Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
PEMEROLEHAN BAHASA IBU
1. BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Sebagai manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
orang lain melalui komunikasi. Media yang digunakan untuk berkomunikasi
adalah bahasa.
Bahasa adalah suatu sistem symbol lisan yang arbriter yang dipakai oleh
anggota suatu masyarakat. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki
bersama (Dardjowidjojo, 2008:16). Sedangkan menurut Chaer dalam Chaer
(2009) mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat
arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi
dan mengidentifikasikan diri. Selanjutnya menurut Sonawat & Francis (2007: 2 )
mendefinisikan bahasa sebagai kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Kemampuan itu termasuk semua alat komunikasi di mana pikiran dan perasaan
itu disimbolkan dan simbol itu membawa arti. Bahasa memiliki sebuah simbol
untuk berfikir dan pikiran sosial melalui interaksi dengan orang lain.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan
alat komunikasi yang bersifat arbriter yang digunakan oleh sekelompok orang
untuk berinteraksi dan identifikasi diri berlandaskan budaya setempat. Dengan
bahasa, maka orang dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan orang
lain. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui latar belakang , kebiasaan, adat
istiadat dan dengan bahasa orang dapat mengungkapkan ide, gagasan dan
pikirannya, karena melalui bahasa dapat mengungkapkan diri dan menunjang
pikirannya.
Berkaitan dengan pentingnya bahasa, penguasaan sebuah bahasa oleh
seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut
bahasa ibu (B1). Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat
panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa
2. pertamanya. Melalui pemerolehan bahasa yang dibawa anak sejak lahir
mengolah data bahasa lalu memproduksi ujaran-ujaran. Dengan watak aktif,
kreatif, dan inovatif, anak-anak akhirnya mampu menguasai gramatika bahasa
dan memproduksi tutur menuju bahasa yang diidealkan oleh penutur dewasa.
Fleming yang dikutip Jackman (2009) menjelaskan bahwa setiap anak
memiliki lebih dari 50.000 saraf yang membawa suara manusia dari telinga ke
otak. Otak menyandikan kata-kata dan menyusun kembali sel-sel otak tersebut
pada penghubung atau jaringan untuk menghasilkan bahasa. Proses belajar
bahasa inilah yang paling penting dari perkembangan seorang anak. Terdapat
berbagai teori yang menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari perkembangan
bahasa anak. Salah satu teori tersebut adalah teori behavioristik yang
menjelaskan bahwa anak terlahir bagaikan kertas kosong dimana lingkungan
yang berperan terhadap perkembangan anak selanjutnya. Dalam hal ini,
termasuk perkembangan bahasa yang dimiliki oleh anak merupakan hasil latihan
yang anak terima dari lingkungan disekitarnya.
B Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1 Apa yang dimaksud dengan bahasa ibu?
2 Bagaimana teori-teori yang melandasi pemerolehan bahasa ibu?
3 Bagaimana tahapan-tahapan pemerolehan bahasa pada anak usia dini?
4 Bagaimana peranan bahasa ibu pada anak usia dini?
C Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan sebagai berikut:
1 Untuk mendeskripsikan bahasa ibu.
2 Untuk mendeskripsikan teori-teori yang melandasi pemerolehan bahasa ibu.
3 Untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan pemerolehan bahasa pada anak
usia dini.
4 Untuk mendeskripsikan peranan bahasa ibu pada anak usia dini.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A PENGERTIAN BAHASA IBU
Ali (1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang
dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota
masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini
menunjukkan bahasa pertama (B1) merupakan suatu proses awal yang
diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut bahasa.
Bahasa ibu adalah bahasa yang potensial dikuasai oleh seseorang sejak
lahir secara terwaris. Bahasa ibu adalah bahasa pertama seseorang (Jos Daniel
Parera: 17). Bahasa adalah identitas yang dimiliki setiap manusia sebagai
identitas dirinya. Identitas individu atau jati diri seseorang dapat mudah diketahui
dari warna bahasa atau dialeknya.
Kepandaian dalam bahasa asli sangat penting untuk proses belajar
berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar cara berpikir.
Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membuat proses
belajar bahasa lain menjadi sulit. Bahasa asli oleh karena itu memiliki peran
pusat dalam pendidikan.
