SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 16
Baixar para ler offline
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
   SECARA MANDIRI DAN PRODUKTIF
      BERBASIS MASYARAKAT

KAMPUNG SUKUNAN, BANYURADEN, GAMPING,
       SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA




                   iswanto

          Paguyuban Sukunan Bersemi
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Yogyakarta
           Monash University Australia
                      2006




                                               1
PENDAHULUAN



     Sistem pengelolaan sampah swakelola di Sukunan dilatarbelakangi oleh
permasalahan sampah yang dialami oleh masyarakat khususnya kaum petani. Sukunan
berpenduduk sekitar 800 jiwa dengan 250 Kepala Keluarga (KK) yang menempati areal
kampung seluas 42 Ha dan terbagi menjadi 5 Rukun Tetangga (RT). Sebagian besar
KK-nya berpendidikan dan berpendapatan menengah ke bawah yang bekerja sebagai
buruh tani, tani, buruh bangunan, pedagang, usaha kecil rumahan (tempe, tahu, sujen,
emping mlinjo). Hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan swasta, PNS dan TNI .
     Pada tahun 2000, beberapa petani mulai mengeluh dengan semakin banyaknya
sampah plastik, kaca dan kaleng yang masuk ke lahan persawahan mereka. Secara nyata
sampah-sampah tersebut mengganggu dan merugikan petani. Tanaman padipun menjadi
rusak karena sampah. Plastik yang terbenam ke tanah menghalangi perakaran padi,
sehingga kesuburan dan hasil panen juga menurun. Pecahan kaca dan beling sering
mengakibatkan cidera/luka bagi petani saat mengerjakan sawahnya. Selain itu, petani
harus mengeluarkan waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan sampah dari
sawahnya. Petani yang selalu nrimo dan penuh kesederhanaan menjadi korban dari
orang yang membuang sampah sembarangan.
     Seiring dengan perkembangan kota, Sukunan yang termasuk kampung di wilayah
perbatasan kota juga mengalami perubahan. Semakin bertambahnya penduduk dan
masuknya pendatang ke kampung Sukunan, semakin banyak pula rumah yang
dibangun. Akibatnya perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan menjadi
sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah lagi. Sampah yang dihasilkan
juga semakin banyak, sementara lahan yang biasanya dapat dipakai untuk membuang
sampah (pekarangan) tidak ada lagi. Mereka bingung harus menempatkan sampahnya
dimana. Mungkin kebingungan itu tidak akan terjadi apabila di Sukunan sudah ada
pelayanan sampah dari Pemerintah (Dinas Kebersihan) maupun swasta (penggerobak).
Tidak dapat dielakkan lagi, akhirnya masyarakat membuang sampahnya pada lahan-
lahan kosong milik orang lain atau di tepi jalan, bahkan juga di saluran irigasi dan
sungai. Sampah nampak berserakan dan mengganggu kenyamanan dimana-mana.



                                                                                   2
Kebiasaan membakar sampah secara bebas memang sudah membudaya di
masyarakat termasuk di Sukunan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat ini
berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah saat ini cenderung didominasi
oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dan
sebagainya. Apabila sampah-sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas
beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan
memperburuk kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik
menghasilkan gas dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap
rokok. Dioxin termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam
jaringan tubuh manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu
sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker. Pembakaran styrofoam akan
menghasilkan CFC yang dapat merusak lapisan ozon dan berbahaya bagi manusia.
       Kepraktisan merupakan salah satu alasan mengapa orang memilih barang-barang
sekali pakai. Mereka enggan menggunakan dan memanfaatkannya kembali walaupun
sebenarnya masih bisa dipakai berulang-ulang. Orang cenderung tidak mau repot–repot
untuk merawatnya. Kebiasaan tersebut sudah mulai menggejala di masyarakat. Selain
pemborosan, tentunya kegemaran itu berdampak pada pembengkakan produksi sampah.
       Pemahaman masyarakat terhadap konsep 3R, yaitu reuse (memakai kembali
barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce (berusaha mengurangi sampah) dan
recycle (mendaur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan) juga masih rendah.
Akibatnya produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat semakin melimpah dan
menumpuk di mana-mana. TPA-TPA liar bermunculan dan menjamur dimana-mana.
       Masyarakat umumnya menganggap bahwa semua sampah itu tidak ada gunanya,
kotor dan menjijikkan sehingga harus dibuang atau dilenyapkan dari pandangan mata.
Apapun caranya yang penting sampah tidak terlihat lagi. Banyak orang kemudian
membuang     sampah   di   tempat   yang   jauh   dari   tempat   tinggal/permukiman,
menghanyutkan di sungai, mengubur/menyembunyikan didalam tanah atau bahkan
membakarnya. Setiap menghasilkan sampah, orang ingin cepat-cepat membuang atau
melenyapkan. Bahkan penanganan sampah yang dilakukan Pemerintah secara umum
masih berorientasi konsumtif dan masih sebatas memindahkan sampah ke tempat lain
(TPA). Padahal keberadaan sampah di TPA lebih sering menimbulkan masalah bagi
masyarakat sekitarnya dan mencemari lingkungan (air, tanah dan udara).


                                                                                   3
Sampai sekarang, sepertinya Pemerintah juga belum berdaya mengendalikan
Perusahaan agar menggunakan bungkus/kemasan yang dapat didaur ulang (ramah
lingkungan). Hal ini dibuktikan dengan masih dibebaskannya Perusahaan memakai
bungkus/pengemas yang belum dapat didaur ulang. Misalnya menggunakan bungkus
plastik bergambar (full color) baik yang berlapis aluminium foil. Pengemas tersebut
sering dijumpai untuk bungkus makanan-minuman seperti kopi, susu, mie, snack, dan
bungkus aneka detergen. Styrofoam yang biasa sebagai pengemas makanan dan
pelindung barang elektronik juga belum didaur ulang. Keadaan semakin mencemaskan
ketika melihat fenomena di masyarakat yang menganggap seolah-olah kotak makanan
dari bahan styrofoam lebih modern dan lebih prestisius dibandingkan dengan kotak
makanan yang terbuat dari kertas (kardus) atau anyaman bambu (besek).
       Seharusnya Pemerintah mulai mengatur perusahaan agar menggunakan bahan
pengemas yang dapat didaur ulang di Indonesia. Bagaimanapun, secara tidak langsung
perusahaan ikut andil dalam menghasilkan sampah. Sudah seharusnya perusahaan juga
diberi tanggung jawab terhadap pengelolaan bekas pengemas yang digunakannya.
       Idealnya setiap ada jenis sampah tertentu harus diimbangi dengan perusahaan
yang dapat mendaur ulang jenis sampah tertentu itu. Misalnya Perusahaan A
menggunakan pengemas jenis plastik berlapis aluminium foil, maka harus ada
Perusahaan B yang dapat mendaur ulang bahan tersebut. Sehingga pengemas jenis
plastik aluminium foil yang telah dipakai (sampah) dapat didaur ulang kembali menjadi
pengemas baru atau barang lain oleh Perusahaan B. Apabila tidak tersedia dan tidak
terkendali, maka dapat dipastikan bekas pengemas itu akan betul-betul menjadi sampah
yang melimpah dimana-mana bahkan menumpuk di TPA, karena tidak ada orang yang
mau memungutnya. TPA akan semakin cepat penuh atau pendek umurnya. Betapa sulit
dan mahalnya mencari TPA baru, karena masyarakat cenderung menolak kehadiran
TPA di wilayahnya. Kalau tidak dicarikan solusi yang tepat tentunya kita tinggal
menunggu bom waktu meledaknya sampah di Indonesia.
      Melihat berbagai persoalan tersebut di atas, menggugah semangat dan
mendorong warga Sukunan untuk mencari cara yang tepat dalam mengelola sampah.
Pengelolaan sampah dapat dinilai tepat apabila: 1) dapat dilakukan oleh masyarakat
sendiri (mandiri), 2) dapat memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat (produktif),




