SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 40
BAB I

                                 PENDAHULUAN

  I.   Latar Belakang

       Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh semua orang. Apakah
kriterianya? Kepemimpinan adalah jika kita dapat membuat sesuatu menjadi sesuatu itu
sendiri. Kita memimpin diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia
seutuhnya; kita memimpin keluarga kita untuk menjadi keluarga yang memperoleh respek
dari lingkungan di mana kita berada.

       Dengan demikian, sebenarnya kepemimpinan mempunyai dua makna. Pertama,
makna bahwa yang bersangkutan diterima di lingkungannya sebagai seorang pemimpin, baik
formal maupun, informal. Kedua, sebuah karakter yang pasti dimiliki setiap manusia sebagai
ciptaan Tuhan. Gifford Pinchot (1996), mengemukakan bahwa beberapa organisasi lebih
maju karena terdapat banyak pemimpin di dalamnya; bahkan setiap pribadi pada hakikatnya
adalah pemimpin. Sebuah fenomena yang kelak akan menjadi dominan tatkala pekerjaan-
pekerjaan oleh otot semakin ditinggalkan oleh pekerja yang mengandalkan pengetahuan.

       Seorang pemimpin yang ―sungguh-sungguh‖ adalah individu yang mengetahui bahwa
sumber daya yang tidak akan pernah dapat dibelinya adalah ―waktu‖, sehingga waktu
dikelola sedemikian rupa sehingga optimal. Pemimpin adalah orang yang telah diambil hak
waktunya oleh lembaga tempatnya bekerja. Namun, seorang bukanlah seorang pemimpin
sesungguhnya apabila ia tidak efektif, karena pada akhirnya, setiap orang akan diukur dari
keberhasilan yang dicapai. Bagi pemimpin, indikator keberhasilannya adalah sejauh mana ia
secara efektif menjalankan peran kepemimpinannya.
BAB II

                                            ISI
 I.        Defenisi

      I.1 Pemimpin

         Penasihat Manajemen Dale Carnegie Menulis Buku dengan Judul yang puitis, The
Leader in You (1993). ―Ada kepemimpinan di dalam setiap diri Anda,‖ katanya. Apa yang
dikemukakan sama seperti tertulis dalam AI Qur‘an maupun Alkitab, bahwa manusia
diciptakan Tuhan untuk memimpin alam semesta. Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang
dimiliki oleh semua orang.

         ―Warren Bennis, seorang pakar kepemimpinan, menulis karya monumental, On
Becomin A Leader (1989,1994). They work out there on the frontier where tomorrow is
taking shape, and they serve here as guides-guides to things as they are and as they will be,
or scouts reporting back with word from the front. Pemimpin kata Raja Philips II kepada
anaknya, Alexander (kelak menjadi Alexander Agung), seorang pemimpin harus belajar
untuk sendirian. ―Learn how to be alone‖, nasihat Philips. Kepemimpinan, dengan demikian,
bukanlah sebuah ―kekuasaan‖, melainkan sebuah tugas, tanggung jawab, dan pengorbanan.
Dengan demikian, pada hakikatnya, memimpin adalah amanah, kewajiban, dan bukan hak,
pimpinlah, dengan kebersihan nurani!

         Adalah Peter Drucker (1996) yang membuat karakteristik sederhana dari hasil
pengamatannya terhadap pemimpin-pemimpin dunia yang paling efektif yang pernah
ditemuinya. Ada beberapa karakter dari mereka, namun ada kesamaan dalam hal personality
trait mereka tidak memiliki atau sangat sedikit memiliki apa yang disebut ―karisma‖
Beberapa syarat pemimpin dan kepemimpinan adalah:

      1. Dicirikan dari adanya pengikut.
      2. Pemimpin efektif bukanlah yang dipuja atau dicintai, namun mereka adalah individu
         yang menjadikan para pengikutnya berbuat benar. Kepemimpinan berbeda dengan
         popularitas. Kepemimpinan identik dengan pencapaian hasil.
3. Pemimpin adalah mereka yang sangat tampak. Oleh karena itu mereka harus
       memberikan contoh.
   4. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan atau uang. Kepemimpinan adalah
       tanggung jawab.

   I.2 Kepemimpin

       Salah satunya pepatah Arab yang mengatakan, ‖Laskar domba yang dipimpin oleh
singa akan mengalahkan laskar singa yang dipimpin oleh domba‖. Lebih kurang petuah bijak
ini mengatakan, peran pemimpin sangatlah menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan
misi. Tentu pepatah ini tidak untuk ditelan mentah. Alangkah lebih baik jika laskar singa juga
dipimpin seekor singa pilihan melalui seleksi alam, yang paling tajam indranya, paling tegap
tubuhnya, jarang mengaum, tetapi arif dan waspada.

   I.3 Menurut Para Ahli

Beberapa defenisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli adalah :

   1. Koontz & O‘ donnel: proses MEMPENGARUHI sekelompok orang sehingga mau
       bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
   2. Wexley & Yuki: MEMPENGARUHI orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan
       tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
   3. Georger R. Terry: kegiatan MEMPENGARUHI ornag-orang untuk bersedia berusaha
       mencapai tujuan bersama.
       Dari ketiga defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat
       oleh para ahli tersebut adalah KEMEMPUAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN
       UNTUK MENCAPAI TUJUAN BERSAMA.


       Defenisi lain dari kepemimpinan :
    1) Fiedler:    merupakan     POLA      HUBUNGAN        antara   individu-individu    yang
        menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja
        bersama-sama mencapai tujuan.
    2) Jhon Pfiffner: kemampuan MENGKOORDINASIKAN DAN MEMOTIVASI
        orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin di kehendaki.
3) Davis: kemampuan untuk MENGAJAK orang lain mencapai orang lain mencapai
        tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.
    4) Ott: proses HUBUNGAN ANTAR PRIBADI yang di dalamnya seseorang
        mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya prilaku orang lain.
    5) Locke: proses MEMBUJUK orang lain untuk mengambil langkah meuju sasaran
        yang sama.
        Dari definisi ini, para ahli ada yang meninjau KEPEMIMPINAN dari POLA
        HUBUNGAN,           KEMAMPUAN            MENGKOORDINASI,              MEMOTIVASI,
        MENGAJAK, MEMBUJUK DAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN.




   I.4 Semua untuk rakyat

       ‖Takhta adalah untuk rakyat‖. Inilah adagium dan doktrin demokrasi Pancasila
yang harus menyertai gaya kepemimpinan nasional.

       Dalam suatu krisis, masyarakat terdorong berandai-andai, mencari berbagai ibarat dan
simbol-simbol keanggunan paripurna sebagai idealisme kultural. Angan- angan akan tibanya
Satria Piningit atau Ratu Adil adalah ekspresi situasi krusial yang menyertai krisis
kepemimpinan.

       Maka, visi kultural keadiluhungan mengandaikan sang pemimpin haruslah seperti
Matahari (enabling leader). Tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, dan
transparansi, tetapi juga energi hidup, aksiomatik tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam.
Ia harus seperti Bulan (team building leader), menghadirkan harmoni hidup, kerukunan,
ketenteraman batin, dan keindahan paripurna. Ia harus seperti Bintang (visionary, master
leader), memberi kejelasan mata angin, menegaskan arah perjuangan, mampu mengarahkan
visi dan misi. Pemimpin juga harus seperti udara (soulmate leader), menghindari kevakuman,
mengisi kekosongan dan kerinduan para kawula. Ia harus seperti air (democratic leader),
senantiasa menjaga emansipasi agar tidak miring ke kiri atau ke kanan, tak ada ‖anak tiri‖
dan tak ada ‖anak emas‖.

       Ia pun harus seperti samudra (wise, decisive leader), penuh ketangguhan, tak surut
jika ditimba, tak meluap jika diguyur. Tentulah samudra dapat menggemuruh menggelora,
teguh menjaga martabat, turun tangan membinasakan perselingkuhan, patriotik tanpa tara,
dalam kias ‖sedumuk bathuk senyari bumi, pecahing dhadha wutahing ludiro sun labuhi
taker pati‖ (jika dahi dicoreng, sejengkal tanah dinodai, pecahnya dada dan tumpahnya darah,
nyawa taruhannya).

       Ia harus seperti Bumi (prosperity leader, servant leader), simbol ketiadaan dendam,
pemaaf, senantiasa menumbuhkan biji-bijian, dan menyediakan kemakmuran penuh
kepahlawanan. Ia juga harus seperti api (lawful leader), mampu menghukum yang salah
tanpa pandang bulu, sekaligus menghindari bermain api.

       Kepemimpinan saat ini sedang diuji dengan perombakan kabinet. Langkah ini akan
sia-sia jika tidak bisa memberikan harapan baru kepada rakyat yang telah capek miskin,
capek menganggur, capek antre, capek memikul beban hidup mahal, capek terpinggirkan
sebagai kuli di negeri sendiri. Rakyat terus termarjinalisasi oleh kesenjangan kaya-miskin,
tersiksa kecemburuan aspiratif antara kesengsaraan hidup dan kemewahan melimpah.
Transfer pemilikan dari si miskin ke si kaya adalah bagian dari pembangunan. Rakyat akan
terlentang dalam proses minderisasi (inferiorization), menjadi inlander di tengah proses
quasi-westernisasi.

       Berharap Presiden tidak lengah lagi, menghindari kecelakaan momentum, berani
tegas menyingkirkan yang lemah karakter, lemah nasionalisme, selingkuh politik, dan
terindikasi korup. Jika yang dibenci rakyat ini tetap dipertahankan, Presiden akan terkena
getah dari mediokritas kabinet bentukannya sendiri.
II.   Gaya Kepemimpinan

                                                                      Gaya kepemimpinan seseorang
                                                              bukanlah     semata-mata      bergantung
                                                              pada watak seorang pemimpin saja,
                                                              tetapi ada kecenderungan dari seorang
                                                              pemimpin untuk menggunakan gaya
                                                              kepemimpinan yang berbeda dalam
                                                              menghadapi bawahan yang beraneka
                                                              ragam tingkat kedewasaannya.

          Hal ini sangat berpengaruh pada gaya yang dipilihnya dalam memimpin dan pada
gilirannya akan mempengaruhi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Dari beberapa jenis
gaya yang ada, mengikuti John Beck dan Neil Yeager, dipilih untuk dibahas (empat) macam
gaya yang sekiranya dapat membantu menambah pengetahuan para pemimpin dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Ada empat gaya (styles) kepemimpinan yang lazim disebut

sebagai kepemimpinan situasional (situational leadership) berdasarkan interaksi antara
direction dengan support dengan deskripsi sebagai berikut1:

          Secara Universal pola hubungan tersebut dapat di deskripsikan sebagai pola
hubungan antara tinggi rendahnya perilaku (relationship behavior) manusia dengan tinggi
rendahnya perilaku pekerjaan (task behavior). Berdasarkan pola hubungan tersebut, maka
notasi gaya kepemimpinan didiskripsikan sebagai berikut:




S-1. Telling (Directing/Structuring)



1
    John D. W. Beck & Neil M. Yeager, 1994, The Leader‘s Window, New York: John Willey & Sons
Seorang pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan
instruksi yang jelas dan mengawasinya secara ketat serta memberikan ―penilaian‖ kepada
mereka yang tidak melaksanakannya sesuai dengan yang apa Anda harapkan.

       Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah dalam kejelasan tentang apa yang di
       inginkan, kapan keinginan itu harus dilaksanakan dan bagaimana caranya.
       Kelemahan dari pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini adalah ia selalu ingin
       mendominasi semua persoalan sehingga ide dan gagasan bawahan Anda tidak
       berkembang. Semua persoalan akan bermuara kepadanya sehingga mengundang
       unsur ketergantungan yang tinggi pada pemimpin.

Gunakanlah S-1 apabila situasi dan bawahan adalah sebgai berikut:

       Orang baru yang mempunyai pengalaman terbatas untuk mengerjakan apa yang
       diminta.
       Orang yang tidak memiliki motivasi dan kemauan untuk mengerjakan apa yang
       diharapkan.
       Orang yang merasa tidak yakin dan kurang percaya diri.
       Orang yang bekerja di bawah ―standar‖ yang telah ditentukan.

S-2.Selling (Coaching)

       Seorang pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu keputusan.
Pemimpin bersedia membagi persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya persoalan dari
bawahan selalu didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa yang seharusnya
dikerjakan.

       Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya keterlibatan bawahan dalam
       memecahkan suatu masalah sehingga mengurangi unsur ketergantungan kepada
       pemimpin. Keputusan yang dibuat akan lebih mewakili Tim daripada pribadi.
       Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah tidak tercapainya efisiensi yang tinggi
       dalam proses pengambilan keputusan.
Gunakan S2 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

      Orang yang respek terhadap kemampuan dan posisi pemimpin.
      Orang yang mau berbagi tanggung jawab dan ―dekat‖ dengan pemimpin.
      Orang yang belum dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang
      berlaku.
      Orang yang mempunyai motivasi untuk meminta semacam pelatihan atau training
      agar dapat bekerja dengan lebih baik.

S-3. Participating (Developing/Encouraging)

      Salah satu ciri dari kepemimpinan ini adalah adanya kesediaan dari pemimpin untuk
memberikan kesempatan bawahan untuk berkembang dan bertanggung jawab serta
memberikan dukungan yang sepenuhnya mengenai apa yang mereka perlukan.

      Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya kemampuan yang tinggi dari
      pemimpin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga bawahan merasa
      senang baik dalam menyampaikan masalah maupun hal-hal lain yang tidak dapat
      mereka putuskan. Pemimpin selalu memberikan kesempatan bawahan untuk bisa
      berkembang.
      Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah diperlukannya waktu yang lebih
      banyak dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin harus selalu menyediakan
      waktu yang banyak untuk melakukan diskusi dengan bawahannya.




Gunakan S3 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

      Orang yang dapat bekerja di atas rata-rata kemampuan sebagian besar pekerja.
      Orang      yang   mempunyai   motivasi   yang   kuat   sekalipun   pengalaman   dan
      kemampuannya masih harus ditingkatkan.
      Orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas
      yang akan diberikan.
S-4. Delegating

       Dalam gaya ini, pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada bawahannya
dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memutuskan persoalan.

       Kekuatan dari gaya kepernimpinan ini adalah terciptanya sikap memiliki dari
       bawahan atas semua tugas yang diberikan, Pemimpin lebih ―merasa‖ santai sehingga
       mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan
       perhatian lebih banyak.
       Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah pada saat bawahan memerlukan
       keterlibatan pemimpin, maka ada kecenderungan ia akan mengembalikan
       persoalannya kepada bawahan meskipun sebenarnya itu adalah tugas pimpinan.

Gunakan S4 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:

       Orang yang mempunyai motivasi, rasa percaya diri yang tinggi dalam mengerjakan
       tugas-tugasnya.
       Orang yang punya pengalaman dan keahlian yang memadai untuk mengerjakan tugas-
       tugas yang sudah jelas dan rutin dilakukan.
                                                         Orang    yang    berani    menerima
                                                tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu
                                                tugas.
                                                         Orang yang kinerjanya di atas rata-
                                                rata para pekerja pada umumnya.

                                                Suggestion Style

                                                         Berikut ini acuan menggunakan gaya
kepemimpinan yang efektif berdasrkan deskripsi bawahan berupa Ability dan Motivation.

Keterangan:A (ability) meliputi technical skills, interpersonal skills, dan job knowledge.

M (motivation)meliputi interest, confidency, dan willingness

0= rendah, 1= sedang, 2= tinggi
III.    TEORI KEPEMIMPINAN

        Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin:

           1. TEORI GENETIS: pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia
               lahir,bukan dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemimpin
               demikian lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena IA SUDAH
               DITETAPKAN.
           2. TEORI SOSIAL:           Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir,
               melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa menjadi
               pemimpin asal DIPERSIAPKAN DAN DIDIDIK secara sistematis.
           3. TEORI EKOLOGIS ATAU SINTETIS: Pemimpin                      muncul   melalui
               BAKAT-BAKAT SEJAK KELAHIRANNYA LALU DIDIPERSIAPKAN
               MELALUI PENGALAMAN DAN PENDIDIKAN sesuai konteksnya




 IV.     Unsur-Unsur Kepemimpinan
   1. Pemimpin / Atasan
               Mempunyai wewenang unutk memimpin
               Mendelegasikan tugas
   2. Anggota / Subordinate / Bawahan
               Membantu pemimpin sesuai tugasnya
   3. Misi-Tujuan-Target
               Direalisasi sesuai landasan budaya/filosofi organisasi


IV.1 Teori Duo Kontinum
        Autocratic            Democratic                 Free-rein
                                                               Pemimpin

               Authority

                                           Participate

                                                                Anggota
Kemauan Manusia
   a. Kemauan berkuasa ( need of power)
   b. Kemauan berkawan (need of affiliation)
   c. Kemauan berprestasi (need of achievement)


      Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan Situsional
    Flexibel, berubah karena waktu
    Adaptif terhadap lingkungan

IV.1 Wewenang/ Kekuasaan (Power)

      Digunkan untuk mengarahkan dan menerangkan peranan/tanggungjawab seseorang.
Jenis-jenis wewenang:
   1. Wewenang Struktural
       Karena jabatan dalam organisasi
   2. Wewenang kearifan (Kharismatik)
       Karena memiliki sikap dan perilaku positif, pengetahuan, kemampuan, dan
         pengalaman
   3. Wewenang Moral
       Karena memiliki integritas, bermoral baik, berada ditengah anggota terutama saat
         ada masalah.
   4. Wewenang Reputasi
       Karena prestasi masa lalu
   5. Wewenang Jasmaniah
       Karena bentuk atau penampilan fisik seseorang baik yang nyata maupun kesan
         yang terpantul darinya.
       Semakin banyak jenis wewenang yang dimiliki dimiliki seorang pemimpin maka
         semkin BAIK
       Pemimpin yang baik menggunkan kewenangan secara CERDAS dan PEKA
         sehingga menjadi sangat berwenang tanpa sewenang-wenangnya.
       Menjadi pemimpin bukan berarti mendapatkan hak untuk MEMERINTAH, tetapi
         justru kewajiban memberi TELADAN KUALITAS sehingaa orang lain bisa
         menerima perintahnya tanpa merasa direnadahkan.
       Kepemimpinan adalah TINDAKAN, bukan KEDUDUKAN.
IV.2 Karekteristik pribadi pemimpin
       1) Memiliki kecerdasan cukup tinggi
       2) Memiliki kecakapan berkomunikasi
       3) Memiliki kecakapan mendidik
       4) Emosi tekendali
       5) Memiliki motivasi berprestasi
       6) Memiliki kepercayaan diri
       7) Memiliki ambisi
IV.3 Cara memotivasi bawahan
   a. Tegurlah tapi jangan kasar
   b. Pekalah terhadap manusia
   c. Bijaksana terhadap hal-hal sensitif dibawah ini :
        Jangan remehkan seorang bawahan
        Jangan kritik bawahan didepan orang lain
        Sekali-kali beri perhatian penuh bawahan
        Jangan mementingkan diri sendiri dan bawahan berpikir demikian
        Jangan memunculkan anak emas
        Selalu berusahalah mengembangkan bawahan
        Mengertilah hal-hal kecil namun sangat menyentuk bawahan
        Jangan membanggakan diri di hadapan bawahan
        Jangan racuni iklim kerja yang sudah baik karena adanya seorang bawahan yang
           kurang berprestasi
        Jangan terombang-ambing dalam mengambil keputusan.




