SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 30
1


            PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI

        MENGGUNAKAN MUSIKALISASI PUISI BERDASARKAN

                        PENDEKATAN KONTEKSTUAL

                                         BAB I

                                  PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masalah

        Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dikenal juga dengan sebutan

Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni

Kurikulum 1994. Kurikulum ini menitikberatkan pembelajaran pada pencapaian

atau pembentukan kompetensi siswa, yaitu apa yang dapat dilakukan siswa secara

terus-menerus (menetap) sebagai perwujudan dari hasil belajarnya, sehingga

diharapkan setelah siswa menyelesaikan pendidikan, mereka akan memiliki

pengetahuan, keterampilan, serta pola berpikir dan bertindak sebagai refleksi dari

pemahaman dan penghayatan dari segala yang telah dipelajarinya. 1

        Lahirnya KBK ini tentu merupakan satu hal yang baik bagi dunia

pendidikan. Selain untuk kemajuan sistem pendidikan, KBK ini juga akan

membuka cakrawala baru bagi para pengajar untuk turut menjalankannya.

Mengubah suatu sistem yang ada dengan tatanan sistem yang baru bagi dunia

pendidikan.

        Namun, mengubah suatu paradigma yang telah lama menjadi kebiasaan

ternyata bukanlah hal yang mudah. Kenyataan yang ada tidaklah sepenuhnya

seperti yang diharapkan. Guru cenderung menyajikan materi pembelajaran secara

        1
          Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning: http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.1
2


terus menerus agar siswa lebih mudah menghafal dan menguasai materi.

Pembelajaran seperti itu memang efektif     bagi pembelajaran jangka pendek,

artinya siswa dapat mengingat materi yang diajarkan sebanyak-banyaknya. Akan

tetapi, cara semacam ini ternyata kurang efektif atau dengan kata lain belum

mampu mencapai target jangka panjang. Siswa cenderung mampu mengingat,

namun pada waktu kemudian lupa pada apa yang dihafalnya. Hal ini dikarenakan

siswa hanya sekadar menghafal dan tidak dilandasi dengan pemahaman.

       Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

lebih banyak usaha baik dari pihak pemerintah maupun dari para pengajar. Akan

tetapi, pada kenyataannya suatu kegiatan pembelajaran memang tidak hanya

memerlukan konsep, namun yang terpenting adalah       proses, yaitu bagaimana

kurikulum dapat benar-benar diterapkan dengan baik di sekolah-sekolah sehingga

tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dapat benar-benar

terlaksana.

       Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL )

merupakan salah satu dari berbagai pendekatan yang muncul seiring dengan

perkembangan KBK. Pendekatan ini merupakan sebuah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa. Pendekatan ini juga mendorong siswa memperhatikan hubungan

antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pendekatan ini proses

belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan sekedar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada siswa.




                                     1
3


Dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada

hasil, sehingga apa yang dipelajari siswa akan benar-benar membekas dalam diri

mereka.2 Dalam konteks tersebut jelaslah bahwa pendekatan ini mengedepankan

pemahaman secara mendalam pada diri siswa, sehingga diharapkan siswa dapat

mengerti makna belajar, manfaat belajar, dalam status apa mereka, dan bagaimana

mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dengan kesadaran penuh siswa akan

mengetahui bahwa mereka membutuhkan bekal untuk kehidupan kelak. Untuk

mencapai hal tersebut mereka memerlukan guru sebagai pendamping dan

pembimbing bahkan dapat bertindak sebagai pengarah.

           Pendekatan kontekstual dalam strateginya memang diperlukan untuk

menunjang pembelajaran. Hal ini dikarenakan selain pendekatan ini tidak

memerlukan perubahan tatanan kurikulum, pendekatan ini juga dapat diterapkan

dalam berbagai mata pelajaran. Meskipun demikian tetap diperlukan strategi yang

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing mata pelajaran tersebut.

           Menurut Depdiknas, secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara

program pembelajaran konvensional dan program pembelajaran kontekstual.

Perbedaan yang paling mendasar hanya                        pada penekanannya.          Program

pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan

dicapai, sedangkan program untuk pembelajaran kontekstuallebih menekankan

pada skenario pembelajaran.3 Oleh karena itu maka kemampuan seorang guru

dalam menyajikan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan CTL ini. Seorang pengajar harus mampu menyajikan strategi

terbaiknya untuk digunakan dalam pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman

           2
               Ibid, hlm.1.
           3
               Depdiknas, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Jakarta: Depdiknas, 2003),
hlm. 23.
4


seorang pengajar dalam membuat dan mengembangkan skenario pembelajaran

akan sangat berarti bagi kelangsungan pembelajaran.

       Pembelajaran Apresiasi Puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra

yang diajarkan di sekolah. Akan tetapi, pada kenyataannya, pembelajaran

apresiasi puisi di sekolah-sekolah masih terasa belum efektif dikarenakan

beberapa hal, antara lain; kurangnya waktu yang tersedia untuk mempelajari puisi

secara lebih seksama, kurangnya minat siswa terhadap puisi dengan alasan

pengajaran yang digunakan membosankan, dan banyak hal lain yang

menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi masih dirasakan belum mencapai

fungsinya. Selain itu, inisiatif guru Bahasa Indonesia untuk mengembangkan

sastra masih kurang. Maka, tak heran jika puisi di sekolah mengalami

kemandekan karena masih terikat dengan pola lama. Selain itu, pemahaman

tentang apresiasi puisi dari segi teori maupun segi praktik haruslah dikuasai

dengan baik. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih

baik tentang puisi dan cara mengapresiasinya. Itu pula yang pada akhirnya akan

menumbuhkan kecintaan siswa terhadap puisi, sehingga langsung ataupun tidak,

proses apresiasi itu akan berjalan dengan lebih alamiah.

       Seiring berkembangnya KBK, pembelajaran sastra kini menjadi bagian

yang terpisah dari pembelajaran bahasa. Dengan demikian, pengajar mempunyai

ruang gerak yang lebih luas untuk menerapkan strategi-strategi baru di dalam

kelas. Cara ini diharapkan dapat lebih menarik minat siswa terhadap pembelajaran

sastra, khususnya pembelajaran apresiasi puisi. Selain itu, dengan strategi-strategi

yang tepat seorang pengajar dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih

mengembangkan kreativitasnya dalam belajar, sehingga apa yang ingin dicapai
5


pada setiap pembelajaran akan menjadi hal yang nyata membekas dalam diri

siswa.

         Dalam KBK Sekolah Menengah Atas (SMA) dijelaskan bahwa standar

kompetensi mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat

pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan

belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.3

Dengan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah

merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mengasah kepekaan

siswa terhadap segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan.

         Secara konkret, terdapat beberapa bentuk dari apresiasi puisi, antara lain

membaca, memahami, dan mencipta puisi. Dari ketiga bentuk apresiasi tersebut,

membaca puisi merupakan bentuk apresiasi yang paling mudah untuk dinilai.

Oleh karena itu peneliti mengkhususkan apresiasi puisi dalam penelitian ini pada

pembacaan puisi.

         Memilih strategi dalam pembelajaran puisi memang dapat dilakukan

dengan berbagai cara, mengingat kegiatan mengapresiasi memang tak hanya satu

bentuk, mengingat pembelajaran apresiasi puisi juga terdapat dalam beberapa

bentuk. Dalam kurikulum SMA terdapat beberapa indikator yang mengarah pada

kemampuan siswa untuk mengapresiasi puisi, baik dalam bentuk membaca puisi,

memahami puisi, maupun mencipta puisi. Dengan demikian, seorang pengajar

memerlukan berbagai variasi pengajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan

dengan strategi yang sama untuk pembelajaran apresiasi, ekspresi, dan kreasi.

         3
          Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia (Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2003), hlm.1
6


Selain itu, dengan mencobakan strategi yang bervariasi tentunya pengajar dapat

mengetahui strategi mana yang lebih tepat dalam pembelajaran puisi pada siswa

SMA.

        Salah satu strategi dalam pembelajaran sastra yang sudah tidak asing

adalah bentuk musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi merupakan kombinasi bunyi

antara puisi dengan musik. Dengan kata lain, musikalisasi puisi ini menyajikan

puisi dalam bentuk lagu. Musikalisasi puisi sebenarnya bukan hal baru dalam

dunia sastra, hanya saja perkembangannya tidak begitu pesat. Para pengajar sastra

memiliki banyak kendala dalam mengajarkan puisi dengan bentuk musikal.

Kendala-kendala tersebut dapat berupa keterbatasan waktu                     atau karena

keterbatasan pengetahuan dan penguasaan terhadap seni musik. Di sisi lain

sebenarnya musik sangat diminati oleh siswa.

        Sebuah lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif

untuk pembelajaran apresiasi puisi. Menurut Orlava (dalam Forum, 1997: 41) lagu

dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Orlava juga

mengemukakan beberapa alasan untuk memperkuat pernyataannya, yaitu antara

lain:

        (1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran
        bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk
        melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu
        pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa
        dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa yang telah dia dengar,
        dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang.4




        4
        Mislinatul Sakdiyah, Menggauli Puisi Lewat Lagu (Gelar Karya Esai Cybersastra:
www.cybersastra.net, 2002), hlm.1
7


       Berkembangnya KBK memberi waktu yang lebih banyak kepada pengajar

sastra untuk menyajikan pembelajaran apresiasi puisi dengan berbagai strategi.

Dengan demikian masalah waktu tidak boleh lagi menjadi kendala bagi pengajar,

untuk dapat bereksperimen dengan metode-metode baru yang tentunya lebih

menjanjikan peningkatan hasil belajar.

       Melihat konteks di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan

kontekstual melalui musikalisasi puisi dapat menjadi satu pilihan dari strategi

pembelajaran apresiasi puisi yang menarik bagi siswa. Selain menuntut daya

kreativitas siswa, musikalisasi puisi tidak hanya akan menarik minat siswa yang

menyenangi seni sastra terutama puisi, tetapi juga dapat menarik minat siswa

yang menyenangi seni musik.


1.2 Identifikasi Masalah

       Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1) Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi telah diterapkan di SMA terutama

   untuk pembelajaran sastra?

2) Bagaimanakah menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

   sastra?

3) Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran apresiasi puisi di SMA?

4) Bagaimanakah menerapkan strategi musikalisasi puisi dalam pembelajaran

   apresiasi puisi di SMA?

5) Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

   apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi pada siswa SMA?
8


1.3 Pembatasan Masalah

       Melihat banyaknya masalah yang teridentifikasi, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi hanya pada penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa SMA.


