
a. Apakah sumber-sumber risiko?
b. Hubungan Bahaya, Kerentanan, dan Kapasitas
BAB III PEMBELAJARAN KEBENCANAAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAKSA
A. Apa Pentingnya Pembelajaran Kebencanaan?
BAB IV PENGENALAN BENCANA ALAM
A. GEMPA BUMI
a. Apa itu Gempa?
b. Apa Penyebab Gempa Bumi
c. Apa Saja Jenis-jenis Gempa Bumi?
d. Bagaimana Tanda-tandanya?
e. Kapan Waktu Terjadinya?
f. Apa Yang Harus Kita Lakukan Saat Terjadi Gempa?
g. Apa yang harus kita lakukan sesaat setelah guncangan berhenti?
B. ANCAMAN GUNUNG BERAPI
a. Apa penyebab Bencana Gunung Berapi?
C. TSUNAMI
a. Apa itu Tsunami?
b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana
c. Tindakan Kesiapsiagan
d. Tindakan saat Tsunami Berlangsung, Prinsip-prinsip Cara Penyelamatan Diri
e. Mengurangi Dampak Tsunami
f. Tindakan Setelah Tsunami Berlalu
D. KEKERINGAN
a. Apa Definisi Kekeringan?
b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan
E. TANAH LONGSOR
a. Apa Definisi Tanah Longsor
b. Dearah-daerah Rawan Longsor
c. Hal-hal yang dapat Memicu Terjadinya Longsor
d. Tanda-tanda Longsor
e. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Longsor
F. ANGIN PUTING BELIUNG
a. Apa itu Angin Puting Beliung
b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Angin Puting Beliung
c. Kesipasiagaan terhadap Angin Puting Beliung
d. Saat Terjadinya Bencana Angin
e. Saran-saran tindakan setelah bencana angin terjadi
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang rawan dengan ancaman bencana, baik dari aspek geografis,
geologis, maupun demografis. Faktanya secara geologis, Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara, dan lempeng
Pasifik di bagian timur. Ketiga lempeng tersebut terus bergerak, saling bertumbukan, kadang-kadang secara
pelan, namun di lain waktu juga sangat keras. Petemuan antar lempeng inilah yang sering menimbulkan
gempa bumi, jalur gunung api (ring of fire,) dan sesar atau patahan.
Kondisi geologi yang demikian menyebabkan ancaman bencana di Indonesia tinggal menunggu
waktu. Secara historis, bencana seperti gempa bumi yang diikuti oleh tsunami, gunung meletus, angin
topan, tanah longsor, banjir, dan kekeringan telah melanda Indonesia hampir setiap tahun. Tidak sedikit
kerugian baik korban jiwa maupun harta benda dan trauma psikis akibat bencana yang terjadi.
Sumber: www.bnpb.go.id
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang rawan akan bencana, dilihat dari
kondisi geologis, geografis, dan tipologinya. Provinsi DIY, secara tipologis, memiliki gunung Merapi, Laut
Selatan, kondisi sungai yang berhulu di Merapi, juga terdapat patahan atau sesar di bawah Sungai Opak
(Kali Opak). Selain itu, juga terdapat dataran tingi atau pegunungan, dengan tingkat populasi kepadatan
penduduk yang cukup tinggi. Kondisi inilah yang membuat Yogyakarta dihantui ancaman bencana yang
besar seperti Gempa Bumi, Gunung Api, Banjir, Tsunami, Tanah Longsor, Angin Topan/ribut, Kekeringan,
dan Epidemi DBD.
Faktor-faktor yang menyebabkan Yogyakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap bencana
alam adalah:
1. Di sebelah utara berdiri Gunung api Merapi yang merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan
siklus letusan 3-4 tahun, memiliki luas ± 582,81 km
2
dan ketinggian 80-2.911 m.
2. Di sebelah barat terdapat pegunungan yaitu daerah pegunungan Kulon Progo yang susunan
materialnya merupakan material vulkanik tua dan lapuk, sehingga sangat mudah mengalami longsor,
memiliki luas ± 706,25 km
2
dan ketinggian 0-572 m.
3. Di sebelah selatan, Yogyakarta dibatasi oleh laut (samudera Hindia) dan terbentang lahan pesisir pantai
yang landai mulai dari Parangtritis hingga Kecamatan Temon, Kulonprogo, dan karena karakteristik
inilah maka yogyakarta rawan tsunami, memiliki luas ± 1.656,25 km
2
dan ketinggian 150-750 m.
6
4. Di sebelah timur terdapat dua sistem pegunungan yang secara geologis mempunyai sifat dan proses
pembentukan yang berbeda, yaitu pegunungan Baturagung di sisi utara yang memiliki karakteristik
material vulkanik tua, seperti pegunungan di kulon progo. Di wilayah ini sering terjadi bencana longsor
dan gempa bumi karena juga terdapat patahan lempeng. Selain itu, juga terdapat Pengunungan
sewu/seribu di sisi selatan yang mempunyai material batu kapur, yang punya karakteristik sulit
menahan air, sehingga rawan kekeringan.
`
Sumber: BAKSEBANGLINMAS-DIY
Potensi bencana di Yogyakarta dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Bencana gunung api Merapi mengancam di wilayah Sleman bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar
aliran sungai yang berhulu di Puncak dan Lereng Merapi, seperti sungai Gendol, Krasak, sungai
Boyong, Kali Kuning, hingga sampai wilayah kota Yogyakarta yaitu bantaran kali Code.
2. Bencana longsor dan erosi mengancam wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat serta perbukitan di
Gunung kidul bagian utara.
3. Bencana banjir mengancam daerah pantai selatan di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul
4. Bencana kekeringan juga biasa terjadi di Kabupaten Gunung Kidul dan sebagian wilayah Kabupaten
Kulon Progo
5. Bencana tsunami berpotensi mengancam daerah pantai selatan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Kulon Progo, serta di Kabupaten Gunungkidul.
6. Bencana alam akibat angin biasa terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten
Bantul, dan wilayah Kota Yogyakarta.
7. Bencana Gempa Bumi berpotensi terjadi di wilayah Yogyakarta, baik disebabkan oleh gempa vulkanik
maupun tektonik, yang berpotensi terjadi karena terdapat Gunung api dan berdekatan dengan kawasan
tumbukan lempeng (subduction zone) di bagian selatan wilayah DIY (sungai Opak).
7
Peta Risiko Bencana di Yogyakarta
Sumber: BAKSEBANGLINMAS-DIY
Indeks Risiko Bencana di Yogyakarta
0
1
2
3
4
5
6
0 1 2 3 4
Dampak (consequences)
KemungkinanKejadian(likelihood)
Gempa Bumi
Tsunami
Banjir
Tanah Longsor
Erupsi Gunung Api
Kekeringan
Deman Berdarah
Angin Ribut
Kekeringan
Gempa bumi
TsunamiAngin Ribut
Epidemi DBD
Erupsi
Gunung Api
Tanah
Longsor
Banjir
Fakta Kejadian Bencana:
Pada tahun 2010, terjadi 644 kejadian bencana di Indonesia.
 Korban jiwa 1.711 orang, menderita dan hilang sekitar 1.398.923 orang.
 Rumah rusak berat 14.639 unit, rusak sedang 2.830 unit, dan rusak ringan 25.030.
8
 Total kerugian dan kerusakan sekitar Rp 15 trilyun.
Tiga kejadian bencana dengan kerugian paling besar, yaitu:
 Banjir bandang Wasior (5 Oktober 2010)
 Gempabumi dan tsunami Mentawai (25 Oktober 2010)
 Erupsi gunungapi Merapi (26 Oktober 2010)
Fakta kejadian bencana di Yogyakarta, Gempa bumi pada bulan Mei 2006 mengakibatkan korban
meninggal sebanyak 5.716 orang, rumah rusak 156.162 dan kerugian ditaksir sebesar Rp.29,1 trilyun.
(Bappenas, 2009). Erupsi Merapi Oktober 2010 yang mengakibatkan korban jiwa, rumah rusak, dan
kerugian materi dan lingkungan, termasuk juga berdampak pada sektor pendidikan, ekonomi, dan
kesehatan.
Kejadian bencana di Yogyakarta
A. Paradigma Penanggulangan Bencana di Indonesia
Penangulangan bencana di Indonesia awalnya menganut cara-cara konvensional, yang
menganggap bencana itu sebagai suatu peristiwa/kejadian yang tidak dapat dihindari dan korban harus
segera mendapat pertolongan, sehingga fokusnya lebih pada bantuan dan kedaruratan (emergency). Dalam
menghadapi ancaman bencana yang sedemikian sering dialami, Indonesia saat ini menganut paradigma
dan sistem baru dalam penanggulangan bencana, yaitu penanggulangan bencana secara multipihak dengan
melibatkan banyak pemangku kepentingan. Paradigma ini disebut juga paradigma Pengurangan Risiko.
Pendekatan ini merupakan perpaduan dari sudut pandang teknis dan ilmiah dengan mempertimbangkan
faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik dalam perencanaan pengurangan
risiko. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengelola dan menekan risiko terjadinya bencana. Dalam hal ini adalah
sangat penting memandang masyarakat sebagai subyek, bukan obyek dari
penanggulangan bencana.
Undang-undang no. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
bencana mengatur tentang tiga tahap penganggulangan bencana, yaitu tahap
pra bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana. Tahap pra Bencana
adalah tahap saat tidak terjadi bencana dan/atau situasi di mana terdapat
potensi terjadi bencana. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengurangi
risiko bencana dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Hal-hal yang
mungkin dilakukan pada tahap tidak terjadi bencana, antara lain:
1. Perencanaan PB;
2. Pengurangan risiko bencana; Pencegahan;
9
3. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
4. Persyaratan analisis risiko bencana;
5. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
6. Pendidikan dan pelatihan;
7. Persyaratan standard teknis PB
Pada tahap pra bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana, hal-hal yang dapat
dilakukan adalah Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan. Pencegahan dan Mitigasi yaitu kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh
bencana. Sebagai contoh, pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan atau larangan memasuki
daerah rawan bencana; pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat; pemindahan penduduk
dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman; penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan
masyarakat; dan pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan, dan
mengurangi dampak bencana.
Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan gangguan terhadap
tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan
terjadi, dengan menyiapkan personil evakuasi, kesehatan, menyiapkan posko atau lokasi evakuasi,
berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pemerintah setempat, mengevakuasi kelompok rentan terlebih
dahulu ke lokasi yang lebih aman, dll.
Tahap saat terjadi bencana atau biasa juga disebut sebagai masa tanggap darurat merupakan
respon cepat untuk menolong dan mengurangi penderitaan korban pada saat terjadi bencana. Tahap pasca
bencana yaitu masa rehabilitasi dan rekontruksi setelah bencana. Tujuannya untuk memulihkan kondisi fisik
dengan membangun kembali daerah pasca bencana.
Hal utama dalam Perencanaan Penanggulangan Bencana (Disaster Management Planning) adalah
(1) pengenalan dan pengkajian ancaman
bencana; (2) pemahaman tentang
kerentanan masyarakat; (3) analisis
kemungkinan dampak bencana; (4) pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana; (5)
penentuan mekanisme kesiapan dan
penanggulangan dampak bencana; dan (6)
alokasi tugas, kewenangan, dan
sumberdaya yang tersedia.
Pengetahuan mengenai
bencana terutama untuk cara pandang baru
dalam tahap pra bencana belum banyak
dipahami oleh masyarakat Indonesia. Hal
ini berakibat, kerugian yang ditimbulkannya
pun masih sangat besar. Kesadaran dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi ancaman bencana perlu
diberikan sedini mungkin. Salah satunya
dengan cara memasukkan pengetahuan
tentang kebencanaan pada murid sekolah, mulai dari tingkat bawah hingga atas termasuk adalah sekolah
luar biasa.
Sekolah Luar Biasa merupakan lembaga pendidikan khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak
dengan kebutuhan khusus (ABK). Dalam UU PB no. 24 disebutkan bahwa penyandang cacat merupakan
salah satu kelompok rentan. Kelompok rentan terdiri atas: Bayi, balita, anak-anak, ibu menyusui,
penyandang cacat, dan orang lanjut usia (Pasal 55 ayat 2). Sebagai lembaga pendidikan dengan murid
berkebutuhan khusus, yang juga merupakan kelompok rentan, sekolah sebagai rumah kedua memiliki
pengaruh langsung dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan pengetahuan. Selain itu, sekolah seharusnya
juga turut mengambil peran dalam upaya penanggulangan bencana, setidak-tidaknya dengan
menyelenggarakan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana.
Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses
pembelajaran untuk pemberdayaan peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus), sebagai
upaya pengurangan risiko bencana, dan membangun budaya aman, serta tangguh terhadap bencana.
Tujuan pendidikan untuk PRB adalah:
1. menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2. menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
3. mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial,
pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan perilaku dan motivasi.
DisasterRiskManagement
10
4. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana,
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko
bencana.
5. mengembangkan upaya untuk PRB di atas, baik secara individu maupun kolektif.
6. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana.
7. meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.
8. mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi
dan mengurangi dampak terjadinya bencana.
9. meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.
Melihat tujuan pendidikan PRB, maka bahan ajar/materi pembelajaran tentang kebencanaan
kebencanaan terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), sikap, dan keterampilan tentang
pengurangan risiko bencana.
11
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Kondisi geografis Indonesia yang rentan terjadi bencana menuntut siswa-siswi di sekolah termasuk
sekolah luar biasa memiliki pengetahuan tentang kebencanaan dan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan,
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Muatan pendidikan PRB untuk SLB disusun dengan
mempertimbangakan bahwa peserta didik di SLB merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang
termasuk dalam kelompok rentan. Muatan pendidikan PRB ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik ABK memiliki peluang dan kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain saat terjadi
bencana. Untuk mencapai hal itu, diperlukan peningkatan kapasitas siswa sesuai dengan potensi,
kebutuhan, perkembangan siswa, di mana proses pembelajaran dilakukan oleh Guru sebagai fasilitator
dalam belajar.
Pendidikan kebencanaan merupakan kumpulan pengetahuan yang terkait dalam upaya PRB, yaitu
hubungan antara ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko. PRB, dijalankan untuk mengurangi dampak
buruk bencana yang mungkin timbul, terutama dalam situasi tidak terjadi bencana. Bagaimana mengurangi
dampak, terlebih dahulu Guru mengajak siswa untuk mengetahui dan memahami tentang apa itu bahaya,
bencana, kerentanan, kapasitas, maupun risiko.
A. Bahaya dan Bencana
Mari kita lihat, manakah dari gambar berikut yang bahaya dan bencana?
Gambar a. Gambar b
Sumber: Vanda Lengkong, “Pelatihan Identifikasi dan Pengkajian Risiko Bencana dengan Pelibatan Aktif
Anak untuk Mitra Plan Indonesia
Kita bayangkan gambar a, gambar bangunan tersebut adalah sekolah, dan ketika aktivitas belajar
mengajar sedang berjalan terjadi gempa bumi. Melihat gambar, kemungkinan batu yang berada di puncak
gunung tersebut akan jatuh dan berpotensi menyebabkan kerusakan jika terjadi gempa bumi atau tanah
longsor. Inilah yang disebut dengan bahaya. Sedangkan peristiwa yang menyebabkan batu menimpa
sekolah (gambar b) hingga terjadi kerusakan dan korban jiwa merupakan konsep dari bencana.
Bahaya atau ancaman (Hazard) adalah suatu kejadian/peristiwa yang mempunyai potensi yang dapat
menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, atau kerusakan lingkungan. Menurut United
Nations‐International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), bahaya dibedakan menjadi lima kelompok,
yaitu:
a) Bahaya beraspek geologi, antara lain gempa bumi, Tsunami, letusan gunung berapi, dan gerakan tanah
(mass movement) atau tanah longsor.
b) Bahaya beraspek hidrometeorologi, antara lain: banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang.
c) Bahaya beraspek biologi, antara lain: wabah penyakit, hama, penyakit tanaman dan hewan/ternak.
d) Bahaya beraspek teknologi, antara lain: kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, kegagalan
teknologi.
e) Bahaya beraspek lingkungan, antara lain: kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, pencemaran limbah.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau non-alam, maupun faktor
manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007).
International Strategy for Disaster Reduction tahun 2004 menguraikan bahwa bencana adalah suatu
gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas
pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan, yang melampaui kemampuan
12
masyarakat bersangkutan untuk mengatasi, dari sumberdaya mereka sendiri. Jenis bencana menurut UU
PB 24 tahun 2007, adalah bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh kejadian alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan,
angin puting beliung atau angin topan, dan tanah longsor. Sedangkan, bencana non alam adalah bencana
yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa non alam, antara lain berupa kegagalan teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
B. Kerentanan
Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-
proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat
dalam menghadapi bahaya (hazard).
Kelompok rentan seperti yang tercantum dalam UU PB no 24 tahun 2007 antara lain terdiri dari
anak-anak, bayi, ibu hamil dan ibu menyusui, penyandang cacat (difabel), dan orang tua/manula. Di Sekolah
Luar Biasa, peserta didik yang merupakan anak berkebutuhan khusus masuk dalam kelompok rentan.
Selain itu, seorang guru yang sedang hamil atau menyusui juga termasuk kelompok rentan jika terjadi
bencana. Selain manusia, lokasi/bangunan juga bisa masuk dalam kategori rentan bencana. Sebagai
contoh, bangunan dinding perpustakaan yang sudah rapuh juga termasuk dalam kondisi rentan bencana.
Termasuk buku-buku dan sarana lain yang ada di dalamnya juga dianggap rentan bencana.
Contoh Kerentanan:
 Penyandang cacat/Anak Berkebutuhan Khusus (kelompok rentan)
 Meja dan kursi yang rapuh (tidak kokoh)
 Pengetahuan warga sekolah tentang potensi bencana (ancaman) kurang
 Bangunan sekolah retak-retak
C. Kapasitas
Kapasitas (Capacity) adalah penguasaaan sumber daya, cara, dan kekuatan yang dimilliki individu
atau masyarakat yang memungkinkan mereka mempersiapkan diri, mencegah, menanggulangi,
mempertahankan diri, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.
Kapasitas sekolah adalah kekuatan dan sumberdaya yang ada pada tiap individu (siswa, tenaga
pendidik guru, dan tenaga pendidik non guru) dan sekolah yang mampu mencegah, melakukan mitigasi,
siap menghadapi, dan pulih dari akibat bencana dengan cepat.
BENCANA ADALAH PERISTIWA ATAU
RANGKAIAN PERISTIWA YANG
MENGANCAM DAN MENGGANGGU
KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN
MASYARAKAT YANG DISEBABKAN, BAIK
OLEH FAKTOR ALAM DAN/ATAU
FAKTOR NON-ALAM SEHINGGA
MENGAKIBATKAN TIMBULNYA KORBAN
JIWA MANUSIA, KERUSAKAN
LINGKUNGAN, KERUGIAN HARTA
BENDA DAN DAMPAK PSIKOLOGIS
BENCANA ALAM ADALAH BENCANA
YANG DIAKIBATKAN OLEH PERISTIWA ATAU
SERANGKAIAN PERISTIWA YANG
DISEBABKAN OLEH ALAM ANTARA LAIN
BERUPA ; GEMPA BUMI, TSUNAMI, GUNUNG
MELETUS, BANJIR, KEKERINGAN, ANGIN
TOPAN DAN TANAH LONGSOR
BENCANA NON-ALAM ADALAH
BENCANA YANG DIAKIBATKAN OLEH
PERISTIWA ATAU SERANGKAIAN PERIS-TIWA
YANG ANTARA LAIN BERUPA ; GAGAL
TEKNOLOGI, GAGAL MODER-NISASI,
EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT
BENCANA SOSIALADALAH BEN-CANA
YANG DIAKIBATKAN OLEH PERIS-TIWA ATAU
SERANGKAIAN PERISTIWA YANG
DIAKIBATKAN OLEH MANUSIA YANG
MELIPUTI KONFLIK SOSIAL ANTAR
KELOMPOK ATAU ANTARKOMUNITAS
MASYARAKAT DAN TEROR
DEFINISI BENCANA
(U.U. NO. 24/2007)
13
Contoh Kapasitas:
 Warga sekolah terlatih siaga bencana
 Peralatan pertolongan pertama lengkap dan siap pakai
 Pengetahuan warga sekolah tentang potensi bencana baik
 Ada alokasi dana untuk kegiatan PRB
 Ada alat pelindung kepala yang disiapkan di dekat meja atau kursi bagi ABK
Catatan
Di dalam kelas terdapat banyak sarana dan prasarana yang berisiko.
Sebagai contoh, sebuah almari di dalam kelas sebaiknya dikaitkan pada
dinding dengan menggunakan siku, agar saat terjadi guncangan tidak
jatuh dan menimpa. Selain itu, pada bagian almari juga dapat diberi
penahan buku seperti kayu agar buku-buku tidak jatuh dan mengenai
siswa ABK, khususnya ABK daksa yang menggunakan kursi roda karena
posisi yang lebih rendah.
Untuk peralatan elektronik seperti CPU,
gunakanlah pengait ke dinding atau meja agar
tidak terjatuh, sebab jika terjatuh akan
menghalangi jalan keluar bagi ABK. Langkah ini
juga berguna agar peralatan elektronik tidak
rusak karena terjatuh, saat terjadi guncangan.
Hindari juga meletakkan benda elektronik yang
ringan di atas meja pinggir, sebab jika terjadi
guncangan bisa terjatuh, rusak atau menimpa
anak-anak.
Bagaimana cara mengukur kapasitas sumberdaya yang dimiliki sekolah saat terjadi bencana?
Dengan cara sederhana, kita dapat membuat tabel sebagai berikut dan melakukan daftar periksa:
No Jenis Kapasitas Punya Tidak Punya
1 Pengetahuan:
Apakah warga sekolah memiliki pengetahuan
yang cukup terhadap bencana?
2 Kebijakan:
Apakah sekolah memiliki kebijakan tentang
kebencanaan?
3 Sumberdaya:
Apakah sekolah memiliki dana untuk
mengantisipasi bencana, mengadakan alat-alat
pertolongan pertama, mengadakan sarana
peringatan dini, dan sarana lainnya untuk
mobilisasi saat terjadi bencana?
4 Keterampilan:
Apakah warga sekolah memiliki keterampilan
untuk menghadapi bencana, seperti tidakan
perlindungan diri dan evakuasi?
Dalam pengurangan risko bencana yang perlu kita perhatikan adalah meningkatkan kapasitas yang
sudah kita miliki ataupun belum untuk mengantisipasi ancaman bencana. Kita juga dapat membuat ceklist
sederhana, seperti ceklist keadaan kelas kita, misalkan kita membuat daftar tentang kondisi peralatan di
kelas, apakah masih baik atau rapuh, ada atau tidak ada. Contoh upaya kesiapsiagaan terhadap ancaman
gempa bumi adalah (langkah pertama) melindungi kepala dan badan kita dari runtuhan atap, dengan
berlindung di bawah meja atau melindungi kepala dengan tas, helm, atau buku tebal. Maka daftar cek list
yang kita buat bisa berisikan jenis sumberdaya tersebut.
D. Risiko
Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu, berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, tindakan mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Sederhananya risiko adalah
kemungkinan hal buruk yang bisa terjadi.
14
Contoh Risiko:
 Warga sekolah (siswa dan guru)
 Bangunan sekolah
 Kegiatan belajar mengajar
 Sarana dan prasarana sekolah
Guru dan siswa merupakan bagian elemen yang berisiko. Bangunan sekolah, perabotan sekolah
(mebel), buku-buku, dan lingkungan sekolah sebagai suatu kelembagaan juga mempunyai elemen-elemen
berisiko, jika terjadi suatu bencana.
a. Apakah sumber-sumber risiko?
Secara umum, kita dapat mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada di lingkungan rumah atau
sekolah, dalam bentuk ancaman alam, ancaman sosial, dan ancaman teknologi.
Sebagai contoh, kita bisa mengidentifikasi apakah lokasi sekolah kita dekat dengan gunung berapi yang
masih aktif atau dekat dengan sungai yang sering dilanda banjir. Jika keberadaan sekolah dekat, maka
letusan gunung dan banjir merupakan sumber risiko alam yang setiap saat dapat mengancam sekolah.
Contoh: sekolah yang jaraknya 5 Km dari Gunung Merapi, atau berada di sekitar sungai Gendol.
Mengetahui sumber risiko teknologi bisa dilakukan, sebagai contoh, dengan mengidentifikasi, apakah
sekolah atau rumah kita berada di sekitar lokasi pabrik. Karena, bisa jadi kerusakan yang terjadi di pabrik
akan mengakibatkan pencemaran lokasi di sekitar pabrik yang dapat mengganggu sekolah atau tempat
tinggal. Contoh, kasus meluapnya lumpur Lapindo di Jawa Timur.
Contoh:
Ada seorang anak mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan helm, padahal
remnya tidak berfungsi, apa yang mungkin bisa terjadi?
Anak tersebut kemungkinan akan mengalami kecelakaan, seperti terjatuh dan mengalami cedera
parah. Inilah risiko jika berkendara dengan kecepatan tinggi dengan rem yang tidak berfungsi. Potensi buruk
yang terjadi adalah kecelakaan.
Risiko adalah hal biasa yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, apalagi kondisi ABK
yang rentan mengalami gangguan mobilitas. Namun, kita juga bisa memperkirakan, menguranginya, bahkan
mencegahnya. Bagaimana menilai kemungkinan terjadinya suatu risiko?
Penilaian risiko adalah suatu usaha untuk mempelajari, mencari tahu, dan memperkirakan hal-hal
yang dapat memengaruhi dan memungkinkan sesuatu yang buruk terjadi, yang dapat mendatangkan
kerugian bagi diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat yang lebih luas. Mengelola atau mengurangi risiko
berarti membatasi kemungkinan terjadinya hal buruk yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian.
Khusus untuk ABK, kita dapat melakukan penilaian risiko tertentu terhadap ancaman bencana yang
ada. Sebagai contoh, jika terjadi gempa bumi saat kita berada di dalam kelas, apa risikonya? dan
bagaimana mengurangi risikonya?
15
E. Hubungan Bahaya, Kerentanan, dan Kapasitas
Risiko Bencana dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar. Hubungan antara Bahaya, Kerentanan dan Kapasitas
Risiko bencana akan kecil jika kapasitas yang dimiliki oleh individu atau masyarakat (sekolah) cukup
