SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
Baixar para ler offline
M e n g g e r a k k a n Tr a d i s i , M e n e g u h k a n I n d o n e s i a

Edisi 10 / Desember 2013

Bulan Gus Dur
Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui selasar.redaksi@gmail.com.
Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi tulisan. Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis.
Newsletter ini adalah produk nonprofit.

S
SEKADAR MENDAHULUI

Bulan Gus Dur

D

esember seolah tidak pernah lepas dari
kenangan-kenangan besar sepanjang
sejarah. Pada bulan ini, Natal menjadi
sesuatu yang dinantikan oleh umat Kristiani.
Pada bulan ini juga, KH. Abdurrahman Wahid
berpulang ke rahmatullah, dan bahkan
sekarang, Desember dinobatkan sebagai Bulan
Gus Dur oleh banyak kalangan, termasuk
media.
Kabar duka di tahun ini juga muncul,
rekan seperjuangan Gus Dur, pejuang
antiapartheid dari Afrika Selatan, Nelson
Mandela berpulang.
Memperingati semua itu, kami
menyajikan secara spesial pada edisi
Desember 2013. Tulisan yang kami sajikan
adalah buah karya murid-murid Gus Dur.
Adalah Ahmad Suaedy dan Nur Khalik Ridwan
yang menyajikan wacana apik untuk kita kaji
bersama. Untuk melengkapinya, kami juga
menambahkan halaman lebih banyak dari edisiedisi sebelumnya.
Selamat membaca dan memperingati
Bulan Gus Dur.

e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013

2
Penanggung jawab

SekNas JGD
Penasihat

Alissa QM Wahid
Heru Prasetia
koordinator Divisi Media JGD

Heru Prasetia

Pemimpin Redaksi

Nabilah Munsyarihah
Redaksi

Misbahul Ulum
Zahrotien
Editor

Abas Z g.
Tata letak & Ilustrasi cover

Muhammad Nabil
Kontributor

GUSDURian di berbagai daerah
Sirkulasi

Manajemen Informasi Jaringan
GUSDURian

3
Menggerakkan Tradisi

GUS DUR

&

Antisipasi Sumber

Kebudayaan Islam

Oleh: Ahmad Suaedy

S

alah satu warisan Gus Dur yang jarang atau belum
diperhatikan adalah antisipasi perubahan besar peta
sumber kebudayaan Islam Indonesia akibat perubahan
geopolitik dan ekonomi dunia. Ini sudah diperingati Gus Dur
secara intensif sejak dini. Yaitu bangkitnya sumber kebudayaan
dunia yang sempat tenggelam pada era kolonial dan paska
kolonial. Tentu, boleh jadi, dalam wujud yang sama sekali baru.
Para sejarawan menginformasikan, kebudayaan Islam
Jawa atau nusantara tidak lain berasal
dari tiga puncak kebudayaan dunia pra
kolonial, yaitu Persia, Cina dan India. Dari
tiga poros inilah sesungguhnya Islam
semula diolah sedemikian rupa sebagai
sebuah kebudayaan yang matang dan
mendalam, kemudian merambah
ke Nusantara (kini Indonesia). Di
dalamnya termasuk hubungan dagang
dan penguasaan akan laut. Beberapa novel
Pramudya Ananta Toer mengindikasikan
interaksi ini.
Dennis Lombard di pihak lain, misalnya,
menginformasikan bahwa ketinggian budaya
Jawa dan Islam di Nusantara sesungguhnya
merupakan pergeseran dari Indochina.
Indochina merupakan semacam transito
ingredient Islam-Hindu-Buddhis-Animis
sebelum ke Jawa. Tentu ada penyebar
Islam yang berasal dari Arab langsung, juga
orang nusantara yang belajar ke Arab, tetapi
perannya tidak sebesar mereka. Konon,
tidak satu pun dari sembilan wali di Jawa
yang kesohor itu adalah pribumi nusantara.
Sebagian besarnya para sufi berasal dari tiga
poros tersebut.
Penundukan Barat (Eropa dan Amerika),
atas sebagian besar pusat-pusat Islam
seperti Saudi Arabia, Mesir, Afghanistan,