B TEORI-TEORI YANG MELANDASI PEMEROLEHAN BAHASA IBU
Pemerolehan bahasa ibu atau pemerolehan bahasa pertama (B1) memiliki
dasar teori. Lebih lanjut, selain sebagai dasar berpikir bagaimana bahasa ibu
dapat diperoleh oleh anak usia dini dalam proses perkembangannya, teori ini
dapat dijadikan sebagai dasar berpikir pula untuk membuat suatu kegiatan yang
dapat mengembangkan bahasa anak sesuai dengan usianya.
1 Teori Behaviorisme
Teori Behaviorisme mulanya adalah teori belajar dalam psikologi yang
telah muncul sejak 1940-an s/d awal 1950-an dan John B. Watson dianggap
sebagai pelopor utama dalam teori ini. Teori ini menganggap bahwa otak bayi
waktu dilahirkan sama sekali seperti kertas kosong/piring
kosong(tabularasa/blank slate), yang nanti akan diisi dengan pengalaman-
pengalaman.
4. Bagi mereka istilah bahasa menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang
dimiliki dan digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Itulah sebabnya
mereka menyebutnya dengan Verbal Behavior (perilaku verbal) yang
kemudian konsep-konsep tersebut tertuang dalam bukunya B.F. Skinner yang
berjudul Verbal Behavior (1957)
Pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku
berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik
yang diamati dan dialami manusia. Kemampuan berbicara dan memahami
bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya dan anak
dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki
peranan yang aktif didalam proses perkembangan perilaku verbalnya.
Mereka juga tidak mengakui penguasaan anak terhadap kaidah
bahasa dan kemampuannya untuk mengabsrakkan ciri-ciri penting dari
bahasa di lingkungannya. Namun adapun ketika anak berbicara itu
disebabkan oleh keberhasilan lingkungan yang membentuk anak itu
Mereka juga tidak mengakuai kematangan si anak dalam
perkembangan pemerolehan bahasa, tetapi proses perkembangan sama
sekali ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya.
Adapun perkembangan bahasa dipandang sebagai kemajuan dari penerapan
prinsip stimulus-respon dan proses imitasi (peniruan)
Kekurangan pada teori ini, ia tidak mampu menjelaskan proses pemerolehan
bahasa itu sendiri dan faktor kreatifitas dalam penggunaan bahasa serta
bagaimana kompetensi bahasa digunakan untuk membuat dan memahami
kalimat-kalimat baru yang belum pernah didengarnya.
Dalam kaitannya dengan belajar B2, Lado (1964), mengatakan bahwa
seseorang yang memulai belajar B2 cendrung akan menggunakan
kebiasaan-kebiasaan (kaidah) yang dibentuk pada B1-nya, sehingga
kebiasaan itulah yang terbawa ketika belajar B2.
Itulah sebabnya teori Behaviorisme sering dikaitkan dengan hipotesis analisis
kontrastif (suatu metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk
5. melihat/mencari persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa atau lebih).
Jadi, jika ada kemiripan B1 dan BT/B2, maka anak akan memperoleh struktur
BT/B2 dengan mudah, tetapi jika sebaliknya maka anak akan menemui
kesulitan.
Jadi bagi kaum behaviorism bahwa belajar bahasa dan
perkembangannya hanyalah persoalan bagaimana mengkondisikan anak
dengan cara “imitation, practice, reinforcement, and habituation”, yang
merupakan langkah pemerolehan bahasa. Dalam pengajaran bahasa,
behaviorisme mengembangkan metode drill atau memperbanyak latihan baik
dalam bentuk lisan atau tulisan.
2. Teori Nativisme
Teori ini dipelopori oleh Noam Chomsky pada awal tahun 1960-an
sebagai bantahan terhadap teori belajar bahasa yang dilontarkan oleh kaum
behaviorisme tersebut, yang kemudian menulis buku berjudul “(Review of B.
F. Skinner’s Verbal Behavior, 1959) sebagai bantahan terhadap konsep
skinner tentang belajar bahasa yang ada dalam buku Verbal Behavior (1957).
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa
pertama, anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang
secara genetis telah diprogramkan. Jadi lingkungan sama sekali lingkungan
tidak punya pengaruh dalam proses pemerolehan (acquisition).
