1. 2006
Digital Culture
Periode Pengembangan 2006 ‐ 2007
Catatan Pengembangan Budaya Digital di Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Bagian I Rekomendasi Penerapan Teknologi Informasi di
Lingkungan Yayasan al‐Musaddadiyah
Bagian II Analisa Spesifikasi Server Dan Ruangannya Di Sekolah
Tinggi Teknologi Garut
Bagian III Rekomendasi Otomatisasi Penyalaan dan Pematian Data
Center Server
Bagian IV Implementasi Konsep Sistem Otomatisasi Penyalaan dan
Pematikan Data Center Server
Bagian V Sepuluh Tahun Jaringan Komputer Di Lingkungan
Yayasan Al‐Musaddadiyah
Rinda Cahyana
[Type the company name]
PERPUSTAKAAN [Pick the date]
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2006
2. 2 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
KATA PENGANTAR
Pengembangan Teknologi Informasi di Sekolah Tinggi Teknologi Garut secara umum dibagi
ke dalam dua wilayah, yakni infrastruktur dan aplikasi. Pembangunan infrastruktur TI dimulai
jauh sebelum tahun 2000 dalam bentuk instalasi jaringan kabel untuk mendukung kegiatan
kantor dan praktikum di laboratorium computer. Pembangunan aplikasi TI dilakukan STT‐Garut
dalam rentang waktu yang hampir bersamaan. Sistem Informasi pertama STT‐Garut dibuat oleh
Zakky Ahmad yang merupakan staf TI STT‐Garut dan Dosen PNS sejak tahun 2005 di lingkungan
Kopertis Wilayah IV. Program aplikasi komputer yang dibuat oleh beliau adalah Sistem Informasi
Manajemen Akademik (SIMAK) yang digunakan untuk menyimpan dan mengolah data akademik
mahasiswa, yang meliputi nilai akademik, penjadualan kuliah dan ujian, hingga transkrip nilai.
Perkembangan Teknologi Informasi yang begitu cepat ternyata tidak membuat STT‐Garut
tertinggal. Tatkala prosesor 1 Ghz masuk ke market Indonesia, tidak lama kemudian STT‐Garut
memutuskan untuk mengganti 15 unit komputer di Laboratorium Komputernya yang
berprosesor 233 dan 166 MHz dengan 45 unit computer dengan kecepatan prosesor lebih dari 5
kali lipat dari kecepatan prosesor komputer sebelumnya. Penggantian teknologi tersebut
dimaksudkan agar seluruh civitas akademik di lingkungan STT‐Garut termotivasi untuk tanggap
terhadap perkembangan teknologi dan dapat menggunakan berbagai piranti teknologi informasi
terkini.
Pada saat itu, STT‐Garut adalah satu‐satunya lembaga pendidikan di Garut yang memiliki
laboratorium komputer berprosesor di atas 1,5 GHz. Sekarang, pendidikan tinggi lainnya di Garut
‐ seperti Universitas Garut ‐ mengikuti jejak STT‐Garut dengan melengkapi Laboratoriumnya
dengan komputer berprosesor di atas 1.5 GHz.
Sementara itu, lembaga pendidikan SMU dan SMK pun tidak kalah tanggap dibandingkan
perguruan tinggi. Laboratorium computer SMU dan SMK di lingkungan Yayasan al‐Musaddadiyah
hingga kini memiliki computer berprosesor di atas 1.5 GHz dengan jumlah lebih dari 200 unit.
Dengan demikian, seperti yang pernah saya sampaikan dalam acara perkuliahan Pengantar
Teknologi Informasi, Masyarakat Garut tidak perlu menghawatirkan kebutuhan pendidikan akan
teknologi terkini, karena beberapa lembaga pendidikan di Garut sudah menunjukan daya
tanggapnya terhadap perkembangan teknologi dan kemampuannya untuk menyediakan
perangkat teknologi tersebut.
Ada perangkat saja tentu tidak cukup, Yang terpenting adalah seberapa banyak sumber
daya manusia yang siap menggunakan perangkat teknologi tersebut. Tetapi ada yang lebih
penting lagi dari itu semua, yakni apa yang harus dilakukan oleh sumber daya manusia dengan
perangkatnya tersebut. Untuk mengetahui dan mengimbangi kemajuan yang ada di kota besar,
kita tinggal masuk ke internet dan bergabung dengan komunitas yang ada untuk menyerap dan
mengambil informasi atau referensi yang diperlukan, untuk kemudian diamalkan dan
didiskusikan di Garut melalui forum atau media cetak. Yang demikian itu adalah cara termudah
dan termurah yang dapat dilakukan oleh kita yang berkedudukan di luar kota besar. Namun
sudah seberapa baik jaringan internet di kota Garut ini?
Di wilayah aplikasi, STT‐Garut tidak berhenti sampai aplikasi program SIMAK. Tahun 2004,
STT‐Garut mulai mengoperasikan program Sistem Pembayaran (SIYAR) yang berfungsi sebagai
simpanan dan pengolah data pembayaran uang kuliah mahasiswa. Sama halnya dengan SIMAK
dalam hal akurasi dan kecepatan distribusi informasi seputar hasil studi kepada manajemen
3. 3 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
perguruan tinggi dan mahasiswa, SIYAR memberikan akurasi dan kecepatan distribusi informasi
pembayaran dan tagihan uang kuliah kepada manajemen perguruan tinggi dan mahasiswa.
Satu tahun kemudian, usaha pengembangan aplikasi TI merambah ke pengolahan data
kehadiran dan honor Dosen. Rekap kehadiran untuk menentukan honor dosen yang biasanya
dilakukan satu hari kerja dilakukan oleh program aplikasi Absentor hanya 1 menit saja. Dengan
waktu di bawah 1 menit, Absentor dapat menyajikan informasi kehadiran dosen sebagai bahan
evaluasi manajemen. “Absentor merupakan langkah awal menuju Sistem Kepegawaian yang
dapat memberikan layanan yang mendukung tugas pegawai, pengendalian dan informasi atas
pekerjaan dan keuangan pegawai melalui jaringan computer dan SMS”.
Jika sebelum tahun 2006 orientasi pengembangan TI hanya sebatas membangun jalur
distribusi informasi yang cepat kepada manajemen, maka setelah tahun 2006 STT‐Garut mulai
membangun jalur distribusi informasi kepada public, khsusnya mahasiswa. Pembangunan jalur
ini dimulai dengan pengadaan SMS Center untuk distribusi informasi kepada mahasiswa seputar
hasil studi dan pembayaran uang kuliah melalui layanan pesan singkat (SMS). Untuk kalangan
lebih luas lagi, STT‐Garut mendirikan situs di internet www.STTGarut.ac.id. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa STT‐Garut hingga 2007 ini telah mengembangkan Sistem Informasi
yang menggunakan media transmisi SMS dan jaringan computer, dengan cakupan wilayan yang
luas untuk kepentingan publik(internet atau Wide Area Network), dan kantor (Local Area
Network).
Perkembangan pesat tersebut tentu saja karena perhatian yang sangat besar dari pihak
manajemen. Seperti dikutip dari perkataan sekretaris jurusan Teknik Industri, Andri Ikhwana
kepada saya: “Pak Ali (Prof Dr. H. M. Ali Ramdhani, Ketua STT‐Garut) berkata: saya akan focus
pada pengembangan TI”. Komitmen ketua STT‐Garut yang menyandang gelar professor di usia
muda tersebut memang bukan hanya isapan jempol belaka, hal tersebut dibuktikan oleh beliau
dengan mengadakan dua unit server HP Proliant ML150 Generation 3 untuk mendukung Sistem
Informasi dan pengembangannya, dan ruang server khusus yang menyatu dengan ruang kantor
TI. Selain itu, beliau juga mewujudkan program akses internet 24 jam di Free Internet Hotspot
Area STT‐Garut yang menandai awal era wireless di lingkungan STT‐Garut.
Semua pembangunan TI dan pengembangannya di STT‐Garut dari dulu hingga sekarang
dilakukan oleh sumber daya manusia yang ada di STT‐Garut. Dengan kata lain, STT‐Garut telah
berhasil membawa kemajuan teknologi informasinya hingga ke tingkat sekarang ini dengan
kedua tangannya sendiri, dan tentu saja bantuan dana, tenaga, dan fikiran dari berbagai pihak.
Hal ini kemudian meyakinkan pihak Yayasan al‐Musaddadiyah untuk mempercayakan
penanganan Teknologi Informasinya kepada STT‐Garut. Kerjasama pertama yang terjadi pada
tahun 2007 ini adalah pengelolaan dan distribusi internet. Saya hanya memiliki satu harapan,
bahwa STT‐Garut harus dapat menjadi Internet and Information System Service Center (I2S2C)
untuk mendukung kepentingan semua institusi di lingkungan Yayasan al‐Musaddadiyah atas
internet dan sistem informasi.
Khusus untuk lingkungan STT‐Garut, rencana pengembangan TI ke depan yang sedang
dipersiapkan oleh Unit Teknologi Informasi adalah mengembangkan sistem informasi yang
beberapa informasi diantaranya dapat didistribusikan baik melalui jalur SMS ataupun jaringan
computer, Autotreatment PCs, implementasi paperless, dan konversi media transmisi kabel ke
wireless. Usaha pembangunan infrastruktur dan aplikasi untuk mewujudkan STT‐Garut sebagai
Internet and Information System Service Center di lingkungan Yayasan al‐Musaddadiyah
dijalankan oleh saya bersama beberapa asisten dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam
Unit Teknologi Informasi STT‐Garut dengan sandi Yamusa Cyberspace.
4. 4 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Kumpulan artikel ini merupakan tulisan‐tulisan yang saya buat sebelum pencanangan
program Yamusa Cyberspace oleh Unit Teknologi Informasi, dan selama menjalankan program
tersebut, dan insya Alloh hingga IIS2C kelak terwujud.
Banyak sekali pengalaman yang saya dapat dari dulu – pada saat saya masih menjadi
mahasiswa dan menjadi asisten koordinator Laboratorium – hingga sekarang ini. Saya ingin
berbagi sedikit ide, pengetahuan, dan pengalaman dengan orang‐orang.
Dokumentasi ini saya lakukan semata karena saya ingin mensyukuri nikmat kesempatan dan
pengetahuan yang Alloh berikan. Mudah‐mudahan ada manfaatnya, dan Alloh mengampuni
segala kelalaian yang saya lakukan selama mengambil kesempatan dan pengetahuan yang
dikaruniakan‐Nya tersebut. Amien.
