SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 285
Baixar para ler offline
MASTER PLAN PENDIDIKAN
   KABUPATEN BANDUNG
              2008-2025




      2007
KATA PENGANTAR

       Bismillah-Alhamdulillah… Sungguh tidak dapat disangkal lagi
bahwa manusia pada saat dilahirkan ke dunia, merupakan sosok
makhluk yang paling tidak berdaya. Tidak berdaya, karena harus diajari
oleh Sang Ibu agar dapat membuka mulut, menetek, bicara, berdiri dan
berjalan, mengenal simbol-simbol benda yang ada di sekelilingnya, dan
diajari pula keterampilan praktis sampai tata pergaulan dengan manusia
lainnya. Itulah pendidikan. Sesungguhnya, di mana pun proses
pendidikan terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai
yang dalam, karena jika mambicarakan pendidikan pada hakekatnya
membicarakan martabat serta nilai-nilai kemanusiaan. Namun ternyata,
belakangan lembaga pendidikan yang namanya ‘sekolah’ ini hanya
menyediakan waktu yang sangat terbatas, dan penuh dengan aturan
yang ketat.
       Seiring perkembangan jaman, dimana pengetahuan dan
keterampilan yang harus dipelajari bertambah dan berkembang semakin
kompleks, kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai
diformalkan dalam bentuk apa yang sekarang dikenal dengan
persekolahan. Dan ‘sekolah’ tersebut cenderung dianggap sebagaii
satu-satunya wadah pembelajaran generasi. Padahal pengetahuan dan
keterampilan untuk bekal hidup dan kehidupan tidak hanya didapat dan
dipelajari di ‘sekolah’, di luar ‘sekolah’ pun jauh lebih banyak.
       Akibat kompleksitas dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi yang
disebut ‘sekolah’ tersebut, sering diidentikkan dengan pendidikan.
Tatkala membahas sistem pendidikan cenderung yang dibahas sistem
persekolahan. Membicarakan pengelolaan pendidikan, yang dibahas
terbatas pada pengelolaan sekolah. Dan ketika merencanakan
pendidikan, ternyata hanya merencanakan sekolah. Akibatnya,
paradigma pendidikan yang begitu universal hanya dipandang secara
terbatas, dan lebih banyak adaptif daripada inisiatif. Akhirnya, sistem
pengelolaan pendidikan pun lebih banyak tergantung pada sistem politik
yang dianut dalam menyelenggarakan pemerintahan.
       Pandangan tentang pendidikan seperti itu tidaklah mengherankan
karena memang beranjak dari asumsi yang hanya sebatas itu. Namun,
upaya pendidikan yang didasari pada pandangan seperti itu, ternyata
tidak cukup membawa masyarakat kita ke arah tujuan-tujuan pendidikan
yang universal. Gejala denka-densi moral bukan saja terjadi pada
generasi muda, bahkan terjadi pada pada generasi tua. Diakui atau
tidak, denka-densi moral tersebut merupakan sebagian dari kegagalan-
kegagalan yang dicapai proses pendidikan selama ini. Karena itu, untuk
melakukan perencanaan dalam pendidikan, tidak cukup hanya sekedar
latah karena alasan-alasan politis.
      Baru saja bangsa ini membenahi segala kemelut akibat ‘huru-hara’
menggulingkan tirani pemerintahan, sekarang harus pula berkemas
dengan segala ‘sampah-sampah’ yang dibawa arus globalisasi. Belajar
dari pengalaman, kita pun maklum bahwa setiap permasalahan yang
kita hadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan tingkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Dari sejarah peradaban pula kita dapat
menyimpulkan bahwa hanya manusia yang berkualitaslah yang mampu
berperan dalam kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM harus
segera diupayakan secara terencana, terorganisasi, terarah, dan
terkendali.
      Peningkatan kualitas SDM ternyata tidak bisa dilakukan tanpa
melalui pendidikan, dan karenanya melalui peningkatan kualitas
pendidikanlah kualitas SDM dapat ditingkatkan. Menyadari betapa
pentingnya peningkatan kualitas pendidikan tersebut, pemerintah
Kabupaten Bandung telah melakukan berbagai upaya, dan berbagai
kebijakan telah dilaksanakan. Namun, sepertinya tetap saja belum
berhasil membawa masyarakat Kabupaten Bandung memenangkan
persaingan dengan masyarakat lainnya, baik di lingkungan regional,
nasional atau masyarakat internasional.
      Kenyataan tersebut di antaranya disebabkan oleh pendekatan
dan metode pembangunan yang selalu mengarah pada input oriented
dan macro oriented. Pendekatan input ditunjukkan hampir pada semua
kebijakan yang dengan keyakinan akan menghasilkan output yang
berkualitas. Tetapi pada kenyataannya, pendekatan dan metode itu
hanya efektif di lingkungan ekonomi dan bisnis. Sedangkan pendektan
makro, ditunjukkan oleh manajemen yang terpusat. Perencanaan
pendidikan yang didasarkan pada proyeksi secara makro, pada
kenyataannya sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar
yang dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat kelembagaan
satuan pendidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan
pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut
pendektan dan metodologi pembangunan, maupun kebijakan stratejik
dalam pelaksanaan pembangunan.
      Berdasarkan pemikiran tersebut tampaknya cukup memberi
alasan, mengapa Pemerintah Kabupaten Bandung memerlukan adanya
Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan. Rencana Induk ini sangat
penting artinya sebagai dokumen perencanaan dalam pembangunan
pendidikan yang memberikan pedoman bagi para pengelola
pendidikan       dalam     menyusun     rencana-rencana       strategis
penyelenggaraan pendidikan, baik yang menyangkut bidang-bidang
garapan pendidikan yang menjadi kewenangan masyarakat dan
pemerintah daerah, maupun untuk proses-proses pengelolaan pada
setiap jalur, jenjang dan jenis kelembagaan satuan pendidikan.
      Ahkir kata, kepada Allah SWT jualah kita bersyukur, dengan diiringi
do’a, semoga upaya-upaya yang kita rencanakan dalam dokumen ini
merupakan bagian dari ihtiar dan ijtihad untuk mendapat ridho-Nya. Dan
semoga pula dalam pelaksanaannya mendapat petunjuk dan
pertolongan serta kemudahan-kemudahan dalam memperoleh hasilnya.
Amiin…
                                                Bandung, November 2007
                                                            TIM PERUMUS
Badan Perencanaan Daerah
                                Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                            Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

                    MASTER PLAN PENDIDIKAN
               KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025

                           (Ringkasan Eksekutif)

A. PENDAHULUAN
    Secara filosofis tanggungjawab pendidikan melekat pada keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Dalam kontek rumah tangga negara
pendidikan merupakan hak setiap warga negara, maka di dalamnya
mengandung makna bahwa negara berkewajiban memberikan layanan
pendidikan kepada warganya. Karena itu pengelolaan sistem
pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara
bermutu, efektif dan efisien. Pelayanan pendidikan harus berorentasi pada
upaya peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga
masyarakat. Dalam konteks inilah Pemerintah Kabupaten Bandung
memiliki kewajiban dan tugas dalam memberikan pelayanan
pembangunan pendidikan bagi warganya sebagai hak warga yang harus
dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Demikian pula bahwa
pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung merupakan fondasi
untuk melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang lainnya
mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah untuk
membangun potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku
pembangunan diberbagai bidang pembangunan lainnya.
     Dalam setiap upaya pembangunan, penting untuk senantiasa
mempertimbangkan karatkteristik dan potensi setempat. Dalam kontek ini,
masyarakat Kabupaten Bandung yang mayoritas suku Sunda memiliki
potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis
falsafah kehidupan masyarakat Sunda yang telah diakui mengandung
makna yang mendalam adalah Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer.
Dalam kaitan ini filosofis tersebut harus dijadikan pedoman dalam
mengimplementasikan setiap rencana pembangunan termasuk dibidang
pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani.
Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah tamah bertatakrama. Bener
yaitu jujur, amanah, penyayang dan taqwa. Pinter artinya memiliki ilmu
pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah upaya
untuk mewujudkan falsafah tersebut maka ditempuh pendekatan social
cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir
peran aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan yang digulirkan
pemerintah.
     Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945 diperjelas
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional,  menyatakan     bahwa      “pendidikan   nasional berfungsi

Ringkasan Eksekutif                                                              1
Badan Perencanaan Daerah
                               Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                           Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
      Filosofis dalam penyusunan Master Plan dijiwai oleh cita-cita luhur
sebagaimana rumusan yang termaktub dalam amanat konsititusi tersebut.
Master Plan pendidikan ini sebagai acuan/pedoman bagi para
pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
pembangunan manusia yang berilmu, berpengetahuan, mampu
membangun dan menguasai teknologi, serta berdaya saing, yang
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dokumen tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana
implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung.
B. MASALAH YANG PERLU DIBENAHI
   1. Pendidikan Formal
      Sebagai gambaran umum data menunjukan bahwa pencapaian
APM SD/MI pada tahun 2006 adalah 97,45%. APM SMP/MTs tahun 2006
mencapai 69,38%. APM SMA/SMK sederajat pada tahun 2006 mencapai
25,36%. APK SD/MI sederajat tahun 2006 110,14%, APK SMP/MTS pada 2006
mencapai 89,12%. APK SMA/SMK sederajat pada 2006 menjadi 31,25%.
Peningkatan RLS 2006 mencapai 9,53. AMH pada 2006 menjadi 98,26%.
Pada jalur pendidikan nonformal pun, masih rendahnya jumah warga
belajar yang mengikuti layanan program pendidikan kesetaraan (Paket A,
B, dan Paket C). Di samping itu, masih rendahnya jumlah anak luar biasa
(ALB) yang membutuhkan layanan pendidikan yang setara dengan
pendidikan formal.
       Persoalan lain adalah masih ditemukan ketimpangan dari mutu
pendidikan antara lain: (1) masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak
di SD/MI dan SMP/MTs, SMA/SMK/MA sehinga Kabupaten Bandung masih
menduduki peringkat kedua terbanyak jumlah sekolah yang rusak di Jawa
Barat; (2) Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan
tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah yang bervariasi, tidak
berdasarkan standarisasi; (3) Masih lemahnya managemen aset oleh
pemerintah daerah sehingga masih banyak fasilitas pendidikan yang
belum memiliki bukti hukum; (4) Masih banyaknya sekolah yang
kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif sehingga menyulitkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran; (5) Masih lemahnya sistem
manajemen SDM guru dan tenaga pengelola kependidikan, terutama
dalam pola rekrutmen, seleksi, penempatan dan pendistribusian,
pembinaan karier, kesejahteraan dan remunerasi, serta pemberhentian

Ringkasan Eksekutif                                                             2
Badan Perencanaan Daerah
                              Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

tenaga guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya yang sering keliru; (6) Masih belum meratanya
distribusi guru SD di wilayah Kabupaten Bandung. Jika dilihat dari rasio
murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan
dan kekurangan guru kecamatan lainnya; (7) Masih kurangnya guru untuk
beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SLTP dan SLTA kekurangan guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan BP; di tingkat
SMU/SMK kekurangan guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika,
Biologi, Lingkungan Hidup dan BP; (8) Masih rendahnya tingkat
kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya; (9) Kurikulum
pendidikan yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang kontekstual,
sehingga kurang memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan
murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius,
bekal kecakapan hidup (life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni
budaya lokal, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek
pembentuk karakter bangsa sering terabaikan; (10) Masih sulitnya
mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah yang berorientasi pada
potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat
daerah, nasional maupun untuk pasar kerja internasional; (11) Masih
tingginya angka putus sekolah pada beberapa kecamatan yang tingkat
geografisnya sulit untuk dijangkau, sehingga turut menyebabkan perilaku
destruktif dan gangguan keamanan dan ketertiban; (12) Masih belum
difahaminya tentang perlunya layanan pendidikan bagi anak-anak yang
berkebutuhan khusus, baik bagi anak karena ketunaan, kenakalan,
maupun kebutuhan khusus lainnya; (13) Masih berkembang anggapan
bahwa anak luar biasa merupakan anak ‘sakit’ sehingga pemberian
layanan pendidikan masih menggunakan pendekatan medis, bukan
melalui pendekatan pendidikan kekhususan; (14) Masih rendahnya
perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap                 pentingnya
kelembagaan pendidikan keagamaan, karena masih tumpang tindih
kewenangan dengan instansi vertikal Departemen Agama. Akibatnya,
perkembangan jumlah dan kualitas lembaga-lembaga pendidikan
keagamaan, khususnya di jalur nonformal masih merana; (15)
Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan satuan pendidikan masih
didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak didasarkan pada
perhitungan satuan biaya operasional (SBO) secara faktual; (16)
Mekanisme sistem penganggaran pun tidak didasarkan pada sistem
pemetaan alokasi (budget mapping alocation) untuk kebutuhan setiap
penyelenggaraan satuan program pendidikan. Sekalipun sudah dibantu
dengan adanya BOS, masih tetap saja belum dapat mengangkat
persoalan-persoalan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan; (17) Masih lemahnya kemampuan administratif
dan manajerial para pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, tata
usaha sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah); (18) Partisipasi
Ringkasan Eksekutif                                                            3
Badan Perencanaan Daerah
                               Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                           Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

dunia usaha terhadap pembiayaan program-program pendidikan yang
disalurkan melalui pemerintah masih rendah. Partisipasi yang baru
dilakukan hanya disalurkan sendiri terhadap lembaga-lembaga ‘binaan’
dunia usaha itu sendiri.
   2. Pendidikan Nonformal (PNF)
        Berkenaan dengan problema pendidikan di jalur pendidikan
nonformal di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007 masih ditemukan
gambaran bahwa: (1) Eksistensi PNF masih dianggap belum mendapat
perhatian yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat dalam
sistem pembangunan daerah, baik berkenaan dengan peraturan
perundangan maupun dukungan anggaran; (2) Upaya memformalkan
pendidikan kesetaraan (Paket A, B dan C) dengan pola pembelajaran,
penyelenggaraan ujian yang harus menunggu waktu ujian dengan
sertifikasi/ijasah yang mengikuti pola pendidikan formal, turut merugikan
dan menyurutkan minat masyarakat untuk mengikuti program pendidikan
kesetaraan; (3) Kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan masih
belum benar-benar berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat, sehingga
hasil pemebelajaran yang diberikan pada warga belajar belum fungsional
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat; (4) Masih terbatasnya
jumlah dan mutu tenaga profesional pada instansi PNF mulai tingkat
kabupaten sampai ke tingkat desa dalam mengelola, mengembangkan
dan melembagakan PNF; (5) Masih terbatasnya sarana dan prasarana
edukatif PNF baik yang menunjang penyelenggaraan maupun proses
pembelajaran PNF dalam rangka memperluas kesempatan, peningkatan
mutu dan relevansi hasil program PNF dengan kebutuhan pembangunan
daerah; (6) Terselenggaranya kegiatan PNF di lapangan masih
mengandalkan tenaga sukarela yang tidak ada kaitan struktural dengan
pemerintah sehingga tidak ada jaminan kesinambungan pelaksanaan
program PNF; (7) Perhatian dan pengembangan pendidikan kesetaraan
jender, pemberdayaan wanita dan sebagai ibu rumah tangga yang turut
menopang ekonomi keluarga, dan kader-kader wanita pelayan
pembangunan masyarakat di pesedaan, masih relatif sangat rendah;
Pada beberapa daerah tertentu di Kabupaten Bandung, masih ada
budaya yang berpandangan bahwa perempuan tidak diwajibkan untuk
sekolah lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal tersebut menyebabkan satu
kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dengan perempuan; (8)
Masih belum terjadinya koordinasi yang terpadu antara Dinas Pendidikan
dan Dinas Tenaga Kerja, terhadap Lembaga Latihan Luar Sekolah (LLLS)
dan LKK (Latihan Keterampilan Kerja) sehingga kedua jenis lembaga
tersebut kurang berkembang; (9) Masih rendahnya jumlah, sebaran
pelayanan perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan
pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebagai media dan
sumber belajar dan pembelajaran masyarakat; (10) Masih rendahnya

Ringkasan Eksekutif                                                             4
Badan Perencanaan Daerah
                                Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                            Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

pelayanan pendidikan kepemudaan, baik yang menyangkut pelayanan
pendidikan kepribadian, budi pekerti, kecakapan hidup, maupun yang
bersifat kebangsaan.
   3. Pendidikan Informal
      Pada jalur pendidikan informal pun pada umumnya masyarakat
belum begitu memahami tentang eksistensi pendidikan informal yang
telah dijamin oleh undang-undang, sehingga layanan pendidikan informal
masih dianggap tidak penting bagi pendidikan anak. Di samping itu,
pemerintah pun, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah
kabupaten belum dapat merumuskan peraturan perudang-undangan
terpasuk pedoman penyelenggaraan pendidikan informal bagi
masyarakat. Sehingga, kecenderungan pendidikan informal yang
berkembang sekarang ini lebih mirip layanan pendidikan nonformal yang
diselenggaraakan oleh keluarga.
       Merujuk gambaran persoalan-persoalan seperti diungkapkan di
muka, dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan pendidikan di
Kabupaten Bandung masih dihadapkan pada rendahnya APK/APM/AM
pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan, termasuk sebarannya
yang masih bervariasi di antara masing-masing wilayah kecamatan
sehingga pencapaian target wajar dikdas 9 tahun dihadapkan pada
kondisi yang amat variatif. Permasalahan lainnya, masih rendahnya mutu
hasil pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Persoalan
lainnya adalah keterbatasan akses masyarakat karena persoalan
kemampuan ekonomi, budaya maupun geografis. Dalam upaya
memberikan pelayanan pendidikan yang semakin menjangkau maka
pembebasan biaya sekolah kepada setiapan warga usia sekolah
(khususnya usia wajib belajar) amat diperlukan baik pada sekolah formal
maupun nonformal. Peningkatan layanan pendidikan kesetaraan (Paket A
dan B) untuk anak usia wajib belajar harus diupayakan secara konsisten.
Perumusan dan pengembangan prosedur operasional standar penerapan
kurikulum berbasis budaya daerah dan kearifan lokal, budi pekerti,
kecakapan hidup dan jiwa entrepreneur, teknologi dasar, serta lingkungan
hidup yang sesuai dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan
pendidikan pada setiap wilayah.
       Di samping itu, perlu upaya mengembangkan jaringan kemitraan
dengan lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dunia
perusahaan, pesantren, dan atau komunitas masyarakat lainya dalam
rangka pendalaman penerapan kurikulum berbasis budaya daerah dan
kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup dan jiwa entrepreneur,
teknologi dasar, olah raga dan seni, serta lingkungan hidup yang sesuai
dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan. Kedepan
perlu       segera      dirintis     pengembangan         sekolah-sekolah
unggulan/percontohan/model yang berbasis pada budaya daerah dan
Ringkasan Eksekutif                                                              5
Badan Perencanaan Daerah
                               Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                           Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup teknologi dasar yang sesuai
dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan.
     Dalam garis kebijakan nasional seiring dengan diterbitkanya PP
Nomor 19 tahun 2004, tentang Standar Nasional Pendidikan, maka target
pelayanan pembangunan pendidikan saampai Tahun 2025 dipola dalam
4 tahap, yaitu: (1) Tahun 2006-2010 peningkatan kapasitas dan
modernisasi; (2) Tahun 2011-2015 penguatan pelayanan; (3) Tahun 2016-
2020 mencapai daya saing regional; dan (4) Tahun 2021-2025 mencapai
daya saing internasional.
      Untuk mewujudkannya minimal dibutuhkan kondisi: Pertama,
diperlukan daya tampung yang seimbang dengan populasi penduduk
pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan; Kedua, masyarakat harus
memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya; Ketiga, komitmen
sepenuh hati pemerintah dalam melaksanakan pendidikan untuk semua
(education for all) termasuk membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi
masyarakatnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya
semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar biaya pendidikan yang
dibutuhkan. Peranan pemerintah adalah membangun akses yang luas
kepada seluruh warga agar dapat memperoleh pelayanan pendidikan
tanpa terkecuali.
C. AGENDA PENDIDIKAN TAHUN 2008-2025
      Untuk menyusun agenda pembangunan pendidikan yang
dituangkan dalam prioritas program diperlukan kesepahaman tentang
substansi, proses dan konteks kelembagaan pendidikan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk mengurusnya.
      Secara substantif, pembangunan pendidikan di Kabupaten
Bandung akan berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam
bidang: (1) pengembangan dan implementasi kurikulum; (2) pengelolaan
peserta didik; (3) pengelolaan ketenagaan; (4) pengelolaan tanah,
bangunan/gedung/sarana/prasarana dan fasilitas serta sumber belajar;
(5) pengelolaan anggaran dan pembiayaan pendidikan; (6) pengelolaan
kerjasama      kelembagaan   pendidikan   dengan    masyarakat;    (7)
pengelolaan bidang-bidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan
karakteristik kelembagaan pendidikan.
      Pemahaman tentang proses-proses pendidikan di Kabupaten
Bandung akan berkenaan dengan serangkaian prosedur manajerial,
antara lain: (1) proses pembuatan keputusan yang dituangkan dalam
bentuk-bentuk produk kebijakan; (2) proses perencanaan yang disertai
dengan dokumen-dokumen rencana dan program; (3) pengorganisasian
dan mengkomunikasikan program-program pendidikan; (4) pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi program pendidikan; (5) pelaporan dan
tindak lanjut dari setiap pencapaian program pendidikan.