untuk menghadapi bencana. Sedangkan risiko bencana akan berdampak besar jika kita tidak memiliki cukup
banyak kapasitas yang dapat digunakan untuk menghadapi bencana.
16
BAB III
PEMBELAJARAN KEBENCANAAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DIFABILITAS DAKSA
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan khusus dalam upaya Pengurangan Risiko
Bencana yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Contohnya, anak tunanetra
memerlukan modifikasi teks bacaan tentang PRB menjadi tulisan Braille, sedangkan tunarungu memerlukan
komunikasi tentang pembelajaran kebencanaan menggunakan bahasa isyarat.
Anak berkebutuhan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai
dengan kekhususannya masing-masing. SLB
bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk
tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk
tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda,
Namun adapula yang juga sekolah di sekolah
umum atau sekolah inklusi.
Anak berkebutuhan khusus daksa adalah
individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy,
amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan
pada tunadaksa adalah (1) ringan, yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetapi masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, (2) sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, (3) berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
Ada beberapa asas dalam aksesibilitas yang harus diperhatikan antara lain: (Darmawan,2009)
1. Kemudahan, semua orang dapat mencapai semua tempat/bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan.
2. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat/bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan.
3. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang digunakan untuk umum dalam suatu lingkungan terbangun,
harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
4. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk, dan mempergunakan semua
tempat/bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan, tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
A. Apa Pentingnya Pembelajaran Kebencanaan?
Di dalam lingkungan sekolah, peristiwa bencana secara tidak terduga bisa saja dapat terjadi, seperti
peristiwa gempa bumi, kebakaran, banjir, gunung meletus, tanah longsor, ataupun angin puting beliung.
Apakah hal ini sudah kita pikirkan? Bagaimana cara mengatasi? Sebuah kejadian yang besar dapat
menimbulkan akibat atau dampak yang besar pula untuk mengatasinya. Seperti di sekolah, memang
dibutuhkan keterlibatan lebih banyak tenaga pendidik Guru, tenaga pendidik non guru (penjaga sekolah, tata
usaha), dewan sekolah, bahkan juga orang tua, pendamping, masyarakat sekitar, hingga pemerintah
setempat. Pelibatan seluruh pemangku kepentingan di lingkungan sekolah seharusnya tidak dilakukan
secara mendadak, namun butuh perencanaan dan persiapan yang dilakukan pada saat tidak terjadi
bencana (pra bencana). Membudayakan kesiapsiagaan di sekolah menjadi tanggung jawab seluruh
komponen sekolah, agar saat terjadi bencana kita dapat langsung bisa merespon dengan benar dan tepat
Sebagai lembaga pendidikan dengan murid berkebutuhan khusus, sekolah sebagai rumah kedua
memiliki pengaruh langsung dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan pengetahuan. Oleh karena itu,
sekolah seharusnya juga turut mengambil peran dalam upaya penanggulangan bencana dengan
menyelenggarakan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana (pendidikan sebaya). Pendidikan
pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk
pemberdayaan peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah, untuk pengurangan
risiko bencana, dan membangun budaya aman, serta tangguh terhadap bencana.
Kesiapsiagaan di sekolah didukung dengan keterlibatan seluruh pihak, yaitu:
17
- Kepala sekolah
- Dewan sekolah.komite sekolah
- Guru
- Penjaga sekolah
- Siswa
- Orang tua siswa
- Pendamping siswa ABK
- Masyarakat sekitar sekolah
- Pemerintah setempat
Sebagian penyandang cacat mengalami kesulitan untuk menyelamatkan diri pada saat bencana,
karena mungkin mereka kehilangan alat bantu mobilitas dan/atau kehilangan orientasi karena perubahan
lingkungan akibat bencana. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat membuat penyandang cacat menjadi
lebih rentan dalam situasi darurat:
a. Penyandang cacat cenderung terabaikan dalam pendataan keadaan darurat.
b. Kurangnya pengetahuan penyandang cacat tentang pengurangan risiko bencana.
c. Aksesibilitas fisik yang tidak baik.
d. Kurangnya sarana mobilitas.
e. Ketidakpahaman guru, pendamping, maupun orang tua tentang pengurangan risiko bencana dan teknik
penyelamatan penyandang cacat saat situasi darurat.
Pemenuhan Kebutuhan Bagi Penyandang Disabilitas untuk menghadapi kondisi darurat:
No. Jenis Kecacatan Kebutuhan Kegunaan
1 Cacat Daksa
(kesulitan mobilitas)
Pembuatan ramp
Pendamping bagi cacat
daksa yang tidak bisa
bergerak
Pada situasi yang tidak aman/darurat,
penyandang dapat mengakses tempat
evakuasi
2 Cacat Netra
(kesulitan melihat)
Tanda peringatan dini dan
jalur evakuasi yang
dirancang khusus
Membuat hand rail atau
pegangan tangan
Pencahayaan yang baik
(malam hari)
Penanda Jalan
Mengenali, memahami, dan menanggapi tanda
bahaya, dan lokasi evakuasi
Hand rail atau pegangan tangan di buat di jalur
evakuasi untuk tanda dan mempermudah
penyandang cacat netra bergerak menuju
lokasi evakuasi jika tidak ada pendamping
Membantu cacat netra mengenali tanda-tanda
(untuk cacat netra yang tidak buta total)
Mempermudah penyandang cacat mengenal
dan memahami jalur evakuasi yang aman
3 Cacat Grahita
(gangguan
intelektual)
Pendamping
Peringatan dini dan jalur
evakuasi menggunakan
simbol dan bahasa yang
sederhana
Pendamping yang mengetahui tentang PRB
dan memahami tanda bahaya dan lokasi
evakuasi
Simbol dan bahasa yang sederhana yang
diketahui dan dimengerti oleh cacat Grahita
sesuai dengan kemampuan intelektualnya
Sistem Komunikasi/Peringatan Bagi Penyandang Cacat untuk Keadaan Darurat
No. Jenis Kecacatan Sistem komunikasi/Peringatan
1 Cacat Daksa
(kesulitan mobilitas)
 Sistem peringatan menggunakan perangkat audio (suara) seperti alarm,
sirine, lonceng atau bunyi-bunyian yang lain
2 Cacat Netra
(kesulitan melihat)
 Sistem peringatan menggunakan perangkat audio (suara) seperti alarm, sirine,
lonceng, atau bunyi-bunyian yang lain
3 Cacat Grahita
(gangguan
intelektual)
 Sistem peringatan menggunakan bunyi/suara yang sederhana dan singkat
 Menggunakan tanda atau simbol seperti bendera warna khusus
 Pengumuman/pemberitahuan dari guru atau pendamping dengan jelas dan
singkat
Hal penting yang harus diingat oleh guru, orang tua, atau pendamping adalah pada kondisi pra
bencana, saat bencana, dan pasca bencana jangan menjauhkan mereka dari alat bantu mereka. Misalkan
18
penyandang cacat daksa yang kesulitan mobilitas, jangan pindahkan dia dari kursi rodanya, atau kreknya.
Begitu pula untuk penyandang cacat netra, jangan dijauhkan dari tongkatnya, sebab biasanya penyandang
cacat tersebut sudah memiliki kebiasaaan-kebiasaan seperti kenyamanan dengan alat bantunya masing-
masing.
Orientasi jalur dan lokasi evakuasi pada saat kondisi darurat
No Jenis Kecacatan Cara
1 Cacat Daksa
(kesulitan mobilitas)
 berilah mereka (penyandang cacat atau orang tua atau pendamping) peta
yang berisi jalur dan lokasi evakuasi, dengan gambar yang jelas
 bantulah melakukan uji coba evakuasi sesering mungkin
2 Cacat Netra
(kesulitan melihat)
 berilah mereka petunjuk verbal (audio) tentang peta dan jalur evakuasi
yang jelas
 pada saat ujicoba evakuasi berilah petunjuk verbal tentang kondisi jalur
seperti ada batu, ada selokan, ada pohon atau rintangan lainnya
 kenalkan mereka pada tanda-tanda jalur evakuasi misalkan jalur evakuasi
adalah jalur yang ada karpetnya, pegangannya, dsb. Dan biasakanlah
mereka mencoba terus.
3 Cacat Grahita
(gangguan
intelektual)
 berilah penyandang cacat atau orang tua atau pendamping peta evakuasi
dengan simbol dan uraian yang jelas dan sederhana
 pada saat ujicoba, berilah mereka penjelasan tentang kemungkinan
terjadi bencana, apa dan bagaimana yang harus dilakukan, dan apa
kegunaan dari tanda atau simbol dengan bahasa yang sederhana
Catatan: Libatkanlah penyandang cacat dalam membuat peta dan jalur evakuasi
19
BAB IV
PENGENALAN BENCANA ALAM
Peristiwa bencana yang melanda di Indonesia banyak yang disebabkan oleh kejadian alam yang
terjadi beberapa tahun ini, seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, angin topan atau puting beliung,
banjir bandang dan kekeringan. Tak kenal makan tak siaga, untuk itu berikut adalah pengetahuan dan
langkah-langkah kesiapsiagaan tentang beberapa jenis ancaman bencana yang disebabkan oleh faktor
alam yang pernah terjadi dan kemungkinan terjadi lagi di Yogyakarta.
A. GEMPA BUMI
a. Apa itu Gempa?
Gempa adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
b. Apa Penyebab Gempa Bumi?
Gempa bumi terjadi disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng tektonik
yang menyebabkan terjadi tumbukan dan juga dapat disebabkan karena aktivitas
gunung berapi (vulkanik).
20
21
c. Apa Saja Jenis-jenis Gempa Bumi?
Gempa bumi vulkanik adalah gempa yang terjadi karena
aktivitas gunung berapi. Sedangkan gempa bumi tektonik
adalah gempa yang terjadi karena bergeraknya lempang bumi
yang menimbulkan energi yang dilepaskan melalui gelombang
hingga ke daratan.
d. Bagaimana tanda-tandanya?
Gempa bumi vulkanik terjadi di sekitaran gunung berapi.
Tanda-tanda alamnya bisa kita amati diantaranya hewan-
hewan liar di lereng gunung berapi tersebut mulai turun
menuju ke dataran rendah ke wilayah pemukiman penduduk,
sehingga terkadang membuat binatang peliharaan penduduk
menjadi gelisah karena munculnya hewan-hewan liar.
Gempa bumi tektonik adalah gempa yang terjadi karena lepasnya sejumlah energi saat lempengan bumi
bergerak, yakni peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam
bumi secara tiba‐tiba. Energi yang dilepaskan tersebut dapat dirasakan hingga ke daratan setelah
dirambatkan melalui gelombang gempa, yang dirasakan sebagai guncangan gempa dan dirasakan berbeda
di setiap tempat.
e. Kapan Waktu Terjadinya?
Gempa bumi bisa terjadi kapan pun, siang atau malam, dan guncangannya mulai dari lemah hingga
kuat, serta waktu terjadinya hanya beberapa detik/menit saja. Belum ada metode untuk memprediksi kapan
akan terjadinya gempa bumi, namun kita bisa mengenali tanda-tanda alam yang biasanya sudah diketahui
oleh leluhur kita. Contohnya hewan yang berperilaku atau bersuara di luar kebiasaan dan pergi menjauhi
lokasi terjadinya perubahan alam.
Akibat Gempa Bumi:
 Bangunan Roboh (sekolah, rumah, dll)
 Cedera fisik; patah tulang, luka-luka
 Kebakaran akibat guncangan
 Tanah longsor akibat guncangan
 Sumber air banyak yang mati/hilang
 Jatuhnya korban jiwa (meninggal dunia)
 Gangguan psikologis (trauma, stress, gila)
 Aktifitas pencaharian terganggu
 Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami
f. Apa Yang Harus Kita Lakukan Saat Terjadi Gempa?
Bila berada di dalam bangunan (sekolah/rumah):
 Jangan panik dan jangan menuju keluar. Berlindunglah di bawah meja kuat atau di bawah tempat tidur.
 Bila tidak ada dan tidak bisa, lindungilah kepala dengan tas sekolah, helm atau bantal, dan mendekatlah
ke sudut ruangan yang jauh dari kaca, almari, dan benda-benda lain yang mudah jatuh.
 Menjauh dari rak buku, almari, jendela kaca, dan benda-benda lain yang mudah jatuh karena
guncangan.
22
Gambar: Menyelamatkan diri dari Gempa Bumi
Bila berada di luar bangunan/ruangan:
 Jauhi bangunan tinggi, dinding, pohon, tiang listrik, tebing terjal, papan reklame, tiang bendera.
 Menuju ke tempat yang terbuka jauh dari pohon dan bangunan.
 Jauhi jalanan atau jalan raya dan kendaraan-kendaraan yang sedang berjalan atau yang sedang
terparkir.
g. Apa yang harus kita lakukan sesaat setelah guncangan berhenti?
 Bila di dalam ruangan, segeralah keluar satu persatu untuk menuju ke lokasi aman atau tempat terbuka,
sesuai jalur evakuasi yang telah di buat dan disepakati.
 Jangan lupa matikan sumber api, aliran listrik, dan barang elektronik yang lain.
 Periksa kondisi kita dan teman anda, apakah ada yang terluka. Jika ada, segera beri pertolongan
pertama pada luka.
 Nyalakan radio dan selalu dengarkan informasi.
Antisipasi terhadap ancaman bencana gempa bumi
1. Tempatkanlah tempat tidur atau lokasi belajar di sekolah jauh dari almari, kaca, dan barang lain yang
mudah jatuh.
2. Jangan jauhkan alat bantu mobilitas dari tempat duduk atau tempat tidur, seperti krek, dll.
3. Sediakan selalu helm, atau penutup kepala yang lain yang kuat yang dapat melindungi kepala, seperti
tas, bantal, atau buku tebal di kursi roda atau di dekat meja.
4. Siapkan selalu dalam tas sekolah, alat pertolongan pertama, peluit, senter, no telepon penting seperti
BPBD, keluarga dekat, minuman, dan makanan kecil.
5. Berlatih menyelamatkan diri (perlindungan) dan evakuasi secara rutin bersama keluarga atau teman dan
guru kelas.
Kesiapsiagaan sekolah:
1. Membangun sarana dan prasarana sekolah yang aksesibel bagi ABK daksa, seperti perlebar pintu
keluar kelas, pembuatan ramp dan hand rail.
2. Perkuat bangunan dengan konstruksi tahan gempa.
3. Penataan ruangan kelas yang aman, seperti jangan tempatkan almari dekat pintu keluar atau dekat
tempat belajar ABK. Jangan memasang benda-benda seperti figura kaca di dekat tempat belajar ABK
atau dekat pintu.
23
4. Penataan tempat duduk atau posisi ABK di kelas harus tepat. Misalkan penempatan ABK yang
menggunakan kursi roda ditempatkan di posisi depan, ABK yang menggunakan krek di tempatkan di
posisi belakang, ABK yang punya gangguan pada tangan ditempatkan di posisi belakang.
5. Membuat peta dan rencana evakuasi sekolah.
Daerah provinsi Yogyakarta merupakan wilayah rawan gempa bumi karena berdekatan dengan
gunung berapi dan lokasi patahan yang di kenal dengan sesar Opak. Wilayah rawan gempa bumi.
Sumber: UNCDR
Ilustrasi Gambar perlindungan diri dari gempabumi jika berada di dalam ruangan.
Karena tidak bisa melakukan tindakan ini, khusus untuk ABK Daksa yang menggunakan kursi roda
disarankan untuk menutup kepala dengan tas atau menyediakan helm di kursi roda. Bagi pengguna alat
bantu krek juga terkadang tidak biasa melakukan tindakan ini, sehingga disarankan untuk melindungi kepala
dengan tas atau juga helm dan berada di pojok ruangan yang jauh dari kaca, almari, dan benda lainnya
yang dapat jatuh.
B. ANCAMAN GUNUNG BERAPI
Daerah pertemuan tiga lempeng Eurasia, Pasifik dan Indo-
Australian ini sering disebut dengan istilah Cincin Api Pasifik atau
Lingkaran Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), yang merupakan jalur
rangkaian gunung api aktif di dunia. Daerah ini adalah daerah yang
sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Daerah itu
berbentuk seperti tapal kuda atau ladam dan cakupan wilayahnya
cukup luas, mencapai sepanjang 40.000 km.
Gunungapi Merapi yang terletak di utara Provinsi Yogyakarta
merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia. Gunung Merapi
termasuk ke dalam cincin api pasifik ini. Wilayahnya terletak di sebelah
utara Provinsi DIY, dan mencakup wilayah administratif 4 wilayah
Kabupaten. Sebelah selatan berada di wilayah kabupaten Sleman,
24
Propinsi DIY, sebelah barat berada di wilayah kabupaten
Magelang, sebelah timur berada di wilayah kabupaten Klaten, dan
sebelah utara berada di wilayah Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa
Tengah. Gunung ini hingga kini masih aktif mengeluarkan awan
panas.
a. Apa Penyebab Bencana Gunung Berapi?
Letusan gunung berapi terjadi karena adanya tekanan gas
bertenaga tinggi yang ada di dalam dapur magma, karena
pergerakan lempeng bumi atau karena adanya tumpukan magma
yang banyak.
Saat meletus, gunung mengeluarkan aneka macam materi.
Salah satu yang berbahaya adalah awan panas yang suhunya sangat tinggi. Tinggi suhu awan panas bisa
mencapai 200-700C sehingga dapat membakar serta meluluh-lantakkan benda apa pun yang dilewatinya.
Awan panas ini membawa abu, batu, dan gas beracun yang menjadi ancaman paling berbahaya dari
gunung api.
Selain itu, ada juga Lahar yang keluar dari gunung, yang dapat meluncur melewati lembah dan
sungai dengan kecepatan tinggi, menerjang dan menghancurkan apa pun yang ada di jalur luncurannya.
Abu yang dikeluarkan dari gunung berapi juga menimbulkan bahaya dan masalah bagi masyarakat dan
lingkungan, baik di sekitar kawasan maupun kawasan yang radiusnya jauh, ribuan kilometer. Seperti erupsi
Merapi tahun 2010, jangkauan abu vulkanik Merapi yang terbawa oleh angin mencapai hingga Propinsi
Jawa Barat. Bahkan saat letusan Gunung Krakatau yang terkenal kedahsyatannya, jangkauan abunya juga
dirasakan sampai di benua Eropa.
Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi, seperti bencana Gunung Merapi tahun 2010 lalu,
antara lain adalah:
1. Gas Beracun, yaitu gas yang keluar dari gunung terdiri dari H2S, HCN, SO2, CO, dan CO2. Apabila
terhirup dapat merusak paru-paru, bahkan dalam kadar yang berlebih dapat menyebabkan kematian.
2. Hujan Abu, yakni abu vulkanik gunung yang tebal dan berterbangan di udara, yang berasal dari letusan
yang membentuk ruang asap yang tinggi dan saat energi habis akan menyebar sesuai dengan arah
angin. Abu vulkanik merupakan partikel yang sangat kecil yang dapat masuk ke seluruh bagian sekolah
atau rumah, bahkan ke dalam peralatan elektronik. Abu gunung berapi berbeda dari debu biasa. Sudut
abu vulkanik berstruktur kristal dan memungkinkan untuk menggores dan mengelupas permukaan kulit,
jika diusap atau disapu. Abu yang terdapat di udara yang jika terhirup dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, seperti sesak nafas atau sulit bernafas. Apa saja yang harus kita lakukan?
25
Gambar: Hujan abu Gunung Merapi, 2010
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum hujan abu gunung api:
- Masker, kacamata pelindung, dan topi atau penutup kepala.
- Air minum yang cukup untuk bertahan kurang lebih 72 jam
dengan kebutuhan per orang 3-4 liter perhari.
- Makanan seperti biskuit atau makanan lain yang tidak mudah
rusak dalam waktu 72 jam.
- Plastik pelindung peralatan elektronik.
- Radio dan baterai cadangannya.
- Lampu darurat, senter, dan baterai cadangan.
- Selimut untuk daerah yang dingin.
- Stok obat-obatan yang cukup dan lengkap, seperti obat mata,
sakit kepala, obat batuk, dan obat untuk luka-luka.
- Peralatan pembersih debu seperti sapu, vacum cleaner,
sekop, kain lap/pel.
- Uang tunai (kas) untuk kebutuhan mendesak.
Gambar: masker
Hujan abu gunung api cukup berbahaya, maka kita lebih baik berada di dalam rumah selama beberapa jam
atau bahkan hari.
Langkah-langkah yang harus kita lakukan saat terjadi hujan abu vulkanik:
- Jika di dalam rumah atau sekolah, kita tutup jendela dan pintu.
- Jika berada di luar ruangan, segeralah masuk ke dalam ruangan atau ke dalam mobil dan tutup semua
pintu dan jendela dengan rapat.
- Tutup lubang-lubang angin (ventilasi) rumah atau sekolah dengan kain basah dan jangan dibuka hingga
hujan berhenti dan ruangan dibersihkan kembali.
- Tutup tempat-tempat penampungan air bersih maupun air minum agar tidak kemasukan abu.
- Tutup rapat seluruh bahan makanan atau makanan agar tidak terkena abu.
- Tutup rapat almari pakaian.
- Gunakan masker atau penutup mulut dan hidung (walaupun di dalam ruangan).
- Selalu dengarkan berita melalui televisi, radio, maupun internet untuk memantau aktivitas gunung api.
- Siapkan nomor telepon penting dan nomor keluarga atau kerabat, serta selalu nyalakan telepon
genggam, telepon rumah atau sekolah.
Tetap berada di dalam rumah atau sekolah dengan air minum dan makanan yang cukup, jangan panik
tetap tenang dan selalu membuat hiburan atau aktivitas di dalam ruangan dengan keluarga atau teman
untuk menghindari stress.
Hal-hal yang harus dilakukan setelah hujan abu:
- Membersihkan abu vulkanik di dalam ruangan dengan membasahi terlebih dahulu agar abu tidak
berterbangan dan terhirup.
26
- Untuk membersihkan karpet, tempat tidur, pakaian, dan barang-barang lainnya, gunakan kain dengan
menggunakan penyedot debu yang bisa dibawa (portabel), sehingga abu dapat di buang secara khusus.
- Jangan menggunakan lensa kontak saat membersihkan abu sebab bisa saja abu menempel pada lensa
kontak dan menimbulkan masalah kesehatan mata, gunakan kacamata biasa atau kacamata khusus.
- Tetap selalu gunakan masker di dalam dan di luar ruangan.
- Jika kita hendak membersihkan abu vulkanik di luar ruangan, hal yang harus kita pastikan adalah abu
vulkanik sudah terguyur oleh air hujan hingga beberapa saat.
- Untuk membersihkan atap rumah, kita harus berhati-hati sebab abu vulkanik yang menumpuk memiliki
berat berlebih dan untuk bangunan atap yang tidak kuat dapat runtuh dan abu vulkanik juga licin jika
terkena air.
Hal penting yang harus diingat:
- Jangan menyiram abu terlalu banyak karena akan mengeras dan sulit dibersihkan.
- Jangan membuag abu di saluran atau pipa air karena akan menyumbat.
- Jangan membuang abu ke halaman karena jika sudah kering akan kembali beterbangan. Lebih baik
kumpulkan abu dan masukkanlah ke dalam kantung atau ember dan di buang ke tempat khusus.
- Berhati-hatilah dalam membersihkan debu pada bagunan seperti atap, dll, karena abu vulkanik yang
terkena air cukup licin.
- Kain, sikat, dsb yang digunakan untuk membersihkan debu vulkanik harus dicuci atau dibersihkan pada
air yang mengalir.
Leleran lava adalah cairan dari dalam bumi (magma) yang keluar dari gunung. Lava bersuhu tinggi
(700-1200
0
C), bersifat pekat, panas, dan dapat merusak segala sesuatu yang dilaluinya. Kecepatan
alirannya dipengaruhi oleh kekentalan magma dan kemiringan lereng gunung. Semakin rendah
kekentalannya semakin jauh alirannya. Karena bersifat cair, umumnya lava mengikuti aliran lembah atau
lereng, dan bila sudah dingin lava berubah menjadi batu.
Lahar letusan adalah campuran air dan fragmen batuan yang mengalir menuruni lereng gunung atau
lembah sungai. Lahar ini ada yang panas dan ada yang dingin. Materi yang terbawa di dalam lahar adalah
material berukuran butir lempung hingga bongkahan baru, kadang berukuran lebih dari 10 meter. Volume air
dan lahar gunung berapi yang cukup besar pada kawah gunung berapi akan mengalir dan menjadi ancaman
di wilayah sekitar aliran sungai yang berhulu di sana.
27
Awan panas adalah campuran material letusan gas dan padat yang membentuk seperti gumpalan
awan dan pergerakkannya sangat cepat (150-200 km/jam), bersuhu sangat tinggi (600-1000
0
C), sehingga
berbahaya bagi penduduk yang tinggal di wilayah sekitar gunung berapi radius 2-20 km. Kejadian bencana
erupsi Merapi pada tahun 2010 yang lalu juga mengeluarkan awan padat atau yang di kenal dengan istilah
lokal ‘wedhus gembel’, karena gumpalan awan yang keluar dari gunung berbentuk seperti bulu kambing.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Kita tidak bisa menahan awan panas.
Tidak ada mahkluk hidup yang dapat
bertahan dalam suhu ribuan derajat
celcius. Bagi penduduk yang berada pada
zona rawan awan panas, selalu persiapkan
surat-surat berharga, obat-obatan, pakaian,
makanan, dan minuman, serta alat
penenerangan dan selimut jauh-jauh hari.
Sebelum bencana terjadi,
persiapkan juga kendaraan dengan
memastikan kondisi kendaraan, serta
bahan bakar dan peralatan mobilitas
lainnya bagi penyandang disabilitas, seperi
kursi roda, krek, tongkat, dsb. Sebaiknya
bagi penyandang disabilitas anak-anak dan
atau orang tua serta kelompok rentan yang
lain dievakuasi pada saat status waspada.
Untuk menyelamatkan diri, keluarga, dan harta benda, hal yang harus kita perhatikan adalah
kewaspadaan. Aktivitas gunung berapi selalu dipantau, selalu dengarkanlah informasi status dan
perkembangan bencana melalui media radio, internet, atau televisi. Laksanakan perintah atau himbauan dari
pihak berwenang, seperti pemerintah setempat, atau BPBD, mengenai kondisi dan situasi gunung berapi.
Jika ada perintah untuk menuju lokasi evakuasi atau pengungsian, maka laksanakan dengan segera, sebab
keluarnya awan panas pada letusan gunung berapi bisa terjadi dalam hitungan detik dan menit::
- Segera evakuasi kelompok kelompok rentan, salah satunya adalah penyandang cacat. Dahulukan para
kelompok rentan untuk diungsikan.
- Siapkan surat-surat berharga dan bawa serta saat mengungsi agar aman.
28
- Siapkan dan bawa pula obat-obatan khusus dan barang-barang berharga lainnya. Jangan lupa juga
uang tunai untuk kebutuhan di lokasi pengungsian.
C. TSUNAMI
Ancaman bencana tsunami di Yogyakarta yang cukup rawan berada di wilayah pesisir, yaitu di
bagian selatan propinsi ini, mencakup Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Mengapa? Karena
sebagian wilayah selatan adalah dataran yang langsung berhadapan dengan laut dan padat penduduk.
a. Apa itu tsunami?
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. “tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang. Secara
umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di Pelabuhan. Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang
laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana
 Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
 Pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami.
 Pembangunan Tsunami Early Warning System (TEWS).