Chomsky mengatakan bahwa Bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari
dalam waktu dekat melalui metode imitation seperti anggapan kaum
behaviorisme. Dan juga bahasa pertama itu penuh dengan kesalahan dan
penyimpangan kaidah ketika pengucapan atau pelaksanaan bahasa
(performance). Manusia tidak mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain
seperti klaim Skinner
6. Menurut Chomsky bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena:
1) perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola
perkembangan bahasa berlaku universal, dan lingkungan hanya memiliki
peran kecil dalam proses pematangan bahasa. 2) bahasa dapat dikuasai
dalam waktu singkat , tidak bergantung pada lamanya latihan seperti
pendapat kaum behaviorism. Lihar proses perkembangan bahasa anak.
Chomsky menganggap Skinner keliru dalam memahami kodrat
bahasa. Bahasa bukan suatu kebiasaan tetapi suatu sistem yang diatur oleh
seperangkat peraturan (rule-governed). Bahasa juga bersifat kreatif dan
memiliki ketergantungan struktur.
Jadi, pemerolehan bahasa bukan didasarkan pada nurture
(pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan) tetapi pada nature. Artinya
anak memperoleh bahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri
dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai tabularasa, tetapi telah dibekali
dengan Innate Properties (bekal kodrati) yaitu Faculties of the Mind (kapling
minda) yang salah satu bagiannya khusus untk memperoleh bahasa, yaitu
“Language Acquisition Device.
LAD ini dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk
mengolah masukan (input) dan menentukan apa yang dikuasai lebih dahulu
seperti bunyi, kata, frasa, kalimat, dan seterusnya. Meskipun kita tidak tahu
persis tepatnya dimana LAD itu berada karena sifatnya yang abstrak
(invisible).
Dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga secara mental
telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan
anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta
kabel listrik: mana yang dipencet itulah yang akan menyebanbkan bola lampu
tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan
oleh input dari sekitarnya.
Antara Nurture dan Nature sama-sama saling mendukung. Nature
diperlukan karena tampa bekal kodrati makhluk tidak mungkin anak dapat
berbahasa dan nurture diperlukan karena tanpa input dari alam sekitar bekal
yang kodrati itu tidak akan terwujud (Dardjowidjojo,2003). (Contoh kasus lihat
Soenjono,2003; hal, 236-237)
2 Teori Kognitivisme
Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang
mengatakan bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa kemampuan
7. yang berasal dari kematangan kognitif. Jadi perkembangan bahasa itu
ditentukan oleh urutan-urutan perkembangan kognitif.
Menurut Piaget struktur yang kompleks itu bukan pemberian alam dan
bukan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan melainkan struktur itu timbul
secara tak terelakkan sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara
tingkat fungsi kognisi anak dengan lingkungan kebahasaannya
Menurut kaum kognitivisme bahwa kemampaun pembelajar sudah
terprogram secara biologis untuk memiliki kemampuan kognitif dan proses
belajar terjadi dengan cara memetakan kategori linguistik kedalam kategori
kognitif, serta apa yang dipelajari adalah tatabahasa sebuah bahasa.
Jadi, sebetulnya kaum kognitivisme berusaha menggabungkan peran
lingkungan dan faktor bawaan, namun lebih besar ditekankan pada aspek
berpikir logis (the power of logical thinking).
Urutan pemerolehan bahasa: menuranikan struktur aksi – representasi
kecerdasan – membentuk struktur linguistik dalam Chaer (2003, 178-179).
C TAHAPAN-TAHAPAN PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI
Di dalam berbagai penelitian telah terbukti bahwa manusia normal mengalami
tahap-tahap yang hampir sama dalam pemerolehan bahasa pertama. Beberapa
ahli mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa dimulai sebelum kelahiran.
Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada umumnya bayi yang baru lahir
menunjukkan reaksi tertentu ketika mendengar suara ibunya. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa bayi tentu mengenal suara ibunya sejak dalam
kandungan.
Chomsky (dalam Chaer, 2003: 167) menyebutkan bahwa ada dua
proses yang terjadi ketila seorang kanak-kanak mem[eroleh bahasa pertamanya.
Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses perfomansi. Kedua
proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses
penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara
tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun
dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak
memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemapuan anak
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses,
yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses
pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-
kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan
menghasilkan kalimat-kalimat sendiri.
Secara umum setiap anak melalui tahapan pemerolehan bahasa yang sama,
walaupun pencapaian tahapan tersebut mungkin akan dialami pada usia yang
8. berbeda bagi setiap anak. Hal ini berhubungan erat dengan kematangan fisiologis
dan dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf dalam otak.