IV.4 PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL DAN EFEKTIF

   -   Transformasional, artinya membawa perubahan
   -   Efektif, artinya tetap sasaran, memberikan hasil.
       Jadi, pemimpin transformasional dan efektif adalah pemimpin yang mampu
membawa perubahan terhadap cara pandang dan tingkah laku organisasinya dengan
menunjukkan jalan, menginspirasi, mengkomunikasikan, mendorong, memotivasi, dan
memberi contoh melalui sikap, pengetahuan, keahlian, wibawa, kekuasaan, atau posisinya
secara tepat sasaran dan memberikan hasil.
IV.5 KRITERIA PEMIMPIN YANG TRANSFORMASIOANAL DAN EFEKTIF :

   1. Memiliki visi yang SMART
   2. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas
   3. Memiliki kharisma, integritas, kepribadian, dan moral yang baik
   4. Memahami       kekuatan,   kelemahan,   kesempatan,    tantangan   organisasi   yang
       dipimpinnya
   5. Mempu menerima dan mengelola perbedaan, konflik, dan perubahan dengan baik
   6. Inspirator, komunikator, dan motivator ulung
   7. Fokus dan punya strategi untuk mencapai tujuan
   8. Mempu membimbing dan mengarahkan anggotanya
   9. Adil, berani dan bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil
   10. Pekerja keras, punya komitmen, konsisten dan pantang menyerah
   11. Mempu membina hubungan yang baik dengan kelompok lain
   12. Mampu menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang berkualitas tinggi.


IV.6 KEPEMIMPINAN SEKULER
Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin sekuler:
   a. KEKUASAAN: Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, otoritas, dan lehilitas
       untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya.
   b. KEWIBAWAAN: Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar
       ia mampu mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tertentu.
   c. KEMAMPUAN: Pemimpin harus memiliki daya, kekuatan, keunggukan, kecakapan
       teknis dan sosial yang melampaui bawahannya
IV.7 PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPN
Manajer                                      Pemimpin
Merencanakan                                 Menciptakan visi
Mengendalikan                                Mengilhami
Mengurus                                     Mengembangkan
Mengalokasikan sumber daya                   Mengkomunikasikan dan menjelaskan visi
Memantau hasil dan menyelesaikan masalah     Memotivasi     dan    memberikan        inspirasi
                                             kepada orang lain untuk mencapai visi
Fokus pada pekerjaan dan hasil               Fokus pada orang dan proses
Mengendalikan kekuasaan                      Memiliki kharisma atau kewibawaan
Berpikir teknis dan jangka pendek            Berpikir strategis dan jangka panjang
Diangkat                                     Dipilih
Bertanggung jawab kepada atasan              Bertanggung jawab kepada bawahan
Mengutamakan efesiensi                       Mengutamakan efektifitas
Melakukan sesuatu dengan benar               Melakukan sesuatu yang benar
IV.8 PERBEDAAN PEMIMPIN OTORITER DAN PEMIMPIN YANG MELAYANI

             Pemimpin Otoriter                         Pemimpin yang Melayani
Komunikasi satu arah                         Komunikasi dua arah
MemerintahS dan memberi komando              Mendengarkan, berempati, dan
                                             mempengaruhi
Tidak mau menerima saran/masukan             Menerima saran dan pendapat orang lain
Menggunakan kekuatan jabatan                 Menggunakan kekuatan pribadi
Tidak mau mengaku salah                      Mengakui kesalahan
Menghalalkan segala cara untuk mendapat Rajin, tekun, giat dan jujur untuk mencapai
keuntungan                                   keberhasilan
Haus kekuasaan                               Rela berbagi kuasa
Memaksakan kehendak                          Bijak dalam mengambil keputusan
Pengikut taat karena takut                   Pengikut berkomitmen karena sadar
Pengikut bekerja ala kadarnya sesuai tuntutan Pengikut bekerja penuh semangat
Pengikut menggunkan waktu seperlunya         Pekerja   tidak    pernah   memperhitungkan
                                             waktu
V.      Cara Mengembangkan Kemampuan Kepemimpinan

Beberapa cara praktis untuk bisa mengembangkan kemampuan kepemimpinan tersebut dapat
dijabarkan secara sederhana kedalam enam langkah sederhana yang disingkat menjadi
LEADER

L-Learner

       Seorang Leader adalah seorang pembelajar. You stop learning means you stop
leading. Jika anda berhenti belajar itu berarti anda berhenti memimpin. Seumur hidupnya
seorang leader terus membina dirinya lewat bacaan, pergaulan dan lingkungannya. Anda
yang saat ini akan tetap sama lima tahun dari sekarang kecuali anda mengubah apa yang anda
baca dan dengan siapa anda bergaul. Anda harus secara sengaja membawa diri anda kedlam
lingkungan yang akan membangun anda lewat bacaan dan pergaulan anda. You choose your
own environment.

E-Excellent

Suka atau tidak seorang leader akan menjadi patokan, ukuran tindakan, bagi pengikutnya.
You are the pace setter. Anda yang menentukan ukuran, benchmark bagi pengikut anda. Jika
anda tidak menetapkan standar yang tinggi, jangan berharap pengikut anda akan punya
standar yang tinggi juga. Apa yang anda buat akan ditiru dan diduplikasi oleh pengikuta
anda. Itu sebabnya, sebagai seorang leader anda harus punya excellent spirit, semangat untuk
mengejar dan menghasilkan yang terbaik.

A-Attitude

Attitude determines altitude. Sikap anda di dalam kehidupan ini akan menentukan sejauh
mana anda mengalami kemajuan. Banyak hal yang terjadi di luar kehendak anda, tetapi anda
yang menentukan bagaimana anda harus bersikap. Anda tidak bisa mengendalikan hujan,
tetapi anda yang bisa menentukan sikap anda.

Apttitude opens the door, but attitude how wide and how long it will be. Talenta atau keahlian
anda akan membuka peluang baru bagi anda, tetapi sikap andalah yang akanmenentukan
sejauh mana anda bisa berkembang ditempat tersebut. Seringkali keberhasilan seseorang
ditentukan oleh sikapnya dalam menghadapi persoalan.
D-Dreamer

Salah satu yang membedakan leader dari para pengikutnya adalah kemampuannya untuk
melihat jauh kedepan. Seorang leader adalah seorang dreamer. Leader sees the unseen and
translates it to his followers. Kemampuan untuk melihat sasaran yang jauh didepan dan
belum terlihat oleh mata jasmani dan kemudian mengubahnya menjadi langkah-langkah
praktis untuk mencapainya merupakan keahlian yang perlu terus dikembangkan. Beberapa
leader membutuhkan bantuan orang lain. Walaupun demikian, kemampuan untuk bermimpi,
untuk melihat hal-hal yang ingin dicapai di masa mendatang harusnya menjadi bagian sang
pemimpi.

E-Encourager

Untuk mengembangkan kemampuan leadership anda juga harus menjadi seorang encourager,
bukan discourager. Ketika anak bauh anda melakukan kesalahan, ia merasa tertuduh, pada
saat seperti itu, seringkali yang dibutuhkan adalah dorongan semangat baru agar ia tidak
putus asa. Be a person of solitions oriented instead of faults finding oriented. Lebih baik
berfokus pada solusi daripada berusaha untuk mencari kambing hitam.

R-Responsible

Seorang leader berani mengambil tanggung jawab. Anda tidak melemparkan tanggung jawab
kepada orang lain, apalagi kepada anak buah anda, sebaliknya anda memikul tanggung jawab
sekalipun anak buah anda yang membuat kesalahan. Sebagai leader, seharusnya anda tidak
menyalahkan anak buah anda di hadapan orang lain karena itu hanya menunjukkan
kelemahan anda sebagai leader.

Salah seorang pemimpin sunia meletakkan tulisan di meja kerjanya, ―The buck stop here‖-
semua tanggung jawab berakhir di meja ini-untuk selalu mengingatkan dirinya bahwa dialah
yang bertanggung jawab atas prestasi dan hasil kerja anak buahnya.
VI.     Apa dan Mengapa Integritas?

       Kalau kita bicara mengenai integritas, hal pertama yang tergambar adalah kejujuran.
Contoh kecil saja, saat kita sekolah/kuliah dan teman-teman nyontek saat ujian apakah kita
ikut-ikutan nyontek atau memilih tidak menyontek.

       Contoh kecil lain, saat kita jajan dikantin dan ditanya berapa banyak bakwa yang
sudah kita makan apakan kita kanmenjawab dengan jujur atau tidak.

       Saat kita sudah menjadi seorang pemimpin, baik dalam rumah tangga, dikeluarga kita
bagi anak-anak, didalam organisasi kita, didalam gereja kita, dilingkungan kerja kita apakah
kita seorang pemimpin yang berintegritas?

       Bagi banyak orang integritas terlihat sepele, padahal integritas adalah faktor
kepemimpinan yang paling penting (John C. Maxwell ―Mengembangkan Kepemimpinan di
dalam Diri Anda‖) hal ini dapat kita buktikan bagaimana bobroknya bangsa Indonesia sejak
jaman orde baru karena memiliki pemimpin yang walaupun cakap berpolitik dan bernegara
tetapi tidak memiliki integritas.

       Kata integritas sering dikaitkan dengan kejujurab dan kebenaran, bila kita perhatikan
dalam Alkitab Terjemahan Bebas kata ―Integrity‖ diterjemahkanmenjadi kebenaran,
kejujuran, dan ketulusan. Sulit mencari terjemahannya, namun singkatnya integritas berarti
utuh/komplit.

       Integritas berhubungan dengan konsistensi seseorang dalam melihat dan menilai
dirinya sendiri berhubungan dengan keintimannya dengan Tuhan-nya sehingga melahirkan
satu nilai-nilai mendasar dari setiap orang dalam berkata, bertindak dan mengambil satu
keputusan dimanapun sia, saat didepan ornag ataupun tisak didepan orang, dengan komitmen,
rasa tanggung jawab dan tanpa kompromi.

       Integritas bukan suatu keadaan yang didapat dalam sekejap. Integritas adalah suatu
proses yang terus menerus terjadi didalam kita. Integritas adalah satu hal yang lebih banyak
kita lakukan terhadap diri kita sendiri sehingga kita mampu menciptakan dan menetapkan
nilai-nilai atau norma-norma bagi diri kita sendiri, dimana orang lain hanya bisa melihatnya
melalui tindakan yang kita buat. Karena integritas merupakan suatu proses yang terus
menerus maka sangat tidak mungkin hal ini bila tidak hidup intim dengan Tuhan(nya), jadi
integritas merupakan paket hidup seorang pemimpin.
VII. How To Changing Indonesian’s Future Leader?

VII .1 Segarkan Peran kaum muda

Yang Muda yang Memimpin

       Seperti yang sudah diulas, bahwa setiap orang memang dipersiapkan untuk menjadi
seorang pemimpin. Namun sayangnya banyak yang tidak menyadari jika dia adalah calon
pemimpin. Lebih disayangkan lagi, dengan adanya fakta bahwa ada yang sudah menyadari
hal tersebut. Meskipun belum sempurna, namun tidak mau berusaha dan belajar untuk
mencapai kepemimpinan tersebut. Tentu saja hal ini berdampak pada kehidupannya di masa
mendatang. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk lingkungan dan bangsanya.

       Inilah yang menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Kebanyakan dari mereka hanya
paham bahwa untuk menjadi pemimpin diperlukan kekuasaan. Dengan kekuasaan itu, mereka
dapat melakukan apa saja sesuka hati. Ketakutan masyarakat terhadap kekuasaan itu
didukung fakta bahwa bangsa kita adalah bangsa hukum. Bangsa yang penuh dengan segala
aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa. Namun sayangnya aturan tersebut terkesan hanya
berlaku kepada rakyat kecil. Itulah hebatnya ―kekuasaan‖ di negeri penuh hukum ini.

       Tentu saja kita tidak bisa secara instan mengubah apa yang sudah ada. Karena
memang hal tersebut seakan sudah membudaya. Salah satu hal yang bisa dilakukan hanyalah
mulai merubah pola pikir masyarakat kita. Seperti kita ketahui bersama, hasil maksimal dapat
diperoleh jika hal tersebut diterapkan kepada anak-anak muda. Karena anak-anak muda inilah
yang nantinya menggantikan posisi mereka yang sedang berkuasa saat ini. Anak muda pula
yang nantinya akan mengatur dan mengarahkan akan dibentuk seperti apa bangsa ini.

       Dengan sudah semakin pahamnya setiap anak muda akan jiwa kepemimpinan bagi
dirinya sendiri, maka mereka akan lebih mudah untuk dipersiapkan menjadi pemimpin bagi
orang lain. Setelah setiap anak muda menguasai kepemimpinan tersebut, mulailah kembali
dengan memahami menjadi seorang pemimpin yang baik bagi orang lain.

       Hal ini akan semakin mudah, mengingat di dalam jiwa anak muda, mengalir darah
semangat dan daya saing karena faktor emosi dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru.
Asalkan dengan arahan dan bimbingan yang tepat. Dengan begitu, mereka akan semakin
banyak mendapat pengalaman untuk menempa dan mempersiapkan diri mengahadapi
berbagai tantangan ke depan. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena generasi mudalah yang
nantinya akan menjadi motor penggerak bangsa. Namun sayangnya, masih banyak juga anak
muda yang ragu-ragu. Mereka kurang percaya dengan kemampuan dan kesiapan mereka
dalam mengemban tugas tersebut.

       Kendala lain yang mungkin sering terjadi dalam masyakat kita adalah menunda-nunda
waktu. Segala sesuatu pasti mengalami suatu proses. Dan setiap proses membutuhkan waktu.
Dan waktu untuk belajar akan semakin tipis, jika terus menunda-nunda waktu. Hal semacam
ini pula yang harus ditanamkan dalam pola pikir anak muda. Untuk mulai melakukannya saat
ini juga. Maka dengan sisa waktu yang masih banyak, anak muda akan terus berkarya dan
meningkatkan kemampuannya. Untuk sebuah tugas mulia memimpin bangsa yang besar ini.
Agar dapat bersaing dengan bangsa lain. Bukankah itu yang kita harapkan?

VII.2 Generasi Muda Sebagai Ujung Tombak

       Inti hal dari perubahan bagi bangsa ini yaitu bagaimana seorang pemimpin bangsa
ini dapat mengayomi dan menjalankan tanggung jawab dengan tidak menghilangkan jiwa
nasionalis didalam diri mereka dan memiliki tujuan yang konkret demi tercapainya
kesejahteraan bangsa ini. Kita dapat mengambil contoh gaya kepemimpinan dwi tunggal pada
masa itu. Dimana Bung Karno berkharismatik, sangat populis, suka keindahan,
bertempramen dan meledak-ledak. Sedangkan Bung Hatta sangat menanamkan nilai
kedisiplinan, tipe teknokratis dan moralis murni. Dengan memiliki gaya kepemimpinan yang
saling berbeda diantara mereka, kesolidan dapat terjalin dan perlahan dapat membawa bangsa
ini bebas dari belenggu penjajah.

       Gaya kepemimpinan yang melekat pada tiap individu biasanya terbentuk dari proses
panjang berdasarkan lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, latar belakang keluarga,
pendidikan, lingkungan teman, lingkungan kampus, lingkungan pekerjaan, nilai-nilai yang
diemban, dan pengaruh lainnya. Adapun menurut Teori Bawaan atau Heredity Theory
mengenai teori keturunan atau bawaan. Sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor
bawaan sejak lahir, dimana menjadi pemimpin tidaknya seseorang karena takdir semata.
Pendiri pokok teori adalah orang-orang yang telah membawa bakat kepemimpinannyalah
yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau
kecakapan praktis tanpa dibarengi oleh teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk
seseorang menjadi pimpinan.
Apabila kita melihat generasi muda merupakan harapan bangsa ini untuk bangkit,
karena pada umumnya mereka memiliki semangat yang bergejolak, ide dan kreativitas
mereka yang terus digali, selain itu sebagai penggerak serta pendobrak pula . Bagi kalangan
mahasiswa yang pekerjaannya sebagai aktivis kampus biasanya memiliki karakteristik yang
disebutkan pada kalimat sebelumnya. Mereka biasanya mencari wadah untuk menggali bakat
dan potensi ataupun mengasah soft skill yang mereka punya, misalnya mengikuti organisasi
ekstra kampus ataupun internal kampus. Pada wadah tersebut mereka dapat memanfaatkan
peluang sebagai pemimpin. Dan untuk mewujudkan visi dan misi bersama dalam suatu
organisasi, kesolidan dan kedekatan emosional seorang pemimpin dengan bawahannya
haruslah terjalin dengan sebaik mungkin.

VII.3 Bangkitkan Budaya Nasionalisme

       Tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Makna bangkit
memberi arti bahwa bangsa ini sedang berada pada posisi jatuh. Kebangkitan Nasional
memberi makna bahwa bangsa ini sedang berada dalam keterpurukan secara nasional.
Apakah memang seperti itu yang sedang kita alami? Ataukah Kebangkitan Nasional itu
hanya sekadar nama atas apresiasi sejarah di masa silam?

       Disadari atau tidak, bangsa ini sedang berada dalam krisis identitas budaya. Apalagi,
generasi muda saat ini – setidaknya di daerah asal saya – sudah banyak yang tidak mengerti
bahkan tidak mengenal nilai-nilai luhur budaya bangsa. Mereka sudah tidak lagi memiliki
identitas budaya.

       Kebudayaan Indonesia merupakan budaya-budaya daerah yang bersatu dalam
naungan Ideologi Pancasila yang terintegrasi di bawah panji Bhinneka Tunggal Ika.
Kebudayaan Nasional merupakan jati diri bangsa. Keberadaan Budaya Nasional menjadi ciri
khas dalam menunjukkan performa kedaulatan bangsa di kancah internasional.
VII.4 Peran Generasi Muda

“Intelektual Muda” dan Kepemimpinan. Mengapa harus Kaum Intelektual Muda?

       Dengan kondisi yang ada sekarang, maka tidak heran di perlukan sebuah perubahan
yang sangat mendasar, saya menyebutnya dengan istilah ―yang muda yang memimpin‖ untuk
merubah semua hal yang mendasar guna membangun kembali sebuah karakter
kepemimpinan bangsa yang lebih baik. Seperti kita ketahui bahwa diperlukan sesosok
pemimpin yang bisa melakukan semua itu, maka tidak salah jika semua itu tertuju kepada
sosok kaum intelektual muda yang di harapkan bisa menggantikan sosok – sosok dari
generasi Tua yang dirasakan sudah kurang mengerti dengan tantangan yang ada sekarang ini.

       Ethics of Care atau etika kepedulian dari seseorang pemimpin ini sangat penting dan
dibutuhkan oleh masyarakat kita sekarang ini, tergambar jelas dari segala masalah yang
timbul, para pemimpin generasi Tua sekarang kurang memperdulikan keadaan rakyatnya,
kita bisa melihat itu dari semua relaitas yang terjadi akhir – akhir ini. Keadilan yang diperjual
belikan sampai keterancaman kedaulatan Negara karena tidak adanya ketegasan dari seorang
pemimpin.

VII.5 Apa Tindakan Kaum Intelektual Muda?