Ringkasan Eksekutif                                                             6
Badan Perencanaan Daerah
                                Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                            Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

      Pemahaman tentang konteks kelembagaan pendidikan di
Kabupaten Bandung tidak dipandang hanya terbatas pada
kelembagaan persekolahan di jalur pendidikan formal semata. Tetapi,
memandang bahwa kelembagaan pendidikan di Kabupaten Bandung
ternyata dapat dipandang dari aspek jalur, jenjang dan jenisnya. Jalur
pendidikan di Kabupaten Bandung, ternyata terdapat di jalur pendidikan
formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal; Jenjang
pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata merentang sejang
pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi; Jenis pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata ada
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dan
pendidikan khusus (pendidikan luar biasa).
       Jenis kelembagaan satuan pendidikan akan lebih variasi lagi
apabila dilihat secara faktual diselenggarakan pada jalur pendidikan
nonformal, terutama bila melihat eksistensi pendidikan berkelanjutan,
seperti halnya Kelompok Belajar Usaha (Kejar Usaha/KBU), kursus-kursus,
magang, pendidikan kepemudaan (kelompok pemuda sebaya),
pemberdayaan wanita/ pengarusutamaan jender, kelompok wanita
usaha, kader pembangunan dan sejenisnya, dan pusat-pusat kegiatan
belajar masyarakat (PKBM), Sanggar Kebiatan Belajar (SKB) dan
Pesantren-pesantren yang secara nyata telah lebih dahulu melaksanakan
program-program pendidikan nonformal keagamaan, baik secara
individu maupun kelompok, yang merentang dari jenjang MDA sampai ke
jenjang Mualimin.
      Di samping itu, kelembagaan lain yang secara eksis telah menggali,
melestarikan, memlihara dan mengembangan nilai-nilai sosial budaya
melalui pendidikan nonformal ialah lembaga-lembaga atau kelompok-
kelompok kesenian dan kebudayaan, seperti halnya padepokan seni-
budaya, lingkung seni budaya daerah, taman/cagar budaya, sejarah dan
kepurbakalaan, dan jenis-jenis kelembagaan lainnya yang bergerak
dalam     penggalian,     pelestarian dan   pengembangan        nilai-nilai
kebudayaan masyarakat daerah.
      Merujuk agenda Pembangunan Nasional sebagaimana telah
ditetapkan dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional, maka agenda
pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung ditetapkan dalam
empat periode, yaitu (1) peningkatan kapasitas dan modernisasi (2008-
2010); (2) penguatan pelayanan kelembagaan (2011-2015); (3)
pengembangan ke arah daya saing regional (2016-2020); dan (4)
pengembangan ke arah daya saing internasional (2021-2025).
     Kemudian, dengan merujuk misi dan tujuan pembangunan
pendidikan jangka panjang (RPJP bidang Pendidikan) di Kabupaten
Bandung Tahun 2008-2025, maka misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan

Ringkasan Eksekutif                                                              7
Badan Perencanaan Daerah
                               Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                           Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

program pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung Tahun
2008-2025, dapat diuraikan pada Tabel 1 pada bagian ahir ringkasan ini.

D. REKOMENDASI
      Master Plan ini hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita
dan harapan yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang.
Master Plan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para
pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan pendidikan di
Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat satuan pendidikan,
maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam Pembangunan
Pendidikan di Kabupaten Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan
Pendidikan ini akan menjadi sebuah dokumen yang tidak akan
memberikan makna apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan
pelaksanaannya.
      Kebijakan dan program sebagaimana terurai dalam Tabel 1
merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam
pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung.
Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik dan
konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan kewenangan antara
pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah
Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat, ada bidang garapan yang menjadi kewenangan
pemerintah provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi
urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi
masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang
garapan yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang
paling penting ialah seluruh bidang garapan pendidikan dapat
dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya.
      Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Tim Perumus memandang
perlu memberikan rekomendasi, bahwa:
1. Kebijakan dan program, merupakan bidang garapan yang perlu
   dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan di
   Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak
   dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian
   kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah
   Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada
   bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada
   bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan
   ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah
   Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat Kabupaten
   Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan yang menjadi
   kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling penting ialah
Ringkasan Eksekutif                                                             8
Badan Perencanaan Daerah
                              Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

   seluruh bidang garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai
   dengan peruntukannya.
2. Diperlukan keputusan dan keberanian politik dari Pemerintah Daerah
   untuk menjadikan Marter Plan Pendidikan ini sebagai produk kebijakan
   yang mempunyai ketetapan hukum yang mengikat bagi seluruh
   aparatur pengelola, pelaksana, masyarakat dan stakeholder
   pendidikan di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, Master Plan
   Pendidikan ini semestinya segera ditindaklanjuti menjadi Peraturan
   Daerah atau serendah-rendahnya ditetapkan sebagai Peraturan
   Bupati.
3. Namun demikian, sebagaimana pernyataan pada butir pertama di
   atas, konfigurasi politik pemerintahan akan berpengaruh pada
   adanya sejumlah bidang garapan, terutama dengan masuknya
   bidang kesenian dan kebudayaan ke dalam satu naungan
   pengelolaan di bawah SKPD Pendidikan dan Kebudayaan, sekaligus
   merupakan langkah maju dalam pembaharuan pembangunan
   pendidikan. Kesenian dan kebudayaan daerah akan semakin maju
   dan berkembang, seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
   Dengan bersatunya kembali bidang kesenian dan kebudayaan, akan
   mencegah aset kesenian dan kebudayaan milik masyarakat dan
   bangsa diakui negara lain. Oleh karena itu, Bapeda (sebagai pihak
   perencana), SKPD Pengelola Pendidikan/Dinas Pendidikan dan
   Kebudayaan (sebagai pengelola), dan Dewan Pendidikan (sebagai
   representasi masyarakat dan stakeholders), agar segera berkoordinasi
   dengan ‘duduk satu meja’ untuk membahas berbagai penyesuaian,
   dan menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) atau
   Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup), yang kemudian dibahas
   bersama DPRD; Siapa pun yang menjadi pimpinan perencana di
   Bapeda, siapa pun yang menjadi pimpinan di SKPD pengelola
   pendidikan, dan siapa pun yang menjadi pimpinan Dewan
   Pendidikan, senantiasa mempunyai gerakan yang sama terhadap misi
   yang tertuang dalam Master Plan Pendidikan; Dengan demikian, tidak
   ada lagi istilah ‘ganti pimpinan’ ganti kebijakan, atau sistem dan
   kebijakan sudah ditata dan dilaksanakan dengan baik malah
   berantakan kembali akibat berubahnya kebijakan pimpinan baru.
4. Setelah Master Plan ini mempunyai ketetapan hukum, pihak SKPD
   Pengelola Pendidikan berkoordinasi kembali dengan pihak Bapeda
   dan Dewan Pendidikan untuk melakukan peninjauan ulang terhadap
   rencana-rencana strategis yang telah dibuatnya, dan kemudian
   menataulang rencana strategisnya dengan merujuk pada Master Plan
   Pendidikan;
5. Setelah melakukan penyesuaian terhadap rencana strategis pada
   SKPD pengelola pendidikan, kemudian harus segera pula
Ringkasan Eksekutif                                                            9
Badan Perencanaan Daerah
                              Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
Kebupaten Bandung, 2007

   disosialisasikan dan dipublikasikan kepada seluruh pengelola satuan
   pendidikan (baik formal maupun nonformal, lembaga-lembaga
   keswadayaan       masyarakat      pengelola  kelembagaan     satuan
   pendidikan, dan komunitas-komunitas stakeholders pendidikan di
   Kabupaten Bandung;
6. Pihak Bapeda sebagai instansi perencana masih mempunyai
   kewajiban untuk pengamanan dan pengendalian Master Plan
   Pendidikan, melalui penyusunan dan penyiapan perangkat sistem
   pendukung. Oleh karena itu, pihak Bapeda seharusnya menyiapkan
   pula Prosedur Operasional Standar (norma, instrument, dan prosedur)
   tatakelola setiap butir program yang termaktub dalam rumusan Master
   Plan Pendidikan tersebut.
7. Komitmen bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat
   Kabupaten Bandung untuk menumbuhkan kekuatan kolektif
   (collective power) dengan senantiasa menjadikan Master Plan
   Pendidikan     sebagai    rujukan utama      dalam   merumuskan,
   melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi program-program
   strategis pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan posisi, peran dan
   kewenangannya.
     Demikian sebuah refleksi yang dapat Tim Penulis sampaikan,
mudah-mudahan sekecil apa pun naskah ini kami buat, merupakan
sumbangan terbesar kami, sebagai salah satu perwujudan partisipasi kami
dalam membangun pendidikan di Kabupaten Bandung.




Ringkasan Eksekutif                                                            1
Badan
 Perencanaan                                                      2008-
                         Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

                             BAB I
                         PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
      Amanat konstitusi mengenai peningkatan mutu pendidikan
tercantum dalam UUD 1945, pasal 28C ayat (1), bahwa setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia;
      Pasal 31 menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka menghidupkan
kecerdasan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional; serta (5) pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
      Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945
diperjelas dalam UU.No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban      bangsa      yang    bermartabat    dalam      rangka
mencerdaskan       kehidupan        bangsa,     bertujuan      untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
      Pemerintah     telah   menjabarkan      mengenai     rencana
pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan untuk
periode 2005-2025, antara lain: periode 2005-2010 ditargetkan untuk
meningkatkan kapasitas dan modernisasi guna terciptanya insan
Indonesia yang cerdas dan kompetitif dalam tataran masyarakat

Bab I : Pendahuluan                                                      1
Badan
 Perencanaan                                                       2008-
                          Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

lokal dan global difokuskan pada peningkatan daya tampung
satuan pendidikan yang ada. Periode tersebut mendukung pada
program pemerintah yaitu pendidikan untuk semua (education for
all). Pemerataan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat
yang berada di seluruh pelosok negeri agar dapat mengurangi
angka buta aksara khususnya pada aspek membaca, menulis, dan
berhitung sebagai kompetensi dasar guna mewujudkan
masyarakat yang berbasis pengetahuan (based knowledge
society).
        Periode    2010-2015   ditargetkan      untuk     menguatkan
pelayanan, menitik beratkan pada rasio kebutuhan dan kesediaan
sarana dan prasarana pendidikan nasional menjadi optimal agar
mutu pendidikan menjadi relevan dan berdaya saing dengan
penggunaan strategi milestone peralihan fokus atau penekanan
dari pembangunan aspek kuantitas kepada aspek kualitas. Periode
2015-2020 untuk meningkatkan daya saing regional difokuskan
pada kualitas pendidikan yang memiliki daya saing regional pada
tingkat ASEAN terlebih dahulu dengan berdasarkan pada standar
benchmarking yang objektif dan realistis. Harapan Indonesia pada
akhir periode ini sudah bisa menjadi titik pusat gravitasi sosial ASEAN
sebagai sebuah entitas sosiokultural.
        Periode 2020-2025 memiliki target untuk meningkatkan daya
saing internasional dengan dicanangkannya pencapaian nilai
kompetitif secara internasional. Berbagai program-program yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat tentunya harus bersinergi
dengan keberhasilan (milestone) pada level daerah baik tingkat
provinsi, kota, dan kabupaten. Tolak ukur keberhasilan berada
pada bagaimana cara untuk mengejewantahkan berbagai
kebijakan strategis di bidang pendidikan baik pada saat proses
perencanaan,         implementasi,        dan      evaluasi        yang
berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan kondisi daerah
yang ada (existing condition) agar tercapai kondisi yang dicita-
citakan (excepted condition). Sehingga visi insan cerdas Indonesia
mampu berkompetitif baik pada tingkat lokal, regional, dan global.
        Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten yang
memiliki daya topang pada aspek pendidikan baik kepada level
provinsi maupun pusat yang memiliki luas wilayah 307.475 ha dan
jumlah penduduk pada Tahun 2006 mencapai 4.399.472 jiwa, yang
terbagi 2.224.108 jiwa laki-laki dan 2.175.374 jiwa perempuan.
Penerapan konsep pendidikan untuk semua harus mampu
menyentuh level usia masyarakat kabupaten Bandung dari nol
sampai dengan angka harapan hidup.

Bab I : Pendahuluan                                                       2
Badan
 Perencanaan                                                     2008-
                        Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

        Pemerataan dan perluasan akses pendidikan di Kabupaten
Bandung diarahkan pada penuntasan wajar dikdas 9 tahun
sebagai prioritas sampai Tahun 2008 yang diawali dengan
perintisan dan penuntasan wajar 12 tahun dengan standar mutu
yang semakin baik (kompetitif). Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
menjadi prioritas, mengingat program ini secara nasional telah
menetapkan target sebagaimana diatur dalam Kepres Nomor 5
Tahun 2006 tentang percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun
dan pemberantasan buta aksara. APM SD/MI Kabupaten Bandung
tahun 2006 sebesar 91,01%, APM SMP/MTs sebesar 63,27%, APM
SMA/MA sebesar 35,91%, pencapaian AMH sebesar 98,70%, APK
SD/MI sebesar 129,90%, SMP/MTs sebesar 75,90% dan SMA/SMK/MA
sebesar 43,43%. Jika pada Tahun 2008 secara Nasional termasuk
Kabupaten Bandung harus tuntas madia yang dicirikan dengan
APM antara 86 s.d 90% dan APK mencapai angka 98%, maka
Kabupaten Bandung harus mengejar point standar tersebut dalam
kurun waktu yang tersisa tinggal 2 tahun berjalan.
        Berdasarkan data BPS tahun 2005, menjelaskan bahwa
sebagian besar (76%) keluarga menyatakan penyebab utama
anak putus sekolah atau tidak menlanjutkan sekolah adalah karena
alasan ekonomi, yang bervariasi dari tidak memiliki biaya sekolah
(67%) serta harus bekerja dan mencari nafkah (8,7%) jika dikaitkan
dengan pendidikan tinggi (PT) partisipasi jumlah penduduk dalam
usia 19-24 tahun yang memperoleh kesempatan belajar di
perguruan tinggi masih relatif kecil. Pada Tahun 2004 angka
partisipasi pendidikan ke perguruan tinggi hanya mencapai 14,26%
dan pada Tahun 2006 APM kabupaten Bandung mencapai 7,78%
hal tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar
6,23%, menurun hampir mencapai 50% dari APM 2004. Hal ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi penduduk
terhadap perguruan tinggi akibat rendahnya akses terhadap
pendidikan dari sisi ekonomi.
       Berkaitan dengan misi ke-3 Pemerintah Kabupaten Bandung
yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan misi ke-5
adalah meningkatkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan
taqwa, maka misi ini menuntut pembangunan pendidikan yang
memfokuskan program pada pendidikan budi pekerti, pendidikan
yang menggabungkan antara qolbu, akal dan jasadiah. Tidak
hanya pendidikan yang sekedar menstransfer ilmu tapi juga
membangun manusia yang memiliki karakter sehingga mutu
lulusannya mampu menjadi tenaga kerja yang siap pakai,
produktif, cerdas, berdaya saing serta memiliki iman dan taqwa.

Bab I : Pendahuluan                                                     3
Badan
 Perencanaan                                                     2008-
                        Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

       Terjadinya dekadensi moral atau penurunan budi pekerti
(akhlakul karimah) di kalangan anak-anak dan kelompok pemuda
sebaya, ditandai dengan maraknya penyalahgunaan narkoba,
meningkatnya kriminalitas di kalangan remaja serta meningkatnya
jumlah anak jalanan dan anak terlantar, dapat berpengaruh
terhadap menurunnya kualitas pendidikan dengan meningkatnya
angka putus sekolah maupun angka mengulang. Menurut data
dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung tercatat korban narkoba
sebanyak 367 orang, anak nakal sebanyak 169 orang, anak
terlantar sebanyak 660 orang, serta wanita tuna susila 250 orang.
Hal ini dapat dimengerti bahwa pendidikan budi pekerti
dipendidikan formal dalam aplikasinya masih bersifat kognitif belum
kepada apektif (perilaku) dan praktik, sementara pendidikan non
formal dan informal sebagai salah satu wahana untuk membina
moral atau akhlak anak-anak dan remaja baik dirumah, di
Mesjid/Pondok Pesantren maupun di tempat lainnya masih
terbatas.
       Berkaitan dengan akuntabilitas dan pencitraan publik,
tuntutan masyarakat dewasa ini serba membutuhkan data dan
informasi yang cepat, akurat, dan transparan. Menyikapi
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terkesan
sporadis, parsial, dan pragmatis, pemerintah Kabupaten Bandung
telah melakukan terobosan seperti menyusun standarisasi
pengembangan telematika, pengintegrasian pengelolaan Sistem
Iinformasi Manajemen (SIM) di Dinas Pendidikan dan Kantor PDE
yang dapat mengakses SIM ke setiap satuan, jenjang dan jenis
pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung, namun dalam
pelaksanaannya belum berjalan secara optimal.
      Untuk memberikan arahan yang jelas dalam mengatasi
permasalahan pendidikan di Kabupaten Bandung, dipandang
perlu menyusun Master Plan Pendidikan yang diselaraskan dengan
visi dan misi Kabupaten Bandung jangka panjang (RPJP). Selain itu
diselaraskan pula dengan Kebijakan Pembangunan Pendidikan
Nasional Jangka Menengah yang menekankan pada 3 pilar
(tantangan utama) untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan 5
tahun kedepan yaitu: (1) Pemerataan dan Perluasan Akses
Pendidikan; (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing; (3)
Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik.
       Agar tujuan penyusunan Master Plan dapat dicapai dengan
efektif maka pengembangan program perlu didasarkan pada
persoalan-persoalan prioritas yang secarasubstantif memiliki
peluang lebih besar untuk berkembang baik dari aspek kuantitatas

Bab I : Pendahuluan                                                     4
Badan
 Perencanaan                                                       2008-
                          Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

maupun kualitasnya. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian
visi Kabupaten Bandung (relegius, kultural dan berwawasan
lingkungan) dipandang perlu mengembangkan program-program
yang bersifat inovatif.
      Adapun sasaran pendidikan yang akan dijabarkan di
Kabupaten Bandung mememiliki tiga unsur yang terdapat pada visi
kabupaten Bandung sebagai daerah yang berbasis religius,
kultural, dan berwawasan lingkungan. Ketiga visi tersebut harus
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembangunan
dan pelaksanaan program pendidikan di kabupaten Bandung
periode 2008-2025 dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki
tingkat kecerdasan dan karakter yang berlandaskan iman dan
taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat
mengembangkan potensi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
oleh setiap insan. Oleh karena itu perlu disusunnya kerangka
program pendidikan yang utuh dan rinci dalam bentuk Master Plan
Pendidikan Kabupaten Bandung periode 2008-2015.

B. Tujuan
      Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Master Plan
Pendidikan Kabupaten Bandung secara khusus bertujuan, sebagai
berikut:
   1. Menyusun dokumen Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan
       Tahun 2008-2025 sebagai acuan/pedoman bagi para
       pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
       pembangunan Sumber Daya Manusia yang memiliki ilmu
       pengetahuan dan teknologi (cerdas), serta berdaya saing
       yang berlandaskan Iman dan Taqwa (IMTAK). Dokumen
       tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana
       implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung
       berdasarkan strategi dan rekomendasi yang diperoleh dari
       hasil analisis berupa isu prioritas, indikasi program, kegiatan
       dan sasaran dan indikator keberhasilan yang diharapkan
       dalam pembangunan bidang pendidikan.
   2. Memberikan pedoman dan arah dalam meningkatkan
       koordinasi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
       pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam
       Pembangunan Pendidikan.

C. Keluaran yang Diharapkan
     Keluaran yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Master
Plan Pendidikan di Kabupaten Bandung ini, ialah tersusunnya

Bab I : Pendahuluan                                                       5
Badan
 Perencanaan                                                     2008-
                        Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

dokumen perencanaan pendidikan untuk tahun 2008-2025, yang
berisi:
   1. Deskripsi terintegrasi tentang permasalahan dan tantangan
        dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung
        sampai Tahun 2025.
   2. Tujuan dan sasaran manajemen pembangunan pendidikan
        di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025.
   3. Strategi manajemen untuk setiap substansi, proses, dan
        konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung
        sampai Tahun 2025.
   4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap
        periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai
        Tahun 2025.

D. Ruang Lingkup
       Ruang lingkup kegiatan penyusunan Master Plan Pendidikan
di Kabupaten Bandung ini meliputi:
    1. Analisis tentang existing condition tentang pembangunan
       pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007, yang
       mencakup: (a) Penyelenggaran pendidikan prasekolah di
       jalur formal dan nonformal; (b) Penyelenggaraan pendidikan
       dasar di jalur formal dan nonformal; (c) Penyelenggaraan
       pendidikan menengah di jalur formal dan nonformal;
    2. Analisis tentang tujuan dan sasaran pembangunan
       pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025.
    3. Analisis tentang strategi manajemen untuk setiap substansi,
       proses, dan konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten
       Bandung sampai Tahun 2025.
    4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap
       periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai
       Tahun 2008-2025, yang mencakup:
       a. Peningkatan pemerataan pendidikan pada setiap jenis,
          jenjang dan jalur pendidikan yang perlu ditanggulangi
          sampai Tahun 2025.
       b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan
          sampai tahun 2025.
       c. Peningkatan kualitas tatakelola, akuntabilitas dan
          pencitraan publik dalam penyelenggaraan pembangunan
          pendidikan sampai tahun 2025.

E. Sumber Data

Bab I : Pendahuluan                                                     6
Badan
 Perencanaan                                                        2008-
                           Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

       Sumber data dalam kajian ini berkenaan dengan eksistensi
penyelenggaraan pembangunan pendidikan yang tidak lepas
kaitannya dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
Berdasarkan pada aspek-aspek kelembagaan pemerintahan
daerah kabupaten, maka sumber data yang diperlukan dalam
studi ini dikelompokkan:
   1. Perangkat perundang-undangan yang menjadi penentu
        arah penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat
        nasional provinsi sampai ke tingkat pemerintah kabupaten.
   2. Perangkat proses manajemen penyelenggaraan pendidikan
        pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan di tingkat
        pemerintahan kabupaten;
   3. Lingkungan sosial, budaya, ekonomi dan politik proses
        manajemen penyelenggaraan pendidikan yang berkaitan
        dengan unsur lokasi, situasi, peristiwa-peristiwa, serta aset-aset
        yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat dan
        Pemerintah     Daerah       Kabupaten        Bandung       dalam
        penyelenggaraan pendidikan.

