SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 4
Jakarta-Bagian humas atau PR harus menjadi yang terdepan bagi sebuah perusahaan. Tugas dan tanggung
jawabnya sangat berat ketika menyampaikan informasi aktivitas perusahaan yang memang harus diketahui
publik terutama para pemangku kepentingan. Komunikasi atau informasi harus obyektif, apa adanya dan harus
jujur.
Chairman/pendiri dan pemilik CT Corporation (CT Corp), Chairul Tanjung, menegaskan hal itu dalam acara
bedah buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” yang diselenggarakan oleh Perhumas, Jumat (14/9) sore di
Djajusman Auditorium & Performance Hal, Sudirman Park Campus, Jakarta Pusat. Hadir antara lain, penyusun
buku Tjahja Gunawan Diredja, Ketua Umum BPP Perhumas Prita Kemal Gani, Wakil Ketua BPP Perhumas
Agung Laksamana dan Troy Pantow, mantan Ketua Umum BPP Perhumas Muslim Basya, sejumlah senior dan
pengurus BPP Perhumas lainnya, sejumlah undangan dan mahasiswa/i LSPR.
“Sebagai pemilik perusahaan, saya berharap agar Humas saya itu dapat menjadi orang terdepan menyampaikan
informasi yang boleh atau diketahui publik terkait seluruh aktivitas perusahaan. Tetapi tentu tidak semua aktivitas
perusahaan perlu diketahui publik. Atau mungkin perlu diketahui oleh publik, tetapi belum saatnya,” tukas Chairul
yang juga Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN).
Chairul yang akbrab disapa CT itu mengingatkan, dalam menyampaikan informasi, perhatikan konten. Konten
harus disampaikan pada momentum tepat. “Content is so, so, very important. Sebuah konten yang bagus
disampaikan pada momen yang tidak tepat, maka menjadi tidak bagus. Menurut saya yang paling penting adalah
dia (praktisi PR) harus tahu persis, konten apa dari perusahaan dan media apa yang harus dipakai untuk
disampaikan.”
Konten itu menurut CT harus mempunyai value. “Dalam melakukan branding company atau branding apa pun,
ya harus ada value-nya, harus ada makna, tujuannya jelas, isinya harus benar-benar ada. Kalau tidak ada isinya,
dipaksa untuk branding, ya akibatnya cost malah menjadi tinggi dan hasilnya menjadi persoalan.”
Kemudian CT memberi contoh ketika membangun Trans Hotel, di Bandung. CT mende-clare hotelnya itu
sebagai hotel bintang 6 pertama di Indonesia, namun tidak ada promosi atau pemberitaan media massa
sebagaimana kelaziman. Yang dilakukan justru quality of the conduct. Dibenahi semuanya terlebih dahulu
hingga tiba momentum yang paling tepat untuk promosi.
Konten yang baik, lanjut CT, memudahkan praktisi PR untuk mengemas pencitraan. Antara konten
dan cover(image/citra) harus sebanding. Sangat berbahaya jika praktisi PR membuat pencitraan yang serba baik
namun ternyata isi (kontennya) buruk. Pemilik Trans TV, Trans 7, Detik, Bank Mega dan Carefour itu
menegaskan, “Orang PR jangan berbohong kepada publik. Kalau melihat ada konten yang tidak baik, lalu
memaksakan diri untuk membuatcover yang baik, itu berbahaya. Sebaiknya lakukan introspeksi ke dalam.
Internalnya diperbaiki dulu. Kalau sudah bagus baru disampaikan kepada publik.”
Sangat cerah masa depan PR di Indonesia menurut CT. Optimisme itu didasarkan pada pertumbuhan dan
perkembangan bangsa negara Indonesia yang semakin tahun semakin baik, terutama aspek perekonomian.
Karena itu pula perusahaan-perusahaan semakin membutuhkan PR. CT menempatkan bidang PR di berbagai
perusahaannya sebagai bidang yang strategis.
Kesuksesan sebuah perusahaan, demikian CT, tergantung pula pada insan PR. “Orang PR harus bekerja keras
dan harus kreatif,” pesan CT menutup acara bedah buku yang dipandu oleh pengurus BPP Perhumas, Febriati
Nadira.***(Bos)
Sumber: PRWorld

http://www.theprworld.com/profile/people/327-chairul-tanjung-content-is-very-important