 Pembangunan tembok penahan Tsunami pada garis pantai yang berisiko.
 Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai, untuk meredam gaya air
tsunami.
 Pembangunan tempat‐tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat/bangunan
ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian tsunami.
29
 Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal tentang
pengenalan tanda-tanda tsunami dan cara-cara
penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
 Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya
tsunami.
 Mengenali karakteristik dan tanda‐tanda bahaya
tsunami di lokasi sekitarnya.
 Memahami cara penyelamatan jika terlihat
tanda‐tanda tsunami.
 Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
dalam menghadapi tsunami.
 Memberikan laporan sesegera mungkin jika
mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami
kepada petugas yang berwenang: Kepala desa,
polisi, stasiun radio, SATLAK PB, dan institusi
terkait.
 Melengkapi diri dengan alat komunikasi.
c. Tindakan Kesiapsiagaan
Mengenali gejala yang mungkin terjadi :
 Biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat, biasanya lebih dari 6 skala richter, berlokasi dekat
pantai.
 Bila Anda menyaksikan air laut di pantai surut secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang
raksasa akan datang, yang merupakan tanda peringatan datangnya tsunami.
 Hembusan angin berbau air laut yang keras.
 Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama
yang besar dan membahayakan, tapi beberapa saat setelah
gelombang pertama akan menyusul gelombang yang jauh lebih
besar.
Saat mengetahui ada gejala, segera sampaikan pada semua orang.
Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat
hingga waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Mengungsi ke daerah
yang tinggi dan sejauh mungkin dari pantai, mengikuti tanda evakuasi,
melalui jalur evakuasi ke tempat evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya
bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
d. Tindakan Saat Tsunami Berlangsung, Prinsip-prinsip Cara Penyelamatan Diri:
 Kalau Anda berada di pantai atau di dekat laut, dan merasakan bumi bergetar, langsung larilah ke
tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Naiklah ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah, atau memanjat
pohon. Tidak perlu menunggu peringatan tsunami.
 Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada disekitarnya.
 Selamatkan diri anda, bukan barang anda.
 Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah berlari.
 Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit.
 Saling tolong-menolong, ajaklah tetangga tinggal di rumah anda, bila rumah anda selamat dari terjangan
tsunami. Utamakan anak-anak, wanita hamil, orang jompo, dan orang cacat.
 Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang sudah disepakati bersama.
e. Mengurangi Dampak Tsunami
 Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai, lebih dari 10 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan penelitian para ahli, daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah
akibat bencana tsunami, badai, dan angin ribut.
 Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem,
ketapang, waru, beringin, atau jenis lainnya.
 Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.
 Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas.
 Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.
f. Tindakan Setelah Tsunami Berlalu
 Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan kerusakan kepada jaringan
listrik PLN.
 Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman.
 Jauhi reruntuhan bangunan.
30
 Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat, atau lembaga keagamaan.
 Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama warga untuk melakukan
kegiatan yang positif. Misalnya mengubur jenazah, mengumpulkan benda-benda yang dapat
digunakan kembali, sembahyang bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat menolong
kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali kehidupan.
 Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerjasama dengan sesama warga lainnya, serta lembaga
pemerintah, adat, keagamaan, atau lembaga swadaya masyarakat.
 Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda untuk memberikan
pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus dilakukan bila ada tanda-tanda
tsunami akan datang.
19771994
2006
1907
2004
1921
?
Eurasian Plate
1833
Australian Plate
2005
?
1977
INTERSECTION BETWEEN 2 PLATES
??
?
?
19771994
2006
1907
2004
1921
?
Eurasian Plate
1833
Australian Plate
2005
?
19771994
2006
1907
2004
1921
?
Eurasian Plate
1833
Australian Plate
2005
?
1977
INTERSECTION BETWEEN 2 PLATES
??
?
?
Gambar kejadian Tsunami hingga tahun 2006
D. KEKERINGAN
a. Pengertian Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan baik untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Berikut adalah klasifikasi kekeringan yang
terjadi secara alamiah dan/atau ulah manusia.
1. Kekeringan Alamiah
a. Kekeringan Meteorologis, berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu
musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya
kekeringan.
b. Kekeringan Hidrologis,
berkaitan dengan
kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah.
Kekeringan ini diukur
berdasarkan elevasi muka
air sungai, waduk, danau,
dan elevasi muka air tanah.
Ada tenggang waktu mulai
berkurangnya hujan sampai
menurunnya elevasi muka
air sungai, waduk, danau
dan, elevasi muka air tanah.
Kekeringan hidrologis bukan
merupakan indikasi awal
adanya kekeringan.
31
c. Kekeringan Pertanian, berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air
dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode
waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala
kekeringan meteorologi.
d. Kekeringan Sosial Ekonomi, berkaitan dengan kondisi di mana pasokan komoditi ekonomi
kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan meteorologi, hidrologi, dan
pertanian.
2. Kekeringan Antropogenik.
Kekeringan yang disebabkan karena ketidak-taatan pada aturan terjadi karena:
a. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidaktaatan pengguna
terhadap pola tanam atau penggunaan air.
b. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber‐sumber air akibat perbuatan manusia.
b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan
Penanggulangan kekeringan disusun dan dirancang berdasarkan hasil peramalan dan monitoring
dari institusi formal seperti Badan Metereologi dan Geofisika mengenai kapan dan berapa lama musim
kemarau berlangsung. Namun kadang kita juga mengenali tanda-tanda alam, seperti perilaku hewan
tertentu, tanaman yang menggugurkan daunnya, dsb.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi masalah kekurangan air dengan memberi
pasokan air. Meskipun demikian, akan lebih baik jika kita melakukan penghematan terhadap penggunaan
air. Bagi para petani kekurangan air merupakan risiko, tanah tidak bisa ditanami. Biasanya petani akan
beralih profesi pada musim kemarau menjadi buruh atau bertahan dengan memanfaatkan sisa panen
sebagai sumber pangan sehari-hari.
Selain menghemat air, kita juga bisa menyiapkan lumbung pangan, menyiapkan dana cadangan
untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau, membuat embung sebagai penyimpan air, dan menanam
tanaman yang dapat mengikat air. Persiapan kebutuhan pangan dan dana cadangan sangat penting bagi
sekolah, keluarga, bahkan juga desa, terutama bagi kebutuhan kelompok rentan termasuk ABK.
32
E. TANAH LONGSOR
a. Apa Definisi Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah atau material campuran, yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Biasanya ini terjadi di
sekitar kawasan pegunungan atau perbukitan yang curam. Semakin curam kemiringan suatu kawasan,
semakin rentan terhadap bahaya longsor.
Gambar gerakan masa tanah
b. Daerah-daerah Rawan Longsor
Di antaranya:
 Daerah yang terletak di kaki bukit.
 Daerah dengan lereng tersusun oleh tanah yang mudah lepas dan padat pemukiman.
c. Hal-hal yang dapat memicu terjadinya Longsor
1. Getaran, misalkan Gempa bumi, ledakan atau getaran kendaraan berat pada lereng.
2. Pemanfaatan lahan pada lereng yang tidak tepat seperti pembebanan lereng yang berlebihan oleh
rumah atau bangunan dan pohon yang terlalu lebat serta pemotongan tanpa perhitungan.
d. Tanda-tanda Longsor?
1. Munculnya retakan lengkung memanjang pada lereng/bangunan.
2. Terjadi amblesan tanah.
3. Tiba-tiba muncul rembesan air lumpur pada lereng.
4. Tiba-tiba jendela pintu dan rumah sulit di buka, karena terjadi perubahan bentuk konstruksi pada saat
kondisi awal gerakan tanah.
5. Pohon-pohon/ tiang-tiang/ rumah-rumah miring.
6. Berubahnya bentuk bangunan rumah sehingga pintu dan jendela sulit dibuka.
7. Terdengar suara gemuruh dari atas lereng yang sejajar, biasanya terjadi setelah hujan.
8. Air sungai tiba-tiba keruh dan agak naik permukaannya (gejala banjir bandang yang di picu longsor).
9. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar, biasanya terjadi setelah hujan.
10. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
11. Keretakan pada lantai dan tembok bangunan.
12. Amblasnya sebagian lantai konstruksi bangunan ataupun tanah pada lereng.
33
13. Terjadinya penggembungan pada tebing lereng atau dinding konstruksi penguat lereng.
14. Miringnya pohon-pohon dan tiang pada lereng.
15. Munculnya mata air baru atau rembesan air pada lereng secara tiba-tiba.
16. Mata air pada lereng berubah keruh secara tiba-tiba.
17. Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.
Sebenarnya tanda-tanda tersebut mudah dikenali, dengan cara itu pula longsor dapat diprediksi dan
diantisipasi, oleh karena itu kita harus mengenali betul tanda-tandanya dengan memperhatikan kondisi
lingkungan sekitar kita.
e. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Longsor
Apa saja yang harus kita lakukan untuk mengurangi korban jiwa dan materi:
 Mengenali tanda-tanda/gejala lereng yang akan bergerak.
 Pemetaan daerah rentan dan rawan longsor, serta jalur evakuasinya.
 Pemetaan letak instansi-instansi penting (Rumah Sakit, Puskesmas, Kantor Desa dll) untuk penangan
korban pada saat kondisi darurat.
 Memasang tanda atau memberi rambu pada lereng-lerang yang rawan longsor.
 Pemasangan alat pantau atau alat peringatan dini longsor.
 Melakukan tindakan pencegahan, misalnya pengaturan drainase lereng (membuat saluran air
permukaan & bawah permukaan), melakukan rekayasa vegetasi, dan perbaikan pelandaian lereng.
 Koordinasi dengan aparat terkait di desa, kecamatan, dll.
 Hindari gangguan pada lereng, seperti penggalian, pemotongan, pembebanan, dan penggundulan
lerang yang tidak terkontrol.
 Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
 Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.
f. Kesiapsiagaan Longsor
Marilah memulai langkah kesiapsiagaan terhadap bahaya longsor sebagai berikut:
Sebelum terjadi longsor,
- Melatih diri, keluarga atau warga sekolah tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi
longsor.
- Mendiskusikan dengan keluarga atau warga di sekolah, sebagai berkumpul dan berlindung, dengan
memastikan tempat-tempat yang aman.
- Menyiapkan tas siaga, yang berisi obat-obatan, makanan, minuman, alat komunikasi, alat penerangan,
selimut, dan surat-surat berharga.
- Pembuatan sistem peringatan dini longsor dengan mempertimbangkan ABK.
- Membuat rencana evakuasi, tempat, dan sarana evakuasi, terutama bagi ABK dengan gangguan
mobilitas, dengan memperhatikan aksesibilitas.
- Penyususnan rencana kedaruratan, simulasi, atau ujicoba.
- Memasang rambu dan tanda-tanda lokasi evakuasi.
Saat terjadi longsor:
 Segera keluar dari area longsoran
 Lingkarkan tubuh seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala. Hal ini akan sulit dilakukan oleh ABK
dengan gangguan mobilitas. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan adalah dengan melindungi kepala
dengan helm.
 Segera menutup retakan tanah dengan material seperti lempung, agar air hujan tidak meresap masuk
dengan cepat.
 Menjauh dari lereng yang rentan pada saat hujan.
34
Setelah terjadi longsor:
- Evakuasi, pencarian, dan penyelamatan.
- Pemberian pertolongan pertama.
- Pengkajian cepat tentang kerusakan dan kerugian.
- Penyediaan kebutuhan dasar di lokasi pengungsian.
- Ikuti perkembangan kejadian bencana dengan mendengarkan informasi dan berkoordinasi.
- Perbaikilah lokasi longsor dengan pananaman, pembersihan puing, dan perbaikan rumah.
- Tetap waspada akan terjadinya longsoran kembali atau banjir yang mengikutinya.
F. ANGIN PUTING BELIUNG
a. Apa itu Angin Puting Beliung?
Bencana angin yang populer adalah Tornado. Sebutan Tornado atau badai sering membingungkan
masyarakat dan menakutkan mereka karena ketidaktahuan akan fenomena alam tersebut. Tornado
memang mempunyai daya rusak yang hebat, akan tetapi kejadian tornado tergantung dari skalanya.
Di Indonesia tornado memang ada, akan tetapi hanya pada skala F0 dan F1 atau sering dikenal
dengan puting beliung, angin puyuh, angin ribut, atau angin leysus. Jelasnya, perbedaan tornado dengan
puting beliung hanya pada penyebutan dan skala intensitasnya. Angin puting beliung terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara yang sangat ekstrim, biasanya terjadi pada musim hujan, sehingga terbentuk
angin disertai putaran kencang yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Putaran angin yang kencang
tersebut berbentuk melingkar dengan radius antara 5 hingga 10 m dengan kecepatan mencapai 20 hingga
30 knot. Angin puting beliung, yang masuk kategori tornado lemah, mempunyai ciri salah satunya bisa
menyebabkan kematian kurang dari 5%, memiliki tenggang waktu 1 sampai dengan 10 menit, dengan
kecepatan angin kurang dari 110 mph.
b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Angin Puting Beliung
 Struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis yang mampu bertahan terhadap gaya angin.
 Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin, khususnya di
daerah yang rawan angin badai.
 Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari serangan
angin badai.
 Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.
 Pembangunan fasilitas/bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai tempat
penampungan sementara bagi orang maupun barang, saat terjadi serangan angin badai.
 Pembangunan rumah yang tahan angin.
 Pengamanan/penguatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat membahayakan diri
atau orang lain di sekitarnya.
c. Kesipasiagaan terhadap Angin Puting Beliung
Masyarakat yang hidup di daerah pesisir yang rawan akan bencana ini bisa melakukan beberapa
tindakan persiapan menghadapi badai dan angin topan.
Apa yang kita lakukan sebelum terjadi bencana angin:
a. Menyadari risiko dan membuat rencana pengungsian. Mengetahui risiko dan cara mengungsi yang
cepat dan tepat adalah kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan ini
b. Melakukan latihan dengan menelusuri jalur-jalur evakuasi akan mempercepat dan memudahkan proses
pengungsian apabila diperlukan nanti
35
c. Mengembangkan rencana tindakan
Kapan harus bersiap untuk menghadapi badai dan angin topan? Apabila diperlukan, berapa lama
dibutuhkan untuk mengungsi? Apakah jalur pengungsian perlu diubah karena terlalu sulit?
 Menyiapkan kebutuhan yang diperlukan (persediaan penerangan dan makanan).
Pada saat peringatan akan adanya badai, setiap keluarga perlu menyiapkan bahan-bahan yang
diperlukan seperti lilin atau lampu senter, dengan persediaan batereinya (persediaan makanan bagi
setiap anggota keluarga, minimum untuk tiga hari ).
 Pencegahan di rumah-rumah
Menutup jendela-jendela dan pintu-pintu kaca dengan papan. Menurut penelitian terhadap angin,
disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan apabila tidak ada angin yang masuk.
 Mendengarkan radio untuk informasi darurat
BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas
penelitian dan peringatan akan ancaman. Biasanya badan ini menyiarkan peringatan kepada
masyarakat melalui radio. Bisa dengan radio komunikasi atau dengan radio komunitas.
d. Saat Terjadinya Bencana Angin
 Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi. Walaupun tidak ada anjuran,
masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi.
 Hindari kaca jendela, dan lindungi kepala. Jika mungkin, bersembunyilah di bawah tempat tidur atau
meja di sekolah. Untuk ABK dengan gangguan mobilitas yang tidak dapat berdiri, lindungilah kepala
dengan helm atau tas. Jangan panik, waspada bahaya yang terjadi.
Apabila dianjurkan untuk tinggal di dalam rumah :
 Semua persediaan sudah disiapkan.
 Jika diperlukan, tinggal di suatu ruangan yang paling aman
di dalam rumah.
 Matikan semua sumber api, aliran listrik, dan peralatan
elektronik.
 Terus mendengarkan radio agar mengetahui perubahan
kondisi.
Hindari Banjir
 Apabila banjir mulai masuk ke dalam rumah, naiklah ke
tempat yang lebih tinggi, jika memungkinkan. Waspada
terhadap ‘pusat’ angin topan. Pusat badai dan angin topan ini biasanya mencapai luas radius 30-50 km,
di mana badainya bisa mencapai radius 600 km.
 Pada saat ‘pusat’ badai ini lewat, keadaan biasanya lebih tenang dan tidak berawan, namun ini bukan
berarti badai telah berlalu.
e. Saran-saran tindakan setelah bencana angin terjadi:
1) Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman.
2) Banyak kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini. Untuk
memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
3) Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan menyalakan aliran listrik sebelum dinyatakan
aman. Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari kecelakaan, jalan yang terbaik
adalah menjauhi kabel-kabel ini.
4) Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau gas segera matikan
aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut sekeringnya.
5) Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi sangat sibuk pada
saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus diutamakan.
6) Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.
36
DAFTAR ISTILAH
Mitigasi Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (bersifat jangka panjang).
Kesiapsiagaan Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian masyarakat, serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Risiko Bencana adalah gabungan dari kharakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat
tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang
dimiliki unsur-unsur tersebut.
Peringatan Dini adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan
segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas, tidak membingungkan, serta resmi.
Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban, harta benda, evakuasi, dan pengungsian.
Penanggulangan Bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, saat sebelum, saat berlangsung, dan saat sesudah terjadi bencana, yang
mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan.
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang
tidak dapat menggunakan tangga.
Gempa Bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran atau pergerakan pada
bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa
tektonik dan gempa vulkanik.
Letusan Gunung Berapi/Gunung Meletus merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah ‘erupsi’. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu
lebat, lava, gas beracun, tsunami, dan banjir lahar.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang, yang ditimbulkan oleh gangguan
impulsif dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan oleh: (1) gempa bumi diikuti dengan
dislokasi/perpindahan massa/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di
dalam laut; (3) letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau.
Tanah Longsor adalah perpindahan material pembentukan lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
ataupun material campuran, yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Hal ini merupakan gejala alam
yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan dan perbukitan yang curam.
Banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimpah dari palung sungai
menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah. Selain itu sistem drainase dangkal yang menampung banjir buatan yang ada, tidak mampu
menampung akumulasi air hujan tersebut, sehingga meluap.
Angin Topan merupakan pusat angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih, yang sering
terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat dekat
dengan khatulistiwa. Angin topan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca.
Konflik Sosial/Kerusuhan Sosial adalah suatu gerakan masal yang bersifat merusak tatanan dan tata
tertib sosial yang ada, dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya, dan ekonomi yang biasanya dikemas
sebagai pertentangan antar agama/SARA.
Korban adalah orang atau sekelompok orang yang mengalami dampak buruk akibat bencana, seperti
kerusakan dan/atau kerugian harta benda, penderitaan, dan/atau kehilangan jiwa. Korban meliputi korban
meninggal, hilang, luka/sakit, menderita, dan mengungsi.
Kerusakan Harta Benda meliputi rumah, fasilitas pendidikan (sekolah, madrasah atau pesantren), fasilitas
kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik), fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara dan pura),
37
bangunan lain (kantor, pasar, kios), dan jalan yang mengalami kerusakan (ringan, sedang dan berat atau
hancur maupun roboh), serta sawah yang terkena bencana dan gagal panen (puso).
Aksesibilitas adalah kemudahan untuk menggunakan, masuk, keluar, dan memanfaatkan suatu fasilitas,
baik secara fisik maupun non fisik. Terkait dengan kebencanaan, aksesibilitas ini berupa jalur aksesibel bagi
pengguna kursi roda atau tongkat untuk menuju tempat evakuasi, media informasi PRB yang bisa
didapatkan dan dipahami oleh penyandang cacat.
Kelompok Rentan terkait dengan kebencanaan merupakan anggota masyarakat yang paling berpotensi
mengalami kesulitan atau risiko saat dan setelah terjadi bencana. Risiko atau kesulitan ini ditimbulkan antara
lain oleh tidak tersedianya aksesibilitas yang mendukung kemandirian atau keselamatan mereka. Contoh
kelompok rentan adalah: penyandang cacat, orang lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, anak kecil (bayi dan
balita), dll.
Orang Berkebutuhan Khusus adalah orang-orang yang memiliki kesulitan dalam bergerak, mendengarkan,
melihat, berkomunikasi, dan/atau belajar. Mereka dapat berasal dari semua kelompok umur termasuk anak-
anak yang disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Anak Tuna Daksa adalah anak yang mengalami hambatan gerak karena terdapat masalah pada otot,
tulang, maupun sendi. Karena hambatan yang dimilikinya, anak tersebut harus menggunakan alat bantu
gerak, contohnya kursi roda, krek, maupun organ gerak tiruan, seperti kaki palsu.
Bantuan Darurat (relief) merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi,
dan air bersih
Pemulihan (recovery) adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula, dengan melakukan upaya
memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rehabilitasi adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula, dengan melakukan upaya
memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan
ekonomi, untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya.
38
DAFTAR PUSTAKA
UN Secretariat Disability Paper (E/CN.5/2008/6) “Mainstreaming disability in the development agenda”
(February 2008, p-2), available at www.ods.un.org
Oosters, B, CBM International “Looking with a disability lens at the disaster caused by the Tsunami in South-
East Asia”, (2005).
Oosters, B, CBM International “Looking with a disability lens at the disaster caused by the Tsunami in South-
East Asia”, (2005).
Buku Panduan Guru: Pendidikan Siaga Bencana, 2008. MDMC, jakarta
Andriyanto, Wawan.2011. Aksi pemuda Panduan PRBBK untuk Pemuda, Kementerian pemuda dan
olahraga, jakarta.
Kurnian, Lilik dkk, 2011, Indeks Rawan Bencana Aindonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
Jakarta.
Benson, Charlotte; John Twigg. 2007. Perangakat untuk Mengarusutamakan PRB, Provention Consorsium
secretariat.
Modul Ajar Pengintegrasian PRB, 2009. Kementerian Pendidikan Nasioanl, Jakarta.
Panduan Pembelajaran Materi PRB untuk ABK, 2010. ASB, Yogyakarta.
Pengurangan Risiko Bencana Bagi Penyandang cacat, 2004. ASB,Yogyakarta.
Tim Fasilitator Crash Programme Forum PRB DIY, 2009, Modul Pelatihan pengarusutamaan PRB dalam
Program Pengembangan Masyarakat Sipil, Forum PRB DIY, Yogyakarta.
Modul Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas, 2011, IOM, Yogyakarta.
Dra. Maria Listiyani, 2009, Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangna Risiko Gempa Bumi bahan pengayaan
bagi Guru SD/MI, Puskur Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta.
Tim ASB Indonesia, Aksesibilitas Fisik: Panduan untuk mendesain aksesibilitas fisik bagi semua orang di
lingkungan sekolah, ASB, Yogyakarta.
Tim Penulis BNPB, 2009, Data Bencana Indonesia Tahun 2009, Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
Jakarta.
Tim Penyusun. 2009, Modul Pengurangan Risiko Bencana Crash Programme DIY, Forum PRB DIY.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udarapanjinugroho
 
Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerjaPencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerjaSoni Fariski
 
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani ) PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani ) Zayyin Nihayah
 
Soal ON MIPA-PT Biologi 2015
Soal ON MIPA-PT Biologi 2015Soal ON MIPA-PT Biologi 2015
Soal ON MIPA-PT Biologi 2015Nesha Mutiara
 
Napza materi ppt
Napza materi pptNapza materi ppt
Napza materi pptIin Inayah
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Tata Naipospos
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanAli Asnan
 
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Agus Witono
 
Bahan ajar human factor
Bahan ajar human factorBahan ajar human factor
Bahan ajar human factorbangkit bayu
 

Mais procurados (20)

Power point pencemaran udara
Power point pencemaran udaraPower point pencemaran udara
Power point pencemaran udara
 
Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerjaPencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerja
 
Pembuatan silase
Pembuatan silasePembuatan silase
Pembuatan silase
 
Kromosom
KromosomKromosom
Kromosom
 
Komunitas
KomunitasKomunitas
Komunitas
 
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani ) PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
PPT PENCEMARAN LINGKUNGAN ( Yani Sutriyani )
 
Soal ON MIPA-PT Biologi 2015
Soal ON MIPA-PT Biologi 2015Soal ON MIPA-PT Biologi 2015
Soal ON MIPA-PT Biologi 2015
 
karya ilmiah populer
karya ilmiah populerkarya ilmiah populer
karya ilmiah populer
 
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi PotongStrategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
Strategi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong
 
Napza materi ppt
Napza materi pptNapza materi ppt
Napza materi ppt
 
15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika
 
Iptek pada pertambangan
Iptek pada pertambanganIptek pada pertambangan
Iptek pada pertambangan
 
DASAR-DASAR K3
DASAR-DASAR K3DASAR-DASAR K3
DASAR-DASAR K3
 
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
Kesiapsiagaan Masuk dan Menyebarnya Wabah Penyakit Hewan Emerging dan Re-emer...
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
 
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
 
Perkawinan domba tepat waktu
Perkawinan domba tepat waktuPerkawinan domba tepat waktu
Perkawinan domba tepat waktu
 
Bioteknologi Modern
Bioteknologi ModernBioteknologi Modern
Bioteknologi Modern
 
Bahan ajar human factor
Bahan ajar human factorBahan ajar human factor
Bahan ajar human factor
 
Hakekat sains prof. djukri (1)
Hakekat  sains prof. djukri  (1)Hakekat  sains prof. djukri  (1)
Hakekat sains prof. djukri (1)
 

