1. BAB I
Pendahuluan
A. Abstrak
Periode ini dimulai sejak anak-anak berusia enam sampai seksualnya
matang. Kematangan seksual sangat bervariasi baik antara jenis kelamin
maupun antar budaya yang berbeda. Anak-anak sudah lebih mandiri. Pada
masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami
pengetahuan dan selalu ingin bertanya dan memahami.
Perkembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosial. Perkembangan sosial anak mulai meningkat yang ditandai dengan
adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman mereka mengatahui
kebutuhan ketentuan maupun peraturan-peraturan. Selain itu hubungan antara
anak dan keluarga, teman sebaya dan sekolah sangat mewarnai perkembangan
sosialnya. Nah, pada pembahasan kali ini saya menyajikan materi dengan
tema perkembangan sosial, moral, kepribadian dan agama pada masa anak-
anak akhir.
B. Rumusan Masalah
Bagimana perkembangan agama, sosial, moral dan kepribadian pada masa
akhir kanak-kanak. Serta implikasinya dengan pendidikan.
2. BAB II
Pembahasan
A. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial pada masa anak-anak akhir atau
anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping
dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya
(peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
telah bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-
sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (berkerja sama) atau
sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat
keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang), dia merasa
tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.1
Pengelompokan sosial dan perilaku Sosial Masa Akhir Kanak-kanak
1. Ciri geng Anak-anak
a. Geng anak merupakan kelompok bermain
b. Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak
c. Pada mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah
ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya
minat pada olahraga.
d. Geng anak laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku sosial buruk
pada anak perempuan.
e. Kegiatan geng yang populer meliputi permainan dan olahraga, pergi ke
bioskop, dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
f. Geng mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari
pengawasan orang-orang dewasa.
1
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm. I80
3. g. Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya
anggota kelompok memakai pakaian yang sama.
h. Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal
lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.
2. Efek dari keanggotaan kelompok
a. Menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertengkaran dengan
orangtua dan penolakan terhadap standar orangtua.
b. Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin meluas.
c. Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengambangkan prasangka
terhadap anak yang berbeda.
d. Dalam banyak hal merupakan akibat yang paling merusak, ialah cara
anak memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng, mereka
seringkali bersifat kejam kepada anak-anak yang tidak dianggap
sebagai anggota geng.
3. Teman pada Masa akhir kanak-kanak
Seperti halnya dengan masa awal kanak-kanak, teman pada masa
akhir kanak-kanak terdiri dari rekan, teman bermain, atau teman baik.
4. Perilaku Teman
Perlakuan yang kurang baik tidak hanya ditunjukkan kepada anak
yang bukan anggota kelompok. Pola sama juga terdapat dalam
persahabatan anak-anak, sehingga persahabatan mereka jarang yang tetap.
5. Status sosiometri
Sebelum akhir masa kanak-kanak berakhir sebagian besar anak-
anak tidak hanya menyadari status sosiometri mereka, yaitu status yang
mereka senangi pada kelompok sosial, tetapi juga status sosiometri dari
teman-teman sebayanya mereka.