Branding Kota Tangerang
BY AMALIA E. MAULANA ON APRIL 9, 2011 IN BLOG WITH COMMENTS OFF
Wawancara Amalia E. Maulana oleh Majalah
MIX, April 2011
Pertanyaan: Menurut penilaian Anda, bagaimana upaya branding yang dilakukan pemerintah Kota
Tangerang? Apakah upaya itu sudah cukup? Jika masih belum, ke depan apa lagi yang harus dilakukan
pemerintah kota Tangerang?
Jawaban:
Dalam branding ada dua pekerjaan penting: pekerjaan branding internal dan branding eksternal. Ini juga
berlaku pada proses branding kota pemerintahan. Branding kota Tangerang sampai hari ini menurut
pengamatan saya masih lebih dititikberatkan pada branding internal. Walaupun belum sempurna, tetapi
proses branding internal ini tampak dan mengalir.
Branding yang bersifat eksternal yang kurang mendapat perhatian. Apa makna kota Tangerang? Kalau
makna Bogor mungkin jelas kota hujan dan kota wisata kebun raya dan jalan menuju Puncak. Kota
Tangerang? Bagi yang tinggal di luar Jabodetabek mungkin bahkan ‘have no idea’ seperti apa tepatnya
gambaran kota Tangerang tersebut.
Bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya, walaupun mungkin sudah lebih dirapihkan oleh pemerintahnya,
tetapi kesan Tangerang masih tetap ‘ruwet, macet, gersang’ dan perumahan serta industri campur aduk,
tidak secara rapi terpisahkan – yang jelas bukan kota impian.
Internal Branding
Dari data penduduk, dijelaskan bahwa 60% dari penduduk Tangerang adalah kaum komuter, dimana
mereka bekerja di Jakarta, menghabiskan uangnya di Jakarta, dan Tangerang hanya dijadikan tempat
‘numpang tidur dan istirahat’ saja.
Komunitas komuter ini bahkan belum secara sadar tinggal di Tangerang, kecuali sedang memperpanjang
KTP dan SIM, selebihnya selalu meng-klaim tinggal di Jakarta (bukan di pinggir Jakarta lagi, tetapi di
luar Jakarta).
Fenomena ini agak berbeda dengan warga Depok yang sudah secara spontan menyebutkan Depok sebagai
tempat tinggalnya. Para Depokeese ini mempunyai sense of belonging yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Tangerangers.
Ada banyak alasan mengapa penduduk Tangerang komuter belum merasa punya alamat di Tangerang.
Salah satunya saja, adalah penduduk yang mobile ini yang belum masuk radar pemkot Tangerang. Dari
beberapa kali pilkada, masih banyak yang merasa tidak dihubungi dan tidak jelas suaranya dikemanakan.
Berita Pilkada ada di pohon-pohon di setiap ujung jalan, tetapi penduduk ‘komuter’ ini masih terasa asing
di daerahnya sendiri. Tidak dihitung, tidak dilibatkan.
Jika dalam media massa sering diulas pemberitaan tentang betapa dekatnya hubungan antara pemkot
dengan warganya dari banyaknya acara interaksi yang digalang dan digelar, mungkin yang dimaksud disini
adalah warga tetap, warga yang 40% jumlahnya, tidak mewakili keseluruhan komunitas Tangerang.
Pemkot Tangerang perlu untuk melakukan upaya dialog dengan pihak-pihak yang belum masuk radar
tersebut, bahkan karena mereka termasuk golongan pendidikan tinggi dan cukup mapan, keberadaan