1.4 Perumusan Masalah

       Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut, “Bagaimanakah penerapan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa

SMA?


1.5 Kegunaan Penelitian

       Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1) Peneliti; membantu peneliti dalam mendalami pembelajaran sastra di sekolah

dengan menerapkan strategi yang sesuai, dan dapat memperluas pengetahuan

tentang pembelajaran apresiasi puisi di SMA.

2) Para pengajar sastra; memberikan masukan atau ide-ide baru dalam

pembelajaran, sastra khususnya apresiasi puisi di SMA. Selain itu memotivasi

para pengajar sastra untuk dapat menerapkan metode-metode pembelajaran baru

yang sesuai dengan KBK, guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya di

bidang kesastraan.

3) Pembelajar sastra; menumbuhkembangkan minat siswa terhadap sastra

khususnya puisi dan dapat meningkatkan hasil belajar sastra.
9


                                         BAB II

             LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR



2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Musikalisasi Puisi

         Secara istilah kata musikalisasi puisi biasa dipahami sebagai suatu

perpaduan antara dua cabang seni yang berbeda, yaitu seni musik dan seni sastra.

Istilah ini secara gramatik terbentuk dari kata musik dan puisi. 5 Ditilik dari

penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memahami hakikat

musikalisasi puisi harus terlebih dahulu memahami musik dan puisi. Menurut

Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990:413), musik adalah sebuah letusan ekspresi

perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Secara

etimologi musik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari

nama dewa Yunani kuno, Mousa, yang memimpin seni dan ilmu.6

         Pandangan lain datang dari Yapi Tambayong (1992:55) yang dinyatakan

oleh Sadewa dengan cukup filosofis mengatakan bahwa orang berhak menyebut

musik untuk segala substansi yang ada hubungannya dengan bunyi dan substansi

itu sah dibilang musik karena ia bukan merupakan benda yang sebelumnya punya

nama dan nama itu diterima sebagai persetujuan yang berlaku, misalnya batu,

kertas darinya dapat lahir musik,maka sejauh batu dan kertas itu mengeluarkan

bunyi, dan bunyi itulah yang dimanfaatkan sebagai substansi.7

         Kedua penjelasan tersebut tentu merupakan sebuah penjelas yang

memberikan gambaran bahwa musik itu sebagai bunyi, dan siapa pun berhak

     5
       Ujianto Sadewa, Musikalisasi Puisii: esai (Bandung: www.cybersastra.net:2002), hlm.1
     6
       Ibid, hlm.1
     7
       Ibid, hlm.1



                                            8
10


menyebut segala sumber sebagai substansi yang dikatakan sebagai musik. Pakar

musik, Leon Dahlin (1965: 1), menyatakan perihal eksistensi musik sebagai

berikut:

         “Music from the dawn of civilization has been an integral part of
         man’s culture. Human has beings have ekspressed themselves in
         pitches and rhytms throughout the hundreds of years of recorded
         history and far thousands of years before” (Musik berasal dari
         kemasyarakatan yang menyatu dan merupakan bagian dari manusia.
         Manusia mengekspresikan dirinya dalam pola-pola titinada dabn
         irama-irama sepanjang ratusan tahun catatan sejarah dan selama
         ribuan tahun sebelumnya).8


Leon Dahlin lebih lanjut mengemukakan bahwa musik merupakan suatu bagian

yang menyatu dengan masyarakat dan budaya. Musik telah lama dikenal

masyarakat, dan telah ribuan tahun lalu dikenal dan berkembang di masyarakat.

Selain itu ditambahkannya bahwa musik memiliki titinada dan pola irama-irama

yang berasal dari ekspresi manusia.

         Pengertian musik tersebut dapat dipergunakan untuk memahami

musikalisasi puisi, yang terdiri dari unsur musik serta puisi . Menurut Herman J.

Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan

semua kekuatan dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.9

         Dalam pengertian tersebut, Waluyo menekankan pada struktur fisik dan

struktur batin yang dimiliki oleh puisi, bahwa puisi merupakan suatu ekspresi

penyair. Adapun penjelasan selanjutnya mengenai kedua struktur tersebut adalah

bahwa struktur fisik puisi adalah apa yang dapat dilihat pembaca melalui bahasa

yang tampak, sedangkan struktur batin atau struktur makna dalam puisi adalah

     8
      Ibid, hlm.1
     9
       Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta:Erlangga,1987), hlm.25
11


makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati

oleh pembaca.10

           Berbicara mengenai fisik maupun batin dalam puisi, Aminuddin

menyatakan bahwa:

           Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima
           ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris
           disebut poem atau poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan
           ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah
           menciptakan suatu dunia tersendiri , yang mungkin berisi pesan atau
           gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.11


Penjelasan ini lebih menekankan pada hakikat penciptaan atau pembuatan puisi.

Melalui puisi seorang penyair dapat menyampaikan pesan atas gambaran-

gambaran kehidupan yang dilihatnya. Pesan tersebut terangkum dalam struktur

fisik maupun struktur batin puisinya.

           Menurut Sadewa musikalisasi puisi adalah pengubahan puisi sebagai teks

menjadi puisi sebagai musik atau pemusikan puisi. Disini berarti bahwa

musikalisasi puisi merupakan sebuah ekspresi baru yang didasari oleh suatu

interpretasi terhadap puisi, seperti halnya deklamasi dan dramatisasi puisi.12

Penjelasan tersebut sebenarnya sebagai suatu penerangan bahwa musikalisasi itu

adalah sebuah hasil dari gubahan puisi menjadi musik.

           Mengacu pada hakikat puisi yang dikemukakan oleh Slametmulyana, yang

menyatakan bahwa puisi sebagai bentuk sastra dalam pengulangan suara atau

kata yang menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas, akan lebih mudah dipahami

bahwa memang sejak awal puisi itu telah mengandung unsur musikalitas. Hal ini


      10
         Ibid, hlm. 26
      11
         Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Agensindo Offset,
2000), hlm.134
      12
         Ujianto sadewa, Musikalisasi Puisi:esai (bandung: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1
12


tentu memperjelas pernyataan Sadewa tersebut, bahwa puisi dapat digubah

menjadi musik.

          Memperkuat pernyataan Slametmulyana, didapatkan pula penjelasan Agus

R. Sarjono (Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jakarta) dalam sebuah

diskusi sastra yang menuturkan bahwa puisi itu selalu mempunyai musikalitas,

dan tugas musikalisasi puisi adalah mengubah musikalitas pada puisi menjadi

lebih terasa menjadi suatu musik yang bisa didengar. 13 Dalam diskusi yang sama,

Ratna Sarumpaet mengemukakan bahwa dalam musikalisasi puisi sebenarnya

kita jangan hanya bertumpu pada puisinya, namun juga harus memperkuat dan

memperhatikan musiknya untuk mencari spirit/roh dari puisi itu sendiri. 14

Pernyataan tersebut tentu menambah pemahaman kita bahwa dalam musikalisasi

puisi seseorang tidak hanya harus memperhatikan puisinya, akan tetapi harus pula

dapat memperkuat musiknya. Memperkuat musik berarti ketika suatu puisi di

musikalisasikan, harus diperhatikan atau disesuaikan pula musik yang menjadi

unsur pembentuknya. Karena dengan musik yang tepat, diharapkan makna dari

puisi tersebut semakin lebih dapat dihayati oleh penikmatnya. Selain itu, musik

juga sangat mendukung adanya penjiwaan terhadap puisi tersebut.

          Penjelasan musikalisasi yang selanjutnya datang dari Sanggar Matahari

(tim Musikalisasi Puisi ) yang menyatakan bahwa:

          Kalau kita membuka Kamus Besar Bahsa Indonesia, misalnya, akan
          kita jumpai keterangan tentang kata musikalisasi, yaitu ‘hal
          menjadikan bersifat musikal.’ Kata musikal       sendiri berarti
          ‘berkenaan dengan musik’, ;mempunyai kesan musik’, dan
          ‘mempunyai rasapeka terhadap musik’. Kata musikal itu bertalian
          dengan kata musik yang tidak lain artinya adalah ‘ilmuatau seni
          menyusun nada atau suara di urutan kombinasi dan hubungan
          temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai
     13
          Musikalisasi Bisa Jadi genre yang berwibawa: artikel (www.cybersastra.net), hlm. 1
     14
          Ibid, hlm.2
13


        kesatuan dan keseimbangan’ atau ‘nada atau suara yang disusun
        demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
        keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat
        menghasilkan bunyi-bunyi tersebut)’.15

        Selanjutnya, dijelaskan pula dalam sumber yang sama bahwa musikalisasi

merupakan upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal tersebut sehingga sajak

sebagai karya sastra yang berbentuk puisi dapat lebih jelas lagi berdiri di depan

khalayaknya. Jadi, unsur musikal merupakan jembatan bagi khalayak untuk

“berhubungan” dengan sajak.16

        Semakin jelas bahwa musikalisasi itu memang bertujuan untuk

menonjolkan unsur musikal yang telah ada dalam sebuah puisi. Sehingga ketika

puisi tersebut disajikan di depan khalayak, ada warna atau aroma baru yang dapat

memperkuat daya tarik terhadap puisi tersebut. Pada dasarnya musik dapat

dijadikan jembatan untuk berhubungan dengan sajak dalam hal ini puisi.

          Pada penerapannya, pembelajaran apresiasi puisi ini akan dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Mengingat pembelajaran ini akan

disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini, yaitu KBK. Oleh

karena itu, peneliti merasa perlu untuk menjelaskan mengenai pendekatan

kontekstual ini dan hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

        Pendekatan kontekstual dalam pengantar buku pendekatan kontekstual

menurut Drs. Umaedi, M.Ed, menyatakan bahwa:

    Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
    konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
    diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
    membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
    penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan

      15
         Fredie Arsie, Proses Musikalisasi Puisi Deavis sanggar Matahari (Jakarta: Balai Pustaka,
1996), hlm.3
      16
         Ibid, hlm.4
14


    melibatkannya dalam tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
    yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
    menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
    permodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya
    (Authentic Assasement). 17


Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendekatan kontekstual itu

merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang memiliki tujuh komponen

penting yang melandasinya. Pada sumber lain didapatkan penjelasan mengenai

pendekatan kontekstual sebagai berikut:

      Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning- CTL)
      adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
      antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga
      mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
      dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
      Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
      mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
      belajar.18

           Pendapat tersebut senada dengan pendapat sebelumnya mengenai hakikat

pendekatan kontekstual. Penjabaran hakikat tersebut makin memperjelas

pemahaman tentang pendekatan kontekstual. Selain itu dalam penjabarannya

dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual mengajarkan kepada siswa untuk

merekonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya

menjadi tujuan dari suatu proses pembelajaran.