6. Pemimpin pada masa akhir kanak-kanak
4. Anak yang dipilih teman-temannya untuk berperan sebagai
pemimpin pada masa akhir kanak-kanak, mendekati ideal kelompok, tetapi
juga memiliki ciri-ciri yang dikagumi.2
Implementasi perkembangan sosial anak terhadap penyelenggaraan
pemebalajaran di SD, adalah guru harus berperan sebagai : Konservator
(pemelihara) tehadap nilai-nilai yang merupakan sumber norma yang akan
dilakukan oleh peserta didik, Transmitor (penerus) ilmu pengetahuan
terhadap peserta didik. Transformator (penerjemah), pendidik harus
memberikan contoh yang baik terhadap peserta didik dalam berinteraksi
dengan peserta dirdik. Organisator (penyelenggara), pendidik harus
menyelenggaran pendidikan yang kondusif bagi peserta didik.3
B. Perkembangan Kepribadian
Gordon W. Allport mengemukakan, “Personality is dynamic
organization within the individual of those psycophysycal system, than
determines his unique adjusment this environment”. (Kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan).4
Mutu hubungan dengan orangtua, saudara kandung dan sanak saudara
lain, dan pandangan anak mengenai metode pelatihan anak yang digunakan
dirumah, semuanya berperan dalam menentukan kepribadian anak. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kepribadian atau konsep diri :
1. Perkembangan konsep diri ideal
Anak-anak membentuk konsep diri yang ideal, anak menjadi sosok
tokoh ide. Pada mulanya, konsep diri yang ideal mengikuti pola yang
digariskan oleh orang tua, guru, dan orang-orang sekitar dalam
2
Yuridika Tahja, Psikologi Perkembangan ( Jakarta : Pernada Media Group, 2011) hlm. 208-
210
3
http://dianzansori.wordpress.com
4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja...,hlm. 126
5. lingkungannya. Kemudian dengan meluasnya cakrawala juga menikuti
pola atau tokoh-tokoh yang dibaca atau didengar.
2. Mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada bagian akhir masa kanak-kanak
dan mencapai tahap kritis dalam masa remaja.5
Dalam proses pembelajaran Tugas-tugas perkembangan menuntut
anak usia SD mampu menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini
ditunjukkan pada kemampuan membuat perencanaan dan melaksanakan
kegiatan belajar/sekolahnya tanpa harus selalu diarahkan oleh guru maupun
orang tua. Sehubungan tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru dalam
melaksanakan proses pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik
kemandirian dalam tugas individual maupun kemandirian dalam tugas-tugas
kelompok.6
C. Perkembangan Moral
Anak mulai menganal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-
buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak
tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya.
Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal
yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak menganai benar-salah
dan baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau
tuntunan-tuntunan dari orangtua atau lingkungan sosialny. Pada akhir usia ini,
anak sudah memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu,
anak sudah dapat mengasosiasikan setiap perilaku dengan konsep benar-salah
atau baik-buruk.7
Sikap dan prilaku moral Masa Akhir Kanak-kanak
a. Perkembangan kode moral
5
Yuridika Tahja, Psikologi Perkembanga..., hlm. 213-214
6
http://pulungdwiwardani.wordpress.com
7
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja...,hlm. 182
6. Pada akhir masa kanak-kanak seperti halnya awal masa remaja,
kode moral sangat dipengaruhi oleh standar moral dari kelompok dimana
anak mengidentifikasikan diri.
b. Peran disiplin dalam pengambangan moral
Kalau disiplin dibutuhkan dalam perkembangan, haruslah
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
c. Perkembangan suara hati
Istilah suara hati berarti suatu reaksi khawatir yang terkondisi
terhadap situasi dan tindakan tertentu yang telah dilakukan dengan jalan
menghubungkan perbuatan tertentu dengan hukuman.
d. Pelanggaran hukum pada akhir masa kanak-kanak
Pelanggaran menjadi semakin berkurang. Menurunnya pelanggaran
mungkin karena adanya kematangan, baik fisik maupun psikologis, tetapi
lebih sering karena kurangnya tenaga yang merupakan ciri pertumbuhan
yang pesat yang mengiringi bagian awal dari masa puber. Banyak anak
prapuber yang sama sekali tidak mempunyai tenaga untuk menjadi nakal.8
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, mempunyai peranan
penting dalam rangka pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai melalui
proses pembelajaran. Bimbingan merupakan salah satu tehnik untuk
membantu siswa utamanya yang mengalami hambatan atau permasalahan
yang berkaitan dengan pengembangan ini.