mereka dalam satu wadah dengan pemkot Tangerang akan menjadi sumbangan pemikiran dan biaya yang
lumayan.
Involvement bukan hanya akan meningkatkan sense of belonging, tetapi juga sebagai proses ‘buy-in’
warga untuk penerapan strategi pembangunan kota yang sedang dikerjakan.
Pemahaman terhadap kebutuhan tiap segmen dari warganya perlu diketahui dan dipetakan, agar tidak
dilakukan strategi pembangunan generic yang menyamaratakan kebutuhan tiap warga. Jika dalam survey
dikatakan tingkat kepuasan warga Tangerang tinggi, saya ragu, pertanyaan saya, warga kelompok mana
yang diwakili?
Eksternal Branding
Dalam menjelaskan keunikan kota Tangerang, perlu digali secara lebih mendalam potensi apa pada kota
ini yang bisa diangkat dan dijadikan ‘hero’. Sebab, kota Tangerang sendiri terkenal ‘kering’ dari wisata
alam, tidak punya kultur budaya yang khas dan memukau, pokoknya jauh bila dibandingkan dengan kotakota lain yang lebih dulu bersinar di Indonesia seperti Yogyakarta, Denpasar, dan Manado.
Tentu saja ada hal-hal yang bisa dicreate, diciptakan oleh kota Tangerang, dengan tidak menutup
kemungkinan untuk dijadikan sebuah daya tarik tersendiri. Beberapa yang pernah dibahas di media adalah
pembuatan wisata alam buatan seperti danau, taman kota, taman impian dll.
Hal lain yang dibicarakan di media adalah kemungkinan untuk mengusung Tangerang sebagai kota pelajar.
Ini mungkin, asalkan dari segi penambahan universitas dan populasi pelajar saling mengikuti ‘promise’
atau janji tersebut.
Pertanyaan: Sebenarnya, apa kunci sukses sebuah pemerintah kota dalam melakukan branding kotanya?
Apa saja langkah yang harus mereka lakukan?
Jawaban:
Sebelum menciptakan ‘keunggulan’ kota, yang harus dilakukan oleh Pemkot adalah melakukan studi
ethnography terhadap internal dan eksternal kota Tangerang.
Internal: meliputi pihak-pihak internal yaitu pejabat dan staff pemkot, para warga yang terdiri dari
beberapa kelompok yang berbeda, dst. Dalam studi ini digali sampai sejauh mana mereka mempunyai
kedekatan dengan kota Tangerang dan apa yang dirasakan masih kurang dan perlu diperbaiki. Apakah
selama ini kegiatan yang dilakukan oleh Pemkot Tangerang sudah ‘sampai’ ke para warganya? Materi
marcom atau kegiatan apakah itu?
External: meliputi pihak lain di luar kota Tangerang tetapi yang berkepentingan. Misalnya industri yang
ada di kota Tangerang (Investor), pengelola universitas yang ada di Tangerang, juga prospek turism
penduduk di luar kota Tangerang baik di jabodetabek maupun di luar tersebut. Apakah arti kota
Tangerang untuk mereka, atau ingin dijadikan seperti apa Tangerang ini sehingga mereka bisa mempunyai
keterikatan yang khusus.
Setelah penelusuran internal dan external untuk memperoleh insights ini kemudian barulah dipikirkan
strategi marketing communicationnya. Di dalam pemikiran strategi marcom, juga dimasukkan pembahasan
tentang tagline yang harus diusung dan melalui kegiatan marcom apa saja bisa dicapai tujuan komunikasi
kota Tangerang.

