SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 28
Nailul Himmi Hasibuan 
DAFTAR ISI 
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i 
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................. 1 
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2 
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2 
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................. 3 
2.1 Pengertian Belajar .................................................................................. 3 
2.2 Psikologi Pembelajaran Matematika ...................................................... 4 
2.3 Teori Pembelajaran Ausubel .................................................................. 6 
a. Pengertian Belajar Menurut Ausubel ..................................................... 6 
b. Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel ............................... 7 
c. Langkah-langkah Pembelajaran ............................................................. 7 
d. Kegiatan Pembelajaran ........................................................................... 7 
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna .......................... 8 
f. Kelebihan dari Belajar menurut Teori Ausubel ..................................... 8 
2.4 Teori Pembelajaran Gagne ..................................................................... 9 
a. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne ............................................... 9 
b. Sistematika Delapan Tipe Belajar .......................................................... 9 
c. Sistimatika Lima Jenis Belajar ............................................................... 10 
d. Fase-fase Belajar .................................................................................... 10 
e. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran .......................................... 11 
2.5 Teori Pembelajaran Bandura .................................................................. 10 
a. Teori Belajar Sosial ................................................................................ 11 
b. Teori Peniruan ........................................................................................ 12 
c. Unsur utama dalam peniruan .................................................................. 12 
d. Ciri-ciri Teori Pemodelan Bandura ........................................................ 12 
e. Eksperimen Alberl Bandura ................................................................... 13
f. Jenis-jenis Peniruan ................................................................................ 13 
g. Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran ............................ 14 
h. Kelemahan Teori Bandura ...................................................................... 14 
i. Kelebihan Teori Bandura ....................................................................... 14 
BAB III : PENUTUP 
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15 
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16 
Lampiran .................................................................................................. 17 
ii | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang Masalah 
Pendidik yang pertama dan yang paling utama adalah orang tua berupaya 
maksimal memberikan yang terbaik terhadap perkembangan anak, sehingga dapat 
bertumbuh mengikuti norma-norma kehidupan yang tidak bertentangan dengan ajaran 
agama norma-norma kesusilaan, harapan maupun kaidah-kaidah hukum. Dalam tahap 
proses belajar yang di utamakan adalah kematangan terhadapa diri anak, karena 
bagaimanapun juga bahwa hasil yang di capai tidak akan memberikan hasil yang 
memuaskan. 
Belajar merupakan pembahasan menarik yang menjadi pusat perhatian para 
ahli psikologi pendidikan untuk mengungkap rahasia dibalik belajar tersebut. Kaitannya 
dengan hal tersebut, beberapa ahli psikologi dari berbagai aliran mendefinisikan istilah 
belajar, seperti Kimble (1961) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif 
permanen di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai 
akibat dari praktik yang diperkuat. 
Definisi tersebut di atas tidak serta merta diterima secara universal, beberapa 
ahli psikologi tidak menerima definisi tersebut. Terlepas dari perbedaan pendefinisian 
istilah belajar, hal menarik yang penting untuk diketahui adalah teori belajar dari 
beberapa tokoh (ahli) yang menjadi sumber untuk pengembangan belajar maupun 
pembelajaran di dunia pendidikan. 
Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik 
dan peserta didik (katakan sebagai siswa). Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan 
maka seorang pendidik (katakana sebagai guru) seharusnya menyiapkan berbagai 
kebutuhan sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang, 
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang 
dilakukan guru sehingga perlu untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun 
implikasinya tak semanis teorinya. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan 
berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut. 
Terdapat banyak teori belajar yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa 
diantaranya yaitu teori Ausubel, teori Gagne dan teori Bandura. Teori belajar Ausubel 
1 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
secara umum memaparkan bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua 
dimensi yaitu penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang 
menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri 
dan keduanya saling berinteraksi, serta teori belajar Bandura dapat dikatakan 
sebagai social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan 
oleh orang lain sehingga lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi 
perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki 
kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri. 
1.2 Rumusan Masalah 
1. Apakah Pengertian belajar bagi seorang anak didik? 
2. Bagaimana teori-teori pembelajaran menurut Ausuble, Gagne dan Bandura? 
1.3 Tujuan 
1. Mengetahui pengertian belajar bagi seorang anak didik. 
2. Mengetahui teori-teori psikologi pembelajaran menurut Ausuble, Gagne dan 
Bandura. 
2 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1. Pengertian Belajar 
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting 
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) 
menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui 
kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ? 
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli : 
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang 
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, 
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan 
lingkungannya”. 
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang 
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, 
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. 
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, 
pengetahuan dan sikap baru”. 
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku 
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi” 
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang 
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. 
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang 
muncul karena pengalaman” 
Ciri utama belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman, dengan pengertian 
sebagai berikut: 
1) Proses 
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan 
merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas 
pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh 
yang bersangkutan yang dapat diamati guru adalah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa 
sebagai akibat dari adanya aktifitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. 
3 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
2) Perubahan Perilaku 
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang 
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, 
ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai sikap. 
3) Pengalaman 
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara 
individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan fisik, 
misalnya :buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan sosial, misalnya: guru, siswa 
pustakawan, dan Kepala Sekolah. 
Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun melalui pengalaman tidak 
langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, misalnya siswa belajar dengan 
melakukan sendiri dan pengalaman sendiri. Belajar melalui pengalaman tidak langsung, 
misalnya mengatahui dari membaca buku, mendengarkan penjelasan guru. Belajar 
dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa lebih 
memahami, lebih menguasai pelajaran tersebut, bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih 
bermakna. 
2.2 Psikologi Pembelajaran Matematika 
Pendidikan sering di artikan sebagai bimbingan kepada anak untuk mencapai 
kedewasaan yang kelak mampu berdiri sendiri dan mengejar cita-cita. Untuk dapat 
tercapainya manusia yang dewasa, sesuai dengan tujuan pendidikan, maka perlu dicegah 
dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam perkembangan anak. Salah satu 
usaha mencegah gangguan perkembangan kepribadian anak adalah memberikan 
bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu “upaya 
nyata” dan telah banyak peranannya dalam ikut membentuk manusia dan masyarakat 
yang sehat mental. Para ahli di bidangnya memberikan batasan mengenai bimbingan 
yaitu pelayanan yang terorganisir dengan maksud memberi bantuuan secara teratur pada 
anak didik (peserta didik) dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi 
dan dalam membina penyesuaian diri terhadap berbagai situasi yang harus ia hadapi. 
Dengan batasan bimbingan oleh ahlinya maka dapat disimpulkan bahwa tujuan 
bimbingan pada umunya untuk membantu individu melalui penyuluhan jiwa, dapat 
membuat pilihan yang bijaksana, penyesuaian diri, dan penafsiran situasi yang krisis 
4 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
dalam hidupnya sedemikian rupa untuk menjamin perkembangan kemampuan 
pengarahan diri sendiri (John KJ, 1945). Sesuai dengan sasaran yang ingin di capai 
yaitu bimbingan dalam belajar, maka pengenalan pembahasan di tujukan pada : 
a. Kemampuan berprestasi di sekolah 
b. Pemahaman tentang kesulitan di sekolah 
c. Penyelesaian kesulitan dalam belajar 
d. Upaya mengatasi kesulitan anak 