Destaque

Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
 
Gempa bumi, Tsunami, dan Gunung Berapi
Gempa bumi, Tsunami, dan Gunung BerapiGempa bumi, Tsunami, dan Gunung Berapi
Gempa bumi, Tsunami, dan Gunung BerapiAvidia Sarasvati
 
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)Putri Nadhilah
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Verani Nurizki
 

Destaque (7)

Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
 
Juli 1
Juli 1Juli 1
Juli 1
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
 
Bencana alam di asia tenggara
Bencana alam di asia tenggaraBencana alam di asia tenggara
Bencana alam di asia tenggara
 
Gempa bumi, Tsunami, dan Gunung Berapi
Gempa bumi, Tsunami, dan Gunung BerapiGempa bumi, Tsunami, dan Gunung Berapi
Gempa bumi, Tsunami, dan Gunung Berapi
 
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
 

Semelhante a Edited slb bahan ajar bencana_draf 1

Bab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nadBab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nadDheeaHmz
 
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberMohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberNizamNizam15
 
Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004dikiiiey
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganN Kurniawaty
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdfSPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdfAa Agus Koswara
 
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptxPower Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptxpurnomowidhi10
 
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencanaManajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencanahelmut simamora
 
KELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptx
KELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptxKELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptx
KELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptxIMDigital
 
Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesaiLaporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesaiRegister Undip
 
Daerah rawan tsunami di indonesia
Daerah rawan tsunami di indonesiaDaerah rawan tsunami di indonesia
Daerah rawan tsunami di indonesiaNusantara Cimenyan
 
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdfSebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdfShintoRisma
 
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanahelmut simamora
 

Semelhante a Edited slb bahan ajar bencana_draf 1 (20)

LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RALINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
 
Bab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nadBab 1 tugas nad
Bab 1 tugas nad
 
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final editedDikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
 
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberMohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
 
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTsLINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
 
Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004Makalah tsunami aceh 2004
Makalah tsunami aceh 2004
 
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
 
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan LingkunganMakalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
Makalah Bencana Tsunami NAD serta Dampak Pasca-tsunami bagi Kesehatan Lingkungan
 
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
PENDAHULUAN (Contoh Karya Ilmiah)
 
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdfSPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
 
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptxPower Point  - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
Power Point - AMAN BENCANA Sekolah.pptx
 
BENCANA
BENCANABENCANA
BENCANA
 
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencanaManajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
 
KELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptx
KELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptxKELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptx
KELOMPOK 2 MAKALAH GUNUNG BERAPI (AJ BJB 2021).pptx
 
Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesaiLaporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
Laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
 
Daerah rawan tsunami di indonesia
Daerah rawan tsunami di indonesiaDaerah rawan tsunami di indonesia
Daerah rawan tsunami di indonesia
 
Kesadaran geologi
Kesadaran geologiKesadaran geologi
Kesadaran geologi
 
Laporan Mitigasi bancana
 Laporan Mitigasi bancana Laporan Mitigasi bancana
Laporan Mitigasi bancana
 
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdfSebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
Sebuah Kumpulan Pemikiran Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.pdf
 
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencanaPenyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
Penyusunan manajemen rencana mitigasi bencana
 

Mais de Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)

Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 

Mais de Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar) (19)

Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdfSatuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
 
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdfLaporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
 
Laporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdfLaporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdf
 
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
 
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
 
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
 
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
 
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final editedDikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
 
Nj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pbNj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pb
 
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencanaPengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunisSekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
 
Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0
 
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
 

Edited slb bahan ajar bencana_draf 1

  • 1. 1 NASKAH SAYANG KELUARGA, SAYANG YOGYAKARTA, BELAJAR BENCANA Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana untuk Sekolah Luar Biasa (Difabilitas Daksa) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta © 2011
  • 2. 2 NASKAH Judul: SAYANG KELUARGA, SAYANG YOGYAKARTA, BELAJAR BENCANA Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana untuk Sekolah Luar Biasa (Difabilitas Daksa) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tim Penyusun:  Hasan Bachtiar (Koordinator)  Sunaring Kurniandaru  Yugyasmono  Ruhui Eka Setiawan  Yanet Paulina  Pudji Santoso Tim Penyunting:  Akhmad Agus Fajari  Irfan Afifi  Yahya Dwipa Nusantara Tim Pakar:  Ninil R. Miftahul Jannah, S.Ked.  Drs. Awang Trisnamurti  Trias Aditya, Ph.D.  Prof. Sutomo Wuryadi, Ph.D.  Ir. Heri Siswanto Penerbit: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Alamat : Jl. Cendana 9, Yogyakarta 55166 – INDONESIA Telefon : (0274) 541322, 583628 Faksimili : (0274) 513132 E-mail : dikporadiy@yahoo.com Website : www.pendidikan-diy.go.id © 2011
  • 3. 3 PENGANTAR Belajar dari bencana yang pernah melanda Yogyakarta, kesiapsiagaan menjadi sesuatu yang penting dalam rangka mengurangi risiko bencana. Dalam siklus penanganan bencana, kesiapsiagaan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum terjadinya suatu bencana (pra bencana). Kegiatan yang dilakukan pada saat pra bencana sebaiknya dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana maupun dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Buku ini disusun sebagai upaya mendiseminasikan informasi tentang kebencanaan dan tindakan- tindakan yang sebaiknya dilakukan pada saat situasi darurat bencana yang diperuntukan bagi guru SLB penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus (difabel), dengan kekhususan yang berhubungan dengan kemampuan motorik dan mobilitas (tuna daksa). Selain itu, buku ini juga bisa digunakan oleh orangtua maupun pendamping penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus. Tentu saja proses pembelajaran dalam buku ini dilakukan pada situasi tidak terjadi bencana, sebagai upaya kesiapsiagaan bagi anak/orang berkebutuhan khusus. Penyandang cacat merupakan kelompok rentan yang seharusnya dipenuhi hak dan kebutuhannya pada saat pra bencana, bencana, dan pasca bencana, agar tidak terjadi kerentanan ganda. Setiap orang, khususnya masyarakat yang rentan, berhak atas: perlindungan, pendidikan, pelatihan, keterampilan dalam proses penyelenggaraan penanggulangan bencana (PB), mendapat informasi kebijakan PB, dan berperan serta dalam perencanaan PB. Selain itu, dia juga berhak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan PB, yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya (UU PB no 24 tahun 2007). Upaya prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan terapi psikososial. Hal yang penting untuk kita ingat adalah memperlakukan penyandang cacat sebagai orang yang paling mengerti tentang kecacatannya sendiri, dan bertanya kepada mereka tentang bagaimana cara terbaik untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan cara pandang ini, kita dapat membuat perencanaan bersama dalam kegiatan Pengurangan Risiko Bencana dan rencana kedaruratan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal kita.
  • 4. 4 DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Paradigma Penanggulangan Bencana di Indonesia BAB II MATERI PEMBELAJARAN TENTANG KEBENCANAAN A. Bahaya dan Bencana B. Kerentanan C. Kapasitas D. Resiko a. Apakah sumber-sumber risiko? b. Hubungan Bahaya, Kerentanan, dan Kapasitas BAB III PEMBELAJARAN KEBENCANAAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAKSA A. Apa Pentingnya Pembelajaran Kebencanaan? BAB IV PENGENALAN BENCANA ALAM A. GEMPA BUMI a. Apa itu Gempa? b. Apa Penyebab Gempa Bumi c. Apa Saja Jenis-jenis Gempa Bumi? d. Bagaimana Tanda-tandanya? e. Kapan Waktu Terjadinya? f. Apa Yang Harus Kita Lakukan Saat Terjadi Gempa? g. Apa yang harus kita lakukan sesaat setelah guncangan berhenti? B. ANCAMAN GUNUNG BERAPI a. Apa penyebab Bencana Gunung Berapi? C. TSUNAMI a. Apa itu Tsunami? b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana c. Tindakan Kesiapsiagan d. Tindakan saat Tsunami Berlangsung, Prinsip-prinsip Cara Penyelamatan Diri e. Mengurangi Dampak Tsunami f. Tindakan Setelah Tsunami Berlalu D. KEKERINGAN a. Apa Definisi Kekeringan? b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan E. TANAH LONGSOR a. Apa Definisi Tanah Longsor b. Dearah-daerah Rawan Longsor c. Hal-hal yang dapat Memicu Terjadinya Longsor d. Tanda-tanda Longsor e. Upaya Pengurangan Resiko Bencana Longsor F. ANGIN PUTING BELIUNG a. Apa itu Angin Puting Beliung b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Angin Puting Beliung c. Kesipasiagaan terhadap Angin Puting Beliung d. Saat Terjadinya Bencana Angin e. Saran-saran tindakan setelah bencana angin terjadi DAFTAR SINGKATAN DAFTAR PUSTAKA
  • 5. 5 BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang rawan dengan ancaman bencana, baik dari aspek geografis, geologis, maupun demografis. Faktanya secara geologis, Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Eurasia di bagian utara, dan lempeng Pasifik di bagian timur. Ketiga lempeng tersebut terus bergerak, saling bertumbukan, kadang-kadang secara pelan, namun di lain waktu juga sangat keras. Petemuan antar lempeng inilah yang sering menimbulkan gempa bumi, jalur gunung api (ring of fire,) dan sesar atau patahan. Kondisi geologi yang demikian menyebabkan ancaman bencana di Indonesia tinggal menunggu waktu. Secara historis, bencana seperti gempa bumi yang diikuti oleh tsunami, gunung meletus, angin topan, tanah longsor, banjir, dan kekeringan telah melanda Indonesia hampir setiap tahun. Tidak sedikit kerugian baik korban jiwa maupun harta benda dan trauma psikis akibat bencana yang terjadi. Sumber: www.bnpb.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang rawan akan bencana, dilihat dari kondisi geologis, geografis, dan tipologinya. Provinsi DIY, secara tipologis, memiliki gunung Merapi, Laut Selatan, kondisi sungai yang berhulu di Merapi, juga terdapat patahan atau sesar di bawah Sungai Opak (Kali Opak). Selain itu, juga terdapat dataran tingi atau pegunungan, dengan tingkat populasi kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kondisi inilah yang membuat Yogyakarta dihantui ancaman bencana yang besar seperti Gempa Bumi, Gunung Api, Banjir, Tsunami, Tanah Longsor, Angin Topan/ribut, Kekeringan, dan Epidemi DBD. Faktor-faktor yang menyebabkan Yogyakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam adalah: 1. Di sebelah utara berdiri Gunung api Merapi yang merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan siklus letusan 3-4 tahun, memiliki luas ± 582,81 km 2 dan ketinggian 80-2.911 m. 2. Di sebelah barat terdapat pegunungan yaitu daerah pegunungan Kulon Progo yang susunan materialnya merupakan material vulkanik tua dan lapuk, sehingga sangat mudah mengalami longsor, memiliki luas ± 706,25 km 2 dan ketinggian 0-572 m. 3. Di sebelah selatan, Yogyakarta dibatasi oleh laut (samudera Hindia) dan terbentang lahan pesisir pantai yang landai mulai dari Parangtritis hingga Kecamatan Temon, Kulonprogo, dan karena karakteristik inilah maka yogyakarta rawan tsunami, memiliki luas ± 1.656,25 km 2 dan ketinggian 150-750 m.
  • 6. 6 4. Di sebelah timur terdapat dua sistem pegunungan yang secara geologis mempunyai sifat dan proses pembentukan yang berbeda, yaitu pegunungan Baturagung di sisi utara yang memiliki karakteristik material vulkanik tua, seperti pegunungan di kulon progo. Di wilayah ini sering terjadi bencana longsor dan gempa bumi karena juga terdapat patahan lempeng. Selain itu, juga terdapat Pengunungan sewu/seribu di sisi selatan yang mempunyai material batu kapur, yang punya karakteristik sulit menahan air, sehingga rawan kekeringan. ` Sumber: BAKSEBANGLINMAS-DIY Potensi bencana di Yogyakarta dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Bencana gunung api Merapi mengancam di wilayah Sleman bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar aliran sungai yang berhulu di Puncak dan Lereng Merapi, seperti sungai Gendol, Krasak, sungai Boyong, Kali Kuning, hingga sampai wilayah kota Yogyakarta yaitu bantaran kali Code. 2. Bencana longsor dan erosi mengancam wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat serta perbukitan di Gunung kidul bagian utara. 3. Bencana banjir mengancam daerah pantai selatan di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul 4. Bencana kekeringan juga biasa terjadi di Kabupaten Gunung Kidul dan sebagian wilayah Kabupaten Kulon Progo 5. Bencana tsunami berpotensi mengancam daerah pantai selatan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, serta di Kabupaten Gunungkidul. 6. Bencana alam akibat angin biasa terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan wilayah Kota Yogyakarta. 7. Bencana Gempa Bumi berpotensi terjadi di wilayah Yogyakarta, baik disebabkan oleh gempa vulkanik maupun tektonik, yang berpotensi terjadi karena terdapat Gunung api dan berdekatan dengan kawasan tumbukan lempeng (subduction zone) di bagian selatan wilayah DIY (sungai Opak).
  • 7. 7 Peta Risiko Bencana di Yogyakarta Sumber: BAKSEBANGLINMAS-DIY Indeks Risiko Bencana di Yogyakarta 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 Dampak (consequences) KemungkinanKejadian(likelihood) Gempa Bumi Tsunami Banjir Tanah Longsor Erupsi Gunung Api Kekeringan Deman Berdarah Angin Ribut Kekeringan Gempa bumi TsunamiAngin Ribut Epidemi DBD Erupsi Gunung Api Tanah Longsor Banjir Fakta Kejadian Bencana: Pada tahun 2010, terjadi 644 kejadian bencana di Indonesia.  Korban jiwa 1.711 orang, menderita dan hilang sekitar 1.398.923 orang.  Rumah rusak berat 14.639 unit, rusak sedang 2.830 unit, dan rusak ringan 25.030.
  • 8. 8  Total kerugian dan kerusakan sekitar Rp 15 trilyun. Tiga kejadian bencana dengan kerugian paling besar, yaitu:  Banjir bandang Wasior (5 Oktober 2010)  Gempabumi dan tsunami Mentawai (25 Oktober 2010)  Erupsi gunungapi Merapi (26 Oktober 2010) Fakta kejadian bencana di Yogyakarta, Gempa bumi pada bulan Mei 2006 mengakibatkan korban meninggal sebanyak 5.716 orang, rumah rusak 156.162 dan kerugian ditaksir sebesar Rp.29,1 trilyun. (Bappenas, 2009). Erupsi Merapi Oktober 2010 yang mengakibatkan korban jiwa, rumah rusak, dan kerugian materi dan lingkungan, termasuk juga berdampak pada sektor pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Kejadian bencana di Yogyakarta A. Paradigma Penanggulangan Bencana di Indonesia Penangulangan bencana di Indonesia awalnya menganut cara-cara konvensional, yang menganggap bencana itu sebagai suatu peristiwa/kejadian yang tidak dapat dihindari dan korban harus segera mendapat pertolongan, sehingga fokusnya lebih pada bantuan dan kedaruratan (emergency). Dalam menghadapi ancaman bencana yang sedemikian sering dialami, Indonesia saat ini menganut paradigma dan sistem baru dalam penanggulangan bencana, yaitu penanggulangan bencana secara multipihak dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan. Paradigma ini disebut juga paradigma Pengurangan Risiko. Pendekatan ini merupakan perpaduan dari sudut pandang teknis dan ilmiah dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik dalam perencanaan pengurangan risiko. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola dan menekan risiko terjadinya bencana. Dalam hal ini adalah sangat penting memandang masyarakat sebagai subyek, bukan obyek dari penanggulangan bencana. Undang-undang no. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana mengatur tentang tiga tahap penganggulangan bencana, yaitu tahap pra bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana. Tahap pra Bencana adalah tahap saat tidak terjadi bencana dan/atau situasi di mana terdapat potensi terjadi bencana. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengurangi risiko bencana dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Hal-hal yang mungkin dilakukan pada tahap tidak terjadi bencana, antara lain: 1. Perencanaan PB; 2. Pengurangan risiko bencana; Pencegahan;
  • 9. 9 3. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan; 4. Persyaratan analisis risiko bencana; 5. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; 6. Pendidikan dan pelatihan; 7. Persyaratan standard teknis PB Pada tahap pra bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana, hal-hal yang dapat dilakukan adalah Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan. Pencegahan dan Mitigasi yaitu kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Sebagai contoh, pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan atau larangan memasuki daerah rawan bencana; pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat; pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman; penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat; dan pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan, dan mengurangi dampak bencana. Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, dengan menyiapkan personil evakuasi, kesehatan, menyiapkan posko atau lokasi evakuasi, berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pemerintah setempat, mengevakuasi kelompok rentan terlebih dahulu ke lokasi yang lebih aman, dll. Tahap saat terjadi bencana atau biasa juga disebut sebagai masa tanggap darurat merupakan respon cepat untuk menolong dan mengurangi penderitaan korban pada saat terjadi bencana. Tahap pasca bencana yaitu masa rehabilitasi dan rekontruksi setelah bencana. Tujuannya untuk memulihkan kondisi fisik dengan membangun kembali daerah pasca bencana. Hal utama dalam Perencanaan Penanggulangan Bencana (Disaster Management Planning) adalah (1) pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; (2) pemahaman tentang kerentanan masyarakat; (3) analisis kemungkinan dampak bencana; (4) pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; (5) penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan (6) alokasi tugas, kewenangan, dan sumberdaya yang tersedia. Pengetahuan mengenai bencana terutama untuk cara pandang baru dalam tahap pra bencana belum banyak dipahami oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berakibat, kerugian yang ditimbulkannya pun masih sangat besar. Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana perlu diberikan sedini mungkin. Salah satunya dengan cara memasukkan pengetahuan tentang kebencanaan pada murid sekolah, mulai dari tingkat bawah hingga atas termasuk adalah sekolah luar biasa. Sekolah Luar Biasa merupakan lembaga pendidikan khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK). Dalam UU PB no. 24 disebutkan bahwa penyandang cacat merupakan salah satu kelompok rentan. Kelompok rentan terdiri atas: Bayi, balita, anak-anak, ibu menyusui, penyandang cacat, dan orang lanjut usia (Pasal 55 ayat 2). Sebagai lembaga pendidikan dengan murid berkebutuhan khusus, yang juga merupakan kelompok rentan, sekolah sebagai rumah kedua memiliki pengaruh langsung dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan pengetahuan. Selain itu, sekolah seharusnya juga turut mengambil peran dalam upaya penanggulangan bencana, setidak-tidaknya dengan menyelenggarakan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana. Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk pemberdayaan peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus), sebagai upaya pengurangan risiko bencana, dan membangun budaya aman, serta tangguh terhadap bencana. Tujuan pendidikan untuk PRB adalah: 1. menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan. 2. menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana. 3. mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan perilaku dan motivasi. DisasterRiskManagement
  • 10. 10 4. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana. 5. mengembangkan upaya untuk PRB di atas, baik secara individu maupun kolektif. 6. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana. 7. meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana. 8. mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak terjadinya bencana. 9. meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak. Melihat tujuan pendidikan PRB, maka bahan ajar/materi pembelajaran tentang kebencanaan kebencanaan terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip dan prosedur), sikap, dan keterampilan tentang pengurangan risiko bencana.
  • 11. 11 BAB II MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA Kondisi geografis Indonesia yang rentan terjadi bencana menuntut siswa-siswi di sekolah termasuk sekolah luar biasa memiliki pengetahuan tentang kebencanaan dan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Muatan pendidikan PRB untuk SLB disusun dengan mempertimbangakan bahwa peserta didik di SLB merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang termasuk dalam kelompok rentan. Muatan pendidikan PRB ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik ABK memiliki peluang dan kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain saat terjadi bencana. Untuk mencapai hal itu, diperlukan peningkatan kapasitas siswa sesuai dengan potensi, kebutuhan, perkembangan siswa, di mana proses pembelajaran dilakukan oleh Guru sebagai fasilitator dalam belajar. Pendidikan kebencanaan merupakan kumpulan pengetahuan yang terkait dalam upaya PRB, yaitu hubungan antara ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko. PRB, dijalankan untuk mengurangi dampak buruk bencana yang mungkin timbul, terutama dalam situasi tidak terjadi bencana. Bagaimana mengurangi dampak, terlebih dahulu Guru mengajak siswa untuk mengetahui dan memahami tentang apa itu bahaya, bencana, kerentanan, kapasitas, maupun risiko. A. Bahaya dan Bencana Mari kita lihat, manakah dari gambar berikut yang bahaya dan bencana? Gambar a. Gambar b Sumber: Vanda Lengkong, “Pelatihan Identifikasi dan Pengkajian Risiko Bencana dengan Pelibatan Aktif Anak untuk Mitra Plan Indonesia Kita bayangkan gambar a, gambar bangunan tersebut adalah sekolah, dan ketika aktivitas belajar mengajar sedang berjalan terjadi gempa bumi. Melihat gambar, kemungkinan batu yang berada di puncak gunung tersebut akan jatuh dan berpotensi menyebabkan kerusakan jika terjadi gempa bumi atau tanah longsor. Inilah yang disebut dengan bahaya. Sedangkan peristiwa yang menyebabkan batu menimpa sekolah (gambar b) hingga terjadi kerusakan dan korban jiwa merupakan konsep dari bencana. Bahaya atau ancaman (Hazard) adalah suatu kejadian/peristiwa yang mempunyai potensi yang dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, atau kerusakan lingkungan. Menurut United Nations‐International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), bahaya dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu: a) Bahaya beraspek geologi, antara lain gempa bumi, Tsunami, letusan gunung berapi, dan gerakan tanah (mass movement) atau tanah longsor. b) Bahaya beraspek hidrometeorologi, antara lain: banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang. c) Bahaya beraspek biologi, antara lain: wabah penyakit, hama, penyakit tanaman dan hewan/ternak. d) Bahaya beraspek teknologi, antara lain: kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, kegagalan teknologi. e) Bahaya beraspek lingkungan, antara lain: kebakaran hutan, kerusakan lingkungan, pencemaran limbah. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau non-alam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007). International Strategy for Disaster Reduction tahun 2004 menguraikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan, yang melampaui kemampuan
  • 12. 12 masyarakat bersangkutan untuk mengatasi, dari sumberdaya mereka sendiri. Jenis bencana menurut UU PB 24 tahun 2007, adalah bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh kejadian alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan, angin puting beliung atau angin topan, dan tanah longsor. Sedangkan, bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa non alam, antara lain berupa kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. B. Kerentanan Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses- proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi bahaya (hazard). Kelompok rentan seperti yang tercantum dalam UU PB no 24 tahun 2007 antara lain terdiri dari anak-anak, bayi, ibu hamil dan ibu menyusui, penyandang cacat (difabel), dan orang tua/manula. Di Sekolah Luar Biasa, peserta didik yang merupakan anak berkebutuhan khusus masuk dalam kelompok rentan. Selain itu, seorang guru yang sedang hamil atau menyusui juga termasuk kelompok rentan jika terjadi bencana. Selain manusia, lokasi/bangunan juga bisa masuk dalam kategori rentan bencana. Sebagai contoh, bangunan dinding perpustakaan yang sudah rapuh juga termasuk dalam kondisi rentan bencana. Termasuk buku-buku dan sarana lain yang ada di dalamnya juga dianggap rentan bencana. Contoh Kerentanan:  Penyandang cacat/Anak Berkebutuhan Khusus (kelompok rentan)  Meja dan kursi yang rapuh (tidak kokoh)  Pengetahuan warga sekolah tentang potensi bencana (ancaman) kurang  Bangunan sekolah retak-retak C. Kapasitas Kapasitas (Capacity) adalah penguasaaan sumber daya, cara, dan kekuatan yang dimilliki individu atau masyarakat yang memungkinkan mereka mempersiapkan diri, mencegah, menanggulangi, mempertahankan diri, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana. Kapasitas sekolah adalah kekuatan dan sumberdaya yang ada pada tiap individu (siswa, tenaga pendidik guru, dan tenaga pendidik non guru) dan sekolah yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi, dan pulih dari akibat bencana dengan cepat. BENCANA ADALAH PERISTIWA ATAU RANGKAIAN PERISTIWA YANG MENGANCAM DAN MENGGANGGU KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG DISEBABKAN, BAIK OLEH FAKTOR ALAM DAN/ATAU FAKTOR NON-ALAM SEHINGGA MENGAKIBATKAN TIMBULNYA KORBAN JIWA MANUSIA, KERUSAKAN LINGKUNGAN, KERUGIAN HARTA BENDA DAN DAMPAK PSIKOLOGIS BENCANA ALAM ADALAH BENCANA YANG DIAKIBATKAN OLEH PERISTIWA ATAU SERANGKAIAN PERISTIWA YANG DISEBABKAN OLEH ALAM ANTARA LAIN BERUPA ; GEMPA BUMI, TSUNAMI, GUNUNG MELETUS, BANJIR, KEKERINGAN, ANGIN TOPAN DAN TANAH LONGSOR BENCANA NON-ALAM ADALAH BENCANA YANG DIAKIBATKAN OLEH PERISTIWA ATAU SERANGKAIAN PERIS-TIWA YANG ANTARA LAIN BERUPA ; GAGAL TEKNOLOGI, GAGAL MODER-NISASI, EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT BENCANA SOSIALADALAH BEN-CANA YANG DIAKIBATKAN OLEH PERIS-TIWA ATAU SERANGKAIAN PERISTIWA YANG DIAKIBATKAN OLEH MANUSIA YANG MELIPUTI KONFLIK SOSIAL ANTAR KELOMPOK ATAU ANTARKOMUNITAS MASYARAKAT DAN TEROR DEFINISI BENCANA (U.U. NO. 24/2007)
  • 13. 13 Contoh Kapasitas:  Warga sekolah terlatih siaga bencana  Peralatan pertolongan pertama lengkap dan siap pakai  Pengetahuan warga sekolah tentang potensi bencana baik  Ada alokasi dana untuk kegiatan PRB  Ada alat pelindung kepala yang disiapkan di dekat meja atau kursi bagi ABK Catatan Di dalam kelas terdapat banyak sarana dan prasarana yang berisiko. Sebagai contoh, sebuah almari di dalam kelas sebaiknya dikaitkan pada dinding dengan menggunakan siku, agar saat terjadi guncangan tidak jatuh dan menimpa. Selain itu, pada bagian almari juga dapat diberi penahan buku seperti kayu agar buku-buku tidak jatuh dan mengenai siswa ABK, khususnya ABK daksa yang menggunakan kursi roda karena posisi yang lebih rendah. Untuk peralatan elektronik seperti CPU, gunakanlah pengait ke dinding atau meja agar tidak terjatuh, sebab jika terjatuh akan menghalangi jalan keluar bagi ABK. Langkah ini juga berguna agar peralatan elektronik tidak rusak karena terjatuh, saat terjadi guncangan. Hindari juga meletakkan benda elektronik yang ringan di atas meja pinggir, sebab jika terjadi guncangan bisa terjatuh, rusak atau menimpa anak-anak. Bagaimana cara mengukur kapasitas sumberdaya yang dimiliki sekolah saat terjadi bencana? Dengan cara sederhana, kita dapat membuat tabel sebagai berikut dan melakukan daftar periksa: No Jenis Kapasitas Punya Tidak Punya 1 Pengetahuan: Apakah warga sekolah memiliki pengetahuan yang cukup terhadap bencana? 2 Kebijakan: Apakah sekolah memiliki kebijakan tentang kebencanaan? 3 Sumberdaya: Apakah sekolah memiliki dana untuk mengantisipasi bencana, mengadakan alat-alat pertolongan pertama, mengadakan sarana peringatan dini, dan sarana lainnya untuk mobilisasi saat terjadi bencana? 4 Keterampilan: Apakah warga sekolah memiliki keterampilan untuk menghadapi bencana, seperti tidakan perlindungan diri dan evakuasi? Dalam pengurangan risko bencana yang perlu kita perhatikan adalah meningkatkan kapasitas yang sudah kita miliki ataupun belum untuk mengantisipasi ancaman bencana. Kita juga dapat membuat ceklist sederhana, seperti ceklist keadaan kelas kita, misalkan kita membuat daftar tentang kondisi peralatan di kelas, apakah masih baik atau rapuh, ada atau tidak ada. Contoh upaya kesiapsiagaan terhadap ancaman gempa bumi adalah (langkah pertama) melindungi kepala dan badan kita dari runtuhan atap, dengan berlindung di bawah meja atau melindungi kepala dengan tas, helm, atau buku tebal. Maka daftar cek list yang kita buat bisa berisikan jenis sumberdaya tersebut. D. Risiko Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, tindakan mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Sederhananya risiko adalah kemungkinan hal buruk yang bisa terjadi.