http://amaliamaulana.com/blog/branding-kota-tangerang/#more-411

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Konten Penting

Digital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UB
Digital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UBDigital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UB
Digital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UBHarwindra Yoga
 
[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja
[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja
[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong PrimadjajaDeddy Rahman
 
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketingAMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketingLhalNhiez1
 
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKIMeningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKIDadang Solihin
 
Majalah Penerbitan Grafis dan Elektronik
Majalah Penerbitan Grafis dan ElektronikMajalah Penerbitan Grafis dan Elektronik
Majalah Penerbitan Grafis dan ElektronikNurul Latifah Dewi
 
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...Muhammad Iqbal Nursyaifullah Sadeli
 
Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)
Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)
Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)arigwj
 
Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital
Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital
Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital Tri Widodo W. UTOMO
 
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unmPKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unmSansanikhs
 
4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx
4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx
4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docxIdi Dimyati
 
Modul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakModul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakHarun Surya
 
Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) JapraRedRanger
 

Semelhante a Konten Penting (20)

Digital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UB
Digital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UBDigital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UB
Digital Marketing Presentation - Kuliah Tamu FEB - UB
 
periklanan.
 periklanan. periklanan.
periklanan.
 
Kuesioner
KuesionerKuesioner
Kuesioner
 
[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja
[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja
[FINAL] Strategi Digital Pemenangan Gembong Primadjaja
 
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketingAMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
 
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKIMeningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
Meningkatkan Ekonomi Kreatif berbasis Digital untuk Mendorong Pariwisata DKI
 
Majalah Penerbitan Grafis dan Elektronik
Majalah Penerbitan Grafis dan ElektronikMajalah Penerbitan Grafis dan Elektronik
Majalah Penerbitan Grafis dan Elektronik
 
UMKM dan pemasaran online
UMKM dan pemasaran onlineUMKM dan pemasaran online
UMKM dan pemasaran online
 
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
 
Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)
Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)
Model CSR Kota Malang ( PBK A FIA UB)
 
Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital
Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital
Digital Leadership: Kepemimpinan Sektor Publik di Era Digital
 
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unmPKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
PKM K "go hero" proposal program kreativitas mahasiswa unm
 
Inspiring Outdoor Media
Inspiring Outdoor MediaInspiring Outdoor Media
Inspiring Outdoor Media
 
Majalah
MajalahMajalah
Majalah
 
Utama
UtamaUtama
Utama
 
4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx
4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx
4071-Article Text-15198-3-10-20211231.docx
 
2
22
2
 
2
22
2
 
Modul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetakModul manajemen asn cetak
Modul manajemen asn cetak
 
Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Podjok Anti Korupsi - Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT)
 