           Pendekatan kontekstual sebenarnya bukan suatu strategi baru dalam dunia

pendidikan. Seperti yang penulis dapatkan. Pendekatan ini sebenarnya berakar

dari penelitian John Dewey (1916) yang menurut Rosyidah menyimpulkan bahwa

siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang



      17
         Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning): (http://www. Bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.4
      18
         Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 103
15


telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di

sekelilingnya.19

Jadi, dalam pembelajaran yang berbasis kontekstual, siswa harus menghubungkan

apa yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata, bahkan mengaitkan apa yang

dipelajarinya dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.

              Dalam penerapannya di kelas, CTL tidak terlalu sulit. Secara garis

besar langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

    bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

    dan keterampilan barunya!

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic!

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4) Ciptakan ;masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!

5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan!

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara !20

           Langkah-langkah     pembelajaran      kontekstual      di   atas    merupakan

pengembangan dari tujuh komponen yang telah disebutkan sebelumnya.

Penjabaran seperti itu dilakukan untuk mempermudah guru mengingat dan

menerapkan pembelajaran kontekstual dengan komponen lengkap pada saat

mengajar.

           Dengan melihat penjelasan tersebut, maka dapat dipahami hakikat

pendekatan kontekstual yang akan diterapkan dalam penelitian ini, yaitu peneliti

      19
           Fima Rosyidah, Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual
(http://artikel. us/art 05-96.html)
        20
           Nurhadi, Op.Cit, hlm.106
16


akan mencoba menerapkan pendekatan ini dengan komponen-komponen

pembentuknya dalam proses pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi

puisi.



2.1.3 Hakikat Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa SMA.

         Bila merujuk pada     Kamus Besar Bahasa Indonesia,          pengertian kata

pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar, sedangkan kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu. Jadi dapat dipahami bahwa dalam sebuah proses pembelajaran yang dilihat

adalah sebuah proses belajar untuk pencapaian pengetahuan, demikian juga

halnya dengan pembelajaran apresiasi puisi.

         Menurut Sumardi dan Abdul Rozak, apresiasi puisi pada dasarnya

merupakan sikap jiwa pembaca terhadap sajak yang dibaca. Sebagai sikap jiwa,

apresiasi puisi menyiratkan suatu kualitas rohaniah menghadapi obyek yang

disikapi, yakni sajak21.

         Apabila menilik pada pengertian tersebut, maka jelas bahwa yang

merupakan hal penting dalam kegiatan apresiasi puisi adalah kegiatan membaca

puisi. Atau dapat dikatakan bahwa untuk melihat tingkat apresiasi seseorang

terhadap puisi adalah sikap jiwa ketika ia menghadapi obyek yaitu puisi tersebut.

         Herman J. Waluyo menyatakan bahwa untuk memahami sebuah puisi

yang besar dan sangat terkenal dapat digunakan pendekatan objektif, atau

pendekatan melalui unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada puisi tersebut. Akan

tetapi, untuk memahami puisi-puisi yang sukar dan belum termashur atau puisi-

21
  Sumardi dan Abdul Rozak,Pedoman Pengajaran Apresiasi SLTP dan SLTA untuk Guru dan
Siswa (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 7
17


puisi gelap yang bersifat khas diperlukan adanya usaha menghubungkan puisi

tersebut dengan faktor di luar unsur-unsur intrinsiknya. 22 Ini berarti dalam

memahami sebuah puisi, seseorang tidak dapat hanya melihat unsur-unsur

pembentuk puisi seperti tema, amanat, diksi, dan sebagainya. Akan tetapi,

diperlukan juga adanya pengkajian unsur-unsur lain yang berada di luar puisi,

misalnya latar belakang pengarang, kondisi kejiwaan pengarang saat mencipta

puisi, lingkungan sosial masyarakat, dan sebagainya.

           Penjelasan Waluyo tersebut tergambar pula dalam sumber lain yang

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penghayatan yaitu pengalaman batin.

Si pembaca sebaiknya memahami apa yang dirasakan penyair pada saat

menciptakan puisi tersebut. Paling tidak terjadi dialog batin antara si pembaca

puisi dengan si penyair yang karyanya dibacakan melalui deretan kata-kata yang

bernama puisi.25 Jadi dapat dipahami bahwa dalam proses pemahaman dan

penghayatan puisi, diperlukan adanya kajian dari berbagai unsur dan berbagai

pendekatan. Setelah mengetahui secara mendasar apa itu pembelajaran dan apa

itu apresiasi maka akan lebih mudah kiranya untuk memahami makna harfiah dari

pembelajaran apresiasi puisi siswa SMA.

           Dalam penerapannya, suatu kegiatan pembelajaran apresiasi puisi

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mamnpu mengapresiasi puisi.

Oleh karena itu diperlukan adanya alat ukur yang dapat dijadikan sebagai

landasan apakah seseorang telah mampu mengapresiasi puisi dengan baik atau

tidak.




22
     Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga, 1987),hlm. 2
           2
18


       Telah dikemukakan oleh Sumardi bahwa apresiasi puisi adalah sikap jiwa

memperlakukan sajak sesuai dengan kadar seni dan kandungan isinya . Sumardi

pun menjelaskan lebih lanjut bahwa kemampuan mengapresiasi ini terwujud

dalam berbagai bentuk, antara lain kegemaran membaca sajak dan keterampilan

mendeklamasikan sajak itu. Sedangkan untuk tingkat apresiasi yang lebih tinggi

kemampuan apresiasi puisi          dapat berupa keterampilan menulis esei tentang

puisi, kemampuan menemukan dan merumuskan makna sajak itu dalam bentuk

tulisan yang dapat dibaca dan difahami orang lain. Akan tetapi dijelaskan

kembali bahwa kemampuan tersebut hanya dapat dicapai apabila seseorang telah

berulang-ulang terlibat dalam pengalaman puitis, pengalaman membaca dan

menikmati sajak secara langsung, bukan melalui teori atau kaidah-kaidah umum

yang diutarakan buku pelajaran23.

       Penjelasan tersebut tentu mengedepankan pentingnya suatu pengalaman

apresiasi puisi dalam bentuk membaca             puisi. Hal ini selain untuk melihat

kemampuan mengapresiasi puisi juga pada dasarnya merupakan langkah untuk

menuju pada tingkat apresiasi puisi yang lebih tinggi.

       Dalam penilaian apresiasi itu sendiri, Sumardi dan Abdul Rozak

mengemukakan kriteria penilaian yang terdiri dari penjiwaan, suara, dan gerak.

Penjelasan lebih lanjut adalah bahwa penjiwaan mencakup pada keutuhan makna

sajak dan penyampaian pesan atau amantnya, suara meliputiartikulasi, intonasi,

nada, dan irama. Sedangkan untuk gerak atau acting membaca puisi sebaiknya

tidak berlebihan24




2      23
            Sumardi dan Abdul Rozak, Op.Cit, hlm 7-8
       24
            Ibid, hlm. 79-81
19


        Pada sumber lain didapatkan tambahan bahwa gerak itu tidak hanya

terlihat bergoyang saja, melainkan ekspresi tau mimik (gerak muka) gesture

(gerak tangan), dan pantomimik (gerak tubuh). Selain itu ditambahkan pula

bahwa gerak itu bukan gerak yang dciptakan oleh pembaca puisi melainkan gerak

yang yang diciptakan oleh puisi itu sendiri.25

        Berdasarkan penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa penerapan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi

puisi adalah upaya meningkatkan kemampuan apresiasi puisi                           khususnya

membaca puisi         melalui musikalisasi puisi dengan menerapkan pendekatan

kontekstual dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan tolak ukur yang

digunakan sebagai penilaian adalah penjiwaan, suara, dan gerak siswa dalam

membaca puisi


2.2 Kerangka Berpikir

        Berdasarkan teori-teori pada bagian sebelumnya, peneliti mengambil

suatu kerangka berpikir bahwa apresiasi puisi adalah suatu kegiatan dalam

menghargai atau mengapresiasi puisi dengan menunjukkan sikap jiwa seseorang

ketika membaca sebuah puisi. Sikap jiwa itu meliputi penjiwaan, suara, dan gerak

seseorang ketika membaca puisi, sehingga suasana dalam puisi tersebut dapat

sampai kepada orang yang mendengarkan atau menyaksikan pembacaan puisi

tersebut.

        Musikalisasi puisi          adalah suatu teknik pembelajaran puisi yang

menggabungkan unsur musik dan unsur sastra dalam hal ini unsur puisi. Pada

musikalisasi puisi, sebuah puisi yang telah tercipta disajikan dengan musik untuk
        25
          Sri Suhita, Apresiasi Puisi (Jakarta: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Jakarta, 2004), 40.
20


dinikmati sebagai suatu bentuk lain dari puisi. Akan tetapi, bentuk lain dalam

penyajian puisi ini harus tetap menjaga makna atau isi yang dimiliki puisi,

sehingga pemaknaan puisi tersebut tidak berubah..

         Untuk penerapannya di kelas, digunakan pendekatan kontekstual yang

merupakan salah satu pendekatan berlandaskan pada KBK yang di dalamnya

memiliki     tujuh   komponen     pembentuk     antara   lain:   konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),        masyarakat

belajar (learning community), permodelan (modelling),      penilaian sebenarnya

(authentic assasement), dan refleksi (reflection). Dalam pendekatan ini

komponen atau unsur pembentuknya juga berperan dalam proses pembelajaran,

sehingga pendekatan ini tidak hanya terpaku pada penilaian hasil, akan tetapi

mementingkan pula penilaian selama proses pembelajaran berlangsung.


2.3 Hipotesis Tindakan

    Kemampuan apresiasi puisi siswa khususnya dalam membaca puisi dapat

meningkat dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi

puisi.


2.3 Definisi Konseptual

a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan

    sikap jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan

    gerak ketika membaca puisi.

b) Catatan kolaborator (peneliti) adalah catatan yang diperoleh peneliti pada saat

    turun langsung ke lapangan sebagai pengamat atau peneliti

c) Catatan guru adalah catatan yang diperoleh guru pada saat mengajar
21


2.4 Definisi Operasional

a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan sikap

   jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan gerak

   ketika membaca puisi.

b) Catatan kolaborator adalah catatan peneliti yang diperoleh dengan melihat

   proses pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas 1 di SMA Negeri 77

   Jakarta, yang menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi

   dalam pembelajarannya.

c) Catatan guru adalah catatan atau penilaian yang didapatkan oleh guru dalam

   proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas I di SMA

   Negeri 77 Jakarta dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui

   musikalisasi puisi.
22


                                      BAB III

                          METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

       Penelitian   ini   bertujuan   untuk   melihat   peningkatan   kemampuan

mengapresiasi puisi pada siswa SMA kelas 1 SMA Negeri 77 Jakarta dengan

menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi.