                                                                                   4
3) dapat menyelesaikan semua sampah (komprehensif), dan 4) tidak mencemari
lingkungan (ramah lingkungan).
       Dalam rangka mencari penyelesaian masalah sampah secara tepat, maka tahun
2002 mulai dilakukan percobaan-percobaan pembuatan kompos secara sederhana pada
tingkat rumah tangga guna mengatasi sampah organik. Akhirnya dapat ditemukan
model pembuatan kompos dengan memakai gentong tanah. Ternyata kompos yang
dihasilkan lebih baik daripada memakai drum besi atau ember plastik.
       Hasil percobaan menunjukkan bahwa gentong dengan volume ± 100 liter dapat
menampung sampah organik yang dihasilkan dari keluarga dengan anggota 4 orang
selama 3 bulan. Sementara proses pengomposan secara alami berlangsung antara 2 – 3
bulan. Dengan demikian untuk menyelesaikan sampah organik pada setiap rumah
tangga diperlukan 2 buah gentong, yang masing-masing dapat menampung sampah
selama 2 – 3 bulan, dan dipakai secara bergantian.
       Setelah menyelesaikan masalah sampah organik alami, pada tahun 2003
kegiatan dilanjutkan untuk mencari cara menyelesaikan masalah sampah         lainnya
(organik sintetis dan anorganik). Studi lapangan ke beberapa tempat/pihak dilakukan,
antara lain ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Kwarasan, Tambakboyo
dan Alun-alun Utara, ke TPA Piyungan, wawancara dengan pemulung dan beberapa
pengepul (lapak) sampah.
       Dari kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa ternyata hampir semua sampah
dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah dilakukan pemilahan (dapat dijual).
Berarti seandainya sampah dipilahkan sejak dari rumah tangga (penghasil sampah),
maka yang dihasilkan bukan lagi berupa sampah lagi, tetapi berupa barang-barang yang
bernilai ekonomi. Apabila sampah-sampah yang dihasilkan dari setiap rumah tangga
tersebut kemudian dikumpulkan dan dijual, maka uang hasil penjualan sampah itu dapat
digunakan untuk membayar pengangkut/pengumpul sampah (biaya operasional),
bahkan kalau masih sisa dapat menambah kas kampung.




                                                                                   5
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI
                      DI KAMPUNG SUKUNAN


Landasan berfikir dalam penyusunan sistem pengelolaan sampah ala Sukunan adalah
sebagai berikut :
1. Setelah dipisah-pisahkan sesuai jenisnya, ternyata hampir semua sampah (kertas,
   logam, kaca, plastik) dapat dijual secara langsung (bernilai ekonomi).
2. Dalam pengelolaan sampah diperlukan biaya operasional untuk pengangkutan-
   pengumpulan, penyortiran dan pengepakan terhadap jenis sampah khusus anorganik.
3. Untuk menekan biaya operasional pengangkutan dan penyortiran maka pemisahan
   sampah harus dilakukan pada sumbernya (rumah tangga).
4. Karena sifat sampah organik yang mudah busuk, maka harus diatasi dan diproses
   sampai menjadi kompos pada masing-masing rumah tangga.
5. Biaya operasional pengelolaan sampah dapat terpenuhi dari hasil penjualan sampah
   dan produk-produk daur ulang sampah.
6. Dengan modal memisah-misahkan sampah sesuai jenisnya, masyarakat tidak perlu
   membayar sampah.
7. Laba penjualan sampah setelah dikurangi biaya operasional dapat dimasukkan
   kedalam kas kampung untuk dana pengembangan dan pembangunan.
       Secara garis besar sistem pengelolaan sampah swakelola ala Sukunan meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1. Setiap rumah tangga memisah-misahkan sampah sesuai jenisnya yaitu plastik,
   kertas, kaca-logam dan organik. Sampah plastik, kertas, kaca-logam dimasukkan
   kedalam kantong sendiri-sendiri, sedangkan sampah organik dimasukkan ke
   gentong kompos.
2. Setelah kantong yang digunakan untuk menampung sampah plastik, kertas,logam-
   kaca penuh, kemudian masing-masing rumah tangga membawa dan memasukkan
   sampah tersebut kedalam tong-tong/drum sampah terdekat sesuai jenisnya pula.
3. Setelah tong sampah penuh akan diambil dan diangkut ke Tempat Penampungan
   Sampah (TPS) kampung oleh Petugas.
4. Setelah masuk di TPS, dilakukan penyortiran lebih khusus lagi dan dilanjutkan
   dengan pengepakan kemudian dijual ke Pengepul Sampah/Lapak (rekanan).


                                                                                  6
5. Hasil penjualan sampah untuk biaya operasional (petugas/swasta) dan sisanya
   masuk kas kampung.
6. Khusus untuk sampah organik, setelah menghasilkan kompos di rumah masing-
   masing sebagian dikemas lalu dijual dan sebagian lagi dipakai sendiri untuk
   penghijauan lingkungan rumah dan kampung.
7. Sedangkan sampah bungkus makanan, minuman dan deterjen (jenis sampah plastik
   tebal baik yang berlapis aluminium foil maupun tidak berlapis) didaur ulang
   menjadi kerajinan tangan seperti tas dan dompet. Selanjutnya hasil kerajinan tangan
   tersebut dapat dipakai sendiri atau dijual.

   BAGAN PENGELOLAAN SAMPAH ala SUKUNAN
                                 RUMAH TANGGA


 ORGANIK ORGANIK PLASTIK                 KERTAS      LOGAM
                                                                     BUNGKUS
    I       II                                        KACA
                                                                     KEMASAN

                          PLASTIK                    LOGAM
                                         KERTAS
                                                      KACA          KERAJINAN

                                                    TPS
     KOMPOS                                       KAMPUNG


   PENGHIJAUAN

 PENDAPATAN WARGA                       DIJUAL                KAS KAMPUNG


              LINGKUNGAN BERSIH, SEHAT & INDAH


                                                                                    7
Sementara untuk jenis sampah organik alami diproses secara sederhana menjadi
kompos dengan memakai 2 gentong kompos yang dipakai secara bergantian.
Diusahakan gentong yang dipakai dapat menampung sampah rumah tangga lebih dari 2
bulan. Mula-mula yang dipakai gentong I, setelah gentong I penuh (3 bulan) kemudian
beralih menggunakan gentong II. Sampah yang ada di gentong I dibiarkan terus dan
diperiksa setiap minggu sekali. Jika terlalu kering, disirami air. Akan lebih baik jika
dilakukan pengadukan setiap bulan sekali.
     Ketika gentong II penuh, maka proses dekomposisi di gentong I sudah
berlangsung selama 3 bulan. Waktu 3 bulan tersebut, biasanya sampah organik sudah
menjadi kompos secara alami tanpa penambahan bahan inokulan. Selanjutnya kompos
yang sudah jadi dikeluarkan, sehingga gentong I dapat digunakan kembali untuk
menampung sampah organik berikutnya.
     Kompos yang dihasilkan dari gentong rumah tangga dapat dipakai sendiri untuk
pupuk tanaman atau dikemas kemudian dijual. Hasil penjualan kompos sebagian untuk
penghasil kompos, untuk tenaga pemasar dan sebagian masuk ke kas kampung.
       Jenis sampah dari bungkus minuman seperti coffee capucino, coffee milk,
marimas, kopi kapal api, pop ice, milo, energen, ginseng coffee, susu bendera dan
bungkus deterjen, pewangi pakaian dll, merupakan jenis sampah yang tidak diminati
oleh pemulung dan pengepul (tidak laku dijual). Oleh kaum Ibu-ibu dan Pemudi
Sukunan, bungkus-bungkus tersebut didaur ulang menjadi barang kerajinan tangan
seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain yang dapat dipakai sendiri atau dijual.
Dengan demikian semua sampah akan menjadi laku dan secara tidak langsung akan
mengurangi sampah.