       Kaum intelektual muda adalah generasi yang dilahirkan dalam suatu keadaan dimana
mereka harus berfikir global dan dituntut untuk lebih bersaing dalam dunia global, mereka di
besarkan dalam suatu situasi dimana mereka dihadapkan langsung dengan kenyataan yang
berbeda jauh dengan yang dirasakan kaum Tua sebelumnya, dengan apa yang terjadi
sekarang di Negara kita, maka merekalah kaum intelektual muda yang dibutuhkan

       Para kaum intelektual muda memiliki semua itu, dengan jiwa mereka yang muda,
mereka membawa sebuah harapan baru bagi bangsa ini, seharusnya mereka para kaum
intelektual muda di berikan kesempatan untuk membuktikan itu. Apa yang menjadi beban
Negara ini haruslah di berikan kepada mereka yang memiliki ketegasan dalam memimpin,
dengan segala pengalaman para kaum intelektual muda di kancah politik nasional maupun
dalam dunia internasional, maka mereka pastilah mengerti apa yang harus mereka lakukan
jika mereka menjadi seorang pemimpin.
VII.6 Distorsi Regenerasi Kepemimpinan

       Hambatan terbesar yang terjadi sekarang adalah kurangnya kesempatan yang
diberikan kepada kaum intelektual muda, hal ini di sebabkan karena mereka para kaum Tua
yang sudah terstruktur dari mulai jabatan tertinggi di Negara ini sampai tingkat daerah. Para
kaum Tua itu tidak menyadari dan cenderung mempertahankan kekuasaan mereka sebagai
pemimpin. bahkan tidak jarang dari para pemimpin Tua ini sampai dengan mewariskan
kepemimpinan mereka terhadap keluarga mereka guna mempertahankan kekuasaan, mereka
mempersiapkan anak serta sanak saudaranya guna meneruskan kepemimpinan dan memakai
segala cara agar mereka tetap mempertahankan kekuasaan itu.

       Semua realitas yang menjadi distorsi ini membuat para kaum intelektual muda yang
memiliki kemampuan untuk memimpin terhalang oleh cara – cara seperti ini, kurangnya
kesadaran dari para pemimpin tua tidak menyelesaikan masalah yang ada, mereka hanya
menambah masalah dan masalah tersebut di wariskan bagi cucu mereka, strukturalisme yang
seperti ini yang harus segera dihentikan

VII.7 Young Leader

       Sekaranglah saatnya kaum intelektual muda yang membuat perubahan terhadap
bangsa ini, dengan sebuah istilah ―Yang Muda Yang Memimpin‖ saya yakin bahwa kaum
intelektual muda akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap bangsa ini. Dengan
segala pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka pantas diberi kesempatan
untuk menunjukan diri mereka bahwa mereka mampu berbuat yang lebih baik untuk bangsa
ini, ini adalah menjdai tanggung jawab kita semua untuk memberikan kesempataan kepada
mereka. Kita juga mengambil peranan besar dalam menghantarkan mereka untuk menjadi
seorang pemimpin masa depan, oleh karena itu, dukungan kita bagi mereka sangatlah penting
guna merubah struktur kepemimpinan yang ada sekarang yang dirasakan sudah tidak efektif
dan kurang baik.
Menjadi Indonesia

Lantas apa kaitanya dengan menjadi Indonesia, penulis gambarkan dalam skema ―Perubahan
Menjadi Indonesia‖




VII.8 Ask “Siapakah yang Sebenarnya Pantas Memimpin?”

       Melihat fakta dalam masyarakat, kemimpinan di Indonesia, sekarang ini dipandang
sangat tidak bagus, sebagian besar masyarakat menunjukan sikap apatis terhadap banyak
kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpin negara, bahkan cenderung berlari ke arah
yang berkebalikan alias melawannya, tanpa mau menelaah apa yang sebenarnya dipikirkan
untuk kemajuan negara kita. Fakta ini sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat
terhadap kinerja pemimpin-pemimpin yang menjabat baik di tingkat daerah maupun di
tingkat tertinggi kenegaraan, rasa puas masyarakat pun dipengaruhi oleh bagaimana cara
pemimpin bersosialisasi dengan rakyat yang diwakilinya.

       Mungkin akan lebih baik bila diadakan pertemuan baik formal maupun non formal
untuk bertukar pikiran mengenai masalah kepemimpinan Indonesia. Hal ini akan membantu
melaksanakan program 5 tahun ke depan, meskipun pada akhirnya pemimpin atau presiden
yang baru melaksanakan kepemimpinan dengan caranya sendiri. Dengan adanya pertukaran
pikiran akan dihasilkan terobosan-terobosan baru dari ide-ide kepemimpinan yang hebat.

       Mungkin gagasan lain dapat ditinjau dari segi rehabilitatif mental bangsa, saasaranya
adalah kaum muda. Kita dapat kembali memberikan pendidikan dini kepada para kaum muda
yang nantinya akan mewarisi kepemimpinan negara Indonesia. Karena penanaman modal
pada pendidikan kaum muda bangsa adalah investasi terbesar negara ini.

       Pendidikan kewarganegaraan lebih ditanamkan pada diri kaum muda, selain itu juga
lebih ditanamkan sedikasi tinggi terhadap negara yang akan timbul dari ditanamkannya
pemikiran cinta negara. Selain itu pendidikan kepemimpinan juga ada baiknya diberikan
kepada setiap siswa. Saya sangat memberikan apresiasi positif atas usaha pemerintah untuk
memberikan pelayanan dan fasilitas pendidikan di negara ini. Dari sinilah saya lihat banyak
usaha dari pemerintah untuk membentuk mental bangsa dengan baik.

       Dari segi sumber dayanya sendiri dimaksudkan adalah kaum muda, kita juga mesti
bersikap cerdas menghadapi tantangan zaman sekarang ini. Faktanya, banyak anak-anak
muda justru menghabiskan waktun istirahatnya di malam hari untuk nongkrong dan
melakukan kegiatan yang tidak berguna. Hanya mengikuti nalurinya sebagai manusia yakni
melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat merasa senang dan nyaman. Padahal melihat
kondisi Indonesia, tidak semua masyarakat tergolong masyarakat yang sehat secara ekonomi.
Dan tak jarang banyak anak yang memaksakan dirinya hanya untuk mendapat gelar ―gaul‖.
Siapakah kembali yang harus dipersalahkan ? Pergeseran kehidupan sosial atau pribadi yang
tidak mampu menahan diri kita masing-masing.

       Setelah mendapatkan banyak dorongan dan semangat, banyak kaum muda yang
semakin menyadari apa fungsinya di masa mendatang sebagai warga negara Indonesia. Kami
akan semakin giat menuntut ilmu, tidak menyerah dalam kondisi apa pun, dan terus
memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Harusnya juga kami sebagai kaum muda mampu
untuk melihat realita sosial kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga kami mampu merasa
malu dan berkarya jika menemukan warga negara Indonesia pergi keluar negeri hanya untuk
sekedar menjadi pembantu yang mendapatkan perlakuan tak layak. Sehingga kami juga
mampu menjadi malu saat mengaku memiliki budaya yang diklaim bangsa lain namun
pengetahuan kami jauh di bawah mereka yang mengklaimnya. Sehingga juga kami mampu
untuk malu bila ternyata kami tidak hafal dengan Pancasila dan tak bisa berbangga dengan
Indonesia Raya. Atau mungkin juga kami bisa malu bila menemukan pejuang-pejuang
terdahulu hanya hidup dengan atap rotan. Dan pada akhirnya bila kami mampu bergerak atas
realita pedih bangsa Indonesia, barulah pendidikan yang kami dapatkan sungguh-sungguh
berguna. Dan saya pun berbangga menyebut diri sebagai pemimpin Indonesia.

       Dengan mengetahui realita kehidupan bermasyarakat, pernah merasakan kepedihan
dengan turut serta di dalam kehidupan masyarakat lemah dan tersingkir, mental dan pikiran
kaum muda pun mampu tergerak untuk mengubah kehidupan ini. Selain itu, dengan penah
merasakan keprihatinan hidup, manusia lebih cenderung mengusahakan terhindarnya
keprihatinan serupa terjadi pada orang-orang yang diwakilinya. Sehingga kecenderungan ini
akan dibawa kelak saat menjadi pemimpin negara ini.
VIII. POINT

   VIII.1 Leader is Talk Less, Do More

―Managers are people who do things right, while leaders are people who do the right thing‖.

          Itulah kutipan dari buku berjudul On Becoming a Leader karya ekonomi Warren
Bennis. Seorang pemimpin bukan orang suruhan, yang melakukan sesuatu dengan baik. Tak
diminta pun, pemimpin melakukan hal yang baik.

          Pemimpin melakukan hal-hal yang baik bukan untuk mendapatkan pujian atau
mempertahankan citra dirinya. Jika pada akhirnya orang lain mengakuinya, hal itu adalah
buah dari ‖pohon‖ hal baik yang sudah ditanamnya selama ini.

‖Seorang pemimpin bukan hanya butuh kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan
emosional dan spiritual. Ia harus diuji,‖ imbuh anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Budiman Sudjatmiko

          Pengujian itu adalah dalam organisasi. Karena yang dibutuhkan negeri ini adalah
pemimpin politik atau pemimpin bangsa, organisasi yang digunakan untuk menakar
kepemimpinan seseorang adalah partai politik. Ia yakin, pemimpin muda akan lahir dari
parpol.

          Kaum muda setidaknya harus memiliki tiga hal. Pertama, jiwa kepemimpinan. Kedua,
jaringan dan pengalaman. Ketiga, sumber dana yang cukup.

VIII.2 Revolusi Kepemimpinan

          Menyikapi kepemimpinan nasional yang tidak tegas dan lambat dalam menyelesaikan
persoalan bangsa, harus ada revolusi kepemimpinan. Kita tidak bisa menyerahkannya kepada
parpol saja, yang terindikasi korup.

Menurut Anies Hidayah, kaum muda yang muncul saat ini justru dirusak oleh sistem politik
sehingga terseret arus sistem yang korup. ‖Kita susah membangun profil tertentu dalam
sistem seperti ini sebab memunculkan sosok muda yang memiliki kualitas pemimpin tak bisa
tiba-tiba,‖ ujarnya.
Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Anies Baswedan (42) di Jakarta pun
mengakui, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin muda untuk menyegarkan pengelolaan
negara, memperkuat demokrasi, sekaligus mempercepat usaha meninggalkan praktik buruk
penyelenggaraan pemerintahan masa lalu. Untuk itu, kaum muda diharapkan terus
memperkenalkan diri, mematangkan kinerja untuk rakyat, dan bersiap menerima amanah
memimpin bangsa ini saat diperlukan.

       Anies Baswedan yang menjadi rektor sejak tahun 2007 juga memelopori Gerakan
Indonesia Mengajar. Gerakan ini telah mengirimkan 120 pemuda untuk menjadi guru di
sekolah terpencil di 120 kabupaten.




VIII.3 Memimpin Dengan Hati

        ―Nasionalisme hanyalah        sebuah kata-kata kosong yang takkan pernah berarti
sampai kita sebagai generasi bangsa mau mengisinya dengan gagasan, sikap kritis,
pengalaman, dan harapan untuk mewujudkan kata nasionalisme itu lebih bermakna.‖

       Tetapi semakin lama rasa nasionalisme yang dulu begitu tinggi tentang sebuah
kemerdekaan mulai memudar, entah dikarenakan oleh apa. Sebagai contoh, bendera pusaka
Merah Putih yang merupakan lambang dari Republik Indonesia tercinta ini sudah mulai
dilupakan oleh sebagian masyarakat kita. Miris sekali rasanya jika melihat bendera merah
putih tidak berkibar dengan eloknya dibegitu banyak rumah orang asli Indonesia apalagi di
saat perayaan kemerdekaan ke-64. Entah apa yang menyebabkan hal itu, mungkin mereka
berpikir ―Apa sih pentingnya ngibarin bendera merah putih, gak juga ada artinya!‖. Salah
besar mereka yang berpendapat demikian, secara tidak sadar mereka telah mengikis rasa
nasionalisme dalam dirinya. Hal ini dikarenakan bendera pusaka merah putih merupakan
simbol atau lambang yang menggambarkan bagaimana awalnya bangsa Indonesia
menunjukkan kemerdekaannya, dengan darah dan semangat yang gigih akhirnya bendera
merah putih pun dapat berkibar dan menjadi lambang kebanggaan sejati bangsa Indonesia.
Tetapi, coba kita bayangkan bersama jika setengah bahkan lebih dari masyarakat Indonesia
berpendapat dan berpola pikir sama yang menganggap bendera merah putih hanyalah sebagai
hiasan semata tanpa ada makna yang berarti , maka hancurlah Indonesia.
Mari kita renungkan kembali makna kepemimpinan yang sejati. Kepemimpinan
sering diartikan oleh banyak orang sebagai sebuah jabatan formal yang justru menuntut
seseorang untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayanai.
Sekarang, banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa
jabatan adalah sebuah amanah namun kenyataannya sedikit sekali bahkan hampir bisa
dikatakan tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinannya dari
hati, yakni kepemimpinan yang melayani.

       Pemimpin yang melayani dimulai dari dalam diri sendiri. Kepemimpinan menuntut
suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari
dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati yang
dapat diterima oleh rakyat yang dipimpinnya sehingga hubungan ini akan terus berlanjut dan
pada akhirnya akan membentuk karakter pemimpin nasionalis yang sejati. Pemimpin yang
melayani harus memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu
dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimipinnya. Seorang pemimpin juga harus memiliki sifat
akuntabilitas yang berarti seorang pemimpin sejati harus penuh dengan rasa tanggung jawab
dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran, dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap individu yangg dipimpinnya.

       Pemimpin yang melayani dengan hati juga harus memiliki metode kepemimpinan
yang efektif, yang dapat dimulai dengan menunjukkan visi dan misi yang jelas. Visi ini
merupakan daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan yang mendorong terjalinnya
suatu proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi dari berbagai
keahlian pribadi-pribadi yang ada di dalam lembaga kepemimpinan tersebut. Timbul suatu
pertanyaan, apakah kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan di Indonesia?. Jawabnya
mudah, ‖sangat bisa‖. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan
umumnya bersifat patriarkat, maka contoh prilaku yang diberikan oleh pemimpin (orang yang
dihormati) akan selalu dicermati kemudian langsung diikuti oleh orang yang dipimpinnya.
Sebenarnya kondisi ini memudahkan seorang pemimpin melakukan dorongan untuk
menggalakkan budaya melayani namun dalam praktiknya sehari-hari perlu contoh
pelaksanaan yang nyata terutama dimulai dari kesadaran para pemimpin. Penerapan sikap
kepemimpinan yang melayani ini harus selalu dipantau oleh masyarakat sebagai pengawas
kebijakan sosial yang netral.

       Selain sifat   melayani, kita rakyat Indonesia juga membutuhkan pemimpin yang
memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis yakni pemimpin yang menempatkan manusia
sebagai faktor utama dan yang terpenting dalam setiap kelompok masyarakat. Pendominasian
oleh perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya kepemimpinan ini diwarnai dengan usaha
untuk mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (relationship) yang lebih
efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan saling menghargai antara yang satu
dengan yang lain. Kepemimpinan dengan gaya yang demokratis dalam mengambil setiap
keputusan sangat mementingkan musyawarah, dengan demikian dalam setiap pengambilan
keputusan tidak dirasakan sebagai suatu kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua
akan merasa terdorong untuk menyukseskan keputusan tersebut sebagai sebuah tanggung
jawab bersama. Setiap anggota kelompok masyarakat akan merasa perlu aktif bukan untuk
kepentingan diri sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.

       Inilah saat yang tepat buat seluruh pemimpin negeri untuk mulai buka mata dan buka
hati, melihat saudara-saudara kita yang jauh kurang beruntung dari segi materi. Mulailah dari
sekarang kita untuk belajar peduli dengan nasib saurdara-saudara kita sebangsa dan setanah
air, jangan dibiarkan rasa persatuan dan kesatuan serta rasa nasionalisme kita terkikis
sehingga merugikan bangsa ini. Sadarilah akan pentingya rasa nasionalisme dalam suatu
negara, siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah bersusah
payah memberikan kemerdekaan yang mutlak kepada kita jika bukan kita sendiri para
generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin masa depan,
lakukanlah sesuatu untuk memajukan bangsa ini, jangan terus meremehkan, mengkritik
bangsa ini tanpa ada solusi yang jelas. Sudah bukan waktunya lagi buat kita memecah belah
persaudaraan yang telah terjalin begitu erat, jangan lupakan faktor pengikat keutuhan
nasional bangsa kita yakni Bhinneka Tunggal Ika, tetaplah menjadi masyarakat yang terus
berpegang teguh pada prinsip gotong royong. Belajarlah dari pengalaman para pahlawan
bahwa saat mengusir penjajah, persatuan dan kesatuan serta semangat nasionalisme yang
terus berkobar di dalam diri tiap pahlawan telah membuat bangsa ini bisa menjadi lebih kuat
dan akhirnya mampu merdeka.
Seperti yang dikatakan Theodore Roosevelt :‖ jangan pernah bertanya apa yang telah
negara berikan untuk kita, melainkan tanyalah pada diri kita sendiri, apa yang telah kita
perbuat untuk kemajuan negara kita.‖

       Satu hal yang harus kita ingat bersama, kita semua bangsa Indonesia, kita semua
bersaudara, kita semua satu atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, semangat dan rasa
nasionalisme akan dapat kita wujudkan apabila kita mau bekerja sama. Bangkitlah
pemimpinku jadilah pemimpin sejati yang memimpin dengan hati.
IX.     Kepemimpinan Profetik : Alternatif Krisis Kepemimpinan

IX.1 Kepemimpinan Profetik ?

       Dalam teori kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Collins, seorang pemimpin profetik
berada pada level 5 jika tipe-tipe kepemimpinan tersebut diibarkan memiliki jenjang. Level 5
merupakan level tertinggi dari level kepemimpinan yang ada. Dalam level tersebut seseorang
dikatakan menjadi seorang great leader karena orang-orang yang berada di bawah
kepempinannya mengikuti disebabkan siapa sebenarnya pemimpinnya dan apa yang ia
berikan bagi orang-orang disekitarnya (people follow because of who you are and what you
represent). Dalam level ini, pemimpin akan membangun iklim trust and respect di antara
orang-orang di sekitarnya. Dalam level ini pula segala energi dan ―vektor-vektor‖ potensi
orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya menghasilakan resultan positif yang
tidak saja baik bagi diri si pemimpin tersebut tetapi juga baik bagi semua anggota dalam area
kepemimpinannya.

       Seorang pemimpin profetik bukan lagi bermain pada ranah emosional, tetapi ranah
spiritual yang memacu orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya untuk
senantiasa memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal itu bukan tanpa alasan
mengingat ia sendiri memiliki ―naluri‖ yang sama yakni melayani dan memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya bagi orang-orang di sekitarnya. Pemimpin profetik dengan tulus ikhlas
berkarya dalam kesunyian dan bekerja keras demi mencapai kualitas yang telah ditetapkan.