Hubungan tahap pemerolehan bahasa dan performansi linguistik sebagai berikut :
USIA (TAHUN)
PERFORMASI LINGUISTIK
0,3 Mulai meraban
0,9 Pola intonasi telah kedengaran
1,0 Kalimat satu kata (holofrasis)
1,3 Lapar kata (lexical overgeneralization)
1,8 Ujaran dan kata
2,0 Infleksi; kalimat tiga kata (telegrafis)
2,3 Mulai menggunakan kata ganti
2,6
Kalimat tanya, kalimat negatif, kalimat empat
kata, dan pelafalan telah sempurna
3,6 Pelafalan konsonan telah sempurna
4,0
Kalimat sederhana yang tepat, tetapi masih
terbatas
5,0
Konstruksi morfologis dan sintaktis telah
sempurna
10 Matang berbicara
1. Tangisan (Crying)
Tangisan merupakan perilaku yang mengandung pesan yang sangat
kompleks bagi seorang bayi semenjak dia dilahirkan. Secara naluriah bayi akan
menangis untuk mengekspresikan dan menyampaikan pesan kebutuhan
dasarnya. Tangisan seorang bayi dapat berarti bahwa ia lapar, haus, merasa
dingin atau panas dan lain-lain. Sebelum merespon, orang ibu atau orang lain
diluar dirinya akan dan berusaha untuk memahami tangisannya. Perilaku ini
bersifat instingtif, oleh karena kurang tepat apabila tangisan bayi merupakan
tahapan perkembangan bahasa. Namun demikian tangisan memberikan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan kematangan speech organs
(paru-paru dan pita suara) bagi seorang bayi.
2. Mendekut (Cooing)
Tahapan ini disebut juga dengan fase gurgling atau mewing. Mendekut atau
mendekur seperti suara burung merpati merupakan perilaku yang universal. Bunyi
yang dikeluarkan pada usia 2 atau 3 bulan ini sulit didiskripsikan, karena bunyi
yang dihasilkan mirip bunyi vocal, tetapi tidak sama dengan bunyi vocal yang
dihasilkan oleh orang dewasa. Seperti halnya menangis, perilaku ini juga
memberikan andil yang cukup signifikan bagi perkembangan dan kematangan
piranti alat ucapnya.
3 .Mengoceh (Babbling)
Pada usia 6 sampai 10 bulan, anak mulai mengucapkan kata-kata yang
menghasilkan bunyi-bunyi dengan pola tertentu yang diulang-ulang. Anak pada
usia ini mampu mengucapkan kata-kata yang terdiri dari kombinasi antara
9. konsonan dan vokal, misalnya /ma/, /pa/ dan /ba/. Walaupun mengoceh dengan
pengucapan satu suku kata – one word utterance (holofrastik), bagi bayi belum
memiliki arti atau makna apapun, babling juga berperan penting bagi
perkembangan bahasa anak di masa yang akan datang. Tahapan ini akan
dilanjutkan dengan fase tuturan dua kata atau disebut dengan telegrafis. Ketika
berkomunikasi, anak akan mengucapkan kata-kata yang dianggap penting saja
yang disampaikan kepada lawan bicaranya
D PERANAN BAHASA IBU PADA ANAK USIA DINI
Dalam prosesnya, bahasa ibu memiliki peranan yang sangat penting
yang menjadikan alasan bahwa bahasa ibu perlu dipertahankan dan diperhatikan
untuk mengembangkan aspek kemampuan berbahasa pada anak usia dini.
Berikut ini merupakan alasan yang menjadikan bahasa ibu memiliki peranan
penting dalam perkembangan berbahasa anak:
1 Bahasa ibu merupakan medium ekspresi dan komunikasi
Bahasa ibu merupakan medium terbaik untuk mengekspresikan
gagasan atau perasaan seseorang. Dengan begitu, bahasa ibu merupakan
alat paling ampuh dan efektif untuk melakukan komunikasi dan pertukaran
gagasan.
2 Bahasa ibu menjadi dasar pembentukan tatanan sosial
Melalui bahasalah–terutama bahasa ibu–para individu membentuk
organisasi sosial. Bahasa menentukan identitas sosial dan budaya
penuturnya, sehingga pengguna bahasa yang sama akan dnegan mudah
mengidentifikasikan diri mereka sebagai satu komunitas sosial dan melekat
dengan identitas komunal tersebut. Selain itu, bahasa menentukan cara
berpikir individu serta komunitas–bukan sebaliknya. Kesamaan bahasa
menghadirkan kesamaan cara berpikir tentang hal-hal mendasar.