                                                                                       8
PROSES SOSIALISASI DAN IMPLEMENTASI
             SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI
                     DI KAMPUNG SUKUNAN



      Kegiatan sosialisasi dan implementasi sistem pengelolaan sampah swakelola di
Kampung Sukunan dimulai pada bulan Januari 2004. Proses sosialisasi dan
implementasi sistem melalui langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah Pertama
       Menyampaikan gagasan sistem pengelolaan sampah secara mandiri dan
produktif kepada tokoh masyarakat Sukunan, antara lain Kepala Dusun, Wakil Badan
Perwakilan Desa (BPD), Ketua RW, Ketua-ketua RT, Dasa Wisma, Takmir Masjid,
Pengurus Pengajian dan Pemuda. Momentum ini sangat diperlukan guna mengetahui
tanggapan awal tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap sistem
pengelolaan sampah yang ditawarkan.

Langkah Kedua
        Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting
peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang akan
dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih mereka
yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi, bertanggung
jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Bersama tokoh-tokoh masyarakat
yang ada, tim ini bertugas melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara
terus menerus kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan
sampah swakelola. Tim Pengelola Sampah menjadi bagian dari struktur organisasi
kampung.

Langkah Ketiga
        Menyusun visi, misi dan slogan kampung untuk menyamakan persepsi dan
meningkatkan motivasi masyarakat. Dalam membuat slogan, masyarakat ikut
dilibatkan. Slogan kampung Sukunan dibuat bersama-sama Pemuda yaitu SUKUNAN
BERSEMI yang merupakan singkatan dari BERSIH, SEHAT, MURNI dan INDAH.

Langkah Keempat
        Sosialisasi, edukasi dan motivasi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat
(anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, tanya jawab, permainan,
membuat mural dan perlombaan-perlombaan. Lomba-lomba yang diadakan meliputi
lomba memisahkan sampah antar anak, lomba kebersihan lingkungan antar kelompok
dasawisma, lomba membuat mural, lomba membuat kompos dan lomba kreasi daur
ulang. Pemuda diberi peran besar dalam sosialisasi ini antara lain menjadi organizer
sosialisasi kepada pemuda/i dan anak-anak. Selain itu sosialisasi dilakukan juga melalui
dapat melalui media lain seperti membuat mural pendidikan pada tembok pagar
penduduk oleh Pemuda dan juga melalui lagu yang berisi ajakan kepada masyarakat



                                                                                      9
untuk melakukan pengelolaan sampah secara benar. Lagu-lagu, puisi dan kreasi seni
lain dapat digunakan dalam sosisalisi.

Lagu “SUKUNAN BERSEMI”
(oleh Iswanto)

          MARILAH MARI WAHAI WARGA SUKUNAN
          KITA JAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN
          JANGAN LUPA KITA HARUS MEMISAHKAN
          SAMPAH PLASTIK, KERTAS, KACA DAN LOGAM

          KITA HARUS JAGA KESEHATAN
          BUANG SAMPAH JANGAN SEMBARANGAN
          BAKAR PLASTIK JANGAN DILAKUKAN
          SAMPAH-SAMPAH YOK KITA KUMPULKAN

          KAMPUNG SUKUNAN BERSIH DAN NYAMAN


Puisi “BALADA SEONGGOK SAMPAH”
(oleh Iswanto & Ronadeva)

          Aku lahir karena kamu
          Aku ada juga karena kamu
          Setiap hari engkau hasilkan aku
          Setiap hari pula engkau campakkan aku

          Betapa malang nasibku jadi seonggok sampah
          Selalu dijauhi, dihina dan disia-siakan
          Betapa sedih ditakdirkan jadi setumpuk sampah
          Dianggap jadi penyebab bencana dan musibah

          Salah sendiri engkau buang aku ke kali
          Hingga aku kirimkan banjir bertubi-tubi
          Salah sendiri engkau bakar aku sembarangan
          Hingga aku sebarkan racun pencemaran

          Salah sendiri engkau buang aku di tepi jalan,
          Hingga aku munculkan kekumuhan,
          Salah sendiri engkau buang aku di sembarang tempat,
          Hingga aku sebarkan lalat dan bau menyengat

          Tidak mampukah wahai engkau manusia
          Mengelola aku dengan sebaik-baiknya
          Tidak sadarkah wahai engkau manusia
          Ada mutiara dalam seonggok sampah.




                                                                              10
Langkah Kelima
        Untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya,
latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dll.

Langkah Keenam
Menyiapkan sarana pendukung pengelolaan sampah. Sarana pendukung yang
diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya gantungan sampah, tong/drum sampah,
gentong kompos, gerobak sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung.
Pengadaan dan pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh masyarakat sendiri
secara gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana
tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya dan menggunakannya. Pemuda
dilibatkan dalam membuat drum sampah (mengelas, mengecat dan melukis), agar
mereka juga mempunyai rasa handarbani terhadap program. Masyarakat menjadi
subyek, bukan menjadi obyek.

Langkah Ketujuh
        Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau
menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain, sebaiknya
ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu misalnya pemuda atau
penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan tanggung jawab antara
pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul sampah (lapak) yang berada di
sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan (swasta) yang menerima dan
membeli sampah-sampah yang telah dipisahkan oleh masyarakat.

Langkah Kedelapan
       Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistim pengelolaan sampah
swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan pemilahan
sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai memasukkan kedalam
tong sampah terdekat. Pengurus kampung dapat membuat surat himbauan kepada
warganya agar mengikuti program pengelolaan sampah mandiri dan produktif,
dilengkapi dengan leaflet dan gambar-gambar petunjuk atau prosedur yang harus
dilakukan oleh masyarakat. Surat himbauan dibuat secara resmi dan ditandatangani oleh
perangkat kampung/pemerintahan yang berkompeten.

Langkah Kesembilan
        Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau (monitoring) dan dievaluasi oleh
suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam
rapat tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat
dilakukan.

Langkah Kesepuluh
       Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus
dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat melalui forum rapat-rapat pertemuan rutin
warga setiap bulan sekali.




                                                                                   11
HASIL PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
                MANDIRI DI KAMPUNG SUKUNAN


Setelah melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola sejak tahun 2004, dapat
diperoleh hasil dan prestasi kampung Sukunan sebagai berikut :
1.   Tumbuh kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola sampah
     secara benar sejak dini pada tingkat rumah tangga.
2.   Kebersihan dan kesehatan lingkungan meningkat, sehingga berdampak pada
     menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan seperti demam berdarah dan diare.
3.   Sebagian besar masyarakat Sukunan (±85%) telah melaksanakan sistem
     pengelolaan sampah swakelola dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya
     sejak rumah tangga masing-masing.
4.   Hasil penjualan sampah plastik, kertas, kaca dan logam berkisar antara
     Rp. 150.000, - sampai Rp. 250.000,- per bulan,       penjualan   kompos    sekitar
     Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,- per bulan dan penjualan kerajinan daur ulang
     sekitar Rp. 500.000,- per bulan.
5.   Hasil penjualan sampah beserta hasil daur ulang ternyata dapat menutup biaya
     operasional pengelolaan sampah (pengangkutan, penyortiran dan pengepakan),
     bahkan dapat menambah kas kampung sebesar Rp. 30.000 – 70.000 per bulan.
     Uang kas tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan kampung seperti kursi,
     meja, sound system dan perkakas lainnya yang dapat dipakai oleh masyarakat.
6.   Kegiatan pengelolaan sampah tersebut dapat menyerap tenaga kerja sekitar 35
     orang, sebagai pengangkut, pengrajin tas daur ulang, pembuat kompos, jual beli
     sampah dan pembuat fasilitas sampah.
7.   Berhasil memberdayakan Ibu-ibu dan Pemudi Sukunan membuat usaha daur ulang
     (tas dari sampah, kompos, pembuatan drum sampah, pot, jual beli sampah).
8.   Paguyuban Sukunan Bersemi sering melakukan sosialisasi dan pelatihan ke
     Kampung Lain, Perkantoran dan Perhotelan yang ingin mencontoh. Juga diundang
     mengikuti workshop lingkungan dan memberi pembekalan pada mahasiswa asing.
9.   Banyak orang yang datang untuk belajar pengelolaan sampah ala Sukunan, seperti
     dari masyarakat kampung lain termasuk dari luar DIY (Banten, Jawa Barat, DKI



