2. Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh.
Kalimat umumnya berupa kelompok kata. Namun
demikian, tidak setiap kelompok kata disebut
kalimat. Kalimat tidak sedikit pula yang hanya terdiri
atas satu kata
3. Perhatikan contoh berikut:
1. Pergi?
2. Ayah pergi.
3. Ayah saya
4. Ayah saya sedang pergi ke Bandung.
5. Ketika kerusuhan itu terjadi, ayah saya sedang pergi
ke Bandung.
4. Contoh (1) merupakan contoh kalimat yang
dibentuk oleh satu kata. Kalimat-kalimat
semacam ini sering dijumpai dalam
percakapan santai atau dalam situasi
pergaulan yang tidak resmi.
Kalimat yang digunakan dalam
percakapan santai umumnya pendekpendek.
5. Contoh lainnya :
6. Halo.....
7. Santo, sini!
8. Assalamualaikum!
9. Apa kabar?
10. Lari!
6. Contoh (2), (4), dan (5) merupakan
kalimat-kalimat yang terdiri atas dua kata
atau lebih. Seperti halnya contoh (1), bila
disampaikan dalam ragam bahasa lisan,
contoh-contoh tersebut ditandai oleh
intonasi naik turun dan jeda. Dalam ragam
tulisan, diawali oleh huruf kapital dan
diakhiri oleh tanda titik (.), tanda tanya (?)
atau tanda seru(!).
7. Sementara itu, contoh (3) bukanlah kalimat. Hal ini
karena satuan bahasa tersebut tidak mengungkapkan
pikiran yang utuh. Tidak diperoleh informasi lengkap
dari contoh tersebut. Satuan bahasa semacam itu
tidak memerlukan intonasi dan jeda dalam ragam
bahasa lisan ataupun tanda baca pada ragam tulisan.
Satuan bahasa ayah saya merupakan kelompok kata
yang disebut frase. Contoh frase lainnya : sedang
pergi, ke Bandung.
8. Telah disebutkan di atas bahwa kalimat merupakan
satuan bahasa yang dibentuk oleh kata-kata. Katakata tersebut ada yang berupa satuan kata dan
adapula yang berupa kelompok kata. Yang dimaksud
kelompok kata, mungkin berupa frase ataupun
klausa. Dalam ragam bahasa lisan, di samping terdiri
atas kata-kata, kalimat dibentuk pula oleh intonasi,
jeda, nada, dan tempo.
9. Sebagai contoh kalimat yang dibentuk oleh satuan-
satuan kata, perhatikanlah kalimat (1) dan (2) di atas!
Pergi
: dibentuk oleh satu satuan kata
Ayah + pergi
: dibentuk oleh dua satuan kata
10. Contoh – contoh lainnya :
Kami membaca buku.
Besok ibu memasak rendang.
Terjadi kecelakaan kemarin.
Ayahnya guru.
Rumahnya dijual.
Uraian selengkapnya mengenai kata dapat dilihat
dalam bahasan tentang Tata Pembantukan Kata.
11. Frase adalah kelompok kata yang
tidak melebihi batas fungsi. Pengertian
ini digunakan untuk membedakan
frase dengan kalimat. Walaupun
merupakan kelompok kata, frase tidak
mengandung fungsi subjek, predikat,
ataupun fungsi-fungsi lainnya.
12. Frase
Ayah pergi
Kepergian ayah
S
P
Baju itu baru
S
P
Ceritanya menarik
S
P
Terlambat datangnya
P
S
Ibu pergi ke kantor
S P
K
Baju baru
Cerita yang menarik
Kedatangan yang terlambat
Ke kantor
13. Frase dapat pula didefinisikan sebagai
kelompok kata yang unsur-unsurnya masih
mempertahankan makna aslinya.
Pengertian ini digunakan untuk
membedakan frase dengan kata majemuk.
Unsur-unsur pembentuk frase tidak
membentuk makna baru sebagaimana
halnya kata majemuk.
15. Berdasarkan definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa
frase memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
dibentuk oleh dua kata atau lebih
tidak mengandung unsur subjek dan predikat, serta
unsur-unsurnya masih mempertahankan makna
aslinya.
16. Klausa sebagaimana frase, merupakan kelompok kata.
Akan tetapi, sebuah klusa merupakan kelompok kata
yang terdiri atas subjek dan predikat, sedangkan frase
tidak . Klausa berbeda pula dengan kalimat, kalusa
tidak mengandung unsur intonasi. Klausa
kedudukannya merupakan bagian dari suatu kalimat.
17. Klausa
1. Hari ini akan hujan.
2. Besok pagi kakak akan
pergi ke Bandung dan
ayah pergi ke Jakarta.
3. Ketika pertandingan itu
berlangsung mereka
pergi ke luar lapangan.
Hari ini akan hujan
a. Kakak akan pergi ke
Bandung
b. Ayah pergi ke Jakarta
a. Pertandingan itu
berlangsung
b. Mereka pergi ke luar
lapangan.
19. Intonasi adalah naik-turunnya lagu kalimat. Intonasi
berfungsi sebagai pembentuk makna kalimat.
Contoh:
Pergi. (memberi kabar)
Pergi? (bertanya)
Pergi! (memerintah)
Intonasi pada kalimat berita, mendatar pada akhir
kalimat, sedangkan pada kalimat tanya lebih menaik.
Sementara itu, pada kalimat perintah, baik itu pada
awal maupun akhir kalimat, intonasinya menaik
(tinggi).
20. Jeda adalah perhentian lagu kalimat.
Jeda terbagi ke dalam tiga jenis, yakni
jeda pendek, jeda sedang, dan jeda
panjang. Jeda pendek terdapat di
antara dua kata, jeda sedang terdapat
hubungan antara dua klausa, dan jeda
panjang pada pergantian kalimat.
21. Jeda berfungsi untuk menandai batas-batas satuan kalimat.
Perhatikan contoh berikut:
Menurut cerita/adik Ibu Yani itu guru yang pandai.
(Yang pandai adiknya Ibu Yani)
Menurut cerita adik/Ibu Yani itu guru yang pandai.
(Yang pandai Ibu Yani)
Menurut cerita adik ibu/Yani itu guru yang pandai.
(Yang pandai Yani)
Menurut cerita adik Ibu Yani/itu guru pandai.
(Yang pandai seseorang)
Seperti yang tampak pada contoh-contoh di atas, bahwa jeda
juga berfungsi untuk membedakan makna kalimat.
22. Nada adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapan
suatu kata. Dalam hal ini, nada berfungsi untuk
memberi tekanan khusus pada kata-kata tertentu.
Tinggi-rendahnya nada dapat membedakan bagian
kalimat yang satu dengan bagian kalimat lainnya yang
tidak penting.
Perhatikan contoh berikut!
Ahmad mengirim surat kemarin. (bukan Yanto)
Ahmad mengirim surat kemarin. (bukan menulis)
Ahmad mengirim surat kemarin. (bukan buku)
Ahmad mengirim surat kemarin. (bukan besok)
23. Tempo ialah cepat atau lambatnya pengucapan
suatu bagian kalimat. Fungsinya hampir sama
dengan nada, yakni untuk mementingkan suatu
bagian kalimat.
Contoh:
Nama saya A-d-a-m
Kata Adam diucapkan lebih lambat dengan maksud
untuk menimbulkan efek kejelasan bagi
pendengarnya