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

       Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri77 Jakarta. Waktu penelitian

dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun pelajaran 2006 /2007.


3.3 Setting Kelas

       SMA Negeri 77 Jakarta merupakan salah satu SMA yang terletak di

daerah Jakarta Pusat. Sekolah ini terdiri dari 18 kelas yang masing-masing

tingkatan terdiri dari enam kelas. Lingkungan di sekitar sekolah adalah

perumahan penduduk yang cukup kondusif, karena selain sepi, pada lingkungan

ini pun terdapat beberapa sekolah lain. Oleh karena itu dapat dikatakan

lingkungan sekitar SMAN 77 Jakarta merupakan lingkungan pendidikan yang

cukup kondusif.

       Penelitian ini dilakukan pada kelas 1, dengan pertimbangan pada

kurikulum terbaru yang digunakan sebagai acuan, kelas 1 merupakan kelas yang

paling banyak mempelajari materi puisi.

       Untuk menentukan kelas mana yang akan digunakan dalam penelitian ini,

maka ditentukan dengan sistem acak atau random. Dari enam kelas yang ada,

kelas yang dipilih merupakan hasil dari undian.
23


       Adapun penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 1 siklus, yang tiap-

tiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan. Siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan .

Seluruh pertemuan dalam penelitian memiliki beberapa langkah pembelajaran

yang terdiri dari tiga langkah penting.

Pertama; langkah awal dengan meminta siswa mengapresiasi puisi dalam bentuk

membaca puisi. Penilaian diberikan pada penjiwaan, sura, dan gerak siswa ketika

membaca puisi.

Kedua; langkah inti meliputi pemberian materi musikalisasi puisi.   Dilanjutkan

dengan proses belajar siswa dalam mengapresiasi puisi secara berkelompok

dengan memberikan pemaknaan secara bebas terhadap sebuah puisi yang

disajikan dalam bentuk musikalisasi puisi. Adapun tujuan ini dilakukan untuk

melihat seberapa jauh      kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam

bentuk lagu.

Langkah ketiga; guru akan memberikan tugas pada setiap siswa untuk

mengapresiasi puisi dalam bentuk pembacaan puisi. Penilaian yang dilakukan

adalah pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa ketika membacakan puisi.


3.4 Metode Penelitian

       Penelitian ini dilakukan dengan metode action research yaitu suatu

metode dengan karakteristik yang khas, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Masalah yang diteliti adalah masalah yang nyata,

2) Berorientasi pada pemecahan masalah,

3) Bertujuan meningkatkan kualitas.,

4) Menggunakan data penelitian, dan

5) Adanya tindakan (action).
24


      Adapun penelitian ini dilakukan dengan siklus yang masing-masing siklus

terdiri atas:

1) Perencanaan (planning),

2) Tindakan (acting),

3) Refleksi (reflecting).



  3.4.1. Siklus

     1) Perencanaan (Planning)

Pada siklus ini akan digunakan model pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual yang berdasarkan KBK. Siklus ini dilakukan sebanyak 3 kali

pertemuan, dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran.

        Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam siklus ini,

meliputi:

1. peneliti memberikan tes apresiasi puisi kepada siswa untuk mengetahui

     kemampuan siswa dalam membaca puisi.

2. Peneliti menyiapkan model pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual

     yang lebih rinci tersaji dalam rencana pengajaran/skenario pembelajaran

     sebanyak 3 buah ( untuk 3 kali pertemuan) dengan strategi pembelajarn yang

     berbeda pada tiap pertemuan Untuk kegiatan belajar mengajar disampaikan

     oleh guru kelas. Hal ini bertujuan agar data penelitian ini merupakan data

     yang alami dan akurat, karena siswa telah terbiasa diajar oleh guru kelas.

3.                Pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada skenario

     pembelajaran yang dibuat pada tiap pertemuan. Adapun sebelum kegiatan

     belajar mengajar berlangsung pada setiap pertemuan, terlebih dahulu guru dan
25


   peneliti mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan disajikan oleh guru.

   Setelah kegiatan belajar mengajar di kelas selesai disajikan, guru dan peneliti

   mengevalusi proses dan hasil belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar

   tersebut.

3. Guru memahami musikalisasi puisi sebagai suatu bentuk penyajian puisi dalam

   bentuk lagu. Selanjutnya memberikan contoh bentuk musikalisasi puisi

   dengan menggunakan model sesuai dengan media yang tercantum dalam

   skenario pembelajaran.

4. Dalam setiap pertemuan, siswa diminta mengapresiasi puisi dalam bentuk

   membaca puisi.

5. Guru dan peneliti menyusun catatan tersendiri sebagai hasil observasinya

   terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan

   guru.

6. Pada setiap akhir pertemuan, siswa diminta untuk mengapresiasi puisi dalam

   bentuk membaca puisi secara perseorangan dengan penilaian yang meliputi

   penjiwaan, suara, dan gerak yang baik. Pada akhir siklus, akan diadakan

   evaluasi atas 3 pertemuan yang telah dilakukan, untuk melihat peningkatan

   apresiasi puisi siswa dengan penerapan       pendekatan kontekstual    melalui

   musikalisasi puisi dengan proses dan hasil yang paling baik. Tolak ukur yang

   digunakan dalam penilaian ini adalah kemampuan siswa dalam mengapresiasi

   puisi berdasarkan kriteria penilaian yang dibuat.

   2) Tindakan (acting)

       Pada siklus ini, peneliti menyajikan suatu kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru kelas menggunakan strategi pembelajaran dengan media
26


yang berbeda pada tiap pertemuan. Strategi yang digunakan juga merupakan cara

yang bervariasi dan menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini disesuaikan

dengan pendekatan kontekstual yang menerapkan metode belajar yang bervariasi

pada proses pembelajaran. Setiap pertemuan akan diisi dengan kegiatan belajar

yang memaksa siswa untuk aktif dan produktif.

       Peneliti meneliti jalannya proses pembelajaran yang disampaikan oleh

guru. Baik guru maupun peneliti akan mencatat dan memonitor kejadian-kejadian

selama kegiatan belajar mengajar belangsung, mulai dari proses sampai hasil. Ini

dilakukan untuk mempersiapkan perbaikan dan tindakan pada siklus selanjutnya.

   3) Pengamatan (observasi)

       Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap proses

belajar siswa selama     kegiatan belajar mengajar berlangsung. Reaksi dan

tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran akan dicatat oleh peneliti. Reaksi

tersebut dapat berupa sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan

hasil dari   kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan pada saat mengapresiasi

sebuah puisi dalam bentuk membacakan puisi yang disajikan oleh guru. Semua

itu akan dicatat oleh peneliti pada kolom keterangan. Selain itu, guru kelas juga

memberikan penilaian sesuai dengan format penilaian yang telah dibuat.

   4) Refleksi (reflection)

       Pada tahap ini peneliti dan guru kelas akan mendiskusikan hasil observasi

kegiatan yang berupa kemampuan siswa dalam mengapresiasi sebuah puisi

melalui catatan dan penilaian yang dibuat pada setiap pertemuan. Jika pada siklus

ini indikator yang ingin dicapai dianggap belum tercapai maka akan dilakukan
27


langkah-langkah     pengembangan strategi yang akan dilakukan pada siklus

selanjutnya.


3.4.2 Indikator Keberhasilan

        Untuk melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan siswa dalam

mengapresiasi puisi pada siklus ini, peneliti dan guru berlandaskan kepada hasil

penilaian yang bersifat autentik. Ini disesuaikan dengan komponen pendekatan

kontekstual authentic asssasement. Akan tetapi untuk penilaian proses, guru dan

peneliti akan memberikan penilaian secara terpisah.

        Tingkat   keberhasilan    siswa    dalam    mengapresiasi     puisi   melalui

musikalisasi puisi ini mengacu pada         penilaian pada tingkat apresiasi yang

meliputi kemampuan siswa dalam membaca puisi meliputi penjiwaan, suara, dan

gerak pada saat membaca puisi. Adapun bobot penilaiannya adalah:

Penjiwaan               50%

Suara                   25%

Gerak                   25%

Jumlah                  100%


3.5 Pengumpulan Data

        Data diambil dari hasil penelitian dengan menggunakan lembar catatan

kolaborator (peneliti), lembar catatan guru, dan nilai apresiasi puisi.

Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1) Nilai awal diperoleh dari tes awal siswa mengapresiasi puisi dalam benntuk

membaca puisi dengan kriteria penilaian pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa

ketika membaca puisi.
28


2)    Catatan kolaborator (peneliti ) dan catatan guru diperoleh sebagai hasil

pengamatan dan penilaian terhadap peroses kegiatan belajar mengajar siswa

selama siklus

3) Nilai siklus diperoleh dari tiga pertemuan dalam proses pembelajaran apresiasi

Puisi melalui tes apresiasi puisi seperti pada tes awal.


3.6 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Lembar catatan peneliti,

2) Lembar catatan guru

3) Format penilaian apresiasi puisi/ nilai autentik kemampuan mengapresiasi puisi

     Dengan pedoman penelitian sebagai berikut:

1) Catatan kolabolator (peneliti) adalah mencari jawaban bagaimana dan

     seberapa jauh intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.

2) Catatan guru adalah seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, pada

     apa dan dalam bentuk apa perubahan itu terjadi, mengapa demikian, apa

     kelebihan dan kekurangannya, serta langkah-langkah penyempurnaan apa

     yang harus dilakukan.

3) Penilaian autentik kemampuan mengapresiasi puisi yang digunakan untuk

     menilai kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca

     puisi dengan penjiwaan, suara, dan gerak yang baik ketika membaca puisi..
29




               Format Penilaian Kemampuan Membaca Puisi:

No.    Nama    Puisi                    Penilaian                      keterangan
                       Penjiwaan   Suara Gerak        Jumlah   Akhir
       Siswa
                         50%        25%      25%




Tabel penilaian ini dikutip dari Sumardi dan Abdul Rozak




                           Proposal Seminar Skripsi
30


     PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI

            PADA SISWA KELAS I SMA NEGERI




                        Marlina

                       2115020101



         JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

              FAKULTAS BAHASA DAN SENI

             UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

                          2005

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013
Hamzah Yuddin
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
andri wahyudi
 
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswaPtk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Eika Matari
 
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
Ridha_nra
 
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Putra Adam Hisham
 
Kemahiran Bernilai Tambah
Kemahiran Bernilai TambahKemahiran Bernilai Tambah
Kemahiran Bernilai Tambah
Anisah Mokhtar
 
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
share with me
 
Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Metodologi Pembelajaran Bahasa IndonesiaMetodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
NASuprawoto Sunardjo
 
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayuBmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Gman Radziman
 

Mais procurados (20)

Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
 
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswaPtk meningkatkan kemampuan menulis siswa
Ptk meningkatkan kemampuan menulis siswa
 
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
 
Hbml 4303
Hbml 4303Hbml 4303
Hbml 4303
 
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Teks Report Mata Pelajaran...
 