Penulis
R. Cahyana, ST
Sebagian besar dari kata pengantar ini telah dimuat di surat kabar lokal Garut Pos, yang saya
buat sebagai pemberitaan dari jurusan Teknik Komputer STT‐Garut.
5. 5 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
BAGIAN I
REKOMENDASI PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DI LINGKUNGAN YAYASAN AL‐
MUSADDADIYAH
A. PENDAHULAN
Perkembangan Teknologi Informasi dewasa ini semakin meluas dan cepat, meliputi segala
bidang kegiatan manusia, serta menggunakan infrastruktur dan aplikasi canggih yang
menjanjikan akurasi, kecepatan, dan biaya operasi murah pada setiap pekerjaannya.
Keuntungan besar yang diberikan oleh Teknologi Informasi telah menyebabkan Bank Mandiri
tidak ragu untuk menginvestasikan dananya sampai US$ 200 juta untuk Teknologi Informasi.
Demikian pula dengan perusahaan lainya. Sebuah perusahaan riset independent Financial
Insights, memprediksi dana investasi perbankan di Indonesia mencapai US$ 500 juta di tahun
2006.
Teknologi informasi yang merupakan penggabungan antara Teknologi Komputer dan
Teknologi Telekomunikasi (PTI) memberikan kemampuan kepada lembaga, industri atau
perusahaan berupa peningkatan kecepatan waktu pencarian, pengolahan dan distribusi
informasi dari tempat manapun dan ke tempat manapun juga secara signifikan.
Apa yang diberikan oleh Teknologi Informasi tersebut memungkinkan bagi setiap pengambil
keputusan untuk dapat melakukan tindakan manajemen strategis secepat mungkin, seperti
memprediksi untung‐rugi usaha seakurat mungkin, mendeteksi dan mengantisipasi masalah
sedini mungkin, serta mengambil keputusan dan mensosialisasikannya secepat mungkin, dengan
tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Bukan hanya menjanjikan kinerja tinggi dalam hal pengelolaan informasi, teknologi ini pun
memberikan feedback yang baik kepada pegawai dan keuangan. Penerapan teknologi yang
mendukung pekerjaan dapat mengurangi beban kerja pegawai sehingga mereka memiliki
kesempatan untuk menggarap bidang lain yang sebelumnya tidak tergarap, atau dengan kata
lain memperluas dan memperdalam wilayah pekerjaan dalam lingkup job description dan
kompetensinya.
Pada perkembangan berikutnya, sebagian besar pekerjaan kemudian dapat ditangani oleh
perangkat teknologi informasi sehingga kebutuhan perusahaan akan pegawai menjadi
berkurang. Pengurangan pegawai akan menyebabkan beban honor berkurang. Kemudian dana
dapat dialokasi kepada hal lainnya yang penting, seperi peningkatan gaij pegawai, atau menjadi
investasi jangka panjang perusahaan untuk keperluan pengembangan usaha, peningkatan
layanan, atau pengembangan teknologi.
Penggunaan Teknologi Informasi oleh sebagain besar lembaga, industri dan perusahaan,
telah menciptakan daya saing yang lebih cepat lagi, di mana setiap pemilik modal akan dapat
mengambil keuntungan dari perusahaannya secepat mungkin sepanjang lawan bisnisnya kalah
dalam menerapkan Teknologi Informasi.
Tetapi keuntungan yang dapat diberikan oleh Teknologi ini tergantung kepada orang
yang menggunakannya. Jika tidak direncanakan sebaik mungkin dan diterapkan setepat
mungkin, boleh jadi hanya akan menyebabkan pengurangan nilai, dan bahkan pembuangan uang
6. 6 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
atau kerugian secara finansial. Oleh karenanya, dibutuhkan identifikasi kebutuhan perusahaan
terhadap teknologi informasi secermat mungkin, pemilihan perangkat teknologi informasi yang
tepat, desain infrastruktur yang menjamin keamanan, dan sumber daya pengelola atau
pengembang yang kompeten.
B. DASAR PEMIKIRAN
Kegiatan pengelolaan Yayasan al‐Musaddadiyah atas sejumlah lembaga pendidikan telah
melahirkan sejumlah mekanisme pelaporan dan pengontrolan, serta sejumlah jalur koordinasi
antar bagian kepengurusan. Terkadang, arus informasi mengalir dari lembaga pendidikan ke
yayasan atau sebaliknya berjalan dengan lambat. Kelambatan terjadi karena pengolahan
informasi yang banyak dan distribusi antar tempat yang jauh masih dilakukan secara manual.
Terlebih jika terjadi revisi atas informasi, maka pengambilan keputusan menjadi lebih lambat
lagi. Ini adalah hambatan pertama Manajemen Yayasan dalam hal kecepatan kerja dan akses.
Hambatan kedua adalah lebarnya ruang dan waktu yang kemudian menyebabkan
pengawasan proaktif dari Manajemen Yayasan menjadi lambat. Berbagai informasi terkait
dengan persoalan atau kondisi di lapangan yang datang dengan cepat kebanyakan tidak objektif
karena tidak berdasarkan penelusuran data real secara menyeluruh. Ini merupakan hambatan
Manajemen yang dapat menggangu dinamika lingkungan kerja, dan tak jarang menimbulkan
persoalan antara bawahan dan atasan, atau antar bagian, yang kemudian dapat menurunkan
semangat, kualitas, dan sikap kerja para pegawai.
Jawaban bagi kedua hambatan Manajemen tersebut adalah penerapan teknologi informasi
yang menjanjikan kecepatan kerja dan akses ke sumber informasi yang tinggi, dan penyediaan
sumber daya yang mendukung implementasi teknologi tersebut. Ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk mewujudkannya:
a. Membentuk Team Work yang kompeten di bidang Administrasi, Manajemen dan
Teknologi Informasi untuk menentukan rencana atau langkah tepat otomatisasi atau
komputerisasi.
b. Pemilihan perangkat teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan dana.
c. Pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi.
d. Pengamanan resource dan jalur distribusi secara hardware dan software.
e. Perawatan dan pengembangan teknologi informasi secara bertahap, terjadwal dan
terencana oleh unit khusus.
C. PEMBAHASAN
1. Pembentukan Team Work
Pemilihan anggota Team Work dilakukan berdasarkan pemahaman atau pengetahuannya
tentang Administrasi pekerjaan manual yang akan diotomatisasi, Manajemen informasi yang
meliputi jalur koordinasi dan prosedur pelaporan, dan Teknologi Informasi. Anggota team ini
terdiri dari:
7. 7 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
a. Manajemen Yayasan yang memiliki kebijakan administrasi, jalur koordinasi, dan
prosedur pelaporan.
b. Administratur di lembaga pendidikan yang selama ini mengolah informasi, membuat
pelaporan, dan melaporkannya.
c. Praktisi Teknologi Informasi yang memahami karakteristik dan nilai perangkat Teknologi
Informasi, menguasai Life Cycle Engineering, dan manajemen proyek.
Dalam pelaksanaannya nanti, banyak jalur koordinasi yang dihilangkan atau diubah
menjadi kebijakan virtual Manajemen berbasis software yang diberlakukan di lingkungan
jaringan kerja komputer (computer network). Sementara otomatisasi kegiatan dan berkas
administrasi dilakukan dengan memperhatikan kebijakan administrasi yang telah berlaku,
dengan menyesuaikan daya akomodasi teknologi informasi terhadap kebijakan tersebut. Dan
pengadaan perangkat teknologi disesuaikan dengan kebutuhan terkini yang daya gunanya
jangka panjang, serta disesuaikan dengan dana yang tersedia.
2. Pemilihan perangkat teknologi
Pemilihan teknologi akan tepat dilakukan apabila rujukan berupa peta dan rencana
otomatisasi berikut pengembangannya telah dibuat oleh Team Work. Rujukan ini diperlukan
untuk memastikan perangkat yang dipilih berdaya guna jangka panjang. Hal tersebut
dimaksudkan agar dalam pengembangan di masa depan, tidak perlu lagi mengganti perangkat
yang sudah diadakan pada proses pengembangan sebelumnya. Dengan demikian, dijamin tidak
akan ada dana yang terbuang percuma.
Pemilihan perangkat juga disesuaikan dengan spesifikasi kebutuhan perangkat otomatisasi,
kemudahan dan kenyamanan pengguna, dan denah lokasi. Spesifikasi sangat menentukan harga
perangkat teknologi, yang apabila tidak sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya akan
memberikan penghamburan dana dan kegagalan implementasi.
3. Peta Infrastruktur Teknologi Informasi
Infrastruktur teknologi informasi yang dibutuhkan meliputi:
a. Perangkat manajemen informasi yang meliputi: input / output device, data processing
system, informatioan system, dan database server.
b. Perangkat keamanan berupa manajemen akses, dan security server yang menangani
berbagai bentuk gangguan yang menyerang infrastruktur, dengan kemampuan
pembaruan kemampuan terpusat dan scanning hingga ke wilayah kmputer client yang
tehubung dengannya.
c. Perangkat komunikasi berupa jaringan komputer, teleconference, email server, dan lain
sebagainya.
Dengan memperhatikan aspek keamanan dan biaya, maka seluruh server dialokasikan pada
satu tempat khusus, dengan satu pengelola (Admin Server). Ruangan tersebut harus dipastikan
mendukung keamanan dan performa server dengan perlindungan dari lonjakan suhu dan arus
listrik ektrem, terputusnya listrik secara tiba‐tiba, akses orang yang tidak dikehendaki, dan lain
sebagainya.
8. 8 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Selanjutnya, antar gedung dihubungkan dengan jaringan komputer menggunakan access
point. Penggunaan perangkat wireless lebih aman dibandingkan dengan kabel, dan dapat
menurunkan biaya perawatan.
Pembangunan jaringan antar gedung atau antar lembaga dengan pengelolaan layanan
terpusat di server dapat menurunkan biaya pengadaan dan perawatan komputer di seluruh
lembaga. Dengan anti virus terpusat, setiap lembaga kini tidak perlu lagi mengeluarkan biaya
internet atau pembelian software untuk memperbaharui anti virus karena pembaharuan cukup
dilakukan di server. Sementara layanan simpanan data terpusat memberikan keuntungan dari
sisi keamanan data, di mana setiap lembaga tidak perlu lagi mengkhawatirkan datanya hilang
karena server telah mengelola dan mengamankan data penting pada simpanan datanya.