                                                                                    12
Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Banjarmasin, dll), akademisi
    (Poltekkes Yogyakarta, UGM, UNY, UMY), instansi Pemerintah (KPDL,
    Kimpraswil, DKKP, Dinkes, Kecamatan), LSM, Pusat Studi, termasuk dari luar
    negeri seperti Singapore, Australia, Jerman, UK, USA, Malaysia, Jepang, dll.
10. Sistem pengelolaan sampah swakelola Sukunan telah dipublikasikan oleh berbagai
    surat kabar dan media elektronik lain seperti The Jakarta Post, Kedaulatan Rakyat,
    Kompas, Bernas, Majalah GATRA, Majalah Sinus, News Letter PUDSEA, JOGJA
    TV, Suara Pembaharuan, RRI, ABC Australia, SBS Australia, dll.
11. Sistem ini mulai dikembangkan ke kampung lain seperti Mulungan (Sleman),
    Singosaren   (Bantul),   Cokrodiningratan,    Ngampilan,     Gedongkiwo        (Kota
    Yogyakarta), Pondok Pesantren Pandanaran Sleman, dll.
11. Mengantarkan Paguyubuan Sukunan Bersemi dengan sistem pengelolaan sampah
    swakelolanya menjadi Juara I Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
    Kementerian Lingkungan Hidup RI Tahun 2004 dan berhak mengikuti acara
    puncak di Istana Negara Jakarta pada Hari Ibu 2004 dan di Istana Cipanas pada
    Hari Lingkungan Hidup 2005.
12. Mengantarkan Paguyubuan Sukunan Bersemi menjadi juara III kategori penyelamat
    lingkungan tingkat Kabupaten Sleman 2005.




                                                                                     13
KEUNTUNGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI
                DI KAMPUNG SUKUNAN

Secara umum sistem pengelolaan sampah mandiri ala Sukunan ini memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :
1. Terbentuk Kebiasaan Mengelola Sampah yang Benar Sejak Dini
           Meskipun awalnya terasa sulit dan rumit, tetapi setelah dilakukan secara
   terus menerus akhirnya akan terasa mudah dan bahkan dapat menjadi kebiasaan di
   rumah tangga masing-masing. Secara tidak langsung juga mendidik anggota
   keluarga termasuk anak-anak untuk melakukan pengelolaan sampah secara benar.
   Apabila sejak usia dini telah ditanamkan kebiasaan baik, maka setelah dewasa
   diharapkan akan melakukan pengelolaan sampah secara benar pula.
2. Masyarakat Tidak Perlu Membayar Sampah
           Dengan melaksanakan sistem pengelolaan sampah ala Sukunan, masyarakat
   tidak perlu membayar sampah. Setidak-tidaknya telah melakukan efisiensi biaya
   pengeluaran keluarga. Andaikan setiap keluarga dipungut retribusi dan biaya
   pengangkutan sampah antara Rp. 3.000,- sampai Rp. 10.000,- per bulan, maka
   dengan melakukan pengelolaan sampah ala Sukunan dapat menghemat pengeluaran
   sebesar Rp. 36.000 – Rp.120.000 per keluarga dalam satu tahun. Kalau dalam satu
   kampung ada 200 keluarga maka dapat menghemat pengeluaran kampung sebesar
   Rp. 7.200.000 – Rp. 24.000.000 per tahun. Sehingga dana tersebut dapat dialihkan
   untuk pembangunan kampung termasuk upaya peningkatan kesehatan dan
   pendidikan bagi masyarakat.
3. Masyarakat Tidak Bingung Lagi dengan Masalah Sampah
           Meskipun tidak ada pelayanan sampah dari Pemerintah, masyarakat tidak
   perlu bingung dalam membuang sampahnya, karena sudah tersedia sistem
   pengelolaan sampah swakelola yang ada di Kampungnya.
4. Tercipta Lingkungan yang Sehat
           Apabila setiap keluarga dan kampung melaksanakan pengelolaan sampah
   swakelola ala Sukunan ini, maka akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi
   lebih bersih, sehat, dan indah. Jumlah sampah perusak tanah, air dan tanaman
   pertanian dapat dikurangi. Pencemaran udara karena pembakaran sampah yang



                                                                                14
membabi buta juga dapat dikurangi. Sehingga diharapkan kesehatan masyarakat
   yang optimal dapat tercapai.
5. Memperpanjang Usia Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
            Sistem pengelolaan sampah swakelola ala Sukunan dapat menurunkan
   volume sampah yang masuk ke TPA. Karena hampir semua sampah dapat diatasi di
   sumber penghasil sampah, sehingga tidak sampai diangkut ke TPA. Semua sampah
   dapat selesai di tingkat kampung, sehingga umur TPA akan semakin panjang.
   Sebagaimana diketahui bahwa TPA merupakan salah satu sumber pencemaran bagi
   lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
6. Meringankan Beban Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah
            Karena sampah sudah dikelola dan diselesaikan sendiri oleh masyarakat,
   maka beban Pemerintah untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA tidak
   diperlukan lagi. Selain itu, keberadaan TPA tidak mutlak diperlukan, sehingga dapat
   menurunkan beban Pemerintah dalam mencari dan menyewa TPA. Minimal dapat
   menurunkan subsidi pemerintah untuk pengelolaan sampah, sehingga dapat
   dialihkan untuk subsidi pendidikan dan kesehatan masyarakat.




                                                                                   15
PENUTUP




Berdasarkan kajian terhadap proses dan hasil sistem pengelolaan sampah mandiri yang
dirintis di Kampung Sukunan sejak tahun 2004, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.   Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan bersifat mandiri
     artinya sampah dapat ditangani dan diselesaikan sendiri oleh masyarakat, sehingga
     sampah dapat diatasi pada tingkat kampung dan tidak membebani Pemerintah.
2.   Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan bersifat produktif
     karena dapat menghasilkan keuntungan bagi masyarakat dan kampung atau setidak-
     tidaknya masyarakat/kampung tidak perlu mengeluarkan biaya sampah (efisiensi).
3.   Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan bersifat ramah
     lingkungan, karena dalam penanganannya menggunakan cara yang tidak
     mengakibatkan terjadinya pencemaran bagi lingkungan.
4.   Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan dapat menjadi salah
     satu alternatif dalam mengatasi persoalan sampah rumah tangga di lingkungan
     permukiman.




                                                                                   16

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampahPengelolaan sampah
Pengelolaan sampahSiti Aisyah
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
Penyelenggaraan Pengelolaan PersampahanPenyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
Penyelenggaraan Pengelolaan PersampahanJoy Irman
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumberPenyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumberTalitha Amalia
 
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATASOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATASiti Farida
 
Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3
Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3
Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3Instansi
 
Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis MasyarakatPengolahan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis MasyarakatIrmawan Nugroho
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...infosanitasi
 
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah Rumah TanggaPengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah Rumah TanggaLidia Fibriana
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiSyaiful Bahri
 
Sanitarian DO
Sanitarian DOSanitarian DO
Sanitarian DOharigmail
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RPersyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RJoy Irman
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisataaprinias
 
Pengolahan Sampah Dengan 3R
Pengolahan Sampah Dengan 3RPengolahan Sampah Dengan 3R
Pengolahan Sampah Dengan 3RIrmawan Nugroho
 
POWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptx
POWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptxPOWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptx
POWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptxNovietaAyuPratiwi1
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahJoy Irman
 

Mais procurados (20)

Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampahPengelolaan sampah
Pengelolaan sampah
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
Penyelenggaraan Pengelolaan PersampahanPenyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumberPenyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
 
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATASOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
 
Pengolahan limbah
Pengolahan limbahPengolahan limbah
Pengolahan limbah
 
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah
 
Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3
Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3
Sosialisasi pp 22 tahun 2021 pengelolaan limbah non b3
 
Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis MasyarakatPengolahan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
Pengolahan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
 
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah Rumah TanggaPengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasii
 