F. Proses dan Instrumen Pengumpulan Data
     Merujuk keluaran yang ingin diperoleh, maka dibutuhkan
dukungan kelengkapan dan akurasi data tentang kondisi existing
pendidikan dan kebutuhan tentang pendidikan di masa depan.
Untuk itu, data dicari, dikumpulkan dan dianalisis melalui teknik
survey dan telaah dokumen, yang hasilnya dibahas dalam FGD
(Focus Group Discussion) dan Uji-Publik.
     Ada pun instrumen yang digunakan ialah: (1) Pedoman
Observasi (Survey) dan Studi Dokumen; (2) Pedoman Wawancara;
(3) Format-format Analisis. Tahap ahir perumusan hasil kajian,
diarahkan pada penggunaan teknik perencanaan pembangunan
pendidikan dengan ditempuh melalui tahapan: (1) pengkajian
kondisi dan persoalan, (2) analisis kebutuhan, tujuan dan sasaran;
(3) pengembangan model dan asumsi-asumsi strategis, dan (4)
pengembangan alternatif rencana dan program.

G. Unit Analisis
     Unit analisis bagi kepentingan penyusunan Master Plan
Pendidikan di Kabupaten Bandung meliputi: (1) Unsur Kepala
Daerah dan DPRD; (2) Unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas
Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan, dan SKPD terkait lainnya; (3)
Unsur Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; (4) Unsur Pelaku

Bab I : Pendahuluan                                                        7
Badan
 Perencanaan                                                           2008-
                              Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah

Usaha dan Masyarakat (stakeholders); (5) Dokumen-dokumen
seperti: (a) Rencana Strategis Pendidikan Nasional; (b) Rencana
Strategis Pendidikan Provinsi Jawa Barat; (c) Rencana Strategis
Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung; (d) Perda RTRW, (e) RPJPD,
(f) RPJMD 2005-2010; (g) Renstra Pendidikan Provinsi Jawa Barat; (h)
RKPD 2007; (i) Perundang-undangan pendidikan.

H. Kerangka Analisis
      Produk akhir dari serangkaian langkah kegiatan ini adalah
Rumusan Master Plan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten
Bandung untuk lima tahun ke depan (2008-2015). Fungsinya, akan
dijadikan dokumen akademik dan dokumen yuridis bagi
Pemerintah Daerah dan pengelola pendidikan di Kabupaten
Bandung dalam melaksanakan pembangunan pendidikan yang
menjadi kewenangannya. Karena itu, untuk tujuan tersebut,
dilakukan serangkaian uji-validasi tentang format dan isi dokumen
tersebut dengan stakeholders dan pemangku kepentingan
pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung.
      Secara skematis, kerangka analisis pelaksanaan kegiatan
penyusunan master plan ini, diilustrasikan pada gambar berikut:
         Tuntutan
   Peningkatan Mutu
       Pendidikan
 Kurikulum, Inprastruktu
 Ketenaga       r Sosek
 an, Sarana Masyarakat



     Karakteristik                Survey, Telaah
      Kelembag                   Dokumen & FGD             Asumsi
         aan                                            Pendekatan
     Pendidikan                                         dan Strategi
                  Problema        Implementasi          Pembangun
                Pembangun       Penyelenggaraan              an
                      an          Pendidikan di          Pendidikan
                 Pendidikan         Kabupaten              sampai
                   di Kab.      Bandung 5 Tahun
                  Bandung             Terakhir                   Pengembang
                                   Pemerataan                      an Alternatif
      Kebijakan                     Pendidikan                      Rencana
     Pendidikan                                                  Pembangunan
      Nasional,                                                   Pendidikan di
       Provinsi,                    Mutu dan                     Kab. Bandung
         dan                        Relevansi                    Sampai Tahun
     Kabupaten                     Pendidikan                         2025

    Legalitas                     Akuntabilitas,         Tujuan dan
   Manajemen                     Tata Kelola dan           Sasaran
Bab I : Pendahuluan
      Sistem                       Pencitraan           Pembangun             8
Penyelenggaraa                        Publik                  an
 n Pendidikan di                                         Pendidikan
     Daerah                                                di Kab.
                                                          Bandung
Badan
 Perencanaan                                                      2008-
                         Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
 Daerah




                            Gambar 1.1
        Kerangka Analisis Penyusunan Master Plan Pendidikan
                        Kabupaten Bandung




Bab I : Pendahuluan                                                      9
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

                              BAB II
                        KERANGKA PEMIKIRAN



A. Pembaharuan Pendidikan: Membangun Peradaban
      Menengok sejarah peradaban manusia telah begitu banyak
upaya untuk mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada
generasi berikutnya. Seiring perjalanan jaman dan semakin
bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang harus
diwariskan kepada anak-anaknya, pada akhirnya para orang tua
semakin menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan
semua pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada
anak-anaknya. Dan sejak saat itu, mulailah ada upaya-upaya
pembelajaran melalui cara-cara yang tidak formal sesuai
pengetahuan dan keterampilan yang diinginkan para anaknya.
      Selanjutnya, seiring pembaharuan dan perkembangan
jaman, di mana pengetahuan dan keterampilan yang harus
dipelajari bertambah dan berkembang semakin kompleks,
kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan
dalam bentuk apa yang sekarang dikenal dengan persekolahan.
Munculnya pendidikan persekolahan ini pada awalnya adalah
suatu proses yang bertujuan untuk menyempurnakan harkat dan
martabat manusia yang diupayakan secara terus menerus. Di
mana pun proses pendidikan terjadi, menunjukkan bahwa
pendidikan mempunyai nilai-nilai yang hakiki tentang harkat dan
martabat kemanusiaan.
      Namun ternyata, belakangan lembaga pendidikan yang
namanya 'sekolah' ini hanya menyediakan waktu yang sangat
terbatas, dan penuh dengan aturan yang ketat dan jelimet. Dan
pada saat sekarang, 'sekolah' tersebut cenderung menganggap
dirinya sebagai satu-satunya wadah pembelajaran bagi kelanjutan
generasi.    Kebanyakan     orang    sering    melupakan     bahwa
pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan kehidupan
tidak hanya didapat dan dipelajari di 'sekolah'.
      Akibat kompleksitas dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi
yang disebut sekolah tersebut kebanyakan orang sering
mengidentikkan dengan pendidikan; Manakala membicarakan
pendidikan cenderung yang dibahas adalah sistem persekolahan;
Akibatnya, paradigma pendidikan yang begitu universal hanya


Bab II : Kerangka Pemikiran                                                   8
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

dipandang secara terbatas, dan lebih banyak adaptif daripada
inisiatif. Akhirnya, sistem pembangunan pendidikan pun lebih
banyak tergantung pada sistem politik yang dianut dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
       Baru saja bangsa ini membenahi segala kemelut akibat 'huru-
hara' menggulingkan tirani pemerintahan, sekarang harus pula
berkemas dengan segala dampak negatif arus globalisasi. Dengan
belajar dari pengalaman, dimaklumi bahwa setiap permasalahan
yang dihadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya
penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
perwujudan tingkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dari
sejarah peradaban pula kita dapat belajar bahwa hanya manusia
yang berkualitaslah yang akan mampu berperan dalam
kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM sudah merupakan
suatu keharusan untuk segera diupayakan secara terencana,
terarah, dan terkendali.
       Peningkatan kualitas SDM ternyata tidak bisa dilakukan
kecuali hanya melalui pendidikan, dan karenanya hanya melalui
peningkatan kualitas pendidikanlah kualitas SDM dapat
ditingkatkan. Menyadari betapa pentingnya peningkatan kualitas
pendidikan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai
kebijakan dan berbagai upaya pula telah dilaksanakan. Namun,
sepertinya tetap saja belum berhasil membawa masyarakat dan
bangsa untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Bahkan, bila kualitas SDM Bangsa Indonesia diukur dengan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hampir setiap tahun peringkat
Indonesia selalu berada pada tingkatan yang memalukan harkat
dan martabat bangsa.
       Kenyataan tersebut ternyata di antaranya disebabkan oleh
ketidaktersediaan rencana induk pembangunan pendidikan yang
komprehensif, antisipatif dan berwawasan jauh ke depan. Di
samping itu, pendekatan dan strategi pembangunan yang
dilakukan pun hampir selalu mengarah pada input oriented dan
macro oriented. Pendekatan terhadap input ini ditunjukkan hampir
pada semua kebijakan yang selalu bersandar pada pemenuhan
semua kebutuhan komponen masukan pendidikan, dengan
keyakinan akan menghasilkan output yang berkualitas. Tetapi
pada kenyataannya, pendekatan dan strategi ini hanya efektif di
lingkungan ekonomi dan bisnis. Sedangkan pendekatan makro,
ditunjukkan oleh manajemen yang terpusat. Kebijakan yang
didasarkan pada proyeksi secara makro, pada kenyataannya

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                   9
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar yang
dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat kelembagaan
satuan pendidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan
pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut
objek pembangunan maupun metodologi dalam pelaksanaan
pembangunan.
       Apabila proses-proses pembangunan pendidikan dipandang
dari sudut keilmuan, akan berkaitan dengan makna imperative
yang merujuk paradigma filsafat keilmuan dengan objek dan
metodologi studi yang jelas. Objek pembangunan pendidikan
sepatutnya merujuk pula pada paradigma ilmu pendidikan, bukan
pada paradigma ilmu non-kependidikan. Ilmu pendidikan
mempunyai paradigma yang berbeda dengan paradigma
ketatanegaraan maupun politik, baik dalam aspek ontology,
aksiologi dan epistemologinya. Walaupun dalam tatanan praktek
kependidikan lebih banyak menyesuaikan diri dengan bentuk
konstelasi dan proses politik ketatanegaraan, tetapi hal tersebut
sebetulnya hanya bersifat kontekstual. Metodologi implementasi
teori pembangunan pendidikan, dapat saja merujuk paradigma
keilmuan yang selama ini digunakan dalam disiplin ilmu sosial
lainnya, namun, dalam aspek substansi ilmu pendidikan
mempunyai kekhususan yang sulit didekati dengan paradigma
keilmuan lainnya.
        Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan
pendidikan pada dasarnya akan selalu menyentuh perangkat
kendali sistem pendidikan yang universal. Paradigma pendidikan
yang selalu didasarkan pada paradigma ilmu-ilmu obyektif, telah
terbukti hanya menghasilkan manusia-manusia mekanis yang
kurang kreatif. Karena itu, untuk melakukan pembangunan
pendidikan di Indonesia, tidak ada altematif lain kecuali melakukan
pembaharuan orientasi dan pendekatan dalam manajemen
pembangunan pendidikan itu sendiri. Di samping itu, pandangan
nilai tentang pembaharuan pendidikan tidak hanya sekedar etika
dalam arti 'baik' atau 'tidak baik', namun lebih ditekankan pada
tujuan mengapa perlu ada pembaharuan dalam pembangunan
pendidikan. 'Nilai' dan tujuan 'baik' dari pembaharuan hanya akan
ada apabila pembaharuan itu sendiri dapat menciptakan sesuatu
yang bermanfaat. Jika pembaharuan pembangunan pendidikan
harus dilakukan, menunjukkan bahwa dalam pembangunan
pendidikan selama ini ada sesuatu yang kurang bermanfaat.
Dengan kata lain, kekurangan atau kelebihan dalam
pembangunan pendidikan harus dapat ditemukan, dianalisis,

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  10
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

disintesa, kemudian dipraktekkan kembali sampai menunjukan hasil
yang lebih bermanfaat.

B. Pendidikan dalam Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi
dan Politik
       Reformasi pendidikan telah dilakukan, dan regulasi atas
perubahan kebijakan pembangunan pendidikan nasional telah
dimulai. Untuk itu, seluruh kebijakan yang terkait dengan
perubahan, penyempurnaan dan pengembangan program pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan harus dilakukan, yang
kesemua itu diarahkan pada upaya untuk memberikan layanan
pendidikan yang bermutu, sesuai dengan standar pendidikan yang
telah ditetapkan. Pembangunan pendidikan nasional merupakan
upaya bersama seluruh komponen pemerintah dan masyarakat
yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
mewujudkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan amanat UU.No.20 Tahun 2003 pasal l butir 1,
pendidikan mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas,
harkat dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang
bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks tersebut pendidikan
harus dilihat sebagai human investment yang mempunyai
perspektif multidimensional baik sosial, budaya, ekonomi dan politik.
       Dalam perspektif sosial, pendidikan akan melahirkan insan-
insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses
transformasi sosial di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi faktor
determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan
horisontal masyarakat, yang mengarah pada pembentukan
konstruksi sosial baru. Konstruksi sosial baru ini terdiri atas lapisan
masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen
penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion).
Pendidikan yang melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu
menjadi kekuatan perekat yang menautkan unit-unit sosial di
dalam masyarakat: keluarga, komunitas masyarakat, dan
organisasi sosial yang kemudian menjelma dalam bentuk organisasi
besar berupa lembaga negara. Dengan demikian, pendidikan
dapat      memberikan      sumbangan       penting     pada      upaya
memantapkan integrasi sosial untuk terwujudnya integrasi nasional.



Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  11
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

       Dalam perspektif budaya, pendidikan juga merupakan
wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan
norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di
kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi
instrumen untuk memupuk kepribadian bangsa, memperkuat
identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Bahkan
peran pendidikan menjadi lebih penting ketika arus globalisasi
semakin kuat, yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya
yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian
bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, pendidikan dapat menjadi
wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective
conscience) sebagai warga mengukuhkan ikatan-ikatan sosial,
dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa,
dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional.
       Dalam perspektif ekonomi, pendidikan merupakan upaya
mempersiapkan sumber daya manusia (human invesment) yang
akan menghasilkan manusia-manusia yang handal untuk menjadi
subyek penggerak pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena
itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan bermutu
yang memiliki       pengetahuan, menguasai       teknologi,  dan
mempunyai keterampilan teknis yang memadai. Pendidikan juga
harus dapat menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang
memiliki kemampuan kewirausahaan, yang menjadi salah satu pilar
utama aktivitas perekonomian nasional. Bahkan peran pendidikan
menjadi sangat penting dan strategis untuk meningkatkan daya
saing nasional dan membangun kemandirian bangsa, yang
menjadi     prasyarat    mutlak   dalam   memasuki    persaingan
antarbangsa di era global.
       Di era global sekarang ini, berbagai bangsa di dunia telah
mengembangkan knowledge-based economy (KBE), yang
mensyaratkan dukungan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Karena itu, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan - education for
the knowledge economy (EKE). Dalam konteks ini, satuan
pendidikan harus pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan
pengembangan (research and development), yang menghasilkan
produk-produk      riset  unggulan     yang   mendukung      KBE.
Pengembangan ekonomi nasional berbasis pada keunggulan
sumber daya alam dan sosial yang tersedia, ditambah dengan
ketersediaan SDM bermutu yang menguasai Iptek sangat
menentukan kemampuan bangsa dalam memasuki kompetensi
global dan ekonomi pasar bebas, yang menuntut daya saing

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  12
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

tinggi. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat
menyiapkan sumber daya manusia-manusia unggul yang mampu
meningkatkan daya saing nasional dan mengantarkan bangsa
Indonesia meraih keunggulan bersaing ditingkat global.
       Dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu
mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara
yang baik (good citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan
tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bemegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan
individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun
kekuatan bersama sebagai bangsa. Visi dan idealisme itu haruslah
merujuk dan bersumber pada paham ideologi nasional, yang
dianut oleh seluruh komponen bangsa. Dalam jangka panjang,
pendidikan niscaya akan melahirkan lapisan masyarakat terpelajar
yang kemudian membentuk critical mass, yang menjadi elemen
pokok dalam upaya membangun masyarakat madani. Dengan
demikian, pendidikan merupakan usaha seluruh komponen bangsa
untuk meletakkan landasan sosial yang kokoh bagi terciptanya
masyarakat demokratis, yang bertumpu pada golongan
masyarakat kelas menengah terdidik yang menjadi pilar utama civil
society, yang menjadi salah satu tiang penyangga bagi upaya
perwujudan pembangunan masyarakat demokratis.

C. Tantangan Pembangunan Pendidikan di Daerah
      Pelaksanaan otonomi daerah, khususnya dalam bidang
manajemen pembangunan pendidikan dewasa ini merupakan
sesuatu yang baru, yang memerlukan kecermatan dalam
pelaksanaannya, agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Dampak negatif ini perlu diantisipasi, karena di samping masih
dihadapkan pada berbagai problema, juga dihadapkan pada
berbagai tantangan yang harus dihadapi.
      Problema-problema yang berkaitan dengan kualitas
pendidikan    di  daerah,   penanganannya       memang    tidak
sesederhana seperti yang dibayangkan. Diakui, bahwa keragaman
letak geografis dengan aneka ragam budaya, adat-istiadat, dan
bahasa, menuntut adanya pola-pola pelaksanaan pendidikan
yang tidak seragam. Keragaman latar belakang lingkungan alam
dan pekerjaan, menuntut pula adanya isi dan pola layanan
pendidikan yang berbeda.
      Tantangan berat pendidikan yang dihadapi dewasa ini
sebenarnya telah disinyalir oleh Coombs (1976), yang
mengemukakan bahwa krisis yang melanda dunia pendidikan

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  13
Badan
 Perencanaan                    Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                            Pendidikan                   2008-
 Daerah

karena muncul ketidakseimbangan peran. Bahwa krisis pendidikan
disebabkan oleh empat faktor: Pertama, the increase in popular
aspirations for education, yang ditandai oleh tumbuh kembangnya
sekolah-sekolah dan universitas di mana-mana; Kedua, the acute
scarsity of the resources, yang ditandai oleh kurang responsifnya
sistem pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat secara
menyeluruh; Ketiga, the inherent innertia of educational system,
yang ditandai oleh mengapa pendidikan selalu terlambat
berantisipasi untuk menyesuaikan diri terhadap hal-hal di luar dunia
pendidikan; Keempat, the innertia of sociaties themselves, hal-hal
seperti sikap tradisional, prestige and incentive pattern
menghalangi meningkatkan tenaga kerja pembangunan.
Tampaknya, apa yang disinyalir oleh Coombs tersebut, masih
relevan dengan kondisi di Indonesia.
        Tantangan-tantangan berat yang harus dihadapi dalam
pembangunan pendidikan di daerah khususnya, berkenaan
dengan aspek: (1) peningkatan mutu pendidikan, (2) pemerataan
pendidikan, (3) efisiensi manajemen, (4) peranserta masyarakat,
dan (5) akuntabilitas. Keenam aspek tantangan tersebut
diilustrasikan pada Gambar 2.1.
                                     Tantangan
                                     Pendidikan




Peningkatan       Pemerataan         Efisiensi         Peran Serta      Akuntabilitas
   Mutu            Pendidikan       Manajemen          Masyarakat

Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
        Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, hal.59.


                               Gambar 2.1
             Tantangan dalam Pembangunan Pendidikan di Daerah



       Kelima aspek yang menjadi tantangan berat pembangunan
pendidikan di Indonesia, yaitu:
       Pertama, dalam aspek peningkatan mutu, berkenaan
dengan urgensi pemberian otonomi daerah, yang salah satunya
adalah untuk menghadapi persaingan global. Setidaknya ada tiga
kemampuan dasar yang diperlukan agar masyarakat Indonesia
dapat ikut dalam persingan global, yaitu: kemampuan
manajemen, kemampuan teknologi, dan kualitas manusianya
sendiri. Mutu yang diinginkan bukan hanya sekedar memenuhi

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                       14
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

standar lembaga, atau standar nasional semata-mata, tetapi harus
memenuhi standar internasional.
      Kedua, dalam aspek pemerataan, berkenaan dengan
peningkatan aspirasi masyarakat diperkirakan juga akan
meningkatnya pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan.
Tetapi ini akan membutuhkan ongkos yang tinggi, dengan semakin
tingginya jarak antar daerah dalam pemerataan fasilitas
pendidikan, sangat potensial memunculkan ketimpangan dalam
perolehan mutu pendidikan. Tanpa intervensi manajemen,
anggota masyarakat dari daerah kabupaten/kota yang kaya
dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit, akan dapat
menikmati fasilitas pendidikan yang jauh lebih baik dari anggota
masyarakat pada daerah kabupaten/kota yang miskin. Dan
apabila kesempatan pendidikan ini juga mempengaruhi
kesempatan untuk memperoleh penghasilan, maka dalam jangka
panjang akan berpotensi meningkatnya jurang kesenjangan
ekonomi antar daerah.
      Ketiga, dalam aspek efisiensi manajemen, berkenaan dengan
keterbatasan sumber pendanaan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dengan pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pengelolaan (technical efficiency) maupun
efisiensi dalam mengalokasikan anggaran (economic afficiency).
Fiske, pernah mengungkap pengalaman di Papua New Guinea
dan Jamaica, bahwa dengan pelaksanaan otonomi daerah,
pembiayaan justru meningkat karena bertambahnya struktur
organisasi daerah yang menambah lebih banyak personil
pemerintahan tetapi tidak mampu melaksanakan otonomi daerah.
Hal ini dapat dijadikan pelajaran, mengingat di Indonesia selama
32 tahun menganut sistem pengelolaan yang sangat sentralistik.
       Keempat, dalam aspek peranserta masyarakat, berkenaan
dengan filosofi diberikannya otonomi kepada daerah. Peranserta
masyarakat dalam pendidikan dapat berupa perorangan,
kelompok,      lembaga      industri   atau     lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya. Namun, perlu diantisipasi bahwa peranan
masyarakat     tersebut   cenderung     terbatas   pada    lingkup
kabupaten/kota yang bersangkutan. Karena itu, menurut Djam'an
Satori, perlu juga intervensi kebijakan nasional yang dapat
menerapkan subsidi silang supaya peranserta masyarakat dalam
sistem desentralisasi tidak memperlebar jurang ketimpangan
pemerataan fasilitas pendidikan antar daerah.
       Kelima, dalam aspek akuntabilitas. Melalui otonomi,
pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan jasa

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  15
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

pendidikan semakin dekat dengan masyarakat yang dilayaninya,
sehingga akuntabilitas layanan tersebut bergeser dari yang lebih
berorientasi kepada kepentingan pemerintah pusat kepada
akuntabilitas yang lebih berorientasi kepada kepentingan
masyarakat. Hal ini menuntut lebih besar partisipasi masyarakat dan
orang tua dalam pengambilan keputusan tentang pelaksanaan
pendidikan di daerah masing-masing.
         Merujuk kelima tantangan berat pendidikan sebagaimana
dikemukakan di muka, dapat disimpulkan bahwa kewajiban berat
yang dibebankan kepada "Kereta Pendidikan" menjadikan
manajemen pendidikan itu sendiri kebingungan menentukan apa
yang harus dikerjakannya. Karena, di satu sisi upaya pendidikan
harus berfungsi sebagai pengawet kebudayaan negara yang
sekaligus berorientasi pada perkembangan dan keterwujudan
kemampuan manusia atau Human Capacity Development (HCD)
yang memiliki daya saing dan bermoral. Oleh sebab itu, pendidikan
harus disediakan buat masyarakat secara merata (equality) dan
menjadi aspirasi masyarakat. Di sisi lain lagi, upaya pendidikan
harus dinyatakan dalam "kebijakan ekonomi", sebab pendidikan
mempengaruhi secara langsung pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan berpengaruh
terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap
fertilitas masyarakat. Pendidikan harus dapat menjadikan SDM lebih
bisa mengerti dan siap dalam menghadapi pertempuran dan
perubahan di lingkungan kerja.
         Bila kita mau jujur tentang hasil pendidikan dewasa ini yang
kita rasakan, tentunya kita berharap bahwa hasil-hasil pendidikan
yang seharusnya diupayakan ialah bagaimana hasil pendidikan itu
dapat memberikan makna untuk hidup dan kehidupan, baik untuk
masa kini maupun untuk masa depan. Kita kurang berani
mengatakan bahwa pendidikan kita sedang kehilangan
'kebermaknaan'. Semakin tinggi tingkat pendidikan, bangsa ini
semakin 'manja', semakin `konsumtif, kurang `kreatif. Akhirnya,
masyarakat bergelimang dengan orang-orang berpendidikan, tapi
rendah dalam iman dan ahlaq. Sebetulnya hanya bergelimang
dengan 'kefakiran' dan 'kebodohan', yang kalau tidak ditangani
dengan sungguh-sungguh bangsa ini akan penuh dengan SDM-
SDM bergelimang dengan 'kekufuran'.