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3  Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
Skripsi mas boyy bab 1, bab 2, bab 3
 
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenulisPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
 
Kemahiran Bernilai Tambah
Kemahiran Bernilai TambahKemahiran Bernilai Tambah
Kemahiran Bernilai Tambah
 
Artikel PTK
Artikel PTKArtikel PTK
Artikel PTK
 
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Metodologi Pembelajaran Bahasa IndonesiaMetodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
 
Strategi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
Strategi pembelajaran  bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainanStrategi pembelajaran  bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
Strategi pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dengan media permainan
 
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayuBmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
Bmm3104 pengajaran kemahiran_bahasa_melayu
 
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
 

Semelhante a Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101) Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Stephanie Unsil
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
KomariyahFitri
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Fitri Lusmiyati
 
Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)
Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)
Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)
TheEa Za
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
spilody111
 
Asigment penggunaan alpikasi komputer 1
Asigment penggunaan alpikasi komputer 1Asigment penggunaan alpikasi komputer 1
Asigment penggunaan alpikasi komputer 1
Siti Jaharah Muhamad
 
tugas kurikulum Ina Kurnia 2B PE
tugas kurikulum Ina Kurnia 2B PEtugas kurikulum Ina Kurnia 2B PE
tugas kurikulum Ina Kurnia 2B PE
ina_kurnia
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulum
huzaipah
 
Perbedaan beberapa kurikulum
Perbedaan beberapa kurikulumPerbedaan beberapa kurikulum
Perbedaan beberapa kurikulum
Whyda Kasim
 
Kania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulum
Kania Yuliana
 
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
Runy Chaerunnyza
 

Semelhante a Proposal Penelitian Tindakan Kelas (20)

Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101) Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
 
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docxAKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
Tugas kurikulum dan pembelajaran ( fitri k.l )
 
Konsep 5p
Konsep 5pKonsep 5p
Konsep 5p
 
Kelebihan dan kelemahan antara ktsp
Kelebihan dan kelemahan antara ktspKelebihan dan kelemahan antara ktsp
Kelebihan dan kelemahan antara ktsp
 
Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)
Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)
Kurikulum & pembelajaran (lilis . s)
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Asigment penggunaan alpikasi komputer 1
Asigment penggunaan alpikasi komputer 1Asigment penggunaan alpikasi komputer 1
Asigment penggunaan alpikasi komputer 1
 
tugas kurikulum Ina Kurnia 2B PE
tugas kurikulum Ina Kurnia 2B PEtugas kurikulum Ina Kurnia 2B PE
tugas kurikulum Ina Kurnia 2B PE
 
Tugas kurikulum sule
Tugas kurikulum suleTugas kurikulum sule
Tugas kurikulum sule
 
Tugas kurikulum sule
Tugas kurikulum suleTugas kurikulum sule
Tugas kurikulum sule
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulum
 
Aji febrianto
Aji febriantoAji febrianto
Aji febrianto
 
Perbedaan beberapa kurikulum
Perbedaan beberapa kurikulumPerbedaan beberapa kurikulum
Perbedaan beberapa kurikulum
 
Kania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulum
 
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
 
Konsepsi dan Sejarah Kurikulum Kel.1 Telaah Kurikulum R5A.pptx
Konsepsi dan Sejarah Kurikulum Kel.1 Telaah Kurikulum R5A.pptxKonsepsi dan Sejarah Kurikulum Kel.1 Telaah Kurikulum R5A.pptx
Konsepsi dan Sejarah Kurikulum Kel.1 Telaah Kurikulum R5A.pptx
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran Konstektual
 
Artikel mastery learning
Artikel mastery learningArtikel mastery learning
Artikel mastery learning
 

Mais de Marliena An

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
Marliena An
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
Marliena An
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Marliena An
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Marliena An
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Marliena An
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Marliena An
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
Marliena An
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
Marliena An
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Marliena An
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
Marliena An
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
Marliena An
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
Marliena An
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
Marliena An
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Marliena An
 

Mais de Marliena An (17)

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisSeminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 

Último

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Último (20)

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Proposal Penelitian Tindakan Kelas