Sanitarian DO
Sanitarian DOSanitarian DO
Sanitarian DO
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RPersyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisata
 
Pengolahan Sampah Dengan 3R
Pengolahan Sampah Dengan 3RPengolahan Sampah Dengan 3R
Pengolahan Sampah Dengan 3R
 
Program kesling (1)
Program kesling (1)Program kesling (1)
Program kesling (1)
 
POWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptx
POWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptxPOWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptx
POWER POINT SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK.pptx
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
 

Destaque

Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)
Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)
Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)Pdf Docs
 
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahPersyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahJoy Irman
 
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.Oswar Mungkasa
 
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifPerencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifRafi Perdana Setyo
 
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaan
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaanDAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaan
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaanMhd. Abdullah Hamid
 
Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
Perencanaan Teknis dan Manajemen PersampahanPerencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
Perencanaan Teknis dan Manajemen PersampahanJoy Irman
 

Destaque (6)

Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)
Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)
Modul Pelatihan - Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Book)
 
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahPersyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan Sampah
 
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
 
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifPerencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
 
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaan
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaanDAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaan
DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK kewirausahaan
 
Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
Perencanaan Teknis dan Manajemen PersampahanPerencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan
 

Semelhante a PENGELOLAAN SAMPAH SECARA MANDIRI

9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptxUsmanMauk1
 
SAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptx
SAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptxSAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptx
SAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptxHABIBISIMA2
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaRatna PU
 
Presentation1 proker
Presentation1 prokerPresentation1 proker
Presentation1 prokerrizky nofri
 
Proposal digester sampah megalab inovasi
Proposal digester sampah megalab inovasiProposal digester sampah megalab inovasi
Proposal digester sampah megalab inovasiYahyawan Triyana
 
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sampah
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sampahBerikut ini adalah pengertian dan definisi sampah
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sampahAdi Rastafarra
 
Pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik
Pengelolaan dan pengolahan sampah anorganikPengelolaan dan pengolahan sampah anorganik
Pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik'Dimas Keren
 
Upaya Manusia Mengatasi Masalah Lingkungan
Upaya Manusia Mengatasi Masalah LingkunganUpaya Manusia Mengatasi Masalah Lingkungan
Upaya Manusia Mengatasi Masalah LingkunganPark_ChanHyun
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamTerminal Purba
 
Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.
Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.
Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.Ines Indrati
 

Semelhante a PENGELOLAAN SAMPAH SECARA MANDIRI (20)

Permasalahan Sampah
Permasalahan SampahPermasalahan Sampah
Permasalahan Sampah
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Pemanfaatan Sampah Plastik
Pemanfaatan Sampah PlastikPemanfaatan Sampah Plastik
Pemanfaatan Sampah Plastik
 
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
 
SAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptx
SAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptxSAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptx
SAMPAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.pptx
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Makalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkunganMakalah kesehatan lingkungan
Makalah kesehatan lingkungan
 
Presentation1 proker
Presentation1 prokerPresentation1 proker
Presentation1 proker
 
Proposal digester sampah megalab inovasi
Proposal digester sampah megalab inovasiProposal digester sampah megalab inovasi
Proposal digester sampah megalab inovasi
 
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sampah
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sampahBerikut ini adalah pengertian dan definisi sampah
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sampah
 
Pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik
Pengelolaan dan pengolahan sampah anorganikPengelolaan dan pengolahan sampah anorganik
Pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik
 
Upaya Manusia Mengatasi Masalah Lingkungan
Upaya Manusia Mengatasi Masalah LingkunganUpaya Manusia Mengatasi Masalah Lingkungan
Upaya Manusia Mengatasi Masalah Lingkungan
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam
 
Ppt ipl
Ppt iplPpt ipl
Ppt ipl
 
Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.
Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.
Pengolahan Sampah Berbasis Keluarga.
 

Mais de Oswar Mungkasa

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingOswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganOswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganOswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranOswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Oswar Mungkasa
 