D. Urgensi Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan
   Pendidikan


Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  16
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

   1. Perencanaan Pembangunan Pendidikan

       Pada kasus organisasi pendidikan, sekalipun sudah
diberlakukan kebijakan otonomi daerah, manajemen sistem
pendidikan di daerah masih mempunyai ruang lingkup
kewilayahan. Secara teoritis, perencanaan pendidikan dapat
dibagi ke dalam tingkat-tingkat perencanaan seperti: tingkat
perencanaan makro, meso dan tingkat perencanaan mikro.
Dengan istilah yang lebih populer, perencanaan makro adalah
perencanaan pada tingkat pusat (nasional), perencanaan meso
adalah perencanaan pada tingkat provinsi, sedangkan
perencanaan mikro adalah perencanaan pada tingkat kabupaten
atau kecamatan. Demarkasi dari pembagian tersebut sebenarnya
lebih bersifat kontekstual daripada bersifat konseptual dan teknikal.
      Lahirnya UU.No.32 Tahun 2004 merupakan langkah strategis
dalam sejarah pembaharuan pendidikan di Indonesia. Namun
apakah langkah strategis ini sudah ditunjang oleh sub sistem
perencanaan yang mantap dan terintegrasi, sistem informasi yang
akurat untuk mendukung pelaksanaan undang-undang dan
peraturan pemerintah tersebut? Seandainya sudah memiliki,
apakah sistem perencanaan tersebut masih relevan dengan
tuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah itu?
Pendekatan mana yang mesti kita ambil yang sesuai dengan
kondisi objektif Indonesia yang beranekaragam?
      Penerapan desentralisasi wewenang untuk mengemban fungsi
perencanaan nampaknya merupakan alternatif yang perlu segera
dilaksanakan. Pola ini tidak berbeda dengan konsep perencanaan
mikro yang pada dasarnya merupakan lanjutan dari suatu konsep
perencanaan pada semua tingkat perencanaan. Namun
perencanaan mikro lebih berakar pada tingkat yang paling bawah
(grassroot level).
      Perencanaan pada tingkatan makro biasanya hanya
memperhatikan berbagai sasaran dan prioritas pada tingkat
nasional dan atau provinsi. Sebaliknya perencanaan pendidikan
pada tingkatan mikro, memodifikasi sasaran dan prioritas tersebut
kemudian disesuaikan dengan kondisi sosio-kultural dan dinamika
kehidupan pada tingkat lokal. Perincian sasaran dan prioritas pada
tingkat mikro dapat menyajikan suatu latar belakang yang lebih
realistik daripada norma-norma yang bersifat abstrak yang
dikembangkan pada tingkat nasional.
      Implikasi pada sistem perencanaan pendidikan di daerah,
paling tidak menyangkut dua aspek:

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  17
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

      Pertama, dalam aspek pendekatan (approach) pendidikan
paling sedikit ada tiga pilihan, yaitu pendekatan Tuntutan Sosial,
yang didasarkan pada penyaluran kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh pendidikan yang paling minimal; Pendekatan
Ketenagakerjaan, dapat dinyatakan sebagai usaha mengarahkan
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan
persyaratan tertentu pada tingkat nasional; Pendekatan Untung-
Rugi, dinyatakan bahwa pendidikan merupakan investasi manusia
yang harus memberikan keuntungan secara ekonomis baik secara
individu maupun untuk negara, dengan pendekatan ekonomis,
yang lebih ditekankan pada efisiensi penggunaan dana.
       Melihat kondisi umum di daerah, tampaknya belum
memungkinkan memilih salah satu pendekatan untuk diterapkan
dalam sistem perencanaan pembangunan pendidikan. Karena itu,
perlu dipertimbangkan pendekatan secara integratif dari keempat
pendekatan itu, sesuai dengan tujuan dan jenjang, jenis dan jalur
pendidikan.
       Kedua, masalah proses perencanaan dikenal dalam bentuk
pendekatan      perencanaan      administratif dan   pendekatan
perencanaan grass-roots. Pendekatan proses perencanaan
pendidikan menurut UU.No.32 Tahun 2004 pun masih tergolong
pendekatan administratif, karena hampir semua perencanaan
pendidikan dirumuskan dan ditetapkan secara administratif, karena
hampir semua perencanaan pendidikan didominasi Depdiknas.
Namun demikian, kesempatan pengembangan perencanaan
yang bersifat grass-roots approach sangat terbuka. Pendekatan ini
memberi hak kepada para pengelola program pembangunan
pendidikan di daerah untuk mengembangkan sistem perencanaan
yang dinilai paling cocok dengan daerah atau lembaganya. Hal
inilah yang sesungguhnya harus diimplementasikan dalam
Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan Pendidikan di masing-
masing daerah. Bila model yang dikembangkan dinilai baik, maka
melalui proses bottom-up bisa disebarkan sebagai model yang
pantas untuk diterapkan.
   2. Pendekatan dan Metodologi

     "Pembaharuan" pada hakekatnya merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dengan hidup dan penghidupan. Apa
yang berbeda dalam setiap langkah dan prospek pembaharuan
yang akan datang, akan semakin cepat dan mempengaruhi setiap
bagian dari kehidupan, termasuk nilai-nilai kepribadian, kesusilaan,
kedaerahan, baik secara individu maupun kelompok. Pandangan

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  18
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

ini menunjukkan bahwa dorongan untuk melakukan pembaharuan
mempunyai kekuatan dan sumber-sumber pendorong tertentu.
Kekuatan-kekuatan tersebut dapat saja berupa: budaya kerja,
teknologi, kecenderungan sosial, globalisasi, dan mungkin dalam
tatanan politik dunia. Sumber kekuatan budaya kerja, kemungkinan
dari perbedaan cultural, peningkatan professional, dan banyaknya
hal baru yang memerlukan keterampilan baru pula. Sumber
kekuatan teknologi, dapat bersumber dari otomatisasi sistem atau
merekayasa kembali. Sumber kecenderungan sosial, mungkin dari
pertumbuhan dan peningkatan pendidikan tinggi, penangguhan
usia perkawinan. Sumber kekuatan globalisasi, mungkin dari
pengaruh pasang-surut pasar dunia dan persaingan global.
       a. Analisis Posisi

        Langkah berikutnya dalam proses pembaharuan adalah
untuk menganalisis posisi kinerja pendidikan di daerah. Perbedaan
antara apa yang harus dilakukan pendidikan dan keuntungan apa
yang dapat diambil dari peluang itu. Kesenjangan tersebut boleh
jadi positif, seperti halnya pada kasus peluang baru akibat dari
pembaharuan selera stakeholders. Atau mungkin bisa negatif, jika
suatu kemunduran keinginan masyarakat atau hilang oleh karena
adanya pengaruh-pengaruh lain. Kesenjangan tersebut bisa terjadi
ketika upaya-upaya dalam pembangunan pendidikan bersifat
temporer. Ketika kesenjangan diketahui terjadi, maka harus
menjamin kebenarannya bahwa kesenjangan tersebut memang
betul-betul terjadi.
        Sumber data untuk menganalisis posisi pendidikan ialah
lingkungan masyarakat, baik internal maupun eksternal. Metode
yang digunakan biasanya Analisa SWOT, yaitu Strength (Kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threaths
(ancaman). Analisa internal adalah Strength dan Weaknesses
sedang analisa eksternal adalah Opportunity dan Threats. Untuk
menginterpretasikan SWOT, pimpinan harus menggunakan cara
yang disebut benchmaking. Konsep benchmaking merupakan
sederetan kegiatan manajerial yang menjadi dasar dari analisa
posisi, yaitu scaning, interpretation dan choice.
        Tujuan     SWOT       adalah     mengidentifikasi   berbagai
permasalahan         yang      berkembang      yang     dimungkinkan
menghambat, menghalangi, atau mengganggu berlangsungnya
kehidupan masyarakat. Dengan analisa SWOT akan lebih
memahami dan menanggapi faktor-faktor penting dari kinerja
pendidikan. Dengan analisa posisi, akan menghasilkan kedudukan

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  19
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

dan      tingkat  kemampuan         organisasi pendidikan    dalam
menghadapi       teknologi      baru,   kecenderungan   kehidupan
masyarakat. Sebelum strategi disusun, data tersebut selanjutnya
diinterpretasikan ke dalam pilihan-pilihan tindakan sesuai dengan
kegiatannya, sehingga dapat menentukan pilihan sesuai dengan
kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat.
        Untuk mendapatkan data yang akurat maka seorang
perencana pendidikan harus membina kerja sama dengan
beberapa pihak yang memegang peranan, terutama orang-orang
yang berperan dalam pengambilan keputusan. Kemudian
melakukan scanning terhadap pilihan-pilihan tindakan. Ada tiga
cara yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Sistem irregular scanning,
yang menitikberatkan pada kejadian-kejadian yang telah terjadi,
(2) Sistem regular scanning, yang mereview posisi organisasi pada
kondisi tertentu, dan (3) Sistem continuing scanning, sistem ini
secara kontinyu dan terus menerus memonitor komponen-
komponen dari lingkungan eksternal dan internal organisasi. Setelah
melakukan scanning, kemudian melakukan forecasting, yaitu
langkah yang paling sulit dalam analisa SWOT. Dalam langkah ini
dilakukan indentifikasi isu-isu strategis yang mempengaruhi posisi
organisasi pendidikan di masa datang. Forecasting dilakukan
misalnya pada masalah kondisi politik, sosial-ekonomi atau laju
perkembangan teknologi. Metoda forecasting posisi biasanya tidak
terlepas dari analisis lintas-dampak dan pendapat para ahli.
       b. Mendiagnosa Permasalahan

       Pada umumya, hampir semua proses pembaharuan sering
dimulai secara terburu-buru. Para perencana pendidikan sering
tidak sabar menemukan solusinya sebelum dirinya sendiri
mendapat kejelasan posisinya. Permasalahan yang paling krusial
menyangkut: (1) Permasalahan apa yang khusus harus
diutamakan? (2) Apa yang menjadi penyebab masalah ini muncul
dan paling utama mendapat penyelesaian? (3) Aspek apa yang
harus diubah untuk memecahkan permasalahan ini? (4) Kekuatan
apa yang dapat mendukung dan menghalangi jika upaya itu
dilakukan? (5) Apakah tujuan utama penyelesaian masalah itu dan
bagaimana mengukur hasilnya?
       Berbagai teknik pengumpulan data untuk mendiagnosa
permasalahan perlu digunakan, misalnya: survei sikap, konferensi,
wawancara informal, pertemuan kelompok. Hasil-hasil dari teknik
ini, selanjutnya dianalisis dengan teknik Critical Success Factor
Identification (CSF-Identification), yaitu analisis untuk mengetahui

Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  20
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

faktor-faktor penentu keberhasilan dalam melaksakan setiap
alternatif tindakan yang dipilih. CSF-Identification pun terbagi atas
dua bagian, yaitu identifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal. Faktor-faktor penentu internal ialah faktor-faktor penentu
yang terkena dampak langsung dari tindakan yang dipilih.
Sedangkan faktor-faktor penentu eksternal ialah faktor-faktor di luar
konteks alternatif tindakan yang kemungkinan berpengaruh
terhadap pelaksanaannya.
       c. Memilih dan Menentukan Strategi

       Langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan
prioritas strategi pembaharuan yang lebih praktis. Pembaharuan
dapat dilakukan dengan merubah kekuatan aspek tertentu yang
paling krusial dan dapat berpengaruh pada aspek-aspek lainnya.
Ada empat pilihan strategi yang saling berhubungan yaitu:
teknologi, struktur, tugas dan orang-orang yang terkena dalam
pembaharuan. Pembaharuan yang terjadi pada masing-masing
umumnya mempengaruhi yang lainnya, dan kita harus memilih
aspek mana yang akan dijadikan prioritas.
       Dalam perencanaan pendidikan di daerah, penggunaan
teknologi pada dasarnya ada dua cara untuk meningkatkan
pelayanan, yaitu: tuntutan untuk meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat, atau efisiensi dengan mengurangi unit
biaya. Mungkin, untuk mengubah suatu teknologi pelayanan sudah
dianggap strategi umum, namun strategi ini mempunyai efek
jangkauan yang lebih luas, baik pada unit biaya dan cara-cara
personil dalam melakukan pelayanan sepanjang organisasi itu
melakukan tugasnya. Kemungkinan besar, pengaruhnya bukan
hanya terhadap para anggota organisasi salah satu unit organisasi,
tetapi akan berpengaruh pula pada unit-unit lainnya, seperti
terhadap sistem anggaran biaya, mekanisme pelaksanaan tugas,
pola-pola       koordinasi,    sistem    evaluasi   dan     sistem
pertanggungjawaban, baik pertanggungjawaban terhadap tugas,
hubungan antara individu dan pertanggungjawaban terhadap
hasil-hasil yang diperoleh.
       Penggunaan strategi struktur, berkaitan dengan tujuan untuk
efisiensi dalam segala aspek kinerja organisasi, baik yang
menyangkut tugas dan fungsi, reposisi individu, daya dukung dan
kebutuhan sarana-prasarana, atau anggaran pembiayaan
program. Strategi ini dalam wacana sekarang sering disebut
dengan istilah 'ramping struktur kaya fungsi'.



Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  21
Badan
 Perencanaan                    Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                            Pendidikan                   2008-
 Daerah

       Penggunaan strategi tugas, berkaitan dengan dimensi waktu
kapan pekerjaan dapat diubah, apakah karena penggunaan
teknologi baru, atau karena reorganisasi struktur internal, atau
karena perilaku manajerial. Pembaharuan tugas ini mempunyai
tujuan-tujuan yang lebih spesifik, yaitu: (1) peningkatan atau
pengurangan yang mendasar antara individu dengan volume
pekerjaan, (2) peningkatan sikap dan apresiasi terhadap tugas ke
arah yang lebih positif, (3) peningkatan peluang untuk memulai
pembaharuan ke arah yang lebih humanis.
      Penggunaan pada strategi orang sering melalui metode
pengembangan organisasi (organization development). Metoda ini
dipakai untuk mengubah pekerjaan anggota organisasi yang
berhubungan dengan perilaku dan sikap yang mengarah pada
individu, kelompok, atau organisasi secara keseluruhan. Metoda ini
biasanya berbentuk sebuah program-program jangka panjang
dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas kinerja mereka.
Fokus dasamya adalah pada pembaharuan individu melalui
pembaharuan        mekanisme    feed-back,     pembentukan    tim
kerjasama, pemecahan masalah, penanganan dan pengendalian
konflik, pola-pola hubungan antar pribadi, dan semacamnya.
       Metode-metode dari setiap strategi yang dipilih dapat
dikemukakan pada gambar berikut:


    Teknologi             Modifikasi metode Teknik
                          Modifikasi penggunaan Mesin-mesin
                          Otomatisasi dan mekanisme sistem

     Struktur             Pembaharuan deskripsi-deskripsi posisi
                          Modifikasi hubungan-hubungan otoritas dan
                          pertanggung jawaban Modifikasi sistem penghargaan
                          formal
      Tugas               Deskripsi dan spesifikasi tugas, simplikasi tugas, dan
                          pengembangan tim kerja sama

  Ketenagaan              Pendidikan dalam jabatan
                          Kursus-kursus pengembangan manajemen
                          Program-program pengembangan organisasi


Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung:
        Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, ha1.74.


                                   Gambar 2.2
                   Alternatif Metode Pembaharuan Pendidikan


Bab II : Kerangka Pemikiran                                                        22
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah




       d. Implementasi dan Tindak Lanjut
        Langkah berikut di dalam proses pembaharuan pendidikan
adalah bagaimana setiap persiapan yang dilakukan dapat
diterapkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama dan
ditunda-tunda. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan
perencanaan pembangunan pendidikan tergantung pada
seberapa baik pemerintah daerah menguatkan perilaku yang
telah dipelajari dan disiapkan selama dan setelah usaha
pembaharuan. Sebetulnya, implementasi yang efektif dalam
perencanaan pendidikan memerlukan perilaku yang sama sekali
baru. Namun, patut jadi pertimbangan, bahwa ketika perilaku baru
secara wajar diganti, masyarakat menjadi lebih mungkin untuk
mengembangkan dan memelihara pilihan untuk berperilaku dan
berpartisipasi secara baru pula.
        Dalam lima tahun mendatang, pembangunan pendidikan di
daerah sudah semestinya diprioritaskan pada upaya meningkatkan
kinerja pendidikan melalui tiga pilar strategi pembangunan, yang
mencakup: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2)
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (3) tata kelola,
akuntabilitas, dan pencitraan publik. Ketiga prioritas tersebut harus
ditunjang dengan dukungan anggaran yang rasional, realistis dan
proporsional baik dari APBN, APBD provinsi maupun APBD tingkat
kabupaten.
        Pada tahap pertama, merupakan tahap perencanaan yang
dititikberatkan pada upaya meminimalkan kekuatan perlawanan
terhadap pembaharuan dengan memutuskan kapan mulainya
persiapan menentukan misi, memilih pimpinan tim dan alokasi
sumber-sumber. Dalam tahap ini mulai menentukan fungsi dan
proses atau produk dan pelayanan yang spesifik yang akan
dilakukan, termasuk menetapkan tujuan, serta tindakan-tindakan
secara lebih terperinci. Di samping itu, pada tahap ini dibutuhkan
dukungan data awal mengenai hasil-hasil identifikasi variabel
kinerja kelembagaan pendidikan berdasarkan ukuran-ukuran
kebutuhan, keinginan dan harapan-harapan stakeholders. Variabel
kinerja kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kumpulan
yang luas dari faktor kualitatif dan kuantitatif, yang mempengaruhi
kinerja kelembagaan pendidikan.
        Pada tahap kedua, merupakan tahap pergerakan, dengan
mengubah orang, individu maupun kelompok, tugas-tugas, struktur
organisasi, dan teknologi. Dapat dilakukan dengan riset terhadap


Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  23
Badan
 Perencanaan                  Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025
                                          Pendidikan                   2008-
 Daerah

aktivitas internal, dengan memfokuskan pada keefektifan proses
yang sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan yang
kemungkinan dijawab oleh upaya-upaya pembaharuan yang
diinginkan, dan mengidentifikasi organisasi dan kelembagaan
pendidikan yang terbaik di kelasnya yang layak dijadikan
pembanding. Kesimpulan-kesimpulan hasil riset ini dapat dijadikan
bahan untuk assesment lembaga yang dirumuskan dalam program
operasional. Dalam tahapan implementasinya, proses-proses
manajemen pembangunan lebih lanjut harus memberikan
dukungan politis dan membantu mengatasi berbagai perlawanan
dan hambatan.
        Pada tahap terakhir, merupakan tahap penstabilan
pembaharuan, dengan upaya penguatan dampak pembaharuan,
evaluasi basil pembaharuan, dan modifikasi-modifikasi yang
bersifat konstruktif. Perlu dipertimbangkan bahwa pembaharuan
merupakan       proses    yang     berkesinambungan.   Berdasarkan
implementasi, harus direncanakan assesment secara periodik
mengenai proses atau produk yang telah ditingkatkan dan
benchmark       selanjutnya;   Dan      berupaya  mengintegrasikan
pembaharuan ke dalam program-program peningkatan mutu dan
perencanaan strategis kelembagaan pendidikan.
        Langkah selanjutnya, para perencana dihadapkan pada
permasalahan dalam memutuskan apakah proses pembaharuan
sudah berhasil atau belum dicapai. Penentuan ini berupaya
mengukur kecenderungan dalam peningkatan hasil-hasil dalam
periode waktu tertentu. Dasar pertimbangannya ialah: (1) Apakah
setelah dilakukan pembaharuan ada peningkatan produktivitas
dan      kepuasan      dibandingkan      dengan   sebelum   proses
pembaharuan            dimulai?        (2)     Seberapa      besar
peningkatan/kemunduran yang dihasilkan? dan (3) Berapa lama
jangka waktu yang dibutuhkan dalam peningkatan/kemunduran
yang dicapai itu?
       Karena itu, di awal pembahasan telah disebutkan bahwa,
sebelum menerapkan program pembaharuan, pihak manajemen
perlu menetapkan tujuan dan sasaran internal dan eksternal untuk
mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan.
Upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan regulasi proses feed-
back melalui optimalisasi Team Building. Tim building adalah suatu
metoda yang dirancang untuk membantu tim beroperasi secara
lebih efektif dengan mengevaluasi dan meningkatkan struktur,
proses, kepemimpinan, komunikasi, resolusi konflik dan kepuasan
masyarakat secara umum.


