Dokumen tersebut membahas beberapa poin penting:
1) Pengertian belajar menurut para ahli psikologi
2) Teori-teori pembelajaran matematika menurut Ausubel, Gagne, dan Bandura
3) Pentingnya pembelajaran matematika untuk pembangunan negara
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
1. Nailul Himmi Hasibuan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1 Pengertian Belajar .................................................................................. 3
2.2 Psikologi Pembelajaran Matematika ...................................................... 4
2.3 Teori Pembelajaran Ausubel .................................................................. 6
a. Pengertian Belajar Menurut Ausubel ..................................................... 6
b. Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel ............................... 7
c. Langkah-langkah Pembelajaran ............................................................. 7
d. Kegiatan Pembelajaran ........................................................................... 7
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna .......................... 8
f. Kelebihan dari Belajar menurut Teori Ausubel ..................................... 8
2.4 Teori Pembelajaran Gagne ..................................................................... 9
a. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne ............................................... 9
b. Sistematika Delapan Tipe Belajar .......................................................... 9
c. Sistimatika Lima Jenis Belajar ............................................................... 10
d. Fase-fase Belajar .................................................................................... 10
e. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran .......................................... 11
2.5 Teori Pembelajaran Bandura .................................................................. 10
a. Teori Belajar Sosial ................................................................................ 11
b. Teori Peniruan ........................................................................................ 12
c. Unsur utama dalam peniruan .................................................................. 12
d. Ciri-ciri Teori Pemodelan Bandura ........................................................ 12
e. Eksperimen Alberl Bandura ................................................................... 13
2. f. Jenis-jenis Peniruan ................................................................................ 13
g. Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran ............................ 14
h. Kelemahan Teori Bandura ...................................................................... 14
i. Kelebihan Teori Bandura ....................................................................... 14
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16
Lampiran .................................................................................................. 17
ii | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidik yang pertama dan yang paling utama adalah orang tua berupaya
maksimal memberikan yang terbaik terhadap perkembangan anak, sehingga dapat
bertumbuh mengikuti norma-norma kehidupan yang tidak bertentangan dengan ajaran
agama norma-norma kesusilaan, harapan maupun kaidah-kaidah hukum. Dalam tahap
proses belajar yang di utamakan adalah kematangan terhadapa diri anak, karena
bagaimanapun juga bahwa hasil yang di capai tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan.
Belajar merupakan pembahasan menarik yang menjadi pusat perhatian para
ahli psikologi pendidikan untuk mengungkap rahasia dibalik belajar tersebut. Kaitannya
dengan hal tersebut, beberapa ahli psikologi dari berbagai aliran mendefinisikan istilah
belajar, seperti Kimble (1961) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif
permanen di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai
akibat dari praktik yang diperkuat.
Definisi tersebut di atas tidak serta merta diterima secara universal, beberapa
ahli psikologi tidak menerima definisi tersebut. Terlepas dari perbedaan pendefinisian
istilah belajar, hal menarik yang penting untuk diketahui adalah teori belajar dari
beberapa tokoh (ahli) yang menjadi sumber untuk pengembangan belajar maupun
pembelajaran di dunia pendidikan.
Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik
dan peserta didik (katakan sebagai siswa). Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
maka seorang pendidik (katakana sebagai guru) seharusnya menyiapkan berbagai
kebutuhan sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang
dilakukan guru sehingga perlu untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun
implikasinya tak semanis teorinya. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan
berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut.
Terdapat banyak teori belajar yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa
diantaranya yaitu teori Ausubel, teori Gagne dan teori Bandura. Teori belajar Ausubel
1 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
4. secara umum memaparkan bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua
dimensi yaitu penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang
menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri
dan keduanya saling berinteraksi, serta teori belajar Bandura dapat dikatakan
sebagai social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain sehingga lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi
perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian belajar bagi seorang anak didik?
2. Bagaimana teori-teori pembelajaran menurut Ausuble, Gagne dan Bandura?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian belajar bagi seorang anak didik.
2. Mengetahui teori-teori psikologi pembelajaran menurut Ausuble, Gagne dan
Bandura.
2 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005)
menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang
muncul karena pengalaman”
Ciri utama belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman, dengan pengertian
sebagai berikut:
1) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas
pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh
yang bersangkutan yang dapat diamati guru adalah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa
sebagai akibat dari adanya aktifitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
3 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
6. 2) Perubahan Perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai sikap.
3) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara
individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan fisik,
misalnya :buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan sosial, misalnya: guru, siswa
pustakawan, dan Kepala Sekolah.
Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun melalui pengalaman tidak
langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, misalnya siswa belajar dengan
melakukan sendiri dan pengalaman sendiri. Belajar melalui pengalaman tidak langsung,
misalnya mengatahui dari membaca buku, mendengarkan penjelasan guru. Belajar
dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa lebih
memahami, lebih menguasai pelajaran tersebut, bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih
bermakna.
2.2 Psikologi Pembelajaran Matematika
Pendidikan sering di artikan sebagai bimbingan kepada anak untuk mencapai
kedewasaan yang kelak mampu berdiri sendiri dan mengejar cita-cita. Untuk dapat
tercapainya manusia yang dewasa, sesuai dengan tujuan pendidikan, maka perlu dicegah
dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam perkembangan anak. Salah satu
usaha mencegah gangguan perkembangan kepribadian anak adalah memberikan
bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu “upaya
nyata” dan telah banyak peranannya dalam ikut membentuk manusia dan masyarakat
yang sehat mental. Para ahli di bidangnya memberikan batasan mengenai bimbingan
yaitu pelayanan yang terorganisir dengan maksud memberi bantuuan secara teratur pada
anak didik (peserta didik) dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
dan dalam membina penyesuaian diri terhadap berbagai situasi yang harus ia hadapi.
Dengan batasan bimbingan oleh ahlinya maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan pada umunya untuk membantu individu melalui penyuluhan jiwa, dapat
membuat pilihan yang bijaksana, penyesuaian diri, dan penafsiran situasi yang krisis
4 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
7. dalam hidupnya sedemikian rupa untuk menjamin perkembangan kemampuan
pengarahan diri sendiri (John KJ, 1945). Sesuai dengan sasaran yang ingin di capai
yaitu bimbingan dalam belajar, maka pengenalan pembahasan di tujukan pada :
a. Kemampuan berprestasi di sekolah
b. Pemahaman tentang kesulitan di sekolah
c. Penyelesaian kesulitan dalam belajar
d. Upaya mengatasi kesulitan anak
e. Pengamalan sila dari pancasila yaitu sikap menghormati kepentingan dan
harga diri orang lain.
Menurut MORRIS KLINE (1961) bahwa jatuh bangunnya suatu negara
dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika. Dan Slamet Santoso
mengemukakan bahwa fungsi matematika merupakan ketahanan Indonesia dalam abad
20 di jalan raya dan bangsa-bangsa. Untuk suatu negara penting karena jatuh bangunnya
suatu negara tergantung dari kemajuan di bidang matematikanya. Oleh karena itu
sebagai langkah awal untuk mengarah pada tujuan yang di harapkan adalah mendorong
atau memberi motivasi belajar matematika bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak
atau peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar matematika tidak terlepas dari
persiapan peserta didik dan persiapan dari para tenaga pendidik di bidangnya dan bagi
para peserta didik yang sudah mampunyai minat (siap) untuk belajar matematika akan
merasa senang dan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut, oleh karena itu para
pendidik harus berupaya untuk memelihara maupun mengembangkan minat atau
kesiapan belajar anak didiknya atau dengan kata lain bahwa “teori belajar mengajar
matematika harus di pahami” betul-betul oleh para pengelola pendidikan.
Penggunaan matematika atau berhitung dalam kehidupan manusia sehari-hari
telah menunjukkan hasil nyata seperti dasar bagi disain ilmu teknik misalnya
perhitungan untuk pembangunan antariksa dan di samping dasar disain ilmu teknik
metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan
ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik.
Pengetahuan mengenai matematika memberikan bahasa, proses dan teori yang
memberikan ilmu bentuk dan kekuasaan yang akhirnya bahwa matematika merupakan
salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan
manusia dalam kehidupannya.