  • 1. 1 PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MENGGUNAKAN MUSIKALISASI PUISI BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dikenal juga dengan sebutan Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum 1994. Kurikulum ini menitikberatkan pembelajaran pada pencapaian atau pembentukan kompetensi siswa, yaitu apa yang dapat dilakukan siswa secara terus-menerus (menetap) sebagai perwujudan dari hasil belajarnya, sehingga diharapkan setelah siswa menyelesaikan pendidikan, mereka akan memiliki pengetahuan, keterampilan, serta pola berpikir dan bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari segala yang telah dipelajarinya. 1 Lahirnya KBK ini tentu merupakan satu hal yang baik bagi dunia pendidikan. Selain untuk kemajuan sistem pendidikan, KBK ini juga akan membuka cakrawala baru bagi para pengajar untuk turut menjalankannya. Mengubah suatu sistem yang ada dengan tatanan sistem yang baru bagi dunia pendidikan. Namun, mengubah suatu paradigma yang telah lama menjadi kebiasaan ternyata bukanlah hal yang mudah. Kenyataan yang ada tidaklah sepenuhnya seperti yang diharapkan. Guru cenderung menyajikan materi pembelajaran secara 1 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning: http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.1
  • 2. 2 terus menerus agar siswa lebih mudah menghafal dan menguasai materi. Pembelajaran seperti itu memang efektif bagi pembelajaran jangka pendek, artinya siswa dapat mengingat materi yang diajarkan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, cara semacam ini ternyata kurang efektif atau dengan kata lain belum mampu mencapai target jangka panjang. Siswa cenderung mampu mengingat, namun pada waktu kemudian lupa pada apa yang dihafalnya. Hal ini dikarenakan siswa hanya sekadar menghafal dan tidak dilandasi dengan pemahaman. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan lebih banyak usaha baik dari pihak pemerintah maupun dari para pengajar. Akan tetapi, pada kenyataannya suatu kegiatan pembelajaran memang tidak hanya memerlukan konsep, namun yang terpenting adalah proses, yaitu bagaimana kurikulum dapat benar-benar diterapkan dengan baik di sekolah-sekolah sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dapat benar-benar terlaksana. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL ) merupakan salah satu dari berbagai pendekatan yang muncul seiring dengan perkembangan KBK. Pendekatan ini merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan ini juga mendorong siswa memperhatikan hubungan antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pendekatan ini proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada siswa. 1
  • 3. 3 Dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, sehingga apa yang dipelajari siswa akan benar-benar membekas dalam diri mereka.2 Dalam konteks tersebut jelaslah bahwa pendekatan ini mengedepankan pemahaman secara mendalam pada diri siswa, sehingga diharapkan siswa dapat mengerti makna belajar, manfaat belajar, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dengan kesadaran penuh siswa akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan bekal untuk kehidupan kelak. Untuk mencapai hal tersebut mereka memerlukan guru sebagai pendamping dan pembimbing bahkan dapat bertindak sebagai pengarah. Pendekatan kontekstual dalam strateginya memang diperlukan untuk menunjang pembelajaran. Hal ini dikarenakan selain pendekatan ini tidak memerlukan perubahan tatanan kurikulum, pendekatan ini juga dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran. Meskipun demikian tetap diperlukan strategi yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing mata pelajaran tersebut. Menurut Depdiknas, secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara program pembelajaran konvensional dan program pembelajaran kontekstual. Perbedaan yang paling mendasar hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sedangkan program untuk pembelajaran kontekstuallebih menekankan pada skenario pembelajaran.3 Oleh karena itu maka kemampuan seorang guru dalam menyajikan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan CTL ini. Seorang pengajar harus mampu menyajikan strategi terbaiknya untuk digunakan dalam pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman 2 Ibid, hlm.1. 3 Depdiknas, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 23.
  • 4. 4 seorang pengajar dalam membuat dan mengembangkan skenario pembelajaran akan sangat berarti bagi kelangsungan pembelajaran. Pembelajaran Apresiasi Puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra yang diajarkan di sekolah. Akan tetapi, pada kenyataannya, pembelajaran apresiasi puisi di sekolah-sekolah masih terasa belum efektif dikarenakan beberapa hal, antara lain; kurangnya waktu yang tersedia untuk mempelajari puisi secara lebih seksama, kurangnya minat siswa terhadap puisi dengan alasan pengajaran yang digunakan membosankan, dan banyak hal lain yang menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi masih dirasakan belum mencapai fungsinya. Selain itu, inisiatif guru Bahasa Indonesia untuk mengembangkan sastra masih kurang. Maka, tak heran jika puisi di sekolah mengalami kemandekan karena masih terikat dengan pola lama. Selain itu, pemahaman tentang apresiasi puisi dari segi teori maupun segi praktik haruslah dikuasai dengan baik. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang puisi dan cara mengapresiasinya. Itu pula yang pada akhirnya akan menumbuhkan kecintaan siswa terhadap puisi, sehingga langsung ataupun tidak, proses apresiasi itu akan berjalan dengan lebih alamiah. Seiring berkembangnya KBK, pembelajaran sastra kini menjadi bagian yang terpisah dari pembelajaran bahasa. Dengan demikian, pengajar mempunyai ruang gerak yang lebih luas untuk menerapkan strategi-strategi baru di dalam kelas. Cara ini diharapkan dapat lebih menarik minat siswa terhadap pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran apresiasi puisi. Selain itu, dengan strategi-strategi yang tepat seorang pengajar dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih mengembangkan kreativitasnya dalam belajar, sehingga apa yang ingin dicapai
  • 5. 5 pada setiap pembelajaran akan menjadi hal yang nyata membekas dalam diri siswa. Dalam KBK Sekolah Menengah Atas (SMA) dijelaskan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.3 Dengan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mengasah kepekaan siswa terhadap segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan. Secara konkret, terdapat beberapa bentuk dari apresiasi puisi, antara lain membaca, memahami, dan mencipta puisi. Dari ketiga bentuk apresiasi tersebut, membaca puisi merupakan bentuk apresiasi yang paling mudah untuk dinilai. Oleh karena itu peneliti mengkhususkan apresiasi puisi dalam penelitian ini pada pembacaan puisi. Memilih strategi dalam pembelajaran puisi memang dapat dilakukan dengan berbagai cara, mengingat kegiatan mengapresiasi memang tak hanya satu bentuk, mengingat pembelajaran apresiasi puisi juga terdapat dalam beberapa bentuk. Dalam kurikulum SMA terdapat beberapa indikator yang mengarah pada kemampuan siswa untuk mengapresiasi puisi, baik dalam bentuk membaca puisi, memahami puisi, maupun mencipta puisi. Dengan demikian, seorang pengajar memerlukan berbagai variasi pengajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dengan strategi yang sama untuk pembelajaran apresiasi, ekspresi, dan kreasi. 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hlm.1
  • 6. 6 Selain itu, dengan mencobakan strategi yang bervariasi tentunya pengajar dapat mengetahui strategi mana yang lebih tepat dalam pembelajaran puisi pada siswa SMA. Salah satu strategi dalam pembelajaran sastra yang sudah tidak asing adalah bentuk musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi merupakan kombinasi bunyi antara puisi dengan musik. Dengan kata lain, musikalisasi puisi ini menyajikan puisi dalam bentuk lagu. Musikalisasi puisi sebenarnya bukan hal baru dalam dunia sastra, hanya saja perkembangannya tidak begitu pesat. Para pengajar sastra memiliki banyak kendala dalam mengajarkan puisi dengan bentuk musikal. Kendala-kendala tersebut dapat berupa keterbatasan waktu atau karena keterbatasan pengetahuan dan penguasaan terhadap seni musik. Di sisi lain sebenarnya musik sangat diminati oleh siswa. Sebuah lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif untuk pembelajaran apresiasi puisi. Menurut Orlava (dalam Forum, 1997: 41) lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Orlava juga mengemukakan beberapa alasan untuk memperkuat pernyataannya, yaitu antara lain: (1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa yang telah dia dengar, dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang.4 4 Mislinatul Sakdiyah, Menggauli Puisi Lewat Lagu (Gelar Karya Esai Cybersastra: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1
  • 7. 7 Berkembangnya KBK memberi waktu yang lebih banyak kepada pengajar sastra untuk menyajikan pembelajaran apresiasi puisi dengan berbagai strategi. Dengan demikian masalah waktu tidak boleh lagi menjadi kendala bagi pengajar, untuk dapat bereksperimen dengan metode-metode baru yang tentunya lebih menjanjikan peningkatan hasil belajar. Melihat konteks di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi dapat menjadi satu pilihan dari strategi pembelajaran apresiasi puisi yang menarik bagi siswa. Selain menuntut daya kreativitas siswa, musikalisasi puisi tidak hanya akan menarik minat siswa yang menyenangi seni sastra terutama puisi, tetapi juga dapat menarik minat siswa yang menyenangi seni musik. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1) Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi telah diterapkan di SMA terutama untuk pembelajaran sastra? 2) Bagaimanakah menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sastra? 3) Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran apresiasi puisi di SMA? 4) Bagaimanakah menerapkan strategi musikalisasi puisi dalam pembelajaran apresiasi puisi di SMA? 5) Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi pada siswa SMA?
  • 8. 8 1.3 Pembatasan Masalah Melihat banyaknya masalah yang teridentifikasi, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa SMA. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut, “Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa SMA? 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1) Peneliti; membantu peneliti dalam mendalami pembelajaran sastra di sekolah dengan menerapkan strategi yang sesuai, dan dapat memperluas pengetahuan tentang pembelajaran apresiasi puisi di SMA. 2) Para pengajar sastra; memberikan masukan atau ide-ide baru dalam pembelajaran, sastra khususnya apresiasi puisi di SMA. Selain itu memotivasi para pengajar sastra untuk dapat menerapkan metode-metode pembelajaran baru yang sesuai dengan KBK, guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya di bidang kesastraan. 3) Pembelajar sastra; menumbuhkembangkan minat siswa terhadap sastra khususnya puisi dan dapat meningkatkan hasil belajar sastra.
  • 9. 9 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Musikalisasi Puisi Secara istilah kata musikalisasi puisi biasa dipahami sebagai suatu perpaduan antara dua cabang seni yang berbeda, yaitu seni musik dan seni sastra. Istilah ini secara gramatik terbentuk dari kata musik dan puisi. 5 Ditilik dari penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memahami hakikat musikalisasi puisi harus terlebih dahulu memahami musik dan puisi. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990:413), musik adalah sebuah letusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Secara etimologi musik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari nama dewa Yunani kuno, Mousa, yang memimpin seni dan ilmu.6 Pandangan lain datang dari Yapi Tambayong (1992:55) yang dinyatakan oleh Sadewa dengan cukup filosofis mengatakan bahwa orang berhak menyebut musik untuk segala substansi yang ada hubungannya dengan bunyi dan substansi itu sah dibilang musik karena ia bukan merupakan benda yang sebelumnya punya nama dan nama itu diterima sebagai persetujuan yang berlaku, misalnya batu, kertas darinya dapat lahir musik,maka sejauh batu dan kertas itu mengeluarkan bunyi, dan bunyi itulah yang dimanfaatkan sebagai substansi.7 Kedua penjelasan tersebut tentu merupakan sebuah penjelas yang memberikan gambaran bahwa musik itu sebagai bunyi, dan siapa pun berhak 5 Ujianto Sadewa, Musikalisasi Puisii: esai (Bandung: www.cybersastra.net:2002), hlm.1 6 Ibid, hlm.1 7 Ibid, hlm.1 8