Bab II : Kerangka Pemikiran                                                  24
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikan

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pelatihan Monitoring dan Evaluasi di Surabaya
Pelatihan Monitoring dan Evaluasi di SurabayaPelatihan Monitoring dan Evaluasi di Surabaya
Pelatihan Monitoring dan Evaluasi di SurabayaRandy Wrihatnolo
 
Mitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerMitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerTuti Lestari
 
Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...
Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...
Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...Oswar Mungkasa
 
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel AtributeKoreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel AtributeAzmi Rahman
 
Surabaya mass rapid transportation (smart)
Surabaya mass rapid transportation (smart)Surabaya mass rapid transportation (smart)
Surabaya mass rapid transportation (smart)Irvan Wahyu
 
Konsep Pendekatan System dalam Pembelajaran
Konsep Pendekatan System dalam PembelajaranKonsep Pendekatan System dalam Pembelajaran
Konsep Pendekatan System dalam PembelajaranMusafirCinta7
 
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang SelatanMateri Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatanjoihot
 
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)Fitrianti Risman
 
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasaranaManejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasaranarismariszki
 
Buku Saku Survei Kampung Sendiri
Buku Saku Survei Kampung SendiriBuku Saku Survei Kampung Sendiri
Buku Saku Survei Kampung SendiriBagus ardian
 
Kajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota Semarang
Kajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota SemarangKajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota Semarang
Kajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota SemarangNurlina Y.
 
PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1
PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1
PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1Tuti Rina Lestari
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaPenataan Ruang
 
Ppt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikan
Ppt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikanPpt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikan
Ppt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikanlinda_rosalina
 
Pengertian Kurikulum
Pengertian KurikulumPengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulumtbpck
 

Mais procurados (20)

Pelatihan Monitoring dan Evaluasi di Surabaya
Pelatihan Monitoring dan Evaluasi di SurabayaPelatihan Monitoring dan Evaluasi di Surabaya
Pelatihan Monitoring dan Evaluasi di Surabaya
 
Mitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role playerMitigasi dengan role player
Mitigasi dengan role player
 
Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...
Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...
Prinsi-Prinsip dasar Kebijakan dan Strategi Perumahan dan Permukiman bagi Mas...
 
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel AtributeKoreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
Koreksi Geometrik, Digitasi Peta dan Pengisian Tabel Atribute
 
Surabaya mass rapid transportation (smart)
Surabaya mass rapid transportation (smart)Surabaya mass rapid transportation (smart)
Surabaya mass rapid transportation (smart)
 
Konsep Pendekatan System dalam Pembelajaran
Konsep Pendekatan System dalam PembelajaranKonsep Pendekatan System dalam Pembelajaran
Konsep Pendekatan System dalam Pembelajaran
 
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang SelatanMateri Teknis RTRW Tangerang Selatan
Materi Teknis RTRW Tangerang Selatan
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
 
Filsafat geografi
Filsafat geografiFilsafat geografi
Filsafat geografi
 
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasaranaManejemen pembiayaan & sarana prasarana
Manejemen pembiayaan & sarana prasarana
 
Buku Saku Survei Kampung Sendiri
Buku Saku Survei Kampung SendiriBuku Saku Survei Kampung Sendiri
Buku Saku Survei Kampung Sendiri
 
Kajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota Semarang
Kajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota SemarangKajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota Semarang
Kajian Kota Waterfront City. Studi kasus: Kota Semarang
 
PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1
PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1
PENGANTAR ILMU GEOGRAFI- BAB 1
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota YogyakartaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta
 
Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3
 
Pemetaan digital
Pemetaan digital Pemetaan digital
Pemetaan digital
 
Ppt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikan
Ppt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikanPpt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikan
Ppt pengelolaan tenaga didik dan tenaga kependidikan
 
Pengertian Kurikulum
Pengertian KurikulumPengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulum
 
Konsep Geografi
Konsep GeografiKonsep Geografi
Konsep Geografi
 

Semelhante a Masterplan pendidikan

LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANharjunode
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan muhammad
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpattiAfif Faith
 
Bimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingBimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingMuhamad Yogi
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1agusindro
 
Kurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smp
Kurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smpKurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smp
Kurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smphendri1 rie
 
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docxsoparidah
 
Master modul pendidikan sivik sek rendah tahap i
Master modul pendidikan sivik sek rendah tahap iMaster modul pendidikan sivik sek rendah tahap i
Master modul pendidikan sivik sek rendah tahap iThian Ngee
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konselingisman12345
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALAfifah Asra
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikanMar Tunis
 
Bk format power point
Bk format power pointBk format power point
Bk format power pointImam Sutisna
 
1 aspirasi 1 agenda
1 aspirasi 1 agenda1 aspirasi 1 agenda
1 aspirasi 1 agendaAbdullah Lah
 

Semelhante a Masterplan pendidikan (20)

Ppg
PpgPpg
Ppg
 
LANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKANLANDASAN PENDIDIKAN
LANDASAN PENDIDIKAN
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
Data bem unpatti
Data bem unpattiData bem unpatti
Data bem unpatti
 
Pendemokrasian
PendemokrasianPendemokrasian
Pendemokrasian
 
Tik tugas 4
Tik tugas 4Tik tugas 4
Tik tugas 4
 
Edu sem 7 oll
Edu sem 7 ollEdu sem 7 oll
Edu sem 7 oll
 
Bimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingBimbingan & Konseling
Bimbingan & Konseling
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1
 
Tesis
TesisTesis
Tesis
 
Tesis
TesisTesis
Tesis
 
Kurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smp
Kurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smpKurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smp
Kurikulum smp 2013 dan kompetensi dasar smp
 
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
9 PILAR MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.docx
 
Master modul pendidikan sivik sek rendah tahap i
Master modul pendidikan sivik sek rendah tahap iMaster modul pendidikan sivik sek rendah tahap i
Master modul pendidikan sivik sek rendah tahap i
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
 
Bk format power point
Bk format power pointBk format power point
Bk format power point
 
Tujuan dan social_studies
Tujuan dan social_studiesTujuan dan social_studies
Tujuan dan social_studies
 
1 aspirasi 1 agenda
1 aspirasi 1 agenda1 aspirasi 1 agenda
1 aspirasi 1 agenda
 

Mais de Nandang Sukmara

Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Nandang Sukmara
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmNandang Sukmara
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Nandang Sukmara
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalNandang Sukmara
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatNandang Sukmara
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikNandang Sukmara
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasNandang Sukmara
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanNandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Nandang Sukmara
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganNandang Sukmara
 
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pnsBkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pnsNandang Sukmara
 

Mais de Nandang Sukmara (20)

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakat
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
 
Pp38
Pp38Pp38
Pp38
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
 
Pp 47 2008
Pp 47 2008Pp 47 2008
Pp 47 2008
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Lampiran iii br
Lampiran iii brLampiran iii br
Lampiran iii br
 
Lampiran ii br
Lampiran ii brLampiran ii br
Lampiran ii br
 
Lampiran i br
Lampiran i brLampiran i br
Lampiran i br
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
 
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pnsBkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
Bkn12 2002lmp[1] kenaikan pangkat pns
 