5 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
8. Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya di
dasari oleh teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang popular dibicarakan
oleh para pakar pendidikan. Pembicaraan mengenai pembelajaran matematika di
sekolah, tidak akan pernah bisa terlepas dari teori psikologi yang mendasarinya. Ya,
mungkin dapat diibaratkan seperti rasa manis yang melekat pada gula. Jika sifat
manisnya hilang, bukan lagi gula namanya. Sebaliknya, kita melepaskan psikologi
pembelajaran, maka segala aktifitas yang kita lakukan bukan lagi sebagai proses
pembelajaran. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep dan keluasan materi yang akan
diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara
penyampaian pun demikian juga seharusnya. Guru harus mampu mengetahui tingkat
perkembangan mental siswa dan bagaimana pembelajaran yang harus dilaksanakan
sesuai dengan tahapan perkembangan tersebut. Pembelajaran yang tidak memperhatikan
tahap perkembangan mental siswa, kemungkinan besar akan menyebabkan siswa
merasa kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai dengan kemampuannya
menyerap bahan ajar.
2.3 Teori Belajar Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel
bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
A. Pengertian Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa,
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat
pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk
belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupaun dengan
bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian
atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan
atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain)
yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna.
6 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
9. B. Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel
1. Belajar Bermakna
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1996).
Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi
baru pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi, dalam
belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsumer relevan yang
telah ada dalam struktur kognitif.
2. Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau
subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak
dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang
sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
.
C. Langkah-langkah Pembelajaran
Sebelum dimulainya suatu proses belajar, maka penting untuk memperhatikan
apa-apa saja yang telah diketahui siswa, sebab ini merupakan faktor dalam
mempengaruhi keberhasilan belajar. Untuk itu perlu dibuat langkah-langkah
pembelajaran agar tidak terjadi kerancuan dalam kegiatan belajar. Berikut merupakan
langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awwal, motivasi, gaya
belajar, dan sebagainya)
3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya
dalam bentuk konsep-konsep inti.
4. Menentukan topik-topik dan menampilkanya dalam bentuk advance organizer
yang akan dipelajari siswa.
5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk
nyata/konkret.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
D. Kegiatan Pembelajaran
Hakikat belajar merupakan suatu aktivitas yang berkaitan dengan penataan
informasi, reorganisasi, perceptual, dan proses internal. Berikut merupakan bentuk
kegiatan kegiatan pembelajaran:
7 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
10. 1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si
pelajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dan sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
E. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel
(1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam
suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.
Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut:
1. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
2. Anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar
bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna
Tujuan siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna. Banyak siswa
mengikuti pelejaran – pelajaran yang kelihatannya tidak relevan dengan kebutuhan
mereka pada saat itu.
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor :
1. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis
2. Gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang nonarbitrer (
materi yang konsisten dengan apa yang telah diketahui) dan substantif ( materi itu dapat
dinyatakan dalam berbagai cara tanpa mengubah arti
F. Kelebihan dari belajar menurut teori Ausubel
Menurut Ausubel dan juga Novak (1997), ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna,yaitu:
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
2. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari
subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk
materi pelajaran yang mirip.
8 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
11. 3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek
residual pada subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip,
walaupun telah terjadi “lupa”.
2.4 Teori Belajar Gagne
A. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu
seseorang. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar
itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat
menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi
stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi
B. Sistematika ”Delapan Tipe Belajar”
Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
1. Tipe belajar tanda (Signal learning)
Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan
oleh Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal.
2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)
Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya
respons juga karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan
sehingga seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)
Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya
adalah bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya
akan menimbulkan respons baru.
4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)
Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya
yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang.
5. Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)
Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar
objek-objek yang terdapat dalam lingkungan fisik.
6. Tipe belajar konsep (Concept Learning)
Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman
atau pengertian tentang suatu yang mendasar.
9 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
12. 7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning)
Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan
beberapa konsep.
8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)
Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk
memecahkan suatu permasalahan.
C. Sistematika “Lima Jenis Belajar”
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar,
dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar.
Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran
intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
1. Informasi verbal (Verbal information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan
dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis.
2. Kemahiran intelektual (Intellectual skill)
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan
berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).
3. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan
kesulitan yang sama.
4. Keterampilan motorik (Motor skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu.
5. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
D. Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4
buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1. Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah.
2. Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum
3. Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan.
10 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
13. 4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan.
E. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran
1. Mengontrol perhatian siswa.
2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan
guru.
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Memberikan umpan balik.
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah
dicapainya.
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan
kemampuan yang baru diberikan.
2.4 Teori Belajar Bandura
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu
konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari
pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
A. Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik). Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak
didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus
– stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling
penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran
melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Kedua,
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu.