  • 10. 10 menyebut segala sumber sebagai substansi yang dikatakan sebagai musik. Pakar musik, Leon Dahlin (1965: 1), menyatakan perihal eksistensi musik sebagai berikut: “Music from the dawn of civilization has been an integral part of man’s culture. Human has beings have ekspressed themselves in pitches and rhytms throughout the hundreds of years of recorded history and far thousands of years before” (Musik berasal dari kemasyarakatan yang menyatu dan merupakan bagian dari manusia. Manusia mengekspresikan dirinya dalam pola-pola titinada dabn irama-irama sepanjang ratusan tahun catatan sejarah dan selama ribuan tahun sebelumnya).8 Leon Dahlin lebih lanjut mengemukakan bahwa musik merupakan suatu bagian yang menyatu dengan masyarakat dan budaya. Musik telah lama dikenal masyarakat, dan telah ribuan tahun lalu dikenal dan berkembang di masyarakat. Selain itu ditambahkannya bahwa musik memiliki titinada dan pola irama-irama yang berasal dari ekspresi manusia. Pengertian musik tersebut dapat dipergunakan untuk memahami musikalisasi puisi, yang terdiri dari unsur musik serta puisi . Menurut Herman J. Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.9 Dalam pengertian tersebut, Waluyo menekankan pada struktur fisik dan struktur batin yang dimiliki oleh puisi, bahwa puisi merupakan suatu ekspresi penyair. Adapun penjelasan selanjutnya mengenai kedua struktur tersebut adalah bahwa struktur fisik puisi adalah apa yang dapat dilihat pembaca melalui bahasa yang tampak, sedangkan struktur batin atau struktur makna dalam puisi adalah 8 Ibid, hlm.1 9 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta:Erlangga,1987), hlm.25
  • 11. 11 makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati oleh pembaca.10 Berbicara mengenai fisik maupun batin dalam puisi, Aminuddin menyatakan bahwa: Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri , yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.11 Penjelasan ini lebih menekankan pada hakikat penciptaan atau pembuatan puisi. Melalui puisi seorang penyair dapat menyampaikan pesan atas gambaran- gambaran kehidupan yang dilihatnya. Pesan tersebut terangkum dalam struktur fisik maupun struktur batin puisinya. Menurut Sadewa musikalisasi puisi adalah pengubahan puisi sebagai teks menjadi puisi sebagai musik atau pemusikan puisi. Disini berarti bahwa musikalisasi puisi merupakan sebuah ekspresi baru yang didasari oleh suatu interpretasi terhadap puisi, seperti halnya deklamasi dan dramatisasi puisi.12 Penjelasan tersebut sebenarnya sebagai suatu penerangan bahwa musikalisasi itu adalah sebuah hasil dari gubahan puisi menjadi musik. Mengacu pada hakikat puisi yang dikemukakan oleh Slametmulyana, yang menyatakan bahwa puisi sebagai bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas, akan lebih mudah dipahami bahwa memang sejak awal puisi itu telah mengandung unsur musikalitas. Hal ini 10 Ibid, hlm. 26 11 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Agensindo Offset, 2000), hlm.134 12 Ujianto sadewa, Musikalisasi Puisi:esai (bandung: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1
  • 12. 12 tentu memperjelas pernyataan Sadewa tersebut, bahwa puisi dapat digubah menjadi musik. Memperkuat pernyataan Slametmulyana, didapatkan pula penjelasan Agus R. Sarjono (Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jakarta) dalam sebuah diskusi sastra yang menuturkan bahwa puisi itu selalu mempunyai musikalitas, dan tugas musikalisasi puisi adalah mengubah musikalitas pada puisi menjadi lebih terasa menjadi suatu musik yang bisa didengar. 13 Dalam diskusi yang sama, Ratna Sarumpaet mengemukakan bahwa dalam musikalisasi puisi sebenarnya kita jangan hanya bertumpu pada puisinya, namun juga harus memperkuat dan memperhatikan musiknya untuk mencari spirit/roh dari puisi itu sendiri. 14 Pernyataan tersebut tentu menambah pemahaman kita bahwa dalam musikalisasi puisi seseorang tidak hanya harus memperhatikan puisinya, akan tetapi harus pula dapat memperkuat musiknya. Memperkuat musik berarti ketika suatu puisi di musikalisasikan, harus diperhatikan atau disesuaikan pula musik yang menjadi unsur pembentuknya. Karena dengan musik yang tepat, diharapkan makna dari puisi tersebut semakin lebih dapat dihayati oleh penikmatnya. Selain itu, musik juga sangat mendukung adanya penjiwaan terhadap puisi tersebut. Penjelasan musikalisasi yang selanjutnya datang dari Sanggar Matahari (tim Musikalisasi Puisi ) yang menyatakan bahwa: Kalau kita membuka Kamus Besar Bahsa Indonesia, misalnya, akan kita jumpai keterangan tentang kata musikalisasi, yaitu ‘hal menjadikan bersifat musikal.’ Kata musikal sendiri berarti ‘berkenaan dengan musik’, ;mempunyai kesan musik’, dan ‘mempunyai rasapeka terhadap musik’. Kata musikal itu bertalian dengan kata musik yang tidak lain artinya adalah ‘ilmuatau seni menyusun nada atau suara di urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai 13 Musikalisasi Bisa Jadi genre yang berwibawa: artikel (www.cybersastra.net), hlm. 1 14 Ibid, hlm.2
  • 13. 13 kesatuan dan keseimbangan’ atau ‘nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi tersebut)’.15 Selanjutnya, dijelaskan pula dalam sumber yang sama bahwa musikalisasi merupakan upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal tersebut sehingga sajak sebagai karya sastra yang berbentuk puisi dapat lebih jelas lagi berdiri di depan khalayaknya. Jadi, unsur musikal merupakan jembatan bagi khalayak untuk “berhubungan” dengan sajak.16 Semakin jelas bahwa musikalisasi itu memang bertujuan untuk menonjolkan unsur musikal yang telah ada dalam sebuah puisi. Sehingga ketika puisi tersebut disajikan di depan khalayak, ada warna atau aroma baru yang dapat memperkuat daya tarik terhadap puisi tersebut. Pada dasarnya musik dapat dijadikan jembatan untuk berhubungan dengan sajak dalam hal ini puisi. Pada penerapannya, pembelajaran apresiasi puisi ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Mengingat pembelajaran ini akan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini, yaitu KBK. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk menjelaskan mengenai pendekatan kontekstual ini dan hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Pendekatan kontekstual dalam pengantar buku pendekatan kontekstual menurut Drs. Umaedi, M.Ed, menyatakan bahwa: Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan 15 Fredie Arsie, Proses Musikalisasi Puisi Deavis sanggar Matahari (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm.3 16 Ibid, hlm.4
  • 14. 14 melibatkannya dalam tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), permodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement). 17 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendekatan kontekstual itu merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang memiliki tujuh komponen penting yang melandasinya. Pada sumber lain didapatkan penjelasan mengenai pendekatan kontekstual sebagai berikut: Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning- CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.18 Pendapat tersebut senada dengan pendapat sebelumnya mengenai hakikat pendekatan kontekstual. Penjabaran hakikat tersebut makin memperjelas pemahaman tentang pendekatan kontekstual. Selain itu dalam penjabarannya dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual mengajarkan kepada siswa untuk merekonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya menjadi tujuan dari suatu proses pembelajaran. Pendekatan kontekstual sebenarnya bukan suatu strategi baru dalam dunia pendidikan. Seperti yang penulis dapatkan. Pendekatan ini sebenarnya berakar dari penelitian John Dewey (1916) yang menurut Rosyidah menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang 17 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning): (http://www. Bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.4 18 Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 103
  • 15. 15 telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya.19 Jadi, dalam pembelajaran yang berbasis kontekstual, siswa harus menghubungkan apa yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata, bahkan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Dalam penerapannya di kelas, CTL tidak terlalu sulit. Secara garis besar langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya! 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic! 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya! 4) Ciptakan ;masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)! 5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran! 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan! 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara !20 Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di atas merupakan pengembangan dari tujuh komponen yang telah disebutkan sebelumnya. Penjabaran seperti itu dilakukan untuk mempermudah guru mengingat dan menerapkan pembelajaran kontekstual dengan komponen lengkap pada saat mengajar. Dengan melihat penjelasan tersebut, maka dapat dipahami hakikat pendekatan kontekstual yang akan diterapkan dalam penelitian ini, yaitu peneliti 19 Fima Rosyidah, Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual (http://artikel. us/art 05-96.html) 20 Nurhadi, Op.Cit, hlm.106
  • 16. 16 akan mencoba menerapkan pendekatan ini dengan komponen-komponen pembentuknya dalam proses pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi. 2.1.3 Hakikat Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa SMA. Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kata pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, sedangkan kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi dapat dipahami bahwa dalam sebuah proses pembelajaran yang dilihat adalah sebuah proses belajar untuk pencapaian pengetahuan, demikian juga halnya dengan pembelajaran apresiasi puisi. Menurut Sumardi dan Abdul Rozak, apresiasi puisi pada dasarnya merupakan sikap jiwa pembaca terhadap sajak yang dibaca. Sebagai sikap jiwa, apresiasi puisi menyiratkan suatu kualitas rohaniah menghadapi obyek yang disikapi, yakni sajak21. Apabila menilik pada pengertian tersebut, maka jelas bahwa yang merupakan hal penting dalam kegiatan apresiasi puisi adalah kegiatan membaca puisi. Atau dapat dikatakan bahwa untuk melihat tingkat apresiasi seseorang terhadap puisi adalah sikap jiwa ketika ia menghadapi obyek yaitu puisi tersebut. Herman J. Waluyo menyatakan bahwa untuk memahami sebuah puisi yang besar dan sangat terkenal dapat digunakan pendekatan objektif, atau pendekatan melalui unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada puisi tersebut. Akan tetapi, untuk memahami puisi-puisi yang sukar dan belum termashur atau puisi- 21 Sumardi dan Abdul Rozak,Pedoman Pengajaran Apresiasi SLTP dan SLTA untuk Guru dan Siswa (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 7
  • 17. 17 puisi gelap yang bersifat khas diperlukan adanya usaha menghubungkan puisi tersebut dengan faktor di luar unsur-unsur intrinsiknya. 22 Ini berarti dalam memahami sebuah puisi, seseorang tidak dapat hanya melihat unsur-unsur pembentuk puisi seperti tema, amanat, diksi, dan sebagainya. Akan tetapi, diperlukan juga adanya pengkajian unsur-unsur lain yang berada di luar puisi, misalnya latar belakang pengarang, kondisi kejiwaan pengarang saat mencipta puisi, lingkungan sosial masyarakat, dan sebagainya. Penjelasan Waluyo tersebut tergambar pula dalam sumber lain yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penghayatan yaitu pengalaman batin. Si pembaca sebaiknya memahami apa yang dirasakan penyair pada saat menciptakan puisi tersebut. Paling tidak terjadi dialog batin antara si pembaca puisi dengan si penyair yang karyanya dibacakan melalui deretan kata-kata yang bernama puisi.25 Jadi dapat dipahami bahwa dalam proses pemahaman dan penghayatan puisi, diperlukan adanya kajian dari berbagai unsur dan berbagai pendekatan. Setelah mengetahui secara mendasar apa itu pembelajaran dan apa itu apresiasi maka akan lebih mudah kiranya untuk memahami makna harfiah dari pembelajaran apresiasi puisi siswa SMA. Dalam penerapannya, suatu kegiatan pembelajaran apresiasi puisi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mamnpu mengapresiasi puisi. Oleh karena itu diperlukan adanya alat ukur yang dapat dijadikan sebagai landasan apakah seseorang telah mampu mengapresiasi puisi dengan baik atau tidak. 22 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga, 1987),hlm. 2 2
  • 18. 18 Telah dikemukakan oleh Sumardi bahwa apresiasi puisi adalah sikap jiwa memperlakukan sajak sesuai dengan kadar seni dan kandungan isinya . Sumardi pun menjelaskan lebih lanjut bahwa kemampuan mengapresiasi ini terwujud dalam berbagai bentuk, antara lain kegemaran membaca sajak dan keterampilan mendeklamasikan sajak itu. Sedangkan untuk tingkat apresiasi yang lebih tinggi kemampuan apresiasi puisi dapat berupa keterampilan menulis esei tentang puisi, kemampuan menemukan dan merumuskan makna sajak itu dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca dan difahami orang lain. Akan tetapi dijelaskan kembali bahwa kemampuan tersebut hanya dapat dicapai apabila seseorang telah berulang-ulang terlibat dalam pengalaman puitis, pengalaman membaca dan menikmati sajak secara langsung, bukan melalui teori atau kaidah-kaidah umum yang diutarakan buku pelajaran23. Penjelasan tersebut tentu mengedepankan pentingnya suatu pengalaman apresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi. Hal ini selain untuk melihat kemampuan mengapresiasi puisi juga pada dasarnya merupakan langkah untuk menuju pada tingkat apresiasi puisi yang lebih tinggi. Dalam penilaian apresiasi itu sendiri, Sumardi dan Abdul Rozak mengemukakan kriteria penilaian yang terdiri dari penjiwaan, suara, dan gerak. Penjelasan lebih lanjut adalah bahwa penjiwaan mencakup pada keutuhan makna sajak dan penyampaian pesan atau amantnya, suara meliputiartikulasi, intonasi, nada, dan irama. Sedangkan untuk gerak atau acting membaca puisi sebaiknya tidak berlebihan24 2 23 Sumardi dan Abdul Rozak, Op.Cit, hlm 7-8 24 Ibid, hlm. 79-81