Implementaasi perkembangan terhadap penyelenggraaan pendidikan
masa kanak-kanak akhir atau anak SD guru mengarahkan anak didikanya
untuk melakukan kebaikan dan selalu menanamkan kejujuran karena pada
tahap perkembangan ini anak SD sudah mengetahui peraturan dan tuntutan
dari orang tua atau lingkungan sosial, disamping itu anak telah dapat
mengasosiasikan perbuatannya dengan lingkungan di sekiranya. Misalnya
perbuatan nakal, jujur, adil serta sikap hormat baik terhadap orang tua, guru
dan lingkuangan sekitamya.9
8
Yuridika Tahja, Psikologi Perkembanga..., hlm. 211-212
9
http://pulungdwiwardani.wordpress.com
7. D. Perkembangan Agama
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT, adalah dia
dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan
melakukan ajaran-Nya. Dalam kata lain, manusia dikaruniai insting religius
(naluri beragama), karena memiliki fitrah ini kemudian manusia dijuluki
sebagai “Homo Devinans”, dan “Homo Religious”, yaitu makhluk yang
bertaruh atau beragama.10
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaanya di tandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sikap keagamaan bersifa reseptif disertai dengan pengertian.
2. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan
kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai
manifestasi dari keagungannya.
3. Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.11
Berkaitan dengan pendidikan dan penanaman akhlak pada anak,
Rasulullah SAW bersabda “ Didiklah Anak – Anak Kalian, Sesungguhnya
Mereka Diciptakan Menjadi Generasi Yang Berbeda Dengan Generasi Zaman
Kalian” (HR Tirmidzi).12
Ruang lingkup dan cakupan pendidikan agama islam untuk anak
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang cermat dalam memilih materi
dan strategi pendekatan yang tepat. Hal ini didasarkan kepada pertimbangan
bahwa tingkat pemehaman anak adalah terbatas. Setidaknya terdapat dua
kelompok besar bidang pengembangan dalam pendidikan agama islam untuk
anak, yaitu bidang pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan
pengembangan moral dan nilai – nilai agama.13
10
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja..., hlm. 136
11
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, 1997 dalam Syamsu Yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja...,hlm.182-183
12
Netty hartati, dkk, Islam dan Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hlm. 36-39
13
Abdul Wahid, Isu –Isu Kontemporer Pendidikan Islam (Semarang: Need’s Press, 2008)
hlm 258 - 259
8. BAB II
Penutup
A. Kesimpulan
Akhir masa kanak-kanak berlangsung dari enam tahun sampai anak
mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan
dan 14 tahun bagi anak laki-laki oleh orangtua disebut masa menyulitkan.
Oloeh para pendidik disebut usia “sekolah dasar” dan oleh ahli psikologi
disebut “usia kelompok” atau “usia kreatif”.
Masa ini disebut “usia kelompok” karena anak berminat akan kegiatan
dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok yang
mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola perilaku. Pada masa
ini sebgaian anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standar
moral kelompoknya dan hati nurani yang membimbingnya sebagai pengganti
pengawasan dari luar yang pada waktu anak masih kecil, sekalipun demikian
pelanggaran rumah di sekolah dan di lingkungan.
B. Saran
Masa kanak- kanak merupakan periode yang dinamis secara
psikologis bagi perkembanganny. Anak–anak mempunyai kemampuan untuk
meniru perilaku orang dewasa dan agama beserta lembaga- lembaganya
seyogyanya menyediakan model- model cara hidup dan perilaku yang anak
dapat menirunya.
Tetapi tanggung jawab lembaga tidak terbatas disitu, Pengalaman
anak lebih penting dan bertahan lama terjadi pada tingkat yang mendalam dan
personal. Seharsnya lembaga tersebut menyediakan model dalam
menyampaikan bahan informasi sesuai dengan tingkat dan daya tangkap anak.
9. Daftar Pustaka
Anonim. (2010). “Perkembangan anak terhadap penyelanggaraan pendidikan”.
Diakses dari website http://dianzansori.wordpress.com
Anonim. (2012). “Perkembangan Peserta Didik”. Diakses dari website
http://pulungdwiwardani.wordpress.com
Hartati, Netty. Dkk. (2004). Islam dan Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Makmun, Abin Syamsudin. (1997). Psikologi Kependidikan, dalam Syamsu
Yusuf. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tahja, Yuridika. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Pernada Media
Group
Wahid, Abdul. (2008). Isu –Isu Kontemporer Pendidikan Islam. Semarang:
Need’s Press
Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya