SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 23
Baixar para ler offline
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
                     KONDISI EKONOMI PROPINSI di INDONESIA

                                       Oleh Oswar Mungkasa



1.       Pendahuluan

         Bergulirnya kebijakan otonomi daerah membawa banyak konsekuensi
pada daerah maupun pemerintah pusat. Berbagai hal diperbincangkan tetapi
yang menjadi fokus perhatian adalah kesiapan daerah, Pengetahuan yang benar
tentang kesiapan daerah akan membantu baik daerah maupun pemerintah pusat
dalam menelurkan kebijakan terutama berkaitan dengan pencegahan terjadinya
ketimpangan antardaerah. Jika tidak dilakukan intervensi kebijakan maka daerah
yang lebih siap akan jauh meninggalkan daerah yang relatif belum siap.
         Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam melihat kesiapan
daerah adalah kondisi ekonomi daerah. Kondisi ekonomi daerah menjadi
mengemuka             karena      berkaitan    dengan   kemampuan       darah    membiayai
kebutuhannya. Daerah akan berusaha untuk memicu pertumbuhan ekonominya
dalam upaya memenuhi kebutuhan dananya sendiri. Kebutuhan dana tersebut
hanya dapat terpenuhi jika pemerintah daerah dapat memenuhi tingkat
pertumbuhan ekonomi tertentu.
         Diketahui bahwa kondisi ekonomi dipengaruhi oleh beragam faktor baik
ekonomi, sosial, dan geografis. Diantara berbagai faktor tersebut tentunya tidak
seluruhnya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ekonomi
suatu daerah. Beberapa yang signifikan misalnya jumlah penduduk, tingkat
investasi, faktor lokasi yang dapat memberi keuntungan komparatif, tingkat
pengangguran, jumlah penduduk miskin, ketersediaan infrastruktur, dan adanya
pusat-pusat pertumbuhan.
         Keterbatasan           data   dan    waktu   yang   tersedia   serta   menghindari
kompleksitas masalah maka dalam makalah ini kondisi ekonomi daerah

Tugas Statistik Lanjutan – om                                                             1
ditentukan berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto1. Sementara
variabel yang akan dibahas pengaruhnya adalah proporsi penduduk miskin,
keberadaan pusat pertumbuhan, dan lokasi daerah. Dalam mencari hubungan
antara kondisi daerah dengan variabel berpengaruh di atas, maka dipergunakan
alat analisis Metode Regresi Logistik Multinomial. Untuk                 mempermudah proses
analisis maka dipergunakan bantuan program SPSS versi 10.0.1
        Makalah ini secara singkat akan membahas beberapa hal yaitu (i) model
regresi logistik multinomial dari data yang ada; (ii) uji signifikansi model secara
keseluruhan; (iii) uji signifikansi setiap variabel bebas; (iv) ‘adjusted probability’
untuk setiap kategori variabel bebas; (v) tabel analisis klasifikasi ganda; (vi)
interpretasi hasil analisis logistik multinomial. Untuk kemudian diakhir makalah
akan dijelaskan kesimpulan tentang signifikansi pengaruh variabel bebas
terhadap kondisi ekonomi daerah. Beberapa rekomendasi juga akan menyertai
kesimpulan tersebut.


2.      Model Regresi Logistik Multinomial (MRLM)


2.1     Definisi dan Kegunaan
        Model Regresi Logistik Multinomial merupakan suatu perluasan dari model
regresi logistik biner. Model digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
suatu variabel respon yang bersifat multi kategorik dengan suatu himpunan
variabel bebas.


2.2     Model Statistik
        Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa model ini merupakan
perluasan dari model regresi logistik biner, maka untuk memudahkan pada tabel
berikut disajikan perbedaan diantara kedua model.


1
  Produk Domestik Regional Bruto adalah keseluruhan nilai produksi dari suatu daerah pada kurun waktu
tertentu.
Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                       2
Tabel 1                Perbedaan Model Regresi Logistik Biner dan Model Regresi
                                Logistik Multinomial

           Model Regresi Logistik              Model Regresi Logistik Multinomial
   a. Variabel respon terdiri dari maksimal a. Variabel respon terdiri dari minimal
      dua kategori                             tiga kategori

   b. Misal Y suatu variabel respon yang              b. Misal Y suatu variabel respon yang
      mempunyai kategori yang saling                     mempunyai kategori yang saling
      exclusive dan exhaustive: 0, 1, 2,                 exclusive dan exhaustive: 0, 1, 2,
      …..J. Maka Y=1 versus Y=0                          …..J. Maka Y=j versus Y=0; j=
                                                         1,2,…J. Y=0 merupakan acuan

   c. Hanya terdapat satu model regresi               c. Dengan variabel respon J kategori,
      Logistik yaitu:                                    maka terdapat J-1 model yaitu:
      Ln p/(1-p) = a + b1X1 + b2X2 + ….                  Ln p1/p3 = a1 + b11X1 + b12X2 + …
                                                         Ln p2/p3 = a2 + b21X1 + b22X2 + …
                                                         p 1 + p2 + p 3 = 1
        Sumber: Diktat Kuliah Statistik Lanjutan Semester Ganjil Tahun 2000/01, Fakultas Pasca Sarjana
                Bidang Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.



         Beberapa hal penting yang perlu dicermati adalah (a) pada model RLM, salah
satu kategori harus menjadi referensi bagi kedua kategori lainnya. Pada tabel diatas
maka yang menjadi referensi adalah p3; (b) kategori yang menjadi referensi harus
merupakan kategori yang lebih banyak observasinya dibanding kategori lainnya.
Hasilnya tidak akan berubah dengan beragamnya pilihan kategori referensi; (c)
persamaan yang terbentuk selalu kurang satu dari jumlah variabel bebas.
         Tujuan dari analisis adalah untuk mengukur nilai dari a1, a2, b11, b12, b21, b22
dan seterusnya.


2.3      Interpretasi Model

         Secara garis besar, langkah-langkah yang harus dipenuhi dalam penyelesaian
analisis RLM adalah (a) Penentuan variabel respon (tidak bebas) dan variabel bebas.
Variabel bebas dapat terdiri dari variabel kategorik dan/atau numerik; (b) Penjabaran
definisi operasional, yang merupakan penjelasan tentang masing-masing variabel
sedetail mungkin; (c) Penentuan Model Umum; (d) Penetapan hipotesis, yang
merupakan pernyataan yang akan diuji melalui model; (e) Analisis, baik menggunakan
Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                            3
bantuan program komputer maupun manual. Pada intinya ingin mendapatkan model
yang sebenarnya, yang kemudian diuji signifikansinya, serta dilakukan interpretasi
terhadap hasil analisis; (f) kesimpulan.


2.4       Konsep Penting


2.4.1     Tabel Silang
          Tabel silang digunakan untuk memudahkan melihat keterkaitan antara variabel
respon dan variabel bebas. Contoh tabel silang sebagai berikut.


                                Tabel 2 Contoh Perhitungan Tabel Silang (2x3)


                                                           Variabel Respon
                                             Kategori 1       Kategori 2      Kategori 3       Total
Variabel Kategori 1
Bebas      Observasi                              A               B               C        G (=A+B+C)
           Proporsi terhadap var. bebas     (A)/(G)*100       (B)/(G)*100    (C)/(G)*100      100%
           Proporsi terhadap var. respon (A)/(I)*100          (B)/(J)*100    (C)/(K)*100    (G)/(L)*100
           Kategori 2
           Observasi                              D               E               F        H (=D+E+F)
           Proporsi terhadap var. bebas     (D)/(H)*100       (E)/(H)*100    (F)/(H)*100      100%
           Proporsi terhadap var. respon (D)/(I)*100          (E)/(J)*100    (F)/(K)*100    (H)/(L)*100
Total      Observasi                          I (=A+D)         J (=B+E)       K (=C+F)     L (=G+H) atau
           Proporsi terhadap var. bebas      (I)/(L)*100      (J)/(L)*100    (K)/(L)*100      100%
           Proporsi terhadap var. respon       100%             100%            100%          100%
Keterangan: variabel respon 3 kategori dan variabel bebas 2 kategori


2.4.2     Probabilitas yang disesuaikan (Adjusted Probability)
          Probabilitas yang disesuaikan (Adjusted Probability) adalah probabilitas setelah
memperhitungkan faktor-faktor lain. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:


                       E1                                E2
      P1 = ---------------------;       P2 = ---------------------;        P3 = 1 – (P1 + P2)
               1 + E1 + E 2                        1 + E1 + E2

Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                          4
dengan              Pn : probabilitas dari variabel respon kategori ke n
                    E1 =        Exp (a1 + b11 X1 + b12 X2 + b13 X3)
                    E2 =        Exp (a2 + b21 X1 + b22 X2 + b23 X3)


2.4.2        Analisis Klasifikasi Ganda (Multiple Classification Analysis)
             Tabel Klasifikasi Ganda (Multiple Classification Analysis/MCA) adalah tabel yang
dipergunakan untuk memudahkan mengambil kesimpulan terhadap hasil analisis. Tabel
MCA berisi data estimasi parameter (B), rasio kecenderungan (odd rato), dan nilai
kesalahan baku (signifikansi) dari hubungan antara variabel respon dan variabel bebas.
Contoh tabel MCA sebagai berikut.