Ilustrasi: Muhammad Nabil

e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013

4
Turki menempatkan mereka sebagai sumber
alternatif utama Islam nusantara dari
sebelumnya. Kombinasi antara modernisasi
Barat yang sentralistik dan Arab yang anti
kebudayaan menggantikan sumber-sumber
kebudayaan Indonesia yang kaya kombinasi
spiritual sufistik yang mendalam dan
keterampilan berdagang. Sumber utama
kebudayaan Islam Indonesia pra kolonial
tersebut lantas nyaris hilang dari memory
umat Islam Indonesia. Namun kini, Iran, Cina
dan India siap menantang dominasi Barat. Apa
reaksi Islam Indonesia?
***
Sewaktu menjadi presiden, Gus Dur
bukan hanya merancang suatu poros dagang
(sesungguhnya politik dan kebudayaan juga)
Jakarta-Peking-New Delhi tetapi sebelumnya
Gus Dur sudah sering mengintroduksi peranan
Indochina sebagai sumber kebudayaan Islam
Indonesia. Indochina terletak di halaman
depan Cina dan halaman belakang India.
Sedangkan dalam perspektif Asia Tenggara
sekarang, Indochina yang dominan Buddhis
adalah mainland sementara Indonesia dan
sekitarnya yang dominan Islam adalah
semenanjung. Karena itu, Islam dan Buddhisme
sesungguhnya, dengan segala dinamikanya,
adalah dua basis utama kebudayaan Asia
Tenggara kini.
Gus Dur sering memperkenalkan Cham
atau Campa, bahkan dia sendiri mengaku
sebagai keturunan putri Champa. Cham
adalah kerajaan besar Hindu sejaman dengan
hegemoni Majapahit di Jawa dan Sriwijaya
di Sumatera yang ditundukkan oleh Angkor
di Kamboja, yang kemudian timbul kembali.
Pada kemunculan kedua inilah dikuasai oleh
Islam, sebelum kemudian dihabisi oleh kerajaan
Viet di Vietnam. Betapa kuatnya Islam dalam
masyarakat Cham, meskipun hanya sebagai
nama kerajaan dan bukan sejenis etnis atau ras,
tetapi penduduk wilayah itu yang kemudian
terpencar karena aksi bumi hangus Viet, juga
yang tertinggal di sekitarnya, menyebut dirinya
sebagai Cham: setara degan etnis atau ras.
Sebuah situs overseas milik jaringan
orang-orang Cham mengumumkan secara
agak aneh: barang siapa yang merasa
keturunan penduduk dari kerajaan Cham
diminta mendaftarkan diri ke situs yang

berpusat di California itu. Kerajaan Cham
telah dibumihanguskan sejak abad ke-18
tetapi penduduknya masih mengakui sebagai
keturunan mereka. Jika disebut kata Cham
maka hampir selalu berkonotasi Muslim
meskipun sebagian kecilnya beragama Hindu.
Islam melewati tiga poros dunia tersebut,
dengan demikian, tidak hanya numpang lewat
melainkan terlebih dahulu menaklukkan pusat
kekuasaan dan menguasai rakyatnya. Islam
tampil bukan hanya dalam bentuk kekuasaan
melainkan menjadi tradisi dan spiritual yang
menghunjam ke dalam masyarakat dengan
sangat dalam. Taj Mahal, salah satu warisan
kebudayaan Islam yang sangat tinggi di
India, misalnya, hanyalah sebuah simbol fisik.
Lebih dari itu tradisi kehidupan dan spiritual
masyarakatnya di wilayah itu jauh lebih dalam.
Jangan lupa bahwa India kini masih tercatat
sebagai Negara dengan penduduk Muslim
terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, di
atas Negara-negara Timur Tengah sekalipun.
***
Dinamika politik di Indochina, Kamboja,
Vietnam, Laos, Myanmar juga Thailand sebagai
bagian dari arus globalisasi, di mana Islam
masuk sebagai bagian dari dinamika tersebut,
selayaknya mengingatkan kita pada antisipasi
Gus Dur tersebut. Tidak seperti masa pra
kolonial di mana Indochina sebagai transito
Islam, kini justru Indonesia sebagai pusat Islam
itu sendiri.
Para pewaris visi perdamaian Gus
Dur perlunya memperkuat, bukan hanya
mengingat, kembali secara sengaja dan
sistematis dialog Islam yang bersifat kawasan
dan antar kebudayaan dan keagamaan
--dengan seluruh dimensinya-- untuk diarahkan
ke kawasan tersebut.***