11 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
14. B. Teori Peniruan ( Modeling )
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui
peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua
dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak –
anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam
diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan
teori pembelajaran peniruan, Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu
meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruanmelalui contoh tingkah laku..
Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang
melihat perubahan pada orang lain.
C. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran
kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas
dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan
motivasi.
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek
memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat
menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk
tingkah laku.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak
individu untuk terus melakukan sesuatu.
D. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru
sebagai model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang
positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku
atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
12 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
15. E. Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak
– anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul,
menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra
dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari
penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa.
Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
F. Jenis – jenis Peniruan (modelling)
Jenis – jenis Peniruan (modeling):
1. Peniruan Langsung
Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu
ketrampilan itu dilakukan.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tidak langsung.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai
prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik
kemudian melakukannya
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang
dimilikinya.
13 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
16. 3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan
dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
G. Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran
Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian
antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya.
H. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan
adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu
yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan
hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative ,
termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
I. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya ,
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui
system kognitif orang tersebut. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada
perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu
pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
14 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
17. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian teori belajar mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam belajar matematika guru dapat memulai pengajaran dengan memperoleh
perhatian siswa, kemudian menyampaikan tujuan, mengingatkan materi yang telah
dipelajari, memberikan stimulus, menyediakan bimbingan belajar, memperlihatkan
penampilan, memberikan umpan balik, evaluasi, dan meningkatkan retensi serta
melancarkan transfer belajar.
Definisi dikalangan tokoh pendidikan memiliki perbedaan pendapat, akan
tetapi beberapa tokoh lebih menfokuskan pada teori belajar sebagai dasar teori untuk
pengembangan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. David Ausubel menekankan
pada belajar bermakna yang mana belajar tidak hanya proses hafalan saja, akan tetapi
lebih kepada pemaknaan dalam belajar. Gagne lebih menekankan pada pengkondisian
belajar yang melahirkan taksonomi dalam belajar sedangkan bandura lebih
menfokuskan pada belajar meniru yang mana siswa belajar dengan meniru orang lain
terlebih gurunya
15 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
18. DAFTAR PUSTAKA
Bell, Frederick H. (1981). Teaching and Learning Mathematics (in Secondary
School) IOWA: WnC Brown Comp. Publisher.
Richard I. Arends, (2008), learning to teach: belajar untuk mengajar, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Dahar, Ratna W, (2006), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga,
Jakarta
Qalbu, Himitsu, (2014), Teori Belajar, (online. http://himitshu-qalbu.
blogspot.com/2010/12/teori-belajar.html), 24 Agustus 2014
Tanti, (2014), Teori belajar Bandura, Ausable, gagne, (Online:
http://catatantanti.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-bandura-ausable-dan-gagne.html),
24 Agustus 2014
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta
16 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
19. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika-Wajib
Kelas/ Semester : X/1
Materi Pokok : Barisan Aritmetika
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
A. KompetensiInti:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotongroyong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisispengalaman factual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingintahunyatentangilmupengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
danmampumenggunakanmetodasesuaikaidahkeilmuan.
B. Kompetensi Dasar:
2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap disiplin,
rasa percaya diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam
memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah.
Indikator:
- Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
- Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
17 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
20. 3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aitmatika dan geometri atau barisan
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya.
Indukator :
- Dapat menentukan pola barisan aritmetika
- Dapat menentukan beda suatu barisan aritmetika
- Dapat menentukan suku ke-n suatu barisan aritmetika
4.8 Menyajikan hasil menemukan pola barisan dan deret dan penerapannya.dalam
penyelesaian masalah sederhana.
Indikator :
- Menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan konsep barisan aritmatika
C. Tujuan Pembelajaran:
Dengan pendekatan scientific melalui model pembelajaran Problem Based
Learning, siswa dapat :
1. Terlibat aktif dalam pembelajaran Barisan Aritmetika.
2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
4. Menentukan pola barisanaritmatika.
5. Menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan konsep barisan aritmatika.
D. Materi Pembelajaran:
Barisan Aritmetika
E. Metode Pembelajaran:
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik (Scientific) :
Model Pembelajaran : Problem-Based Learning (PBL)
Metode Pembelajaran : Penemuan Terbimbing, Penggabungan antara metode
Ausubel, Bandura dan Gagne.
18 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
21. F. Langkah-Langkah Pembelajaran:
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
19 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya
memahami barisan aritmetika.