                                            Tabel 3. Contoh Tabel MCA


                                                 Variabel Respon (P)

                            P1 vs P3                      P2 vs P3                      P1 vs P2
                     B          exp (B)   Sig.     B       exp (B)     Sig.     B        exp (B)    Sig.
 Var. Bebas X
        X1            -           1         -       -         1                  -         1
        X2          b11     exp (b11)             b21     exp (b21)           b11-b21   exp (b21)
        X3          b12     exp (b12)             b22     exp (b22)           b12-b22   exp (b22)
 Var. Bebas Y       b13     exp (b13)             b23     exp (b23)           b13-b23   exp (b23)
 var. Bebas Z       b14     exp (b14)             b24     exp (b24)           b14-b24   exp (b24)
   Intercept         a1            -               a2         -                a1-a2        -

Catatan:
Variabel kategorik adalah X dan
Variabel numerik adalah Y dan Z
exp (B) = odd ratio sig.= signifikansi


Rumus tabel diatas adalah :
             Ln (P1/P3) = a1 + b11 X2 + b12 X3 + b13 Y + b14 Z
             Ln (P2/P3) = a2 + b21 X2 + b22 X3 + b23 Y + b24 Z




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                              5
3.       Analisis Pengaruh Variabel Bebas terhadap Kondisi Ekonomi Propinsi


3.1      Penetapan Variabel
         Dalam menentukan kondisi ekonomi suatu daerah maka sebagaimana
dijelaskan terdahulu bahwa PDRB merupakan salah satu variabel yang sering
dijadikan faktor penentu kondisi ekonomi daerah. Data PDRB yang dipergunakan
adalah PDRB non-migas per kapita dengan pertimbangan bahwa PDRB migas
hanya mencakup beberapa propinsi penghasil minyak saja. Secara umum kondisi
daerah dikategorikan berdasar dua hal:
a.       Pendapatan per kapita
         Secara sederhana pendapatan per kapita didekati dengan menggunakan
         data PDRB non migas per kapita.
b.       Pertumbuhan ekonomi daerah
         Studi yang dilakukan oleh Elia Radianto (1997), menyatakan bahwa
         tingkat pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai pengaruh yang cukup
         kuat terhadap kemampuan keuangan daerah. Pertumbuhan ekonomi
         propinsi didapatkan dari laju pertumbuhan PDRB non-migas.


         Kedua faktor di atas disilangkan dalam sebuah matriks 2x2 (lihat Tabel 4).
Dengan melakukan modifikasi terhadap Metode Klassen2 (Lihat lampiran A)
maka kondisi ekonomi propinsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu (i) maju,
(ii) berkembang, yang merupakan gabungan dari klasifikasi (b) dan (c) Klassen;
dan (iii) tertinggal. Selengkapnya lihat Tabel 4.




2
 Sjafrizal. Pertumbuhan ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma No. 3
Tahun XXVI (Maret 1997).

Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                      6
Tabel 4
                    Klasifikasi Kondisi Ekonomi Propinsi (Variabel Respon)
                                  (Modifikasi Tipologi Klassen)

            PDRB per kapita
                      (y)

     Laju                                     yI > y                      yi < y
     Pertumbuhan
       ( r)
               ri > r                       Daerah maju             Daerah berkembang
               ri < r                 Daerah berkembang               Daerah tertinggal
     dengan:
         ri = laju pertumbuhan PDRB di daerah i; r = laju pertumbuhan PDRB total
         yi = pendapatan per kapita daerah i; y = pendapatan per kapita rata-rata


         Disadari bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kondisi perekonomian
suatu daerah akan sangat beragam, dan akan menjadi bahan perbincangan yang
berkepanjangan. Mengingat keterbatasan data dan maksud penyusunan makalah
ini sendiri, maka variabel bebas yang dipilih adalah yang datanya tersedia dan
mudah diakses. Dari beberapa variabel yang ditengarai mempunyai pengaruh
maka dipilih variabel proporsi penduduk miskin, lokasi daerah, keberadaan pusat
pertumbuhan sebagai variabel bebas.
         Intuisi      yang      mendasari    pemilihan    ketiga   variabel   tersebut    selain
pertimbangan praktis adalah:
a.       Proporsi penduduk miskin
         Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi suatu daerah
         dipengaruhi oleh tingkat produktifitas daerah tersebut. Proporsi jumlah
         penduduk miskin tentunya berpengaruh terhadap produktifitas daerah
         tersebut berdasar asumsi produktifitas penduduk miskin yang rendah.
b.       Lokasi daerah
         Disepakati bahwa lokasi menjadi salah satu faktor yang berperan pada
         keunggulan komparatif suatu daerah. Hal ini terjadi karena secara alamiah
Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                  7
beberapa daerah berada pada lokasi yang tidak menguntungkan secara
         ekonomis seperti terpencil, daerah bencana, kurang subur dan lainnya.
         Kondisi ini kemudian menghasilkan tumbuhnya pengelompokan kegiatan
         pada       daerah      tertentu      saja.   Pada    makalah     ini,   variabel   lokasi
         diklasifikasikan kedalam dikotomi Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali.
c.       Pusat pertumbuhan
         Walaupun masih menjadi perdebatan panjang dikalangan ahli ekonomi
         wilayah, tetapi dipercayai oleh sebagian besar para ahli bahwa
         pertumbuhan suatu daerah banyak tergantung pada adanya suatu pusat
         pertumbuhan di daerah tersebut. Pusat pertumbuhan dapat berupa
         kawasan industri, metropolitan, pusat bisnis dan lainnya. Pada intinya
         pusat pertumbuhan adalah daerah yang mempunyai intensitas kegiatan
         yang sangat tinggi dan diharapkan akan memberi efek penjalaran
         pertumbuhan            ke   daerah     sekitarnya.   Kesulitan    mendapatkan       data
         pengelompokan kegiatan yang menjadi pusat pertumbuhan, menjadikan
         keberadaan metropolitan di suatu propinsi dijadikan representasi pusat
         pertumbuhan di daerah tersebut.


3.2      Definisi Operasional
         Variabel respon yaitu kondisi daerah diklasifikasikan dalam tiga kategori
yaitu daerah maju, daerah berkembang, dan daerah tertinggal. Sementara
variabel bebas terdiri dari dua variabel kategorik yaitu (a) variabel lokasi daerah,
yang diklasifikasikan sesuai dengan dikotomi daerah yaitu Jawa-Bali dan Luar
Jawa-Bali; (b) variabel keberadaan pusat pertumbuhan yang dikategorikan dalam
dua klasifikasi yaitu propinsi yang mempunyai kota metropolitan, dan yang tidak
mempunyai kota metropolitan; dan satu variabel bebas numerik yaitu proporsi
penduduk miskin yang dikategorikan dalam tiga klasifikasi yaitu daerah dengan
banyak penduduk miskin (Banyak), daerah relatif sedikit penduduk miskin
(moderat), daerah dengan sedikit sekali penduduk miskin (sedikit).
Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                    8
3.2.1 Kondisi Perekonomian Propinsi
         Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa kondisi perekonomian propinsi
diklasifikasikan berdasarkan pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan
perekonomian pada setiap propinsi.
         Klasifikasi propinsi terdiri dari tiga yaitu (I) daerah maju, yaitu daerah
dengan tingkat pendapatan per kapita di atas rata-rata pendapatan per kapita
nasional dan laju pertumbuhan perekonomian di atas laju pertumbuhan rata-rata
nasional; (ii) daerah berkembang, yaitu daerah dengan tingkat pendapatan per
kapita di atas rata-rata pendapatan per kapita nasional dan laju pertumbuhan
perekonomian di bawah laju pertumbuhan rata-rata nasional atau daerah dengan
tingkat pendapatan per kapita di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional
dan laju pertumbuhan perekonomian di atas laju pertumbuhan rata-rata
nasional; (iii) daerah tertinggal, yaitu daerah dengan tingkat pendapatan per
kapita di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional dan laju pertumbuhan
perekonomian di bawah laju pertumbuhan rata-rata nasional (lihat Tabel 5)


                                            Tabel 5
                    Klasifikasi Kondisi Ekonomi Propinsi (Variabel Respon)

          PDRB per kapita
                    (y)
 ( r)                                    yI > y                         yi < y
 Laju                           yi =pendapatan per kapita         y = pendapatan per
 Pertumbuhan                            daerah i                    kapita rata-rata

            ri > r                      Daerah maju               Daerah berkembang
   ri =laju pertumbuhan          Sumut; Riau; DKI Jakarta;        Sumbar; Jabar; DIY;
       PDRB daerah i            Bali; Kalteng; Kaltim; Kalsel;          Kalbar
                                             Irja
           ri < r                    Daerah berkembang              Daerah tertinggal
  r = laju pertumbuhan                                           Aceh;Jambi; Bengkulu;
        PDRB total                                                 Sumsel; Lampung;
                                                                  Jateng; Jatim; Sulut;
                                                                 Sulteng; Sultra; Sulsel;
                                                                   NTB; NTT; Maluku
Tugas Statistik Lanjutan – om                                                               9
Data-data selengkapnya tentang kondisi perekonomian propinsi dapat
dilihat pada Lampiran A.1.


3.2.2    Proporsi Penduduk Miskin
         Proporsi penduduk miskin adalah proporsi jumlah penduduk miskin suatu
propinsi terhadap jumlah total penduduk propinsi tersebut. Berdasar pada hasil
perhitungan, diketahui bahwa jumlah propinsi dengan banyak penduduk miskin
dan jumlah propinsi dengan jumlah penduduk miskin yang relatif sedikit adalah
relatif berimbang. Lihat Tabel 6 dan Tabel 7


                                             Tabel 6
                    Klasifikasi Propinsi berdasar Proporsi Penduduk Miskin
                    Klasifikasi                        Propinsi
                 Penduduk Miskin

                        Banyak          Jateng; Jatim; Kalbar; Kalteng; Kalsel
                          (9)          Kalteng; Kalsel; NTB; NTT; Maluku; Irja


                       Moderat        Aceh; Sumut; Sumsel; Bengkulu; Lampung;
                         (9)                  Jabar; DIY; Kaltim; Sulut


                     Sedikit              Sumbar; Riau; Jambi; DKI ; Bali;
                        (8)                  Sulteng; Sulsel; Sultra;
               Sumber: Lampiran A-2


3.2.3 Lokasi
         Lokasi diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu (I) Jawa-Bali; dan (ii) Luar
Jawa-Bali. Kategori Jawa-Bali adalah propinsi yang berlokasi di pulau Jawa dan
Bali, dan terdiri dari 6 propinsi yaitu DKI; Jawa Barat; Jawa Tengah; DI
Yogyakarta; Jawa Timur dan Bali. Kategori Luar Jawa-Bali adalah propinsi yang
berlokasi bukan di pulau Jawa dan Bali, yang terdiri dari 20 propinsi.
Selengkapnya lihat Lampiran A-1.