  • 19. 19 Pada sumber lain didapatkan tambahan bahwa gerak itu tidak hanya terlihat bergoyang saja, melainkan ekspresi tau mimik (gerak muka) gesture (gerak tangan), dan pantomimik (gerak tubuh). Selain itu ditambahkan pula bahwa gerak itu bukan gerak yang dciptakan oleh pembaca puisi melainkan gerak yang yang diciptakan oleh puisi itu sendiri.25 Berdasarkan penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi adalah upaya meningkatkan kemampuan apresiasi puisi khususnya membaca puisi melalui musikalisasi puisi dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan tolak ukur yang digunakan sebagai penilaian adalah penjiwaan, suara, dan gerak siswa dalam membaca puisi 2.2 Kerangka Berpikir Berdasarkan teori-teori pada bagian sebelumnya, peneliti mengambil suatu kerangka berpikir bahwa apresiasi puisi adalah suatu kegiatan dalam menghargai atau mengapresiasi puisi dengan menunjukkan sikap jiwa seseorang ketika membaca sebuah puisi. Sikap jiwa itu meliputi penjiwaan, suara, dan gerak seseorang ketika membaca puisi, sehingga suasana dalam puisi tersebut dapat sampai kepada orang yang mendengarkan atau menyaksikan pembacaan puisi tersebut. Musikalisasi puisi adalah suatu teknik pembelajaran puisi yang menggabungkan unsur musik dan unsur sastra dalam hal ini unsur puisi. Pada musikalisasi puisi, sebuah puisi yang telah tercipta disajikan dengan musik untuk 25 Sri Suhita, Apresiasi Puisi (Jakarta: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, 2004), 40.
  • 20. 20 dinikmati sebagai suatu bentuk lain dari puisi. Akan tetapi, bentuk lain dalam penyajian puisi ini harus tetap menjaga makna atau isi yang dimiliki puisi, sehingga pemaknaan puisi tersebut tidak berubah.. Untuk penerapannya di kelas, digunakan pendekatan kontekstual yang merupakan salah satu pendekatan berlandaskan pada KBK yang di dalamnya memiliki tujuh komponen pembentuk antara lain: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modelling), penilaian sebenarnya (authentic assasement), dan refleksi (reflection). Dalam pendekatan ini komponen atau unsur pembentuknya juga berperan dalam proses pembelajaran, sehingga pendekatan ini tidak hanya terpaku pada penilaian hasil, akan tetapi mementingkan pula penilaian selama proses pembelajaran berlangsung. 2.3 Hipotesis Tindakan Kemampuan apresiasi puisi siswa khususnya dalam membaca puisi dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi. 2.3 Definisi Konseptual a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan sikap jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan gerak ketika membaca puisi. b) Catatan kolaborator (peneliti) adalah catatan yang diperoleh peneliti pada saat turun langsung ke lapangan sebagai pengamat atau peneliti c) Catatan guru adalah catatan yang diperoleh guru pada saat mengajar
  • 21. 21 2.4 Definisi Operasional a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan sikap jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan gerak ketika membaca puisi. b) Catatan kolaborator adalah catatan peneliti yang diperoleh dengan melihat proses pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas 1 di SMA Negeri 77 Jakarta, yang menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi dalam pembelajarannya. c) Catatan guru adalah catatan atau penilaian yang didapatkan oleh guru dalam proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas I di SMA Negeri 77 Jakarta dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi.
  • 22. 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan mengapresiasi puisi pada siswa SMA kelas 1 SMA Negeri 77 Jakarta dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri77 Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun pelajaran 2006 /2007. 3.3 Setting Kelas SMA Negeri 77 Jakarta merupakan salah satu SMA yang terletak di daerah Jakarta Pusat. Sekolah ini terdiri dari 18 kelas yang masing-masing tingkatan terdiri dari enam kelas. Lingkungan di sekitar sekolah adalah perumahan penduduk yang cukup kondusif, karena selain sepi, pada lingkungan ini pun terdapat beberapa sekolah lain. Oleh karena itu dapat dikatakan lingkungan sekitar SMAN 77 Jakarta merupakan lingkungan pendidikan yang cukup kondusif. Penelitian ini dilakukan pada kelas 1, dengan pertimbangan pada kurikulum terbaru yang digunakan sebagai acuan, kelas 1 merupakan kelas yang paling banyak mempelajari materi puisi. Untuk menentukan kelas mana yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka ditentukan dengan sistem acak atau random. Dari enam kelas yang ada, kelas yang dipilih merupakan hasil dari undian.
  • 23. 23 Adapun penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 1 siklus, yang tiap- tiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan. Siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan . Seluruh pertemuan dalam penelitian memiliki beberapa langkah pembelajaran yang terdiri dari tiga langkah penting. Pertama; langkah awal dengan meminta siswa mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi. Penilaian diberikan pada penjiwaan, sura, dan gerak siswa ketika membaca puisi. Kedua; langkah inti meliputi pemberian materi musikalisasi puisi. Dilanjutkan dengan proses belajar siswa dalam mengapresiasi puisi secara berkelompok dengan memberikan pemaknaan secara bebas terhadap sebuah puisi yang disajikan dalam bentuk musikalisasi puisi. Adapun tujuan ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam bentuk lagu. Langkah ketiga; guru akan memberikan tugas pada setiap siswa untuk mengapresiasi puisi dalam bentuk pembacaan puisi. Penilaian yang dilakukan adalah pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa ketika membacakan puisi. 3.4 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode action research yaitu suatu metode dengan karakteristik yang khas, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Masalah yang diteliti adalah masalah yang nyata, 2) Berorientasi pada pemecahan masalah, 3) Bertujuan meningkatkan kualitas., 4) Menggunakan data penelitian, dan 5) Adanya tindakan (action).
  • 24. 24 Adapun penelitian ini dilakukan dengan siklus yang masing-masing siklus terdiri atas: 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) Refleksi (reflecting). 3.4.1. Siklus 1) Perencanaan (Planning) Pada siklus ini akan digunakan model pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang berdasarkan KBK. Siklus ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam siklus ini, meliputi: 1. peneliti memberikan tes apresiasi puisi kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca puisi. 2. Peneliti menyiapkan model pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual yang lebih rinci tersaji dalam rencana pengajaran/skenario pembelajaran sebanyak 3 buah ( untuk 3 kali pertemuan) dengan strategi pembelajarn yang berbeda pada tiap pertemuan Untuk kegiatan belajar mengajar disampaikan oleh guru kelas. Hal ini bertujuan agar data penelitian ini merupakan data yang alami dan akurat, karena siswa telah terbiasa diajar oleh guru kelas. 3. Pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada skenario pembelajaran yang dibuat pada tiap pertemuan. Adapun sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap pertemuan, terlebih dahulu guru dan
  • 25. 25 peneliti mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan disajikan oleh guru. Setelah kegiatan belajar mengajar di kelas selesai disajikan, guru dan peneliti mengevalusi proses dan hasil belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar tersebut. 3. Guru memahami musikalisasi puisi sebagai suatu bentuk penyajian puisi dalam bentuk lagu. Selanjutnya memberikan contoh bentuk musikalisasi puisi dengan menggunakan model sesuai dengan media yang tercantum dalam skenario pembelajaran. 4. Dalam setiap pertemuan, siswa diminta mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi. 5. Guru dan peneliti menyusun catatan tersendiri sebagai hasil observasinya terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan guru. 6. Pada setiap akhir pertemuan, siswa diminta untuk mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi secara perseorangan dengan penilaian yang meliputi penjiwaan, suara, dan gerak yang baik. Pada akhir siklus, akan diadakan evaluasi atas 3 pertemuan yang telah dilakukan, untuk melihat peningkatan apresiasi puisi siswa dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi dengan proses dan hasil yang paling baik. Tolak ukur yang digunakan dalam penilaian ini adalah kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi berdasarkan kriteria penilaian yang dibuat. 2) Tindakan (acting) Pada siklus ini, peneliti menyajikan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kelas menggunakan strategi pembelajaran dengan media
  • 26. 26 yang berbeda pada tiap pertemuan. Strategi yang digunakan juga merupakan cara yang bervariasi dan menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini disesuaikan dengan pendekatan kontekstual yang menerapkan metode belajar yang bervariasi pada proses pembelajaran. Setiap pertemuan akan diisi dengan kegiatan belajar yang memaksa siswa untuk aktif dan produktif. Peneliti meneliti jalannya proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Baik guru maupun peneliti akan mencatat dan memonitor kejadian-kejadian selama kegiatan belajar mengajar belangsung, mulai dari proses sampai hasil. Ini dilakukan untuk mempersiapkan perbaikan dan tindakan pada siklus selanjutnya. 3) Pengamatan (observasi) Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap proses belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Reaksi dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran akan dicatat oleh peneliti. Reaksi tersebut dapat berupa sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil dari kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan pada saat mengapresiasi sebuah puisi dalam bentuk membacakan puisi yang disajikan oleh guru. Semua itu akan dicatat oleh peneliti pada kolom keterangan. Selain itu, guru kelas juga memberikan penilaian sesuai dengan format penilaian yang telah dibuat. 4) Refleksi (reflection) Pada tahap ini peneliti dan guru kelas akan mendiskusikan hasil observasi kegiatan yang berupa kemampuan siswa dalam mengapresiasi sebuah puisi melalui catatan dan penilaian yang dibuat pada setiap pertemuan. Jika pada siklus ini indikator yang ingin dicapai dianggap belum tercapai maka akan dilakukan
  • 27. 27 langkah-langkah pengembangan strategi yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. 3.4.2 Indikator Keberhasilan Untuk melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan siswa dalam mengapresiasi puisi pada siklus ini, peneliti dan guru berlandaskan kepada hasil penilaian yang bersifat autentik. Ini disesuaikan dengan komponen pendekatan kontekstual authentic asssasement. Akan tetapi untuk penilaian proses, guru dan peneliti akan memberikan penilaian secara terpisah. Tingkat keberhasilan siswa dalam mengapresiasi puisi melalui musikalisasi puisi ini mengacu pada penilaian pada tingkat apresiasi yang meliputi kemampuan siswa dalam membaca puisi meliputi penjiwaan, suara, dan gerak pada saat membaca puisi. Adapun bobot penilaiannya adalah: Penjiwaan 50% Suara 25% Gerak 25% Jumlah 100% 3.5 Pengumpulan Data Data diambil dari hasil penelitian dengan menggunakan lembar catatan kolaborator (peneliti), lembar catatan guru, dan nilai apresiasi puisi. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut: 1) Nilai awal diperoleh dari tes awal siswa mengapresiasi puisi dalam benntuk membaca puisi dengan kriteria penilaian pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa ketika membaca puisi.
  • 28. 28 2) Catatan kolaborator (peneliti ) dan catatan guru diperoleh sebagai hasil pengamatan dan penilaian terhadap peroses kegiatan belajar mengajar siswa selama siklus 3) Nilai siklus diperoleh dari tiga pertemuan dalam proses pembelajaran apresiasi Puisi melalui tes apresiasi puisi seperti pada tes awal. 3.6 Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) Lembar catatan peneliti, 2) Lembar catatan guru 3) Format penilaian apresiasi puisi/ nilai autentik kemampuan mengapresiasi puisi Dengan pedoman penelitian sebagai berikut: 1) Catatan kolabolator (peneliti) adalah mencari jawaban bagaimana dan seberapa jauh intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. 2) Catatan guru adalah seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, pada apa dan dalam bentuk apa perubahan itu terjadi, mengapa demikian, apa kelebihan dan kekurangannya, serta langkah-langkah penyempurnaan apa yang harus dilakukan. 3) Penilaian autentik kemampuan mengapresiasi puisi yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi dengan penjiwaan, suara, dan gerak yang baik ketika membaca puisi..
  • 29. 29 Format Penilaian Kemampuan Membaca Puisi: No. Nama Puisi Penilaian keterangan Penjiwaan Suara Gerak Jumlah Akhir Siswa 50% 25% 25% Tabel penilaian ini dikutip dari Sumardi dan Abdul Rozak Proposal Seminar Skripsi
  • 30. 30 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI PADA SISWA KELAS I SMA NEGERI Marlina 2115020101 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2005