       Pelajaran permulaan

       Dari dua kisah nyata kesuksesan dalam diri seorang pemimpin profetik itu, ada
beberapa intisari yang bisa dijadikan renungan bagi calon pemimpin. Seorang pemimpin
adalah ―pelayan‖ bagi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya seperti yang
dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Servant leadership tidak berarti menjadikan
harkat dan derajat pemimpin tersebut menjadi lebih rendah dari pemimpinnya. Berdasarkan
paradigma kepemimpinan yang dipaparkan di depan, Collins menjelaskan bahwa tipe
kepemimpinan yang terbaik adalah level 5 yang di antara contohnya adalah servant
leadership.
Contoh servant leadership menjadi pemimpin tidak berarti harus dilayani dan dipenuhi segala
kebutuhannya. Kontradiksi dengan pandangan bahwa menjadi pemimpin akan mudah
mendapat segala tunjangan dan berbagai kemudahan seperti akses-akses yang tidak
didapatkan oleh orang biasa.

        Pada kasus kedua, seorang pemimpin hendaklah menjadi contoh dengan mereformasi
pribadi dari pemimpin itu sendiri. Seseorang tidak akan membentuk dan mengkader orang
lain ketika ia belum selesai dengan dirinya sendiri. Lalu bagaimana mengembangkan tipe
kepemimpinan profetik yang sudah terbukti menghasilakan pretasi gemilang tidak hanya
dipandang dari segi keberhasilan materil tetapi juga keberhasilan sikap dan akhlak pemimpin.

        Jalan menuju kepemimpinan profetik

        Di sinilah peran pemuda diuji sebagai objek dan subjek dari tipe kepemimpinan itu.
Model-model tipe kepemimpinan profetik pertama kali dibangun dengan membangun
kualitas unggul pribadi dari pemimpin itu2. Kualitas soft skill menjadi prasyarat utama dalam
transformasi kepemimpinan profetik. Kualitas soft skill tersebut di antaranya adalah
pemahaman yang konfrehensif, moderat, dan inklusif; kepribadian yang matang; serta
kepedulian terhadap kehidupan bangsa dan negara. Seorang pemimpin haruslah sehat baik itu
jasmani, rohani dan fikir. Dalam hal ini, output dari personal mastery adalah mempunyai
kepribadian yang matang itu. Dan tentu saja prasyarat terakhir adalah pemimpin harus tahu
akar masalah yang sedang dihadapi oleh daerah kepemimpinannya, yang dalam hal ini dapat
diartikan pengetahuan akan masalah-masalah bangsa dan negara.

        Pada akhirnya menghasilkan keluaran berupa pemimpin yang kredibel dan kompeten.
Kredibel di sini maksudnya adalah jujur dan berintegritas serta dapat dipercaya. Hal itu bisa
dicapai ketika pemimpin mempunyai sifat-sifat ilahiyah. Sementara itu, kompeten di sini
berarti memiliki solusi yang cerdas dan komunikatif serta inspiratif. Segala proses tersebut
pada akhirnya akan bermuara pada satu keran yakni kemampuan respect dan trust.




2
 Buku Pedoman dan Sistem Manajemen Pembinanaan Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri
2008-1010
IX.2 Kepemimpinan Pribadi Membentuk Kepemimpinan Bangsa

           Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif
mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin
yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman,
dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka
dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Terdapat nasehat
tentang siapa yang harus ditiru, apa yang harus diraih, apa yang harus dipelajari, apa yang
harus diperjuangkan, perlu tidaknya pendelegasian, perlu tidaknya berkolaborasi, pemimpin-
pemimpin rahasia, kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan, bagaimana meraih
kredibilitas, bagaimana menjadi pemimipin yang otentik, dan sembilan hukum alam
kepemimpinan. Pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi,
mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.

           Salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di
Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti Melayani. Konsep
utamanya ialah bahwa, apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin
menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap melayani orang lain. Melalui buku ―
konsep SERVE3 dijelaskan secara singkat tapi lugas. SERVE sendiri merupakan singkatan
dari lima kata kunci yaitu:

S- See the Future (Melihat Masa Depan)

E- Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain)

R- Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus)

V- Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan)

E- Embody The Values (Mewujudkan Nilai)

           Huruf pertama S- See the Future mempunyai makna bahwa para pemimpin harus
bersedia dan sanggup membantu orang-orang yang mereka melihat tujuannya, dan juga


3
    The Secret – Rahasia Kepemimpinan‖ oleh Ken Blanchard dan Mark Miller
keuntungan-keuntungan melangkah kearah sana. Setiap orang perlu melihat dirinya, kemana
mereka pergi, dan apa yang akan menuntun perjalanan mereka.

       Huruf kedua E dalam SERVE menjelaskan bahwa Engange and Develop Others
(Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) ada dua hal yaitu pertama, merekrut atau memilih
orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Itu berarti mempunyai pemain-pemain yang tepat
dalam suatu tim. Kedua, lakukan apapun yang diperlukan untuk melibatkan hati dan kepala
orang-orang tersebut. Dalam sejarah, banyak pemimpin telah menggunakan tangan dan yang
lain tidak sama sekali. Barangkali dari sanalah istilah hired hands (orang upahan) berasal.

       R singkatan dari Reinvent Continuously. Disinilah nilai kreativitas pemimpin dilihat.
Pemimpin harus bersedia menemukan kembali setidaknya ada tiga tahap. Tahap pertama,
bersifat pribadi. Beberapa pertanyaan utama yang harus diajukan adalah ―Bagaimana saya
belajar dan tumbuh sebagai seorang pemimpin? ―Apa yang saya lakukan untuk mendorong
orang-orang dalam kelompok saya agar terus menerus belajar dan menemukan kembali diri
sendiri?. Tingkat penemuan kembali yang kedua adalah sistem dan proses. Pertanyaan untuk
diri sendiri dan anak buah kita adalah ―Bagaimana kita melakukan pekerjaan tersebut?‖
Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Perubahan apa saja yang akan
meningkatkan kemampuan kita untuk melayani pelanggan dan juga satu sama lain? Akhirnya
yang ketiga, melibatkan struktur organisasi iu sendiri. Pertanyaan yang baik yang diajukan
disini adalah,‖ Perubahan struktur mana saja yang perlu kita tempuh untuk menjadi lebih
efisien dan efektif?‖

       Huruf V adalah singkatan dari Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan
Hubungan) Kita harus menghargai pelanggan kita lebih dahulu, dan nilai itu akan menuntun
perilaku kita dan menjamin keberhasilan kita terus menerus. Apa yang tidak dimengerti
kebanyakan orang ialah bahwa mereka dapat meraup hasil keuangan yang lebih tinggi kalau
mereka mempunyai hubungan yang baik. Memimpin pada tingkat yang lebih tinggi
mencakup hasil maupun hubungan.

       Huruf E terakhir ialah Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Kalau kita kehilangan
kredibilitas sebagai pemimpin, potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Kita harus
melakukan lebih daripada sekedar merumuskan nilai-nilai tersebut, kita tidak boleh hanya
mengucapkannya, kita harus memperlihatkannya. Semua kepemimpinan sejati dibangun di
atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui. Kalau
dikatakan bahwa pelanggan adalah penting, tindakan-tindakan kita seharusnya lebih
mendukung pernyataan tersebut. Jika kita memilih untuk hidup seolah-olah pelanggan tidak
penting, orang-orang akan mempunyai alasan untuk mempertanyakan kelayakan kita untuk
dipercaya.

       Maka, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan
atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah
ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan. Dan ini akan memberikan
perubahan yang besar.

       Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan
seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari
keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi
keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara
Amerika Serikat:

       ‖ I don‗t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a
leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time. ‖ —General Ronal
Fogleman, US Air Force—

       Setiap orang memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Ada sebuah jenis
kepemimpinan yang disebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki
empat makna.

    Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan
       Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader
       berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup
       tinggi.
    Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek
       visioner maupun aspek manajerial.
    Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‗chi‗ – bahasa
       Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang
       dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang
       pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-
nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu
       management).

       Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar
dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi —
qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan maupun pencapaian makna
kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan singkat menjadi 3C , yaitu:

1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)

2. Visi yang jelas (clear vision)

3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)

       Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan
orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan).

       Jalan orang yang ditempatkan selaku pemimpin tidaklah mudah. Tetapi mereka harus
melihat dalam setiap kesulitan suatu panggilan untuk bersungguh-sungguh. Para pemimpin
tidak boleh gagal meminta nasihat yang akan disanggupkan untuk berdiri teguh melawan
pengaruh-pengaruh najis dan melihat yang benar dari yang salah, yang baik dari yang jahat.
Pemimpin akan menyetujui apa yang hikmat setujui, dan akan berjuang dengan sungguh-
sungguh melawan masuknya prinsip-prinsip yang salah ke dalam pekerjaan.

       Para Pemimpin akan menjadi bijaksana jika memutuskan untuk datang kepada
kebijaksanaan. Kepemimpinan dengan sungguh-sungguh merendahkan hati, mengosongkan
jiwa dari ketinggian diri, dan membuang kekurangan-kekurangan alami dari karakter serta
mengalahkan keinginan terhadap kepentingan diri maka akan membawa suatu arti yang
bermakna guna bagi segala sesuatu yang dipimpinnya.
Akhirnya, inilah saatnya para pemimpin memiliki kepemimpinan yang benar dan
jelas. Di Indonesia memiliki hukum yang lemah oleh karena pengaruh pemimpin masih besar
sehingga hukum tidak bisa mengatur para pemimpin melainkan pemimpin yang mengatur
hukum dan ini menyebabkan masalah besar jikalau ada pemimpin yang tidak memiliki pola
dan jiwa kepemimpinan yang benar dan jelas. Oleh sebab itu, cobalah para pemimpin belajar
tentang kepemimpinan yang bisa membentuk kepemimpinan Bangsa Indonesia yang tidak
goyah oleh apa pun dan semakin berdiri teguh atas setiap guncangan yang terjadi. Dalam
essai ini telah diuraikan bahwa kepemimpinan jangan dilihat dari sebuah jabatan dan pangkat
serta juga bukan seberapa besar kekuasan yang dimiliki untuk menguasai orang lain. Tetapi
didalam essai ini menjelaskan dasar bahwa kepemimpinan itu dimulai dari diri sendiri dimana
memiliki karakter yang tangguh, pemikiran serta visi yang jelas, dan kompetensi yang tinggi.
Tidak hanya itu, kepemimpinan pun hari memiliki jiwa ―serve‖ /‖ melayani‖ yang adalah
tiang utama dari kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan adalah menunjukkan suatu
keunggulan dari para pemimpin dan membuktikan kepercayaan yang diberikan untuk
memimpin dengan melayani bukan dilayani.

       Didalam Undang-Undang Tentang Kepemudaan Bab1 Pasal 1 Bagian 7 menyatakan
―Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi
keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.‖ Dalam hal ini yang terutama
adalah ―keteladanan‖ dalam kepemimpinan. Oleh sebab itu, keteladanan tidak bersumber
dari luar melainkan dari dalam diri pemimpin itu sendiri. Dengan demikian kembali dalam
pembahasan essai ini bahwa betapa pentingnya menumbuhkan kualitas kepemimpinan
pribadi yang akan dapat mempengaruhi akan pergerakan bangsa Indonesia berkualitas yang
disebabkan kepemimpinan pemimpin yang berkualitas pula.

       Satu hal yang tidak bisa dilupakan bahwa kepemimpinan dari para pemimpin tidak
bisa lepas dari apa yang mereka pimpin. Sehingga, bagaimana yang dipimpin itu adalah
bagaimana sang pemimpin itu. Dengan ini, harapan kita semua untuk Indonesia adalah
menjadi Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan bangsa yang berwibawa dan berarti
serta berkualitas. Maka, ketika ada pertanyaan apa itu Indonesia?dengan percaya diri
memberitahukan Pemimpin bangsa Indonesia yang mempunyai kepemimpinan pribadi
membentuk kepemimpinan Bangsa Indonesia. Dan Indonesia adalah ―Pemimpin.
BAB III

                                      PENUTUP

   1. Kesimpulan

       Tetapi yang terjadi pada saat ini rakyat Indonesia tengah mengalami krisis
kepercayaan kepada pemimpinnya. Hal ini terjadi karena kekecewaan yang dialami rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia merindukan sosok pemimpin yang mereka idam-idamkan.
Mereka terus mencari pribadi-pribadi yang layak untuk menjadi seorang pemimpin. Tatkala
tidak ditemukan satupun yang dinilai memenuhi syarat seperti yang dikonsepsikan, maka
optimisme itu berubah menjadi pesimisme.

       Keadaan seperti ini menyiratkan fakta bahwa rakyat Indonesia menyadari kondisi
buruk ini diakibatkan oleh ulah pemimpinnya sendiri. Mereka menganggap bahwa para
pemimpin gagal mengemban kewajiban sebagai seorang pemimpin.

       Pemimpin adalah seorang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para
pengikutnya untuk merealisir visinya. Sedangkan kepemimpinan adalah hubungan yang erat
antara seorang dengan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan
itu ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang seorang itu.
Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan yang
mengikutinya disebut yang dipimpin.

       Ralph Waldo Ericksson, ― Yang membawa martabat bangsa dan membangun tonggak
bangsa menjulang tinggi adalah orang-orang yang berani mengambil resiko ketika yang lain
mundur, dan mereka yang bekerja keras ketika yang lain sedang tertidur…‖

       ―Biarkan dunia merubahmu, Maka engkau akan mampu merubah dunia!‖ -Ernesto
“Che” Guevara. Dalam Motorcycle Diaries

       Menutup tulisan ini penulis tertarik untuk menampilkan pendapat Deddy Mizwar
yang menurutnya, ‖Bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah dan senang melihat
orang lain senang. Bangkit itu mencuri, mencuri perhatian dunia dengan prestasi. Bangkit itu
marah, marah jika martabat bangsa dilecehkan. Bangkit itu tidak ada, tidak ada kata
menyerah, tidak ada kata putus asa. Bangkit itu aku. Aku untuk Indonesiaku.

   2. Kritik

       Kebangkrutan akan sosok pemimpin yang diharapkan bisa memenuhi semua
kehendak masyarakat akan keadilan, kesejahteraan, dan keamanan yang di butuhkan oleh
bangsa ini menjadi hal yang serius dan sangat mendesak. Semua ini tidak semata – mata
karena faktor umur para pemimpin kita yang sudah Tua melainkan kepemimpinan yang
sudah tidak efektif dan cenderung tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin sebagaimana
mestinya. Generasi Tua yang memimpin sekarang cenderung kurang bisa memahami
keinginan masyarakat dan tuntutan zaman di era global ini, para pemimpin Tua seperti
terkurung dalam cara berfikir konvensional. Dengan demkian harus ada yang mengganti
sebuah dinasti kepemimpinan Tua oleh sebuah sosok kaum intelektual muda yang bisa
menjawab atas segala tantangan global dan semaksimal mungkin memenuhi akan semua
keinginan masyarakat.

   3. Saran

       Sekaranglah saatnya kaum intelektual muda yang membuat perubahan terhadap
bangsa ini, dengan sebuah istilah ―Yang Muda Yang Memimpin‖. Dengan segala
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka pantas diberi kesempatan untuk
menunjukan diri mereka bahwa mereka mampu berbuat yang lebih baik untuk bangsa ini, ini
adalah menjadi tanggung jawab kita semua untuk memberikan kesempataan kepada mereka.
Kita juga mengambil peranan besar dalam menghantarkan mereka untuk menjadi seorang
pemimpin masa depan, oleh karena itu, dukungan kita bagi mereka sangatlah penting guna
merubah struktur kepemimpinan yang ada sekarang yang dirasakan sudah tidak efektif dan
kurang baik.

       Secara keseluruhan dari apa yang dimiliki bangsa kita untuk masa depan yang lebih
baik bukanlah sebuah permainan, dengan demikian, menjadikan para kaum intelektual muda
yang kompeten untuk menjadi pemimpin adalah suatu terobosan untuk merubah bangsa ini,
dan sebuah istilah ―Yang Muda Yang Memimpin‖ semoga tidak hanya menjadi sebuah
jargon dan penyemangat kita saja, tetapi juga kita harus membuat sebuah istilah ini menjadi
sebuah kenyataan untuk bangsa besar kita, bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka

Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 2003

Jhon Adair, Cara Menumbuhkan Kepemimpinan, 7 prinsip Kunci Penbgembangan
Kepemimpinan Yang Efekti, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2007

K Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007

Mahmuddin Muslim, Jalan Panjang Menuju KPTPK, Gerakan Rakyat Antkorupsi Indonesia
(GeRAK), Jakarta, 2004

Mirian Budiardjo, Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta: Sinar Harapan,
1984

Peter Eigen, Pengantar, dalam Jeremy Pope. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem
Integritas Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003

Rupert Eales White, The Effective Leader, Empat bakal Sederhana Menjadi Pemimpin
Profesional, Yogyakarta: Diva Press, 2004

Saldi Isra. Antikorupsi: Nasionalisme Baru Indonesia. Media Indonesia, 18 Mei, Jakarta,
2005

Sarlito Wirawan Sartono, Psikologi Sosial, Individu dan Teori – teori Psikologi Sosial,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Konsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan Permisif
Konsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan PermisifKonsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan Permisif
Konsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan PermisifAgus Suryansyah
 
Kedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islamKedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islamHaan Herdiantara
 
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan TransformasionalKepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan TransformasionalNisa Ell
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Syifa Nadia
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinanEmelia Ginting
 
Organisasi dan Kepemimpinan
Organisasi dan KepemimpinanOrganisasi dan Kepemimpinan
Organisasi dan Kepemimpinanhattaalwi
 
Kepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasiKepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasiShoffan shoffa
 
Identifikasi Asam Basa Dengan Indikator Alami
Identifikasi Asam Basa Dengan Indikator AlamiIdentifikasi Asam Basa Dengan Indikator Alami
Identifikasi Asam Basa Dengan Indikator AlamiWahid Ardani
 
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013Surya Surya
 

Mais procurados (20)

kepemimpinan leadership
kepemimpinan leadershipkepemimpinan leadership
kepemimpinan leadership
 
Konsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan Permisif
Konsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan PermisifKonsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan Permisif
Konsep dan Implementasi Pendekatan Otoriter, intimidasi, dan Permisif
 
Kedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islamKedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islam
 
Pengantar manajemen
Pengantar manajemenPengantar manajemen
Pengantar manajemen
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan TransformasionalKepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transformasional
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
 
P2_Pengantar Statistik Pendidikan
P2_Pengantar Statistik PendidikanP2_Pengantar Statistik Pendidikan
P2_Pengantar Statistik Pendidikan
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinan
 
Organisasi dan Kepemimpinan
Organisasi dan KepemimpinanOrganisasi dan Kepemimpinan
Organisasi dan Kepemimpinan
 
Kepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasiKepemimpinan dan organisasi
Kepemimpinan dan organisasi
 
Identifikasi Asam Basa Dengan Indikator Alami
Identifikasi Asam Basa Dengan Indikator AlamiIdentifikasi Asam Basa Dengan Indikator Alami
Identifikasi Asam Basa Dengan Indikator Alami
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
 
Gaya Kepemimpinan
Gaya KepemimpinanGaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
 
Presentasi kepemimpinan
Presentasi kepemimpinanPresentasi kepemimpinan
Presentasi kepemimpinan
 
Manajemen Kelas Presentation
Manajemen Kelas PresentationManajemen Kelas Presentation
Manajemen Kelas Presentation
 