Tugas Statistik Lanjutan – om                                                       10
Tabel 7
                      Tabel Silang Proporsi Penduduk Miskin dan Peringkat Propinsi

                                                    Peringkat
                                                     propinsi                  Total
                                           maju    berkembang tertinggal
    Proporsi banyak    Jumlah               5           1          3            9
   Penduduk          % proporsi           55.6%       11.1%     33.3%        100.0%
     Miskin           penduduk
                        miskin
                      % within            35.7%       25.0%      37.5%        34.6%
                      Peringkat
                       propinsi
              Mod.     Jumlah               5           2          2            9
                     % proporsi           55.6%       22.2%      22.2%       100.0%
                      penduduk
                        miskin
                     % Peringkat          35.7%       50.0%      25.0%        34.6%
                       propinsi
             sedikit   Jumlah               4           1          3            8
                     % proporsi           50.0%       12.5%      37.5%       100.0%
                      penduduk
                        miskin
                     % Peringkat          28.6%       25.0%      37.5%        30.8%
                       propinsi
     Total             Jumlah               14          4          8           26
                     % proporsi           53.8%       15.4%      30.8%       100.0%
                      penduduk
                        miskin
                     % Peringkat         100.0%      100.0%      100.0%      100.0%
                       propinsi
  Sumber: Lampiran B




3.2.4 Pusat Pertumbuhan
         Sebagaimana dijelaskan terdahulu maka variabel pusat pertumbuhan
diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu (I) propinsi yang mempunyai
metropolitan; dan (ii) propinsi yang tidak mempunyai metropolitan.
         Metropolitan adalah kota yang berpenduduk minimal 1 juta orang.
Berdasar kriteria ini maka terdapat 7 propinsi yang mempunyai metropolitan

Tugas Statistik Lanjutan – om                                                          11
adalah Sumatera Utara (Medan); Sumatera Selatan (Palembang); DKI Jakarta
(Jakarta); Jawa Barat (Bandung); Jawa tengah (Semarang); Jawa Timur
(Surabaya); Sulawesi Selatan (Makasar).




                                               Tabel 8
                           Tabel Silang Lokasi Propinsi * Peringkat Propinsi

                                                          Peringkat               Total
                                                           propinsi
                                                Maju     Berkembang Tertinggal
          Lokasi    Luar           Jumlah        12           2          6         20
         Propinsi Jawa-Bali
                             % Lokasi          60.0%       10.0%       30.0%     100.0%
                             Propinsi
                            % Peringkat        85.7%       50.0%       75.0%     76.9%
                             propinsi
                  Jawa-Bali Jumlah               2           2           2          6
                             % Lokasi          33.3%       33.3%       33.3%     100.0%
                             Propinsi
                            % Peringkat        14.3%       50.0%       25.0%     23.1%
                             propinsi
          Total               Jumlah             14          4           8         26
                             % Lokasi          53.8%       15.4%       30.8%     100.0%
                             Propinsi
                            % Peringkat        100.0%      100.0%      100.0%    100.0%
                             propinsi
         Sumber : Lampiran B




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                             12
Tabel 9
               Tabel Silang Keberadaan Kota Metropolitan dan Peringkat Propinsi

                                                             Peringkat              Total
                                                              Propinsi

                                                    Maju    Berkembang Tertinggal
  Keberadaan tidak ada                Jumlah         10          3          6        19
     Kota         kota
  Metropolitan metropolitan
                                   % Keberadaan 52.6%         15.8%      31.6%      100.0
                                       Kota                                          %
                                    Metropolitan
                                    % Peringkat  71.4%        75.0%      75.0%      73.1%
                                     propinsi
                     ada kota         Jumlah       4            1           2         7
                    metropolitan
                                   % Keberadaan    57.1%      14.3%      28.6%      100.0
                                       Kota                                          %
                                    Metropolitan
                                    % Peringkat    28.6%      25.0%      25.0%      26.9%
                                     propinsi
       Total                          Jumlah         14         4          8         26
                                   % Keberadaan    53.8%      15.4%      30.8%      100.0
                                       Kota                                          %
                                    Metropolitan
                                    % Peringkat    100.0%    100.0%      100.0%     100.0
                                     propinsi                                        %
 Sumber : Lampiran B


3.2.5 Hipotesa

         Hipotesa yang ditetapkan adalah bahwa proporsi penduduk miskin,
faktorlokasi dan keberadaan metropolitan dalam suatu propinsi mempunyai
pengaruh terhadap kondisi perekonomian propinsi.


3.2.6 Model Regresi Logistik Multinomial dan Uji Signifikansi
         Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS/PC
maka didapatkan model regresi multinomial sebagai berikut:



Tugas Statistik Lanjutan – om                                                             13
Model Umum:

           Ln (P3/P1) = a3 + b31*JMLMSK + b32*ADAMETRO1 + b33 *LOKASI1

           Ln (P2/P1) = a2 + b21*JMLMSK + b22*ADAMETRO1 + b23 *LOKASI1

        P3 = daerah maju;    P2 = daerah berkembang; P1 = daerah tertinggal
                        JMLMSK = proporsi penduduk miskin
         ADAMETRO = keberadaan metropolitan (1 jika tidak ada; dan 2 jika ada)
       LOKASI = lokasi propinsi (1 jika luar Jawa dan Bali dan 2 jika Jawa dan Bali)


                                       Model Keseluruhan:

                                      Model 1:
    Ln (P3/P1) = -3.855 + 1.71 E.06*JMLMSK + 0.75*ADAMETRO1 + 3.169*LOKASI1

                                     Model 2
 Ln (P2/P1) = -20.124 + 5.558 E.06*JMLMSK + 18.994*ADAMETRO1 - 2.279*LOKASI1

                                Uji Signifikansi Model Keseluruhan

Model umum mempunyai nilai Sig. 0.118. Dengan menetapkan  = 0.25, maka
model ini dianggap baik (nilai 0.118 < 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C




                                Model Proporsi Penduduk Miskin:

                          Model Umum 1: Ln (P3/P1) = a3 + b31*JMLMSK

                    Model 1: Ln (P3/P1) = -3.130 E.02 + 1.054 E.06*JMLMSK
                                                        (0.376)

                          Model Umum 2: Ln (P2/P1) = a2 + b21*JMLMSK

                         Model 2: Ln (P2/P1) = -1.51 + 1.25 E.06*JMLMSK
                                                        (0.306)




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                          14
Uji Signifikansi Proporsi Penduduk Miskin

Model 1:

Model mempunyai nilai Sig. 0.376. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model
ini dianggap kurang baik (nilai 0.376 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C. Exp(B) = 1

   Walaupun tidak signifikan, tetapi dengan nilai Exp (B) = 1 maka dapat
    diartikan bahwa proporsi penduduk miskin mempunyai risiko yang sama
    terhadap kondisi ekonomi baik dan kondisi ekonomi tertinggal.

Model 2:

Model mempunyai nilai Sig. 0.306. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model
ini dianggap kurang baik (nilai 0.306 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C. Exp(B) = 1

   Walaupun tidak signifikan, tetapi dengan nilai Exp (B) = 1 maka dapat
    diartikan bahwa proporsi penduduk miskin mempunyai risiko yang sama
    terhadap kondisi ekonomi berkembang dan kondisi ekonomi tertinggal.

   Pengaruh proporsi penduduk miskin terhadap kondisi perekonomian tidak
    signifikan.




                                Model Pusat Pertumbuhan:

                       Model Umum 1: Ln (P3/P1) = a3 + b31*ADAMETRO1

                         Model 1: Ln (P3/P1) = 0.693 - 0.182*ADAMETRO1
                                                       (0.857)

                       Model Umum 2: Ln (P2/P1) = a2 + b21*ADAMETRO1

                     Model 2: Ln (P2/P1) = -0.693 + 4.306 E.16*ADAMETRO1
                                                      (1.0)




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                 15
Uji Signifikansi Pusat Pertumbuhan

Model 1:

Model mempunyai nilai Sig. 0.857. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model
ini dianggap kurang baik (nilai 0.857 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C. Exp(B) = 0.833

   Walaupun tidak signifikan, tetapi dapat dikatakan bahwa dengan tidak
    adanya metropolitan maka risiko kondisi ekonomi propinsi baik menjadi
    mengecil dibandingkan kondisi ekonomi propinsi menjadi tertinggal.

Model 2:

Model mempunyai nilai Sig. 1.00. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini
dianggap kurang baik (nilai 1.00 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C. Exp(B) = 1

   Walaupun tidak signifikan, tetapi dengan nilai Exp (B) = 1 maka dapat
    diartikan tidak adanya metropolitan bahwa mempunyai risiko yang sama
    terhadap kondisi ekonomi berkembang dan kondisi ekonomi tertinggal.

   Pengaruh Keberadaan metropolitan terhadap kondisi perekonomian tidak
    signifikan.