Mais de Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

PENGELOLAAN SAMPAH SECARA MANDIRI

  • 1. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SECARA MANDIRI DAN PRODUKTIF BERBASIS MASYARAKAT KAMPUNG SUKUNAN, BANYURADEN, GAMPING, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA iswanto Paguyuban Sukunan Bersemi Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Yogyakarta Monash University Australia 2006 1
  • 2. PENDAHULUAN Sistem pengelolaan sampah swakelola di Sukunan dilatarbelakangi oleh permasalahan sampah yang dialami oleh masyarakat khususnya kaum petani. Sukunan berpenduduk sekitar 800 jiwa dengan 250 Kepala Keluarga (KK) yang menempati areal kampung seluas 42 Ha dan terbagi menjadi 5 Rukun Tetangga (RT). Sebagian besar KK-nya berpendidikan dan berpendapatan menengah ke bawah yang bekerja sebagai buruh tani, tani, buruh bangunan, pedagang, usaha kecil rumahan (tempe, tahu, sujen, emping mlinjo). Hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan swasta, PNS dan TNI . Pada tahun 2000, beberapa petani mulai mengeluh dengan semakin banyaknya sampah plastik, kaca dan kaleng yang masuk ke lahan persawahan mereka. Secara nyata sampah-sampah tersebut mengganggu dan merugikan petani. Tanaman padipun menjadi rusak karena sampah. Plastik yang terbenam ke tanah menghalangi perakaran padi, sehingga kesuburan dan hasil panen juga menurun. Pecahan kaca dan beling sering mengakibatkan cidera/luka bagi petani saat mengerjakan sawahnya. Selain itu, petani harus mengeluarkan waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan sampah dari sawahnya. Petani yang selalu nrimo dan penuh kesederhanaan menjadi korban dari orang yang membuang sampah sembarangan. Seiring dengan perkembangan kota, Sukunan yang termasuk kampung di wilayah perbatasan kota juga mengalami perubahan. Semakin bertambahnya penduduk dan masuknya pendatang ke kampung Sukunan, semakin banyak pula rumah yang dibangun. Akibatnya perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan menjadi sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah lagi. Sampah yang dihasilkan juga semakin banyak, sementara lahan yang biasanya dapat dipakai untuk membuang sampah (pekarangan) tidak ada lagi. Mereka bingung harus menempatkan sampahnya dimana. Mungkin kebingungan itu tidak akan terjadi apabila di Sukunan sudah ada pelayanan sampah dari Pemerintah (Dinas Kebersihan) maupun swasta (penggerobak). Tidak dapat dielakkan lagi, akhirnya masyarakat membuang sampahnya pada lahan- lahan kosong milik orang lain atau di tepi jalan, bahkan juga di saluran irigasi dan sungai. Sampah nampak berserakan dan mengganggu kenyamanan dimana-mana. 2
  • 3. Kebiasaan membakar sampah secara bebas memang sudah membudaya di masyarakat termasuk di Sukunan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat ini berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dan sebagainya. Apabila sampah-sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik menghasilkan gas dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker. Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang dapat merusak lapisan ozon dan berbahaya bagi manusia. Kepraktisan merupakan salah satu alasan mengapa orang memilih barang-barang sekali pakai. Mereka enggan menggunakan dan memanfaatkannya kembali walaupun sebenarnya masih bisa dipakai berulang-ulang. Orang cenderung tidak mau repot–repot untuk merawatnya. Kebiasaan tersebut sudah mulai menggejala di masyarakat. Selain pemborosan, tentunya kegemaran itu berdampak pada pembengkakan produksi sampah. Pemahaman masyarakat terhadap konsep 3R, yaitu reuse (memakai kembali barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce (berusaha mengurangi sampah) dan recycle (mendaur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan) juga masih rendah. Akibatnya produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat semakin melimpah dan menumpuk di mana-mana. TPA-TPA liar bermunculan dan menjamur dimana-mana. Masyarakat umumnya menganggap bahwa semua sampah itu tidak ada gunanya, kotor dan menjijikkan sehingga harus dibuang atau dilenyapkan dari pandangan mata. Apapun caranya yang penting sampah tidak terlihat lagi. Banyak orang kemudian membuang sampah di tempat yang jauh dari tempat tinggal/permukiman, menghanyutkan di sungai, mengubur/menyembunyikan didalam tanah atau bahkan membakarnya. Setiap menghasilkan sampah, orang ingin cepat-cepat membuang atau melenyapkan. Bahkan penanganan sampah yang dilakukan Pemerintah secara umum masih berorientasi konsumtif dan masih sebatas memindahkan sampah ke tempat lain (TPA). Padahal keberadaan sampah di TPA lebih sering menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitarnya dan mencemari lingkungan (air, tanah dan udara). 3
  • 4. Sampai sekarang, sepertinya Pemerintah juga belum berdaya mengendalikan Perusahaan agar menggunakan bungkus/kemasan yang dapat didaur ulang (ramah lingkungan). Hal ini dibuktikan dengan masih dibebaskannya Perusahaan memakai bungkus/pengemas yang belum dapat didaur ulang. Misalnya menggunakan bungkus plastik bergambar (full color) baik yang berlapis aluminium foil. Pengemas tersebut sering dijumpai untuk bungkus makanan-minuman seperti kopi, susu, mie, snack, dan bungkus aneka detergen. Styrofoam yang biasa sebagai pengemas makanan dan pelindung barang elektronik juga belum didaur ulang. Keadaan semakin mencemaskan ketika melihat fenomena di masyarakat yang menganggap seolah-olah kotak makanan dari bahan styrofoam lebih modern dan lebih prestisius dibandingkan dengan kotak makanan yang terbuat dari kertas (kardus) atau anyaman bambu (besek). Seharusnya Pemerintah mulai mengatur perusahaan agar menggunakan bahan pengemas yang dapat didaur ulang di Indonesia. Bagaimanapun, secara tidak langsung perusahaan ikut andil dalam menghasilkan sampah. Sudah seharusnya perusahaan juga diberi tanggung jawab terhadap pengelolaan bekas pengemas yang digunakannya. Idealnya setiap ada jenis sampah tertentu harus diimbangi dengan perusahaan yang dapat mendaur ulang jenis sampah tertentu itu. Misalnya Perusahaan A menggunakan pengemas jenis plastik berlapis aluminium foil, maka harus ada Perusahaan B yang dapat mendaur ulang bahan tersebut. Sehingga pengemas jenis plastik aluminium foil yang telah dipakai (sampah) dapat didaur ulang kembali menjadi pengemas baru atau barang lain oleh Perusahaan B. Apabila tidak tersedia dan tidak terkendali, maka dapat dipastikan bekas pengemas itu akan betul-betul menjadi sampah yang melimpah dimana-mana bahkan menumpuk di TPA, karena tidak ada orang yang mau memungutnya. TPA akan semakin cepat penuh atau pendek umurnya. Betapa sulit dan mahalnya mencari TPA baru, karena masyarakat cenderung menolak kehadiran TPA di wilayahnya. Kalau tidak dicarikan solusi yang tepat tentunya kita tinggal menunggu bom waktu meledaknya sampah di Indonesia. Melihat berbagai persoalan tersebut di atas, menggugah semangat dan mendorong warga Sukunan untuk mencari cara yang tepat dalam mengelola sampah. Pengelolaan sampah dapat dinilai tepat apabila: 1) dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri (mandiri), 2) dapat memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat (produktif), 4
  • 5. 3) dapat menyelesaikan semua sampah (komprehensif), dan 4) tidak mencemari lingkungan (ramah lingkungan). Dalam rangka mencari penyelesaian masalah sampah secara tepat, maka tahun 2002 mulai dilakukan percobaan-percobaan pembuatan kompos secara sederhana pada tingkat rumah tangga guna mengatasi sampah organik. Akhirnya dapat ditemukan model pembuatan kompos dengan memakai gentong tanah. Ternyata kompos yang dihasilkan lebih baik daripada memakai drum besi atau ember plastik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa gentong dengan volume ± 100 liter dapat menampung sampah organik yang dihasilkan dari keluarga dengan anggota 4 orang selama 3 bulan. Sementara proses pengomposan secara alami berlangsung antara 2 – 3 bulan. Dengan demikian untuk menyelesaikan sampah organik pada setiap rumah tangga diperlukan 2 buah gentong, yang masing-masing dapat menampung sampah selama 2 – 3 bulan, dan dipakai secara bergantian. Setelah menyelesaikan masalah sampah organik alami, pada tahun 2003 kegiatan dilanjutkan untuk mencari cara menyelesaikan masalah sampah lainnya (organik sintetis dan anorganik). Studi lapangan ke beberapa tempat/pihak dilakukan, antara lain ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Kwarasan, Tambakboyo dan Alun-alun Utara, ke TPA Piyungan, wawancara dengan pemulung dan beberapa pengepul (lapak) sampah. Dari kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa ternyata hampir semua sampah dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah dilakukan pemilahan (dapat dijual). Berarti seandainya sampah dipilahkan sejak dari rumah tangga (penghasil sampah), maka yang dihasilkan bukan lagi berupa sampah lagi, tetapi berupa barang-barang yang bernilai ekonomi. Apabila sampah-sampah yang dihasilkan dari setiap rumah tangga tersebut kemudian dikumpulkan dan dijual, maka uang hasil penjualan sampah itu dapat digunakan untuk membayar pengangkut/pengumpul sampah (biaya operasional), bahkan kalau masih sisa dapat menambah kas kampung. 5