  • 14. 14 Contoh Risiko:  Warga sekolah (siswa dan guru)  Bangunan sekolah  Kegiatan belajar mengajar  Sarana dan prasarana sekolah Guru dan siswa merupakan bagian elemen yang berisiko. Bangunan sekolah, perabotan sekolah (mebel), buku-buku, dan lingkungan sekolah sebagai suatu kelembagaan juga mempunyai elemen-elemen berisiko, jika terjadi suatu bencana. a. Apakah sumber-sumber risiko? Secara umum, kita dapat mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada di lingkungan rumah atau sekolah, dalam bentuk ancaman alam, ancaman sosial, dan ancaman teknologi. Sebagai contoh, kita bisa mengidentifikasi apakah lokasi sekolah kita dekat dengan gunung berapi yang masih aktif atau dekat dengan sungai yang sering dilanda banjir. Jika keberadaan sekolah dekat, maka letusan gunung dan banjir merupakan sumber risiko alam yang setiap saat dapat mengancam sekolah. Contoh: sekolah yang jaraknya 5 Km dari Gunung Merapi, atau berada di sekitar sungai Gendol. Mengetahui sumber risiko teknologi bisa dilakukan, sebagai contoh, dengan mengidentifikasi, apakah sekolah atau rumah kita berada di sekitar lokasi pabrik. Karena, bisa jadi kerusakan yang terjadi di pabrik akan mengakibatkan pencemaran lokasi di sekitar pabrik yang dapat mengganggu sekolah atau tempat tinggal. Contoh, kasus meluapnya lumpur Lapindo di Jawa Timur. Contoh: Ada seorang anak mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan helm, padahal remnya tidak berfungsi, apa yang mungkin bisa terjadi? Anak tersebut kemungkinan akan mengalami kecelakaan, seperti terjatuh dan mengalami cedera parah. Inilah risiko jika berkendara dengan kecepatan tinggi dengan rem yang tidak berfungsi. Potensi buruk yang terjadi adalah kecelakaan. Risiko adalah hal biasa yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, apalagi kondisi ABK yang rentan mengalami gangguan mobilitas. Namun, kita juga bisa memperkirakan, menguranginya, bahkan mencegahnya. Bagaimana menilai kemungkinan terjadinya suatu risiko? Penilaian risiko adalah suatu usaha untuk mempelajari, mencari tahu, dan memperkirakan hal-hal yang dapat memengaruhi dan memungkinkan sesuatu yang buruk terjadi, yang dapat mendatangkan kerugian bagi diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat yang lebih luas. Mengelola atau mengurangi risiko berarti membatasi kemungkinan terjadinya hal buruk yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian. Khusus untuk ABK, kita dapat melakukan penilaian risiko tertentu terhadap ancaman bencana yang ada. Sebagai contoh, jika terjadi gempa bumi saat kita berada di dalam kelas, apa risikonya? dan bagaimana mengurangi risikonya?
  • 15. 15 E. Hubungan Bahaya, Kerentanan, dan Kapasitas Risiko Bencana dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar. Hubungan antara Bahaya, Kerentanan dan Kapasitas Risiko bencana akan kecil jika kapasitas yang dimiliki oleh individu atau masyarakat (sekolah) cukup untuk menghadapi bencana. Sedangkan risiko bencana akan berdampak besar jika kita tidak memiliki cukup banyak kapasitas yang dapat digunakan untuk menghadapi bencana.
  • 16. 16 BAB III PEMBELAJARAN KEBENCANAAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DIFABILITAS DAKSA Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan khusus dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Contohnya, anak tunanetra memerlukan modifikasi teks bacaan tentang PRB menjadi tulisan Braille, sedangkan tunarungu memerlukan komunikasi tentang pembelajaran kebencanaan menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda, Namun adapula yang juga sekolah di sekolah umum atau sekolah inklusi. Anak berkebutuhan khusus daksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah (1) ringan, yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, (2) sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, (3) berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. Ada beberapa asas dalam aksesibilitas yang harus diperhatikan antara lain: (Darmawan,2009) 1. Kemudahan, semua orang dapat mencapai semua tempat/bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. 2. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat/bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. 3. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang digunakan untuk umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang. 4. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk, dan mempergunakan semua tempat/bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan, tanpa membutuhkan bantuan orang lain. A. Apa Pentingnya Pembelajaran Kebencanaan? Di dalam lingkungan sekolah, peristiwa bencana secara tidak terduga bisa saja dapat terjadi, seperti peristiwa gempa bumi, kebakaran, banjir, gunung meletus, tanah longsor, ataupun angin puting beliung. Apakah hal ini sudah kita pikirkan? Bagaimana cara mengatasi? Sebuah kejadian yang besar dapat menimbulkan akibat atau dampak yang besar pula untuk mengatasinya. Seperti di sekolah, memang dibutuhkan keterlibatan lebih banyak tenaga pendidik Guru, tenaga pendidik non guru (penjaga sekolah, tata usaha), dewan sekolah, bahkan juga orang tua, pendamping, masyarakat sekitar, hingga pemerintah setempat. Pelibatan seluruh pemangku kepentingan di lingkungan sekolah seharusnya tidak dilakukan secara mendadak, namun butuh perencanaan dan persiapan yang dilakukan pada saat tidak terjadi bencana (pra bencana). Membudayakan kesiapsiagaan di sekolah menjadi tanggung jawab seluruh komponen sekolah, agar saat terjadi bencana kita dapat langsung bisa merespon dengan benar dan tepat Sebagai lembaga pendidikan dengan murid berkebutuhan khusus, sekolah sebagai rumah kedua memiliki pengaruh langsung dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan pengetahuan. Oleh karena itu, sekolah seharusnya juga turut mengambil peran dalam upaya penanggulangan bencana dengan menyelenggarakan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana (pendidikan sebaya). Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk pemberdayaan peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah, untuk pengurangan risiko bencana, dan membangun budaya aman, serta tangguh terhadap bencana. Kesiapsiagaan di sekolah didukung dengan keterlibatan seluruh pihak, yaitu:
  • 17. 17 - Kepala sekolah - Dewan sekolah.komite sekolah - Guru - Penjaga sekolah - Siswa - Orang tua siswa - Pendamping siswa ABK - Masyarakat sekitar sekolah - Pemerintah setempat Sebagian penyandang cacat mengalami kesulitan untuk menyelamatkan diri pada saat bencana, karena mungkin mereka kehilangan alat bantu mobilitas dan/atau kehilangan orientasi karena perubahan lingkungan akibat bencana. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat membuat penyandang cacat menjadi lebih rentan dalam situasi darurat: a. Penyandang cacat cenderung terabaikan dalam pendataan keadaan darurat. b. Kurangnya pengetahuan penyandang cacat tentang pengurangan risiko bencana. c. Aksesibilitas fisik yang tidak baik. d. Kurangnya sarana mobilitas. e. Ketidakpahaman guru, pendamping, maupun orang tua tentang pengurangan risiko bencana dan teknik penyelamatan penyandang cacat saat situasi darurat. Pemenuhan Kebutuhan Bagi Penyandang Disabilitas untuk menghadapi kondisi darurat: No. Jenis Kecacatan Kebutuhan Kegunaan 1 Cacat Daksa (kesulitan mobilitas) Pembuatan ramp Pendamping bagi cacat daksa yang tidak bisa bergerak Pada situasi yang tidak aman/darurat, penyandang dapat mengakses tempat evakuasi 2 Cacat Netra (kesulitan melihat) Tanda peringatan dini dan jalur evakuasi yang dirancang khusus Membuat hand rail atau pegangan tangan Pencahayaan yang baik (malam hari) Penanda Jalan Mengenali, memahami, dan menanggapi tanda bahaya, dan lokasi evakuasi Hand rail atau pegangan tangan di buat di jalur evakuasi untuk tanda dan mempermudah penyandang cacat netra bergerak menuju lokasi evakuasi jika tidak ada pendamping Membantu cacat netra mengenali tanda-tanda (untuk cacat netra yang tidak buta total) Mempermudah penyandang cacat mengenal dan memahami jalur evakuasi yang aman 3 Cacat Grahita (gangguan intelektual) Pendamping Peringatan dini dan jalur evakuasi menggunakan simbol dan bahasa yang sederhana Pendamping yang mengetahui tentang PRB dan memahami tanda bahaya dan lokasi evakuasi Simbol dan bahasa yang sederhana yang diketahui dan dimengerti oleh cacat Grahita sesuai dengan kemampuan intelektualnya Sistem Komunikasi/Peringatan Bagi Penyandang Cacat untuk Keadaan Darurat No. Jenis Kecacatan Sistem komunikasi/Peringatan 1 Cacat Daksa (kesulitan mobilitas)  Sistem peringatan menggunakan perangkat audio (suara) seperti alarm, sirine, lonceng atau bunyi-bunyian yang lain 2 Cacat Netra (kesulitan melihat)  Sistem peringatan menggunakan perangkat audio (suara) seperti alarm, sirine, lonceng, atau bunyi-bunyian yang lain 3 Cacat Grahita (gangguan intelektual)  Sistem peringatan menggunakan bunyi/suara yang sederhana dan singkat  Menggunakan tanda atau simbol seperti bendera warna khusus  Pengumuman/pemberitahuan dari guru atau pendamping dengan jelas dan singkat Hal penting yang harus diingat oleh guru, orang tua, atau pendamping adalah pada kondisi pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana jangan menjauhkan mereka dari alat bantu mereka. Misalkan
  • 18. 18 penyandang cacat daksa yang kesulitan mobilitas, jangan pindahkan dia dari kursi rodanya, atau kreknya. Begitu pula untuk penyandang cacat netra, jangan dijauhkan dari tongkatnya, sebab biasanya penyandang cacat tersebut sudah memiliki kebiasaaan-kebiasaan seperti kenyamanan dengan alat bantunya masing- masing. Orientasi jalur dan lokasi evakuasi pada saat kondisi darurat No Jenis Kecacatan Cara 1 Cacat Daksa (kesulitan mobilitas)  berilah mereka (penyandang cacat atau orang tua atau pendamping) peta yang berisi jalur dan lokasi evakuasi, dengan gambar yang jelas  bantulah melakukan uji coba evakuasi sesering mungkin 2 Cacat Netra (kesulitan melihat)  berilah mereka petunjuk verbal (audio) tentang peta dan jalur evakuasi yang jelas  pada saat ujicoba evakuasi berilah petunjuk verbal tentang kondisi jalur seperti ada batu, ada selokan, ada pohon atau rintangan lainnya  kenalkan mereka pada tanda-tanda jalur evakuasi misalkan jalur evakuasi adalah jalur yang ada karpetnya, pegangannya, dsb. Dan biasakanlah mereka mencoba terus. 3 Cacat Grahita (gangguan intelektual)  berilah penyandang cacat atau orang tua atau pendamping peta evakuasi dengan simbol dan uraian yang jelas dan sederhana  pada saat ujicoba, berilah mereka penjelasan tentang kemungkinan terjadi bencana, apa dan bagaimana yang harus dilakukan, dan apa kegunaan dari tanda atau simbol dengan bahasa yang sederhana Catatan: Libatkanlah penyandang cacat dalam membuat peta dan jalur evakuasi
  • 19. 19 BAB IV PENGENALAN BENCANA ALAM Peristiwa bencana yang melanda di Indonesia banyak yang disebabkan oleh kejadian alam yang terjadi beberapa tahun ini, seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, angin topan atau puting beliung, banjir bandang dan kekeringan. Tak kenal makan tak siaga, untuk itu berikut adalah pengetahuan dan langkah-langkah kesiapsiagaan tentang beberapa jenis ancaman bencana yang disebabkan oleh faktor alam yang pernah terjadi dan kemungkinan terjadi lagi di Yogyakarta. A. GEMPA BUMI a. Apa itu Gempa? Gempa adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). b. Apa Penyebab Gempa Bumi? Gempa bumi terjadi disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng tektonik yang menyebabkan terjadi tumbukan dan juga dapat disebabkan karena aktivitas gunung berapi (vulkanik).
  • 20. 20
  • 21. 21 c. Apa Saja Jenis-jenis Gempa Bumi? Gempa bumi vulkanik adalah gempa yang terjadi karena aktivitas gunung berapi. Sedangkan gempa bumi tektonik adalah gempa yang terjadi karena bergeraknya lempang bumi yang menimbulkan energi yang dilepaskan melalui gelombang hingga ke daratan. d. Bagaimana tanda-tandanya? Gempa bumi vulkanik terjadi di sekitaran gunung berapi. Tanda-tanda alamnya bisa kita amati diantaranya hewan- hewan liar di lereng gunung berapi tersebut mulai turun menuju ke dataran rendah ke wilayah pemukiman penduduk, sehingga terkadang membuat binatang peliharaan penduduk menjadi gelisah karena munculnya hewan-hewan liar. Gempa bumi tektonik adalah gempa yang terjadi karena lepasnya sejumlah energi saat lempengan bumi bergerak, yakni peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba‐tiba. Energi yang dilepaskan tersebut dapat dirasakan hingga ke daratan setelah dirambatkan melalui gelombang gempa, yang dirasakan sebagai guncangan gempa dan dirasakan berbeda di setiap tempat. e. Kapan Waktu Terjadinya? Gempa bumi bisa terjadi kapan pun, siang atau malam, dan guncangannya mulai dari lemah hingga kuat, serta waktu terjadinya hanya beberapa detik/menit saja. Belum ada metode untuk memprediksi kapan akan terjadinya gempa bumi, namun kita bisa mengenali tanda-tanda alam yang biasanya sudah diketahui oleh leluhur kita. Contohnya hewan yang berperilaku atau bersuara di luar kebiasaan dan pergi menjauhi lokasi terjadinya perubahan alam. Akibat Gempa Bumi:  Bangunan Roboh (sekolah, rumah, dll)  Cedera fisik; patah tulang, luka-luka  Kebakaran akibat guncangan  Tanah longsor akibat guncangan  Sumber air banyak yang mati/hilang  Jatuhnya korban jiwa (meninggal dunia)  Gangguan psikologis (trauma, stress, gila)  Aktifitas pencaharian terganggu  Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami f. Apa Yang Harus Kita Lakukan Saat Terjadi Gempa? Bila berada di dalam bangunan (sekolah/rumah):  Jangan panik dan jangan menuju keluar. Berlindunglah di bawah meja kuat atau di bawah tempat tidur.  Bila tidak ada dan tidak bisa, lindungilah kepala dengan tas sekolah, helm atau bantal, dan mendekatlah ke sudut ruangan yang jauh dari kaca, almari, dan benda-benda lain yang mudah jatuh.  Menjauh dari rak buku, almari, jendela kaca, dan benda-benda lain yang mudah jatuh karena guncangan.
  • 22. 22 Gambar: Menyelamatkan diri dari Gempa Bumi Bila berada di luar bangunan/ruangan:  Jauhi bangunan tinggi, dinding, pohon, tiang listrik, tebing terjal, papan reklame, tiang bendera.  Menuju ke tempat yang terbuka jauh dari pohon dan bangunan.  Jauhi jalanan atau jalan raya dan kendaraan-kendaraan yang sedang berjalan atau yang sedang terparkir. g. Apa yang harus kita lakukan sesaat setelah guncangan berhenti?  Bila di dalam ruangan, segeralah keluar satu persatu untuk menuju ke lokasi aman atau tempat terbuka, sesuai jalur evakuasi yang telah di buat dan disepakati.  Jangan lupa matikan sumber api, aliran listrik, dan barang elektronik yang lain.  Periksa kondisi kita dan teman anda, apakah ada yang terluka. Jika ada, segera beri pertolongan pertama pada luka.  Nyalakan radio dan selalu dengarkan informasi. Antisipasi terhadap ancaman bencana gempa bumi 1. Tempatkanlah tempat tidur atau lokasi belajar di sekolah jauh dari almari, kaca, dan barang lain yang mudah jatuh. 2. Jangan jauhkan alat bantu mobilitas dari tempat duduk atau tempat tidur, seperti krek, dll. 3. Sediakan selalu helm, atau penutup kepala yang lain yang kuat yang dapat melindungi kepala, seperti tas, bantal, atau buku tebal di kursi roda atau di dekat meja. 4. Siapkan selalu dalam tas sekolah, alat pertolongan pertama, peluit, senter, no telepon penting seperti BPBD, keluarga dekat, minuman, dan makanan kecil. 5. Berlatih menyelamatkan diri (perlindungan) dan evakuasi secara rutin bersama keluarga atau teman dan guru kelas. Kesiapsiagaan sekolah: 1. Membangun sarana dan prasarana sekolah yang aksesibel bagi ABK daksa, seperti perlebar pintu keluar kelas, pembuatan ramp dan hand rail. 2. Perkuat bangunan dengan konstruksi tahan gempa. 3. Penataan ruangan kelas yang aman, seperti jangan tempatkan almari dekat pintu keluar atau dekat tempat belajar ABK. Jangan memasang benda-benda seperti figura kaca di dekat tempat belajar ABK atau dekat pintu.
  • 23. 23 4. Penataan tempat duduk atau posisi ABK di kelas harus tepat. Misalkan penempatan ABK yang menggunakan kursi roda ditempatkan di posisi depan, ABK yang menggunakan krek di tempatkan di posisi belakang, ABK yang punya gangguan pada tangan ditempatkan di posisi belakang. 5. Membuat peta dan rencana evakuasi sekolah. Daerah provinsi Yogyakarta merupakan wilayah rawan gempa bumi karena berdekatan dengan gunung berapi dan lokasi patahan yang di kenal dengan sesar Opak. Wilayah rawan gempa bumi. Sumber: UNCDR Ilustrasi Gambar perlindungan diri dari gempabumi jika berada di dalam ruangan. Karena tidak bisa melakukan tindakan ini, khusus untuk ABK Daksa yang menggunakan kursi roda disarankan untuk menutup kepala dengan tas atau menyediakan helm di kursi roda. Bagi pengguna alat bantu krek juga terkadang tidak biasa melakukan tindakan ini, sehingga disarankan untuk melindungi kepala dengan tas atau juga helm dan berada di pojok ruangan yang jauh dari kaca, almari, dan benda lainnya yang dapat jatuh. B. ANCAMAN GUNUNG BERAPI Daerah pertemuan tiga lempeng Eurasia, Pasifik dan Indo- Australian ini sering disebut dengan istilah Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Daerah ini adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Daerah itu berbentuk seperti tapal kuda atau ladam dan cakupan wilayahnya cukup luas, mencapai sepanjang 40.000 km. Gunungapi Merapi yang terletak di utara Provinsi Yogyakarta merupakan salah satu gunung api paling aktif di dunia. Gunung Merapi termasuk ke dalam cincin api pasifik ini. Wilayahnya terletak di sebelah utara Provinsi DIY, dan mencakup wilayah administratif 4 wilayah Kabupaten. Sebelah selatan berada di wilayah kabupaten Sleman,
  • 24. 24 Propinsi DIY, sebelah barat berada di wilayah kabupaten Magelang, sebelah timur berada di wilayah kabupaten Klaten, dan sebelah utara berada di wilayah Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah. Gunung ini hingga kini masih aktif mengeluarkan awan panas. a. Apa Penyebab Bencana Gunung Berapi? Letusan gunung berapi terjadi karena adanya tekanan gas bertenaga tinggi yang ada di dalam dapur magma, karena pergerakan lempeng bumi atau karena adanya tumpukan magma yang banyak. Saat meletus, gunung mengeluarkan aneka macam materi. Salah satu yang berbahaya adalah awan panas yang suhunya sangat tinggi. Tinggi suhu awan panas bisa mencapai 200-700C sehingga dapat membakar serta meluluh-lantakkan benda apa pun yang dilewatinya. Awan panas ini membawa abu, batu, dan gas beracun yang menjadi ancaman paling berbahaya dari gunung api. Selain itu, ada juga Lahar yang keluar dari gunung, yang dapat meluncur melewati lembah dan sungai dengan kecepatan tinggi, menerjang dan menghancurkan apa pun yang ada di jalur luncurannya. Abu yang dikeluarkan dari gunung berapi juga menimbulkan bahaya dan masalah bagi masyarakat dan lingkungan, baik di sekitar kawasan maupun kawasan yang radiusnya jauh, ribuan kilometer. Seperti erupsi Merapi tahun 2010, jangkauan abu vulkanik Merapi yang terbawa oleh angin mencapai hingga Propinsi Jawa Barat. Bahkan saat letusan Gunung Krakatau yang terkenal kedahsyatannya, jangkauan abunya juga dirasakan sampai di benua Eropa. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi, seperti bencana Gunung Merapi tahun 2010 lalu, antara lain adalah: 1. Gas Beracun, yaitu gas yang keluar dari gunung terdiri dari H2S, HCN, SO2, CO, dan CO2. Apabila terhirup dapat merusak paru-paru, bahkan dalam kadar yang berlebih dapat menyebabkan kematian. 2. Hujan Abu, yakni abu vulkanik gunung yang tebal dan berterbangan di udara, yang berasal dari letusan yang membentuk ruang asap yang tinggi dan saat energi habis akan menyebar sesuai dengan arah angin. Abu vulkanik merupakan partikel yang sangat kecil yang dapat masuk ke seluruh bagian sekolah atau rumah, bahkan ke dalam peralatan elektronik. Abu gunung berapi berbeda dari debu biasa. Sudut abu vulkanik berstruktur kristal dan memungkinkan untuk menggores dan mengelupas permukaan kulit, jika diusap atau disapu. Abu yang terdapat di udara yang jika terhirup dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti sesak nafas atau sulit bernafas. Apa saja yang harus kita lakukan?
  • 25. 25 Gambar: Hujan abu Gunung Merapi, 2010 Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum hujan abu gunung api: - Masker, kacamata pelindung, dan topi atau penutup kepala. - Air minum yang cukup untuk bertahan kurang lebih 72 jam dengan kebutuhan per orang 3-4 liter perhari. - Makanan seperti biskuit atau makanan lain yang tidak mudah rusak dalam waktu 72 jam. - Plastik pelindung peralatan elektronik. - Radio dan baterai cadangannya. - Lampu darurat, senter, dan baterai cadangan. - Selimut untuk daerah yang dingin. - Stok obat-obatan yang cukup dan lengkap, seperti obat mata, sakit kepala, obat batuk, dan obat untuk luka-luka. - Peralatan pembersih debu seperti sapu, vacum cleaner, sekop, kain lap/pel. - Uang tunai (kas) untuk kebutuhan mendesak. Gambar: masker Hujan abu gunung api cukup berbahaya, maka kita lebih baik berada di dalam rumah selama beberapa jam atau bahkan hari. Langkah-langkah yang harus kita lakukan saat terjadi hujan abu vulkanik: - Jika di dalam rumah atau sekolah, kita tutup jendela dan pintu. - Jika berada di luar ruangan, segeralah masuk ke dalam ruangan atau ke dalam mobil dan tutup semua pintu dan jendela dengan rapat. - Tutup lubang-lubang angin (ventilasi) rumah atau sekolah dengan kain basah dan jangan dibuka hingga hujan berhenti dan ruangan dibersihkan kembali. - Tutup tempat-tempat penampungan air bersih maupun air minum agar tidak kemasukan abu. - Tutup rapat seluruh bahan makanan atau makanan agar tidak terkena abu. - Tutup rapat almari pakaian. - Gunakan masker atau penutup mulut dan hidung (walaupun di dalam ruangan). - Selalu dengarkan berita melalui televisi, radio, maupun internet untuk memantau aktivitas gunung api. - Siapkan nomor telepon penting dan nomor keluarga atau kerabat, serta selalu nyalakan telepon genggam, telepon rumah atau sekolah. Tetap berada di dalam rumah atau sekolah dengan air minum dan makanan yang cukup, jangan panik tetap tenang dan selalu membuat hiburan atau aktivitas di dalam ruangan dengan keluarga atau teman untuk menghindari stress. Hal-hal yang harus dilakukan setelah hujan abu: - Membersihkan abu vulkanik di dalam ruangan dengan membasahi terlebih dahulu agar abu tidak berterbangan dan terhirup.
  • 26. 26 - Untuk membersihkan karpet, tempat tidur, pakaian, dan barang-barang lainnya, gunakan kain dengan menggunakan penyedot debu yang bisa dibawa (portabel), sehingga abu dapat di buang secara khusus. - Jangan menggunakan lensa kontak saat membersihkan abu sebab bisa saja abu menempel pada lensa kontak dan menimbulkan masalah kesehatan mata, gunakan kacamata biasa atau kacamata khusus. - Tetap selalu gunakan masker di dalam dan di luar ruangan. - Jika kita hendak membersihkan abu vulkanik di luar ruangan, hal yang harus kita pastikan adalah abu vulkanik sudah terguyur oleh air hujan hingga beberapa saat. - Untuk membersihkan atap rumah, kita harus berhati-hati sebab abu vulkanik yang menumpuk memiliki berat berlebih dan untuk bangunan atap yang tidak kuat dapat runtuh dan abu vulkanik juga licin jika terkena air. Hal penting yang harus diingat: - Jangan menyiram abu terlalu banyak karena akan mengeras dan sulit dibersihkan. - Jangan membuag abu di saluran atau pipa air karena akan menyumbat. - Jangan membuang abu ke halaman karena jika sudah kering akan kembali beterbangan. Lebih baik kumpulkan abu dan masukkanlah ke dalam kantung atau ember dan di buang ke tempat khusus. - Berhati-hatilah dalam membersihkan debu pada bagunan seperti atap, dll, karena abu vulkanik yang terkena air cukup licin. - Kain, sikat, dsb yang digunakan untuk membersihkan debu vulkanik harus dicuci atau dibersihkan pada air yang mengalir. Leleran lava adalah cairan dari dalam bumi (magma) yang keluar dari gunung. Lava bersuhu tinggi (700-1200 0 C), bersifat pekat, panas, dan dapat merusak segala sesuatu yang dilaluinya. Kecepatan alirannya dipengaruhi oleh kekentalan magma dan kemiringan lereng gunung. Semakin rendah kekentalannya semakin jauh alirannya. Karena bersifat cair, umumnya lava mengikuti aliran lembah atau lereng, dan bila sudah dingin lava berubah menjadi batu. Lahar letusan adalah campuran air dan fragmen batuan yang mengalir menuruni lereng gunung atau lembah sungai. Lahar ini ada yang panas dan ada yang dingin. Materi yang terbawa di dalam lahar adalah material berukuran butir lempung hingga bongkahan baru, kadang berukuran lebih dari 10 meter. Volume air dan lahar gunung berapi yang cukup besar pada kawah gunung berapi akan mengalir dan menjadi ancaman di wilayah sekitar aliran sungai yang berhulu di sana.
  • 27. 27 Awan panas adalah campuran material letusan gas dan padat yang membentuk seperti gumpalan awan dan pergerakkannya sangat cepat (150-200 km/jam), bersuhu sangat tinggi (600-1000 0 C), sehingga berbahaya bagi penduduk yang tinggal di wilayah sekitar gunung berapi radius 2-20 km. Kejadian bencana erupsi Merapi pada tahun 2010 yang lalu juga mengeluarkan awan padat atau yang di kenal dengan istilah lokal ‘wedhus gembel’, karena gumpalan awan yang keluar dari gunung berbentuk seperti bulu kambing. Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa menahan awan panas. Tidak ada mahkluk hidup yang dapat bertahan dalam suhu ribuan derajat celcius. Bagi penduduk yang berada pada zona rawan awan panas, selalu persiapkan surat-surat berharga, obat-obatan, pakaian, makanan, dan minuman, serta alat penenerangan dan selimut jauh-jauh hari. Sebelum bencana terjadi, persiapkan juga kendaraan dengan memastikan kondisi kendaraan, serta bahan bakar dan peralatan mobilitas lainnya bagi penyandang disabilitas, seperi kursi roda, krek, tongkat, dsb. Sebaiknya bagi penyandang disabilitas anak-anak dan atau orang tua serta kelompok rentan yang lain dievakuasi pada saat status waspada. Untuk menyelamatkan diri, keluarga, dan harta benda, hal yang harus kita perhatikan adalah kewaspadaan. Aktivitas gunung berapi selalu dipantau, selalu dengarkanlah informasi status dan perkembangan bencana melalui media radio, internet, atau televisi. Laksanakan perintah atau himbauan dari pihak berwenang, seperti pemerintah setempat, atau BPBD, mengenai kondisi dan situasi gunung berapi. Jika ada perintah untuk menuju lokasi evakuasi atau pengungsian, maka laksanakan dengan segera, sebab keluarnya awan panas pada letusan gunung berapi bisa terjadi dalam hitungan detik dan menit:: - Segera evakuasi kelompok kelompok rentan, salah satunya adalah penyandang cacat. Dahulukan para kelompok rentan untuk diungsikan. - Siapkan surat-surat berharga dan bawa serta saat mengungsi agar aman.