                                          Model Lokasi:

                          Model Umum 1: Ln (P3/P1) = a3 + b31*LOKASI1

                       Model 1: Ln (P3/P1) = 5,003 E.16 + 0,693*LOKASI1
                                                        (0.535)

                          Model Umum 2: Ln (P2/P1) = a2 + b21*LOKASI1

                        Model 2: Ln (P2/P1) = 7.465 E.16 - 1.099*LOKASI1
                                                          (0.395)




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                 16
Uji Signifikansi Lokasi

Model 1:

Model mempunyai nilai Sig. 0.535. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model
ini dianggap kurang baik (nilai 0.857 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C. Exp(B) = 2

   Walaupun tidak signifikan, tetapi dapat dikatakan bahwa daerah berlokasi
    luar Jawa dan Bali kecenderungan mempunyai kondisi ekonomi propinsi baik
    dibanding kondisi ekonomi tertinggal sebanyak dua kali.

Model 2:

Model mempunyai nilai Sig. 1.00. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini
dianggap kurang baik (nilai 1.00 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C. Exp(B) = 0,33

   Walaupun tidak signifikan, tetapi dapat dikatakan bahwa daerah berlokasi
    luar Jawa dan Bali cenderung mempunyai kondisi ekonomi berkembang 0,33
    kali lebih rendah dari kondisi ekonomi tertinggal.

   Pengaruh Keberadaan metropolitan terhadap kondisi perekonomian tidak
    signifikan.



                                   Goodness of Fit

Model Proporsi Penduduk Miskin:

Model mempunyai nilai Sig. 0.25. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini
dianggap baik (nilai 0.25 = 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C.

Model Pusat Pertumbuhan:

Model mempunyai nilai Sig. 0,979. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model
ini dianggap kurang baik (nilai 0,979 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C.




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                 17
Goodness of Fit

Model Lokasi:

Model mempunyai nilai Sig. 0.356. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model
ini dianggap tidak baik (nilai 0.356 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada
Lampiran C.



3.2.7 Probabilitas yang disesuaikan (Adjusted Probability)

         Formula probabilitas yang disesuaikan adalah sebagai berikut


                   E1                                   E2
     P1 = ---------------------;             P2 = ---------------------;   P3 = 1 – (P1 + P2)
                1 + E1 + E 2                       1 + E1 + E2


dengan             Pn : probabilitas dari variabel respon kategori ke n
                   E1 = Exp (a1 + b11 X1 + b12 X2 + b13 X3)
                   E2 = Exp (a2 + b21 X1 + b22 X2 + b23 X3)



A.       Proporsi Penduduk Miskin

P3 (JMLMSK) =                   probabilitas daerah yang mempunyai penduduk miskin
                                merupakan daerah maju

                           E3
P3 (JMLMSK = 853192) = ------------------
                        1+ E3 + E2


E3       =         exp (-3,855 + 1,710 E.06*853192 + 0,75*0,731 + 3,169*0,769)
         =         48,048

E2       =         exp (-20,124 + 5,558 E.06*853192+ 18,994*0,731 – 2,279*0,769)
         =         0,039


Tugas Statistik Lanjutan – om                                                              18
P3       =         48,048/(1+48,048+0,039) = 0,979


P2 (JMLMSK) =                   probabilitas daerah yang mempunyai penduduk miskin
                                merupakan daerah berkembang

                           E2
P2 (JMLMSK = 853192) = ------------------
                        1+ E3 + E2

P2 (JMLMSK = 853192) =                  0,039/(1+48,048+0,039) = 0,00079

P1 (JMLMSK= 853192) = probabilitas daerah yang mempunyai penduduk miskin yang
                      merupakan daerah tertinggal

P1       =         1 – (P2 + P3) = 0,02021




B.       Pusat Pertumbuhan

P3 (ADAMETRO1) = probabilitas daerah yang tidak mempunyai metropolitan yang
                 merupakan daerah maju

                      E3
P3 (ADAMETRO1) = ------------------
                   1+ E3 + E2

E3 (ADAMETRO1) = exp (-3,855 + 1,710 E.06*853192 + 0,75*1 + 3,169*0,769)
               = 2,206

E2 (ADAMETRO1) = exp (-20,124 + 5,558 E.06*853192+ 18,994*1 – 2,279*0,769)
               = 6,418

P3 (ADAMETRO1) = 2,206/(1+2,206+6,418) = 0,229


P2 (ADAMETRO1) = probabilitas daerah yang tidak mempunyai metropolitan yang
                 merupakan daerah berkembang

                                        E2
P2 (ADAMETRO1)                  = ------------------
                                     1+ E3 + E2

P2 (ADAMETRO1)                  = 6,418/(1+2,206+6,418) = 0,667


Tugas Statistik Lanjutan – om                                                        19
P1 (ADAMETRO1)                  =      probabilitas daerah yang tidak mempunyai metropolitan
                                       yang merupakan daerah tertinggal

P1       =         1 – (P2 + P3) = 0,104




C.       Lokasi

P3 (LOKASI1) =                  probabilitas daerah luar Jawa-Bali yang merupakan daerah maju

                     E3
P3 (LOKASI1) = ------------------
                 1+ E3 + E2

E3 (LOKASI1) =                  exp (-3,855 + 1,710 E.06*853192 + 0,75*0,731 + 3,169*1)
             =                  3,748

E2 (LOKASI1) =                  exp (-20,124 + 5,558 E.06*853192+ 18,994*0,731 – 2,279*1)
             =                  0,2236

P3 (LOKASI1) =                  3,748/(1+3,748+0,2236) = 0,754


P2 (LOKASI1) =                  probabilitas daerah luar Jawa-Bali yang merupakan daerah
                                berkembang

                   E2
P2 (LOKASI1) = ------------------
                1+ E3 + E2

P2 (LOKASI1) = 0,2236/(1+0,2236+3,748) = 0,045

P1 (LOKASI1) =             probabilitas daerah luar Jawa-Bali yang merupakan daerah
                           tertinggal

P1 (LOKASI1) =                  1 – (P2 + P3) = 0,201




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                                   20
3.2.8 Analisis Klasifikasi Ganda (Multiple Classification Analysis)

       Berdasar hasil analisis (selengkapnya lihat Lampiran C), maka dapat
disiusun Tabel MCA sebagai berikut:

                                     Tabel 10
     Estimasi Parameter (B), Kesalahan Baku (sign) dan Rasio Kecenderungan
          Model Regresi Logistik Multinomial Faktor yang Mempengaruhi
                      Kondisi Ekonomi Propinsi Tahun 1997


                                    Daerah Maju vs Daerah           Daerah Berkembang vs
           Kovariat               Daerah Tertinggal                   Daerah Tertinggal
                                     B       Exp (B)   Sign.       B       Exp (B)      Sign.
Proporsi Penduduk               1,71 E.-0,6     1      0,161   5,558 E 06     1         0,12
Miskin
Pusat Pertumbuhan
 - Tidak ada                       0,75      2,118    0,629     18,994    1,77 E. 08   0,165
metropolitan
 - Ada Metropolitan                 -          -         -         -           -          -
Lokasi
 - Luar Jawa-Bali                 3,169     23,773    0,361      -2,279      0,102      -2,67
 - Jawa-Bali                        -          -        -           -          -          -
Sumber : Lampiran C


4.       Kesimpulan


         Berdasar hasil analisis di atas maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:


a.       Model keseluruhan menunjukkan angka signifikansi yang dapat diterima
         pada  = 0.25. Tetapi berdasar pada uji signifikansi untuk masing-masing
         variabel bebas, terlihat bahwa proporsi penduduk miskin, keberadaan
         metropolitan, dan lokasi propinsi tidak mempunyai pengaruh yang
         signifikan terhadap kondisi perekonomian propinsi. Hipotesa ditolak.
b.       Secara teoritis, ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap
         kondisi perekonomian suatu daerah, dan hal ini bertentangan dengan
Tugas Statistik Lanjutan – om                                                           21
hasil analisis di atas. Kemungkinan bahwa lingkup kajian yang merupakan
         propinsi relatif terlalu besar sehingga pengaruh faktor tersebut menjadi
         tidak terlihat. Sebagai ilustrasi, walaupun terdapat metropolitan di suatu
         propinsi tetapi kemungkinan pengaruhnya tidak signifikan terhadap
         perekonomian propinsi tersebut. Hal ini dapat terjadi karena luas dan
         besarnya cakupan propinsi, sementara metropolitan yang ada hanya satu
         pada setiap propinsi. Kasus Jakarta hasilnya akan signifikan karena
         Jakarta mencakup keseluruhan daerah DKI Jakarta. Hasilnya kemungkinan
         berbeda jika lingkup kajian adalah kabupaten/kota




Tugas Statistik Lanjutan – om                                                    22
DAFTAR PUSTAKA

1.       Agung, I Gusti Ngurah. Metode Penelitian Sosial. Pengertian dan
         Pemakaian Praktis Jilid 2. Jakarta, Gramedia, 1998.
2.       Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Pembangunan Daerah dalam
         Angka 1999.
3.       Sjafrizal. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
         Indonesia Bagian Barat. Prisma No. 3 Tahun XXVI Maret 1997.