Masterplan pendidikan

  • 1. MASTER PLAN PENDIDIKAN KABUPATEN BANDUNG 2008-2025 2007
  • 2. KATA PENGANTAR Bismillah-Alhamdulillah… Sungguh tidak dapat disangkal lagi bahwa manusia pada saat dilahirkan ke dunia, merupakan sosok makhluk yang paling tidak berdaya. Tidak berdaya, karena harus diajari oleh Sang Ibu agar dapat membuka mulut, menetek, bicara, berdiri dan berjalan, mengenal simbol-simbol benda yang ada di sekelilingnya, dan diajari pula keterampilan praktis sampai tata pergaulan dengan manusia lainnya. Itulah pendidikan. Sesungguhnya, di mana pun proses pendidikan terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang dalam, karena jika mambicarakan pendidikan pada hakekatnya membicarakan martabat serta nilai-nilai kemanusiaan. Namun ternyata, belakangan lembaga pendidikan yang namanya ‘sekolah’ ini hanya menyediakan waktu yang sangat terbatas, dan penuh dengan aturan yang ketat. Seiring perkembangan jaman, dimana pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari bertambah dan berkembang semakin kompleks, kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan dalam bentuk apa yang sekarang dikenal dengan persekolahan. Dan ‘sekolah’ tersebut cenderung dianggap sebagaii satu-satunya wadah pembelajaran generasi. Padahal pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan kehidupan tidak hanya didapat dan dipelajari di ‘sekolah’, di luar ‘sekolah’ pun jauh lebih banyak. Akibat kompleksitas dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi yang disebut ‘sekolah’ tersebut, sering diidentikkan dengan pendidikan. Tatkala membahas sistem pendidikan cenderung yang dibahas sistem persekolahan. Membicarakan pengelolaan pendidikan, yang dibahas terbatas pada pengelolaan sekolah. Dan ketika merencanakan pendidikan, ternyata hanya merencanakan sekolah. Akibatnya, paradigma pendidikan yang begitu universal hanya dipandang secara terbatas, dan lebih banyak adaptif daripada inisiatif. Akhirnya, sistem pengelolaan pendidikan pun lebih banyak tergantung pada sistem politik yang dianut dalam menyelenggarakan pemerintahan. Pandangan tentang pendidikan seperti itu tidaklah mengherankan karena memang beranjak dari asumsi yang hanya sebatas itu. Namun, upaya pendidikan yang didasari pada pandangan seperti itu, ternyata tidak cukup membawa masyarakat kita ke arah tujuan-tujuan pendidikan yang universal. Gejala denka-densi moral bukan saja terjadi pada generasi muda, bahkan terjadi pada pada generasi tua. Diakui atau tidak, denka-densi moral tersebut merupakan sebagian dari kegagalan- kegagalan yang dicapai proses pendidikan selama ini. Karena itu, untuk
  • 3. melakukan perencanaan dalam pendidikan, tidak cukup hanya sekedar latah karena alasan-alasan politis. Baru saja bangsa ini membenahi segala kemelut akibat ‘huru-hara’ menggulingkan tirani pemerintahan, sekarang harus pula berkemas dengan segala ‘sampah-sampah’ yang dibawa arus globalisasi. Belajar dari pengalaman, kita pun maklum bahwa setiap permasalahan yang kita hadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan tingkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dari sejarah peradaban pula kita dapat menyimpulkan bahwa hanya manusia yang berkualitaslah yang mampu berperan dalam kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM harus segera diupayakan secara terencana, terorganisasi, terarah, dan terkendali. Peningkatan kualitas SDM ternyata tidak bisa dilakukan tanpa melalui pendidikan, dan karenanya melalui peningkatan kualitas pendidikanlah kualitas SDM dapat ditingkatkan. Menyadari betapa pentingnya peningkatan kualitas pendidikan tersebut, pemerintah Kabupaten Bandung telah melakukan berbagai upaya, dan berbagai kebijakan telah dilaksanakan. Namun, sepertinya tetap saja belum berhasil membawa masyarakat Kabupaten Bandung memenangkan persaingan dengan masyarakat lainnya, baik di lingkungan regional, nasional atau masyarakat internasional. Kenyataan tersebut di antaranya disebabkan oleh pendekatan dan metode pembangunan yang selalu mengarah pada input oriented dan macro oriented. Pendekatan input ditunjukkan hampir pada semua kebijakan yang dengan keyakinan akan menghasilkan output yang berkualitas. Tetapi pada kenyataannya, pendekatan dan metode itu hanya efektif di lingkungan ekonomi dan bisnis. Sedangkan pendektan makro, ditunjukkan oleh manajemen yang terpusat. Perencanaan pendidikan yang didasarkan pada proyeksi secara makro, pada kenyataannya sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat kelembagaan satuan pendidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut pendektan dan metodologi pembangunan, maupun kebijakan stratejik dalam pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan pemikiran tersebut tampaknya cukup memberi alasan, mengapa Pemerintah Kabupaten Bandung memerlukan adanya Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan. Rencana Induk ini sangat penting artinya sebagai dokumen perencanaan dalam pembangunan pendidikan yang memberikan pedoman bagi para pengelola pendidikan dalam menyusun rencana-rencana strategis
  • 4. penyelenggaraan pendidikan, baik yang menyangkut bidang-bidang garapan pendidikan yang menjadi kewenangan masyarakat dan pemerintah daerah, maupun untuk proses-proses pengelolaan pada setiap jalur, jenjang dan jenis kelembagaan satuan pendidikan. Ahkir kata, kepada Allah SWT jualah kita bersyukur, dengan diiringi do’a, semoga upaya-upaya yang kita rencanakan dalam dokumen ini merupakan bagian dari ihtiar dan ijtihad untuk mendapat ridho-Nya. Dan semoga pula dalam pelaksanaannya mendapat petunjuk dan pertolongan serta kemudahan-kemudahan dalam memperoleh hasilnya. Amiin… Bandung, November 2007 TIM PERUMUS
  • 5. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 MASTER PLAN PENDIDIKAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008-2025 (Ringkasan Eksekutif) A. PENDAHULUAN Secara filosofis tanggungjawab pendidikan melekat pada keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam kontek rumah tangga negara pendidikan merupakan hak setiap warga negara, maka di dalamnya mengandung makna bahwa negara berkewajiban memberikan layanan pendidikan kepada warganya. Karena itu pengelolaan sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara bermutu, efektif dan efisien. Pelayanan pendidikan harus berorentasi pada upaya peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat. Dalam konteks inilah Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki kewajiban dan tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Demikian pula bahwa pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung merupakan fondasi untuk melaksanakan pembangunan dalam berbagai bidang lainnya mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah untuk membangun potensi manusianya yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan diberbagai bidang pembangunan lainnya. Dalam setiap upaya pembangunan, penting untuk senantiasa mempertimbangkan karatkteristik dan potensi setempat. Dalam kontek ini, masyarakat Kabupaten Bandung yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis falsafah kehidupan masyarakat Sunda yang telah diakui mengandung makna yang mendalam adalah Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer. Dalam kaitan ini filosofis tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan termasuk dibidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah tamah bertatakrama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan taqwa. Pinter artinya memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah upaya untuk mewujudkan falsafah tersebut maka ditempuh pendekatan social cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah. Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945 diperjelas dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi Ringkasan Eksekutif 1
  • 6. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Filosofis dalam penyusunan Master Plan dijiwai oleh cita-cita luhur sebagaimana rumusan yang termaktub dalam amanat konsititusi tersebut. Master Plan pendidikan ini sebagai acuan/pedoman bagi para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembangunan manusia yang berilmu, berpengetahuan, mampu membangun dan menguasai teknologi, serta berdaya saing, yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dokumen tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung. B. MASALAH YANG PERLU DIBENAHI 1. Pendidikan Formal Sebagai gambaran umum data menunjukan bahwa pencapaian APM SD/MI pada tahun 2006 adalah 97,45%. APM SMP/MTs tahun 2006 mencapai 69,38%. APM SMA/SMK sederajat pada tahun 2006 mencapai 25,36%. APK SD/MI sederajat tahun 2006 110,14%, APK SMP/MTS pada 2006 mencapai 89,12%. APK SMA/SMK sederajat pada 2006 menjadi 31,25%. Peningkatan RLS 2006 mencapai 9,53. AMH pada 2006 menjadi 98,26%. Pada jalur pendidikan nonformal pun, masih rendahnya jumah warga belajar yang mengikuti layanan program pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan Paket C). Di samping itu, masih rendahnya jumlah anak luar biasa (ALB) yang membutuhkan layanan pendidikan yang setara dengan pendidikan formal. Persoalan lain adalah masih ditemukan ketimpangan dari mutu pendidikan antara lain: (1) masih tingginya jumlah ruang kelas yang rusak di SD/MI dan SMP/MTs, SMA/SMK/MA sehinga Kabupaten Bandung masih menduduki peringkat kedua terbanyak jumlah sekolah yang rusak di Jawa Barat; (2) Pengadaan, distribusi, penertiban, perbaikan, dan pemeliharaan tanah, gedung, perabot dan alat peraga sekolah yang bervariasi, tidak berdasarkan standarisasi; (3) Masih lemahnya managemen aset oleh pemerintah daerah sehingga masih banyak fasilitas pendidikan yang belum memiliki bukti hukum; (4) Masih banyaknya sekolah yang kekurangan buku paket dan alat peraga edukatif sehingga menyulitkan guru dalam melaksanakan pembelajaran; (5) Masih lemahnya sistem manajemen SDM guru dan tenaga pengelola kependidikan, terutama dalam pola rekrutmen, seleksi, penempatan dan pendistribusian, pembinaan karier, kesejahteraan dan remunerasi, serta pemberhentian Ringkasan Eksekutif 2
  • 7. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 tenaga guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga kependidikan lainnya yang sering keliru; (6) Masih belum meratanya distribusi guru SD di wilayah Kabupaten Bandung. Jika dilihat dari rasio murid per guru masih terdapat kelebihan guru di beberapa kecamatan dan kekurangan guru kecamatan lainnya; (7) Masih kurangnya guru untuk beberapa mata pelajaran, yaitu di tingkat SLTP dan SLTA kekurangan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan BP; di tingkat SMU/SMK kekurangan guru untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, Lingkungan Hidup dan BP; (8) Masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya; (9) Kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, kurang praktis, kurang kontekstual, sehingga kurang memberikan makna yang berarti bagi bekal kehidupan murid di masa depan, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai religius, bekal kecakapan hidup (life skills), tata pergaulan, budi-pekerti, seni budaya lokal, kesehatan dan lingkungan hidup, serta aspek-aspek pembentuk karakter bangsa sering terabaikan; (10) Masih sulitnya mengembangkan Sekolah Kejuruan di daerah yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional maupun untuk pasar kerja internasional; (11) Masih tingginya angka putus sekolah pada beberapa kecamatan yang tingkat geografisnya sulit untuk dijangkau, sehingga turut menyebabkan perilaku destruktif dan gangguan keamanan dan ketertiban; (12) Masih belum difahaminya tentang perlunya layanan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, baik bagi anak karena ketunaan, kenakalan, maupun kebutuhan khusus lainnya; (13) Masih berkembang anggapan bahwa anak luar biasa merupakan anak ‘sakit’ sehingga pemberian layanan pendidikan masih menggunakan pendekatan medis, bukan melalui pendekatan pendidikan kekhususan; (14) Masih rendahnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pentingnya kelembagaan pendidikan keagamaan, karena masih tumpang tindih kewenangan dengan instansi vertikal Departemen Agama. Akibatnya, perkembangan jumlah dan kualitas lembaga-lembaga pendidikan keagamaan, khususnya di jalur nonformal masih merana; (15) Pembiayaan dan anggaran penyelenggaraan satuan pendidikan masih didasarkan pada asumsi-asumsi teoritis, tidak didasarkan pada perhitungan satuan biaya operasional (SBO) secara faktual; (16) Mekanisme sistem penganggaran pun tidak didasarkan pada sistem pemetaan alokasi (budget mapping alocation) untuk kebutuhan setiap penyelenggaraan satuan program pendidikan. Sekalipun sudah dibantu dengan adanya BOS, masih tetap saja belum dapat mengangkat persoalan-persoalan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan; (17) Masih lemahnya kemampuan administratif dan manajerial para pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah, tata usaha sekolah, pengawas sekolah, dan komite sekolah); (18) Partisipasi Ringkasan Eksekutif 3
  • 8. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 dunia usaha terhadap pembiayaan program-program pendidikan yang disalurkan melalui pemerintah masih rendah. Partisipasi yang baru dilakukan hanya disalurkan sendiri terhadap lembaga-lembaga ‘binaan’ dunia usaha itu sendiri. 2. Pendidikan Nonformal (PNF) Berkenaan dengan problema pendidikan di jalur pendidikan nonformal di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007 masih ditemukan gambaran bahwa: (1) Eksistensi PNF masih dianggap belum mendapat perhatian yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat dalam sistem pembangunan daerah, baik berkenaan dengan peraturan perundangan maupun dukungan anggaran; (2) Upaya memformalkan pendidikan kesetaraan (Paket A, B dan C) dengan pola pembelajaran, penyelenggaraan ujian yang harus menunggu waktu ujian dengan sertifikasi/ijasah yang mengikuti pola pendidikan formal, turut merugikan dan menyurutkan minat masyarakat untuk mengikuti program pendidikan kesetaraan; (3) Kurikulum dan proses pembelajaran keaksaraan masih belum benar-benar berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat, sehingga hasil pemebelajaran yang diberikan pada warga belajar belum fungsional dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat; (4) Masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada instansi PNF mulai tingkat kabupaten sampai ke tingkat desa dalam mengelola, mengembangkan dan melembagakan PNF; (5) Masih terbatasnya sarana dan prasarana edukatif PNF baik yang menunjang penyelenggaraan maupun proses pembelajaran PNF dalam rangka memperluas kesempatan, peningkatan mutu dan relevansi hasil program PNF dengan kebutuhan pembangunan daerah; (6) Terselenggaranya kegiatan PNF di lapangan masih mengandalkan tenaga sukarela yang tidak ada kaitan struktural dengan pemerintah sehingga tidak ada jaminan kesinambungan pelaksanaan program PNF; (7) Perhatian dan pengembangan pendidikan kesetaraan jender, pemberdayaan wanita dan sebagai ibu rumah tangga yang turut menopang ekonomi keluarga, dan kader-kader wanita pelayan pembangunan masyarakat di pesedaan, masih relatif sangat rendah; Pada beberapa daerah tertentu di Kabupaten Bandung, masih ada budaya yang berpandangan bahwa perempuan tidak diwajibkan untuk sekolah lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal tersebut menyebabkan satu kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dengan perempuan; (8) Masih belum terjadinya koordinasi yang terpadu antara Dinas Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja, terhadap Lembaga Latihan Luar Sekolah (LLLS) dan LKK (Latihan Keterampilan Kerja) sehingga kedua jenis lembaga tersebut kurang berkembang; (9) Masih rendahnya jumlah, sebaran pelayanan perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebagai media dan sumber belajar dan pembelajaran masyarakat; (10) Masih rendahnya Ringkasan Eksekutif 4
  • 9. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 pelayanan pendidikan kepemudaan, baik yang menyangkut pelayanan pendidikan kepribadian, budi pekerti, kecakapan hidup, maupun yang bersifat kebangsaan. 3. Pendidikan Informal Pada jalur pendidikan informal pun pada umumnya masyarakat belum begitu memahami tentang eksistensi pendidikan informal yang telah dijamin oleh undang-undang, sehingga layanan pendidikan informal masih dianggap tidak penting bagi pendidikan anak. Di samping itu, pemerintah pun, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah kabupaten belum dapat merumuskan peraturan perudang-undangan terpasuk pedoman penyelenggaraan pendidikan informal bagi masyarakat. Sehingga, kecenderungan pendidikan informal yang berkembang sekarang ini lebih mirip layanan pendidikan nonformal yang diselenggaraakan oleh keluarga. Merujuk gambaran persoalan-persoalan seperti diungkapkan di muka, dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan pendidikan di Kabupaten Bandung masih dihadapkan pada rendahnya APK/APM/AM pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan, termasuk sebarannya yang masih bervariasi di antara masing-masing wilayah kecamatan sehingga pencapaian target wajar dikdas 9 tahun dihadapkan pada kondisi yang amat variatif. Permasalahan lainnya, masih rendahnya mutu hasil pendidikan pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Persoalan lainnya adalah keterbatasan akses masyarakat karena persoalan kemampuan ekonomi, budaya maupun geografis. Dalam upaya memberikan pelayanan pendidikan yang semakin menjangkau maka pembebasan biaya sekolah kepada setiapan warga usia sekolah (khususnya usia wajib belajar) amat diperlukan baik pada sekolah formal maupun nonformal. Peningkatan layanan pendidikan kesetaraan (Paket A dan B) untuk anak usia wajib belajar harus diupayakan secara konsisten. Perumusan dan pengembangan prosedur operasional standar penerapan kurikulum berbasis budaya daerah dan kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup dan jiwa entrepreneur, teknologi dasar, serta lingkungan hidup yang sesuai dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan pada setiap wilayah. Di samping itu, perlu upaya mengembangkan jaringan kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dunia perusahaan, pesantren, dan atau komunitas masyarakat lainya dalam rangka pendalaman penerapan kurikulum berbasis budaya daerah dan kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup dan jiwa entrepreneur, teknologi dasar, olah raga dan seni, serta lingkungan hidup yang sesuai dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan. Kedepan perlu segera dirintis pengembangan sekolah-sekolah unggulan/percontohan/model yang berbasis pada budaya daerah dan Ringkasan Eksekutif 5
  • 10. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 kearifan lokal, budi pekerti, kecakapan hidup teknologi dasar yang sesuai dengan karakteristik jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan. Dalam garis kebijakan nasional seiring dengan diterbitkanya PP Nomor 19 tahun 2004, tentang Standar Nasional Pendidikan, maka target pelayanan pembangunan pendidikan saampai Tahun 2025 dipola dalam 4 tahap, yaitu: (1) Tahun 2006-2010 peningkatan kapasitas dan modernisasi; (2) Tahun 2011-2015 penguatan pelayanan; (3) Tahun 2016- 2020 mencapai daya saing regional; dan (4) Tahun 2021-2025 mencapai daya saing internasional. Untuk mewujudkannya minimal dibutuhkan kondisi: Pertama, diperlukan daya tampung yang seimbang dengan populasi penduduk pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan; Kedua, masyarakat harus memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya; Ketiga, komitmen sepenuh hati pemerintah dalam melaksanakan pendidikan untuk semua (education for all) termasuk membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi masyarakatnya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar biaya pendidikan yang dibutuhkan. Peranan pemerintah adalah membangun akses yang luas kepada seluruh warga agar dapat memperoleh pelayanan pendidikan tanpa terkecuali. C. AGENDA PENDIDIKAN TAHUN 2008-2025 Untuk menyusun agenda pembangunan pendidikan yang dituangkan dalam prioritas program diperlukan kesepahaman tentang substansi, proses dan konteks kelembagaan pendidikan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengurusnya. Secara substantif, pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung akan berkenaan dengan tugas-tugas pengelolaan dalam bidang: (1) pengembangan dan implementasi kurikulum; (2) pengelolaan peserta didik; (3) pengelolaan ketenagaan; (4) pengelolaan tanah, bangunan/gedung/sarana/prasarana dan fasilitas serta sumber belajar; (5) pengelolaan anggaran dan pembiayaan pendidikan; (6) pengelolaan kerjasama kelembagaan pendidikan dengan masyarakat; (7) pengelolaan bidang-bidang khusus lainnya yang sesuai dengan jenis dan karakteristik kelembagaan pendidikan. Pemahaman tentang proses-proses pendidikan di Kabupaten Bandung akan berkenaan dengan serangkaian prosedur manajerial, antara lain: (1) proses pembuatan keputusan yang dituangkan dalam bentuk-bentuk produk kebijakan; (2) proses perencanaan yang disertai dengan dokumen-dokumen rencana dan program; (3) pengorganisasian dan mengkomunikasikan program-program pendidikan; (4) pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi program pendidikan; (5) pelaporan dan tindak lanjut dari setiap pencapaian program pendidikan. Ringkasan Eksekutif 6
  • 11. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 Pemahaman tentang konteks kelembagaan pendidikan di Kabupaten Bandung tidak dipandang hanya terbatas pada kelembagaan persekolahan di jalur pendidikan formal semata. Tetapi, memandang bahwa kelembagaan pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata dapat dipandang dari aspek jalur, jenjang dan jenisnya. Jalur pendidikan di Kabupaten Bandung, ternyata terdapat di jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal; Jenjang pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata merentang sejang pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi; Jenis pendidikan di Kabupaten Bandung ternyata ada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan khusus (pendidikan luar biasa). Jenis kelembagaan satuan pendidikan akan lebih variasi lagi apabila dilihat secara faktual diselenggarakan pada jalur pendidikan nonformal, terutama bila melihat eksistensi pendidikan berkelanjutan, seperti halnya Kelompok Belajar Usaha (Kejar Usaha/KBU), kursus-kursus, magang, pendidikan kepemudaan (kelompok pemuda sebaya), pemberdayaan wanita/ pengarusutamaan jender, kelompok wanita usaha, kader pembangunan dan sejenisnya, dan pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), Sanggar Kebiatan Belajar (SKB) dan Pesantren-pesantren yang secara nyata telah lebih dahulu melaksanakan program-program pendidikan nonformal keagamaan, baik secara individu maupun kelompok, yang merentang dari jenjang MDA sampai ke jenjang Mualimin. Di samping itu, kelembagaan lain yang secara eksis telah menggali, melestarikan, memlihara dan mengembangan nilai-nilai sosial budaya melalui pendidikan nonformal ialah lembaga-lembaga atau kelompok- kelompok kesenian dan kebudayaan, seperti halnya padepokan seni- budaya, lingkung seni budaya daerah, taman/cagar budaya, sejarah dan kepurbakalaan, dan jenis-jenis kelembagaan lainnya yang bergerak dalam penggalian, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kebudayaan masyarakat daerah. Merujuk agenda Pembangunan Nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Pendidikan Nasional, maka agenda pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung ditetapkan dalam empat periode, yaitu (1) peningkatan kapasitas dan modernisasi (2008- 2010); (2) penguatan pelayanan kelembagaan (2011-2015); (3) pengembangan ke arah daya saing regional (2016-2020); dan (4) pengembangan ke arah daya saing internasional (2021-2025). Kemudian, dengan merujuk misi dan tujuan pembangunan pendidikan jangka panjang (RPJP bidang Pendidikan) di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025, maka misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan Ringkasan Eksekutif 7
  • 12. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 program pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2025, dapat diuraikan pada Tabel 1 pada bagian ahir ringkasan ini. D. REKOMENDASI Master Plan ini hanyalah gambaran dari suatu keinginan, cita-cita dan harapan yang dikemas dalam bentuk rencana jangka panjang. Master Plan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan arah bagi para pengelola pendidikan dalam melaksanakan pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung, baik pengelola pada tingkat satuan pendidikan, maupun pengelola pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung. Namun sebaliknya, Master Plan Pendidikan ini akan menjadi sebuah dokumen yang tidak akan memberikan makna apa-apa, jika tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaannya. Kebijakan dan program sebagaimana terurai dalam Tabel 1 merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling penting ialah seluruh bidang garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Tim Perumus memandang perlu memberikan rekomendasi, bahwa: 1. Kebijakan dan program, merupakan bidang garapan yang perlu dilaksanakan dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya akan banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik dan konfigurasi sistem pembagian kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah Kabupaten Bandung. Ada bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bidang garapan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan ada bidang garapan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun demikian, bagi masyarakat Kabupaten Bandung, tidak terlalu mempersoalkan bidang garapan yang menjadi kewenangan untuk melaksanakannya, yang paling penting ialah Ringkasan Eksekutif 8
  • 13. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 seluruh bidang garapan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya. 2. Diperlukan keputusan dan keberanian politik dari Pemerintah Daerah untuk menjadikan Marter Plan Pendidikan ini sebagai produk kebijakan yang mempunyai ketetapan hukum yang mengikat bagi seluruh aparatur pengelola, pelaksana, masyarakat dan stakeholder pendidikan di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, Master Plan Pendidikan ini semestinya segera ditindaklanjuti menjadi Peraturan Daerah atau serendah-rendahnya ditetapkan sebagai Peraturan Bupati. 3. Namun demikian, sebagaimana pernyataan pada butir pertama di atas, konfigurasi politik pemerintahan akan berpengaruh pada adanya sejumlah bidang garapan, terutama dengan masuknya bidang kesenian dan kebudayaan ke dalam satu naungan pengelolaan di bawah SKPD Pendidikan dan Kebudayaan, sekaligus merupakan langkah maju dalam pembaharuan pembangunan pendidikan. Kesenian dan kebudayaan daerah akan semakin maju dan berkembang, seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan bersatunya kembali bidang kesenian dan kebudayaan, akan mencegah aset kesenian dan kebudayaan milik masyarakat dan bangsa diakui negara lain. Oleh karena itu, Bapeda (sebagai pihak perencana), SKPD Pengelola Pendidikan/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (sebagai pengelola), dan Dewan Pendidikan (sebagai representasi masyarakat dan stakeholders), agar segera berkoordinasi dengan ‘duduk satu meja’ untuk membahas berbagai penyesuaian, dan menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) atau Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup), yang kemudian dibahas bersama DPRD; Siapa pun yang menjadi pimpinan perencana di Bapeda, siapa pun yang menjadi pimpinan di SKPD pengelola pendidikan, dan siapa pun yang menjadi pimpinan Dewan Pendidikan, senantiasa mempunyai gerakan yang sama terhadap misi yang tertuang dalam Master Plan Pendidikan; Dengan demikian, tidak ada lagi istilah ‘ganti pimpinan’ ganti kebijakan, atau sistem dan kebijakan sudah ditata dan dilaksanakan dengan baik malah berantakan kembali akibat berubahnya kebijakan pimpinan baru. 4. Setelah Master Plan ini mempunyai ketetapan hukum, pihak SKPD Pengelola Pendidikan berkoordinasi kembali dengan pihak Bapeda dan Dewan Pendidikan untuk melakukan peninjauan ulang terhadap rencana-rencana strategis yang telah dibuatnya, dan kemudian menataulang rencana strategisnya dengan merujuk pada Master Plan Pendidikan; 5. Setelah melakukan penyesuaian terhadap rencana strategis pada SKPD pengelola pendidikan, kemudian harus segera pula Ringkasan Eksekutif 9
  • 14. Badan Perencanaan Daerah Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Kebupaten Bandung, 2007 disosialisasikan dan dipublikasikan kepada seluruh pengelola satuan pendidikan (baik formal maupun nonformal, lembaga-lembaga keswadayaan masyarakat pengelola kelembagaan satuan pendidikan, dan komunitas-komunitas stakeholders pendidikan di Kabupaten Bandung; 6. Pihak Bapeda sebagai instansi perencana masih mempunyai kewajiban untuk pengamanan dan pengendalian Master Plan Pendidikan, melalui penyusunan dan penyiapan perangkat sistem pendukung. Oleh karena itu, pihak Bapeda seharusnya menyiapkan pula Prosedur Operasional Standar (norma, instrument, dan prosedur) tatakelola setiap butir program yang termaktub dalam rumusan Master Plan Pendidikan tersebut. 7. Komitmen bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Bandung untuk menumbuhkan kekuatan kolektif (collective power) dengan senantiasa menjadikan Master Plan Pendidikan sebagai rujukan utama dalam merumuskan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi program-program strategis pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan posisi, peran dan kewenangannya. Demikian sebuah refleksi yang dapat Tim Penulis sampaikan, mudah-mudahan sekecil apa pun naskah ini kami buat, merupakan sumbangan terbesar kami, sebagai salah satu perwujudan partisipasi kami dalam membangun pendidikan di Kabupaten Bandung. Ringkasan Eksekutif 1
  • 15. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat konstitusi mengenai peningkatan mutu pendidikan tercantum dalam UUD 1945, pasal 28C ayat (1), bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia; Pasal 31 menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka menghidupkan kecerdasan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; serta (5) pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Apa yang tersurat dan tersirat dalam pasal 31 UUD 1945 diperjelas dalam UU.No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pemerintah telah menjabarkan mengenai rencana pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan untuk periode 2005-2025, antara lain: periode 2005-2010 ditargetkan untuk meningkatkan kapasitas dan modernisasi guna terciptanya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif dalam tataran masyarakat Bab I : Pendahuluan 1
  • 16. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah lokal dan global difokuskan pada peningkatan daya tampung satuan pendidikan yang ada. Periode tersebut mendukung pada program pemerintah yaitu pendidikan untuk semua (education for all). Pemerataan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat yang berada di seluruh pelosok negeri agar dapat mengurangi angka buta aksara khususnya pada aspek membaca, menulis, dan berhitung sebagai kompetensi dasar guna mewujudkan masyarakat yang berbasis pengetahuan (based knowledge society). Periode 2010-2015 ditargetkan untuk menguatkan pelayanan, menitik beratkan pada rasio kebutuhan dan kesediaan sarana dan prasarana pendidikan nasional menjadi optimal agar mutu pendidikan menjadi relevan dan berdaya saing dengan penggunaan strategi milestone peralihan fokus atau penekanan dari pembangunan aspek kuantitas kepada aspek kualitas. Periode 2015-2020 untuk meningkatkan daya saing regional difokuskan pada kualitas pendidikan yang memiliki daya saing regional pada tingkat ASEAN terlebih dahulu dengan berdasarkan pada standar benchmarking yang objektif dan realistis. Harapan Indonesia pada akhir periode ini sudah bisa menjadi titik pusat gravitasi sosial ASEAN sebagai sebuah entitas sosiokultural. Periode 2020-2025 memiliki target untuk meningkatkan daya saing internasional dengan dicanangkannya pencapaian nilai kompetitif secara internasional. Berbagai program-program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat tentunya harus bersinergi dengan keberhasilan (milestone) pada level daerah baik tingkat provinsi, kota, dan kabupaten. Tolak ukur keberhasilan berada pada bagaimana cara untuk mengejewantahkan berbagai kebijakan strategis di bidang pendidikan baik pada saat proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan kondisi daerah yang ada (existing condition) agar tercapai kondisi yang dicita- citakan (excepted condition). Sehingga visi insan cerdas Indonesia mampu berkompetitif baik pada tingkat lokal, regional, dan global. Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten yang memiliki daya topang pada aspek pendidikan baik kepada level provinsi maupun pusat yang memiliki luas wilayah 307.475 ha dan jumlah penduduk pada Tahun 2006 mencapai 4.399.472 jiwa, yang terbagi 2.224.108 jiwa laki-laki dan 2.175.374 jiwa perempuan. Penerapan konsep pendidikan untuk semua harus mampu menyentuh level usia masyarakat kabupaten Bandung dari nol sampai dengan angka harapan hidup. Bab I : Pendahuluan 2
  • 17. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah Pemerataan dan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Bandung diarahkan pada penuntasan wajar dikdas 9 tahun sebagai prioritas sampai Tahun 2008 yang diawali dengan perintisan dan penuntasan wajar 12 tahun dengan standar mutu yang semakin baik (kompetitif). Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun menjadi prioritas, mengingat program ini secara nasional telah menetapkan target sebagaimana diatur dalam Kepres Nomor 5 Tahun 2006 tentang percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun dan pemberantasan buta aksara. APM SD/MI Kabupaten Bandung tahun 2006 sebesar 91,01%, APM SMP/MTs sebesar 63,27%, APM SMA/MA sebesar 35,91%, pencapaian AMH sebesar 98,70%, APK SD/MI sebesar 129,90%, SMP/MTs sebesar 75,90% dan SMA/SMK/MA sebesar 43,43%. Jika pada Tahun 2008 secara Nasional termasuk Kabupaten Bandung harus tuntas madia yang dicirikan dengan APM antara 86 s.d 90% dan APK mencapai angka 98%, maka Kabupaten Bandung harus mengejar point standar tersebut dalam kurun waktu yang tersisa tinggal 2 tahun berjalan. Berdasarkan data BPS tahun 2005, menjelaskan bahwa sebagian besar (76%) keluarga menyatakan penyebab utama anak putus sekolah atau tidak menlanjutkan sekolah adalah karena alasan ekonomi, yang bervariasi dari tidak memiliki biaya sekolah (67%) serta harus bekerja dan mencari nafkah (8,7%) jika dikaitkan dengan pendidikan tinggi (PT) partisipasi jumlah penduduk dalam usia 19-24 tahun yang memperoleh kesempatan belajar di perguruan tinggi masih relatif kecil. Pada Tahun 2004 angka partisipasi pendidikan ke perguruan tinggi hanya mencapai 14,26% dan pada Tahun 2006 APM kabupaten Bandung mencapai 7,78% hal tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 6,23%, menurun hampir mencapai 50% dari APM 2004. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya partisipasi penduduk terhadap perguruan tinggi akibat rendahnya akses terhadap pendidikan dari sisi ekonomi. Berkaitan dengan misi ke-3 Pemerintah Kabupaten Bandung yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan misi ke-5 adalah meningkatkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan taqwa, maka misi ini menuntut pembangunan pendidikan yang memfokuskan program pada pendidikan budi pekerti, pendidikan yang menggabungkan antara qolbu, akal dan jasadiah. Tidak hanya pendidikan yang sekedar menstransfer ilmu tapi juga membangun manusia yang memiliki karakter sehingga mutu lulusannya mampu menjadi tenaga kerja yang siap pakai, produktif, cerdas, berdaya saing serta memiliki iman dan taqwa. Bab I : Pendahuluan 3
  • 18. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah Terjadinya dekadensi moral atau penurunan budi pekerti (akhlakul karimah) di kalangan anak-anak dan kelompok pemuda sebaya, ditandai dengan maraknya penyalahgunaan narkoba, meningkatnya kriminalitas di kalangan remaja serta meningkatnya jumlah anak jalanan dan anak terlantar, dapat berpengaruh terhadap menurunnya kualitas pendidikan dengan meningkatnya angka putus sekolah maupun angka mengulang. Menurut data dari Dinas Sosial Kabupaten Bandung tercatat korban narkoba sebanyak 367 orang, anak nakal sebanyak 169 orang, anak terlantar sebanyak 660 orang, serta wanita tuna susila 250 orang. Hal ini dapat dimengerti bahwa pendidikan budi pekerti dipendidikan formal dalam aplikasinya masih bersifat kognitif belum kepada apektif (perilaku) dan praktik, sementara pendidikan non formal dan informal sebagai salah satu wahana untuk membina moral atau akhlak anak-anak dan remaja baik dirumah, di Mesjid/Pondok Pesantren maupun di tempat lainnya masih terbatas. Berkaitan dengan akuntabilitas dan pencitraan publik, tuntutan masyarakat dewasa ini serba membutuhkan data dan informasi yang cepat, akurat, dan transparan. Menyikapi pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terkesan sporadis, parsial, dan pragmatis, pemerintah Kabupaten Bandung telah melakukan terobosan seperti menyusun standarisasi pengembangan telematika, pengintegrasian pengelolaan Sistem Iinformasi Manajemen (SIM) di Dinas Pendidikan dan Kantor PDE yang dapat mengakses SIM ke setiap satuan, jenjang dan jenis pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung, namun dalam pelaksanaannya belum berjalan secara optimal. Untuk memberikan arahan yang jelas dalam mengatasi permasalahan pendidikan di Kabupaten Bandung, dipandang perlu menyusun Master Plan Pendidikan yang diselaraskan dengan visi dan misi Kabupaten Bandung jangka panjang (RPJP). Selain itu diselaraskan pula dengan Kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Menengah yang menekankan pada 3 pilar (tantangan utama) untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan 5 tahun kedepan yaitu: (1) Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan; (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing; (3) Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik. Agar tujuan penyusunan Master Plan dapat dicapai dengan efektif maka pengembangan program perlu didasarkan pada persoalan-persoalan prioritas yang secarasubstantif memiliki peluang lebih besar untuk berkembang baik dari aspek kuantitatas Bab I : Pendahuluan 4
  • 19. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah maupun kualitasnya. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian visi Kabupaten Bandung (relegius, kultural dan berwawasan lingkungan) dipandang perlu mengembangkan program-program yang bersifat inovatif. Adapun sasaran pendidikan yang akan dijabarkan di Kabupaten Bandung mememiliki tiga unsur yang terdapat pada visi kabupaten Bandung sebagai daerah yang berbasis religius, kultural, dan berwawasan lingkungan. Ketiga visi tersebut harus mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembangunan dan pelaksanaan program pendidikan di kabupaten Bandung periode 2008-2025 dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki tingkat kecerdasan dan karakter yang berlandaskan iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat mengembangkan potensi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki oleh setiap insan. Oleh karena itu perlu disusunnya kerangka program pendidikan yang utuh dan rinci dalam bentuk Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung periode 2008-2015. B. Tujuan Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung secara khusus bertujuan, sebagai berikut: 1. Menyusun dokumen Rencana Induk (Master Plan) Pendidikan Tahun 2008-2025 sebagai acuan/pedoman bagi para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembangunan Sumber Daya Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (cerdas), serta berdaya saing yang berlandaskan Iman dan Taqwa (IMTAK). Dokumen tersebut dapat menjadi arah kebijakan dan rencana implementasi bidang pendidikan di Kabupaten Bandung berdasarkan strategi dan rekomendasi yang diperoleh dari hasil analisis berupa isu prioritas, indikasi program, kegiatan dan sasaran dan indikator keberhasilan yang diharapkan dalam pembangunan bidang pendidikan. 2. Memberikan pedoman dan arah dalam meningkatkan koordinasi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dalam Pembangunan Pendidikan. C. Keluaran yang Diharapkan Keluaran yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Master Plan Pendidikan di Kabupaten Bandung ini, ialah tersusunnya Bab I : Pendahuluan 5
  • 20. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah dokumen perencanaan pendidikan untuk tahun 2008-2025, yang berisi: 1. Deskripsi terintegrasi tentang permasalahan dan tantangan dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025. 2. Tujuan dan sasaran manajemen pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025. 3. Strategi manajemen untuk setiap substansi, proses, dan konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025. 4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan penyusunan Master Plan Pendidikan di Kabupaten Bandung ini meliputi: 1. Analisis tentang existing condition tentang pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2007, yang mencakup: (a) Penyelenggaran pendidikan prasekolah di jalur formal dan nonformal; (b) Penyelenggaraan pendidikan dasar di jalur formal dan nonformal; (c) Penyelenggaraan pendidikan menengah di jalur formal dan nonformal; 2. Analisis tentang tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025. 3. Analisis tentang strategi manajemen untuk setiap substansi, proses, dan konteks pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2025. 4. Program prioritas yang perlu dikembangkan pada setiap periode pembangunan di Kabupaten Bandung sampai Tahun 2008-2025, yang mencakup: a. Peningkatan pemerataan pendidikan pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikan yang perlu ditanggulangi sampai Tahun 2025. b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan sampai tahun 2025. c. Peningkatan kualitas tatakelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam penyelenggaraan pembangunan pendidikan sampai tahun 2025. E. Sumber Data Bab I : Pendahuluan 6
  • 21. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah Sumber data dalam kajian ini berkenaan dengan eksistensi penyelenggaraan pembangunan pendidikan yang tidak lepas kaitannya dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Berdasarkan pada aspek-aspek kelembagaan pemerintahan daerah kabupaten, maka sumber data yang diperlukan dalam studi ini dikelompokkan: 1. Perangkat perundang-undangan yang menjadi penentu arah penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat nasional provinsi sampai ke tingkat pemerintah kabupaten. 2. Perangkat proses manajemen penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan di tingkat pemerintahan kabupaten; 3. Lingkungan sosial, budaya, ekonomi dan politik proses manajemen penyelenggaraan pendidikan yang berkaitan dengan unsur lokasi, situasi, peristiwa-peristiwa, serta aset-aset yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam penyelenggaraan pendidikan. F. Proses dan Instrumen Pengumpulan Data Merujuk keluaran yang ingin diperoleh, maka dibutuhkan dukungan kelengkapan dan akurasi data tentang kondisi existing pendidikan dan kebutuhan tentang pendidikan di masa depan. Untuk itu, data dicari, dikumpulkan dan dianalisis melalui teknik survey dan telaah dokumen, yang hasilnya dibahas dalam FGD (Focus Group Discussion) dan Uji-Publik. Ada pun instrumen yang digunakan ialah: (1) Pedoman Observasi (Survey) dan Studi Dokumen; (2) Pedoman Wawancara; (3) Format-format Analisis. Tahap ahir perumusan hasil kajian, diarahkan pada penggunaan teknik perencanaan pembangunan pendidikan dengan ditempuh melalui tahapan: (1) pengkajian kondisi dan persoalan, (2) analisis kebutuhan, tujuan dan sasaran; (3) pengembangan model dan asumsi-asumsi strategis, dan (4) pengembangan alternatif rencana dan program. G. Unit Analisis Unit analisis bagi kepentingan penyusunan Master Plan Pendidikan di Kabupaten Bandung meliputi: (1) Unsur Kepala Daerah dan DPRD; (2) Unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kependudukan, dan SKPD terkait lainnya; (3) Unsur Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; (4) Unsur Pelaku Bab I : Pendahuluan 7
  • 22. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah Usaha dan Masyarakat (stakeholders); (5) Dokumen-dokumen seperti: (a) Rencana Strategis Pendidikan Nasional; (b) Rencana Strategis Pendidikan Provinsi Jawa Barat; (c) Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung; (d) Perda RTRW, (e) RPJPD, (f) RPJMD 2005-2010; (g) Renstra Pendidikan Provinsi Jawa Barat; (h) RKPD 2007; (i) Perundang-undangan pendidikan. H. Kerangka Analisis Produk akhir dari serangkaian langkah kegiatan ini adalah Rumusan Master Plan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung untuk lima tahun ke depan (2008-2015). Fungsinya, akan dijadikan dokumen akademik dan dokumen yuridis bagi Pemerintah Daerah dan pengelola pendidikan di Kabupaten Bandung dalam melaksanakan pembangunan pendidikan yang menjadi kewenangannya. Karena itu, untuk tujuan tersebut, dilakukan serangkaian uji-validasi tentang format dan isi dokumen tersebut dengan stakeholders dan pemangku kepentingan pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung. Secara skematis, kerangka analisis pelaksanaan kegiatan penyusunan master plan ini, diilustrasikan pada gambar berikut: Tuntutan Peningkatan Mutu Pendidikan Kurikulum, Inprastruktu Ketenaga r Sosek an, Sarana Masyarakat Karakteristik Survey, Telaah Kelembag Dokumen & FGD Asumsi aan Pendekatan Pendidikan dan Strategi Problema Implementasi Pembangun Pembangun Penyelenggaraan an an Pendidikan di Pendidikan Pendidikan Kabupaten sampai di Kab. Bandung 5 Tahun Bandung Terakhir Pengembang Pemerataan an Alternatif Kebijakan Pendidikan Rencana Pendidikan Pembangunan Nasional, Pendidikan di Provinsi, Mutu dan Kab. Bandung dan Relevansi Sampai Tahun Kabupaten Pendidikan 2025 Legalitas Akuntabilitas, Tujuan dan Manajemen Tata Kelola dan Sasaran Bab I : Pendahuluan Sistem Pencitraan Pembangun 8 Penyelenggaraa Publik an n Pendidikan di Pendidikan Daerah di Kab. Bandung
  • 23. Badan Perencanaan 2008- Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Daerah Gambar 1.1 Kerangka Analisis Penyusunan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung Bab I : Pendahuluan 9
  • 24. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah BAB II KERANGKA PEMIKIRAN A. Pembaharuan Pendidikan: Membangun Peradaban Menengok sejarah peradaban manusia telah begitu banyak upaya untuk mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi berikutnya. Seiring perjalanan jaman dan semakin bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang harus diwariskan kepada anak-anaknya, pada akhirnya para orang tua semakin menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan semua pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada anak-anaknya. Dan sejak saat itu, mulailah ada upaya-upaya pembelajaran melalui cara-cara yang tidak formal sesuai pengetahuan dan keterampilan yang diinginkan para anaknya. Selanjutnya, seiring pembaharuan dan perkembangan jaman, di mana pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari bertambah dan berkembang semakin kompleks, kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan dalam bentuk apa yang sekarang dikenal dengan persekolahan. Munculnya pendidikan persekolahan ini pada awalnya adalah suatu proses yang bertujuan untuk menyempurnakan harkat dan martabat manusia yang diupayakan secara terus menerus. Di mana pun proses pendidikan terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang hakiki tentang harkat dan martabat kemanusiaan. Namun ternyata, belakangan lembaga pendidikan yang namanya 'sekolah' ini hanya menyediakan waktu yang sangat terbatas, dan penuh dengan aturan yang ketat dan jelimet. Dan pada saat sekarang, 'sekolah' tersebut cenderung menganggap dirinya sebagai satu-satunya wadah pembelajaran bagi kelanjutan generasi. Kebanyakan orang sering melupakan bahwa pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dan kehidupan tidak hanya didapat dan dipelajari di 'sekolah'. Akibat kompleksitas dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi yang disebut sekolah tersebut kebanyakan orang sering mengidentikkan dengan pendidikan; Manakala membicarakan pendidikan cenderung yang dibahas adalah sistem persekolahan; Akibatnya, paradigma pendidikan yang begitu universal hanya Bab II : Kerangka Pemikiran 8
  • 25. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah dipandang secara terbatas, dan lebih banyak adaptif daripada inisiatif. Akhirnya, sistem pembangunan pendidikan pun lebih banyak tergantung pada sistem politik yang dianut dalam menyelenggarakan pemerintahan. Baru saja bangsa ini membenahi segala kemelut akibat 'huru- hara' menggulingkan tirani pemerintahan, sekarang harus pula berkemas dengan segala dampak negatif arus globalisasi. Dengan belajar dari pengalaman, dimaklumi bahwa setiap permasalahan yang dihadapi hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan tingkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dari sejarah peradaban pula kita dapat belajar bahwa hanya manusia yang berkualitaslah yang akan mampu berperan dalam kehidupan. Karena itu, peningkatan kualitas SDM sudah merupakan suatu keharusan untuk segera diupayakan secara terencana, terarah, dan terkendali. Peningkatan kualitas SDM ternyata tidak bisa dilakukan kecuali hanya melalui pendidikan, dan karenanya hanya melalui peningkatan kualitas pendidikanlah kualitas SDM dapat ditingkatkan. Menyadari betapa pentingnya peningkatan kualitas pendidikan tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan dan berbagai upaya pula telah dilaksanakan. Namun, sepertinya tetap saja belum berhasil membawa masyarakat dan bangsa untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bahkan, bila kualitas SDM Bangsa Indonesia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hampir setiap tahun peringkat Indonesia selalu berada pada tingkatan yang memalukan harkat dan martabat bangsa. Kenyataan tersebut ternyata di antaranya disebabkan oleh ketidaktersediaan rencana induk pembangunan pendidikan yang komprehensif, antisipatif dan berwawasan jauh ke depan. Di samping itu, pendekatan dan strategi pembangunan yang dilakukan pun hampir selalu mengarah pada input oriented dan macro oriented. Pendekatan terhadap input ini ditunjukkan hampir pada semua kebijakan yang selalu bersandar pada pemenuhan semua kebutuhan komponen masukan pendidikan, dengan keyakinan akan menghasilkan output yang berkualitas. Tetapi pada kenyataannya, pendekatan dan strategi ini hanya efektif di lingkungan ekonomi dan bisnis. Sedangkan pendekatan makro, ditunjukkan oleh manajemen yang terpusat. Kebijakan yang didasarkan pada proyeksi secara makro, pada kenyataannya Bab II : Kerangka Pemikiran 9
  • 26. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah sering kurang menyentuh persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi para pelaksana pendidikan pada tingkat kelembagaan satuan pendidikan. Kondisi-kondisi tersebut, tentu saja memerlukan pembaharuan-pembaharuan mendasar, baik yang menyangkut objek pembangunan maupun metodologi dalam pelaksanaan pembangunan. Apabila proses-proses pembangunan pendidikan dipandang dari sudut keilmuan, akan berkaitan dengan makna imperative yang merujuk paradigma filsafat keilmuan dengan objek dan metodologi studi yang jelas. Objek pembangunan pendidikan sepatutnya merujuk pula pada paradigma ilmu pendidikan, bukan pada paradigma ilmu non-kependidikan. Ilmu pendidikan mempunyai paradigma yang berbeda dengan paradigma ketatanegaraan maupun politik, baik dalam aspek ontology, aksiologi dan epistemologinya. Walaupun dalam tatanan praktek kependidikan lebih banyak menyesuaikan diri dengan bentuk konstelasi dan proses politik ketatanegaraan, tetapi hal tersebut sebetulnya hanya bersifat kontekstual. Metodologi implementasi teori pembangunan pendidikan, dapat saja merujuk paradigma keilmuan yang selama ini digunakan dalam disiplin ilmu sosial lainnya, namun, dalam aspek substansi ilmu pendidikan mempunyai kekhususan yang sulit didekati dengan paradigma keilmuan lainnya. Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan pada dasarnya akan selalu menyentuh perangkat kendali sistem pendidikan yang universal. Paradigma pendidikan yang selalu didasarkan pada paradigma ilmu-ilmu obyektif, telah terbukti hanya menghasilkan manusia-manusia mekanis yang kurang kreatif. Karena itu, untuk melakukan pembangunan pendidikan di Indonesia, tidak ada altematif lain kecuali melakukan pembaharuan orientasi dan pendekatan dalam manajemen pembangunan pendidikan itu sendiri. Di samping itu, pandangan nilai tentang pembaharuan pendidikan tidak hanya sekedar etika dalam arti 'baik' atau 'tidak baik', namun lebih ditekankan pada tujuan mengapa perlu ada pembaharuan dalam pembangunan pendidikan. 'Nilai' dan tujuan 'baik' dari pembaharuan hanya akan ada apabila pembaharuan itu sendiri dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Jika pembaharuan pembangunan pendidikan harus dilakukan, menunjukkan bahwa dalam pembangunan pendidikan selama ini ada sesuatu yang kurang bermanfaat. Dengan kata lain, kekurangan atau kelebihan dalam pembangunan pendidikan harus dapat ditemukan, dianalisis, Bab II : Kerangka Pemikiran 10
  • 27. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah disintesa, kemudian dipraktekkan kembali sampai menunjukan hasil yang lebih bermanfaat. B. Pendidikan dalam Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi dan Politik Reformasi pendidikan telah dilakukan, dan regulasi atas perubahan kebijakan pembangunan pendidikan nasional telah dimulai. Untuk itu, seluruh kebijakan yang terkait dengan perubahan, penyempurnaan dan pengembangan program pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan harus dilakukan, yang kesemua itu diarahkan pada upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu, sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan. Pembangunan pendidikan nasional merupakan upaya bersama seluruh komponen pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mewujudkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan amanat UU.No.20 Tahun 2003 pasal l butir 1, pendidikan mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks tersebut pendidikan harus dilihat sebagai human investment yang mempunyai perspektif multidimensional baik sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam perspektif sosial, pendidikan akan melahirkan insan- insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses transformasi sosial di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan horisontal masyarakat, yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial baru. Konstruksi sosial baru ini terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik, yang menjadi elemen penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Pendidikan yang melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu menjadi kekuatan perekat yang menautkan unit-unit sosial di dalam masyarakat: keluarga, komunitas masyarakat, dan organisasi sosial yang kemudian menjelma dalam bentuk organisasi besar berupa lembaga negara. Dengan demikian, pendidikan dapat memberikan sumbangan penting pada upaya memantapkan integrasi sosial untuk terwujudnya integrasi nasional. Bab II : Kerangka Pemikiran 11
  • 28. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah Dalam perspektif budaya, pendidikan juga merupakan wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Bahkan peran pendidikan menjadi lebih penting ketika arus globalisasi semakin kuat, yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional. Dalam perspektif ekonomi, pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia (human invesment) yang akan menghasilkan manusia-manusia yang handal untuk menjadi subyek penggerak pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan bermutu yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai keterampilan teknis yang memadai. Pendidikan juga harus dapat menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang memiliki kemampuan kewirausahaan, yang menjadi salah satu pilar utama aktivitas perekonomian nasional. Bahkan peran pendidikan menjadi sangat penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa, yang menjadi prasyarat mutlak dalam memasuki persaingan antarbangsa di era global. Di era global sekarang ini, berbagai bangsa di dunia telah mengembangkan knowledge-based economy (KBE), yang mensyaratkan dukungan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Karena itu, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan - education for the knowledge economy (EKE). Dalam konteks ini, satuan pendidikan harus pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan (research and development), yang menghasilkan produk-produk riset unggulan yang mendukung KBE. Pengembangan ekonomi nasional berbasis pada keunggulan sumber daya alam dan sosial yang tersedia, ditambah dengan ketersediaan SDM bermutu yang menguasai Iptek sangat menentukan kemampuan bangsa dalam memasuki kompetensi global dan ekonomi pasar bebas, yang menuntut daya saing Bab II : Kerangka Pemikiran 12