2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin
tahu dan berpikir kritis, siswa diajak memecahkan
masalah yang berkaitan dengan barisan
aritmatika dalam kehidupan sehari,
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu memprediksi, menyajikan dan
menemukan pola barisan aritmatika.
4. Guru mengingatkan kembali cara penyelesaian
SPLDV
±10
menit
Inti 1. Fase 1: Orientasi siswa pada masalah:
(a) Siswa membaca buku Matematika X halaman
198-203
(b) Guru meminta siswa mengamati (membaca)
dan memahami masalah secara individu dan
mengajukan hal-hal yang belum dipahami
terkait masalah yang disajikan.
(c) Jika ada siswa yang mengalami masalah, guru
mempersilahkan siswa lain untuk memberikan
tanggapan. Bila diperlukan, guru memberikan
bantuan secara klasikal.
(d) Guru meminta siswa menuliskan informasi
yang terdapat dari masalah tersebut secara
teliti dengan menggunakan bahasa sendiri.
2. Fase 2: Mengorganisasikan siswa belajar
( TEORI GAGNE )
(a) Guru meminta siswa membentuk kelompok
heterogen (dari sisi kemampuan, gender,
budaya, maupun agama) sesuai pembagian
kelompok yang telah direncanakan oleh guru.
(b) Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) yang berisikan masalah dan langkah-langkah
pemecahan serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
±70
menit
22. ( TEORI BANDURA )
(c) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja,
mencermati dan menemukan berbagai
kesulitan yang dialami siswa, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya hal-hal yang belum dipahami.
(d) Guru memberi bantuan berkaitan kesulitan
yang dialami siswa secara individu,
kelompok, atau klasikal.
(e) Meminta siswa bekerja sama untuk
menghimpun berbagai konsep dan aturan
matematika yang sudah dipelajari serta
memikirkan secara cermat strategi pemecahan
yang berguna untuk pemecahan masalah.
(f) Mendorong siswa agar bekerja sama dalam
kelompok.
3. Fase 3: Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok.
( TEORI AUSUBEL )
(a) Meminta siswa melihat hubungan-hubungan
berdasarkan informasi/data terkait
(b) Guru meminta siswa melakukan eksperimen
dengan media yang disediakan untuk
menyelesaikan masalah yang ada dalam
lembar kegiatan siswa.
(c) Guru meminta siswa mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan semua
kemungkinan dari masalah yang ada dalam
lembar kegiatan siswa. Bila siswa belum
mampu menjawabnya, guru memberi bantuan
dengan mengingatkan siswa mengenai cara
mereka menentukan penyelesaiannya.
4. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
(a) Guru meminta siswa menyiapkan laporan
hasil diskusi kelompok secara rapi, rinci, dan
sistematis.
(b) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja
menyusun laporan hasil diskusi, dan memberi
bantuan, bila diperlukan.
20 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
23. (c) Guru meminta siswa menentukan perwakilan
kelompok secara musyawarah untuk
menyajikan (mempresentasikan) laporan di
depan kelas.
5. Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
(a) Guru meminta semua kelompok
bermusyawarah untuk menentukan satu
kelompok yang mempresentasikan
(mengkomunikasikan) hasil diskusinya di
depan kelas secara runtun, sistematis, santun,
dan hemat waktu.
(b) Guru memberi kesempatan kepada siswa dari
kelompok penyaji untuk memberikan
penjelasan tambahan dengan baik.
(c) Guru memberi kesempatan kepada siswa dari
kelompok lain untuk memberikan tanggapan
terhadap hasil diskusi kelompok penyaji
dengan sopan.
(d) Guru melibatkan siswa mengevaluasi jawaban
kelompok penyaji serta masukan dari siswa
yang lain dan membuat kesepakatan, bila
jawaban yang disampaikan siswa sudah benar.
(e) Guru memberi kesempatan kepada kelompok
lain yang mempunyai jawaban berbeda dari
kelompok penyaji pertama untuk
mengkomunikasikan hasil diskusi
kelompoknya secara runtun, sistematis,
santun, dan hemat waktu. Apabila ada lebih
dari satu kelompok, maka guru meminta siswa
bermusyawarah menentukan urutan penyajian.
(f) Guru mengumpulkan semua hasuil diskusi
tiap kelompok.
(g) Dengan tanya jawab, guru mengarahkan
semua siswa pada kesimpulan mengenai
permasalahan tersebut.