Tugas Statistik Lanjutan – om                                          23

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

2 konsep dasar_ekonometrika
2 konsep dasar_ekonometrika2 konsep dasar_ekonometrika
2 konsep dasar_ekonometrikaWong Neglected
 
Model AMMI Pada data binomial
Model AMMI Pada data binomialModel AMMI Pada data binomial
Model AMMI Pada data binomialarditasukma
 
Factor Analysis
Factor AnalysisFactor Analysis
Factor Analysisganuraga
 
1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi
1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi
1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomiHaidar Bashofi
 
estimasi permintaan
estimasi permintaanestimasi permintaan
estimasi permintaanmas karebet
 
Estimasi Dan Prakiraan Permintaan
Estimasi Dan Prakiraan PermintaanEstimasi Dan Prakiraan Permintaan
Estimasi Dan Prakiraan PermintaanGhea Savitri
 
Ekonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyEkonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyAyuk Wulandari
 

Mais procurados (14)

2 konsep dasar_ekonometrika
2 konsep dasar_ekonometrika2 konsep dasar_ekonometrika
2 konsep dasar_ekonometrika
 
Regresi dummy
Regresi dummyRegresi dummy
Regresi dummy
 
Pertemuan i pendahuluan
Pertemuan i pendahuluanPertemuan i pendahuluan
Pertemuan i pendahuluan
 
Pertemuan i pengertian matematika ekonomi
Pertemuan i pengertian matematika ekonomiPertemuan i pengertian matematika ekonomi
Pertemuan i pengertian matematika ekonomi
 
Model AMMI Pada data binomial
Model AMMI Pada data binomialModel AMMI Pada data binomial
Model AMMI Pada data binomial
 
Factor Analysis
Factor AnalysisFactor Analysis
Factor Analysis
 
1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi
1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi
1 pendahuluan-matematika-bisnis-ekonomi
 
Iin rosita sari uas
Iin rosita sari uasIin rosita sari uas
Iin rosita sari uas
 
estimasi permintaan
estimasi permintaanestimasi permintaan
estimasi permintaan
 
Estimasi Dan Prakiraan Permintaan
Estimasi Dan Prakiraan PermintaanEstimasi Dan Prakiraan Permintaan
Estimasi Dan Prakiraan Permintaan
 
Ekonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyEkonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel Dummy
 
Iin rosita sari uas
Iin rosita sari uasIin rosita sari uas
Iin rosita sari uas
 
Iin rosita sari uas
Iin rosita sari uasIin rosita sari uas
Iin rosita sari uas
 
Tugas statistik
Tugas statistikTugas statistik
Tugas statistik
 

Semelhante a Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi Propinsi di Indonesia

ANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptx
ANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptxANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptx
ANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptxullaibanez1
 
Anava 2 arah
Anava 2 arahAnava 2 arah
Anava 2 arahyositria
 
Praktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptx
Praktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptxPraktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptx
Praktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptxDEWIYUSTIKAFEBRIANI
 
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi Logistik
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi LogistikLaporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi Logistik
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi LogistikShofura Kamal
 
Regresi Sederhana.pptx
Regresi Sederhana.pptxRegresi Sederhana.pptx
Regresi Sederhana.pptxIndraZainun1
 
Matematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.pptMatematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.pptSyaiFuddin7
 
Modul metode regresi
Modul metode regresiModul metode regresi
Modul metode regresigiyantilinda
 
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALArning Susilawati
 
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)blueray11
 
Tesis matematika
Tesis matematikaTesis matematika
Tesis matematikakadal123123
 
Regresi linear
Regresi linearRegresi linear
Regresi linearmery gita
 
Matematika bisnis2
Matematika bisnis2Matematika bisnis2
Matematika bisnis2Amri Sandy
 

Semelhante a Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi Propinsi di Indonesia (20)

ANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptx
ANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptxANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptx
ANALISIS REGRESI (Muh. Yusuf-P3400215401).pptx
 
Anava 2 arah
Anava 2 arahAnava 2 arah
Anava 2 arah
 
Praktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptx
Praktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptxPraktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptx
Praktikum 5 penelitian eksperimental_RF_v3.pptx
 
13291006.ppt
13291006.ppt13291006.ppt
13291006.ppt
 
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi Logistik
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi LogistikLaporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi Logistik
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul VI-Regresi Logistik
 
Regresi Sederhana.pptx
Regresi Sederhana.pptxRegresi Sederhana.pptx
Regresi Sederhana.pptx
 
Matematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.pptMatematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.ppt
 
Analisis varians
Analisis variansAnalisis varians
Analisis varians
 
Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis Regresi Linear SederhanaAnalisis Regresi Linear Sederhana
Analisis Regresi Linear Sederhana
 
Modul metode regresi
Modul metode regresiModul metode regresi
Modul metode regresi
 
Metopel nurafni
Metopel nurafniMetopel nurafni
Metopel nurafni
 
Em.5
Em.5Em.5
Em.5
 
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
 
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
 
4. analisis variansi 2 arah
4. analisis variansi 2 arah4. analisis variansi 2 arah
4. analisis variansi 2 arah
 
Tesis
Tesis Tesis
Tesis
 
Tesis matematika
Tesis matematikaTesis matematika
Tesis matematika
 
Regresi linear
Regresi linearRegresi linear
Regresi linear
 
Matematika bisnis2
Matematika bisnis2Matematika bisnis2
Matematika bisnis2
 
27 model logistic
27 model logistic27 model logistic
27 model logistic
 

Mais de Oswar Mungkasa

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingOswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganOswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganOswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranOswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Oswar Mungkasa
 

Mais de Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi Propinsi di Indonesia