4. Unit Teknologi Informasi
Keuntungan ini tidak akan menggangu kelancaran kegiatan administrasi sepanjang unit
Teknologi Informasi selaku pengelola perangkat teknologi tersebut memastikan kelancaran
konektifitas dan keamanan seluruh perangkat teknologi setiap harinya.
Unit ini bertugas bukan hanya sebagai instalator peralatan TI, tetapi juga sebagai tenaga
ahli yang menangani trouble shooting atau maintenance perangkat TI, pengembang sistem
informasi, pengelola server, dan lain sebagainya.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Pemetaan teknologi informasi sebaikan dilakukan secara hati‐hati, dengan memperhatikan
keyakinan Manajemen akan penggunaan perangkat TI, kompetensi orang yang menanganinya,
ketersediaan dana, kepastian balik modal dana pembelian perangkat teknologi, kesiapan tenaga
pengembang, maintenance, dan yang mengoperasikannya.
Infrastruktur TI dan segala bentuk kegiatan yang menggunakannya sudah barang tentu
menyebabkan Manajemen kemudian harus mengeluarkan biaya operasional dan honor tenaga
TI. Namun pengeluaran itu akan memberikan keuntungan lebih besar, seperti peningkatan
kecepatan informasi dan kerja pegawai, dan juga tambahan dana investasi dari pengurangan
pegawai.
Artikel ini saya kirimkan kepada Sekretaris Yayasan al‐Musaddadiyah melalui istri beliau
sebagai peyakinan bahwa penerapan Teknologi Informasi di Yayasan akan memberi manfaat
yang sangat banyak. Saya melihat, antusias pimpinan Yayasan al‐Musaddadiyah dari jaman alm.
KH. Abdullah Margani Musaddad, Ir. hingga KH. Abdul Halim Musaddad, Lc. begitu besar kepada
Teknologi Informasi. Dengan artikel ini saya ingin meyakinkan bahwa antusias tersebut
bermanfaat bagi kemajuan Yayasan, sekaligus memberi ingatan agar Yayasan membuat skala
prioritas yang tepat dalam pembelian perangkat teknologi informasi dan mepertimbangkan
kesiapan pengelola perangkat tersebut.
9. 9 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
BAGIAN II
ANALISA SPESIFIKASI SERVER DAN RUANGANNYA DI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
Abstrak : Ruang server di Sekolah Tinggi Teknologi Garut dirancang tidak hanya untuk
membatasi pengguna yang dapat berinteraksi secara fisik dengannya, tetapi juga agar komputer
server dapat beroperasi sendiri secara otomatis setiap hari, dan dikontrol serta dikelola oleh
administrator secara remote (kendali jauh). Beberapa penataan perangkat pendukung pasokan
daya berikut pengamanannya, dan aliran udara di ruang server dilakukan untuk memastikan
komputer server dapat beroperasi setiap hari tanpa terganggu oleh suhu ruangan ekstrem,
ataupun kehilangan pasokan dan perubahan tegangan listrik ekstrem.
A. KOMPUTER SERVER
Gambar 1 : Layout Jaringan Computer Dan Listrik Di Ruang Server Di Sekolah Tinggi Teknologi
Garut Tahun 2006
Pada suatu kelompok kerja (workgroup) dalam suatu wilayah jaringan kerja (area network),
komputer server memerankan fungsi penting sebagai penyedia berbagai layanan yang
diperlukan oleh para pengguna komputer (user) dan dukungan terhadap jaringan itu sendiri.
Berbagai layanan yang dimiliki oleh komputer server digunakan oleh administrator untuk
mengakomodasi keperluan kerja user, seperti penyimpanan data khusus yang aman dan
terkendali pada simpanan data komputer server, penggunaan alat cetak bersama, akses
internet, manajemen anti virus terpusat, SMS Gateway, server basis data, dan lain sebagainya.
10. 10 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
B. WORKGROUP
Microsoft mendefinisikan Workgroup sebagai berikut : A simple grouping of computers,
intended only to help users find such things as printers and shared folders within that group.
Workgroups in Windows do not offer the centralized user accounts and authentication offered by
domains. (Microsoft)
Di Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STT‐Garut), secara umum workgroup terbagi menjadi 3
bagian, yakni COMPLAB (Computer Laboratoy) yang mewakili area kerja computer praktikum di
laboratorium computer, OFFICE yang mewakili area kerja computer kantor STT‐Garut, dan
SERVER yang mewakili area kerja computer Server. Setiap workgroup terhubung melalui switch‐
nya masing‐masing. Untuk keamanan dan kekhususan yang memungkinkan computer pada area
COMPLAB tidak memasuki area OFFICE, maka sebagai solusi firewall, saya menggunakan kelas
internet protocol (IP) yang berbeda untuk masing‐masing workgroup.
C. GATEWAY SERVER
Microsoft mendefinisikan Gateway sebagai berikut : A device connected to multiple physical
TCP/IP networks capable of routing or delivering IP packets between them. A gateway translates
between different transport protocols or data formats (for example, IPX and IP) and is generally
added to a network primarily for its translation ability. (Microsoft)
Gateway diistilahkan pula sebagai jembatan penghubung antar protocol dalam kasus
interoperating dua sistem operasi yang berbeda : In the context of interoperating with Novell
NetWare networks, a gateway acts as a bridge between the server message block (SMB) protocol
used by Windows networks and the NetWare core protocol (NCP) used by NetWare networks. A
gateway is also called an IP router. (Microsoft)
Salah satu server di STT‐Garut diberi akhiran GW yang merupakan kependekan dari
Gateway. Kedudukan gateway pada computer server STTG‐GW adalah sebagai jembatan
penghubung antara STT‐Garut dengan Internet. Selain itu, di luar kontek gateway, server STT‐
GW menjadi mediator yang menyediakan folder atau directory bagi semua computer di dua area
yang tidak dapat saling berhubungan. Artinya STT‐GW tidak menghubungkan secara langsung
kedua area tersebut, tetapi memfasilitasi kebutuhan pemindahan data melalui simpanan data
yang dilokalisasikan pada folder sharing server.
Selain menyediakan folde sharing, juga menyediakan layanan lainnya yang digunakan oleh
computer di dua area network. Layanan tersebut seperti : internet sharing atau internet remote
control yang memungkinkan user di kedua area network mengakses internet melalui computer
Gateway Server, dan Anti Virus dengan arsitektur Client Server yang memungkinkan Gateway
Server menangani serangan virus pada area network yang dijangkaunya, dan mengelola update
virus devinition secara terpusat sehingga update pada seluruh anti virus client yang terpasang di
semua computer dilakukan hanya oleh server.
1. Jembatan Komunikasi Terbatas Dua Area Network
Untuk kepentingan akses komputer Jurusan ke beberapa folder atau directory praktikum
dan pendukungnya di laboratorium komputer dilakukan melalui komputer Gateway Server
(STTG‐GW). Server ini tidak meneruskan akses dari area OFFICE ke COMPLAB atau sebaliknya,
tetapi menjembatani dengan menyediakan folder atau directory yang dapat diakses bersama
oleh semua computer di dua area tersebut. Beberapa directory yang disediakan seperti : folder
11. 11 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
PRAKTIKUM untuk menyimpan data praktikum mahasiswa di laboratorium computer, dan folder
SOURCE untuk menyimpan bahan praktikum dosen dan asisten praktikum. Dengan demikian,
dosen dapat memeriksa hasil praktikum mahasiswanya atau mengirim data praktikum kapanpun
dan di manapun di area OFFICE dengan tanpa bergantung kepada hidup atau matinya computer
praktikum di area COMPLAB.
Untuk kepentingan tersebut, server ini menggunakan dua alamat IP yang mewakili dua
kelas yang digunakan oleh kedua area network tersebut. Misalnya server menggunakan alamat
192.168.0.1 dan 10.10.10.1, di mana kelas pertama akan menghubungkan ke group yang
menggunakan alamat pada kelas yang serupa, dan demikian pula dengan kelas kedua.
Sementara itu, beberapa directory yang secara khusus disediakan hanya untuk user di area
OFFICE atau oleh Administrator dan tidak untuk user di area COMPLAB dibagi dengan
pembatasan akses. Pembatasan itu dilakukan dengan menentukan daftar user yang diizinkan
mengakses directory tersebut.
Gambar 2 : Dialog Untuk Membatasi User Yang Mengakses Folder Pada Microsoft Windows
2. Internet Sharing
Internet sharing digunakan dengan memasang aplikasi internet gateway pada komputer
server sehingga memungkinkan semua user dapat mengakses internet pada komputernya.
Pengiriman data internet terjadi di antara server dan client melalui port tertentu.
Setiap software internet gateway menggunakan alamat port berbeda‐beda. Layanan
Internet Sharing dalam Microsoft Windows menggunakan port 80 atau 8080, sementara
AnalogXProxy menggunakan alamat port 6588.
12. 12 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Karena layanan internet sharing Windows tidak dimungkinkan bila server memiliki lebih dari
satu alamat IP dan alamatnya selain 192.168.0.1, maka gatway Server STT‐Garut (STTG‐GW)
yang memiliki dua alamat IP menggunakan perangkat lunak dari partai ketiga yang
mengakomodasi server dengan dua alamat IP, seperti perangkat lunak freeware AnalogXProxy.
Dengan gateway tersebut, baik area COMPLAB ataupun OFFICE dapat mengakses internet
melalui STTG‐GW.
Dikarenakan software internet gateway yang digunakan STT‐GW tidak dapat login ke
provider internet begitu user pada komputer client membuka browser internet, maka login
dilakukan oleh user pada computer client melalui aplikasi internet remote control, seperti
perangkat lunak freeware Internet Remote Control yang dipublikasikan oleh Bysoft di
www.bysoft.com. Kalau layanan internet sharing Microsoft Windows aktif, biasanya aplikasi
seperti ini muncul secara otomatis pada computer client, dalam bentuk short cut pada Network
Connection pada bagian Control Panel, seakan‐akan computer client memiliki modem yang
terhubung langsung dengan CPU.
Untuk membatasi pengguna internet, maka pemasangan aplikasi Internet Remote Control
dilakukan hanya pada beberapa computer dibawah izin dan pengawasan lembaga STT‐Garut.
Sampai bulan Agustus 2006, aplikasi ini telah dipasang pada semua computer ketua jurusan dan
bagian akademik (B.A.A.K) untuk kepentingan akademik.