  • 29. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah tinggi. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat menyiapkan sumber daya manusia-manusia unggul yang mampu meningkatkan daya saing nasional dan mengantarkan bangsa Indonesia meraih keunggulan bersaing ditingkat global. Dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik (good citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun kekuatan bersama sebagai bangsa. Visi dan idealisme itu haruslah merujuk dan bersumber pada paham ideologi nasional, yang dianut oleh seluruh komponen bangsa. Dalam jangka panjang, pendidikan niscaya akan melahirkan lapisan masyarakat terpelajar yang kemudian membentuk critical mass, yang menjadi elemen pokok dalam upaya membangun masyarakat madani. Dengan demikian, pendidikan merupakan usaha seluruh komponen bangsa untuk meletakkan landasan sosial yang kokoh bagi terciptanya masyarakat demokratis, yang bertumpu pada golongan masyarakat kelas menengah terdidik yang menjadi pilar utama civil society, yang menjadi salah satu tiang penyangga bagi upaya perwujudan pembangunan masyarakat demokratis. C. Tantangan Pembangunan Pendidikan di Daerah Pelaksanaan otonomi daerah, khususnya dalam bidang manajemen pembangunan pendidikan dewasa ini merupakan sesuatu yang baru, yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, agar tidak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif ini perlu diantisipasi, karena di samping masih dihadapkan pada berbagai problema, juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Problema-problema yang berkaitan dengan kualitas pendidikan di daerah, penanganannya memang tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Diakui, bahwa keragaman letak geografis dengan aneka ragam budaya, adat-istiadat, dan bahasa, menuntut adanya pola-pola pelaksanaan pendidikan yang tidak seragam. Keragaman latar belakang lingkungan alam dan pekerjaan, menuntut pula adanya isi dan pola layanan pendidikan yang berbeda. Tantangan berat pendidikan yang dihadapi dewasa ini sebenarnya telah disinyalir oleh Coombs (1976), yang mengemukakan bahwa krisis yang melanda dunia pendidikan Bab II : Kerangka Pemikiran 13
  • 30. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah karena muncul ketidakseimbangan peran. Bahwa krisis pendidikan disebabkan oleh empat faktor: Pertama, the increase in popular aspirations for education, yang ditandai oleh tumbuh kembangnya sekolah-sekolah dan universitas di mana-mana; Kedua, the acute scarsity of the resources, yang ditandai oleh kurang responsifnya sistem pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat secara menyeluruh; Ketiga, the inherent innertia of educational system, yang ditandai oleh mengapa pendidikan selalu terlambat berantisipasi untuk menyesuaikan diri terhadap hal-hal di luar dunia pendidikan; Keempat, the innertia of sociaties themselves, hal-hal seperti sikap tradisional, prestige and incentive pattern menghalangi meningkatkan tenaga kerja pembangunan. Tampaknya, apa yang disinyalir oleh Coombs tersebut, masih relevan dengan kondisi di Indonesia. Tantangan-tantangan berat yang harus dihadapi dalam pembangunan pendidikan di daerah khususnya, berkenaan dengan aspek: (1) peningkatan mutu pendidikan, (2) pemerataan pendidikan, (3) efisiensi manajemen, (4) peranserta masyarakat, dan (5) akuntabilitas. Keenam aspek tantangan tersebut diilustrasikan pada Gambar 2.1. Tantangan Pendidikan Peningkatan Pemerataan Efisiensi Peran Serta Akuntabilitas Mutu Pendidikan Manajemen Masyarakat Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, hal.59. Gambar 2.1 Tantangan dalam Pembangunan Pendidikan di Daerah Kelima aspek yang menjadi tantangan berat pembangunan pendidikan di Indonesia, yaitu: Pertama, dalam aspek peningkatan mutu, berkenaan dengan urgensi pemberian otonomi daerah, yang salah satunya adalah untuk menghadapi persaingan global. Setidaknya ada tiga kemampuan dasar yang diperlukan agar masyarakat Indonesia dapat ikut dalam persingan global, yaitu: kemampuan manajemen, kemampuan teknologi, dan kualitas manusianya sendiri. Mutu yang diinginkan bukan hanya sekedar memenuhi Bab II : Kerangka Pemikiran 14
  • 31. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah standar lembaga, atau standar nasional semata-mata, tetapi harus memenuhi standar internasional. Kedua, dalam aspek pemerataan, berkenaan dengan peningkatan aspirasi masyarakat diperkirakan juga akan meningkatnya pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan. Tetapi ini akan membutuhkan ongkos yang tinggi, dengan semakin tingginya jarak antar daerah dalam pemerataan fasilitas pendidikan, sangat potensial memunculkan ketimpangan dalam perolehan mutu pendidikan. Tanpa intervensi manajemen, anggota masyarakat dari daerah kabupaten/kota yang kaya dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit, akan dapat menikmati fasilitas pendidikan yang jauh lebih baik dari anggota masyarakat pada daerah kabupaten/kota yang miskin. Dan apabila kesempatan pendidikan ini juga mempengaruhi kesempatan untuk memperoleh penghasilan, maka dalam jangka panjang akan berpotensi meningkatnya jurang kesenjangan ekonomi antar daerah. Ketiga, dalam aspek efisiensi manajemen, berkenaan dengan keterbatasan sumber pendanaan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan (technical efficiency) maupun efisiensi dalam mengalokasikan anggaran (economic afficiency). Fiske, pernah mengungkap pengalaman di Papua New Guinea dan Jamaica, bahwa dengan pelaksanaan otonomi daerah, pembiayaan justru meningkat karena bertambahnya struktur organisasi daerah yang menambah lebih banyak personil pemerintahan tetapi tidak mampu melaksanakan otonomi daerah. Hal ini dapat dijadikan pelajaran, mengingat di Indonesia selama 32 tahun menganut sistem pengelolaan yang sangat sentralistik. Keempat, dalam aspek peranserta masyarakat, berkenaan dengan filosofi diberikannya otonomi kepada daerah. Peranserta masyarakat dalam pendidikan dapat berupa perorangan, kelompok, lembaga industri atau lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Namun, perlu diantisipasi bahwa peranan masyarakat tersebut cenderung terbatas pada lingkup kabupaten/kota yang bersangkutan. Karena itu, menurut Djam'an Satori, perlu juga intervensi kebijakan nasional yang dapat menerapkan subsidi silang supaya peranserta masyarakat dalam sistem desentralisasi tidak memperlebar jurang ketimpangan pemerataan fasilitas pendidikan antar daerah. Kelima, dalam aspek akuntabilitas. Melalui otonomi, pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan jasa Bab II : Kerangka Pemikiran 15
  • 32. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah pendidikan semakin dekat dengan masyarakat yang dilayaninya, sehingga akuntabilitas layanan tersebut bergeser dari yang lebih berorientasi kepada kepentingan pemerintah pusat kepada akuntabilitas yang lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Hal ini menuntut lebih besar partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pengambilan keputusan tentang pelaksanaan pendidikan di daerah masing-masing. Merujuk kelima tantangan berat pendidikan sebagaimana dikemukakan di muka, dapat disimpulkan bahwa kewajiban berat yang dibebankan kepada "Kereta Pendidikan" menjadikan manajemen pendidikan itu sendiri kebingungan menentukan apa yang harus dikerjakannya. Karena, di satu sisi upaya pendidikan harus berfungsi sebagai pengawet kebudayaan negara yang sekaligus berorientasi pada perkembangan dan keterwujudan kemampuan manusia atau Human Capacity Development (HCD) yang memiliki daya saing dan bermoral. Oleh sebab itu, pendidikan harus disediakan buat masyarakat secara merata (equality) dan menjadi aspirasi masyarakat. Di sisi lain lagi, upaya pendidikan harus dinyatakan dalam "kebijakan ekonomi", sebab pendidikan mempengaruhi secara langsung pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan harus dapat menjadikan SDM lebih bisa mengerti dan siap dalam menghadapi pertempuran dan perubahan di lingkungan kerja. Bila kita mau jujur tentang hasil pendidikan dewasa ini yang kita rasakan, tentunya kita berharap bahwa hasil-hasil pendidikan yang seharusnya diupayakan ialah bagaimana hasil pendidikan itu dapat memberikan makna untuk hidup dan kehidupan, baik untuk masa kini maupun untuk masa depan. Kita kurang berani mengatakan bahwa pendidikan kita sedang kehilangan 'kebermaknaan'. Semakin tinggi tingkat pendidikan, bangsa ini semakin 'manja', semakin `konsumtif, kurang `kreatif. Akhirnya, masyarakat bergelimang dengan orang-orang berpendidikan, tapi rendah dalam iman dan ahlaq. Sebetulnya hanya bergelimang dengan 'kefakiran' dan 'kebodohan', yang kalau tidak ditangani dengan sungguh-sungguh bangsa ini akan penuh dengan SDM- SDM bergelimang dengan 'kekufuran'. D. Urgensi Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan Pendidikan Bab II : Kerangka Pemikiran 16
  • 33. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah 1. Perencanaan Pembangunan Pendidikan Pada kasus organisasi pendidikan, sekalipun sudah diberlakukan kebijakan otonomi daerah, manajemen sistem pendidikan di daerah masih mempunyai ruang lingkup kewilayahan. Secara teoritis, perencanaan pendidikan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat perencanaan seperti: tingkat perencanaan makro, meso dan tingkat perencanaan mikro. Dengan istilah yang lebih populer, perencanaan makro adalah perencanaan pada tingkat pusat (nasional), perencanaan meso adalah perencanaan pada tingkat provinsi, sedangkan perencanaan mikro adalah perencanaan pada tingkat kabupaten atau kecamatan. Demarkasi dari pembagian tersebut sebenarnya lebih bersifat kontekstual daripada bersifat konseptual dan teknikal. Lahirnya UU.No.32 Tahun 2004 merupakan langkah strategis dalam sejarah pembaharuan pendidikan di Indonesia. Namun apakah langkah strategis ini sudah ditunjang oleh sub sistem perencanaan yang mantap dan terintegrasi, sistem informasi yang akurat untuk mendukung pelaksanaan undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut? Seandainya sudah memiliki, apakah sistem perencanaan tersebut masih relevan dengan tuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah itu? Pendekatan mana yang mesti kita ambil yang sesuai dengan kondisi objektif Indonesia yang beranekaragam? Penerapan desentralisasi wewenang untuk mengemban fungsi perencanaan nampaknya merupakan alternatif yang perlu segera dilaksanakan. Pola ini tidak berbeda dengan konsep perencanaan mikro yang pada dasarnya merupakan lanjutan dari suatu konsep perencanaan pada semua tingkat perencanaan. Namun perencanaan mikro lebih berakar pada tingkat yang paling bawah (grassroot level). Perencanaan pada tingkatan makro biasanya hanya memperhatikan berbagai sasaran dan prioritas pada tingkat nasional dan atau provinsi. Sebaliknya perencanaan pendidikan pada tingkatan mikro, memodifikasi sasaran dan prioritas tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi sosio-kultural dan dinamika kehidupan pada tingkat lokal. Perincian sasaran dan prioritas pada tingkat mikro dapat menyajikan suatu latar belakang yang lebih realistik daripada norma-norma yang bersifat abstrak yang dikembangkan pada tingkat nasional. Implikasi pada sistem perencanaan pendidikan di daerah, paling tidak menyangkut dua aspek: Bab II : Kerangka Pemikiran 17
  • 34. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah Pertama, dalam aspek pendekatan (approach) pendidikan paling sedikit ada tiga pilihan, yaitu pendekatan Tuntutan Sosial, yang didasarkan pada penyaluran kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang paling minimal; Pendekatan Ketenagakerjaan, dapat dinyatakan sebagai usaha mengarahkan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan tertentu pada tingkat nasional; Pendekatan Untung- Rugi, dinyatakan bahwa pendidikan merupakan investasi manusia yang harus memberikan keuntungan secara ekonomis baik secara individu maupun untuk negara, dengan pendekatan ekonomis, yang lebih ditekankan pada efisiensi penggunaan dana. Melihat kondisi umum di daerah, tampaknya belum memungkinkan memilih salah satu pendekatan untuk diterapkan dalam sistem perencanaan pembangunan pendidikan. Karena itu, perlu dipertimbangkan pendekatan secara integratif dari keempat pendekatan itu, sesuai dengan tujuan dan jenjang, jenis dan jalur pendidikan. Kedua, masalah proses perencanaan dikenal dalam bentuk pendekatan perencanaan administratif dan pendekatan perencanaan grass-roots. Pendekatan proses perencanaan pendidikan menurut UU.No.32 Tahun 2004 pun masih tergolong pendekatan administratif, karena hampir semua perencanaan pendidikan dirumuskan dan ditetapkan secara administratif, karena hampir semua perencanaan pendidikan didominasi Depdiknas. Namun demikian, kesempatan pengembangan perencanaan yang bersifat grass-roots approach sangat terbuka. Pendekatan ini memberi hak kepada para pengelola program pembangunan pendidikan di daerah untuk mengembangkan sistem perencanaan yang dinilai paling cocok dengan daerah atau lembaganya. Hal inilah yang sesungguhnya harus diimplementasikan dalam Rencana Induk (Master Plan) Pembangunan Pendidikan di masing- masing daerah. Bila model yang dikembangkan dinilai baik, maka melalui proses bottom-up bisa disebarkan sebagai model yang pantas untuk diterapkan. 2. Pendekatan dan Metodologi "Pembaharuan" pada hakekatnya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan hidup dan penghidupan. Apa yang berbeda dalam setiap langkah dan prospek pembaharuan yang akan datang, akan semakin cepat dan mempengaruhi setiap bagian dari kehidupan, termasuk nilai-nilai kepribadian, kesusilaan, kedaerahan, baik secara individu maupun kelompok. Pandangan Bab II : Kerangka Pemikiran 18
  • 35. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah ini menunjukkan bahwa dorongan untuk melakukan pembaharuan mempunyai kekuatan dan sumber-sumber pendorong tertentu. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat saja berupa: budaya kerja, teknologi, kecenderungan sosial, globalisasi, dan mungkin dalam tatanan politik dunia. Sumber kekuatan budaya kerja, kemungkinan dari perbedaan cultural, peningkatan professional, dan banyaknya hal baru yang memerlukan keterampilan baru pula. Sumber kekuatan teknologi, dapat bersumber dari otomatisasi sistem atau merekayasa kembali. Sumber kecenderungan sosial, mungkin dari pertumbuhan dan peningkatan pendidikan tinggi, penangguhan usia perkawinan. Sumber kekuatan globalisasi, mungkin dari pengaruh pasang-surut pasar dunia dan persaingan global. a. Analisis Posisi Langkah berikutnya dalam proses pembaharuan adalah untuk menganalisis posisi kinerja pendidikan di daerah. Perbedaan antara apa yang harus dilakukan pendidikan dan keuntungan apa yang dapat diambil dari peluang itu. Kesenjangan tersebut boleh jadi positif, seperti halnya pada kasus peluang baru akibat dari pembaharuan selera stakeholders. Atau mungkin bisa negatif, jika suatu kemunduran keinginan masyarakat atau hilang oleh karena adanya pengaruh-pengaruh lain. Kesenjangan tersebut bisa terjadi ketika upaya-upaya dalam pembangunan pendidikan bersifat temporer. Ketika kesenjangan diketahui terjadi, maka harus menjamin kebenarannya bahwa kesenjangan tersebut memang betul-betul terjadi. Sumber data untuk menganalisis posisi pendidikan ialah lingkungan masyarakat, baik internal maupun eksternal. Metode yang digunakan biasanya Analisa SWOT, yaitu Strength (Kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threaths (ancaman). Analisa internal adalah Strength dan Weaknesses sedang analisa eksternal adalah Opportunity dan Threats. Untuk menginterpretasikan SWOT, pimpinan harus menggunakan cara yang disebut benchmaking. Konsep benchmaking merupakan sederetan kegiatan manajerial yang menjadi dasar dari analisa posisi, yaitu scaning, interpretation dan choice. Tujuan SWOT adalah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang berkembang yang dimungkinkan menghambat, menghalangi, atau mengganggu berlangsungnya kehidupan masyarakat. Dengan analisa SWOT akan lebih memahami dan menanggapi faktor-faktor penting dari kinerja pendidikan. Dengan analisa posisi, akan menghasilkan kedudukan Bab II : Kerangka Pemikiran 19
  • 36. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah dan tingkat kemampuan organisasi pendidikan dalam menghadapi teknologi baru, kecenderungan kehidupan masyarakat. Sebelum strategi disusun, data tersebut selanjutnya diinterpretasikan ke dalam pilihan-pilihan tindakan sesuai dengan kegiatannya, sehingga dapat menentukan pilihan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat. Untuk mendapatkan data yang akurat maka seorang perencana pendidikan harus membina kerja sama dengan beberapa pihak yang memegang peranan, terutama orang-orang yang berperan dalam pengambilan keputusan. Kemudian melakukan scanning terhadap pilihan-pilihan tindakan. Ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Sistem irregular scanning, yang menitikberatkan pada kejadian-kejadian yang telah terjadi, (2) Sistem regular scanning, yang mereview posisi organisasi pada kondisi tertentu, dan (3) Sistem continuing scanning, sistem ini secara kontinyu dan terus menerus memonitor komponen- komponen dari lingkungan eksternal dan internal organisasi. Setelah melakukan scanning, kemudian melakukan forecasting, yaitu langkah yang paling sulit dalam analisa SWOT. Dalam langkah ini dilakukan indentifikasi isu-isu strategis yang mempengaruhi posisi organisasi pendidikan di masa datang. Forecasting dilakukan misalnya pada masalah kondisi politik, sosial-ekonomi atau laju perkembangan teknologi. Metoda forecasting posisi biasanya tidak terlepas dari analisis lintas-dampak dan pendapat para ahli. b. Mendiagnosa Permasalahan Pada umumya, hampir semua proses pembaharuan sering dimulai secara terburu-buru. Para perencana pendidikan sering tidak sabar menemukan solusinya sebelum dirinya sendiri mendapat kejelasan posisinya. Permasalahan yang paling krusial menyangkut: (1) Permasalahan apa yang khusus harus diutamakan? (2) Apa yang menjadi penyebab masalah ini muncul dan paling utama mendapat penyelesaian? (3) Aspek apa yang harus diubah untuk memecahkan permasalahan ini? (4) Kekuatan apa yang dapat mendukung dan menghalangi jika upaya itu dilakukan? (5) Apakah tujuan utama penyelesaian masalah itu dan bagaimana mengukur hasilnya? Berbagai teknik pengumpulan data untuk mendiagnosa permasalahan perlu digunakan, misalnya: survei sikap, konferensi, wawancara informal, pertemuan kelompok. Hasil-hasil dari teknik ini, selanjutnya dianalisis dengan teknik Critical Success Factor Identification (CSF-Identification), yaitu analisis untuk mengetahui Bab II : Kerangka Pemikiran 20
  • 37. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah faktor-faktor penentu keberhasilan dalam melaksakan setiap alternatif tindakan yang dipilih. CSF-Identification pun terbagi atas dua bagian, yaitu identifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor penentu internal ialah faktor-faktor penentu yang terkena dampak langsung dari tindakan yang dipilih. Sedangkan faktor-faktor penentu eksternal ialah faktor-faktor di luar konteks alternatif tindakan yang kemungkinan berpengaruh terhadap pelaksanaannya. c. Memilih dan Menentukan Strategi Langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan prioritas strategi pembaharuan yang lebih praktis. Pembaharuan dapat dilakukan dengan merubah kekuatan aspek tertentu yang paling krusial dan dapat berpengaruh pada aspek-aspek lainnya. Ada empat pilihan strategi yang saling berhubungan yaitu: teknologi, struktur, tugas dan orang-orang yang terkena dalam pembaharuan. Pembaharuan yang terjadi pada masing-masing umumnya mempengaruhi yang lainnya, dan kita harus memilih aspek mana yang akan dijadikan prioritas. Dalam perencanaan pendidikan di daerah, penggunaan teknologi pada dasarnya ada dua cara untuk meningkatkan pelayanan, yaitu: tuntutan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, atau efisiensi dengan mengurangi unit biaya. Mungkin, untuk mengubah suatu teknologi pelayanan sudah dianggap strategi umum, namun strategi ini mempunyai efek jangkauan yang lebih luas, baik pada unit biaya dan cara-cara personil dalam melakukan pelayanan sepanjang organisasi itu melakukan tugasnya. Kemungkinan besar, pengaruhnya bukan hanya terhadap para anggota organisasi salah satu unit organisasi, tetapi akan berpengaruh pula pada unit-unit lainnya, seperti terhadap sistem anggaran biaya, mekanisme pelaksanaan tugas, pola-pola koordinasi, sistem evaluasi dan sistem pertanggungjawaban, baik pertanggungjawaban terhadap tugas, hubungan antara individu dan pertanggungjawaban terhadap hasil-hasil yang diperoleh. Penggunaan strategi struktur, berkaitan dengan tujuan untuk efisiensi dalam segala aspek kinerja organisasi, baik yang menyangkut tugas dan fungsi, reposisi individu, daya dukung dan kebutuhan sarana-prasarana, atau anggaran pembiayaan program. Strategi ini dalam wacana sekarang sering disebut dengan istilah 'ramping struktur kaya fungsi'. Bab II : Kerangka Pemikiran 21
  • 38. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah Penggunaan strategi tugas, berkaitan dengan dimensi waktu kapan pekerjaan dapat diubah, apakah karena penggunaan teknologi baru, atau karena reorganisasi struktur internal, atau karena perilaku manajerial. Pembaharuan tugas ini mempunyai tujuan-tujuan yang lebih spesifik, yaitu: (1) peningkatan atau pengurangan yang mendasar antara individu dengan volume pekerjaan, (2) peningkatan sikap dan apresiasi terhadap tugas ke arah yang lebih positif, (3) peningkatan peluang untuk memulai pembaharuan ke arah yang lebih humanis. Penggunaan pada strategi orang sering melalui metode pengembangan organisasi (organization development). Metoda ini dipakai untuk mengubah pekerjaan anggota organisasi yang berhubungan dengan perilaku dan sikap yang mengarah pada individu, kelompok, atau organisasi secara keseluruhan. Metoda ini biasanya berbentuk sebuah program-program jangka panjang dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas kinerja mereka. Fokus dasamya adalah pada pembaharuan individu melalui pembaharuan mekanisme feed-back, pembentukan tim kerjasama, pemecahan masalah, penanganan dan pengendalian konflik, pola-pola hubungan antar pribadi, dan semacamnya. Metode-metode dari setiap strategi yang dipilih dapat dikemukakan pada gambar berikut: Teknologi Modifikasi metode Teknik Modifikasi penggunaan Mesin-mesin Otomatisasi dan mekanisme sistem Struktur Pembaharuan deskripsi-deskripsi posisi Modifikasi hubungan-hubungan otoritas dan pertanggung jawaban Modifikasi sistem penghargaan formal Tugas Deskripsi dan spesifikasi tugas, simplikasi tugas, dan pengembangan tim kerja sama Ketenagaan Pendidikan dalam jabatan Kursus-kursus pengembangan manajemen Program-program pengembangan organisasi Sumber: Yoyon Bahtiar Irianto, Pembangunan Manusia dan Pembaharuan Pendidikan, Bandung: Laboratorium Administrasi Pendidikan UPI, 2006, ha1.74. Gambar 2.2 Alternatif Metode Pembaharuan Pendidikan Bab II : Kerangka Pemikiran 22
  • 39. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah d. Implementasi dan Tindak Lanjut Langkah berikut di dalam proses pembaharuan pendidikan adalah bagaimana setiap persiapan yang dilakukan dapat diterapkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama dan ditunda-tunda. Kemampuan utama untuk mendukung penerapan perencanaan pembangunan pendidikan tergantung pada seberapa baik pemerintah daerah menguatkan perilaku yang telah dipelajari dan disiapkan selama dan setelah usaha pembaharuan. Sebetulnya, implementasi yang efektif dalam perencanaan pendidikan memerlukan perilaku yang sama sekali baru. Namun, patut jadi pertimbangan, bahwa ketika perilaku baru secara wajar diganti, masyarakat menjadi lebih mungkin untuk mengembangkan dan memelihara pilihan untuk berperilaku dan berpartisipasi secara baru pula. Dalam lima tahun mendatang, pembangunan pendidikan di daerah sudah semestinya diprioritaskan pada upaya meningkatkan kinerja pendidikan melalui tiga pilar strategi pembangunan, yang mencakup: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (3) tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Ketiga prioritas tersebut harus ditunjang dengan dukungan anggaran yang rasional, realistis dan proporsional baik dari APBN, APBD provinsi maupun APBD tingkat kabupaten. Pada tahap pertama, merupakan tahap perencanaan yang dititikberatkan pada upaya meminimalkan kekuatan perlawanan terhadap pembaharuan dengan memutuskan kapan mulainya persiapan menentukan misi, memilih pimpinan tim dan alokasi sumber-sumber. Dalam tahap ini mulai menentukan fungsi dan proses atau produk dan pelayanan yang spesifik yang akan dilakukan, termasuk menetapkan tujuan, serta tindakan-tindakan secara lebih terperinci. Di samping itu, pada tahap ini dibutuhkan dukungan data awal mengenai hasil-hasil identifikasi variabel kinerja kelembagaan pendidikan berdasarkan ukuran-ukuran kebutuhan, keinginan dan harapan-harapan stakeholders. Variabel kinerja kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kumpulan yang luas dari faktor kualitatif dan kuantitatif, yang mempengaruhi kinerja kelembagaan pendidikan. Pada tahap kedua, merupakan tahap pergerakan, dengan mengubah orang, individu maupun kelompok, tugas-tugas, struktur organisasi, dan teknologi. Dapat dilakukan dengan riset terhadap Bab II : Kerangka Pemikiran 23
  • 40. Badan Perencanaan Master Plan Pendidikan Kabupaten Bandung 2008-2025 Pendidikan 2008- Daerah aktivitas internal, dengan memfokuskan pada keefektifan proses yang sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan yang kemungkinan dijawab oleh upaya-upaya pembaharuan yang diinginkan, dan mengidentifikasi organisasi dan kelembagaan pendidikan yang terbaik di kelasnya yang layak dijadikan pembanding. Kesimpulan-kesimpulan hasil riset ini dapat dijadikan bahan untuk assesment lembaga yang dirumuskan dalam program operasional. Dalam tahapan implementasinya, proses-proses manajemen pembangunan lebih lanjut harus memberikan dukungan politis dan membantu mengatasi berbagai perlawanan dan hambatan. Pada tahap terakhir, merupakan tahap penstabilan pembaharuan, dengan upaya penguatan dampak pembaharuan, evaluasi basil pembaharuan, dan modifikasi-modifikasi yang bersifat konstruktif. Perlu dipertimbangkan bahwa pembaharuan merupakan proses yang berkesinambungan. Berdasarkan implementasi, harus direncanakan assesment secara periodik mengenai proses atau produk yang telah ditingkatkan dan benchmark selanjutnya; Dan berupaya mengintegrasikan pembaharuan ke dalam program-program peningkatan mutu dan perencanaan strategis kelembagaan pendidikan. Langkah selanjutnya, para perencana dihadapkan pada permasalahan dalam memutuskan apakah proses pembaharuan sudah berhasil atau belum dicapai. Penentuan ini berupaya mengukur kecenderungan dalam peningkatan hasil-hasil dalam periode waktu tertentu. Dasar pertimbangannya ialah: (1) Apakah setelah dilakukan pembaharuan ada peningkatan produktivitas dan kepuasan dibandingkan dengan sebelum proses pembaharuan dimulai? (2) Seberapa besar peningkatan/kemunduran yang dihasilkan? dan (3) Berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan dalam peningkatan/kemunduran yang dicapai itu? Karena itu, di awal pembahasan telah disebutkan bahwa, sebelum menerapkan program pembaharuan, pihak manajemen perlu menetapkan tujuan dan sasaran internal dan eksternal untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan. Upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan regulasi proses feed- back melalui optimalisasi Team Building. Tim building adalah suatu metoda yang dirancang untuk membantu tim beroperasi secara lebih efektif dengan mengevaluasi dan meningkatkan struktur, proses, kepemimpinan, komunikasi, resolusi konflik dan kepuasan masyarakat secara umum. Bab II : Kerangka Pemikiran 24