e. Pengamalan sila dari pancasila yaitu sikap menghormati kepentingan dan 
harga diri orang lain. 
Menurut MORRIS KLINE (1961) bahwa jatuh bangunnya suatu negara 
dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika. Dan Slamet Santoso 
mengemukakan bahwa fungsi matematika merupakan ketahanan Indonesia dalam abad 
20 di jalan raya dan bangsa-bangsa. Untuk suatu negara penting karena jatuh bangunnya 
suatu negara tergantung dari kemajuan di bidang matematikanya. Oleh karena itu 
sebagai langkah awal untuk mengarah pada tujuan yang di harapkan adalah mendorong 
atau memberi motivasi belajar matematika bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak 
atau peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar matematika tidak terlepas dari 
persiapan peserta didik dan persiapan dari para tenaga pendidik di bidangnya dan bagi 
para peserta didik yang sudah mampunyai minat (siap) untuk belajar matematika akan 
merasa senang dan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut, oleh karena itu para 
pendidik harus berupaya untuk memelihara maupun mengembangkan minat atau 
kesiapan belajar anak didiknya atau dengan kata lain bahwa “teori belajar mengajar 
matematika harus di pahami” betul-betul oleh para pengelola pendidikan. 
Penggunaan matematika atau berhitung dalam kehidupan manusia sehari-hari 
telah menunjukkan hasil nyata seperti dasar bagi disain ilmu teknik misalnya 
perhitungan untuk pembangunan antariksa dan di samping dasar disain ilmu teknik 
metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan 
ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. 
Pengetahuan mengenai matematika memberikan bahasa, proses dan teori yang 
memberikan ilmu bentuk dan kekuasaan yang akhirnya bahwa matematika merupakan 
salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan 
manusia dalam kehidupannya. 
5 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya di 
dasari oleh teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang popular dibicarakan 
oleh para pakar pendidikan. Pembicaraan mengenai pembelajaran matematika di 
sekolah, tidak akan pernah bisa terlepas dari teori psikologi yang mendasarinya. Ya, 
mungkin dapat diibaratkan seperti rasa manis yang melekat pada gula. Jika sifat 
manisnya hilang, bukan lagi gula namanya. Sebaliknya, kita melepaskan psikologi 
pembelajaran, maka segala aktifitas yang kita lakukan bukan lagi sebagai proses 
pembelajaran. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep dan keluasan materi yang akan 
diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara 
penyampaian pun demikian juga seharusnya. Guru harus mampu mengetahui tingkat 
perkembangan mental siswa dan bagaimana pembelajaran yang harus dilaksanakan 
sesuai dengan tahapan perkembangan tersebut. Pembelajaran yang tidak memperhatikan 
tahap perkembangan mental siswa, kemungkinan besar akan menyebabkan siswa 
merasa kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai dengan kemampuannya 
menyerap bahan ajar. 
2.3 Teori Belajar Ausubel 
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel 
bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran 
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep 
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. 
A. Pengertian Belajar Menurut Ausubel 
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi 
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, 
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa 
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat 
pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk 
belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupaun dengan 
bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian 
atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan 
atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) 
yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. 
6 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
B. Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel 
1. Belajar Bermakna 
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1996). 
Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru 
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. 
Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi 
baru pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi, dalam 
belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsumer relevan yang 
telah ada dalam struktur kognitif. 
2. Belajar Hafalan 
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau 
subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak 
dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang 
sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. 
. 
C. Langkah-langkah Pembelajaran 
Sebelum dimulainya suatu proses belajar, maka penting untuk memperhatikan 
apa-apa saja yang telah diketahui siswa, sebab ini merupakan faktor dalam 
mempengaruhi keberhasilan belajar. Untuk itu perlu dibuat langkah-langkah 
pembelajaran agar tidak terjadi kerancuan dalam kegiatan belajar. Berikut merupakan 
langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel: 
1. Menentukan tujuan pembelajaran. 
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awwal, motivasi, gaya 
belajar, dan sebagainya) 
3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya 
dalam bentuk konsep-konsep inti. 
4. Menentukan topik-topik dan menampilkanya dalam bentuk advance organizer 
yang akan dipelajari siswa. 
5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk 
nyata/konkret. 
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 
D. Kegiatan Pembelajaran 
Hakikat belajar merupakan suatu aktivitas yang berkaitan dengan penataan 
informasi, reorganisasi, perceptual, dan proses internal. Berikut merupakan bentuk 
kegiatan kegiatan pembelajaran: 
7 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. 
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, 
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit. 
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya 
dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan 
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. 
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan 
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si 
pelajar. 
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan 
menggunakan pola atau logika tertentu, dan sederhana ke kompleks. 
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. 
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini 
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. 
E. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna 
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel 
(1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam 
suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. 
Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut: 
1. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial 
2. Anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar 
bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna 
Tujuan siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna. Banyak siswa 
mengikuti pelejaran – pelajaran yang kelihatannya tidak relevan dengan kebutuhan 
mereka pada saat itu. 
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor : 
1. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis 
2. Gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. 
Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang nonarbitrer ( 
materi yang konsisten dengan apa yang telah diketahui) dan substantif ( materi itu dapat 
dinyatakan dalam berbagai cara tanpa mengubah arti 
F. Kelebihan dari belajar menurut teori Ausubel 
Menurut Ausubel dan juga Novak (1997), ada tiga kebaikan dari belajar 
bermakna,yaitu: 
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. 
2. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari 
subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk 
materi pelajaran yang mirip. 
8 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek 
residual pada subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, 
walaupun telah terjadi “lupa”. 
2.4 Teori Belajar Gagne 
A. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne 
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan 
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu 
seseorang. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar 
itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan 
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, 
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat 
menetap meskipun hanya sementara. 
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi 
stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi 
B. Sistematika ”Delapan Tipe Belajar” 
Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu: 
1. Tipe belajar tanda (Signal learning) 
Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan 
oleh Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal. 
2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning) 
Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya 
respons juga karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan 
sehingga seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang. 
3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning) 
Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya 
adalah bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya 
akan menimbulkan respons baru. 
4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning) 
Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya 
yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang. 
5. Tipe belajar membedakan (Discrimination learning) 
Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar 
objek-objek yang terdapat dalam lingkungan fisik. 
6. Tipe belajar konsep (Concept Learning) 
Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman 
atau pengertian tentang suatu yang mendasar. 
9 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning) 
Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan 
beberapa konsep. 
8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving) 
Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk 
memecahkan suatu permasalahan. 
C. Sistematika “Lima Jenis Belajar” 
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, 
dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. 
Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran 
intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. 
1. Informasi verbal (Verbal information) 
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan 
dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. 
2. Kemahiran intelektual (Intellectual skill) 
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan 
hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan 
berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). 
3. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy) 
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan 
berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan 
kesulitan yang sama. 
4. Keterampilan motorik (Motor skill) 
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik 
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik 
berbagai anggota badan secara terpadu. 
5. Sikap (Attitude) 
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam 
mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri. 
D. Fase-Fase Belajar 
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 
buah fase dalam proses belajar, yaitu: 
1. Fase penerimaan (apprehending phase) 
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. 
2. Fase penguasaan (Acquisition phase) 
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum 
3. Fase pengendapan (Storage phase) 
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat 
digunakan bila diperlukan. 
10 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase) 
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud 
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. 
E. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran 
1. Mengontrol perhatian siswa. 
2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan 
guru. 
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa. 
4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar. 
5. Memberikan bimbingan belajar. 
6. Memberikan umpan balik. 
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah 
dicapainya. 
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning. 
9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan 
kemampuan yang baru diberikan. 
2.4 Teori Belajar Bandura 
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu 
konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari 
pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. 
A. Teori Pembelajaran Sosial 
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku 
yang tradisional (behavioristik). Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak 
didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus 
– stimulus lingkungan. 
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang 
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan Inti dari pembelajaran social adalah 
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling 
penting dalam pembelajaran terpadu. 
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran 
melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Kedua, 
pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak 
mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang 
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh 
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila 
menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. 
11 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
B. Teori Peniruan ( Modeling ) 
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui 
peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua 
dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – 
anak untuk menirukan tingkah laku membaca. 
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam 
diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan 
teori pembelajaran peniruan, Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu 
meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruanmelalui contoh tingkah laku.. 
Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang 
melihat perubahan pada orang lain. 
C. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan) 
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran 
kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas 
dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan 
motivasi. 
1) Perhatian (’Attention’) 
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek 
memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. 
2) Mengingat (’Retention’) 
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. 
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’) 
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat 
menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk 
tingkah laku. 
4) Motivasi 
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak 
individu untuk terus melakukan sesuatu. 
D. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura 
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan 
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain 
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru 
sebagai model 
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang 
positif 
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku 
atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif 
12 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
E. Eksperimen Albert Bandura 
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak 
– anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. 
Eksperimen Pemodelan Bandura : 
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, 
menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo. 
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif 
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra 
dengan patung besar Bobo 
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A 
Rumusan : 
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari 
penguatan. 
Hasil Keseluruhan Eksperimen : 
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. 
Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif 
F. Jenis – jenis Peniruan (modelling) 
Jenis – jenis Peniruan (modeling): 
1. Peniruan Langsung 
Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang 
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu 
ketrampilan itu dilakukan. 
2. Peniruan Tak Langsung 
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. 
3. Peniruan Gabungan 
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu 
peniruan langsung dan tidak langsung. 
4. Peniruan Sesaat / seketika. 
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. 
5. Peniruan Berkelanjutan 
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. 
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai 
prinsip – prinsip sebagai berikut : 
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara 
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik 
kemudian melakukannya 
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang 
dimilikinya. 
13 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan 
dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. 
G. Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran 
Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung 
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian 
antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. 
H. Kelemahan Teori Albert Bandura 
Teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan 
adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu 
yang ditiru. 
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan 
hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang 
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , 
termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. 
I. Kelebihan Teori Albert Bandura 
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , 
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui 
system kognitif orang tersebut. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada 
perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu 
pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam 
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang 
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif. 
14 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
Berdasarkan uraian teori belajar mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa 
dalam belajar matematika guru dapat memulai pengajaran dengan memperoleh 
perhatian siswa, kemudian menyampaikan tujuan, mengingatkan materi yang telah 
dipelajari, memberikan stimulus, menyediakan bimbingan belajar, memperlihatkan 
penampilan, memberikan umpan balik, evaluasi, dan meningkatkan retensi serta 
melancarkan transfer belajar. 
Definisi dikalangan tokoh pendidikan memiliki perbedaan pendapat, akan 
tetapi beberapa tokoh lebih menfokuskan pada teori belajar sebagai dasar teori untuk 
pengembangan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. David Ausubel menekankan 
pada belajar bermakna yang mana belajar tidak hanya proses hafalan saja, akan tetapi 
lebih kepada pemaknaan dalam belajar. Gagne lebih menekankan pada pengkondisian 
belajar yang melahirkan taksonomi dalam belajar sedangkan bandura lebih 
menfokuskan pada belajar meniru yang mana siswa belajar dengan meniru orang lain 
terlebih gurunya 
15 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
DAFTAR PUSTAKA 
Bell, Frederick H. (1981). Teaching and Learning Mathematics (in Secondary 
School) IOWA: WnC Brown Comp. Publisher. 
Richard I. Arends, (2008), learning to teach: belajar untuk mengajar, Pustaka 
Pelajar, Yogyakarta 
Dahar, Ratna W, (2006), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, 
Jakarta 
Qalbu, Himitsu, (2014), Teori Belajar, (online. http://himitshu-qalbu. 
blogspot.com/2010/12/teori-belajar.html), 24 Agustus 2014 
Tanti, (2014), Teori belajar Bandura, Ausable, gagne, (Online: 
http://catatantanti.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-bandura-ausable-dan-gagne.html), 
24 Agustus 2014 
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, 
Jakarta 
16 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 
(RPP) 
Satuan Pendidikan : SMA 
Mata Pelajaran : Matematika-Wajib 
Kelas/ Semester : X/1 
Materi Pokok : Barisan Aritmetika 
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran 
A. KompetensiInti: 
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli 
(gotongroyong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan proaktif dan 
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan 
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta 
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 
3. Memahami, menerapkan, menganalisispengalaman factual, konseptual, 
procedural berdasarkan rasa ingintahunyatentangilmupengetahuan, teknologi, 
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, 