  • 1. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI EKONOMI PROPINSI di INDONESIA Oleh Oswar Mungkasa 1. Pendahuluan Bergulirnya kebijakan otonomi daerah membawa banyak konsekuensi pada daerah maupun pemerintah pusat. Berbagai hal diperbincangkan tetapi yang menjadi fokus perhatian adalah kesiapan daerah, Pengetahuan yang benar tentang kesiapan daerah akan membantu baik daerah maupun pemerintah pusat dalam menelurkan kebijakan terutama berkaitan dengan pencegahan terjadinya ketimpangan antardaerah. Jika tidak dilakukan intervensi kebijakan maka daerah yang lebih siap akan jauh meninggalkan daerah yang relatif belum siap. Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam melihat kesiapan daerah adalah kondisi ekonomi daerah. Kondisi ekonomi daerah menjadi mengemuka karena berkaitan dengan kemampuan darah membiayai kebutuhannya. Daerah akan berusaha untuk memicu pertumbuhan ekonominya dalam upaya memenuhi kebutuhan dananya sendiri. Kebutuhan dana tersebut hanya dapat terpenuhi jika pemerintah daerah dapat memenuhi tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Diketahui bahwa kondisi ekonomi dipengaruhi oleh beragam faktor baik ekonomi, sosial, dan geografis. Diantara berbagai faktor tersebut tentunya tidak seluruhnya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi ekonomi suatu daerah. Beberapa yang signifikan misalnya jumlah penduduk, tingkat investasi, faktor lokasi yang dapat memberi keuntungan komparatif, tingkat pengangguran, jumlah penduduk miskin, ketersediaan infrastruktur, dan adanya pusat-pusat pertumbuhan. Keterbatasan data dan waktu yang tersedia serta menghindari kompleksitas masalah maka dalam makalah ini kondisi ekonomi daerah Tugas Statistik Lanjutan – om 1
  • 2. ditentukan berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto1. Sementara variabel yang akan dibahas pengaruhnya adalah proporsi penduduk miskin, keberadaan pusat pertumbuhan, dan lokasi daerah. Dalam mencari hubungan antara kondisi daerah dengan variabel berpengaruh di atas, maka dipergunakan alat analisis Metode Regresi Logistik Multinomial. Untuk mempermudah proses analisis maka dipergunakan bantuan program SPSS versi 10.0.1 Makalah ini secara singkat akan membahas beberapa hal yaitu (i) model regresi logistik multinomial dari data yang ada; (ii) uji signifikansi model secara keseluruhan; (iii) uji signifikansi setiap variabel bebas; (iv) ‘adjusted probability’ untuk setiap kategori variabel bebas; (v) tabel analisis klasifikasi ganda; (vi) interpretasi hasil analisis logistik multinomial. Untuk kemudian diakhir makalah akan dijelaskan kesimpulan tentang signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap kondisi ekonomi daerah. Beberapa rekomendasi juga akan menyertai kesimpulan tersebut. 2. Model Regresi Logistik Multinomial (MRLM) 2.1 Definisi dan Kegunaan Model Regresi Logistik Multinomial merupakan suatu perluasan dari model regresi logistik biner. Model digunakan untuk menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon yang bersifat multi kategorik dengan suatu himpunan variabel bebas. 2.2 Model Statistik Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa model ini merupakan perluasan dari model regresi logistik biner, maka untuk memudahkan pada tabel berikut disajikan perbedaan diantara kedua model. 1 Produk Domestik Regional Bruto adalah keseluruhan nilai produksi dari suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Tugas Statistik Lanjutan – om 2
  • 3. Tabel 1 Perbedaan Model Regresi Logistik Biner dan Model Regresi Logistik Multinomial Model Regresi Logistik Model Regresi Logistik Multinomial a. Variabel respon terdiri dari maksimal a. Variabel respon terdiri dari minimal dua kategori tiga kategori b. Misal Y suatu variabel respon yang b. Misal Y suatu variabel respon yang mempunyai kategori yang saling mempunyai kategori yang saling exclusive dan exhaustive: 0, 1, 2, exclusive dan exhaustive: 0, 1, 2, …..J. Maka Y=1 versus Y=0 …..J. Maka Y=j versus Y=0; j= 1,2,…J. Y=0 merupakan acuan c. Hanya terdapat satu model regresi c. Dengan variabel respon J kategori, Logistik yaitu: maka terdapat J-1 model yaitu: Ln p/(1-p) = a + b1X1 + b2X2 + …. Ln p1/p3 = a1 + b11X1 + b12X2 + … Ln p2/p3 = a2 + b21X1 + b22X2 + … p 1 + p2 + p 3 = 1 Sumber: Diktat Kuliah Statistik Lanjutan Semester Ganjil Tahun 2000/01, Fakultas Pasca Sarjana Bidang Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia. Beberapa hal penting yang perlu dicermati adalah (a) pada model RLM, salah satu kategori harus menjadi referensi bagi kedua kategori lainnya. Pada tabel diatas maka yang menjadi referensi adalah p3; (b) kategori yang menjadi referensi harus merupakan kategori yang lebih banyak observasinya dibanding kategori lainnya. Hasilnya tidak akan berubah dengan beragamnya pilihan kategori referensi; (c) persamaan yang terbentuk selalu kurang satu dari jumlah variabel bebas. Tujuan dari analisis adalah untuk mengukur nilai dari a1, a2, b11, b12, b21, b22 dan seterusnya. 2.3 Interpretasi Model Secara garis besar, langkah-langkah yang harus dipenuhi dalam penyelesaian analisis RLM adalah (a) Penentuan variabel respon (tidak bebas) dan variabel bebas. Variabel bebas dapat terdiri dari variabel kategorik dan/atau numerik; (b) Penjabaran definisi operasional, yang merupakan penjelasan tentang masing-masing variabel sedetail mungkin; (c) Penentuan Model Umum; (d) Penetapan hipotesis, yang merupakan pernyataan yang akan diuji melalui model; (e) Analisis, baik menggunakan Tugas Statistik Lanjutan – om 3
  • 4. bantuan program komputer maupun manual. Pada intinya ingin mendapatkan model yang sebenarnya, yang kemudian diuji signifikansinya, serta dilakukan interpretasi terhadap hasil analisis; (f) kesimpulan. 2.4 Konsep Penting 2.4.1 Tabel Silang Tabel silang digunakan untuk memudahkan melihat keterkaitan antara variabel respon dan variabel bebas. Contoh tabel silang sebagai berikut. Tabel 2 Contoh Perhitungan Tabel Silang (2x3) Variabel Respon Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Total Variabel Kategori 1 Bebas Observasi A B C G (=A+B+C) Proporsi terhadap var. bebas (A)/(G)*100 (B)/(G)*100 (C)/(G)*100 100% Proporsi terhadap var. respon (A)/(I)*100 (B)/(J)*100 (C)/(K)*100 (G)/(L)*100 Kategori 2 Observasi D E F H (=D+E+F) Proporsi terhadap var. bebas (D)/(H)*100 (E)/(H)*100 (F)/(H)*100 100% Proporsi terhadap var. respon (D)/(I)*100 (E)/(J)*100 (F)/(K)*100 (H)/(L)*100 Total Observasi I (=A+D) J (=B+E) K (=C+F) L (=G+H) atau Proporsi terhadap var. bebas (I)/(L)*100 (J)/(L)*100 (K)/(L)*100 100% Proporsi terhadap var. respon 100% 100% 100% 100% Keterangan: variabel respon 3 kategori dan variabel bebas 2 kategori 2.4.2 Probabilitas yang disesuaikan (Adjusted Probability) Probabilitas yang disesuaikan (Adjusted Probability) adalah probabilitas setelah memperhitungkan faktor-faktor lain. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut: E1 E2 P1 = ---------------------; P2 = ---------------------; P3 = 1 – (P1 + P2) 1 + E1 + E 2 1 + E1 + E2 Tugas Statistik Lanjutan – om 4
  • 5. dengan Pn : probabilitas dari variabel respon kategori ke n E1 = Exp (a1 + b11 X1 + b12 X2 + b13 X3) E2 = Exp (a2 + b21 X1 + b22 X2 + b23 X3) 2.4.2 Analisis Klasifikasi Ganda (Multiple Classification Analysis) Tabel Klasifikasi Ganda (Multiple Classification Analysis/MCA) adalah tabel yang dipergunakan untuk memudahkan mengambil kesimpulan terhadap hasil analisis. Tabel MCA berisi data estimasi parameter (B), rasio kecenderungan (odd rato), dan nilai kesalahan baku (signifikansi) dari hubungan antara variabel respon dan variabel bebas. Contoh tabel MCA sebagai berikut. Tabel 3. Contoh Tabel MCA Variabel Respon (P) P1 vs P3 P2 vs P3 P1 vs P2 B exp (B) Sig. B exp (B) Sig. B exp (B) Sig. Var. Bebas X X1 - 1 - - 1 - 1 X2 b11 exp (b11) b21 exp (b21) b11-b21 exp (b21) X3 b12 exp (b12) b22 exp (b22) b12-b22 exp (b22) Var. Bebas Y b13 exp (b13) b23 exp (b23) b13-b23 exp (b23) var. Bebas Z b14 exp (b14) b24 exp (b24) b14-b24 exp (b24) Intercept a1 - a2 - a1-a2 - Catatan: Variabel kategorik adalah X dan Variabel numerik adalah Y dan Z exp (B) = odd ratio sig.= signifikansi Rumus tabel diatas adalah : Ln (P1/P3) = a1 + b11 X2 + b12 X3 + b13 Y + b14 Z Ln (P2/P3) = a2 + b21 X2 + b22 X3 + b23 Y + b24 Z Tugas Statistik Lanjutan – om 5
  • 6. 3. Analisis Pengaruh Variabel Bebas terhadap Kondisi Ekonomi Propinsi 3.1 Penetapan Variabel Dalam menentukan kondisi ekonomi suatu daerah maka sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa PDRB merupakan salah satu variabel yang sering dijadikan faktor penentu kondisi ekonomi daerah. Data PDRB yang dipergunakan adalah PDRB non-migas per kapita dengan pertimbangan bahwa PDRB migas hanya mencakup beberapa propinsi penghasil minyak saja. Secara umum kondisi daerah dikategorikan berdasar dua hal: a. Pendapatan per kapita Secara sederhana pendapatan per kapita didekati dengan menggunakan data PDRB non migas per kapita. b. Pertumbuhan ekonomi daerah Studi yang dilakukan oleh Elia Radianto (1997), menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kemampuan keuangan daerah. Pertumbuhan ekonomi propinsi didapatkan dari laju pertumbuhan PDRB non-migas. Kedua faktor di atas disilangkan dalam sebuah matriks 2x2 (lihat Tabel 4). Dengan melakukan modifikasi terhadap Metode Klassen2 (Lihat lampiran A) maka kondisi ekonomi propinsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu (i) maju, (ii) berkembang, yang merupakan gabungan dari klasifikasi (b) dan (c) Klassen; dan (iii) tertinggal. Selengkapnya lihat Tabel 4. 2 Sjafrizal. Pertumbuhan ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma No. 3 Tahun XXVI (Maret 1997). Tugas Statistik Lanjutan – om 6