  • 6. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI DI KAMPUNG SUKUNAN Landasan berfikir dalam penyusunan sistem pengelolaan sampah ala Sukunan adalah sebagai berikut : 1. Setelah dipisah-pisahkan sesuai jenisnya, ternyata hampir semua sampah (kertas, logam, kaca, plastik) dapat dijual secara langsung (bernilai ekonomi). 2. Dalam pengelolaan sampah diperlukan biaya operasional untuk pengangkutan- pengumpulan, penyortiran dan pengepakan terhadap jenis sampah khusus anorganik. 3. Untuk menekan biaya operasional pengangkutan dan penyortiran maka pemisahan sampah harus dilakukan pada sumbernya (rumah tangga). 4. Karena sifat sampah organik yang mudah busuk, maka harus diatasi dan diproses sampai menjadi kompos pada masing-masing rumah tangga. 5. Biaya operasional pengelolaan sampah dapat terpenuhi dari hasil penjualan sampah dan produk-produk daur ulang sampah. 6. Dengan modal memisah-misahkan sampah sesuai jenisnya, masyarakat tidak perlu membayar sampah. 7. Laba penjualan sampah setelah dikurangi biaya operasional dapat dimasukkan kedalam kas kampung untuk dana pengembangan dan pembangunan. Secara garis besar sistem pengelolaan sampah swakelola ala Sukunan meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Setiap rumah tangga memisah-misahkan sampah sesuai jenisnya yaitu plastik, kertas, kaca-logam dan organik. Sampah plastik, kertas, kaca-logam dimasukkan kedalam kantong sendiri-sendiri, sedangkan sampah organik dimasukkan ke gentong kompos. 2. Setelah kantong yang digunakan untuk menampung sampah plastik, kertas,logam- kaca penuh, kemudian masing-masing rumah tangga membawa dan memasukkan sampah tersebut kedalam tong-tong/drum sampah terdekat sesuai jenisnya pula. 3. Setelah tong sampah penuh akan diambil dan diangkut ke Tempat Penampungan Sampah (TPS) kampung oleh Petugas. 4. Setelah masuk di TPS, dilakukan penyortiran lebih khusus lagi dan dilanjutkan dengan pengepakan kemudian dijual ke Pengepul Sampah/Lapak (rekanan). 6
  • 7. 5. Hasil penjualan sampah untuk biaya operasional (petugas/swasta) dan sisanya masuk kas kampung. 6. Khusus untuk sampah organik, setelah menghasilkan kompos di rumah masing- masing sebagian dikemas lalu dijual dan sebagian lagi dipakai sendiri untuk penghijauan lingkungan rumah dan kampung. 7. Sedangkan sampah bungkus makanan, minuman dan deterjen (jenis sampah plastik tebal baik yang berlapis aluminium foil maupun tidak berlapis) didaur ulang menjadi kerajinan tangan seperti tas dan dompet. Selanjutnya hasil kerajinan tangan tersebut dapat dipakai sendiri atau dijual. BAGAN PENGELOLAAN SAMPAH ala SUKUNAN RUMAH TANGGA ORGANIK ORGANIK PLASTIK KERTAS LOGAM BUNGKUS I II KACA KEMASAN PLASTIK LOGAM KERTAS KACA KERAJINAN TPS KOMPOS KAMPUNG PENGHIJAUAN PENDAPATAN WARGA DIJUAL KAS KAMPUNG LINGKUNGAN BERSIH, SEHAT & INDAH 7
  • 8. Sementara untuk jenis sampah organik alami diproses secara sederhana menjadi kompos dengan memakai 2 gentong kompos yang dipakai secara bergantian. Diusahakan gentong yang dipakai dapat menampung sampah rumah tangga lebih dari 2 bulan. Mula-mula yang dipakai gentong I, setelah gentong I penuh (3 bulan) kemudian beralih menggunakan gentong II. Sampah yang ada di gentong I dibiarkan terus dan diperiksa setiap minggu sekali. Jika terlalu kering, disirami air. Akan lebih baik jika dilakukan pengadukan setiap bulan sekali. Ketika gentong II penuh, maka proses dekomposisi di gentong I sudah berlangsung selama 3 bulan. Waktu 3 bulan tersebut, biasanya sampah organik sudah menjadi kompos secara alami tanpa penambahan bahan inokulan. Selanjutnya kompos yang sudah jadi dikeluarkan, sehingga gentong I dapat digunakan kembali untuk menampung sampah organik berikutnya. Kompos yang dihasilkan dari gentong rumah tangga dapat dipakai sendiri untuk pupuk tanaman atau dikemas kemudian dijual. Hasil penjualan kompos sebagian untuk penghasil kompos, untuk tenaga pemasar dan sebagian masuk ke kas kampung. Jenis sampah dari bungkus minuman seperti coffee capucino, coffee milk, marimas, kopi kapal api, pop ice, milo, energen, ginseng coffee, susu bendera dan bungkus deterjen, pewangi pakaian dll, merupakan jenis sampah yang tidak diminati oleh pemulung dan pengepul (tidak laku dijual). Oleh kaum Ibu-ibu dan Pemudi Sukunan, bungkus-bungkus tersebut didaur ulang menjadi barang kerajinan tangan seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain yang dapat dipakai sendiri atau dijual. Dengan demikian semua sampah akan menjadi laku dan secara tidak langsung akan mengurangi sampah. 8
  • 9. PROSES SOSIALISASI DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI DI KAMPUNG SUKUNAN Kegiatan sosialisasi dan implementasi sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan dimulai pada bulan Januari 2004. Proses sosialisasi dan implementasi sistem melalui langkah-langkah sebagai berikut : Langkah Pertama Menyampaikan gagasan sistem pengelolaan sampah secara mandiri dan produktif kepada tokoh masyarakat Sukunan, antara lain Kepala Dusun, Wakil Badan Perwakilan Desa (BPD), Ketua RW, Ketua-ketua RT, Dasa Wisma, Takmir Masjid, Pengurus Pengajian dan Pemuda. Momentum ini sangat diperlukan guna mengetahui tanggapan awal tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan. Langkah Kedua Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Bersama tokoh-tokoh masyarakat yang ada, tim ini bertugas melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah swakelola. Tim Pengelola Sampah menjadi bagian dari struktur organisasi kampung. Langkah Ketiga Menyusun visi, misi dan slogan kampung untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan motivasi masyarakat. Dalam membuat slogan, masyarakat ikut dilibatkan. Slogan kampung Sukunan dibuat bersama-sama Pemuda yaitu SUKUNAN BERSEMI yang merupakan singkatan dari BERSIH, SEHAT, MURNI dan INDAH. Langkah Keempat Sosialisasi, edukasi dan motivasi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat (anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, tanya jawab, permainan, membuat mural dan perlombaan-perlombaan. Lomba-lomba yang diadakan meliputi lomba memisahkan sampah antar anak, lomba kebersihan lingkungan antar kelompok dasawisma, lomba membuat mural, lomba membuat kompos dan lomba kreasi daur ulang. Pemuda diberi peran besar dalam sosialisasi ini antara lain menjadi organizer sosialisasi kepada pemuda/i dan anak-anak. Selain itu sosialisasi dilakukan juga melalui dapat melalui media lain seperti membuat mural pendidikan pada tembok pagar penduduk oleh Pemuda dan juga melalui lagu yang berisi ajakan kepada masyarakat 9
  • 10. untuk melakukan pengelolaan sampah secara benar. Lagu-lagu, puisi dan kreasi seni lain dapat digunakan dalam sosisalisi. Lagu “SUKUNAN BERSEMI” (oleh Iswanto) MARILAH MARI WAHAI WARGA SUKUNAN KITA JAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN JANGAN LUPA KITA HARUS MEMISAHKAN SAMPAH PLASTIK, KERTAS, KACA DAN LOGAM KITA HARUS JAGA KESEHATAN BUANG SAMPAH JANGAN SEMBARANGAN BAKAR PLASTIK JANGAN DILAKUKAN SAMPAH-SAMPAH YOK KITA KUMPULKAN KAMPUNG SUKUNAN BERSIH DAN NYAMAN Puisi “BALADA SEONGGOK SAMPAH” (oleh Iswanto & Ronadeva) Aku lahir karena kamu Aku ada juga karena kamu Setiap hari engkau hasilkan aku Setiap hari pula engkau campakkan aku Betapa malang nasibku jadi seonggok sampah Selalu dijauhi, dihina dan disia-siakan Betapa sedih ditakdirkan jadi setumpuk sampah Dianggap jadi penyebab bencana dan musibah Salah sendiri engkau buang aku ke kali Hingga aku kirimkan banjir bertubi-tubi Salah sendiri engkau bakar aku sembarangan Hingga aku sebarkan racun pencemaran Salah sendiri engkau buang aku di tepi jalan, Hingga aku munculkan kekumuhan, Salah sendiri engkau buang aku di sembarang tempat, Hingga aku sebarkan lalat dan bau menyengat Tidak mampukah wahai engkau manusia Mengelola aku dengan sebaik-baiknya Tidak sadarkah wahai engkau manusia Ada mutiara dalam seonggok sampah. 10