3. Anti Virus Client Server
Perkembangan virus sama cepatnya dengan perkembangan perangkat lunak dan perangkat
keras. Dalam tiga bulan muncul berbagai virus jenis baru dengan bentuk ancaman baru. Virus
selain dibuat untuk pengujian keandalan perangkat informasi, atau untuk melumpuhkan lawan
produsen perangkat lunak atau perangkat keras yang terdiri dari para pembajak dan
pengembang perangkat yang sama, juga dibuat sekedar iseng untuk ketenaran, hingga perang
sistem informasi.
Sumber virus tidak selalu berasal dari luar sistem, dapat juga berasal dari dalam system.
Virus dan ancaman keamanan lainnya bukan semata‐mata serangan dari luar system, tetapi
juga dapat bias dari dalam system, dari pegawai yang tidak puas atau pegawai yang merasa
diabaikan kewenangannya oleh kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan wewenang
penggunaan software atau dalam menentukan pengaturan software (David)
Mengingat kecepatan perkembangan virus tersebut, beberapa produsen anti virus dan
laboratorium mengeluarkan software anti virus berikut definisi virus yang memungkinkan anti
virus mengenali berbagai jenis virus baru. Beberapa software anti virus menyediakan layanan
live update melalu internet ataupun melalui file untuk memperbaharui definisi virus, sehingga
anti virus dapat mengenali virus terkini.
Anti Virus yang dibangun dengan arsitektur Client Server memungkinkan bagi administrator
untuk melakukan pengelolaan anti virus secara terpusat, mulai dari penjadualan pemindaian
virus seluruh computer klien, pembaharuan definisi virus semua computer klien dengan hanya
memperbaharui definisi virus server, isolasi file terinfeksi terpusat, dan lain sebagainya.
13. 13 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Gambar 3 : Console untuk penanganan virus terpusat pada Norton Symantec Anti Virus.
Untuk mengamankan seluruh computer di lingkungan STT‐Garut dari serangan virus, maka
seluruhnya dipasang anti virus client yang dikelola oleh anti virus server pada STT‐GW. Kemudian
administrator melakukan pengaturan pada anti virus server dalam hal penjadualan pemindaian
virus, laporan hasil pemindaian untuk clien, hak akses user atas anti virus client, dan
pembaharuan virus definition. Hasilnya, setiap jam istirahat semua computer dipindai oleh
server. Apabila virus definition‐nya sudah kadaluarsa atau computer clientdiserang virus,
administrator akan mengetahuinya dari laporan user atau dari komputernya, karena anti virus
server akan mengirimkan pesan ke seluruh computer client.
4. Akses Informasi Luas Terbatas dengan SMS Gateway
Bentuk komunikasi lain yang akan dikembangkan dengan mahasiswa berikut orang tuanya
adalah layanan informasi melalui SMS. Gateway ini akan dipasang pada server STTG‐GW karena
lebih aman dibandingkan di server lainnya. Penempatan ini dimaksudkan untuk menghindari
ancaman terhadap sistem informasi melalui SMS. Apabila STTG‐GW mengalami kerusakan,
system informasi tetap berjalan karena database‐nya tersimpan di database server khusus, yakni
STTG‐DB. Dengan demikian kegiatan transaksi berikut informasinya akan terus berjalan dan lebih
terjaga.
D. DATABASE SERVER
Salah satu komponen sistem informasi di STT‐Garut adalah database. Semua data transaksi
penting disimpan dalam database. Mengingat pentingnya kedudukan database bagi sistem
informasi, maka daftar pengguna database dibatasi. Komputer yang menjalankan database
server pun diisolasi di ruang server. Agar transmisi data lebih lancar, atau performa server
terjaga, dan data lebih aman, maka database dipasang pada computer khusus dan tidak pada
gateway server.
14. 14 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Gambar 4 : Backup database SIYAR dilakukan secara otomatis setiap hari
Komputer khusus ini kemudian diberi nama STTG‐DB. Selain menyediakan database server
yang mendukung sistem informasi di lingkungan STT‐Garut, STTG‐DB juga menyediakan folder
BACKUP untuk keperluan backup database atau penyimpanan salinan database periodik, yang
dibuka hanya untuk user yang berkepentingan, seperti administrator dan user Sistem Informasi
Managemen Akademik (SIMAK). Selain itu, folder tersebut juga digunakan oleh Database
Management System untuk menyimpan salinan backup database yang dilakukannya secara
otomatis dan periodic pada jam‐jam tertentu. Dan dalam periode yang lebih lama dari periode
tersebut, data backup itu disalin oleh Server ke dalam keping CD‐RW untuk didokumentasikan
diluar server.
Otomatisasi backup database dilakukan dengan service yang tersedia pada software aplikasi
database‐nya ataupun software operasi. Sebagai contoh, pada software aplikasi database
seperti SQL Server, otomatisasi backup dilakukan dengan menggunakan layanan maintenance
atau backup. Sementara pada software operasi seperti Windows XP, otomatisasi backup
database dilakukan dengan menggunakan layanan backup yang short cut‐nya tersedia pada
menu system tools. Alternatif lainnya adalah menggunakan software partai ketiga.
Gambar 5 : Layanan backup pada SQL Server melalui menu Maintenance dan menu Backup.
15. 15 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Gambar 6 : Tingkat Pembatasan Akses Setiap Server
E. DATACENTER SERVER
Selain dua server di atas, ada satu server yang diadakan untuk menyimpan file penting
lembaga STT‐Garut, mulai dari file kerja hinga salinan software aplikasi program atau driver
perangkat komputer. Sama dengan database, file penting yang tersimpan server ini hanya
diakses oleh user tertentu yang berkepentingan. Pembatasan selain dilakukan dengan mengatur
daftar user pada folder sharing, juga dilakukan dengan memberikan alamat IP yang berbeda
dengan yang digunakan oleh computer diluar area.
F. REMOTE ACCESS SERVICE
Agar server sangat dibatasi persentuhan secara fisik dengan siapapun, maka dengan staf
yang menanganinya (administrator) pun persentuhannya harus dibatasi. Administrator
menggunakan computer lain untuk mengelola server dengan aplikasi remote desktop atau
remote administrator. Pada gambar 1 sebelumnya terlihat bahwa ketiga server tidak dilengkapi
dengan i/o device seperti monitor dan keyboard. Administrator memasuki ketiga server melalui
computernya dengan menggunakan aplikasi remote, seperti remote desktop connection, virtual
network computing, dan lain sebagainya.
Server dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh administrator bukan hanya dalam radius local
area network, tetapi juga di manapun dan kapanpun sepanjang server terhubung dengan
jaringan komunikasi, apakah fiber optic, pemancar, ataupun telephone. Dengan demikian
administrator tidak terhambat pekerjaannya dalam mengelola server walaupun dia berada di
luar kota atau negara.
16. 16 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Gambar 7 : Dialog Remote Desktop Connection yang dapat digunakan oleh administrator untuk
mengakses Sever.
G. PERANGKAT PENDUKUNG SERVER
Yang akan dibahas sekarang adalah urgensitas perangkat pendukung bagi server yang telah
diotomatisasikan tersebut yang meliputi alat pengaman pasokan daya dan suhu udara.
1. Pencegahan Ganguan Listrik
Dua macam gangguan yang akan menggangu server dalam persoalan pasokan daya yakni:
pertama tegangan yang naik turun secara ekstrim, dan kedua hilangnya pasokan listrik ke server
karena pemadaman atau gangguan listrik. Dua alat yang digunakan untuk menghadapi gangguan
tersebut adalah Uninterruptible Power Supplies (UPS) dan stabilizer.
UPS digunakan untuk menjaga agar server tetap berjalan apabila pasokan listrik ke server
hilang. Karena jumlah server yang menggunakan UPS lebih dari satu, maka selain menggunakan
internal battery, juga mengunakan external battery. Apabila waktu terputusnya pasokan listrik
berlangsung lama, begitu simpanan listrik pada internal battery habis, pasokan kemudian
diberikan UPS dari external battery.
Gambar 8 : Model UPS dengan dukungan Stabilizer.
Sementara itu, Stabilizer digunakan untuk menjaga agar tegangan listrik ke server stabil,
sekalipun listrik mengalami naik turun tegangan secara ekstrim. Spesifikasi Stabilizer ditentukan
oleh besar tegangan listrik yang dihadapinya dan jumlah pengguna pasokan listriknya.
17. 17 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
2. Pencegahan Ganguan Panas
Motherboard dan bagian lainnya pada computer memiliki keterbatasan dalam menghadapi
temperatur panas. Apabila temperature di atas ambang maksimum, maka perangkat cerdas
dalam BIOS motherboard akan membuat computer melakukan start ulang (restarting) atau
shutdown. Semakin dingin mesin, semakin baik performa computer. Oleh karenanya, selain
melengkapi chasis CPU dengan kipas dengan tata arus udara yang baik, juga perlu melengkapi
ruang server dengan kipas dengan tata arus udara yang baik pula.
Sebagaimana pada chasis CPU, pada ruang server harus dilengkapi ventilasi dan kipas angin
yang menarik udara ke dalam ruang pada satu sisi dan mendorong keluar ruang pada sisi lainnya,
sehingga udara dalam ruang server dapat mengalir dengan baik. Aliran udara yang baik akan
memberikan suhu ruangan yang baik, dan memberikan pengaruh baik bagi semua server dalam
ruangan tersebut.
Gambar 9 : Pengaturan kipas di ruang server harus memiliki kwualitas hasil akhir yang sama
dengan hasil dari pengaturan arus udara pada chasis system NLX dan yang semislanya.
Artikel ini dibuat sebelum pembelian dua buah computer Server HP Proliant ML150
Generation 3, pembangunan ruang server, dan pemasangan air conditioner di ruang tersebut.
Artikel ini akan menjelaskan kenapa saya mengadakan Server dan mengisolasi Server pada
ruang khusus.
Saya mengadakan server di STT‐Garut sejak saya mengenal sistem operasi Novel Netware
dan Microsoft Windows NT Server v.4, sekitar tahun 2002 untuk kepentingan penyimpanan data
praktikum. Sebelumnya di STT‐Garut tidak ada komputer server, sekalipun aplikasi program
database semisal sistem informasi manajemen akademik sudah ada.
Ide pemisahan server seperti yang dituangkan dalam artikel ini muncul pada tahun 2004
pada saat aplikasi program Sistem Pembayaran yang saya buat menggunakan arsitektur
18. 18 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
database client‐server, di mana database manajemen system (DBMS) dan klien dijalankan pada
komputer terpisah. Pada saat itu saya menjadikan komputer Laboratorium lama sebagai Server
Gateway untuk berbagi internet antara kantor dan laboratorium, yang ekaligus sebagai Data
Center tempat menyimpan data praktikum. Sementara komputer server yang dibeli bersamaan
dengan pembelian computer Laboratorium berprosesor 1.5 GHz saya jadikan Server Database
tempat DBMS aplikasi Sistem Pembayaran tersebut.