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang rumus
umum suku ke-n dari barisan aritmatika.
2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru
menayangkan apa yang telah dipelajari dan
disimpulkan mengenai langkah- langkah
menentukan rumus umum suku ke-n dari barisan
aritmatika.
21 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
±10
24. 3. Guru memberikan tugas PR beberapa soal
mengenai barisan aritmatika.
4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar.
G. Media / alat dan sumber Pembelajaran:
1. Laptop
2. LCD proyektor
3. LKS.
Sumber Belajar:
1. Buku matematika pegangan siswa kl X, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia 2014 (EdisiRevisi).
H. Penilaian Hasil Pembelajaran:
1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis
2. Prosedur Penilaian:
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1. Sikap
a. Terlibat aktif dalam
pembelajaran.
b. Bekerjasama dalam
kegiatan kelompok.
c. Toleran terhadap
proses pemecahan
masalah yang berbeda
dan kreatif.
Pengamatan Selama pembelajaran
dan saat diskusi
2. Pengetahuan
a. Menentukan pola
barisan dan deret
aritmatika
b. Menyajikan hasil
menemukan pola
barisan aritmatika.
Pengamatan dan
tes
Penyelesaian tugas
individu dan kelompok
22 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
25. No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
3.
Keterampilan
a. Terampil menerapkan
konsep/prinsip dan
strategi pemecahan
masalah yang relevan
dengan konsep
barisan aritmetika
Pengamatan
Penyelesaian tugas
(baik individu maupun
kelompok) dan saat
diskusi
J. Instrumen Penilaian
Tes Tertulis
No Soal Kunci jawaban Skor
1 Seorang anak bermain
mengelompokan
kelereng menurut
susunan sbb :
2, 4, 6, 8, 10, ...
Tentukan pola barisan
tersebut ?
Berapa banyak kelereng
pada urutan ke-10 ?
a. U1 = 2
U2 = 4 = 2 + 2
U3 = 6 = 2 + 2.2
U4 = 8 = 2 + 2.3
..........
..........
Un = 2 + 2.(n-1)
= 2 + 2n – 2
= 2n
b. U10 = 2.10
= 20
23 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
5
5
5
26. 2 Diketahui barisan 5, 9,
13, 17, ...
Tentukan :
a. Rumus suku ke-n
b. suku ke- 13
a. U1 = 5
U2 = 9 = 5 + 4 = 5 + 4.1
U3 = 13 = 5 + 9 = 5 + 4.2
U4 = 17 = 5 + 13= 5 +4.3
.........
Un = 5 + 4(n-1)
= 5 + 4n – 4
= 4n + 1
b. U13 = 4.13 + 1 =53
24 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
5
5
5
Skor maksimum 30
Medan, ___________ 2014
Diketahui
Kepala ______________ Guru Mata Pelajaran Matematika
27. LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS )
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/1
Mata Pelajaran : Matematika
MateriPokok : BarisanAritmetika
Waktu : 20 menit
Petunjuk :
Diskusikan dengan teman dalam kelompokmu !
Memprediksi Pola Barisan
Masalah 1
Beberapa batu bata disusun sehingga setiap kelompok tersusun sepeti gambar di bawah
ini
Buatlah prediksi dua susunan bata berikutnya !
Penyelesaian :
Kump bata ke- Jumlah bata Pola
1 ..... ......
2 ..... ......
3 ...... ......
4 ....... .......
n ....... ...
25 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
28. Masalah 2
Dari gambar di bawah , tentukan pola suku ke – n !
Bagaimana selisih antara jumlah segitiga dengan segitiga sebelumnya?
Penyelesaian :
Masalah 3
Kump. segitiga
ke-
Jumlah
segitiga
Pola
1 1 1
2 3 2+1
3 5 3+2
4 7 4+3
N ....... ...
Pak Ali adalah seorang pemilik konveksi. Konveksi tersebut dapat membuat 10 baju
pada bulan pertama. Permintaan baju semakin bertambah sehingga konveksinya harus
menyelesaikan 15 baju pada bulan kedua, dan 20 baju pada bulan ke tiga.Dia menduga
jumlah baju yang harus diselesaikan untuk bulan berikutnya akan 5 lebih banyak dari
bulan sebelumnya. Dengan pola tersebut, pada bulan ke berapa konveksi pak Ali dapat
menyelesaikan 100 buah baju dalam satu bulan?
26 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a