  • 7. Tabel 4 Klasifikasi Kondisi Ekonomi Propinsi (Variabel Respon) (Modifikasi Tipologi Klassen) PDRB per kapita (y) Laju yI > y yi < y Pertumbuhan ( r) ri > r Daerah maju Daerah berkembang ri < r Daerah berkembang Daerah tertinggal dengan: ri = laju pertumbuhan PDRB di daerah i; r = laju pertumbuhan PDRB total yi = pendapatan per kapita daerah i; y = pendapatan per kapita rata-rata Disadari bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kondisi perekonomian suatu daerah akan sangat beragam, dan akan menjadi bahan perbincangan yang berkepanjangan. Mengingat keterbatasan data dan maksud penyusunan makalah ini sendiri, maka variabel bebas yang dipilih adalah yang datanya tersedia dan mudah diakses. Dari beberapa variabel yang ditengarai mempunyai pengaruh maka dipilih variabel proporsi penduduk miskin, lokasi daerah, keberadaan pusat pertumbuhan sebagai variabel bebas. Intuisi yang mendasari pemilihan ketiga variabel tersebut selain pertimbangan praktis adalah: a. Proporsi penduduk miskin Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat produktifitas daerah tersebut. Proporsi jumlah penduduk miskin tentunya berpengaruh terhadap produktifitas daerah tersebut berdasar asumsi produktifitas penduduk miskin yang rendah. b. Lokasi daerah Disepakati bahwa lokasi menjadi salah satu faktor yang berperan pada keunggulan komparatif suatu daerah. Hal ini terjadi karena secara alamiah Tugas Statistik Lanjutan – om 7
  • 8. beberapa daerah berada pada lokasi yang tidak menguntungkan secara ekonomis seperti terpencil, daerah bencana, kurang subur dan lainnya. Kondisi ini kemudian menghasilkan tumbuhnya pengelompokan kegiatan pada daerah tertentu saja. Pada makalah ini, variabel lokasi diklasifikasikan kedalam dikotomi Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali. c. Pusat pertumbuhan Walaupun masih menjadi perdebatan panjang dikalangan ahli ekonomi wilayah, tetapi dipercayai oleh sebagian besar para ahli bahwa pertumbuhan suatu daerah banyak tergantung pada adanya suatu pusat pertumbuhan di daerah tersebut. Pusat pertumbuhan dapat berupa kawasan industri, metropolitan, pusat bisnis dan lainnya. Pada intinya pusat pertumbuhan adalah daerah yang mempunyai intensitas kegiatan yang sangat tinggi dan diharapkan akan memberi efek penjalaran pertumbuhan ke daerah sekitarnya. Kesulitan mendapatkan data pengelompokan kegiatan yang menjadi pusat pertumbuhan, menjadikan keberadaan metropolitan di suatu propinsi dijadikan representasi pusat pertumbuhan di daerah tersebut. 3.2 Definisi Operasional Variabel respon yaitu kondisi daerah diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu daerah maju, daerah berkembang, dan daerah tertinggal. Sementara variabel bebas terdiri dari dua variabel kategorik yaitu (a) variabel lokasi daerah, yang diklasifikasikan sesuai dengan dikotomi daerah yaitu Jawa-Bali dan Luar Jawa-Bali; (b) variabel keberadaan pusat pertumbuhan yang dikategorikan dalam dua klasifikasi yaitu propinsi yang mempunyai kota metropolitan, dan yang tidak mempunyai kota metropolitan; dan satu variabel bebas numerik yaitu proporsi penduduk miskin yang dikategorikan dalam tiga klasifikasi yaitu daerah dengan banyak penduduk miskin (Banyak), daerah relatif sedikit penduduk miskin (moderat), daerah dengan sedikit sekali penduduk miskin (sedikit). Tugas Statistik Lanjutan – om 8
  • 9. 3.2.1 Kondisi Perekonomian Propinsi Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa kondisi perekonomian propinsi diklasifikasikan berdasarkan pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan perekonomian pada setiap propinsi. Klasifikasi propinsi terdiri dari tiga yaitu (I) daerah maju, yaitu daerah dengan tingkat pendapatan per kapita di atas rata-rata pendapatan per kapita nasional dan laju pertumbuhan perekonomian di atas laju pertumbuhan rata-rata nasional; (ii) daerah berkembang, yaitu daerah dengan tingkat pendapatan per kapita di atas rata-rata pendapatan per kapita nasional dan laju pertumbuhan perekonomian di bawah laju pertumbuhan rata-rata nasional atau daerah dengan tingkat pendapatan per kapita di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional dan laju pertumbuhan perekonomian di atas laju pertumbuhan rata-rata nasional; (iii) daerah tertinggal, yaitu daerah dengan tingkat pendapatan per kapita di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional dan laju pertumbuhan perekonomian di bawah laju pertumbuhan rata-rata nasional (lihat Tabel 5) Tabel 5 Klasifikasi Kondisi Ekonomi Propinsi (Variabel Respon) PDRB per kapita (y) ( r) yI > y yi < y Laju yi =pendapatan per kapita y = pendapatan per Pertumbuhan daerah i kapita rata-rata ri > r Daerah maju Daerah berkembang ri =laju pertumbuhan Sumut; Riau; DKI Jakarta; Sumbar; Jabar; DIY; PDRB daerah i Bali; Kalteng; Kaltim; Kalsel; Kalbar Irja ri < r Daerah berkembang Daerah tertinggal r = laju pertumbuhan Aceh;Jambi; Bengkulu; PDRB total Sumsel; Lampung; Jateng; Jatim; Sulut; Sulteng; Sultra; Sulsel; NTB; NTT; Maluku Tugas Statistik Lanjutan – om 9
  • 10. Data-data selengkapnya tentang kondisi perekonomian propinsi dapat dilihat pada Lampiran A.1. 3.2.2 Proporsi Penduduk Miskin Proporsi penduduk miskin adalah proporsi jumlah penduduk miskin suatu propinsi terhadap jumlah total penduduk propinsi tersebut. Berdasar pada hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah propinsi dengan banyak penduduk miskin dan jumlah propinsi dengan jumlah penduduk miskin yang relatif sedikit adalah relatif berimbang. Lihat Tabel 6 dan Tabel 7 Tabel 6 Klasifikasi Propinsi berdasar Proporsi Penduduk Miskin Klasifikasi Propinsi Penduduk Miskin Banyak Jateng; Jatim; Kalbar; Kalteng; Kalsel (9) Kalteng; Kalsel; NTB; NTT; Maluku; Irja Moderat Aceh; Sumut; Sumsel; Bengkulu; Lampung; (9) Jabar; DIY; Kaltim; Sulut Sedikit Sumbar; Riau; Jambi; DKI ; Bali; (8) Sulteng; Sulsel; Sultra; Sumber: Lampiran A-2 3.2.3 Lokasi Lokasi diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu (I) Jawa-Bali; dan (ii) Luar Jawa-Bali. Kategori Jawa-Bali adalah propinsi yang berlokasi di pulau Jawa dan Bali, dan terdiri dari 6 propinsi yaitu DKI; Jawa Barat; Jawa Tengah; DI Yogyakarta; Jawa Timur dan Bali. Kategori Luar Jawa-Bali adalah propinsi yang berlokasi bukan di pulau Jawa dan Bali, yang terdiri dari 20 propinsi. Selengkapnya lihat Lampiran A-1. Tugas Statistik Lanjutan – om 10
  • 11. Tabel 7 Tabel Silang Proporsi Penduduk Miskin dan Peringkat Propinsi Peringkat propinsi Total maju berkembang tertinggal Proporsi banyak Jumlah 5 1 3 9 Penduduk % proporsi 55.6% 11.1% 33.3% 100.0% Miskin penduduk miskin % within 35.7% 25.0% 37.5% 34.6% Peringkat propinsi Mod. Jumlah 5 2 2 9 % proporsi 55.6% 22.2% 22.2% 100.0% penduduk miskin % Peringkat 35.7% 50.0% 25.0% 34.6% propinsi sedikit Jumlah 4 1 3 8 % proporsi 50.0% 12.5% 37.5% 100.0% penduduk miskin % Peringkat 28.6% 25.0% 37.5% 30.8% propinsi Total Jumlah 14 4 8 26 % proporsi 53.8% 15.4% 30.8% 100.0% penduduk miskin % Peringkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% propinsi Sumber: Lampiran B 3.2.4 Pusat Pertumbuhan Sebagaimana dijelaskan terdahulu maka variabel pusat pertumbuhan diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu (I) propinsi yang mempunyai metropolitan; dan (ii) propinsi yang tidak mempunyai metropolitan. Metropolitan adalah kota yang berpenduduk minimal 1 juta orang. Berdasar kriteria ini maka terdapat 7 propinsi yang mempunyai metropolitan Tugas Statistik Lanjutan – om 11
  • 12. adalah Sumatera Utara (Medan); Sumatera Selatan (Palembang); DKI Jakarta (Jakarta); Jawa Barat (Bandung); Jawa tengah (Semarang); Jawa Timur (Surabaya); Sulawesi Selatan (Makasar). Tabel 8 Tabel Silang Lokasi Propinsi * Peringkat Propinsi Peringkat Total propinsi Maju Berkembang Tertinggal Lokasi Luar Jumlah 12 2 6 20 Propinsi Jawa-Bali % Lokasi 60.0% 10.0% 30.0% 100.0% Propinsi % Peringkat 85.7% 50.0% 75.0% 76.9% propinsi Jawa-Bali Jumlah 2 2 2 6 % Lokasi 33.3% 33.3% 33.3% 100.0% Propinsi % Peringkat 14.3% 50.0% 25.0% 23.1% propinsi Total Jumlah 14 4 8 26 % Lokasi 53.8% 15.4% 30.8% 100.0% Propinsi % Peringkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% propinsi Sumber : Lampiran B Tugas Statistik Lanjutan – om 12
  • 13. Tabel 9 Tabel Silang Keberadaan Kota Metropolitan dan Peringkat Propinsi Peringkat Total Propinsi Maju Berkembang Tertinggal Keberadaan tidak ada Jumlah 10 3 6 19 Kota kota Metropolitan metropolitan % Keberadaan 52.6% 15.8% 31.6% 100.0 Kota % Metropolitan % Peringkat 71.4% 75.0% 75.0% 73.1% propinsi ada kota Jumlah 4 1 2 7 metropolitan % Keberadaan 57.1% 14.3% 28.6% 100.0 Kota % Metropolitan % Peringkat 28.6% 25.0% 25.0% 26.9% propinsi Total Jumlah 14 4 8 26 % Keberadaan 53.8% 15.4% 30.8% 100.0 Kota % Metropolitan % Peringkat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0 propinsi % Sumber : Lampiran B 3.2.5 Hipotesa Hipotesa yang ditetapkan adalah bahwa proporsi penduduk miskin, faktorlokasi dan keberadaan metropolitan dalam suatu propinsi mempunyai pengaruh terhadap kondisi perekonomian propinsi. 3.2.6 Model Regresi Logistik Multinomial dan Uji Signifikansi Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS/PC maka didapatkan model regresi multinomial sebagai berikut: Tugas Statistik Lanjutan – om 13