Insfirasi utama saya dalam pemisahan server adalah buku Dosen saya, Ahmad Hazairin
Ramli, Dipl.Inf tentang Server, di mana di buku tersebut saya melihat gambar server‐server
dengan fungsi yang berbeda membangun layanan portal internet. Di luar insfirasi tersebut, saya
meyakinkan bahwa pemisahan itu bukan tanpa alasan. Gambaran sederhana alasan saya
terejawantahkan dalam Gambar 2.6.
Sekarang saya berkantor di Ruang Teknologi Informasi, tepat berada di tengah ruang‐ruang
kantor di STT‐Garut. Ruangan yang merupakan bagian bawah tangga itu telah disetujui oleh
Prof. Ali Ramdhani sebagai ruang server dan disekat dengan dinding tembok untuk memisahkan
antara ruang kerja dengan ruang server, seperti yang saya kehendaki. Server HP sudah bekerja
24 jam, dan air conditioner setia mendinginkannya. Pekerjaan saya sekarang adalah
mendayagunakan server tersebut dengan mengembangkan aplikasi komputer Sistem Kampus.
Pengelolaan maintenance computer di Laboratorium yang sudah saya jalankan selama 5 tahun
kini saya serahkan kepada asisten yang saya rekrut.
Pekerjaan saya bertambah setelah pencanangan program Yamusa Cyberspace. Sebagai
konsekuensinya, saya harus membagi waktu untuk membangun infrastruktur TI Yayasan, mulai
dari membangun Server sebagai router dan Bandwidth Manajement untuk keperluan distribusi
internet dari VISAT ke lembaga‐lembaga di bawah Yayasan, hingga pemasangan antenna dari
satu titik ke titik lainnya.
Dalam menjalankan program tersebut, saya ditemani Sekretaris Yayasan, Nahdi Hadianto,
SE. Beliau tidak sungkan untuk membantu dan memberi masukan kepada saya seputar
infrastruktur TI. Kini beliau sudah bisa membangun bridge wif sendiri, yang karenanya saya
memiliki waktu untuk mencari teknologi untuk diterapkan dalam jaringan Yamusa, seperti VOIP,
streaming video, radio internet broadcasting, dan lain sebagainya.
Ide yang sekarang sedang saya realisasikan adalah menjadikan Server milik STTG tersebut
sebagai Server untuk melayani berbagai keperluan di lembaga‐lembaga Yayasan al‐
Musaddadiyah. Saya merasa yakin insya Alloh, bahwa I2S2C akan segera terwujud. Dan
kesenangan yang kelak saya miliki begitu I2S2C terwujud adalah kesenangan seorang Teknokrat
Informatika yang karena luapan syahwat Teknologi Informatika.
19. 19 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
BAGIAN III
OTOMATISASI PENYALAAN DAN PEMATIAN KOMPUTER SERVER PUSAT DATA
Abstrak : Komputer Server Pusat Data di beberapa instansi ada yang bekerja kurang dari 12 jam
setiap harinya. Penyalaan dan pematian komputer Server tersebut adalah beban tugas dari
Administrator komputer Server. Otomatisasi penyalaan dan pematian komputer server dilakukan
untuk menghilangkan beban tugas tersebut. Otomatisasi diwujudkan dengan mengaktifkan
fungsi otomatis pada lingkungan BIOS dan Sistem Operasi Server Pusat Data, serta membangun
program otomatis yang meliputi fungsi otomatis secara keseluruhan atau beberapa fungsi saja
yang tidak terdapat dalam kedua lingkungan tersebut, dengan atau tanpa memanfaatkan fungsi
atau program otomatis yang ada.
Kata Kunci : otomatisasi, server, BIOS, Sistem Operasi Server.
A. PENDAHULUAN
Komputer Server Pusat Data (Datacenter) digunakan oleh beberapa instansi untuk
memusatkan simpanan data dan memberikan layanan pengolahan data seperti pencetakan,
backup, dan lain sebagainya. Setiap kelompok kerja dalam suatu jaringan komputer
berhubungan dengan komputer Server Pusat Data dengan berbagai cara, antara lain melalui :
1. Map Network Drive, yakni pemetaan direktori simpanan data komputer Server Pusat
Data pada komputer local.
2. File Transfer Protocol, yakni melalui jalur protocol transfer dokumen (biasanya pada
alamat port 21) dengan perangkat lunak FTP Client seperti FileZilla.
3. Backup, yakni penyalinan data dari komputer lokal ke direktori simpanan data Server
Pusat Data, baik secara manual atau otomatis terjadwal, dengan menggunakan
perangkat lunak backup, seperti Cobian Backup.
Human error atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia baik secara sengaja atau tidak menjadi
faktor utama penyebab kerusakan komputer yang mengancam eksistensi data yang tersimpan
dalam internal storage seperti harddisk. Interaksi langsung pengguna dengan komputer berarti
menempatkan human error tersebut sebagai ancaman serius bagi eksistensi data. Semakin tinggi
frekuensi interaksi langsung pengguna dengan komputer maka semakin besaqr kemungkinan
adanya ancaman terhadap data.
Contoh kesalahan pengguna yang mengancam eksistensi data misalnya mematikan
computer tidak procedural. Misalnya pemutusan pasokan listrik ke computer pada saat Sistem
Operasi sedang berjalan (harddisk sedang bekerja), sehingga terkadang menyebabkan kerusakan
track pada piringan harddisk. Kerusakan pada track ini banyak menimbulkan kerusakan pada
data, atau bahkan harddisk sama sekali tidak dapat dibaca atau ditulisi karena kerusakan
menimpa track nol.
Contoh human error lainnya misalnya kesalahan pengguna dalam menentukan drive atau
partisi harddisk saat proses instalasi Sistem Operasi. Musibah kehilangan data terjadi pada saat
partisi diformat ulang atau dihapus. Di STT‐Garut, kasus ini sering menimpa para pengguna
20. 20 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Sistem Operasi Windows dalam proses instalasi Linux yang lingkungan program setup‐nya
berbeda dengan lingkungan setup Windows yang mereka kuasai.
Kehilangan pasokan listrik secara tiba‐tiba dalam keadaan seperti di atas mungkin juga
bukan disebabkan karena human error, tetapi boleh jadi karena sebab‐sebab eksternal
pengguna, seperti Perusahaan Listrik yang memang sengaja memutuskan aliran listrik, atau
kabel listrik terputus karena tertimpa pohon, dan lain sebaggainya. Dalam kasus ini, bukan hanya
komputer klien yang terancam, tetapi juga computer server yang terisolasi dari pengguna.
Gambar 1 : Tingkat Kehilangan Data Di Sekolah Tinggi Teknologi Garut Berdasarkan
Penyebabnya
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa komputer server jauh lebih aman dari
ancaman human error dari pada komputer Klien. Sekalipun belum tentu lepas dari human crime
seperti hacker (yang pada kenyataannya komputer yang terhubung dalam jaringan computer di
seluruh dunia baik klien ataupun server tidak ada yang lepas dari ancaman hacker), setidaknya
kesalahan pengguna komputer (human error) lebih berbahaya dibandingkan hacker dengan
kemungkinan intentistas kerusakan yang lebih banyak.
Dengan mempertimbangkan keamanan data, maka Unit Teknologi Informasi
merekomendasikan agar manajemen membuat kebijakan penyimpanan data secara terpusat
pada server karena hal tersebut lebih memungkinkan bagi manajemen untuk membatasi dan
mengawasi para pengakses datanya. Selain itu, pertimbangan ekonomis juga menjadi landasan
manajemen dalam mengeluarkan kebijakan pemusatan data. Dengan pemusatan data,
konsentrasi pengeluaran untuk penambahan simpanan data hanya pada komputer server, dan
tidak pada komputer klien.
Perusahaan manapun akan lebih memilih untuk membeli satu buah harddisk 80 GB untuk
simpanan data di server dari pada membeli dua buah harddisk 40 GB yang masing‐masing akan
21. 21 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
disimpan di klien, karena total dua harddisk 40 GB tersebut jauh lebih mahal dari pada harddisk
80 GB. Semakin banyak klien, maka semakin jauh rentang selisih harga antara biaya
penambahan ruang simpanan data di server dengan penambahan pada tiap‐tiap computer klien.
Tabel 1 : Perbandingan Harga Antar Produk
HDD ATA Seagete Baracuda 7200 rpm
Peruntukan Kapasitas Harga Satuan Jumlah Total
Klien 40 GB $55 2 $110
Server 80 GB $62 1 $62
S E L I S I H : $48
HDD SATA Maxtor DiamondMax 7200 rpm
Peruntukan Kapasitas Harga Satuan Jumlah Total
Klien 80 GB $88 2 $176
Server 160 GB $132 1 $132
S E L I S I H : $44
Sumber : Majalah Chip Edisi 4 – 2005
Ada dua pemikiran yang melatarbelakangi munculnya pemikiran untuk melakukan
otomatisasi penyalaan dan pematian pada computer server :
Pertama, dengan mempertimbangkan aspek keamanan, maka komputer server yang
menyimpan banyak aplikasi layanan berbasis jaringan dan data perusahaan tidak boleh
bersentuhan secara langsung dengan pengguna. Bahkan interaksi administrator yang menangani
Server terjadi melalui komputer Klien dengan aplikasi Remote semisal Remote Desktop
Connection.
Kedua, karena komputer Server setiap hari harus dihidupkan sebelum komputer Klien
mengakses server dan dimatikan setelah jam kerja usai. Agar tidak ada upah yang harus
dikeluarkan oleh lembaga untuk menyalakan dan mematikan komputer server, maka
dilakukanlah otomatisasi penyalaan dan pematian computer server. Otomatisasi juga dilakukan
untuk memangkas beban lpembayaran listrik.
Berdasarkan dua pemikiran di atas, maka dikeluarkan kebijakan sebagai berikut :
o Komputer server diisolasi pada ruang khusus yang tidak boleh dimasuki kecuali oleh
petugas terkait, yakni administrator dan petugas kebersihan (dalam pengawasan).
o Pembangunan, pengendalian, dan pengelolaan berbagai layanan pada computer server
dilakukan secara remote oleh administrator melalui computer administrator yang
terhubung ke server melalui jaringan komputer.
o Dilakukan otomatisasi penyalaan dan pematian computer server berikut perangkat
terkait agar dapat beroperasi setiap hari tanpa melibatkan petugas.
o Melengkapi server dengan perangkat penunjang yang mencegah berbagai kerusakan
yang ditimbulkan oleh human crime (misalnya dengan Anti Virus) dan external error
(misalnya dengan UPS).