Membaca Kritis untuk Menulis
Membaca Kritis untuk MenulisMembaca Kritis untuk Menulis
Membaca Kritis untuk Menulis
 

Destaque

Makalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership PdfMakalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership Pdfifulmoch
 
Makalah kepemimpinan dalam pendidikan
Makalah kepemimpinan dalam pendidikanMakalah kepemimpinan dalam pendidikan
Makalah kepemimpinan dalam pendidikanMâhdûm Ðûm
 
Makalah Leadership
Makalah LeadershipMakalah Leadership
Makalah Leadershiphazhiyah
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinanFirdausJuliani
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinanelmakrufi
 
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmas
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmasPeran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmas
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmasUniversity of Baiturrahmah
 
Artikel Kepemimpinan Spiritual
Artikel Kepemimpinan SpiritualArtikel Kepemimpinan Spiritual
Artikel Kepemimpinan Spiritualrobby chandra
 
Kepemimpinan di era global
Kepemimpinan di era globalKepemimpinan di era global
Kepemimpinan di era globalBoip Sariffudin
 
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIRevolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIPMII
 
Strategic leader by falguni sagar
Strategic leader by falguni sagarStrategic leader by falguni sagar
Strategic leader by falguni sagarfalgunisagar
 
Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan DaerahManajemen Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
silabus kepemimpinan
silabus kepemimpinansilabus kepemimpinan
silabus kepemimpinanbambange
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinankuukou
 
Makalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinanMakalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinanMJM Networks
 

Destaque (20)

Makalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership PdfMakalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership Pdf
 
MAKALAH KEPEMIMPINAN
MAKALAH KEPEMIMPINANMAKALAH KEPEMIMPINAN
MAKALAH KEPEMIMPINAN
 
Makalah kepemimpinan dalam pendidikan
Makalah kepemimpinan dalam pendidikanMakalah kepemimpinan dalam pendidikan
Makalah kepemimpinan dalam pendidikan
 
Strategic leadership managing human and social capital
Strategic leadership managing human and social capitalStrategic leadership managing human and social capital
Strategic leadership managing human and social capital
 
Makalah Leadership
Makalah LeadershipMakalah Leadership
Makalah Leadership
 
Power point kepemimpinan
Power point kepemimpinanPower point kepemimpinan
Power point kepemimpinan
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmas
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmasPeran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmas
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan masy di puskesmas
 
Artikel Kepemimpinan Spiritual
Artikel Kepemimpinan SpiritualArtikel Kepemimpinan Spiritual
Artikel Kepemimpinan Spiritual
 
Kepemimpinan di era global
Kepemimpinan di era globalKepemimpinan di era global
Kepemimpinan di era global
 
Makalah tentang prinsip prinsip kepemimpinan
Makalah tentang prinsip prinsip kepemimpinanMakalah tentang prinsip prinsip kepemimpinan
Makalah tentang prinsip prinsip kepemimpinan
 
Soal tes tertulis
Soal tes tertulisSoal tes tertulis
Soal tes tertulis
 
Pencemaran Alam Semula Jadi
Pencemaran Alam Semula JadiPencemaran Alam Semula Jadi
Pencemaran Alam Semula Jadi
 
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMIIRevolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII
 
Strategic leader by falguni sagar
Strategic leader by falguni sagarStrategic leader by falguni sagar
Strategic leader by falguni sagar
 
Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan DaerahManajemen Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
Manajemen Kepemimpinan Pemerintahan Daerah
 
silabus kepemimpinan
silabus kepemimpinansilabus kepemimpinan
silabus kepemimpinan
 
Learning organization and crisis leadership
Learning organization and crisis leadershipLearning organization and crisis leadership
Learning organization and crisis leadership
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Makalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinanMakalah model model kepemimpinan
Makalah model model kepemimpinan
 

Semelhante a Makalah kepemimpian

Kepemimpinan Efektif
Kepemimpinan EfektifKepemimpinan Efektif
Kepemimpinan Efektifdefiranita
 
Teori Kepemimpinan
Teori KepemimpinanTeori Kepemimpinan
Teori Kepemimpinandevinadh
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinandevinadh
 
Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kepemimpinan dalam Pelatihan
Kepemimpinan dalam PelatihanKepemimpinan dalam Pelatihan
Kepemimpinan dalam PelatihanEddy Siswanto
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanikbalhudori
 
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb aPemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb ahelenapakpahan
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
KepemimpinanNgilmi
 
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negaraEtika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negaraSyaifOer
 
Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"
Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"
Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"Sintya M
 
Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiXee Yuliani
 
PPT Kepemimpinan (1).pptx
PPT Kepemimpinan (1).pptxPPT Kepemimpinan (1).pptx
PPT Kepemimpinan (1).pptxAdiNurRiyadi
 
8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinan8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinanardiaan syahm
 

Semelhante a Makalah kepemimpian (20)

Kepemimpinan Efektif
Kepemimpinan EfektifKepemimpinan Efektif
Kepemimpinan Efektif
 
Teori Kepemimpinan
Teori KepemimpinanTeori Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah tentang kepemimpinan SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "
MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "
MAKALAH KEPEMIMPINAN " LP3I "
 
Gaya gaya kepemimpinan
Gaya gaya kepemimpinan Gaya gaya kepemimpinan
Gaya gaya kepemimpinan
 
Kepemimpinan dalam Pelatihan
Kepemimpinan dalam PelatihanKepemimpinan dalam Pelatihan
Kepemimpinan dalam Pelatihan
 
Kepemimpinan
Kepemimpinan Kepemimpinan
Kepemimpinan
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb aPemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negaraEtika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
 
Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"
Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"
Makalah Dasar Manajemen "Kepemimpinan"
 
kepimpinan
kepimpinankepimpinan
kepimpinan
 
Dasar2 Kepemimpinan.ppt
Dasar2 Kepemimpinan.pptDasar2 Kepemimpinan.ppt
Dasar2 Kepemimpinan.ppt
 
Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2
 
Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasi
 
PPT Kepemimpinan (1).pptx
PPT Kepemimpinan (1).pptxPPT Kepemimpinan (1).pptx
PPT Kepemimpinan (1).pptx
 
8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinan8 teori utama kepemimpinan
8 teori utama kepemimpinan
 