  • 11. Langkah Kelima Untuk meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya, latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dll. Langkah Keenam Menyiapkan sarana pendukung pengelolaan sampah. Sarana pendukung yang diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya gantungan sampah, tong/drum sampah, gentong kompos, gerobak sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung. Pengadaan dan pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh masyarakat sendiri secara gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya dan menggunakannya. Pemuda dilibatkan dalam membuat drum sampah (mengelas, mengecat dan melukis), agar mereka juga mempunyai rasa handarbani terhadap program. Masyarakat menjadi subyek, bukan menjadi obyek. Langkah Ketujuh Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain, sebaiknya ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu misalnya pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul sampah (lapak) yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan (swasta) yang menerima dan membeli sampah-sampah yang telah dipisahkan oleh masyarakat. Langkah Kedelapan Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistim pengelolaan sampah swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai memasukkan kedalam tong sampah terdekat. Pengurus kampung dapat membuat surat himbauan kepada warganya agar mengikuti program pengelolaan sampah mandiri dan produktif, dilengkapi dengan leaflet dan gambar-gambar petunjuk atau prosedur yang harus dilakukan oleh masyarakat. Surat himbauan dibuat secara resmi dan ditandatangani oleh perangkat kampung/pemerintahan yang berkompeten. Langkah Kesembilan Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau (monitoring) dan dievaluasi oleh suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam rapat tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat dilakukan. Langkah Kesepuluh Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat melalui forum rapat-rapat pertemuan rutin warga setiap bulan sekali. 11
  • 12. HASIL PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI DI KAMPUNG SUKUNAN Setelah melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola sejak tahun 2004, dapat diperoleh hasil dan prestasi kampung Sukunan sebagai berikut : 1. Tumbuh kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola sampah secara benar sejak dini pada tingkat rumah tangga. 2. Kebersihan dan kesehatan lingkungan meningkat, sehingga berdampak pada menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan seperti demam berdarah dan diare. 3. Sebagian besar masyarakat Sukunan (±85%) telah melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya sejak rumah tangga masing-masing. 4. Hasil penjualan sampah plastik, kertas, kaca dan logam berkisar antara Rp. 150.000, - sampai Rp. 250.000,- per bulan, penjualan kompos sekitar Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,- per bulan dan penjualan kerajinan daur ulang sekitar Rp. 500.000,- per bulan. 5. Hasil penjualan sampah beserta hasil daur ulang ternyata dapat menutup biaya operasional pengelolaan sampah (pengangkutan, penyortiran dan pengepakan), bahkan dapat menambah kas kampung sebesar Rp. 30.000 – 70.000 per bulan. Uang kas tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan kampung seperti kursi, meja, sound system dan perkakas lainnya yang dapat dipakai oleh masyarakat. 6. Kegiatan pengelolaan sampah tersebut dapat menyerap tenaga kerja sekitar 35 orang, sebagai pengangkut, pengrajin tas daur ulang, pembuat kompos, jual beli sampah dan pembuat fasilitas sampah. 7. Berhasil memberdayakan Ibu-ibu dan Pemudi Sukunan membuat usaha daur ulang (tas dari sampah, kompos, pembuatan drum sampah, pot, jual beli sampah). 8. Paguyuban Sukunan Bersemi sering melakukan sosialisasi dan pelatihan ke Kampung Lain, Perkantoran dan Perhotelan yang ingin mencontoh. Juga diundang mengikuti workshop lingkungan dan memberi pembekalan pada mahasiswa asing. 9. Banyak orang yang datang untuk belajar pengelolaan sampah ala Sukunan, seperti dari masyarakat kampung lain termasuk dari luar DIY (Banten, Jawa Barat, DKI 12
  • 13. Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Banjarmasin, dll), akademisi (Poltekkes Yogyakarta, UGM, UNY, UMY), instansi Pemerintah (KPDL, Kimpraswil, DKKP, Dinkes, Kecamatan), LSM, Pusat Studi, termasuk dari luar negeri seperti Singapore, Australia, Jerman, UK, USA, Malaysia, Jepang, dll. 10. Sistem pengelolaan sampah swakelola Sukunan telah dipublikasikan oleh berbagai surat kabar dan media elektronik lain seperti The Jakarta Post, Kedaulatan Rakyat, Kompas, Bernas, Majalah GATRA, Majalah Sinus, News Letter PUDSEA, JOGJA TV, Suara Pembaharuan, RRI, ABC Australia, SBS Australia, dll. 11. Sistem ini mulai dikembangkan ke kampung lain seperti Mulungan (Sleman), Singosaren (Bantul), Cokrodiningratan, Ngampilan, Gedongkiwo (Kota Yogyakarta), Pondok Pesantren Pandanaran Sleman, dll. 11. Mengantarkan Paguyubuan Sukunan Bersemi dengan sistem pengelolaan sampah swakelolanya menjadi Juara I Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI Tahun 2004 dan berhak mengikuti acara puncak di Istana Negara Jakarta pada Hari Ibu 2004 dan di Istana Cipanas pada Hari Lingkungan Hidup 2005. 12. Mengantarkan Paguyubuan Sukunan Bersemi menjadi juara III kategori penyelamat lingkungan tingkat Kabupaten Sleman 2005. 13
  • 14. KEUNTUNGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI DI KAMPUNG SUKUNAN Secara umum sistem pengelolaan sampah mandiri ala Sukunan ini memberikan beberapa keuntungan, antara lain : 1. Terbentuk Kebiasaan Mengelola Sampah yang Benar Sejak Dini Meskipun awalnya terasa sulit dan rumit, tetapi setelah dilakukan secara terus menerus akhirnya akan terasa mudah dan bahkan dapat menjadi kebiasaan di rumah tangga masing-masing. Secara tidak langsung juga mendidik anggota keluarga termasuk anak-anak untuk melakukan pengelolaan sampah secara benar. Apabila sejak usia dini telah ditanamkan kebiasaan baik, maka setelah dewasa diharapkan akan melakukan pengelolaan sampah secara benar pula. 2. Masyarakat Tidak Perlu Membayar Sampah Dengan melaksanakan sistem pengelolaan sampah ala Sukunan, masyarakat tidak perlu membayar sampah. Setidak-tidaknya telah melakukan efisiensi biaya pengeluaran keluarga. Andaikan setiap keluarga dipungut retribusi dan biaya pengangkutan sampah antara Rp. 3.000,- sampai Rp. 10.000,- per bulan, maka dengan melakukan pengelolaan sampah ala Sukunan dapat menghemat pengeluaran sebesar Rp. 36.000 – Rp.120.000 per keluarga dalam satu tahun. Kalau dalam satu kampung ada 200 keluarga maka dapat menghemat pengeluaran kampung sebesar Rp. 7.200.000 – Rp. 24.000.000 per tahun. Sehingga dana tersebut dapat dialihkan untuk pembangunan kampung termasuk upaya peningkatan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat. 3. Masyarakat Tidak Bingung Lagi dengan Masalah Sampah Meskipun tidak ada pelayanan sampah dari Pemerintah, masyarakat tidak perlu bingung dalam membuang sampahnya, karena sudah tersedia sistem pengelolaan sampah swakelola yang ada di Kampungnya. 4. Tercipta Lingkungan yang Sehat Apabila setiap keluarga dan kampung melaksanakan pengelolaan sampah swakelola ala Sukunan ini, maka akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih bersih, sehat, dan indah. Jumlah sampah perusak tanah, air dan tanaman pertanian dapat dikurangi. Pencemaran udara karena pembakaran sampah yang 14
  • 15. membabi buta juga dapat dikurangi. Sehingga diharapkan kesehatan masyarakat yang optimal dapat tercapai. 5. Memperpanjang Usia Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem pengelolaan sampah swakelola ala Sukunan dapat menurunkan volume sampah yang masuk ke TPA. Karena hampir semua sampah dapat diatasi di sumber penghasil sampah, sehingga tidak sampai diangkut ke TPA. Semua sampah dapat selesai di tingkat kampung, sehingga umur TPA akan semakin panjang. Sebagaimana diketahui bahwa TPA merupakan salah satu sumber pencemaran bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar. 6. Meringankan Beban Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah Karena sampah sudah dikelola dan diselesaikan sendiri oleh masyarakat, maka beban Pemerintah untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA tidak diperlukan lagi. Selain itu, keberadaan TPA tidak mutlak diperlukan, sehingga dapat menurunkan beban Pemerintah dalam mencari dan menyewa TPA. Minimal dapat menurunkan subsidi pemerintah untuk pengelolaan sampah, sehingga dapat dialihkan untuk subsidi pendidikan dan kesehatan masyarakat. 15
  • 16. PENUTUP Berdasarkan kajian terhadap proses dan hasil sistem pengelolaan sampah mandiri yang dirintis di Kampung Sukunan sejak tahun 2004, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan bersifat mandiri artinya sampah dapat ditangani dan diselesaikan sendiri oleh masyarakat, sehingga sampah dapat diatasi pada tingkat kampung dan tidak membebani Pemerintah. 2. Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan bersifat produktif karena dapat menghasilkan keuntungan bagi masyarakat dan kampung atau setidak- tidaknya masyarakat/kampung tidak perlu mengeluarkan biaya sampah (efisiensi). 3. Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan bersifat ramah lingkungan, karena dalam penanganannya menggunakan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran bagi lingkungan. 4. Sistem pengelolaan sampah swakelola di Kampung Sukunan dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi persoalan sampah rumah tangga di lingkungan permukiman. 16