22. 22 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Tulisan ini akan membahas bagaimana otomatisasi penghidupan dan pematian dilakukan
pada komputer server di Sekolah Tinggi Teknologi Garut, yang meliputi :
o Konfigurasi BIOS untuk mengaktifkan Automatic Power Up
o Konfigurasi file register atau pada aplikasi program yang menyediakan layanan
Automatic Shutdown dan Automatic Log On, dan juga untuk menghilangkan hambatan
yang terjadi dalam kedua proses tersebut.
o Instalasi perangkat keras Automatic Switch untuk mendukung peralatan terkait.
Berikut ini spesifikasi Server yang telah menjadi objek otomatisasi dalam penelitian, dan
akan membatasi lingkup pembahasan persoalan praktis pada kajian ini :
o Data Base Server, prosesor 2.4 GHz, Hard Disk Drive 80 GB, Memory 512 MB, AMI‐BIOS,
Windows NT
o Data Server, prosesor 2.533 GHz, Hard Disk Drive 120 + 80 GB, Memory 512 MB, AMI‐
BIOS, Windows NT
C. PEMBAHASAN
1. Penyalaan CPU Secara Otomatis
BIOS (Basic Input Output System) adalah istilah yang menggambarkan kerjasama seluruh
driver dalam sistem untuk menjadi antarmuka antara perangkat keras dengan perangkat lunak
sistem operasi. Pada AMI BIOS dikenal istilah Automatic Power Up yakni dihidupkannya sistem
atau CPU secara otomatis pada waktu yang telah ditentukan, dengan syarat kontak sistem
dengan sumber daya listrik tidak terputus. Indikasi kontak tersebut adalah nyalanya lampu led
Motherboard. Apabila syarat ini tidak dipenuhi, maka program BIOS tidak dapat menyalakan
komputer.
Secara Default atau konfigurasi pabrik, fungsi Automatic Power Up tidak diaktifkan
(Disabled). Untuk mengaktifkannya pengguna harus mengakses program BIOS. Pada versi AMI
BIOS, program BIOS dibuka dengan menekan tombol Del atau Esc pada beberapa detik tampilan
pertama proses booting, setelah tombol Power ditekan. Pada versi lainnya setup dibuka dengan
menekan tombol Ctrl+Alt+Esc, seperti versi Award BIOS, Phoenix BIOS, dan lain sebagainya.
Tidak semua versi BIOS memiliki fasilitas Automatic Power Up. Pada program setup AMI
BIOS fungsi ini dapat diakses, yakni pada menu Power. Karena komputer ini akan dihidupkan
secara otomatis setiap hari, maka pada bagian Automatic Power Up dipilih everyday dengan
waktu penyalaan misalnya 06:30. Setelah menyimpan kofigurasi tersebut, maka selanjutnya
sistem akan menyalakan dirinya sendiri setiap pukul 06:30. Sistem akan hidup jika syarat kontak
dengan sumber daya listrik dipenuhi.
23. 23 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
2. Proses Pematian Sistem Secara Otomatis
Pengelolaan keterhubungan perangkat keras dengan sumber daya listrik dan
otomatisasinya sudah dipersiapkan oleh perusahaan pembangun perangkat lunak sistem
operasi. Lihat saja fasilitas yang diberikan Microsoft kepada para pengguna Windows XP. Pada
Power Option Properties di Control Panel disediakan berbagai pilihan, seperti mematikan
monitor atau hard disk setelah beberapa waktu yang ditentukan sistem tidak digunakan oleh
pengguna.
Pada materi ini akan diketengahkan salah satu dari sekian banyak aplikasi program yang
menangani fungsi Automatic Shutdown, yakni program AutoShutdown v3.88 yang dikeluarkan
Barefoot Productions Inc. pada tanggal 25 Februari 2001. Informasi tentang software ini dapat
ditemukan di situs web www.barefootinc.com.
Namun jika anda punya Compilator Delphi dan tidak sempat mengunjungi BareFoot untuk
download program Autoshutdown, anda dapat menjadikan beberapa baris kode yang diberikan
oleh Neural Abyss Software (www.NeuralAbyss.Com) sebagai bahan untuk membangun aplikasi
program pematian Windows secara otomatis:
function MyExitWindows(RebootParam: Longword): Boolean;
var TTokenHd: THandle; TTokenPvg: TTokenPrivileges; cbtpPrevious: DWORD;
rTTokenPvg: TTokenPrivileges; pcbtpPreviousRequired: DWORD;
tpResult: Boolean;
const SE_SHUTDOWN_NAME = 'SeShutdownPrivilege';
begin
if Win32Platform = VER_PLATFORM_WIN32_NT then
begin
tpResult := OpenProcessToken(GetCurrentProcess(),
TOKEN_ADJUST_PRIVILEGES or TOKEN_QUERY,
TTokenHd);
if tpResult then
begin
tpResult := LookupPrivilegeValue(nil, SE_SHUTDOWN_NAME,
TTokenPvg.Privileges[0].Luid); TTokenPvg.PrivilegeCount := 1;
TTokenPvg.Privileges[0].Attributes := SE_PRIVILEGE_ENABLED;
cbtpPrevious := SizeOf(rTTokenPvg); pcbtpPreviousRequired := 0;
if tpResult then
Windows.AdjustTokenPrivileges(TTokenHd, False, TTokenPvg,
cbtpPrevious, rTTokenPvg, pcbtpPreviousRequired);
end;
end;
Result := ExitWindowsEx(RebootParam, 0);
end;
// Example to shutdown Windows:
procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);
begin MyExitWindows(EWX_POWEROFF or EWX_FORCE); end;
Anda tinggal menempatkan komponen Timer untuk menghitung waktu mundur. Begitu waktu
mundur ‘00:00:00’, jalankan prosedur MyExitWindows. Berikut ini adalah contoh prosedur Timer
24. 24 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
yang berisi baris intruksi untuk memeriksa waktu sisa menuju proses shutdown dan eksekusi
prosedur shutdown begitu waktu menunjukkan jam=0, menit=0, dan detik=0.
procedure TMainForm.Timer1Timer(Sender: TObject);
var TimeLeft:TTime; h,m,s,ms:word;
begin
TimeLeft:=vRefTime‐Time; TimeBomb.Caption:= 'Shutdown Time : ' +
TimeToStr(TimeLeft); DecodeTime(TimeLeft,h,m,s,ms);
if (h=0)and(m=0)and(s=0) then
MyExitWindows(EWX_POWEROFF or EWX_FORCE);
end;
Gambaran umum program yang dimaksud dapat dimodelkan melalui flowchart sebagai berikut:
Gambar 2 : Flowchart program timer shutdown
Setidaknya terdapat dua bagian dalam program timer shutdown yang harus dibangun, yakni
bagian yang menyediakan ragam pilihan kejadian saat operasi shutdown dilaksanakan, dan
bagian penentu waktu pelaksanaan operasi shutdown.
2.1. Pilihan Kejadian Saat Operasi Pematian Sistem Terjadi
Dengan memperhatikan keadaan Server yang harus beroperasi secara otomatis dengan
tidak adanya interaksi operator Server dengan sistem pada saat proses pematian sistem, maka
25. 25 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
kejadian yang berkaitan dengan peringatan akan dilaksanakannya operasi pematian sistem tidak
perlu muncul. Dengan demikian maka keseluruhan pilihan kejadian, seperti tampilan hitung
mundur, suara alarm, pesan, dan pembatalan operasi pada bagian Warning tidak perlu dipilih.
Agar proses pematian sistem berlangsung lancar, maka berbagai proses yang berjalan harus
dimatikan, koneksi komputer klien ke Server diputuskan, dan berbagai layanan yang diberikan
kepada komputer klien harus ditutup. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka sistem operasi
secanggih Windows XP biasanya akan membatalkan proses pematian sistem dan ini kontradiktif
dengan tujuan Automatic Shutdown.
2.2. Penentuan Waktu Operasi Pematian Sistem
Hal lainnya yang harus dilakukan adalah menentukan kapan proses pematian sistem
dieksekusi. Pada program autoShutDown dapat dipilih waktu pelaksanaan operasinya pada hari
tertentu atau setiap hari (everyday). Gambar 3 menunjukkan bahwa setiap hari pukul 16:30
sistem menjalankan operasi Shutdown.
Gambar 3 : Tab Sheet Daily Event pada AutoShutDown Settings
3. Proses Log On Secara Otomatis
Salah satu yang menghambat berjalannya beberapa aplikasi yang dijalankan secara
otomatis oleh sistem adalah dialog Log On, yakni dialog tempat pengguna menuliskan jati
dirinya, mulai dari pengguna, kode akses (password), hingga penentuan komputer Domain yang
dirujuk oleh Server. Dialog Logon merupakan jembatan komunikasi pertama antara pengguna
dengan sistem agar diketahui posisi pengguna dan hak atas sumber daya dan akses jaringan yang
diberikan sistem kepada pengguna. Saat dialog Logon muncul seakan komputer bertanya kepada
pengguna, ‘siapa anda?’,’ jika memang itu anda tuliskan tanda pengenal anda!’.
Program Tweak seperti Magic Tweak versi 1.95 yang dikeluarkan oleh Efreesky Software
pada tanggal 15 Oktober 2002 menyediakan fasilitas ini. Pada program AutoShutDown pun
ditemukan layanan ini. Untuk mengaktipkan layanan ini pada AutoShutDown, beberapa
konfigurasi dilakukan pada dialog Advanced Option. Dialog tersebut dapat diakses setelah
tombol Advanced ditekan oleh mouse (Lihat gambar 3.4).
26. 26 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Pada dialog Auto Logon harus dituliskan Administrator sebagai User, dengan password yang
sama dengan yang diberikan kepada sistem. Password dapat diubah pada dialog Local User And
Group, atau Active Directory User and Computer di komputer Domain.
Untuk nama domain disesuaikan dengan nama komputer Domain yang menjadi rujukan
Server atau nama komputer Server itu sendiri jika tidak merujuk ke komputer Domain. Nama
komputer dapat dilihat pada bagian Computer Name dalam dialog System Properties. Dialog ini
dapat diakses melalui Control Panel .