Konten Penting

  • 1. Jakarta-Bagian humas atau PR harus menjadi yang terdepan bagi sebuah perusahaan. Tugas dan tanggung jawabnya sangat berat ketika menyampaikan informasi aktivitas perusahaan yang memang harus diketahui publik terutama para pemangku kepentingan. Komunikasi atau informasi harus obyektif, apa adanya dan harus jujur. Chairman/pendiri dan pemilik CT Corporation (CT Corp), Chairul Tanjung, menegaskan hal itu dalam acara bedah buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” yang diselenggarakan oleh Perhumas, Jumat (14/9) sore di Djajusman Auditorium & Performance Hal, Sudirman Park Campus, Jakarta Pusat. Hadir antara lain, penyusun buku Tjahja Gunawan Diredja, Ketua Umum BPP Perhumas Prita Kemal Gani, Wakil Ketua BPP Perhumas Agung Laksamana dan Troy Pantow, mantan Ketua Umum BPP Perhumas Muslim Basya, sejumlah senior dan pengurus BPP Perhumas lainnya, sejumlah undangan dan mahasiswa/i LSPR. “Sebagai pemilik perusahaan, saya berharap agar Humas saya itu dapat menjadi orang terdepan menyampaikan informasi yang boleh atau diketahui publik terkait seluruh aktivitas perusahaan. Tetapi tentu tidak semua aktivitas perusahaan perlu diketahui publik. Atau mungkin perlu diketahui oleh publik, tetapi belum saatnya,” tukas Chairul yang juga Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Chairul yang akbrab disapa CT itu mengingatkan, dalam menyampaikan informasi, perhatikan konten. Konten harus disampaikan pada momentum tepat. “Content is so, so, very important. Sebuah konten yang bagus disampaikan pada momen yang tidak tepat, maka menjadi tidak bagus. Menurut saya yang paling penting adalah dia (praktisi PR) harus tahu persis, konten apa dari perusahaan dan media apa yang harus dipakai untuk disampaikan.” Konten itu menurut CT harus mempunyai value. “Dalam melakukan branding company atau branding apa pun, ya harus ada value-nya, harus ada makna, tujuannya jelas, isinya harus benar-benar ada. Kalau tidak ada isinya, dipaksa untuk branding, ya akibatnya cost malah menjadi tinggi dan hasilnya menjadi persoalan.” Kemudian CT memberi contoh ketika membangun Trans Hotel, di Bandung. CT mende-clare hotelnya itu sebagai hotel bintang 6 pertama di Indonesia, namun tidak ada promosi atau pemberitaan media massa sebagaimana kelaziman. Yang dilakukan justru quality of the conduct. Dibenahi semuanya terlebih dahulu hingga tiba momentum yang paling tepat untuk promosi. Konten yang baik, lanjut CT, memudahkan praktisi PR untuk mengemas pencitraan. Antara konten dan cover(image/citra) harus sebanding. Sangat berbahaya jika praktisi PR membuat pencitraan yang serba baik namun ternyata isi (kontennya) buruk. Pemilik Trans TV, Trans 7, Detik, Bank Mega dan Carefour itu menegaskan, “Orang PR jangan berbohong kepada publik. Kalau melihat ada konten yang tidak baik, lalu memaksakan diri untuk membuatcover yang baik, itu berbahaya. Sebaiknya lakukan introspeksi ke dalam. Internalnya diperbaiki dulu. Kalau sudah bagus baru disampaikan kepada publik.” Sangat cerah masa depan PR di Indonesia menurut CT. Optimisme itu didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan bangsa negara Indonesia yang semakin tahun semakin baik, terutama aspek perekonomian. Karena itu pula perusahaan-perusahaan semakin membutuhkan PR. CT menempatkan bidang PR di berbagai perusahaannya sebagai bidang yang strategis. Kesuksesan sebuah perusahaan, demikian CT, tergantung pula pada insan PR. “Orang PR harus bekerja keras dan harus kreatif,” pesan CT menutup acara bedah buku yang dipandu oleh pengurus BPP Perhumas, Febriati Nadira.***(Bos) Sumber: PRWorld http://www.theprworld.com/profile/people/327-chairul-tanjung-content-is-very-important Branding Kota Tangerang BY AMALIA E. MAULANA ON APRIL 9, 2011 IN BLOG WITH COMMENTS OFF
  • 2. Wawancara Amalia E. Maulana oleh Majalah MIX, April 2011 Pertanyaan: Menurut penilaian Anda, bagaimana upaya branding yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang? Apakah upaya itu sudah cukup? Jika masih belum, ke depan apa lagi yang harus dilakukan pemerintah kota Tangerang? Jawaban: Dalam branding ada dua pekerjaan penting: pekerjaan branding internal dan branding eksternal. Ini juga berlaku pada proses branding kota pemerintahan. Branding kota Tangerang sampai hari ini menurut pengamatan saya masih lebih dititikberatkan pada branding internal. Walaupun belum sempurna, tetapi proses branding internal ini tampak dan mengalir. Branding yang bersifat eksternal yang kurang mendapat perhatian. Apa makna kota Tangerang? Kalau makna Bogor mungkin jelas kota hujan dan kota wisata kebun raya dan jalan menuju Puncak. Kota Tangerang? Bagi yang tinggal di luar Jabodetabek mungkin bahkan ‘have no idea’ seperti apa tepatnya gambaran kota Tangerang tersebut. Bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya, walaupun mungkin sudah lebih dirapihkan oleh