Konflik
KonflikKonflik
Konflik
 

Makalah kepemimpian

  • 1. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh semua orang. Apakah kriterianya? Kepemimpinan adalah jika kita dapat membuat sesuatu menjadi sesuatu itu sendiri. Kita memimpin diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya; kita memimpin keluarga kita untuk menjadi keluarga yang memperoleh respek dari lingkungan di mana kita berada. Dengan demikian, sebenarnya kepemimpinan mempunyai dua makna. Pertama, makna bahwa yang bersangkutan diterima di lingkungannya sebagai seorang pemimpin, baik formal maupun, informal. Kedua, sebuah karakter yang pasti dimiliki setiap manusia sebagai ciptaan Tuhan. Gifford Pinchot (1996), mengemukakan bahwa beberapa organisasi lebih maju karena terdapat banyak pemimpin di dalamnya; bahkan setiap pribadi pada hakikatnya adalah pemimpin. Sebuah fenomena yang kelak akan menjadi dominan tatkala pekerjaan- pekerjaan oleh otot semakin ditinggalkan oleh pekerja yang mengandalkan pengetahuan. Seorang pemimpin yang ―sungguh-sungguh‖ adalah individu yang mengetahui bahwa sumber daya yang tidak akan pernah dapat dibelinya adalah ―waktu‖, sehingga waktu dikelola sedemikian rupa sehingga optimal. Pemimpin adalah orang yang telah diambil hak waktunya oleh lembaga tempatnya bekerja. Namun, seorang bukanlah seorang pemimpin sesungguhnya apabila ia tidak efektif, karena pada akhirnya, setiap orang akan diukur dari keberhasilan yang dicapai. Bagi pemimpin, indikator keberhasilannya adalah sejauh mana ia secara efektif menjalankan peran kepemimpinannya.
  • 2. BAB II ISI I. Defenisi I.1 Pemimpin Penasihat Manajemen Dale Carnegie Menulis Buku dengan Judul yang puitis, The Leader in You (1993). ―Ada kepemimpinan di dalam setiap diri Anda,‖ katanya. Apa yang dikemukakan sama seperti tertulis dalam AI Qur‘an maupun Alkitab, bahwa manusia diciptakan Tuhan untuk memimpin alam semesta. Kepemimpinan adalah sebuah nilai yang dimiliki oleh semua orang. ―Warren Bennis, seorang pakar kepemimpinan, menulis karya monumental, On Becomin A Leader (1989,1994). They work out there on the frontier where tomorrow is taking shape, and they serve here as guides-guides to things as they are and as they will be, or scouts reporting back with word from the front. Pemimpin kata Raja Philips II kepada anaknya, Alexander (kelak menjadi Alexander Agung), seorang pemimpin harus belajar untuk sendirian. ―Learn how to be alone‖, nasihat Philips. Kepemimpinan, dengan demikian, bukanlah sebuah ―kekuasaan‖, melainkan sebuah tugas, tanggung jawab, dan pengorbanan. Dengan demikian, pada hakikatnya, memimpin adalah amanah, kewajiban, dan bukan hak, pimpinlah, dengan kebersihan nurani! Adalah Peter Drucker (1996) yang membuat karakteristik sederhana dari hasil pengamatannya terhadap pemimpin-pemimpin dunia yang paling efektif yang pernah ditemuinya. Ada beberapa karakter dari mereka, namun ada kesamaan dalam hal personality trait mereka tidak memiliki atau sangat sedikit memiliki apa yang disebut ―karisma‖ Beberapa syarat pemimpin dan kepemimpinan adalah: 1. Dicirikan dari adanya pengikut. 2. Pemimpin efektif bukanlah yang dipuja atau dicintai, namun mereka adalah individu yang menjadikan para pengikutnya berbuat benar. Kepemimpinan berbeda dengan popularitas. Kepemimpinan identik dengan pencapaian hasil.
  • 3. 3. Pemimpin adalah mereka yang sangat tampak. Oleh karena itu mereka harus memberikan contoh. 4. Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan atau uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab. I.2 Kepemimpin Salah satunya pepatah Arab yang mengatakan, ‖Laskar domba yang dipimpin oleh singa akan mengalahkan laskar singa yang dipimpin oleh domba‖. Lebih kurang petuah bijak ini mengatakan, peran pemimpin sangatlah menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan misi. Tentu pepatah ini tidak untuk ditelan mentah. Alangkah lebih baik jika laskar singa juga dipimpin seekor singa pilihan melalui seleksi alam, yang paling tajam indranya, paling tegap tubuhnya, jarang mengaum, tetapi arif dan waspada. I.3 Menurut Para Ahli Beberapa defenisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli adalah : 1. Koontz & O‘ donnel: proses MEMPENGARUHI sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya. 2. Wexley & Yuki: MEMPENGARUHI orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. 3. Georger R. Terry: kegiatan MEMPENGARUHI ornag-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama. Dari ketiga defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah KEMEMPUAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN UNTUK MENCAPAI TUJUAN BERSAMA. Defenisi lain dari kepemimpinan : 1) Fiedler: merupakan POLA HUBUNGAN antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama mencapai tujuan. 2) Jhon Pfiffner: kemampuan MENGKOORDINASIKAN DAN MEMOTIVASI orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin di kehendaki.
  • 4. 3) Davis: kemampuan untuk MENGAJAK orang lain mencapai orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat. 4) Ott: proses HUBUNGAN ANTAR PRIBADI yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya prilaku orang lain. 5) Locke: proses MEMBUJUK orang lain untuk mengambil langkah meuju sasaran yang sama. Dari definisi ini, para ahli ada yang meninjau KEPEMIMPINAN dari POLA HUBUNGAN, KEMAMPUAN MENGKOORDINASI, MEMOTIVASI, MENGAJAK, MEMBUJUK DAN MEMPENGARUHI ORANG LAIN. I.4 Semua untuk rakyat ‖Takhta adalah untuk rakyat‖. Inilah adagium dan doktrin demokrasi Pancasila yang harus menyertai gaya kepemimpinan nasional. Dalam suatu krisis, masyarakat terdorong berandai-andai, mencari berbagai ibarat dan simbol-simbol keanggunan paripurna sebagai idealisme kultural. Angan- angan akan tibanya Satria Piningit atau Ratu Adil adalah ekspresi situasi krusial yang menyertai krisis kepemimpinan. Maka, visi kultural keadiluhungan mengandaikan sang pemimpin haruslah seperti Matahari (enabling leader). Tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, dan transparansi, tetapi juga energi hidup, aksiomatik tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam. Ia harus seperti Bulan (team building leader), menghadirkan harmoni hidup, kerukunan, ketenteraman batin, dan keindahan paripurna. Ia harus seperti Bintang (visionary, master leader), memberi kejelasan mata angin, menegaskan arah perjuangan, mampu mengarahkan visi dan misi. Pemimpin juga harus seperti udara (soulmate leader), menghindari kevakuman, mengisi kekosongan dan kerinduan para kawula. Ia harus seperti air (democratic leader), senantiasa menjaga emansipasi agar tidak miring ke kiri atau ke kanan, tak ada ‖anak tiri‖ dan tak ada ‖anak emas‖. Ia pun harus seperti samudra (wise, decisive leader), penuh ketangguhan, tak surut jika ditimba, tak meluap jika diguyur. Tentulah samudra dapat menggemuruh menggelora,
  • 5. teguh menjaga martabat, turun tangan membinasakan perselingkuhan, patriotik tanpa tara, dalam kias ‖sedumuk bathuk senyari bumi, pecahing dhadha wutahing ludiro sun labuhi taker pati‖ (jika dahi dicoreng, sejengkal tanah dinodai, pecahnya dada dan tumpahnya darah, nyawa taruhannya). Ia harus seperti Bumi (prosperity leader, servant leader), simbol ketiadaan dendam, pemaaf, senantiasa menumbuhkan biji-bijian, dan menyediakan kemakmuran penuh kepahlawanan. Ia juga harus seperti api (lawful leader), mampu menghukum yang salah tanpa pandang bulu, sekaligus menghindari bermain api. Kepemimpinan saat ini sedang diuji dengan perombakan kabinet. Langkah ini akan sia-sia jika tidak bisa memberikan harapan baru kepada rakyat yang telah capek miskin, capek menganggur, capek antre, capek memikul beban hidup mahal, capek terpinggirkan sebagai kuli di negeri sendiri. Rakyat terus termarjinalisasi oleh kesenjangan kaya-miskin, tersiksa kecemburuan aspiratif antara kesengsaraan hidup dan kemewahan melimpah. Transfer pemilikan dari si miskin ke si kaya adalah bagian dari pembangunan. Rakyat akan terlentang dalam proses minderisasi (inferiorization), menjadi inlander di tengah proses quasi-westernisasi. Berharap Presiden tidak lengah lagi, menghindari kecelakaan momentum, berani tegas menyingkirkan yang lemah karakter, lemah nasionalisme, selingkuh politik, dan terindikasi korup. Jika yang dibenci rakyat ini tetap dipertahankan, Presiden akan terkena getah dari mediokritas kabinet bentukannya sendiri.
  • 6. II. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan seseorang bukanlah semata-mata bergantung pada watak seorang pemimpin saja, tetapi ada kecenderungan dari seorang pemimpin untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam menghadapi bawahan yang beraneka ragam tingkat kedewasaannya. Hal ini sangat berpengaruh pada gaya yang dipilihnya dalam memimpin dan pada gilirannya akan mempengaruhi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Dari beberapa jenis gaya yang ada, mengikuti John Beck dan Neil Yeager, dipilih untuk dibahas (empat) macam gaya yang sekiranya dapat membantu menambah pengetahuan para pemimpin dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Ada empat gaya (styles) kepemimpinan yang lazim disebut sebagai kepemimpinan situasional (situational leadership) berdasarkan interaksi antara direction dengan support dengan deskripsi sebagai berikut1: Secara Universal pola hubungan tersebut dapat di deskripsikan sebagai pola hubungan antara tinggi rendahnya perilaku (relationship behavior) manusia dengan tinggi rendahnya perilaku pekerjaan (task behavior). Berdasarkan pola hubungan tersebut, maka notasi gaya kepemimpinan didiskripsikan sebagai berikut: S-1. Telling (Directing/Structuring) 1 John D. W. Beck & Neil M. Yeager, 1994, The Leader‘s Window, New York: John Willey & Sons
  • 7. Seorang pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan instruksi yang jelas dan mengawasinya secara ketat serta memberikan ―penilaian‖ kepada mereka yang tidak melaksanakannya sesuai dengan yang apa Anda harapkan. Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah dalam kejelasan tentang apa yang di inginkan, kapan keinginan itu harus dilaksanakan dan bagaimana caranya. Kelemahan dari pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini adalah ia selalu ingin mendominasi semua persoalan sehingga ide dan gagasan bawahan Anda tidak berkembang. Semua persoalan akan bermuara kepadanya sehingga mengundang unsur ketergantungan yang tinggi pada pemimpin. Gunakanlah S-1 apabila situasi dan bawahan adalah sebgai berikut: Orang baru yang mempunyai pengalaman terbatas untuk mengerjakan apa yang diminta. Orang yang tidak memiliki motivasi dan kemauan untuk mengerjakan apa yang diharapkan. Orang yang merasa tidak yakin dan kurang percaya diri. Orang yang bekerja di bawah ―standar‖ yang telah ditentukan. S-2.Selling (Coaching) Seorang pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu keputusan. Pemimpin bersedia membagi persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya persoalan dari bawahan selalu didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa yang seharusnya dikerjakan. Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya keterlibatan bawahan dalam memecahkan suatu masalah sehingga mengurangi unsur ketergantungan kepada pemimpin. Keputusan yang dibuat akan lebih mewakili Tim daripada pribadi. Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah tidak tercapainya efisiensi yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan.
  • 8. Gunakan S2 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut: Orang yang respek terhadap kemampuan dan posisi pemimpin. Orang yang mau berbagi tanggung jawab dan ―dekat‖ dengan pemimpin. Orang yang belum dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang berlaku. Orang yang mempunyai motivasi untuk meminta semacam pelatihan atau training agar dapat bekerja dengan lebih baik. S-3. Participating (Developing/Encouraging) Salah satu ciri dari kepemimpinan ini adalah adanya kesediaan dari pemimpin untuk memberikan kesempatan bawahan untuk berkembang dan bertanggung jawab serta memberikan dukungan yang sepenuhnya mengenai apa yang mereka perlukan. Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya kemampuan yang tinggi dari pemimpin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga bawahan merasa senang baik dalam menyampaikan masalah maupun hal-hal lain yang tidak dapat mereka putuskan. Pemimpin selalu memberikan kesempatan bawahan untuk bisa berkembang. Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah diperlukannya waktu yang lebih banyak dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin harus selalu menyediakan waktu yang banyak untuk melakukan diskusi dengan bawahannya. Gunakan S3 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut: Orang yang dapat bekerja di atas rata-rata kemampuan sebagian besar pekerja. Orang yang mempunyai motivasi yang kuat sekalipun pengalaman dan kemampuannya masih harus ditingkatkan. Orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas yang akan diberikan.
  • 9. S-4. Delegating Dalam gaya ini, pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada bawahannya dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memutuskan persoalan. Kekuatan dari gaya kepernimpinan ini adalah terciptanya sikap memiliki dari bawahan atas semua tugas yang diberikan, Pemimpin lebih ―merasa‖ santai sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan perhatian lebih banyak. Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah pada saat bawahan memerlukan keterlibatan pemimpin, maka ada kecenderungan ia akan mengembalikan persoalannya kepada bawahan meskipun sebenarnya itu adalah tugas pimpinan. Gunakan S4 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut: Orang yang mempunyai motivasi, rasa percaya diri yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Orang yang punya pengalaman dan keahlian yang memadai untuk mengerjakan tugas- tugas yang sudah jelas dan rutin dilakukan. Orang yang berani menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tugas. Orang yang kinerjanya di atas rata- rata para pekerja pada umumnya. Suggestion Style Berikut ini acuan menggunakan gaya kepemimpinan yang efektif berdasrkan deskripsi bawahan berupa Ability dan Motivation. Keterangan:A (ability) meliputi technical skills, interpersonal skills, dan job knowledge. M (motivation)meliputi interest, confidency, dan willingness 0= rendah, 1= sedang, 2= tinggi
  • 10. III. TEORI KEPEMIMPINAN Ada tiga teori tentang kemunculan pemimpin: 1. TEORI GENETIS: pemimpin lahir dari pembawaan bakatnya sejak ia lahir,bukan dibentuk menurut perencanaan yang disengaja. Pemimpin demikian lahir dari situasi yang bagaimanapun juga karena IA SUDAH DITETAPKAN. 2. TEORI SOSIAL: Pemimpin tidak muncul akibat bawaannya sejak lahir, melainkan disiapkan dan dibentuk. Sebab itu setiap orang bisa menjadi pemimpin asal DIPERSIAPKAN DAN DIDIDIK secara sistematis. 3. TEORI EKOLOGIS ATAU SINTETIS: Pemimpin muncul melalui BAKAT-BAKAT SEJAK KELAHIRANNYA LALU DIDIPERSIAPKAN MELALUI PENGALAMAN DAN PENDIDIKAN sesuai konteksnya IV. Unsur-Unsur Kepemimpinan 1. Pemimpin / Atasan Mempunyai wewenang unutk memimpin Mendelegasikan tugas 2. Anggota / Subordinate / Bawahan Membantu pemimpin sesuai tugasnya 3. Misi-Tujuan-Target Direalisasi sesuai landasan budaya/filosofi organisasi IV.1 Teori Duo Kontinum Autocratic Democratic Free-rein Pemimpin Authority Participate Anggota
  • 11. Kemauan Manusia a. Kemauan berkuasa ( need of power) b. Kemauan berkawan (need of affiliation) c. Kemauan berprestasi (need of achievement) Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan Situsional  Flexibel, berubah karena waktu  Adaptif terhadap lingkungan IV.1 Wewenang/ Kekuasaan (Power) Digunkan untuk mengarahkan dan menerangkan peranan/tanggungjawab seseorang. Jenis-jenis wewenang: 1. Wewenang Struktural  Karena jabatan dalam organisasi 2. Wewenang kearifan (Kharismatik)  Karena memiliki sikap dan perilaku positif, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman 3. Wewenang Moral  Karena memiliki integritas, bermoral baik, berada ditengah anggota terutama saat ada masalah. 4. Wewenang Reputasi  Karena prestasi masa lalu 5. Wewenang Jasmaniah  Karena bentuk atau penampilan fisik seseorang baik yang nyata maupun kesan yang terpantul darinya.  Semakin banyak jenis wewenang yang dimiliki dimiliki seorang pemimpin maka semkin BAIK  Pemimpin yang baik menggunkan kewenangan secara CERDAS dan PEKA sehingga menjadi sangat berwenang tanpa sewenang-wenangnya.  Menjadi pemimpin bukan berarti mendapatkan hak untuk MEMERINTAH, tetapi justru kewajiban memberi TELADAN KUALITAS sehingaa orang lain bisa menerima perintahnya tanpa merasa direnadahkan.  Kepemimpinan adalah TINDAKAN, bukan KEDUDUKAN.
  • 12. IV.2 Karekteristik pribadi pemimpin 1) Memiliki kecerdasan cukup tinggi 2) Memiliki kecakapan berkomunikasi 3) Memiliki kecakapan mendidik 4) Emosi tekendali 5) Memiliki motivasi berprestasi 6) Memiliki kepercayaan diri 7) Memiliki ambisi IV.3 Cara memotivasi bawahan a. Tegurlah tapi jangan kasar b. Pekalah terhadap manusia c. Bijaksana terhadap hal-hal sensitif dibawah ini :  Jangan remehkan seorang bawahan  Jangan kritik bawahan didepan orang lain  Sekali-kali beri perhatian penuh bawahan  Jangan mementingkan diri sendiri dan bawahan berpikir demikian  Jangan memunculkan anak emas  Selalu berusahalah mengembangkan bawahan  Mengertilah hal-hal kecil namun sangat menyentuk bawahan  Jangan membanggakan diri di hadapan bawahan  Jangan racuni iklim kerja yang sudah baik karena adanya seorang bawahan yang kurang berprestasi  Jangan terombang-ambing dalam mengambil keputusan. IV.4 PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL DAN EFEKTIF - Transformasional, artinya membawa perubahan - Efektif, artinya tetap sasaran, memberikan hasil. Jadi, pemimpin transformasional dan efektif adalah pemimpin yang mampu membawa perubahan terhadap cara pandang dan tingkah laku organisasinya dengan menunjukkan jalan, menginspirasi, mengkomunikasikan, mendorong, memotivasi, dan memberi contoh melalui sikap, pengetahuan, keahlian, wibawa, kekuasaan, atau posisinya secara tepat sasaran dan memberikan hasil.
  • 13. IV.5 KRITERIA PEMIMPIN YANG TRANSFORMASIOANAL DAN EFEKTIF : 1. Memiliki visi yang SMART 2. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas 3. Memiliki kharisma, integritas, kepribadian, dan moral yang baik 4. Memahami kekuatan, kelemahan, kesempatan, tantangan organisasi yang dipimpinnya 5. Mempu menerima dan mengelola perbedaan, konflik, dan perubahan dengan baik 6. Inspirator, komunikator, dan motivator ulung 7. Fokus dan punya strategi untuk mencapai tujuan 8. Mempu membimbing dan mengarahkan anggotanya 9. Adil, berani dan bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil 10. Pekerja keras, punya komitmen, konsisten dan pantang menyerah 11. Mempu membina hubungan yang baik dengan kelompok lain 12. Mampu menciptakan pemimpin-pemimpin baru yang berkualitas tinggi. IV.6 KEPEMIMPINAN SEKULER Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin sekuler: a. KEKUASAAN: Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, otoritas, dan lehilitas untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya. b. KEWIBAWAAN: Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar ia mampu mengatur orang lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tertentu. c. KEMAMPUAN: Pemimpin harus memiliki daya, kekuatan, keunggukan, kecakapan teknis dan sosial yang melampaui bawahannya
  • 14. IV.7 PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPN Manajer Pemimpin Merencanakan Menciptakan visi Mengendalikan Mengilhami Mengurus Mengembangkan Mengalokasikan sumber daya Mengkomunikasikan dan menjelaskan visi Memantau hasil dan menyelesaikan masalah Memotivasi dan memberikan inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi Fokus pada pekerjaan dan hasil Fokus pada orang dan proses Mengendalikan kekuasaan Memiliki kharisma atau kewibawaan Berpikir teknis dan jangka pendek Berpikir strategis dan jangka panjang Diangkat Dipilih Bertanggung jawab kepada atasan Bertanggung jawab kepada bawahan Mengutamakan efesiensi Mengutamakan efektifitas Melakukan sesuatu dengan benar Melakukan sesuatu yang benar IV.8 PERBEDAAN PEMIMPIN OTORITER DAN PEMIMPIN YANG MELAYANI Pemimpin Otoriter Pemimpin yang Melayani Komunikasi satu arah Komunikasi dua arah MemerintahS dan memberi komando Mendengarkan, berempati, dan mempengaruhi Tidak mau menerima saran/masukan Menerima saran dan pendapat orang lain Menggunakan kekuatan jabatan Menggunakan kekuatan pribadi Tidak mau mengaku salah Mengakui kesalahan Menghalalkan segala cara untuk mendapat Rajin, tekun, giat dan jujur untuk mencapai keuntungan keberhasilan Haus kekuasaan Rela berbagi kuasa Memaksakan kehendak Bijak dalam mengambil keputusan Pengikut taat karena takut Pengikut berkomitmen karena sadar Pengikut bekerja ala kadarnya sesuai tuntutan Pengikut bekerja penuh semangat Pengikut menggunkan waktu seperlunya Pekerja tidak pernah memperhitungkan waktu
  • 15. V. Cara Mengembangkan Kemampuan Kepemimpinan Beberapa cara praktis untuk bisa mengembangkan kemampuan kepemimpinan tersebut dapat dijabarkan secara sederhana kedalam enam langkah sederhana yang disingkat menjadi LEADER L-Learner Seorang Leader adalah seorang pembelajar. You stop learning means you stop leading. Jika anda berhenti belajar itu berarti anda berhenti memimpin. Seumur hidupnya seorang leader terus membina dirinya lewat bacaan, pergaulan dan lingkungannya. Anda yang saat ini akan tetap sama lima tahun dari sekarang kecuali anda mengubah apa yang anda baca dan dengan siapa anda bergaul. Anda harus secara sengaja membawa diri anda kedlam lingkungan yang akan membangun anda lewat bacaan dan pergaulan anda. You choose your own environment. E-Excellent Suka atau tidak seorang leader akan menjadi patokan, ukuran tindakan, bagi pengikutnya. You are the pace setter. Anda yang menentukan ukuran, benchmark bagi pengikut anda. Jika anda tidak menetapkan standar yang tinggi, jangan berharap pengikut anda akan punya standar yang tinggi juga. Apa yang anda buat akan ditiru dan diduplikasi oleh pengikuta anda. Itu sebabnya, sebagai seorang leader anda harus punya excellent spirit, semangat untuk mengejar dan menghasilkan yang terbaik. A-Attitude Attitude determines altitude. Sikap anda di dalam kehidupan ini akan menentukan sejauh mana anda mengalami kemajuan. Banyak hal yang terjadi di luar kehendak anda, tetapi anda yang menentukan bagaimana anda harus bersikap. Anda tidak bisa mengendalikan hujan, tetapi anda yang bisa menentukan sikap anda. Apttitude opens the door, but attitude how wide and how long it will be. Talenta atau keahlian anda akan membuka peluang baru bagi anda, tetapi sikap andalah yang akanmenentukan sejauh mana anda bisa berkembang ditempat tersebut. Seringkali keberhasilan seseorang ditentukan oleh sikapnya dalam menghadapi persoalan.