Gambar 4 : Dialog Auto Logon pada program AutoShutDown
Cara lainnya untuk dapat Logon secara otomatis adalah dengan menambahkan nilai String
pada Regedit. Nilai string tersebut ditambahkan pada alamat regedit :
My Computer HKEY_LOCAL_MACHINE SOFTWARE Microsoft Windows NT
CurrentVersionWinlogon
Regedit dapat diakses melalui dialog Run dengan menuliskan “Regedit” pada Combobox
Open, lalu menekan Enter.
Gambar 5 : Dialog Run
Ada tiga nilai yang harus ditambahkan atau dimodifikasi. Nilai pertama adalah
DefaultUserName. Biasanya nilai ini sudah ada pada alamat regedit ini. Tinggal ditentukan mau
Logon dengan user name yang mana. Daftar user name dapat dilihat pada Computer
Management seperti nampak pada Gambar 1 yang lalu.
Nilai berikutnya yang harus ditambahkan di alamat ini adalah DefaultPassword. Setelah
menambahkan nilai ini, langkah berikutnya adalah memodifikasi Value Data nya dengan
Password yang sudah ditentukan oleh Admin untuk user name yang dipilih sebagai
DefaultUserName.
27. 27 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Gambar 6 : Dialog Edit String
Nilai terakhir yang diberikan adalah AutoAdminLogon, dengan Value Data‐nya 1. Setelah itu
komputer akan masuk secara otomatis dengan user name yang telah ditentukan pada register
sebagai Default User.
4. Shutdown Event Tracker
Selain Dialog Logon yang menjadi penghalang, pada awal startup Windows 2003 ditemukan
Dialog Event Tracker yang akan muncul apabila terjadi pematian Windows tidak lajim, seperti
karena putusnya pasokan listrik ke CPU, dan lain sebagainya. Dialog ini juga harus dibuat tidak
aktif.
Tentang Event Tracker pada Windows 2003, Microsoft menjelaskan :
The Shutdown Event Tracker is a Microsoft Windows Server 2003 and Microsoft
Windows XP feature that you can use to consistently track the reason for system shutdowns.
You can then use this information to analyze shutdowns and to develop a more
comprehensive understanding of your system environment.
Gambar 7 : Dialog Shutdown Event Tracker
Dalam artikelnya yang dipublikasikan di www.WindowsNetworking.Com Andrew Z. Tobona
memberikan penjelasan tentang kenapa layanan Event Tracker ini diadakan oleh Microsoft:
The idea behind the shutdown event tracker is that a server isn’t meant to be restarted
or shutdown regularly. Therefore, when it is, Administrators should keep a log of exactly
28. 28 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
why the machine was powered down. Essentially, this can be a good thing since it allows
you to store a database of shutdown events for future reference.
Untuk menidakaktifkan dialog ini Andrew memberikan rinciannya sebagi berikut:
If the event tracker is of no use to you then you can disable it. To do this, open the Group
Policy Object Editor Console. Go to Start > Run…, type gpedit.msc and press OK.
Gambar 8 : Dialog Group Policy Edit (gpedit.msi)
Navigate to Computer Configuration > Administrative Templates > System and in the
right hand pane, select the “Display Shutdown Event Tracker” setting.
Double Click this setting to open the Properties page. You are now given the option to
leave it in a default state of Not Configured, set it to Always Enabled, Enabled for
Servers/Workstations (Windows XP Pro) or Disabled completely (as the image below
demonstrates).
Gambar 9 : Properties Display Shutdown Event Tracker Pada Group Policy Edit
29. 29 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Note:
When you enable the Group Policy for Server only, the Shutdown Event Tracker appears
when you shut down a computer running Windows 2003, whereas for Workstation only, the
Shutdown Event Tracker appears when a computer running Windows XP Professional is shut
down. After you make the change to the Group Policy, open the Command Prompt and run
the gpupdate /force command to refresh the policy and have your settings be applied
straight away. Alternatively you can just restart the machine.
When you next attempt to shutdown or restart the machine, the Shutdown event tracker
will no longer be visible and the normal shutdown prompt will appear (as seen in the image
below).
Gambar 10 : Dialog Shutdown setelah Shutdown Event Tracker dimatikan
5. Pengamanan Sistem Pasca Auto Logon
Untuk mengamankan Sistem yang telah dijalankan Auto Logon atasnya dari pengguna yang
tidak diharapkan, maka perlu diaktipkan Screen Saver dengan ketetapan bahwa Screen Saver
tersebut aktip setelah 1 menit (atau kalau memungkinkan kurang dari itu) sistem tidak
digunakan oleh pengguna secara langsung, dan pada saat pengguna meresume, Screen Saver
menampilkan Welcome Screen dengan permintaan Password.
Gambar 11 : Dialog Properti Tampilan Pada Windows XP
6. Perangkat Keras Automatic Switch Untuk Efisiensi Biaya
Biasanya komputer Server melayani lebih dari satu komputer Klien, bahkan berhubungan
dengan satu atau lebih Server lainnya dalam satu Work Group. Gambar 12 menunjukan peta
sebagian jaringan komputer di kantor Sekolah Tinggi Teknologi Garut, di mana komputer Data
30. 30 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Center berhubungan dengan sejumlah komputer klien di kantor melalui alat pembagi jaringan
komputer yang dikenal dengan Switch. Alat ini seharusnya memiliki jam terbang seperti Server,
artinya perangkat ini akan hidup pada saat Server hidup dan ikut mati pada saat Server mati,
atau dengan kata lain perangkat ini akan kehilangan pasokan daya listriknya pada saat Server
dimatikan oleh layanan Auto Shutdown.
Gambar 12 : Peta Infrastruktur TI di Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Apabila Switch dan perangkat lain yang mendukung Server (seperti Modem bagi Server
yang menerima panggilan jarak jauh) bekerja dengan jam kerja yang relatif sama dengan Server,
maka jika dibandingkan dengan jam kerja 24 jam, biaya listrik dan perawatan peralatan tersebut
jauh lebih murah (more efective). Dengan demikian maka diperlukan.
Untuk mendapatkan jam terbang yang sama antara Server dengan perangkat
pendukungnya, maka diperlukan perangkat keras tambahan yang pada Jurnal ini disebut dengan
Automatic Switch atau Saklar (listrik) Otomatis. Saklar ini menggunakan komponen elektronika
berupa saklar yang listriknya akan terhubung apabila mendapatkan arus 12 volt, dan terputus
apabila tidak mendapatkan arus tersebut. Komponen elektronika tersebut dikenal dengan Relay.
Gambar 13 : Jalur I/O Automatic Switch
31. 31 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Power Supply adalah salah satu bagian yang memberikan pasokan listrik ke semua bagian
komputer. Fungsi utama dari Power Supply adalah merubah arus 110 atau 220 volt AC ke 3.3
volt, 5 volt, atau 12 volt DC yang dibutuhkan operasi sistem.
Gambar 14 : Bentuk Power Supply ATX/NLX
Untuk menggerakan saklar pada Relay sehingga arus 220 volt mengalir diperlukan arus 12
volt. Agar terhubung atau terputusnya saklar tergantung hidup atau matinya Server, maka arus
12 volt dipasok oleh Server, yakni oleh bagian Power Supply‐nya. Arus 12 volt diambil dari kabel
power supply yang berwarna kuning dan hitam.
Gambar 15 : Sumber Arus 12 volt dari Power Supply untuk Relay
D. KESIMPULAN
Apabila komputer server tempat data kerja disimpan, hanya diakses setiap jam kerja saja,
maka waktu operasi computer server ini tidak perlu 24 jam. Komputer ini hanya perlu dijalankan
beberapa jam sebelum jam kerja dimulai dan dimatikan beberapa jam setelah jam kerja selesai.
Untuk menyalakan dan mematikannya, tidak perlu melibatkan pegawai. Keterlibatan manusia
boleh jadi menjadi pembuka celah keamanan. Yang diperlukan adalah menjalankan fungsi dan
perangkat lunak otomatisasi penyalaan dan pematian sistem. Untuk mewujudkan otomatisasi
tersebut, manajemen dapat mengambil kebijakan untuk membeli perangkat lunak otomatisasi
komersial AutoShutdown dari Barefoot Production, inc seharga $34.95, atau menggunakan
perangkat lunak freeware yang belum tentu aman dari Trojan atau spyware, atau menyuruh staf
teknologi informasi untuk membuat sendiri perangkat lunak otomatisasi tersebut.
32. 32 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
Artikel ini saya buat pada saat ruang server masih berada di Gedung Laboratorium
Komputer. Sebelum artikel ini dibuat, saya berfikir tentang bagaimana agar komputer server
yang menjadi tanggung jawab saya bisa beroperasi secara otomatis, sehingga penyalaan dan
pematiannya tidak perlu oleh saya lagi.
Selain itu, saya ingin agar komputer data center yang selama ini beroperasi 24 jam harus
dapat beroperasi selama jam kerja saja. Dan sayapun harus mengupayakan agar peralatan
jaringan semisal switch atau hub yang ada di kantor STT‐Garut hidup dan matinya bergantung
kepada hidup dan matinya komputer server. Setelah bertanya ke sana ke mari, akhirnya saya
menemukan komponen elektronika yang cocok untuk mewujudkannya, yakni Relay.
Sementara itu, kode program yang dibutuhkan untuk otomatisasi penyalaan dan pematian
komputer saya peroleh dari internet. Saya tinggal mengambil modul yang diperlukan dan
menempatkannya sebagai sub sistem dari aplikasi otomatisasi. Akhirnya saya berhasil
melakukan otomatisasi terhadap komputer server data center, sehingga komputer tersebut
dapat hidup dan mati dengan tanpa bergantung kepada ada dan tidak adanya saya.
Dalam masa tersebut, saya bersentuhan dengan berbagai referensi interfacing hardware
dan sistem otomatis. Lebih jauh, saya berencana untuk membangun sistem kendali instalasi
listrik di kantor saya melalui handphone. Tetapi waktu saya ternyata sangat sempit, sehingga
pada saat artikel ini dipasang di kupulan artikel Yamusa Cyberspace, project tersebut belum saya
laksanakan. Padahal mahasiswa saya – pegawai LAPAN – sudah membuatkan alat Bantu
interfacing via parallel port. Mudah‐mudahan pada kesempatan yang akan datang.