pemerintahnya, tetapi kesan Tangerang masih tetap ‘ruwet, macet, gersang’ dan perumahan serta industri campur aduk, tidak secara rapi terpisahkan – yang jelas bukan kota impian. Internal Branding Dari data penduduk, dijelaskan bahwa 60% dari penduduk Tangerang adalah kaum komuter, dimana mereka bekerja di Jakarta, menghabiskan uangnya di Jakarta, dan Tangerang hanya dijadikan tempat ‘numpang tidur dan istirahat’ saja. Komunitas komuter ini bahkan belum secara sadar tinggal di Tangerang, kecuali sedang memperpanjang KTP dan SIM, selebihnya selalu meng-klaim tinggal di Jakarta (bukan di pinggir Jakarta lagi, tetapi di luar Jakarta). Fenomena ini agak berbeda dengan warga Depok yang sudah secara spontan menyebutkan Depok sebagai tempat tinggalnya. Para Depokeese ini mempunyai sense of belonging yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tangerangers. Ada banyak alasan mengapa penduduk Tangerang komuter belum merasa punya alamat di Tangerang. Salah satunya saja, adalah penduduk yang mobile ini yang belum masuk radar pemkot Tangerang. Dari beberapa kali pilkada, masih banyak yang merasa tidak dihubungi dan tidak jelas suaranya dikemanakan. Berita Pilkada ada di pohon-pohon di setiap ujung jalan, tetapi penduduk ‘komuter’ ini masih terasa asing di daerahnya sendiri. Tidak dihitung, tidak dilibatkan.
  • 3. Jika dalam media massa sering diulas pemberitaan tentang betapa dekatnya hubungan antara pemkot dengan warganya dari banyaknya acara interaksi yang digalang dan digelar, mungkin yang dimaksud disini adalah warga tetap, warga yang 40% jumlahnya, tidak mewakili keseluruhan komunitas Tangerang. Pemkot Tangerang perlu untuk melakukan upaya dialog dengan pihak-pihak yang belum masuk radar tersebut, bahkan karena mereka termasuk golongan pendidikan tinggi dan cukup mapan, keberadaan mereka dalam satu wadah dengan pemkot Tangerang akan menjadi sumbangan pemikiran dan biaya yang lumayan. Involvement bukan hanya akan meningkatkan sense of belonging, tetapi juga sebagai proses ‘buy-in’ warga untuk penerapan strategi pembangunan kota yang sedang dikerjakan. Pemahaman terhadap kebutuhan tiap segmen dari warganya perlu diketahui dan dipetakan, agar tidak dilakukan strategi pembangunan generic yang menyamaratakan kebutuhan tiap warga. Jika dalam survey dikatakan tingkat kepuasan warga Tangerang tinggi, saya ragu, pertanyaan saya, warga kelompok mana yang diwakili? Eksternal Branding Dalam menjelaskan keunikan kota Tangerang, perlu digali secara lebih mendalam potensi apa pada kota ini yang bisa diangkat dan dijadikan ‘hero’. Sebab, kota Tangerang sendiri terkenal ‘kering’ dari wisata alam, tidak punya kultur budaya yang khas dan memukau, pokoknya jauh bila dibandingkan dengan kotakota lain yang lebih dulu bersinar di Indonesia seperti Yogyakarta, Denpasar, dan Manado. Tentu saja ada hal-hal yang bisa dicreate, diciptakan oleh kota Tangerang, dengan tidak menutup kemungkinan untuk dijadikan sebuah daya tarik tersendiri. Beberapa yang pernah dibahas di media adalah pembuatan wisata alam buatan seperti danau, taman kota, taman impian dll. Hal lain yang dibicarakan di media adalah kemungkinan untuk mengusung Tangerang sebagai kota pelajar. Ini mungkin, asalkan dari segi penambahan universitas dan populasi pelajar saling mengikuti ‘promise’ atau janji tersebut. Pertanyaan: Sebenarnya, apa kunci sukses sebuah pemerintah kota dalam melakukan branding kotanya? Apa saja langkah yang harus mereka lakukan? Jawaban: Sebelum menciptakan ‘keunggulan’ kota, yang harus dilakukan oleh Pemkot adalah melakukan studi ethnography terhadap internal dan eksternal kota Tangerang. Internal: meliputi pihak-pihak internal yaitu pejabat dan staff pemkot, para warga yang terdiri dari beberapa kelompok yang berbeda, dst. Dalam studi ini digali sampai sejauh mana mereka mempunyai kedekatan dengan kota Tangerang dan apa yang dirasakan masih kurang dan perlu diperbaiki. Apakah selama ini kegiatan yang dilakukan oleh Pemkot Tangerang sudah ‘sampai’ ke para warganya? Materi marcom atau kegiatan apakah itu? External: meliputi pihak lain di luar kota Tangerang tetapi yang berkepentingan. Misalnya industri yang ada di kota Tangerang (Investor), pengelola universitas yang ada di Tangerang, juga prospek turism penduduk di luar kota Tangerang baik di jabodetabek maupun di luar tersebut. Apakah arti kota Tangerang untuk mereka, atau ingin dijadikan seperti apa Tangerang ini sehingga mereka bisa mempunyai keterikatan yang khusus.
  • 4. Setelah penelusuran internal dan external untuk memperoleh insights ini kemudian barulah dipikirkan strategi marketing communicationnya. Di dalam pemikiran strategi marcom, juga dimasukkan pembahasan tentang tagline yang harus diusung dan melalui kegiatan marcom apa saja bisa dicapai tujuan komunikasi kota Tangerang. http://amaliamaulana.com/blog/branding-kota-tangerang/#more-411