  • 16. D-Dreamer Salah satu yang membedakan leader dari para pengikutnya adalah kemampuannya untuk melihat jauh kedepan. Seorang leader adalah seorang dreamer. Leader sees the unseen and translates it to his followers. Kemampuan untuk melihat sasaran yang jauh didepan dan belum terlihat oleh mata jasmani dan kemudian mengubahnya menjadi langkah-langkah praktis untuk mencapainya merupakan keahlian yang perlu terus dikembangkan. Beberapa leader membutuhkan bantuan orang lain. Walaupun demikian, kemampuan untuk bermimpi, untuk melihat hal-hal yang ingin dicapai di masa mendatang harusnya menjadi bagian sang pemimpi. E-Encourager Untuk mengembangkan kemampuan leadership anda juga harus menjadi seorang encourager, bukan discourager. Ketika anak bauh anda melakukan kesalahan, ia merasa tertuduh, pada saat seperti itu, seringkali yang dibutuhkan adalah dorongan semangat baru agar ia tidak putus asa. Be a person of solitions oriented instead of faults finding oriented. Lebih baik berfokus pada solusi daripada berusaha untuk mencari kambing hitam. R-Responsible Seorang leader berani mengambil tanggung jawab. Anda tidak melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, apalagi kepada anak buah anda, sebaliknya anda memikul tanggung jawab sekalipun anak buah anda yang membuat kesalahan. Sebagai leader, seharusnya anda tidak menyalahkan anak buah anda di hadapan orang lain karena itu hanya menunjukkan kelemahan anda sebagai leader. Salah seorang pemimpin sunia meletakkan tulisan di meja kerjanya, ―The buck stop here‖- semua tanggung jawab berakhir di meja ini-untuk selalu mengingatkan dirinya bahwa dialah yang bertanggung jawab atas prestasi dan hasil kerja anak buahnya.
  • 17. VI. Apa dan Mengapa Integritas? Kalau kita bicara mengenai integritas, hal pertama yang tergambar adalah kejujuran. Contoh kecil saja, saat kita sekolah/kuliah dan teman-teman nyontek saat ujian apakah kita ikut-ikutan nyontek atau memilih tidak menyontek. Contoh kecil lain, saat kita jajan dikantin dan ditanya berapa banyak bakwa yang sudah kita makan apakan kita kanmenjawab dengan jujur atau tidak. Saat kita sudah menjadi seorang pemimpin, baik dalam rumah tangga, dikeluarga kita bagi anak-anak, didalam organisasi kita, didalam gereja kita, dilingkungan kerja kita apakah kita seorang pemimpin yang berintegritas? Bagi banyak orang integritas terlihat sepele, padahal integritas adalah faktor kepemimpinan yang paling penting (John C. Maxwell ―Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda‖) hal ini dapat kita buktikan bagaimana bobroknya bangsa Indonesia sejak jaman orde baru karena memiliki pemimpin yang walaupun cakap berpolitik dan bernegara tetapi tidak memiliki integritas. Kata integritas sering dikaitkan dengan kejujurab dan kebenaran, bila kita perhatikan dalam Alkitab Terjemahan Bebas kata ―Integrity‖ diterjemahkanmenjadi kebenaran, kejujuran, dan ketulusan. Sulit mencari terjemahannya, namun singkatnya integritas berarti utuh/komplit. Integritas berhubungan dengan konsistensi seseorang dalam melihat dan menilai dirinya sendiri berhubungan dengan keintimannya dengan Tuhan-nya sehingga melahirkan satu nilai-nilai mendasar dari setiap orang dalam berkata, bertindak dan mengambil satu keputusan dimanapun sia, saat didepan ornag ataupun tisak didepan orang, dengan komitmen, rasa tanggung jawab dan tanpa kompromi. Integritas bukan suatu keadaan yang didapat dalam sekejap. Integritas adalah suatu proses yang terus menerus terjadi didalam kita. Integritas adalah satu hal yang lebih banyak kita lakukan terhadap diri kita sendiri sehingga kita mampu menciptakan dan menetapkan nilai-nilai atau norma-norma bagi diri kita sendiri, dimana orang lain hanya bisa melihatnya melalui tindakan yang kita buat. Karena integritas merupakan suatu proses yang terus menerus maka sangat tidak mungkin hal ini bila tidak hidup intim dengan Tuhan(nya), jadi integritas merupakan paket hidup seorang pemimpin.
  • 18. VII. How To Changing Indonesian’s Future Leader? VII .1 Segarkan Peran kaum muda Yang Muda yang Memimpin Seperti yang sudah diulas, bahwa setiap orang memang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun sayangnya banyak yang tidak menyadari jika dia adalah calon pemimpin. Lebih disayangkan lagi, dengan adanya fakta bahwa ada yang sudah menyadari hal tersebut. Meskipun belum sempurna, namun tidak mau berusaha dan belajar untuk mencapai kepemimpinan tersebut. Tentu saja hal ini berdampak pada kehidupannya di masa mendatang. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk lingkungan dan bangsanya. Inilah yang menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Kebanyakan dari mereka hanya paham bahwa untuk menjadi pemimpin diperlukan kekuasaan. Dengan kekuasaan itu, mereka dapat melakukan apa saja sesuka hati. Ketakutan masyarakat terhadap kekuasaan itu didukung fakta bahwa bangsa kita adalah bangsa hukum. Bangsa yang penuh dengan segala aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa. Namun sayangnya aturan tersebut terkesan hanya berlaku kepada rakyat kecil. Itulah hebatnya ―kekuasaan‖ di negeri penuh hukum ini. Tentu saja kita tidak bisa secara instan mengubah apa yang sudah ada. Karena memang hal tersebut seakan sudah membudaya. Salah satu hal yang bisa dilakukan hanyalah mulai merubah pola pikir masyarakat kita. Seperti kita ketahui bersama, hasil maksimal dapat diperoleh jika hal tersebut diterapkan kepada anak-anak muda. Karena anak-anak muda inilah yang nantinya menggantikan posisi mereka yang sedang berkuasa saat ini. Anak muda pula yang nantinya akan mengatur dan mengarahkan akan dibentuk seperti apa bangsa ini. Dengan sudah semakin pahamnya setiap anak muda akan jiwa kepemimpinan bagi dirinya sendiri, maka mereka akan lebih mudah untuk dipersiapkan menjadi pemimpin bagi orang lain. Setelah setiap anak muda menguasai kepemimpinan tersebut, mulailah kembali dengan memahami menjadi seorang pemimpin yang baik bagi orang lain. Hal ini akan semakin mudah, mengingat di dalam jiwa anak muda, mengalir darah semangat dan daya saing karena faktor emosi dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru. Asalkan dengan arahan dan bimbingan yang tepat. Dengan begitu, mereka akan semakin banyak mendapat pengalaman untuk menempa dan mempersiapkan diri mengahadapi
  • 19. berbagai tantangan ke depan. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena generasi mudalah yang nantinya akan menjadi motor penggerak bangsa. Namun sayangnya, masih banyak juga anak muda yang ragu-ragu. Mereka kurang percaya dengan kemampuan dan kesiapan mereka dalam mengemban tugas tersebut. Kendala lain yang mungkin sering terjadi dalam masyakat kita adalah menunda-nunda waktu. Segala sesuatu pasti mengalami suatu proses. Dan setiap proses membutuhkan waktu. Dan waktu untuk belajar akan semakin tipis, jika terus menunda-nunda waktu. Hal semacam ini pula yang harus ditanamkan dalam pola pikir anak muda. Untuk mulai melakukannya saat ini juga. Maka dengan sisa waktu yang masih banyak, anak muda akan terus berkarya dan meningkatkan kemampuannya. Untuk sebuah tugas mulia memimpin bangsa yang besar ini. Agar dapat bersaing dengan bangsa lain. Bukankah itu yang kita harapkan? VII.2 Generasi Muda Sebagai Ujung Tombak Inti hal dari perubahan bagi bangsa ini yaitu bagaimana seorang pemimpin bangsa ini dapat mengayomi dan menjalankan tanggung jawab dengan tidak menghilangkan jiwa nasionalis didalam diri mereka dan memiliki tujuan yang konkret demi tercapainya kesejahteraan bangsa ini. Kita dapat mengambil contoh gaya kepemimpinan dwi tunggal pada masa itu. Dimana Bung Karno berkharismatik, sangat populis, suka keindahan, bertempramen dan meledak-ledak. Sedangkan Bung Hatta sangat menanamkan nilai kedisiplinan, tipe teknokratis dan moralis murni. Dengan memiliki gaya kepemimpinan yang saling berbeda diantara mereka, kesolidan dapat terjalin dan perlahan dapat membawa bangsa ini bebas dari belenggu penjajah. Gaya kepemimpinan yang melekat pada tiap individu biasanya terbentuk dari proses panjang berdasarkan lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan teman, lingkungan kampus, lingkungan pekerjaan, nilai-nilai yang diemban, dan pengaruh lainnya. Adapun menurut Teori Bawaan atau Heredity Theory mengenai teori keturunan atau bawaan. Sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor bawaan sejak lahir, dimana menjadi pemimpin tidaknya seseorang karena takdir semata. Pendiri pokok teori adalah orang-orang yang telah membawa bakat kepemimpinannyalah yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau kecakapan praktis tanpa dibarengi oleh teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk seseorang menjadi pimpinan.
  • 20. Apabila kita melihat generasi muda merupakan harapan bangsa ini untuk bangkit, karena pada umumnya mereka memiliki semangat yang bergejolak, ide dan kreativitas mereka yang terus digali, selain itu sebagai penggerak serta pendobrak pula . Bagi kalangan mahasiswa yang pekerjaannya sebagai aktivis kampus biasanya memiliki karakteristik yang disebutkan pada kalimat sebelumnya. Mereka biasanya mencari wadah untuk menggali bakat dan potensi ataupun mengasah soft skill yang mereka punya, misalnya mengikuti organisasi ekstra kampus ataupun internal kampus. Pada wadah tersebut mereka dapat memanfaatkan peluang sebagai pemimpin. Dan untuk mewujudkan visi dan misi bersama dalam suatu organisasi, kesolidan dan kedekatan emosional seorang pemimpin dengan bawahannya haruslah terjalin dengan sebaik mungkin. VII.3 Bangkitkan Budaya Nasionalisme Tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Makna bangkit memberi arti bahwa bangsa ini sedang berada pada posisi jatuh. Kebangkitan Nasional memberi makna bahwa bangsa ini sedang berada dalam keterpurukan secara nasional. Apakah memang seperti itu yang sedang kita alami? Ataukah Kebangkitan Nasional itu hanya sekadar nama atas apresiasi sejarah di masa silam? Disadari atau tidak, bangsa ini sedang berada dalam krisis identitas budaya. Apalagi, generasi muda saat ini – setidaknya di daerah asal saya – sudah banyak yang tidak mengerti bahkan tidak mengenal nilai-nilai luhur budaya bangsa. Mereka sudah tidak lagi memiliki identitas budaya. Kebudayaan Indonesia merupakan budaya-budaya daerah yang bersatu dalam naungan Ideologi Pancasila yang terintegrasi di bawah panji Bhinneka Tunggal Ika. Kebudayaan Nasional merupakan jati diri bangsa. Keberadaan Budaya Nasional menjadi ciri khas dalam menunjukkan performa kedaulatan bangsa di kancah internasional.
  • 21. VII.4 Peran Generasi Muda “Intelektual Muda” dan Kepemimpinan. Mengapa harus Kaum Intelektual Muda? Dengan kondisi yang ada sekarang, maka tidak heran di perlukan sebuah perubahan yang sangat mendasar, saya menyebutnya dengan istilah ―yang muda yang memimpin‖ untuk merubah semua hal yang mendasar guna membangun kembali sebuah karakter kepemimpinan bangsa yang lebih baik. Seperti kita ketahui bahwa diperlukan sesosok pemimpin yang bisa melakukan semua itu, maka tidak salah jika semua itu tertuju kepada sosok kaum intelektual muda yang di harapkan bisa menggantikan sosok – sosok dari generasi Tua yang dirasakan sudah kurang mengerti dengan tantangan yang ada sekarang ini. Ethics of Care atau etika kepedulian dari seseorang pemimpin ini sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat kita sekarang ini, tergambar jelas dari segala masalah yang timbul, para pemimpin generasi Tua sekarang kurang memperdulikan keadaan rakyatnya, kita bisa melihat itu dari semua relaitas yang terjadi akhir – akhir ini. Keadilan yang diperjual belikan sampai keterancaman kedaulatan Negara karena tidak adanya ketegasan dari seorang pemimpin. VII.5 Apa Tindakan Kaum Intelektual Muda? Kaum intelektual muda adalah generasi yang dilahirkan dalam suatu keadaan dimana mereka harus berfikir global dan dituntut untuk lebih bersaing dalam dunia global, mereka di besarkan dalam suatu situasi dimana mereka dihadapkan langsung dengan kenyataan yang berbeda jauh dengan yang dirasakan kaum Tua sebelumnya, dengan apa yang terjadi sekarang di Negara kita, maka merekalah kaum intelektual muda yang dibutuhkan Para kaum intelektual muda memiliki semua itu, dengan jiwa mereka yang muda, mereka membawa sebuah harapan baru bagi bangsa ini, seharusnya mereka para kaum intelektual muda di berikan kesempatan untuk membuktikan itu. Apa yang menjadi beban Negara ini haruslah di berikan kepada mereka yang memiliki ketegasan dalam memimpin, dengan segala pengalaman para kaum intelektual muda di kancah politik nasional maupun dalam dunia internasional, maka mereka pastilah mengerti apa yang harus mereka lakukan jika mereka menjadi seorang pemimpin.
  • 22. VII.6 Distorsi Regenerasi Kepemimpinan Hambatan terbesar yang terjadi sekarang adalah kurangnya kesempatan yang diberikan kepada kaum intelektual muda, hal ini di sebabkan karena mereka para kaum Tua yang sudah terstruktur dari mulai jabatan tertinggi di Negara ini sampai tingkat daerah. Para kaum Tua itu tidak menyadari dan cenderung mempertahankan kekuasaan mereka sebagai pemimpin. bahkan tidak jarang dari para pemimpin Tua ini sampai dengan mewariskan kepemimpinan mereka terhadap keluarga mereka guna mempertahankan kekuasaan, mereka mempersiapkan anak serta sanak saudaranya guna meneruskan kepemimpinan dan memakai segala cara agar mereka tetap mempertahankan kekuasaan itu. Semua realitas yang menjadi distorsi ini membuat para kaum intelektual muda yang memiliki kemampuan untuk memimpin terhalang oleh cara – cara seperti ini, kurangnya kesadaran dari para pemimpin tua tidak menyelesaikan masalah yang ada, mereka hanya menambah masalah dan masalah tersebut di wariskan bagi cucu mereka, strukturalisme yang seperti ini yang harus segera dihentikan VII.7 Young Leader Sekaranglah saatnya kaum intelektual muda yang membuat perubahan terhadap bangsa ini, dengan sebuah istilah ―Yang Muda Yang Memimpin‖ saya yakin bahwa kaum intelektual muda akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap bangsa ini. Dengan segala pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka pantas diberi kesempatan untuk menunjukan diri mereka bahwa mereka mampu berbuat yang lebih baik untuk bangsa ini, ini adalah menjdai tanggung jawab kita semua untuk memberikan kesempataan kepada mereka. Kita juga mengambil peranan besar dalam menghantarkan mereka untuk menjadi seorang pemimpin masa depan, oleh karena itu, dukungan kita bagi mereka sangatlah penting guna merubah struktur kepemimpinan yang ada sekarang yang dirasakan sudah tidak efektif dan kurang baik.
  • 23. Menjadi Indonesia Lantas apa kaitanya dengan menjadi Indonesia, penulis gambarkan dalam skema ―Perubahan Menjadi Indonesia‖ VII.8 Ask “Siapakah yang Sebenarnya Pantas Memimpin?” Melihat fakta dalam masyarakat, kemimpinan di Indonesia, sekarang ini dipandang sangat tidak bagus, sebagian besar masyarakat menunjukan sikap apatis terhadap banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpin negara, bahkan cenderung berlari ke arah yang berkebalikan alias melawannya, tanpa mau menelaah apa yang sebenarnya dipikirkan untuk kemajuan negara kita. Fakta ini sangat dipengaruhi oleh pandangan masyarakat terhadap kinerja pemimpin-pemimpin yang menjabat baik di tingkat daerah maupun di tingkat tertinggi kenegaraan, rasa puas masyarakat pun dipengaruhi oleh bagaimana cara pemimpin bersosialisasi dengan rakyat yang diwakilinya. Mungkin akan lebih baik bila diadakan pertemuan baik formal maupun non formal untuk bertukar pikiran mengenai masalah kepemimpinan Indonesia. Hal ini akan membantu melaksanakan program 5 tahun ke depan, meskipun pada akhirnya pemimpin atau presiden
  • 24. yang baru melaksanakan kepemimpinan dengan caranya sendiri. Dengan adanya pertukaran pikiran akan dihasilkan terobosan-terobosan baru dari ide-ide kepemimpinan yang hebat. Mungkin gagasan lain dapat ditinjau dari segi rehabilitatif mental bangsa, saasaranya adalah kaum muda. Kita dapat kembali memberikan pendidikan dini kepada para kaum muda yang nantinya akan mewarisi kepemimpinan negara Indonesia. Karena penanaman modal pada pendidikan kaum muda bangsa adalah investasi terbesar negara ini. Pendidikan kewarganegaraan lebih ditanamkan pada diri kaum muda, selain itu juga lebih ditanamkan sedikasi tinggi terhadap negara yang akan timbul dari ditanamkannya pemikiran cinta negara. Selain itu pendidikan kepemimpinan juga ada baiknya diberikan kepada setiap siswa. Saya sangat memberikan apresiasi positif atas usaha pemerintah untuk memberikan pelayanan dan fasilitas pendidikan di negara ini. Dari sinilah saya lihat banyak usaha dari pemerintah untuk membentuk mental bangsa dengan baik. Dari segi sumber dayanya sendiri dimaksudkan adalah kaum muda, kita juga mesti bersikap cerdas menghadapi tantangan zaman sekarang ini. Faktanya, banyak anak-anak muda justru menghabiskan waktun istirahatnya di malam hari untuk nongkrong dan melakukan kegiatan yang tidak berguna. Hanya mengikuti nalurinya sebagai manusia yakni melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat merasa senang dan nyaman. Padahal melihat kondisi Indonesia, tidak semua masyarakat tergolong masyarakat yang sehat secara ekonomi. Dan tak jarang banyak anak yang memaksakan dirinya hanya untuk mendapat gelar ―gaul‖. Siapakah kembali yang harus dipersalahkan ? Pergeseran kehidupan sosial atau pribadi yang tidak mampu menahan diri kita masing-masing. Setelah mendapatkan banyak dorongan dan semangat, banyak kaum muda yang semakin menyadari apa fungsinya di masa mendatang sebagai warga negara Indonesia. Kami akan semakin giat menuntut ilmu, tidak menyerah dalam kondisi apa pun, dan terus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Harusnya juga kami sebagai kaum muda mampu untuk melihat realita sosial kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga kami mampu merasa malu dan berkarya jika menemukan warga negara Indonesia pergi keluar negeri hanya untuk sekedar menjadi pembantu yang mendapatkan perlakuan tak layak. Sehingga kami juga mampu menjadi malu saat mengaku memiliki budaya yang diklaim bangsa lain namun pengetahuan kami jauh di bawah mereka yang mengklaimnya. Sehingga juga kami mampu untuk malu bila ternyata kami tidak hafal dengan Pancasila dan tak bisa berbangga dengan
  • 25. Indonesia Raya. Atau mungkin juga kami bisa malu bila menemukan pejuang-pejuang terdahulu hanya hidup dengan atap rotan. Dan pada akhirnya bila kami mampu bergerak atas realita pedih bangsa Indonesia, barulah pendidikan yang kami dapatkan sungguh-sungguh berguna. Dan saya pun berbangga menyebut diri sebagai pemimpin Indonesia. Dengan mengetahui realita kehidupan bermasyarakat, pernah merasakan kepedihan dengan turut serta di dalam kehidupan masyarakat lemah dan tersingkir, mental dan pikiran kaum muda pun mampu tergerak untuk mengubah kehidupan ini. Selain itu, dengan penah merasakan keprihatinan hidup, manusia lebih cenderung mengusahakan terhindarnya keprihatinan serupa terjadi pada orang-orang yang diwakilinya. Sehingga kecenderungan ini akan dibawa kelak saat menjadi pemimpin negara ini.
  • 26. VIII. POINT VIII.1 Leader is Talk Less, Do More ―Managers are people who do things right, while leaders are people who do the right thing‖. Itulah kutipan dari buku berjudul On Becoming a Leader karya ekonomi Warren Bennis. Seorang pemimpin bukan orang suruhan, yang melakukan sesuatu dengan baik. Tak diminta pun, pemimpin melakukan hal yang baik. Pemimpin melakukan hal-hal yang baik bukan untuk mendapatkan pujian atau mempertahankan citra dirinya. Jika pada akhirnya orang lain mengakuinya, hal itu adalah buah dari ‖pohon‖ hal baik yang sudah ditanamnya selama ini. ‖Seorang pemimpin bukan hanya butuh kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan emosional dan spiritual. Ia harus diuji,‖ imbuh anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Budiman Sudjatmiko Pengujian itu adalah dalam organisasi. Karena yang dibutuhkan negeri ini adalah pemimpin politik atau pemimpin bangsa, organisasi yang digunakan untuk menakar kepemimpinan seseorang adalah partai politik. Ia yakin, pemimpin muda akan lahir dari parpol. Kaum muda setidaknya harus memiliki tiga hal. Pertama, jiwa kepemimpinan. Kedua, jaringan dan pengalaman. Ketiga, sumber dana yang cukup. VIII.2 Revolusi Kepemimpinan Menyikapi kepemimpinan nasional yang tidak tegas dan lambat dalam menyelesaikan persoalan bangsa, harus ada revolusi kepemimpinan. Kita tidak bisa menyerahkannya kepada parpol saja, yang terindikasi korup. Menurut Anies Hidayah, kaum muda yang muncul saat ini justru dirusak oleh sistem politik sehingga terseret arus sistem yang korup. ‖Kita susah membangun profil tertentu dalam sistem seperti ini sebab memunculkan sosok muda yang memiliki kualitas pemimpin tak bisa tiba-tiba,‖ ujarnya.
  • 27. Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Anies Baswedan (42) di Jakarta pun mengakui, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin muda untuk menyegarkan pengelolaan negara, memperkuat demokrasi, sekaligus mempercepat usaha meninggalkan praktik buruk penyelenggaraan pemerintahan masa lalu. Untuk itu, kaum muda diharapkan terus memperkenalkan diri, mematangkan kinerja untuk rakyat, dan bersiap menerima amanah memimpin bangsa ini saat diperlukan. Anies Baswedan yang menjadi rektor sejak tahun 2007 juga memelopori Gerakan Indonesia Mengajar. Gerakan ini telah mengirimkan 120 pemuda untuk menjadi guru di sekolah terpencil di 120 kabupaten. VIII.3 Memimpin Dengan Hati ―Nasionalisme hanyalah sebuah kata-kata kosong yang takkan pernah berarti sampai kita sebagai generasi bangsa mau mengisinya dengan gagasan, sikap kritis, pengalaman, dan harapan untuk mewujudkan kata nasionalisme itu lebih bermakna.‖ Tetapi semakin lama rasa nasionalisme yang dulu begitu tinggi tentang sebuah kemerdekaan mulai memudar, entah dikarenakan oleh apa. Sebagai contoh, bendera pusaka Merah Putih yang merupakan lambang dari Republik Indonesia tercinta ini sudah mulai dilupakan oleh sebagian masyarakat kita. Miris sekali rasanya jika melihat bendera merah putih tidak berkibar dengan eloknya dibegitu banyak rumah orang asli Indonesia apalagi di saat perayaan kemerdekaan ke-64. Entah apa yang menyebabkan hal itu, mungkin mereka berpikir ―Apa sih pentingnya ngibarin bendera merah putih, gak juga ada artinya!‖. Salah besar mereka yang berpendapat demikian, secara tidak sadar mereka telah mengikis rasa nasionalisme dalam dirinya. Hal ini dikarenakan bendera pusaka merah putih merupakan simbol atau lambang yang menggambarkan bagaimana awalnya bangsa Indonesia menunjukkan kemerdekaannya, dengan darah dan semangat yang gigih akhirnya bendera merah putih pun dapat berkibar dan menjadi lambang kebanggaan sejati bangsa Indonesia. Tetapi, coba kita bayangkan bersama jika setengah bahkan lebih dari masyarakat Indonesia berpendapat dan berpola pikir sama yang menganggap bendera merah putih hanyalah sebagai hiasan semata tanpa ada makna yang berarti , maka hancurlah Indonesia.