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta 
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai 
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait 
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, 
danmampumenggunakanmetodasesuaikaidahkeilmuan. 
B. Kompetensi Dasar: 
2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap disiplin, 
rasa percaya diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam 
memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah. 
Indikator: 
- Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 
- Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 
17 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aitmatika dan geometri atau barisan 
lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya. 
Indukator : 
- Dapat menentukan pola barisan aritmetika 
- Dapat menentukan beda suatu barisan aritmetika 
- Dapat menentukan suku ke-n suatu barisan aritmetika 
4.8 Menyajikan hasil menemukan pola barisan dan deret dan penerapannya.dalam 
penyelesaian masalah sederhana. 
Indikator : 
- Menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan 
menggunakan konsep barisan aritmatika 
C. Tujuan Pembelajaran: 
Dengan pendekatan scientific melalui model pembelajaran Problem Based 
Learning, siswa dapat : 
1. Terlibat aktif dalam pembelajaran Barisan Aritmetika. 
2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 
3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 
4. Menentukan pola barisanaritmatika. 
5. Menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan 
menggunakan konsep barisan aritmatika. 
D. Materi Pembelajaran: 
 Barisan Aritmetika 
E. Metode Pembelajaran: 
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik (Scientific) : 
Model Pembelajaran : Problem-Based Learning (PBL) 
Metode Pembelajaran : Penemuan Terbimbing, Penggabungan antara metode 
Ausubel, Bandura dan Gagne. 
18 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
F. Langkah-Langkah Pembelajaran: 
Kegiatan 
Deskripsi Kegiatan 
19 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a 
Alokasi 
Waktu 
Pendahuluan 1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya 
memahami barisan aritmetika. 
2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin 
tahu dan berpikir kritis, siswa diajak memecahkan 
masalah yang berkaitan dengan barisan 
aritmatika dalam kehidupan sehari, 
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang 
ingin dicapai yaitu memprediksi, menyajikan dan 
menemukan pola barisan aritmatika. 
4. Guru mengingatkan kembali cara penyelesaian 
SPLDV 
±10 
menit 
Inti 1. Fase 1: Orientasi siswa pada masalah: 
(a) Siswa membaca buku Matematika X halaman 
198-203 
(b) Guru meminta siswa mengamati (membaca) 
dan memahami masalah secara individu dan 
mengajukan hal-hal yang belum dipahami 
terkait masalah yang disajikan. 
(c) Jika ada siswa yang mengalami masalah, guru 
mempersilahkan siswa lain untuk memberikan 
tanggapan. Bila diperlukan, guru memberikan 
bantuan secara klasikal. 
(d) Guru meminta siswa menuliskan informasi 
yang terdapat dari masalah tersebut secara 
teliti dengan menggunakan bahasa sendiri. 
2. Fase 2: Mengorganisasikan siswa belajar 
( TEORI GAGNE ) 
(a) Guru meminta siswa membentuk kelompok 
heterogen (dari sisi kemampuan, gender, 
budaya, maupun agama) sesuai pembagian 
kelompok yang telah direncanakan oleh guru. 
(b) Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa 
(LKS) yang berisikan masalah dan langkah-langkah 
pemecahan serta meminta siswa 
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah. 
±70 
menit
( TEORI BANDURA ) 
(c) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja, 
mencermati dan menemukan berbagai 
kesulitan yang dialami siswa, serta 
memberikan kesempatan kepada siswa untuk 
bertanya hal-hal yang belum dipahami. 
(d) Guru memberi bantuan berkaitan kesulitan 
yang dialami siswa secara individu, 
kelompok, atau klasikal. 
(e) Meminta siswa bekerja sama untuk 
menghimpun berbagai konsep dan aturan 
matematika yang sudah dipelajari serta 
memikirkan secara cermat strategi pemecahan 
yang berguna untuk pemecahan masalah. 
(f) Mendorong siswa agar bekerja sama dalam 
kelompok. 
3. Fase 3: Membimbing penyelidikan individu 
dan kelompok. 
( TEORI AUSUBEL ) 
(a) Meminta siswa melihat hubungan-hubungan 
berdasarkan informasi/data terkait 
(b) Guru meminta siswa melakukan eksperimen 
dengan media yang disediakan untuk 
menyelesaikan masalah yang ada dalam 
lembar kegiatan siswa. 
(c) Guru meminta siswa mendiskusikan cara yang 
digunakan untuk menemukan semua 
kemungkinan dari masalah yang ada dalam 
lembar kegiatan siswa. Bila siswa belum 
mampu menjawabnya, guru memberi bantuan 
dengan mengingatkan siswa mengenai cara 
mereka menentukan penyelesaiannya. 
4. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil 
karya 
(a) Guru meminta siswa menyiapkan laporan 
hasil diskusi kelompok secara rapi, rinci, dan 
sistematis. 
(b) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja 
menyusun laporan hasil diskusi, dan memberi 
bantuan, bila diperlukan. 
20 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
(c) Guru meminta siswa menentukan perwakilan 
kelompok secara musyawarah untuk 
menyajikan (mempresentasikan) laporan di 
depan kelas. 
5. Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses 
pemecahan masalah. 
(a) Guru meminta semua kelompok 
bermusyawarah untuk menentukan satu 
kelompok yang mempresentasikan 
(mengkomunikasikan) hasil diskusinya di 
depan kelas secara runtun, sistematis, santun, 
dan hemat waktu. 
(b) Guru memberi kesempatan kepada siswa dari 
kelompok penyaji untuk memberikan 
penjelasan tambahan dengan baik. 
(c) Guru memberi kesempatan kepada siswa dari 
kelompok lain untuk memberikan tanggapan 
terhadap hasil diskusi kelompok penyaji 
dengan sopan. 
(d) Guru melibatkan siswa mengevaluasi jawaban 
kelompok penyaji serta masukan dari siswa 
yang lain dan membuat kesepakatan, bila 
jawaban yang disampaikan siswa sudah benar. 
(e) Guru memberi kesempatan kepada kelompok 
lain yang mempunyai jawaban berbeda dari 
kelompok penyaji pertama untuk 
mengkomunikasikan hasil diskusi 
kelompoknya secara runtun, sistematis, 
santun, dan hemat waktu. Apabila ada lebih 
dari satu kelompok, maka guru meminta siswa 
bermusyawarah menentukan urutan penyajian. 
(f) Guru mengumpulkan semua hasuil diskusi 
tiap kelompok. 
(g) Dengan tanya jawab, guru mengarahkan 
semua siswa pada kesimpulan mengenai 
permasalahan tersebut. 
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang rumus 
umum suku ke-n dari barisan aritmatika. 
2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru 
menayangkan apa yang telah dipelajari dan 
disimpulkan mengenai langkah- langkah 
menentukan rumus umum suku ke-n dari barisan 
aritmatika. 
21 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a 
±10
3. Guru memberikan tugas PR beberapa soal 
mengenai barisan aritmatika. 
4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan 
memberikan pesan untuk tetap belajar. 
G. Media / alat dan sumber Pembelajaran: 
1. Laptop 
2. LCD proyektor 
3. LKS. 
Sumber Belajar: 
1. Buku matematika pegangan siswa kl X, Kementerian Pendidikan dan 
Kebudayaan Republik Indonesia 2014 (EdisiRevisi). 
H. Penilaian Hasil Pembelajaran: 
1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis 
2. Prosedur Penilaian: 
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 
1. Sikap 
a. Terlibat aktif dalam 
pembelajaran. 
b. Bekerjasama dalam 
kegiatan kelompok. 
c. Toleran terhadap 
proses pemecahan 
masalah yang berbeda 
dan kreatif. 
Pengamatan Selama pembelajaran 
dan saat diskusi 
2. Pengetahuan 
a. Menentukan pola 
barisan dan deret 
aritmatika 
b. Menyajikan hasil 
menemukan pola 
barisan aritmatika. 
Pengamatan dan 
tes 
Penyelesaian tugas 
individu dan kelompok 
22 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 
3. 
Keterampilan 
a. Terampil menerapkan 
konsep/prinsip dan 
strategi pemecahan 
masalah yang relevan 
dengan konsep 
barisan aritmetika 
Pengamatan 
Penyelesaian tugas 
(baik individu maupun 
kelompok) dan saat 
diskusi 
J. Instrumen Penilaian 
Tes Tertulis 
No Soal Kunci jawaban Skor 
1 Seorang anak bermain 
mengelompokan 
kelereng menurut 
susunan sbb : 
2, 4, 6, 8, 10, ... 
Tentukan pola barisan 
tersebut ? 
Berapa banyak kelereng 
pada urutan ke-10 ? 
a. U1 = 2 
U2 = 4 = 2 + 2 
U3 = 6 = 2 + 2.2 
U4 = 8 = 2 + 2.3 
.......... 
.......... 
Un = 2 + 2.(n-1) 
= 2 + 2n – 2 
= 2n 
b. U10 = 2.10 
= 20 
23 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a 
5 
5 
5
2 Diketahui barisan 5, 9, 
13, 17, ... 
Tentukan : 
a. Rumus suku ke-n 
b. suku ke- 13 
a. U1 = 5 
U2 = 9 = 5 + 4 = 5 + 4.1 
U3 = 13 = 5 + 9 = 5 + 4.2 
U4 = 17 = 5 + 13= 5 +4.3 
......... 
Un = 5 + 4(n-1) 
= 5 + 4n – 4 
= 4n + 1 
b. U13 = 4.13 + 1 =53 
24 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a 
5 
5 
5 
Skor maksimum 30 
Medan, ___________ 2014 
Diketahui 
Kepala ______________ Guru Mata Pelajaran Matematika
LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS ) 
Satuan Pendidikan : SMA 
Kelas/Semester : X/1 
Mata Pelajaran : Matematika 
MateriPokok : BarisanAritmetika 
Waktu : 20 menit 
Petunjuk : 
Diskusikan dengan teman dalam kelompokmu ! 
Memprediksi Pola Barisan 
Masalah 1 
Beberapa batu bata disusun sehingga setiap kelompok tersusun sepeti gambar di bawah 
ini 
Buatlah prediksi dua susunan bata berikutnya ! 
Penyelesaian : 
Kump bata ke- Jumlah bata Pola 
1 ..... ...... 
2 ..... ...... 
3 ...... ...... 
4 ....... ....... 
n ....... ... 
25 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
Masalah 2 
Dari gambar di bawah , tentukan pola suku ke – n ! 
Bagaimana selisih antara jumlah segitiga dengan segitiga sebelumnya? 
Penyelesaian : 
Masalah 3 
Kump. segitiga 
ke- 
Jumlah 
segitiga 
Pola 
1 1 1 
2 3 2+1 
3 5 3+2 
4 7 4+3 
N ....... ... 
Pak Ali adalah seorang pemilik konveksi. Konveksi tersebut dapat membuat 10 baju 
pada bulan pertama. Permintaan baju semakin bertambah sehingga konveksinya harus 
menyelesaikan 15 baju pada bulan kedua, dan 20 baju pada bulan ke tiga.Dia menduga 
jumlah baju yang harus diselesaikan untuk bulan berikutnya akan 5 lebih banyak dari 
bulan sebelumnya. Dengan pola tersebut, pada bulan ke berapa konveksi pak Ali dapat 
menyelesaikan 100 buah baju dalam satu bulan? 
26 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaOva Opayanti
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfSalwa695608
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfsteffaniemalauhollo
 
Gaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptx
Gaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptxGaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptx
Gaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptxFaizRamadhan24
 
Gerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikanGerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikandonawidiya
 
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Rissa ZH
 
Teknik scaffolding dalam pembelajaran matematika
Teknik scaffolding dalam pembelajaran matematikaTeknik scaffolding dalam pembelajaran matematika
Teknik scaffolding dalam pembelajaran matematikaInterest_Matematika_2011
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaNur Arifaizal Basri
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES Andina Aulia Rachma
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaranDani Novita Rahma
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningAbdul Jamil
 
Makalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerMakalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerAisyah Turidho
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuNastiti Rahajeng
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 

Mais procurados (20)

Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
Hakikat IPA
Hakikat IPAHakikat IPA
Hakikat IPA
 
Gaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptx
Gaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptxGaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptx
Gaya Hidup_Fase D_Puti Hamid_280421.pptx
 
Gerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikanGerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikan
 
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
Karakteristik pembelajran IPS di Sd kelas tinggi Risa Zakiatul H. ^_^
 
Teknik scaffolding dalam pembelajaran matematika
Teknik scaffolding dalam pembelajaran matematikaTeknik scaffolding dalam pembelajaran matematika
Teknik scaffolding dalam pembelajaran matematika
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
 
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994Kurikulum 1994
Kurikulum 1994
 
Makalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerMakalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar bruner
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individu
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 

Destaque

Teori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgneTeori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgneAbdul Rais P
 
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)DanBo Store
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraAlfiramita Hertanti
 
Cara Mendownload Artikel Jurnal
Cara Mendownload Artikel JurnalCara Mendownload Artikel Jurnal
Cara Mendownload Artikel Jurnaldilaahmad
 
TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELTEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELharishmwddh
 
4.2 macam macam teori belajar
4.2 macam macam teori belajar4.2 macam macam teori belajar
4.2 macam macam teori belajarMuhammad Munandar
 
Bab iv-teori-belajar
Bab iv-teori-belajarBab iv-teori-belajar
Bab iv-teori-belajarCahya
 
Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...
Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...
Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...Mohd Hafiz Jamaludin
 
Tahapan dan proses belajar
Tahapan dan proses belajarTahapan dan proses belajar
Tahapan dan proses belajarBekha Mahardhika
 
Teori behavioristik mardiah
Teori behavioristik mardiahTeori behavioristik mardiah
Teori behavioristik mardiahDiah Japri
 
Materi evaluasi
Materi evaluasiMateri evaluasi
Materi evaluasiPenulis
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikVirlinda Siska
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 

Destaque (20)

Teori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgneTeori Belajar Robert M. GAgne
Teori Belajar Robert M. GAgne
 
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)
Teori belajar bermakna ausubel (Belajar dan Pembelajaran)
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
 
Cara Mendownload Artikel Jurnal
Cara Mendownload Artikel JurnalCara Mendownload Artikel Jurnal
Cara Mendownload Artikel Jurnal
 
Teori belajar gagne
Teori belajar gagneTeori belajar gagne
Teori belajar gagne
 
TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELTEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBEL
 
Teori belajar
Teori belajarTeori belajar
Teori belajar
 
4.2 macam macam teori belajar
4.2 macam macam teori belajar4.2 macam macam teori belajar
4.2 macam macam teori belajar
 
Teori Belajar Perilaku
Teori Belajar Perilaku Teori Belajar Perilaku
Teori Belajar Perilaku
 
Gagne
GagneGagne
Gagne
 
Bab iv-teori-belajar
Bab iv-teori-belajarBab iv-teori-belajar
Bab iv-teori-belajar
 
Ppt gagne
Ppt gagnePpt gagne
Ppt gagne
 
Tafsir altabari
Tafsir altabariTafsir altabari
Tafsir altabari
 
Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...
Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...
Aplikasi Talfiq dalam Resolusi Syariah Majlis Penasihat Syariah Bank Negara M...
 
Tahapan dan proses belajar
Tahapan dan proses belajarTahapan dan proses belajar
Tahapan dan proses belajar
 
Teori behavioristik mardiah
Teori behavioristik mardiahTeori behavioristik mardiah
Teori behavioristik mardiah
 
Materi evaluasi
Materi evaluasiMateri evaluasi
Materi evaluasi
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristik
 
Karakteristik islam
Karakteristik islamKarakteristik islam
Karakteristik islam
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
 

Semelhante a Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura

Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranMayawi Karim
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasinuuu23
 
Materi 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiMateri 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiNhia Item
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikQuratul Aini
 
Modul i belajar
Modul i belajarModul i belajar
Modul i belajarHij S
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranDidie Patient
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranDidie Patient
 
Psikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docxPsikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docxDiana191885
 
Makalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristikMakalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristikkhairil kabe
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfAkhina3
 
behavioral views of learning
behavioral views of learningbehavioral views of learning
behavioral views of learningMaryam Abid
 
BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU
BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU
BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU Rosida Marasabessy
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanNarendra
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Narendra
 
Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...
Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...
Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...hermantosugeng
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARRetno Nindia
 
Makalah 3
Makalah 3Makalah 3
Makalah 3ayu01
 
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaranPemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaranIsmail Fizh
 

Semelhante a Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura (20)

Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasi
 
Materi 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologiMateri 1 hakekat psikologi
Materi 1 hakekat psikologi
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistik
 
Modul i belajar
Modul i belajarModul i belajar
Modul i belajar
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
Psikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docxPsikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docx
 
Makalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristikMakalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristik
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
 
behavioral views of learning
behavioral views of learningbehavioral views of learning
behavioral views of learning
 
BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU
BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU
BELAJAR SEBAGAI PERUBAHAN TINGKAH LAKU
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3
 
Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...
Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...
Penggunaan model-cooperative-learning-tipe-jigsaw-dkelaalam-media-peta-untuk-...
 
Tekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaranTekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaran
 
Tekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaranTekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaran
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJAR
 
Makalah 3
Makalah 3Makalah 3
Makalah 3
 
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaranPemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai media pembelajaran
 

Mais de Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisNailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Nailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaNailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobilNailul Hasibuan
 

Mais de Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 

Último

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024panyuwakezia
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 

Último (20)

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 

Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura

  • 1. Nailul Himmi Hasibuan DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................... i BAB I : PENDAHULUAN .............................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2 1.3 Tujuan .................................................................................................. 2 BAB II : PEMBAHASAN ................................................................. 3 2.1 Pengertian Belajar .................................................................................. 3 2.2 Psikologi Pembelajaran Matematika ...................................................... 4 2.3 Teori Pembelajaran Ausubel .................................................................. 6 a. Pengertian Belajar Menurut Ausubel ..................................................... 6 b. Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel ............................... 7 c. Langkah-langkah Pembelajaran ............................................................. 7 d. Kegiatan Pembelajaran ........................................................................... 7 e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna .......................... 8 f. Kelebihan dari Belajar menurut Teori Ausubel ..................................... 8 2.4 Teori Pembelajaran Gagne ..................................................................... 9 a. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne ............................................... 9 b. Sistematika Delapan Tipe Belajar .......................................................... 9 c. Sistimatika Lima Jenis Belajar ............................................................... 10 d. Fase-fase Belajar .................................................................................... 10 e. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran .......................................... 11 2.5 Teori Pembelajaran Bandura .................................................................. 10 a. Teori Belajar Sosial ................................................................................ 11 b. Teori Peniruan ........................................................................................ 12 c. Unsur utama dalam peniruan .................................................................. 12 d. Ciri-ciri Teori Pemodelan Bandura ........................................................ 12 e. Eksperimen Alberl Bandura ................................................................... 13
  • 2. f. Jenis-jenis Peniruan ................................................................................ 13 g. Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran ............................ 14 h. Kelemahan Teori Bandura ...................................................................... 14 i. Kelebihan Teori Bandura ....................................................................... 14 BAB III : PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16 Lampiran .................................................................................................. 17 ii | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidik yang pertama dan yang paling utama adalah orang tua berupaya maksimal memberikan yang terbaik terhadap perkembangan anak, sehingga dapat bertumbuh mengikuti norma-norma kehidupan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama norma-norma kesusilaan, harapan maupun kaidah-kaidah hukum. Dalam tahap proses belajar yang di utamakan adalah kematangan terhadapa diri anak, karena bagaimanapun juga bahwa hasil yang di capai tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Belajar merupakan pembahasan menarik yang menjadi pusat perhatian para ahli psikologi pendidikan untuk mengungkap rahasia dibalik belajar tersebut. Kaitannya dengan hal tersebut, beberapa ahli psikologi dari berbagai aliran mendefinisikan istilah belajar, seperti Kimble (1961) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang diperkuat. Definisi tersebut di atas tidak serta merta diterima secara universal, beberapa ahli psikologi tidak menerima definisi tersebut. Terlepas dari perbedaan pendefinisian istilah belajar, hal menarik yang penting untuk diketahui adalah teori belajar dari beberapa tokoh (ahli) yang menjadi sumber untuk pengembangan belajar maupun pembelajaran di dunia pendidikan. Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik dan peserta didik (katakan sebagai siswa). Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka seorang pendidik (katakana sebagai guru) seharusnya menyiapkan berbagai kebutuhan sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang dilakukan guru sehingga perlu untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun implikasinya tak semanis teorinya. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut. Terdapat banyak teori belajar yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa diantaranya yaitu teori Ausubel, teori Gagne dan teori Bandura. Teori belajar Ausubel 1 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 4. secara umum memaparkan bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua dimensi yaitu penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi, serta teori belajar Bandura dapat dikatakan sebagai social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain sehingga lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah Pengertian belajar bagi seorang anak didik? 2. Bagaimana teori-teori pembelajaran menurut Ausuble, Gagne dan Bandura? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian belajar bagi seorang anak didik. 2. Mengetahui teori-teori psikologi pembelajaran menurut Ausuble, Gagne dan Bandura. 2 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ? Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli : Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”. Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi” Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman” Ciri utama belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman, dengan pengertian sebagai berikut: 1) Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan yang dapat diamati guru adalah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat dari adanya aktifitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. 3 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 6. 2) Perubahan Perilaku Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan, atau penguasaan nilai-nilai sikap. 3) Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan fisik, misalnya :buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan sosial, misalnya: guru, siswa pustakawan, dan Kepala Sekolah. Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun melalui pengalaman tidak langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, misalnya siswa belajar dengan melakukan sendiri dan pengalaman sendiri. Belajar melalui pengalaman tidak langsung, misalnya mengatahui dari membaca buku, mendengarkan penjelasan guru. Belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa lebih memahami, lebih menguasai pelajaran tersebut, bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih bermakna. 2.2 Psikologi Pembelajaran Matematika Pendidikan sering di artikan sebagai bimbingan kepada anak untuk mencapai kedewasaan yang kelak mampu berdiri sendiri dan mengejar cita-cita. Untuk dapat tercapainya manusia yang dewasa, sesuai dengan tujuan pendidikan, maka perlu dicegah dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam perkembangan anak. Salah satu usaha mencegah gangguan perkembangan kepribadian anak adalah memberikan bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu “upaya nyata” dan telah banyak peranannya dalam ikut membentuk manusia dan masyarakat yang sehat mental. Para ahli di bidangnya memberikan batasan mengenai bimbingan yaitu pelayanan yang terorganisir dengan maksud memberi bantuuan secara teratur pada anak didik (peserta didik) dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dan dalam membina penyesuaian diri terhadap berbagai situasi yang harus ia hadapi. Dengan batasan bimbingan oleh ahlinya maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan pada umunya untuk membantu individu melalui penyuluhan jiwa, dapat membuat pilihan yang bijaksana, penyesuaian diri, dan penafsiran situasi yang krisis 4 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 7. dalam hidupnya sedemikian rupa untuk menjamin perkembangan kemampuan pengarahan diri sendiri (John KJ, 1945). Sesuai dengan sasaran yang ingin di capai yaitu bimbingan dalam belajar, maka pengenalan pembahasan di tujukan pada : a. Kemampuan berprestasi di sekolah b. Pemahaman tentang kesulitan di sekolah c. Penyelesaian kesulitan dalam belajar d. Upaya mengatasi kesulitan anak e. Pengamalan sila dari pancasila yaitu sikap menghormati kepentingan dan harga diri orang lain. Menurut MORRIS KLINE (1961) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika. Dan Slamet Santoso mengemukakan bahwa fungsi matematika merupakan ketahanan Indonesia dalam abad 20 di jalan raya dan bangsa-bangsa. Untuk suatu negara penting karena jatuh bangunnya suatu negara tergantung dari kemajuan di bidang matematikanya. Oleh karena itu sebagai langkah awal untuk mengarah pada tujuan yang di harapkan adalah mendorong atau memberi motivasi belajar matematika bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak atau peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar matematika tidak terlepas dari persiapan peserta didik dan persiapan dari para tenaga pendidik di bidangnya dan bagi para peserta didik yang sudah mampunyai minat (siap) untuk belajar matematika akan merasa senang dan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut, oleh karena itu para pendidik harus berupaya untuk memelihara maupun mengembangkan minat atau kesiapan belajar anak didiknya atau dengan kata lain bahwa “teori belajar mengajar matematika harus di pahami” betul-betul oleh para pengelola pendidikan. Penggunaan matematika atau berhitung dalam kehidupan manusia sehari-hari telah menunjukkan hasil nyata seperti dasar bagi disain ilmu teknik misalnya perhitungan untuk pembangunan antariksa dan di samping dasar disain ilmu teknik metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Pengetahuan mengenai matematika memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu bentuk dan kekuasaan yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupannya. 