33. 33 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
BAGIAN IV
DESAIN PERANGKAT LUNAK OTOMATISASI PENYALAAN DAN PEMATIAN KOMPUTER DATA
CENTER SERVER
A. PENDAHULUAN
Artikel ini berkaitan dengan bagian III yang berjudul “Rekomendasi Otomatisasi Penyalaan
dan Pematian Data Center Server”. Artikel ini memuat rancang – bangun perangkat lunak
(software) otomatisasi berdasarkan konsep sistem otomatisasi yang terdapat pada bagian III.
Tujuan operasi perangkat lunak atau aplikasi program ini adalah menentukan apakah komputer
dapat beroperasi (hidup dan mati) secara mandiri setiap harinya atau tidak, dan jika beroperasi
maka pematian sistem dilakukan oleh aplikasi program setiap pukul berapa?.
Aplikasi program akan dibangun dengan menggunakan Borland Delphi dan hanya dapat
beroperasi di lingkungan Microsoft Windows. Dengan kata lain, aplikasi program ini melakukan
otomatisasi hanya pada komputer yang menjalankan sistem operasi Microsoft Windows. Namun
rancangannya dapat diimplementasikan untuk lingkungan sistem operasi lainnya.
B. PERANCANGAN SISTEM
1. Langkah Otomatisasi
Langkah untuk mendapatkan komputer bersistem operasi Windows yang dapat hidup dan
mati secara otomatis adalah sebagai berikut:
a. Mengaktifkan layanan Power Up pada perangkat lunak BIOS sehingga CPU dapat hidup
secara otomatis setiap harinya pada jam yang ditentukan.
b. Memodifikasi beberapa nilai register untuk mengotomatisasi proses masuk (Logon).
c. Membuat timer yang dapat menjalankan operasi penutupan sistem operasi (shutdown)
begitu waktu tutupnya dicapai.
d. Memodifikasi Group Policy Object melalui file GPEDIT.MSC untuk mengantisipasi
kemungkinan munculnya panel Shutdown Event Tracker pada lingkungan Sistem Operasi
Windows 2003, yang dapat menghalangi proses logon dan dijalankannya timer
shutdown sehingga otomatisasi tidak berhasil.
2. Spesifikasi Perangkat Lunak
Langkah yang dapat dilakukan user melalui perangkat lunak yang akan dibangun meliputi
langkah 2 dan 3. Dengan demikian maka spesifikasi perangkat lunak adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan antarmuka untuk memodifikasi nilai register yang berkaitan dengan
otomatisasi logon.
34. 34 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
b. Menyediakan antar muka untuk menentukan waktu penutupan (shutdown) sistem
operasi atau waktu pematian CPU, dan untuk menginformasikan waktu yang tersisa
hingga eksekusi dijalankan oleh sistem.
c. Menyediakan catatan dalam bentuk log file yang meliputi waktu : perangkat lunak
dijalankan (startup), dan keluar (Close) dari perangkat lunak karena sebab‐sebab
internal maupun external perangkat lunak. Yang termasuk sebab internal perangkat
lunak antara lain : user menekan tombol keluar dari perangkat lunak, dan waktu pada
CPU sudah menunjukkan waktu shutdown yang telah ditetapkan sehingga perintah
shutdown diberikan perangkat lunak kepada sistem operasi.
3. Nama Perangkat Lunak
Berdasarkan fungsinya, perangkat lunak ini diberi nama Sistem Pendukung Operasi
Otomatis (Automatic Operation Supporter System / AOS2), yang bermakna aplikasi atau sistem
yang memberikan dukungan terhadap komputer dengan berbagai fungsi yang dimilikinya agar
komputer dapat beroperasi secara otomatis setiap hari dalam rentang waktu yang ditetapkan.
Penggunaan kata Operasi barangkali akan membuat maknanya menjadi ambigus karena banyak
operasi yang terjadi atau dilakukan oleh komputer. Logon dan Shutdown hanyalah sebagian kecil
saja. Tetapi penggunaan kata Operasi dimaksudkan bahwa program yang sedang dibuat ini
merupakan bagian kecil saja dari sistem otomatisasi terhadap operasi yang sangat banyak dan
dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung otomatisasi lainnya.
4. Flowchart
Alur proses yang terjadi di dalam sistem ini, dapat dilihat pada gambar 4.1. Dari flowchart
diketahui :
a. Sebelum form ditampilkan, nilai RefTime yakni waktu dilaksanakannya shutdown atau
pematian komputer diambil dari file system dan disimpan dalam variable (simpanan
data) bernama RefTime, tanggal dan waktu saat system dijalankan dicatat ke dalam log
file, dan RestTime variable yang digunakan sebagai mengukur waktu sisa di‐set dengan
waktu terkini.
b. Sepanjang kode shutdown atau restart tidak dikirimkan oleh system kepada sistem
operasi dan sistem tidak diakhiri, lakukan proses berikut ini:
1) Tentukan nilai RestTime dari selisih antara waktu shutdown (RefTime) dengan
waktu terkini.
2) Jika pengguna ingin mengupdate nilai register yang berkaitan dengan proses
logon, lakukan proses berikut ini:
a) Menangkap nilai AutoAdminLogon, DefaultUserName,
DefaultPassword, dan DefaultDomainName yang diberikan oleh
pengguna.
b) Mengganti keempat nilai register tersebut dengan apa yang diberikan
oleh pengguna.
35. 35 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
c) Mengirimkan kode restart kepada sistem operasi untuk melihat efek
pengubahan nilai register tersebut.
Start
Loading RefTime from system file
Saving Starting Event (date and time)
into log file
Set RestTime := Time
While Shutdown or Restart Code Haven’t Been Sent
And Application is not Terminated do
Set RestTime := RefTime - Time
Updating Terminating RestTime =
Yes Updating RefTime?
Registry Values ? Application? ’00:00:00' ?
Yes Yes Yes
AutoAdminLogon,DefaultUserN
ame,DefaultPassword,DefaultD
RefTime Send Shutdown
omainName
Code
Updating System file
Updating Registry
Set RefTime by newes
values
value
Send Restart Code
Shutdown
or restart code have
been sent?
No
Yes
Saving Closing Event (date and time)
into log file
Stop
Gambar 1 : Flowchart AOS2
36. 36 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
3) Jika pengguna ingin mengupdate nilai RefTime, lakukan proses berikut ini:
a) Menangkap nilai RefTime yang diberikan oleh User.
b) Mengganti isi variable RefTime dengan nilai yang diberikan oleh
pengguna dan menyimpannya pada file system.
4) Jika pengguna ingin mengakhiri program atau waktu terkini sama dengan
RefTime (RestTime=’00:00:00’), maka kirim kode Shutdown kepada sistem
operasi.
5) Jika kode Shutdown atau Restart dikirimkan, maka tuliskan tanggal dan waktu
pematian system ke dalam file log.
c. Selanjutnya jika proses terakhir adalah pengiriman salah satu dari dua kode tersebut,
maka sistem operasi akan dimatikan sehingga komputer mati atau restart. Jika proses
terakhir bukan pengiriman kode, maka timer shutdown tidak ada dan sistem operasi
tetap berjalan.
5. Data Flow Diagram
Aliran Data di antara sistem dapat dilihat dari DFD berikut ini :
Gambar 2 : DFD AOS2
37. 37 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
6. Modul Program
Berdasarkan kedua diagram di atas diketahui bahwa sistem harus mengandung modul
sebagai berikut :
a. OnCreate Module, yakni modul yang intsruksinya dieksekusi pada saat aplikasi
dijalankan. Instruksi dalam prosedur ini meliputi:
1) Membaca nilai RefTime atau waktu shutdown dari file sistem dan
menyimpannya ke dalam variable.
2) Menentukan variable RestTime sebagai indicator waktu sisa menuju shutdown
otomatis dengan nilai waktu terkini.
3) Menyimpan data tanggal dan waktu ke dalam file log.
4) Memetakan keempat nilai register pada komponen antarmuka agar user
mengetahuinya atau dapat memastikan apakah nilai register perlu diganti atau
tidak?.
b. TurnOffPC Module, yakni prosedur yang berisi instruksi untuk mematikan Windows atau
restrating komputer.
c. Timer Module, yakni modul yang instruksinya akan terus menerus dieksekusi setiap
interval yang ditentukan (Misalnya setiap satu detik sekali). Instruksi yang akan
dieksekusi terus menerus meliputi:
1) Menentukan sisa waktu menuju shutdown (RestTime) sebagai hasil
pengurangan RefTime dengan waktu terkini (Time) dan menampilkannya pada
komponen antarmuka agar pengguna dapat mengetahui waktu sisa tersebut.
2) Memeriksa apabila waktu sisa menunjukkan 0 jam, 0 menit, dan nilai detik di
atas 0, maka penguna diberikan peringatan.
3) Memeriksa apabila waktu sisa menunjukkan 0 jam, 0 menit, dan 0 detik, maka
TurnOffPC Module dengan pilihan Shutdown dijalankan.
d. RegistryChange Module, yakni modul yang digunakan untuk membaca, menulis, atau
mengganti nilai String pada Register.
e. OnClose Module, yakni modul yang instruksinya akan dieksekusi apabila aplikasi atau
sistem berhenti. Instruksi yang terkandung dalam prosedur ini adalah: menuliskan
tanggal dan waktu pematian aplikasi.
Sisanya adalah modul yang akan dieksekusi begitu komponen tombol diklik. Tombol
tersebut meliputi tombol saveAutoShutdown, saveAutoLogon, dan clearLog.
a. SaveAutoShutdownOnClick Module, mengandung instruksi penyimpanan nilai RefTime
pada file sistem.
38. 38 | Digital Cultue, Periode Pengembangan 2006 - 2007
b. SaveAutoLogonOnClick Module, mengandung dua instruksi:
1) Menyimpan nilai string pada file register.
2) Menjalankan prosedur TurnOffPC dengan pilihan Restart.
c. ClearLog Module, mengandung instruksi untuk menghapus data file log dan
mengosongkan komponen antarmuka yang digunakan untuk menampilkan data
tersebut, sehingga pengguna mengetahui bahwa data log sudah dihapus.
7. Antarmuka Sistem
Pada permukaan (form) sistem akan terdapat beberapa bagian :
a. Bagian Timer Shutdown, untuk menentukan RefTime dan menampilkan RestTime.
b. Bagian Logon Registry Values, untuk menentukan 4 nilai register yang berkaitan dengan
proses logon.
c. Bagian Log Preview, untuk menampilkan data log untuk mengontrol aktivitas harian
startup dan turn off nya computer.
Gambar 3 : Antarmuka AOS2