  • 28. Mari kita renungkan kembali makna kepemimpinan yang sejati. Kepemimpinan sering diartikan oleh banyak orang sebagai sebuah jabatan formal yang justru menuntut seseorang untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayanai. Sekarang, banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah namun kenyataannya sedikit sekali bahkan hampir bisa dikatakan tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinannya dari hati, yakni kepemimpinan yang melayani. Pemimpin yang melayani dimulai dari dalam diri sendiri. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati yang dapat diterima oleh rakyat yang dipimpinnya sehingga hubungan ini akan terus berlanjut dan pada akhirnya akan membentuk karakter pemimpin nasionalis yang sejati. Pemimpin yang melayani harus memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimipinnya. Seorang pemimpin juga harus memiliki sifat akuntabilitas yang berarti seorang pemimpin sejati harus penuh dengan rasa tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran, dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap individu yangg dipimpinnya. Pemimpin yang melayani dengan hati juga harus memiliki metode kepemimpinan yang efektif, yang dapat dimulai dengan menunjukkan visi dan misi yang jelas. Visi ini merupakan daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan yang mendorong terjalinnya suatu proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi dari berbagai keahlian pribadi-pribadi yang ada di dalam lembaga kepemimpinan tersebut. Timbul suatu pertanyaan, apakah kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan di Indonesia?. Jawabnya mudah, ‖sangat bisa‖. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan umumnya bersifat patriarkat, maka contoh prilaku yang diberikan oleh pemimpin (orang yang dihormati) akan selalu dicermati kemudian langsung diikuti oleh orang yang dipimpinnya. Sebenarnya kondisi ini memudahkan seorang pemimpin melakukan dorongan untuk menggalakkan budaya melayani namun dalam praktiknya sehari-hari perlu contoh pelaksanaan yang nyata terutama dimulai dari kesadaran para pemimpin. Penerapan sikap
  • 29. kepemimpinan yang melayani ini harus selalu dipantau oleh masyarakat sebagai pengawas kebijakan sosial yang netral. Selain sifat melayani, kita rakyat Indonesia juga membutuhkan pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis yakni pemimpin yang menempatkan manusia sebagai faktor utama dan yang terpenting dalam setiap kelompok masyarakat. Pendominasian oleh perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya kepemimpinan ini diwarnai dengan usaha untuk mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (relationship) yang lebih efektif berdasarkan prinsip saling menghormati dan saling menghargai antara yang satu dengan yang lain. Kepemimpinan dengan gaya yang demokratis dalam mengambil setiap keputusan sangat mementingkan musyawarah, dengan demikian dalam setiap pengambilan keputusan tidak dirasakan sebagai suatu kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua akan merasa terdorong untuk menyukseskan keputusan tersebut sebagai sebuah tanggung jawab bersama. Setiap anggota kelompok masyarakat akan merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan diri sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama. Inilah saat yang tepat buat seluruh pemimpin negeri untuk mulai buka mata dan buka hati, melihat saudara-saudara kita yang jauh kurang beruntung dari segi materi. Mulailah dari sekarang kita untuk belajar peduli dengan nasib saurdara-saudara kita sebangsa dan setanah air, jangan dibiarkan rasa persatuan dan kesatuan serta rasa nasionalisme kita terkikis sehingga merugikan bangsa ini. Sadarilah akan pentingya rasa nasionalisme dalam suatu negara, siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah bersusah payah memberikan kemerdekaan yang mutlak kepada kita jika bukan kita sendiri para generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin masa depan, lakukanlah sesuatu untuk memajukan bangsa ini, jangan terus meremehkan, mengkritik bangsa ini tanpa ada solusi yang jelas. Sudah bukan waktunya lagi buat kita memecah belah persaudaraan yang telah terjalin begitu erat, jangan lupakan faktor pengikat keutuhan nasional bangsa kita yakni Bhinneka Tunggal Ika, tetaplah menjadi masyarakat yang terus berpegang teguh pada prinsip gotong royong. Belajarlah dari pengalaman para pahlawan bahwa saat mengusir penjajah, persatuan dan kesatuan serta semangat nasionalisme yang terus berkobar di dalam diri tiap pahlawan telah membuat bangsa ini bisa menjadi lebih kuat dan akhirnya mampu merdeka.
  • 30. Seperti yang dikatakan Theodore Roosevelt :‖ jangan pernah bertanya apa yang telah negara berikan untuk kita, melainkan tanyalah pada diri kita sendiri, apa yang telah kita perbuat untuk kemajuan negara kita.‖ Satu hal yang harus kita ingat bersama, kita semua bangsa Indonesia, kita semua bersaudara, kita semua satu atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, semangat dan rasa nasionalisme akan dapat kita wujudkan apabila kita mau bekerja sama. Bangkitlah pemimpinku jadilah pemimpin sejati yang memimpin dengan hati.
  • 31. IX. Kepemimpinan Profetik : Alternatif Krisis Kepemimpinan IX.1 Kepemimpinan Profetik ? Dalam teori kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Collins, seorang pemimpin profetik berada pada level 5 jika tipe-tipe kepemimpinan tersebut diibarkan memiliki jenjang. Level 5 merupakan level tertinggi dari level kepemimpinan yang ada. Dalam level tersebut seseorang dikatakan menjadi seorang great leader karena orang-orang yang berada di bawah kepempinannya mengikuti disebabkan siapa sebenarnya pemimpinnya dan apa yang ia berikan bagi orang-orang disekitarnya (people follow because of who you are and what you represent). Dalam level ini, pemimpin akan membangun iklim trust and respect di antara orang-orang di sekitarnya. Dalam level ini pula segala energi dan ―vektor-vektor‖ potensi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya menghasilakan resultan positif yang tidak saja baik bagi diri si pemimpin tersebut tetapi juga baik bagi semua anggota dalam area kepemimpinannya. Seorang pemimpin profetik bukan lagi bermain pada ranah emosional, tetapi ranah spiritual yang memacu orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya untuk senantiasa memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Hal itu bukan tanpa alasan mengingat ia sendiri memiliki ―naluri‖ yang sama yakni melayani dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang-orang di sekitarnya. Pemimpin profetik dengan tulus ikhlas berkarya dalam kesunyian dan bekerja keras demi mencapai kualitas yang telah ditetapkan. Pelajaran permulaan Dari dua kisah nyata kesuksesan dalam diri seorang pemimpin profetik itu, ada beberapa intisari yang bisa dijadikan renungan bagi calon pemimpin. Seorang pemimpin adalah ―pelayan‖ bagi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya seperti yang dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Servant leadership tidak berarti menjadikan harkat dan derajat pemimpin tersebut menjadi lebih rendah dari pemimpinnya. Berdasarkan paradigma kepemimpinan yang dipaparkan di depan, Collins menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan yang terbaik adalah level 5 yang di antara contohnya adalah servant leadership.
  • 32. Contoh servant leadership menjadi pemimpin tidak berarti harus dilayani dan dipenuhi segala kebutuhannya. Kontradiksi dengan pandangan bahwa menjadi pemimpin akan mudah mendapat segala tunjangan dan berbagai kemudahan seperti akses-akses yang tidak didapatkan oleh orang biasa. Pada kasus kedua, seorang pemimpin hendaklah menjadi contoh dengan mereformasi pribadi dari pemimpin itu sendiri. Seseorang tidak akan membentuk dan mengkader orang lain ketika ia belum selesai dengan dirinya sendiri. Lalu bagaimana mengembangkan tipe kepemimpinan profetik yang sudah terbukti menghasilakan pretasi gemilang tidak hanya dipandang dari segi keberhasilan materil tetapi juga keberhasilan sikap dan akhlak pemimpin. Jalan menuju kepemimpinan profetik Di sinilah peran pemuda diuji sebagai objek dan subjek dari tipe kepemimpinan itu. Model-model tipe kepemimpinan profetik pertama kali dibangun dengan membangun kualitas unggul pribadi dari pemimpin itu2. Kualitas soft skill menjadi prasyarat utama dalam transformasi kepemimpinan profetik. Kualitas soft skill tersebut di antaranya adalah pemahaman yang konfrehensif, moderat, dan inklusif; kepribadian yang matang; serta kepedulian terhadap kehidupan bangsa dan negara. Seorang pemimpin haruslah sehat baik itu jasmani, rohani dan fikir. Dalam hal ini, output dari personal mastery adalah mempunyai kepribadian yang matang itu. Dan tentu saja prasyarat terakhir adalah pemimpin harus tahu akar masalah yang sedang dihadapi oleh daerah kepemimpinannya, yang dalam hal ini dapat diartikan pengetahuan akan masalah-masalah bangsa dan negara. Pada akhirnya menghasilkan keluaran berupa pemimpin yang kredibel dan kompeten. Kredibel di sini maksudnya adalah jujur dan berintegritas serta dapat dipercaya. Hal itu bisa dicapai ketika pemimpin mempunyai sifat-sifat ilahiyah. Sementara itu, kompeten di sini berarti memiliki solusi yang cerdas dan komunikatif serta inspiratif. Segala proses tersebut pada akhirnya akan bermuara pada satu keran yakni kemampuan respect dan trust. 2 Buku Pedoman dan Sistem Manajemen Pembinanaan Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri 2008-1010
  • 33. IX.2 Kepemimpinan Pribadi Membentuk Kepemimpinan Bangsa Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Terdapat nasehat tentang siapa yang harus ditiru, apa yang harus diraih, apa yang harus dipelajari, apa yang harus diperjuangkan, perlu tidaknya pendelegasian, perlu tidaknya berkolaborasi, pemimpin- pemimpin rahasia, kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan, bagaimana meraih kredibilitas, bagaimana menjadi pemimipin yang otentik, dan sembilan hukum alam kepemimpinan. Pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata. Salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti Melayani. Konsep utamanya ialah bahwa, apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap melayani orang lain. Melalui buku ― konsep SERVE3 dijelaskan secara singkat tapi lugas. SERVE sendiri merupakan singkatan dari lima kata kunci yaitu: S- See the Future (Melihat Masa Depan) E- Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) R- Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus) V- Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan) E- Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Huruf pertama S- See the Future mempunyai makna bahwa para pemimpin harus bersedia dan sanggup membantu orang-orang yang mereka melihat tujuannya, dan juga 3 The Secret – Rahasia Kepemimpinan‖ oleh Ken Blanchard dan Mark Miller
  • 34. keuntungan-keuntungan melangkah kearah sana. Setiap orang perlu melihat dirinya, kemana mereka pergi, dan apa yang akan menuntun perjalanan mereka. Huruf kedua E dalam SERVE menjelaskan bahwa Engange and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) ada dua hal yaitu pertama, merekrut atau memilih orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Itu berarti mempunyai pemain-pemain yang tepat dalam suatu tim. Kedua, lakukan apapun yang diperlukan untuk melibatkan hati dan kepala orang-orang tersebut. Dalam sejarah, banyak pemimpin telah menggunakan tangan dan yang lain tidak sama sekali. Barangkali dari sanalah istilah hired hands (orang upahan) berasal. R singkatan dari Reinvent Continuously. Disinilah nilai kreativitas pemimpin dilihat. Pemimpin harus bersedia menemukan kembali setidaknya ada tiga tahap. Tahap pertama, bersifat pribadi. Beberapa pertanyaan utama yang harus diajukan adalah ―Bagaimana saya belajar dan tumbuh sebagai seorang pemimpin? ―Apa yang saya lakukan untuk mendorong orang-orang dalam kelompok saya agar terus menerus belajar dan menemukan kembali diri sendiri?. Tingkat penemuan kembali yang kedua adalah sistem dan proses. Pertanyaan untuk diri sendiri dan anak buah kita adalah ―Bagaimana kita melakukan pekerjaan tersebut?‖ Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Perubahan apa saja yang akan meningkatkan kemampuan kita untuk melayani pelanggan dan juga satu sama lain? Akhirnya yang ketiga, melibatkan struktur organisasi iu sendiri. Pertanyaan yang baik yang diajukan disini adalah,‖ Perubahan struktur mana saja yang perlu kita tempuh untuk menjadi lebih efisien dan efektif?‖ Huruf V adalah singkatan dari Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan) Kita harus menghargai pelanggan kita lebih dahulu, dan nilai itu akan menuntun perilaku kita dan menjamin keberhasilan kita terus menerus. Apa yang tidak dimengerti kebanyakan orang ialah bahwa mereka dapat meraup hasil keuangan yang lebih tinggi kalau mereka mempunyai hubungan yang baik. Memimpin pada tingkat yang lebih tinggi mencakup hasil maupun hubungan. Huruf E terakhir ialah Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Kalau kita kehilangan kredibilitas sebagai pemimpin, potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Kita harus melakukan lebih daripada sekedar merumuskan nilai-nilai tersebut, kita tidak boleh hanya mengucapkannya, kita harus memperlihatkannya. Semua kepemimpinan sejati dibangun di atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui. Kalau
  • 35. dikatakan bahwa pelanggan adalah penting, tindakan-tindakan kita seharusnya lebih mendukung pernyataan tersebut. Jika kita memilih untuk hidup seolah-olah pelanggan tidak penting, orang-orang akan mempunyai alasan untuk mempertanyakan kelayakan kita untuk dipercaya. Maka, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan. Dan ini akan memberikan perubahan yang besar. Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara Amerika Serikat: ‖ I don‗t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time. ‖ —General Ronal Fogleman, US Air Force— Setiap orang memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Ada sebuah jenis kepemimpinan yang disebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki empat makna.  Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup tinggi.  Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.  Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‗chi‗ – bahasa Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-
  • 36. nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management). Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi — qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin. Kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan singkat menjadi 3C , yaitu: 1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change) 2. Visi yang jelas (clear vision) 3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence) Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan). Jalan orang yang ditempatkan selaku pemimpin tidaklah mudah. Tetapi mereka harus melihat dalam setiap kesulitan suatu panggilan untuk bersungguh-sungguh. Para pemimpin tidak boleh gagal meminta nasihat yang akan disanggupkan untuk berdiri teguh melawan pengaruh-pengaruh najis dan melihat yang benar dari yang salah, yang baik dari yang jahat. Pemimpin akan menyetujui apa yang hikmat setujui, dan akan berjuang dengan sungguh- sungguh melawan masuknya prinsip-prinsip yang salah ke dalam pekerjaan. Para Pemimpin akan menjadi bijaksana jika memutuskan untuk datang kepada kebijaksanaan. Kepemimpinan dengan sungguh-sungguh merendahkan hati, mengosongkan jiwa dari ketinggian diri, dan membuang kekurangan-kekurangan alami dari karakter serta mengalahkan keinginan terhadap kepentingan diri maka akan membawa suatu arti yang bermakna guna bagi segala sesuatu yang dipimpinnya.
  • 37. Akhirnya, inilah saatnya para pemimpin memiliki kepemimpinan yang benar dan jelas. Di Indonesia memiliki hukum yang lemah oleh karena pengaruh pemimpin masih besar sehingga hukum tidak bisa mengatur para pemimpin melainkan pemimpin yang mengatur hukum dan ini menyebabkan masalah besar jikalau ada pemimpin yang tidak memiliki pola dan jiwa kepemimpinan yang benar dan jelas. Oleh sebab itu, cobalah para pemimpin belajar tentang kepemimpinan yang bisa membentuk kepemimpinan Bangsa Indonesia yang tidak goyah oleh apa pun dan semakin berdiri teguh atas setiap guncangan yang terjadi. Dalam essai ini telah diuraikan bahwa kepemimpinan jangan dilihat dari sebuah jabatan dan pangkat serta juga bukan seberapa besar kekuasan yang dimiliki untuk menguasai orang lain. Tetapi didalam essai ini menjelaskan dasar bahwa kepemimpinan itu dimulai dari diri sendiri dimana memiliki karakter yang tangguh, pemikiran serta visi yang jelas, dan kompetensi yang tinggi. Tidak hanya itu, kepemimpinan pun hari memiliki jiwa ―serve‖ /‖ melayani‖ yang adalah tiang utama dari kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan adalah menunjukkan suatu keunggulan dari para pemimpin dan membuktikan kepercayaan yang diberikan untuk memimpin dengan melayani bukan dilayani. Didalam Undang-Undang Tentang Kepemudaan Bab1 Pasal 1 Bagian 7 menyatakan ―Pengembangan kepemimpinan pemuda adalah kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta penggerakan pemuda.‖ Dalam hal ini yang terutama adalah ―keteladanan‖ dalam kepemimpinan. Oleh sebab itu, keteladanan tidak bersumber dari luar melainkan dari dalam diri pemimpin itu sendiri. Dengan demikian kembali dalam pembahasan essai ini bahwa betapa pentingnya menumbuhkan kualitas kepemimpinan pribadi yang akan dapat mempengaruhi akan pergerakan bangsa Indonesia berkualitas yang disebabkan kepemimpinan pemimpin yang berkualitas pula. Satu hal yang tidak bisa dilupakan bahwa kepemimpinan dari para pemimpin tidak bisa lepas dari apa yang mereka pimpin. Sehingga, bagaimana yang dipimpin itu adalah bagaimana sang pemimpin itu. Dengan ini, harapan kita semua untuk Indonesia adalah menjadi Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan bangsa yang berwibawa dan berarti serta berkualitas. Maka, ketika ada pertanyaan apa itu Indonesia?dengan percaya diri memberitahukan Pemimpin bangsa Indonesia yang mempunyai kepemimpinan pribadi membentuk kepemimpinan Bangsa Indonesia. Dan Indonesia adalah ―Pemimpin.
  • 38. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Tetapi yang terjadi pada saat ini rakyat Indonesia tengah mengalami krisis kepercayaan kepada pemimpinnya. Hal ini terjadi karena kekecewaan yang dialami rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia merindukan sosok pemimpin yang mereka idam-idamkan. Mereka terus mencari pribadi-pribadi yang layak untuk menjadi seorang pemimpin. Tatkala tidak ditemukan satupun yang dinilai memenuhi syarat seperti yang dikonsepsikan, maka optimisme itu berubah menjadi pesimisme. Keadaan seperti ini menyiratkan fakta bahwa rakyat Indonesia menyadari kondisi buruk ini diakibatkan oleh ulah pemimpinnya sendiri. Mereka menganggap bahwa para pemimpin gagal mengemban kewajiban sebagai seorang pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir visinya. Sedangkan kepemimpinan adalah hubungan yang erat antara seorang dengan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan itu ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan yang mengikutinya disebut yang dipimpin. Ralph Waldo Ericksson, ― Yang membawa martabat bangsa dan membangun tonggak bangsa menjulang tinggi adalah orang-orang yang berani mengambil resiko ketika yang lain mundur, dan mereka yang bekerja keras ketika yang lain sedang tertidur…‖ ―Biarkan dunia merubahmu, Maka engkau akan mampu merubah dunia!‖ -Ernesto “Che” Guevara. Dalam Motorcycle Diaries Menutup tulisan ini penulis tertarik untuk menampilkan pendapat Deddy Mizwar yang menurutnya, ‖Bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah dan senang melihat orang lain senang. Bangkit itu mencuri, mencuri perhatian dunia dengan prestasi. Bangkit itu
  • 39. marah, marah jika martabat bangsa dilecehkan. Bangkit itu tidak ada, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus asa. Bangkit itu aku. Aku untuk Indonesiaku. 2. Kritik Kebangkrutan akan sosok pemimpin yang diharapkan bisa memenuhi semua kehendak masyarakat akan keadilan, kesejahteraan, dan keamanan yang di butuhkan oleh bangsa ini menjadi hal yang serius dan sangat mendesak. Semua ini tidak semata – mata karena faktor umur para pemimpin kita yang sudah Tua melainkan kepemimpinan yang sudah tidak efektif dan cenderung tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin sebagaimana mestinya. Generasi Tua yang memimpin sekarang cenderung kurang bisa memahami keinginan masyarakat dan tuntutan zaman di era global ini, para pemimpin Tua seperti terkurung dalam cara berfikir konvensional. Dengan demkian harus ada yang mengganti sebuah dinasti kepemimpinan Tua oleh sebuah sosok kaum intelektual muda yang bisa menjawab atas segala tantangan global dan semaksimal mungkin memenuhi akan semua keinginan masyarakat. 3. Saran Sekaranglah saatnya kaum intelektual muda yang membuat perubahan terhadap bangsa ini, dengan sebuah istilah ―Yang Muda Yang Memimpin‖. Dengan segala pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka pantas diberi kesempatan untuk menunjukan diri mereka bahwa mereka mampu berbuat yang lebih baik untuk bangsa ini, ini adalah menjadi tanggung jawab kita semua untuk memberikan kesempataan kepada mereka. Kita juga mengambil peranan besar dalam menghantarkan mereka untuk menjadi seorang pemimpin masa depan, oleh karena itu, dukungan kita bagi mereka sangatlah penting guna merubah struktur kepemimpinan yang ada sekarang yang dirasakan sudah tidak efektif dan kurang baik. Secara keseluruhan dari apa yang dimiliki bangsa kita untuk masa depan yang lebih baik bukanlah sebuah permainan, dengan demikian, menjadikan para kaum intelektual muda yang kompeten untuk menjadi pemimpin adalah suatu terobosan untuk merubah bangsa ini, dan sebuah istilah ―Yang Muda Yang Memimpin‖ semoga tidak hanya menjadi sebuah jargon dan penyemangat kita saja, tetapi juga kita harus membuat sebuah istilah ini menjadi sebuah kenyataan untuk bangsa besar kita, bangsa Indonesia.
  • 40. Daftar Pustaka Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003 Jhon Adair, Cara Menumbuhkan Kepemimpinan, 7 prinsip Kunci Penbgembangan Kepemimpinan Yang Efekti, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2007 K Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007 Mahmuddin Muslim, Jalan Panjang Menuju KPTPK, Gerakan Rakyat Antkorupsi Indonesia (GeRAK), Jakarta, 2004 Mirian Budiardjo, Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta: Sinar Harapan, 1984 Peter Eigen, Pengantar, dalam Jeremy Pope. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003 Rupert Eales White, The Effective Leader, Empat bakal Sederhana Menjadi Pemimpin Profesional, Yogyakarta: Diva Press, 2004 Saldi Isra. Antikorupsi: Nasionalisme Baru Indonesia. Media Indonesia, 18 Mei, Jakarta, 2005 Sarlito Wirawan Sartono, Psikologi Sosial, Individu dan Teori – teori Psikologi Sosial, Jakarta: Balai Pustaka, 2005