3 Bahasa ibu mudah dipelajari
Dari semua bahasa yang ada di dunia, bahasa ibu merupakan yang
paling mudah dipelajari. Seseorang bisa sepenuhnya fasih menguasai bahasa
ibu.
4 Bahasa ibu merupakan medium terbaik untuk memperoleh pengetahuan
Berpikir merupakan instrumen sentral dalam perolehan pengetahuan
dan proses proses berpikir mustahil dilakukan tanpa bahasa. P.B. Ballard
menyatakan bahwa “pengajaran dalam bahasa ibu, bahasa yang digunakan
10. oleh anak untuk berpikir dan berangan-angan, menjadi langkah esensial
pertama dan instrumen terbaik budaya.” Dengan demikian, mendapatkan
fondasi kokoh dlaam bahasa ibu merupakan hal terpenting dalam keseluruhan
proses pendidikan anak.
5 Bahasa ibu membuat pengembangan intektualitas anak jadi bisa dilakukan
Pengembangan intelektual anak mustahil dilakukan tanpa bahasa.
Membaca, mengekspresikan diri, memperoleh pengetahuan, dan mengajukan
pendapat adalah instrumen-instrumen penting pengembangan intelektualitas;
semua itu hanya bisa dilakukan melalui bahasa ibu sang anak.
6 Bahasa ibu merupakan instrumen ekspresi diri kreatif
Kita mungkin bisa berkomunikasi menggunakan bahasa apa pun,
tapi ekspresi diri kreatif hanya bisa dilakukan menggunakan bahasa ibu.
Pernyataan ini diperkuat dan dipertegas oleh fakta bahwa semua penulis
hebat menghasilkan karya-karya sastra hebat dalam bahasa ibu mereka.
7 Bahasa ibu merupakan instrumen pengembangan emosional
Bahasa ibu adalah instrumen terpenting untuk melakukan
pengembangan emosi anak. Efek emosional dari karya sastra merupakan
salah satu hal terpenting dalam pengembangan dan penyempurnaan emosi.
8 Bahasa ibu merupakan instrumen perkembangan anak sebagai murid
Pengajaran bahasa ibu jadi sangat penting karena amat
menentukan kualitas perkembangan anak sebagai murid. Perkembangan
kehidupan intelektual mereka, pengetahuan, kemampuan mengekspresikan
diri, kreativitas, serta semua kemampuan produktif berakar pada bahasa ibu.
9 Bahasa ibu merupakan sumber ide-ide orisinal
Ide-ide orisinal merupakan produk bahasa ibu. Mempertimbangkan
aspek fasilitas pikiran dan ekspresi, ide-ide baru dan orisinal hanya bisa
dimunculka dan dibentuk saat kita menggunakan bahasa ibu.
(htttp://www.wariwiri.net/alasan-alasan-yang-membuat-bahasa-ibu-sangat-
penting)
11. BAB III
KESIMPULAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat arbriter yang
digunakan oleh sekelompok orang untuk berinteraksi dan identifikasi diri
berlandaskan budaya setempat. Dengan bahasa, maka orang dapat beradaptasi
atau menyesuaikan diri dengan orang lain. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui
latar belakang , kebiasaan, adat istiadat dan dengan bahasa orang dapat
mengungkapkan ide, gagasan dan pikirannya. Bahasa juga penting bagi anak
usia dini. Dalam penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan
perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut bahasa ibu (B1). Bahasa ibu
sangat penting bagi perkembangan berbahasa anak dengan alasan sebagai
berikut:
1 Bahasa ibu merupakan medium ekspresi dan komunikasi
2 Bahasa ibu menjadi dasar pembentukan tatanan sosial
3 Bahasa ibu mudah dipelajari
4 Bahasa ibu merupakan medium terbaik untuk memperoleh pengetahuan
5 Bahasa ibu membuat pengembangan intektualitas anak jadi bisa dilakukan
6 Bahasa ibu merupakan instrumen ekspresi diri kreatif
7 Bahasa ibu merupakan instrumen pengembangan emosional
8 Bahasa ibu merupakan instrumen perkembangan anak sebagai murid
9 Bahasa ibu merupakan sumber ide-ide orisinal