5 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 8. Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya di dasari oleh teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang popular dibicarakan oleh para pakar pendidikan. Pembicaraan mengenai pembelajaran matematika di sekolah, tidak akan pernah bisa terlepas dari teori psikologi yang mendasarinya. Ya, mungkin dapat diibaratkan seperti rasa manis yang melekat pada gula. Jika sifat manisnya hilang, bukan lagi gula namanya. Sebaliknya, kita melepaskan psikologi pembelajaran, maka segala aktifitas yang kita lakukan bukan lagi sebagai proses pembelajaran. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep dan keluasan materi yang akan diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian pun demikian juga seharusnya. Guru harus mampu mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana pembelajaran yang harus dilaksanakan sesuai dengan tahapan perkembangan tersebut. Pembelajaran yang tidak memperhatikan tahap perkembangan mental siswa, kemungkinan besar akan menyebabkan siswa merasa kesulitan, karena apa yang disajikan tidak sesuai dengan kemampuannya menyerap bahan ajar. 2.3 Teori Belajar Ausubel David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. A. Pengertian Belajar Menurut Ausubel Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupaun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. 6 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 9. B. Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel 1. Belajar Bermakna Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1996). Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi, dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. 2. Belajar Hafalan Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. . C. Langkah-langkah Pembelajaran Sebelum dimulainya suatu proses belajar, maka penting untuk memperhatikan apa-apa saja yang telah diketahui siswa, sebab ini merupakan faktor dalam mempengaruhi keberhasilan belajar. Untuk itu perlu dibuat langkah-langkah pembelajaran agar tidak terjadi kerancuan dalam kegiatan belajar. Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel: 1. Menentukan tujuan pembelajaran. 2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awwal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya) 3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti. 4. Menentukan topik-topik dan menampilkanya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa. 5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret. 6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. D. Kegiatan Pembelajaran Hakikat belajar merupakan suatu aktivitas yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi, perceptual, dan proses internal. Berikut merupakan bentuk kegiatan kegiatan pembelajaran: 7 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 10. 1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. 2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit. 3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. 4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si pelajar. 5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dan sederhana ke kompleks. 6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. 7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. E. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut: 1. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial 2. Anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna Tujuan siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna. Banyak siswa mengikuti pelejaran – pelajaran yang kelihatannya tidak relevan dengan kebutuhan mereka pada saat itu. Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor : 1. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis 2. Gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang nonarbitrer ( materi yang konsisten dengan apa yang telah diketahui) dan substantif ( materi itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara tanpa mengubah arti F. Kelebihan dari belajar menurut teori Ausubel Menurut Ausubel dan juga Novak (1997), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna,yaitu: 1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. 2. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. 8 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 11. 3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”. 2.4 Teori Belajar Gagne A. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi B. Sistematika ”Delapan Tipe Belajar” Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu: 1. Tipe belajar tanda (Signal learning) Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan oleh Pavlov. Semua jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal. 2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning) Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya respons juga karena adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang. 3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning) Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya adalah bahwa suatu respons pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya akan menimbulkan respons baru. 4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning) Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan reaksi verbal pada stimulus/perangsang. 5. Tipe belajar membedakan (Discrimination learning) Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalam lingkungan fisik. 6. Tipe belajar konsep (Concept Learning) Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian tentang suatu yang mendasar. 9 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 12. 7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning) Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep. 8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving) Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan. C. Sistematika “Lima Jenis Belajar” Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. 1. Informasi verbal (Verbal information) Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. 2. Kemahiran intelektual (Intellectual skill) Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). 3. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy) Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama. 4. Keterampilan motorik (Motor skill) Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. 5. Sikap (Attitude) Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri. D. Fase-Fase Belajar Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu: 1. Fase penerimaan (apprehending phase) Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. 2. Fase penguasaan (Acquisition phase) Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum 3. Fase pengendapan (Storage phase) Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. 10 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 13. 4. Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase) Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. E. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran 1. Mengontrol perhatian siswa. 2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru. 3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa. 4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar. 5. Memberikan bimbingan belajar. 6. Memberikan umpan balik. 7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya. 8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning. 9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang baru diberikan. 2.4 Teori Belajar Bandura Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. A. Teori Pembelajaran Sosial Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan. Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. 11 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 14. B. Teori Peniruan ( Modeling ) Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca. Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruanmelalui contoh tingkah laku.. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. C. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan) Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi. 1) Perhatian (’Attention’) Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. 2) Mengingat (’Retention’) Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. 3) Reproduksi gerak (’Reproduction’) Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. 4) Motivasi Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. D. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura 1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan 2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain 3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model 4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif 5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif 12 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 15. E. Eksperimen Albert Bandura Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Eksperimen Pemodelan Bandura : Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A Rumusan : Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan. Hasil Keseluruhan Eksperimen : Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif F. Jenis – jenis Peniruan (modelling) Jenis – jenis Peniruan (modeling): 1. Peniruan Langsung Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. 2. Peniruan Tak Langsung Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. 3. Peniruan Gabungan Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. 4. Peniruan Sesaat / seketika. Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. 5. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut : 1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya 2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. 13 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 16. 3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. G. Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. H. Kelemahan Teori Albert Bandura Teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. I. Kelebihan Teori Albert Bandura Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif. 14 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 17. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian teori belajar mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar matematika guru dapat memulai pengajaran dengan memperoleh perhatian siswa, kemudian menyampaikan tujuan, mengingatkan materi yang telah dipelajari, memberikan stimulus, menyediakan bimbingan belajar, memperlihatkan penampilan, memberikan umpan balik, evaluasi, dan meningkatkan retensi serta melancarkan transfer belajar. Definisi dikalangan tokoh pendidikan memiliki perbedaan pendapat, akan tetapi beberapa tokoh lebih menfokuskan pada teori belajar sebagai dasar teori untuk pengembangan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. David Ausubel menekankan pada belajar bermakna yang mana belajar tidak hanya proses hafalan saja, akan tetapi lebih kepada pemaknaan dalam belajar. Gagne lebih menekankan pada pengkondisian belajar yang melahirkan taksonomi dalam belajar sedangkan bandura lebih menfokuskan pada belajar meniru yang mana siswa belajar dengan meniru orang lain terlebih gurunya 15 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Bell, Frederick H. (1981). Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School) IOWA: WnC Brown Comp. Publisher. Richard I. Arends, (2008), learning to teach: belajar untuk mengajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Dahar, Ratna W, (2006), Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Jakarta Qalbu, Himitsu, (2014), Teori Belajar, (online. http://himitshu-qalbu. blogspot.com/2010/12/teori-belajar.html), 24 Agustus 2014 Tanti, (2014), Teori belajar Bandura, Ausable, gagne, (Online: http://catatantanti.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-bandura-ausable-dan-gagne.html), 24 Agustus 2014 Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta 16 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 19. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Kelas/ Semester : X/1 Materi Pokok : Barisan Aritmetika Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran A. KompetensiInti: 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotongroyong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisispengalaman factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingintahunyatentangilmupengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, danmampumenggunakanmetodasesuaikaidahkeilmuan. B. Kompetensi Dasar: 2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap disiplin, rasa percaya diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah. Indikator: - Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. - Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 17 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 20. 3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aitmatika dan geometri atau barisan lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya. Indukator : - Dapat menentukan pola barisan aritmetika - Dapat menentukan beda suatu barisan aritmetika - Dapat menentukan suku ke-n suatu barisan aritmetika 4.8 Menyajikan hasil menemukan pola barisan dan deret dan penerapannya.dalam penyelesaian masalah sederhana. Indikator : - Menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep barisan aritmatika C. Tujuan Pembelajaran: Dengan pendekatan scientific melalui model pembelajaran Problem Based Learning, siswa dapat : 1. Terlibat aktif dalam pembelajaran Barisan Aritmetika. 2. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 3. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. 4. Menentukan pola barisanaritmatika. 5. Menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep barisan aritmatika. D. Materi Pembelajaran:  Barisan Aritmetika E. Metode Pembelajaran: Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik (Scientific) : Model Pembelajaran : Problem-Based Learning (PBL) Metode Pembelajaran : Penemuan Terbimbing, Penggabungan antara metode Ausubel, Bandura dan Gagne. 18 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 21. F. Langkah-Langkah Pembelajaran: Kegiatan Deskripsi Kegiatan 19 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Guru memberikan gambaran tentang pentingnya memahami barisan aritmetika. 2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis, siswa diajak memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan aritmatika dalam kehidupan sehari, 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu memprediksi, menyajikan dan menemukan pola barisan aritmatika. 4. Guru mengingatkan kembali cara penyelesaian SPLDV ±10 menit Inti 1. Fase 1: Orientasi siswa pada masalah: (a) Siswa membaca buku Matematika X halaman 198-203 (b) Guru meminta siswa mengamati (membaca) dan memahami masalah secara individu dan mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan. (c) Jika ada siswa yang mengalami masalah, guru mempersilahkan siswa lain untuk memberikan tanggapan. Bila diperlukan, guru memberikan bantuan secara klasikal. (d) Guru meminta siswa menuliskan informasi yang terdapat dari masalah tersebut secara teliti dengan menggunakan bahasa sendiri. 2. Fase 2: Mengorganisasikan siswa belajar ( TEORI GAGNE ) (a) Guru meminta siswa membentuk kelompok heterogen (dari sisi kemampuan, gender, budaya, maupun agama) sesuai pembagian kelompok yang telah direncanakan oleh guru. (b) Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan masalah dan langkah-langkah pemecahan serta meminta siswa berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah. ±70 menit
  • 22. ( TEORI BANDURA ) (c) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja, mencermati dan menemukan berbagai kesulitan yang dialami siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami. (d) Guru memberi bantuan berkaitan kesulitan yang dialami siswa secara individu, kelompok, atau klasikal. (e) Meminta siswa bekerja sama untuk menghimpun berbagai konsep dan aturan matematika yang sudah dipelajari serta memikirkan secara cermat strategi pemecahan yang berguna untuk pemecahan masalah. (f) Mendorong siswa agar bekerja sama dalam kelompok. 3. Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok. ( TEORI AUSUBEL ) (a) Meminta siswa melihat hubungan-hubungan berdasarkan informasi/data terkait (b) Guru meminta siswa melakukan eksperimen dengan media yang disediakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam lembar kegiatan siswa. (c) Guru meminta siswa mendiskusikan cara yang digunakan untuk menemukan semua kemungkinan dari masalah yang ada dalam lembar kegiatan siswa. Bila siswa belum mampu menjawabnya, guru memberi bantuan dengan mengingatkan siswa mengenai cara mereka menentukan penyelesaiannya. 4. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (a) Guru meminta siswa menyiapkan laporan hasil diskusi kelompok secara rapi, rinci, dan sistematis. (b) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja menyusun laporan hasil diskusi, dan memberi bantuan, bila diperlukan. 20 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 23. (c) Guru meminta siswa menentukan perwakilan kelompok secara musyawarah untuk menyajikan (mempresentasikan) laporan di depan kelas. 5. Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (a) Guru meminta semua kelompok bermusyawarah untuk menentukan satu kelompok yang mempresentasikan (mengkomunikasikan) hasil diskusinya di depan kelas secara runtun, sistematis, santun, dan hemat waktu. (b) Guru memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok penyaji untuk memberikan penjelasan tambahan dengan baik. (c) Guru memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok penyaji dengan sopan. (d) Guru melibatkan siswa mengevaluasi jawaban kelompok penyaji serta masukan dari siswa yang lain dan membuat kesepakatan, bila jawaban yang disampaikan siswa sudah benar. (e) Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain yang mempunyai jawaban berbeda dari kelompok penyaji pertama untuk mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya secara runtun, sistematis, santun, dan hemat waktu. Apabila ada lebih dari satu kelompok, maka guru meminta siswa bermusyawarah menentukan urutan penyajian. (f) Guru mengumpulkan semua hasuil diskusi tiap kelompok. (g) Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai permasalahan tersebut. Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang rumus umum suku ke-n dari barisan aritmatika. 2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai langkah- langkah menentukan rumus umum suku ke-n dari barisan aritmatika. 21 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a ±10
  • 24. 3. Guru memberikan tugas PR beberapa soal mengenai barisan aritmatika. 4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar. G. Media / alat dan sumber Pembelajaran: 1. Laptop 2. LCD proyektor 3. LKS. Sumber Belajar: 1. Buku matematika pegangan siswa kl X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014 (EdisiRevisi). H. Penilaian Hasil Pembelajaran: 1. Teknik Penilaian: pengamatan, tes tertulis 2. Prosedur Penilaian: No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 1. Sikap a. Terlibat aktif dalam pembelajaran. b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok. c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif. Pengamatan Selama pembelajaran dan saat diskusi 2. Pengetahuan a. Menentukan pola barisan dan deret aritmatika b. Menyajikan hasil menemukan pola barisan aritmatika. Pengamatan dan tes Penyelesaian tugas individu dan kelompok 22 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 25. No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian 3. Keterampilan a. Terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan dengan konsep barisan aritmetika Pengamatan Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi J. Instrumen Penilaian Tes Tertulis No Soal Kunci jawaban Skor 1 Seorang anak bermain mengelompokan kelereng menurut susunan sbb : 2, 4, 6, 8, 10, ... Tentukan pola barisan tersebut ? Berapa banyak kelereng pada urutan ke-10 ? a. U1 = 2 U2 = 4 = 2 + 2 U3 = 6 = 2 + 2.2 U4 = 8 = 2 + 2.3 .......... .......... Un = 2 + 2.(n-1) = 2 + 2n – 2 = 2n b. U10 = 2.10 = 20 23 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a 5 5 5
  • 26. 2 Diketahui barisan 5, 9, 13, 17, ... Tentukan : a. Rumus suku ke-n b. suku ke- 13 a. U1 = 5 U2 = 9 = 5 + 4 = 5 + 4.1 U3 = 13 = 5 + 9 = 5 + 4.2 U4 = 17 = 5 + 13= 5 +4.3 ......... Un = 5 + 4(n-1) = 5 + 4n – 4 = 4n + 1 b. U13 = 4.13 + 1 =53 24 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a 5 5 5 Skor maksimum 30 Medan, ___________ 2014 Diketahui Kepala ______________ Guru Mata Pelajaran Matematika
  • 27. LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS ) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Matematika MateriPokok : BarisanAritmetika Waktu : 20 menit Petunjuk : Diskusikan dengan teman dalam kelompokmu ! Memprediksi Pola Barisan Masalah 1 Beberapa batu bata disusun sehingga setiap kelompok tersusun sepeti gambar di bawah ini Buatlah prediksi dua susunan bata berikutnya ! Penyelesaian : Kump bata ke- Jumlah bata Pola 1 ..... ...... 2 ..... ...... 3 ...... ...... 4 ....... ....... n ....... ... 25 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a
  • 28. Masalah 2 Dari gambar di bawah , tentukan pola suku ke – n ! Bagaimana selisih antara jumlah segitiga dengan segitiga sebelumnya? Penyelesaian : Masalah 3 Kump. segitiga ke- Jumlah segitiga Pola 1 1 1 2 3 2+1 3 5 3+2 4 7 4+3 N ....... ... Pak Ali adalah seorang pemilik konveksi. Konveksi tersebut dapat membuat 10 baju pada bulan pertama. Permintaan baju semakin bertambah sehingga konveksinya harus menyelesaikan 15 baju pada bulan kedua, dan 20 baju pada bulan ke tiga.Dia menduga jumlah baju yang harus diselesaikan untuk bulan berikutnya akan 5 lebih banyak dari bulan sebelumnya. Dengan pola tersebut, pada bulan ke berapa konveksi pak Ali dapat menyelesaikan 100 buah baju dalam satu bulan? 26 | T e o r i B e l a j a r M e n u r u t A u s u b l e , G a g n e , B a n d u r a