  • 14. Model Umum: Ln (P3/P1) = a3 + b31*JMLMSK + b32*ADAMETRO1 + b33 *LOKASI1 Ln (P2/P1) = a2 + b21*JMLMSK + b22*ADAMETRO1 + b23 *LOKASI1 P3 = daerah maju; P2 = daerah berkembang; P1 = daerah tertinggal JMLMSK = proporsi penduduk miskin ADAMETRO = keberadaan metropolitan (1 jika tidak ada; dan 2 jika ada) LOKASI = lokasi propinsi (1 jika luar Jawa dan Bali dan 2 jika Jawa dan Bali) Model Keseluruhan: Model 1: Ln (P3/P1) = -3.855 + 1.71 E.06*JMLMSK + 0.75*ADAMETRO1 + 3.169*LOKASI1 Model 2 Ln (P2/P1) = -20.124 + 5.558 E.06*JMLMSK + 18.994*ADAMETRO1 - 2.279*LOKASI1 Uji Signifikansi Model Keseluruhan Model umum mempunyai nilai Sig. 0.118. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap baik (nilai 0.118 < 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C Model Proporsi Penduduk Miskin: Model Umum 1: Ln (P3/P1) = a3 + b31*JMLMSK Model 1: Ln (P3/P1) = -3.130 E.02 + 1.054 E.06*JMLMSK (0.376) Model Umum 2: Ln (P2/P1) = a2 + b21*JMLMSK Model 2: Ln (P2/P1) = -1.51 + 1.25 E.06*JMLMSK (0.306) Tugas Statistik Lanjutan – om 14
  • 15. Uji Signifikansi Proporsi Penduduk Miskin Model 1: Model mempunyai nilai Sig. 0.376. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 0.376 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Exp(B) = 1  Walaupun tidak signifikan, tetapi dengan nilai Exp (B) = 1 maka dapat diartikan bahwa proporsi penduduk miskin mempunyai risiko yang sama terhadap kondisi ekonomi baik dan kondisi ekonomi tertinggal. Model 2: Model mempunyai nilai Sig. 0.306. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 0.306 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Exp(B) = 1  Walaupun tidak signifikan, tetapi dengan nilai Exp (B) = 1 maka dapat diartikan bahwa proporsi penduduk miskin mempunyai risiko yang sama terhadap kondisi ekonomi berkembang dan kondisi ekonomi tertinggal.  Pengaruh proporsi penduduk miskin terhadap kondisi perekonomian tidak signifikan. Model Pusat Pertumbuhan: Model Umum 1: Ln (P3/P1) = a3 + b31*ADAMETRO1 Model 1: Ln (P3/P1) = 0.693 - 0.182*ADAMETRO1 (0.857) Model Umum 2: Ln (P2/P1) = a2 + b21*ADAMETRO1 Model 2: Ln (P2/P1) = -0.693 + 4.306 E.16*ADAMETRO1 (1.0) Tugas Statistik Lanjutan – om 15
  • 16. Uji Signifikansi Pusat Pertumbuhan Model 1: Model mempunyai nilai Sig. 0.857. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 0.857 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Exp(B) = 0.833  Walaupun tidak signifikan, tetapi dapat dikatakan bahwa dengan tidak adanya metropolitan maka risiko kondisi ekonomi propinsi baik menjadi mengecil dibandingkan kondisi ekonomi propinsi menjadi tertinggal. Model 2: Model mempunyai nilai Sig. 1.00. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 1.00 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Exp(B) = 1  Walaupun tidak signifikan, tetapi dengan nilai Exp (B) = 1 maka dapat diartikan tidak adanya metropolitan bahwa mempunyai risiko yang sama terhadap kondisi ekonomi berkembang dan kondisi ekonomi tertinggal.  Pengaruh Keberadaan metropolitan terhadap kondisi perekonomian tidak signifikan. Model Lokasi: Model Umum 1: Ln (P3/P1) = a3 + b31*LOKASI1 Model 1: Ln (P3/P1) = 5,003 E.16 + 0,693*LOKASI1 (0.535) Model Umum 2: Ln (P2/P1) = a2 + b21*LOKASI1 Model 2: Ln (P2/P1) = 7.465 E.16 - 1.099*LOKASI1 (0.395) Tugas Statistik Lanjutan – om 16
  • 17. Uji Signifikansi Lokasi Model 1: Model mempunyai nilai Sig. 0.535. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 0.857 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Exp(B) = 2  Walaupun tidak signifikan, tetapi dapat dikatakan bahwa daerah berlokasi luar Jawa dan Bali kecenderungan mempunyai kondisi ekonomi propinsi baik dibanding kondisi ekonomi tertinggal sebanyak dua kali. Model 2: Model mempunyai nilai Sig. 1.00. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 1.00 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Exp(B) = 0,33  Walaupun tidak signifikan, tetapi dapat dikatakan bahwa daerah berlokasi luar Jawa dan Bali cenderung mempunyai kondisi ekonomi berkembang 0,33 kali lebih rendah dari kondisi ekonomi tertinggal.  Pengaruh Keberadaan metropolitan terhadap kondisi perekonomian tidak signifikan. Goodness of Fit Model Proporsi Penduduk Miskin: Model mempunyai nilai Sig. 0.25. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap baik (nilai 0.25 = 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Model Pusat Pertumbuhan: Model mempunyai nilai Sig. 0,979. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap kurang baik (nilai 0,979 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. Tugas Statistik Lanjutan – om 17
  • 18. Goodness of Fit Model Lokasi: Model mempunyai nilai Sig. 0.356. Dengan menetapkan  = 0.25, maka model ini dianggap tidak baik (nilai 0.356 > 0.250). Hasil Analisis selengkapnya pada Lampiran C. 3.2.7 Probabilitas yang disesuaikan (Adjusted Probability) Formula probabilitas yang disesuaikan adalah sebagai berikut E1 E2 P1 = ---------------------; P2 = ---------------------; P3 = 1 – (P1 + P2) 1 + E1 + E 2 1 + E1 + E2 dengan Pn : probabilitas dari variabel respon kategori ke n E1 = Exp (a1 + b11 X1 + b12 X2 + b13 X3) E2 = Exp (a2 + b21 X1 + b22 X2 + b23 X3) A. Proporsi Penduduk Miskin P3 (JMLMSK) = probabilitas daerah yang mempunyai penduduk miskin merupakan daerah maju E3 P3 (JMLMSK = 853192) = ------------------ 1+ E3 + E2 E3 = exp (-3,855 + 1,710 E.06*853192 + 0,75*0,731 + 3,169*0,769) = 48,048 E2 = exp (-20,124 + 5,558 E.06*853192+ 18,994*0,731 – 2,279*0,769) = 0,039 Tugas Statistik Lanjutan – om 18
  • 19. P3 = 48,048/(1+48,048+0,039) = 0,979 P2 (JMLMSK) = probabilitas daerah yang mempunyai penduduk miskin merupakan daerah berkembang E2 P2 (JMLMSK = 853192) = ------------------ 1+ E3 + E2 P2 (JMLMSK = 853192) = 0,039/(1+48,048+0,039) = 0,00079 P1 (JMLMSK= 853192) = probabilitas daerah yang mempunyai penduduk miskin yang merupakan daerah tertinggal P1 = 1 – (P2 + P3) = 0,02021 B. Pusat Pertumbuhan P3 (ADAMETRO1) = probabilitas daerah yang tidak mempunyai metropolitan yang merupakan daerah maju E3 P3 (ADAMETRO1) = ------------------ 1+ E3 + E2 E3 (ADAMETRO1) = exp (-3,855 + 1,710 E.06*853192 + 0,75*1 + 3,169*0,769) = 2,206 E2 (ADAMETRO1) = exp (-20,124 + 5,558 E.06*853192+ 18,994*1 – 2,279*0,769) = 6,418 P3 (ADAMETRO1) = 2,206/(1+2,206+6,418) = 0,229 P2 (ADAMETRO1) = probabilitas daerah yang tidak mempunyai metropolitan yang merupakan daerah berkembang E2 P2 (ADAMETRO1) = ------------------ 1+ E3 + E2 P2 (ADAMETRO1) = 6,418/(1+2,206+6,418) = 0,667 Tugas Statistik Lanjutan – om 19
  • 20. P1 (ADAMETRO1) = probabilitas daerah yang tidak mempunyai metropolitan yang merupakan daerah tertinggal P1 = 1 – (P2 + P3) = 0,104 C. Lokasi P3 (LOKASI1) = probabilitas daerah luar Jawa-Bali yang merupakan daerah maju E3 P3 (LOKASI1) = ------------------ 1+ E3 + E2 E3 (LOKASI1) = exp (-3,855 + 1,710 E.06*853192 + 0,75*0,731 + 3,169*1) = 3,748 E2 (LOKASI1) = exp (-20,124 + 5,558 E.06*853192+ 18,994*0,731 – 2,279*1) = 0,2236 P3 (LOKASI1) = 3,748/(1+3,748+0,2236) = 0,754 P2 (LOKASI1) = probabilitas daerah luar Jawa-Bali yang merupakan daerah berkembang E2 P2 (LOKASI1) = ------------------ 1+ E3 + E2 P2 (LOKASI1) = 0,2236/(1+0,2236+3,748) = 0,045 P1 (LOKASI1) = probabilitas daerah luar Jawa-Bali yang merupakan daerah tertinggal P1 (LOKASI1) = 1 – (P2 + P3) = 0,201 Tugas Statistik Lanjutan – om 20
  • 21. 3.2.8 Analisis Klasifikasi Ganda (Multiple Classification Analysis) Berdasar hasil analisis (selengkapnya lihat Lampiran C), maka dapat disiusun Tabel MCA sebagai berikut: Tabel 10 Estimasi Parameter (B), Kesalahan Baku (sign) dan Rasio Kecenderungan Model Regresi Logistik Multinomial Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi Propinsi Tahun 1997 Daerah Maju vs Daerah Daerah Berkembang vs Kovariat Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal B Exp (B) Sign. B Exp (B) Sign. Proporsi Penduduk 1,71 E.-0,6 1 0,161 5,558 E 06 1 0,12 Miskin Pusat Pertumbuhan - Tidak ada 0,75 2,118 0,629 18,994 1,77 E. 08 0,165 metropolitan - Ada Metropolitan - - - - - - Lokasi - Luar Jawa-Bali 3,169 23,773 0,361 -2,279 0,102 -2,67 - Jawa-Bali - - - - - - Sumber : Lampiran C 4. Kesimpulan Berdasar hasil analisis di atas maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Model keseluruhan menunjukkan angka signifikansi yang dapat diterima pada  = 0.25. Tetapi berdasar pada uji signifikansi untuk masing-masing variabel bebas, terlihat bahwa proporsi penduduk miskin, keberadaan metropolitan, dan lokasi propinsi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi perekonomian propinsi. Hipotesa ditolak. b. Secara teoritis, ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap kondisi perekonomian suatu daerah, dan hal ini bertentangan dengan Tugas Statistik Lanjutan – om 21
  • 22. hasil analisis di atas. Kemungkinan bahwa lingkup kajian yang merupakan propinsi relatif terlalu besar sehingga pengaruh faktor tersebut menjadi tidak terlihat. Sebagai ilustrasi, walaupun terdapat metropolitan di suatu propinsi tetapi kemungkinan pengaruhnya tidak signifikan terhadap perekonomian propinsi tersebut. Hal ini dapat terjadi karena luas dan besarnya cakupan propinsi, sementara metropolitan yang ada hanya satu pada setiap propinsi. Kasus Jakarta hasilnya akan signifikan karena Jakarta mencakup keseluruhan daerah DKI Jakarta. Hasilnya kemungkinan berbeda jika lingkup kajian adalah kabupaten/kota Tugas Statistik Lanjutan – om 22
  • 23. DAFTAR PUSTAKA 1. Agung, I Gusti Ngurah. Metode Penelitian Sosial. Pengertian dan Pemakaian Praktis Jilid 2. Jakarta, Gramedia, 1998. 2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Pembangunan Daerah dalam Angka 1999. 3. Sjafrizal. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma No. 3 Tahun XXVI Maret 1997. Tugas Statistik Lanjutan – om 23