  • 28. 28 - Siapkan dan bawa pula obat-obatan khusus dan barang-barang berharga lainnya. Jangan lupa juga uang tunai untuk kebutuhan di lokasi pengungsian. C. TSUNAMI Ancaman bencana tsunami di Yogyakarta yang cukup rawan berada di wilayah pesisir, yaitu di bagian selatan propinsi ini, mencakup Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Mengapa? Karena sebagian wilayah selatan adalah dataran yang langsung berhadapan dengan laut dan padat penduduk. a. Apa itu tsunami? Tsunami berasal dari bahasa Jepang. “tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang. Secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di Pelabuhan. Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana  Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.  Pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami.  Pembangunan Tsunami Early Warning System (TEWS).  Pembangunan tembok penahan Tsunami pada garis pantai yang berisiko.  Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai, untuk meredam gaya air tsunami.  Pembangunan tempat‐tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat/bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian tsunami.
  • 29. 29  Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal tentang pengenalan tanda-tanda tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.  Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.  Mengenali karakteristik dan tanda‐tanda bahaya tsunami di lokasi sekitarnya.  Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda‐tanda tsunami.  Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.  Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui tanda-tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang: Kepala desa, polisi, stasiun radio, SATLAK PB, dan institusi terkait.  Melengkapi diri dengan alat komunikasi. c. Tindakan Kesiapsiagaan Mengenali gejala yang mungkin terjadi :  Biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat, biasanya lebih dari 6 skala richter, berlokasi dekat pantai.  Bila Anda menyaksikan air laut di pantai surut secara tiba-tiba, waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang, yang merupakan tanda peringatan datangnya tsunami.  Hembusan angin berbau air laut yang keras.  Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang besar dan membahayakan, tapi beberapa saat setelah gelombang pertama akan menyusul gelombang yang jauh lebih besar. Saat mengetahui ada gejala, segera sampaikan pada semua orang. Segera lakukan pengungsian, karena tsunami bisa terjadi dengan cepat hingga waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Mengungsi ke daerah yang tinggi dan sejauh mungkin dari pantai, mengikuti tanda evakuasi, melalui jalur evakuasi ke tempat evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya. d. Tindakan Saat Tsunami Berlangsung, Prinsip-prinsip Cara Penyelamatan Diri:  Kalau Anda berada di pantai atau di dekat laut, dan merasakan bumi bergetar, langsung larilah ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Naiklah ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah, atau memanjat pohon. Tidak perlu menunggu peringatan tsunami.  Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada disekitarnya.  Selamatkan diri anda, bukan barang anda.  Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah berlari.  Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit.  Saling tolong-menolong, ajaklah tetangga tinggal di rumah anda, bila rumah anda selamat dari terjangan tsunami. Utamakan anak-anak, wanita hamil, orang jompo, dan orang cacat.  Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang sudah disepakati bersama. e. Mengurangi Dampak Tsunami  Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai, lebih dari 10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian para ahli, daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana tsunami, badai, dan angin ribut.  Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin, atau jenis lainnya.  Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.  Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas.  Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai. f. Tindakan Setelah Tsunami Berlalu  Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan kerusakan kepada jaringan listrik PLN.  Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman.  Jauhi reruntuhan bangunan.
  • 30. 30  Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat, atau lembaga keagamaan.  Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama warga untuk melakukan kegiatan yang positif. Misalnya mengubur jenazah, mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali, sembahyang bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali kehidupan.  Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerjasama dengan sesama warga lainnya, serta lembaga pemerintah, adat, keagamaan, atau lembaga swadaya masyarakat.  Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda untuk memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang. 19771994 2006 1907 2004 1921 ? Eurasian Plate 1833 Australian Plate 2005 ? 1977 INTERSECTION BETWEEN 2 PLATES ?? ? ? 19771994 2006 1907 2004 1921 ? Eurasian Plate 1833 Australian Plate 2005 ? 19771994 2006 1907 2004 1921 ? Eurasian Plate 1833 Australian Plate 2005 ? 1977 INTERSECTION BETWEEN 2 PLATES ?? ? ? Gambar kejadian Tsunami hingga tahun 2006 D. KEKERINGAN a. Pengertian Kekeringan Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Berikut adalah klasifikasi kekeringan yang terjadi secara alamiah dan/atau ulah manusia. 1. Kekeringan Alamiah a. Kekeringan Meteorologis, berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan. b. Kekeringan Hidrologis, berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau dan, elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
  • 31. 31 c. Kekeringan Pertanian, berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi. d. Kekeringan Sosial Ekonomi, berkaitan dengan kondisi di mana pasokan komoditi ekonomi kurang dari kebutuhan normal akibat terjadinya kekeringan meteorologi, hidrologi, dan pertanian. 2. Kekeringan Antropogenik. Kekeringan yang disebabkan karena ketidak-taatan pada aturan terjadi karena: a. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan akibat ketidaktaatan pengguna terhadap pola tanam atau penggunaan air. b. Kerusakan kawasan tangkapan air, sumber‐sumber air akibat perbuatan manusia. b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Kekeringan Penanggulangan kekeringan disusun dan dirancang berdasarkan hasil peramalan dan monitoring dari institusi formal seperti Badan Metereologi dan Geofisika mengenai kapan dan berapa lama musim kemarau berlangsung. Namun kadang kita juga mengenali tanda-tanda alam, seperti perilaku hewan tertentu, tanaman yang menggugurkan daunnya, dsb. Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi masalah kekurangan air dengan memberi pasokan air. Meskipun demikian, akan lebih baik jika kita melakukan penghematan terhadap penggunaan air. Bagi para petani kekurangan air merupakan risiko, tanah tidak bisa ditanami. Biasanya petani akan beralih profesi pada musim kemarau menjadi buruh atau bertahan dengan memanfaatkan sisa panen sebagai sumber pangan sehari-hari. Selain menghemat air, kita juga bisa menyiapkan lumbung pangan, menyiapkan dana cadangan untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau, membuat embung sebagai penyimpan air, dan menanam tanaman yang dapat mengikat air. Persiapan kebutuhan pangan dan dana cadangan sangat penting bagi sekolah, keluarga, bahkan juga desa, terutama bagi kebutuhan kelompok rentan termasuk ABK.
  • 32. 32 E. TANAH LONGSOR a. Apa Definisi Tanah Longsor Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran, yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Biasanya ini terjadi di sekitar kawasan pegunungan atau perbukitan yang curam. Semakin curam kemiringan suatu kawasan, semakin rentan terhadap bahaya longsor. Gambar gerakan masa tanah b. Daerah-daerah Rawan Longsor Di antaranya:  Daerah yang terletak di kaki bukit.  Daerah dengan lereng tersusun oleh tanah yang mudah lepas dan padat pemukiman. c. Hal-hal yang dapat memicu terjadinya Longsor 1. Getaran, misalkan Gempa bumi, ledakan atau getaran kendaraan berat pada lereng. 2. Pemanfaatan lahan pada lereng yang tidak tepat seperti pembebanan lereng yang berlebihan oleh rumah atau bangunan dan pohon yang terlalu lebat serta pemotongan tanpa perhitungan. d. Tanda-tanda Longsor? 1. Munculnya retakan lengkung memanjang pada lereng/bangunan. 2. Terjadi amblesan tanah. 3. Tiba-tiba muncul rembesan air lumpur pada lereng. 4. Tiba-tiba jendela pintu dan rumah sulit di buka, karena terjadi perubahan bentuk konstruksi pada saat kondisi awal gerakan tanah. 5. Pohon-pohon/ tiang-tiang/ rumah-rumah miring. 6. Berubahnya bentuk bangunan rumah sehingga pintu dan jendela sulit dibuka. 7. Terdengar suara gemuruh dari atas lereng yang sejajar, biasanya terjadi setelah hujan. 8. Air sungai tiba-tiba keruh dan agak naik permukaannya (gejala banjir bandang yang di picu longsor). 9. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar, biasanya terjadi setelah hujan. 10. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan. 11. Keretakan pada lantai dan tembok bangunan. 12. Amblasnya sebagian lantai konstruksi bangunan ataupun tanah pada lereng.
  • 33. 33 13. Terjadinya penggembungan pada tebing lereng atau dinding konstruksi penguat lereng. 14. Miringnya pohon-pohon dan tiang pada lereng. 15. Munculnya mata air baru atau rembesan air pada lereng secara tiba-tiba. 16. Mata air pada lereng berubah keruh secara tiba-tiba. 17. Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar. Sebenarnya tanda-tanda tersebut mudah dikenali, dengan cara itu pula longsor dapat diprediksi dan diantisipasi, oleh karena itu kita harus mengenali betul tanda-tandanya dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar kita. e. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Longsor Apa saja yang harus kita lakukan untuk mengurangi korban jiwa dan materi:  Mengenali tanda-tanda/gejala lereng yang akan bergerak.  Pemetaan daerah rentan dan rawan longsor, serta jalur evakuasinya.  Pemetaan letak instansi-instansi penting (Rumah Sakit, Puskesmas, Kantor Desa dll) untuk penangan korban pada saat kondisi darurat.  Memasang tanda atau memberi rambu pada lereng-lerang yang rawan longsor.  Pemasangan alat pantau atau alat peringatan dini longsor.  Melakukan tindakan pencegahan, misalnya pengaturan drainase lereng (membuat saluran air permukaan & bawah permukaan), melakukan rekayasa vegetasi, dan perbaikan pelandaian lereng.  Koordinasi dengan aparat terkait di desa, kecamatan, dll.  Hindari gangguan pada lereng, seperti penggalian, pemotongan, pembebanan, dan penggundulan lerang yang tidak terkontrol.  Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).  Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. f. Kesiapsiagaan Longsor Marilah memulai langkah kesiapsiagaan terhadap bahaya longsor sebagai berikut: Sebelum terjadi longsor, - Melatih diri, keluarga atau warga sekolah tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi longsor. - Mendiskusikan dengan keluarga atau warga di sekolah, sebagai berkumpul dan berlindung, dengan memastikan tempat-tempat yang aman. - Menyiapkan tas siaga, yang berisi obat-obatan, makanan, minuman, alat komunikasi, alat penerangan, selimut, dan surat-surat berharga. - Pembuatan sistem peringatan dini longsor dengan mempertimbangkan ABK. - Membuat rencana evakuasi, tempat, dan sarana evakuasi, terutama bagi ABK dengan gangguan mobilitas, dengan memperhatikan aksesibilitas. - Penyususnan rencana kedaruratan, simulasi, atau ujicoba. - Memasang rambu dan tanda-tanda lokasi evakuasi. Saat terjadi longsor:  Segera keluar dari area longsoran  Lingkarkan tubuh seperti bola dengan kuat dan lindungi kepala. Hal ini akan sulit dilakukan oleh ABK dengan gangguan mobilitas. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan adalah dengan melindungi kepala dengan helm.  Segera menutup retakan tanah dengan material seperti lempung, agar air hujan tidak meresap masuk dengan cepat.  Menjauh dari lereng yang rentan pada saat hujan.
  • 34. 34 Setelah terjadi longsor: - Evakuasi, pencarian, dan penyelamatan. - Pemberian pertolongan pertama. - Pengkajian cepat tentang kerusakan dan kerugian. - Penyediaan kebutuhan dasar di lokasi pengungsian. - Ikuti perkembangan kejadian bencana dengan mendengarkan informasi dan berkoordinasi. - Perbaikilah lokasi longsor dengan pananaman, pembersihan puing, dan perbaikan rumah. - Tetap waspada akan terjadinya longsoran kembali atau banjir yang mengikutinya. F. ANGIN PUTING BELIUNG a. Apa itu Angin Puting Beliung? Bencana angin yang populer adalah Tornado. Sebutan Tornado atau badai sering membingungkan masyarakat dan menakutkan mereka karena ketidaktahuan akan fenomena alam tersebut. Tornado memang mempunyai daya rusak yang hebat, akan tetapi kejadian tornado tergantung dari skalanya. Di Indonesia tornado memang ada, akan tetapi hanya pada skala F0 dan F1 atau sering dikenal dengan puting beliung, angin puyuh, angin ribut, atau angin leysus. Jelasnya, perbedaan tornado dengan puting beliung hanya pada penyebutan dan skala intensitasnya. Angin puting beliung terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang sangat ekstrim, biasanya terjadi pada musim hujan, sehingga terbentuk angin disertai putaran kencang yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Putaran angin yang kencang tersebut berbentuk melingkar dengan radius antara 5 hingga 10 m dengan kecepatan mencapai 20 hingga 30 knot. Angin puting beliung, yang masuk kategori tornado lemah, mempunyai ciri salah satunya bisa menyebabkan kematian kurang dari 5%, memiliki tenggang waktu 1 sampai dengan 10 menit, dengan kecepatan angin kurang dari 110 mph. b. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Angin Puting Beliung  Struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis yang mampu bertahan terhadap gaya angin.  Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin, khususnya di daerah yang rawan angin badai.  Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari serangan angin badai.  Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.  Pembangunan fasilitas/bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang, saat terjadi serangan angin badai.  Pembangunan rumah yang tahan angin.  Pengamanan/penguatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat membahayakan diri atau orang lain di sekitarnya. c. Kesipasiagaan terhadap Angin Puting Beliung Masyarakat yang hidup di daerah pesisir yang rawan akan bencana ini bisa melakukan beberapa tindakan persiapan menghadapi badai dan angin topan. Apa yang kita lakukan sebelum terjadi bencana angin: a. Menyadari risiko dan membuat rencana pengungsian. Mengetahui risiko dan cara mengungsi yang cepat dan tepat adalah kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan ini b. Melakukan latihan dengan menelusuri jalur-jalur evakuasi akan mempercepat dan memudahkan proses pengungsian apabila diperlukan nanti
  • 35. 35 c. Mengembangkan rencana tindakan Kapan harus bersiap untuk menghadapi badai dan angin topan? Apabila diperlukan, berapa lama dibutuhkan untuk mengungsi? Apakah jalur pengungsian perlu diubah karena terlalu sulit?  Menyiapkan kebutuhan yang diperlukan (persediaan penerangan dan makanan). Pada saat peringatan akan adanya badai, setiap keluarga perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti lilin atau lampu senter, dengan persediaan batereinya (persediaan makanan bagi setiap anggota keluarga, minimum untuk tiga hari ).  Pencegahan di rumah-rumah Menutup jendela-jendela dan pintu-pintu kaca dengan papan. Menurut penelitian terhadap angin, disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan apabila tidak ada angin yang masuk.  Mendengarkan radio untuk informasi darurat BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas penelitian dan peringatan akan ancaman. Biasanya badan ini menyiarkan peringatan kepada masyarakat melalui radio. Bisa dengan radio komunikasi atau dengan radio komunitas. d. Saat Terjadinya Bencana Angin  Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi. Walaupun tidak ada anjuran, masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi.  Hindari kaca jendela, dan lindungi kepala. Jika mungkin, bersembunyilah di bawah tempat tidur atau meja di sekolah. Untuk ABK dengan gangguan mobilitas yang tidak dapat berdiri, lindungilah kepala dengan helm atau tas. Jangan panik, waspada bahaya yang terjadi. Apabila dianjurkan untuk tinggal di dalam rumah :  Semua persediaan sudah disiapkan.  Jika diperlukan, tinggal di suatu ruangan yang paling aman di dalam rumah.  Matikan semua sumber api, aliran listrik, dan peralatan elektronik.  Terus mendengarkan radio agar mengetahui perubahan kondisi. Hindari Banjir  Apabila banjir mulai masuk ke dalam rumah, naiklah ke tempat yang lebih tinggi, jika memungkinkan. Waspada terhadap ‘pusat’ angin topan. Pusat badai dan angin topan ini biasanya mencapai luas radius 30-50 km, di mana badainya bisa mencapai radius 600 km.  Pada saat ‘pusat’ badai ini lewat, keadaan biasanya lebih tenang dan tidak berawan, namun ini bukan berarti badai telah berlalu. e. Saran-saran tindakan setelah bencana angin terjadi: 1) Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman. 2) Banyak kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini. Untuk memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. 3) Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan menyalakan aliran listrik sebelum dinyatakan aman. Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari kecelakaan, jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini. 4) Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau gas segera matikan aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut sekeringnya. 5) Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi sangat sibuk pada saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus diutamakan. 6) Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.
  • 36. 36 DAFTAR ISTILAH Mitigasi Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (bersifat jangka panjang). Kesiapsiagaan Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian masyarakat, serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Risiko Bencana adalah gabungan dari kharakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang dimiliki unsur-unsur tersebut. Peringatan Dini adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas, tidak membingungkan, serta resmi. Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban, harta benda, evakuasi, dan pengungsian. Penanggulangan Bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, saat sebelum, saat berlangsung, dan saat sesudah terjadi bencana, yang mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Gempa Bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik. Letusan Gunung Berapi/Gunung Meletus merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah ‘erupsi’. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas beracun, tsunami, dan banjir lahar. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang, yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan oleh: (1) gempa bumi diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di dalam laut; (3) letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau. Tanah Longsor adalah perpindahan material pembentukan lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, ataupun material campuran, yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Hal ini merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan dan perbukitan yang curam. Banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimpah dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah. Selain itu sistem drainase dangkal yang menampung banjir buatan yang ada, tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut, sehingga meluap. Angin Topan merupakan pusat angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih, yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin topan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Konflik Sosial/Kerusuhan Sosial adalah suatu gerakan masal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya, dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar agama/SARA. Korban adalah orang atau sekelompok orang yang mengalami dampak buruk akibat bencana, seperti kerusakan dan/atau kerugian harta benda, penderitaan, dan/atau kehilangan jiwa. Korban meliputi korban meninggal, hilang, luka/sakit, menderita, dan mengungsi. Kerusakan Harta Benda meliputi rumah, fasilitas pendidikan (sekolah, madrasah atau pesantren), fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik), fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara dan pura),
  • 37. 37 bangunan lain (kantor, pasar, kios), dan jalan yang mengalami kerusakan (ringan, sedang dan berat atau hancur maupun roboh), serta sawah yang terkena bencana dan gagal panen (puso). Aksesibilitas adalah kemudahan untuk menggunakan, masuk, keluar, dan memanfaatkan suatu fasilitas, baik secara fisik maupun non fisik. Terkait dengan kebencanaan, aksesibilitas ini berupa jalur aksesibel bagi pengguna kursi roda atau tongkat untuk menuju tempat evakuasi, media informasi PRB yang bisa didapatkan dan dipahami oleh penyandang cacat. Kelompok Rentan terkait dengan kebencanaan merupakan anggota masyarakat yang paling berpotensi mengalami kesulitan atau risiko saat dan setelah terjadi bencana. Risiko atau kesulitan ini ditimbulkan antara lain oleh tidak tersedianya aksesibilitas yang mendukung kemandirian atau keselamatan mereka. Contoh kelompok rentan adalah: penyandang cacat, orang lanjut usia, ibu hamil dan menyusui, anak kecil (bayi dan balita), dll. Orang Berkebutuhan Khusus adalah orang-orang yang memiliki kesulitan dalam bergerak, mendengarkan, melihat, berkomunikasi, dan/atau belajar. Mereka dapat berasal dari semua kelompok umur termasuk anak- anak yang disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak Tuna Daksa adalah anak yang mengalami hambatan gerak karena terdapat masalah pada otot, tulang, maupun sendi. Karena hambatan yang dimilikinya, anak tersebut harus menggunakan alat bantu gerak, contohnya kursi roda, krek, maupun organ gerak tiruan, seperti kaki palsu. Bantuan Darurat (relief) merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi, dan air bersih Pemulihan (recovery) adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula, dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll). Rehabilitasi adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula, dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll). Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi, untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
  • 38. 38 DAFTAR PUSTAKA UN Secretariat Disability Paper (E/CN.5/2008/6) “Mainstreaming disability in the development agenda” (February 2008, p-2), available at www.ods.un.org Oosters, B, CBM International “Looking with a disability lens at the disaster caused by the Tsunami in South- East Asia”, (2005). Oosters, B, CBM International “Looking with a disability lens at the disaster caused by the Tsunami in South- East Asia”, (2005). Buku Panduan Guru: Pendidikan Siaga Bencana, 2008. MDMC, jakarta Andriyanto, Wawan.2011. Aksi pemuda Panduan PRBBK untuk Pemuda, Kementerian pemuda dan olahraga, jakarta. Kurnian, Lilik dkk, 2011, Indeks Rawan Bencana Aindonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta. Benson, Charlotte; John Twigg. 2007. Perangakat untuk Mengarusutamakan PRB, Provention Consorsium secretariat. Modul Ajar Pengintegrasian PRB, 2009. Kementerian Pendidikan Nasioanl, Jakarta. Panduan Pembelajaran Materi PRB untuk ABK, 2010. ASB, Yogyakarta. Pengurangan Risiko Bencana Bagi Penyandang cacat, 2004. ASB,Yogyakarta. Tim Fasilitator Crash Programme Forum PRB DIY, 2009, Modul Pelatihan pengarusutamaan PRB dalam Program Pengembangan Masyarakat Sipil, Forum PRB DIY, Yogyakarta. Modul Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas, 2011, IOM, Yogyakarta. Dra. Maria Listiyani, 2009, Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangna Risiko Gempa Bumi bahan pengayaan bagi Guru SD/MI, Puskur Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta. Tim ASB Indonesia, Aksesibilitas Fisik: Panduan untuk mendesain aksesibilitas fisik bagi semua orang di lingkungan sekolah, ASB, Yogyakarta. Tim Penulis BNPB, 2009, Data Bencana Indonesia Tahun 2009, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta. Tim Penyusun. 2009, Modul Pengurangan Risiko Bencana Crash Programme DIY, Forum PRB DIY.