Bendungan Jatiluhur, 30 November 2013
Coordinator
Abdurrahman Wahid Centre for Inter-Faith Dialogue and
Peace (AWCentre-UI)
3rd Floor Library Building, Universitas Indonesia (UI),
Depok Campus, INDONESIA 
Phone: +62-811193248; Email: suaedy@gusdur.net;
awcentre.ui@gmail.com
Website: awcentre.ui.ac.id/

5
Menggerakkan Tradisi

Refleksi 4 tahun Meninggalnya Gus Dur

Dinamisme
Sang

E

Oleh Nur Khalik Ridwan*

Guru Bangsa

mpat tahun lalu, tepatnya 30 Desember
2009, Gus Dur telah menggenapi takdirnya
“menghadap Rabbil `Alamin”, meminjam
istilah al-Ghazali dalam Minhâjul `Âbidîn. Gus
Dur dimakamkan di kompleks pemakaman
pesantren Tebuireng, Jombang. Makamnya
terus diziarahi oleh masyarakat dari berbagai
lapisan hingga saat ini. Tidak terasa, sudah 4
tahun Gus Dur “meninggalkan fisik” Bangsa
Indonesia. Bagi penulis, tidak penting Gus Dur
diangkat sebagai pahlawan nasional atau tidak.
Bagi bangsa Indonesia, eksistensi, pemikiran,
dan tradisi dinamisnya, telah melampaui itu
semua: menempatkannya sebagai guru bangsa.
Tulisan ini ingin mengenang sosok
Gus Dur dari satu segi, yaitu dasar-dasar
pemikirannya yang dinamis sebagai guru
bangsa. Tentang ini, Greg Barton menyebut
dasar pemikiran dinamis Gus Dur adalah
humanitarianisme-liberal. Dua hal utama
yang mendorong humanitarianisme di dalam
pemikiran Gus Dur disebutkan: rasionalitas
dan keyakinan bahwa melalui usaha rasional
terus menerus, Islam lebih dari sekadar mampu
menjawab tantangan modernitas (Greg Fealy
dan Greg Barton, 1997: 169).
Tidak sedikit kemudian yang menjuluki
Gus Dur, baik karena mengagumi atau
memusuhinya sebagai guru bangsa, dengan
istilah “muslim liberal”, terlepas beberapa
kategori ini menimbulkan kerancuan. Menurut
penulis, memang aspek-aspek perhatian
Gus Dur terhadap harmoni sosial, toleransi,
kebebasan berpendapat, dan hak-hak
minoritas, tidaklah diragukan sama sekali.
Apakah itu diambil dari nilai liberal, adalah
suatu yang tidak sederhana, karena Gus Dur
melihat Islam dalam pemahamannya mampu
menjembatani aspek-aspek kemanusiaan
itu. Karenanya, dasar-dasar dinamis Gus Dur

e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013

6

dikaitkan dengan humanitarianisme-liberal,
sama sekali tidak mewakili aspek yang lebih
luas dari sosok Gus Dur, bahkan sebuah
kesalahan.
Kalau dilihat dari pemikiran Gus Dur
secara lebih luas sebagai guru bangsa, tendens
dan dasar-dasar pemikiran dinamisnya,
bukanlah nilai-nilai liberal. Nilai-nilai positif
dari liberalisme hanya satu bagian saja yang
diserap Gus Dur: itupun sudah tidak dalam
label nilai liberal, tetapi dipahaminya dari
pemahaman tradisi Islam. Lebih dari itu, Gus
Dur mengemukakan banyak segi pemikirannya
dalam kerangka besar yang disebutnya “nilainilai Indonesia”. Baginya nilai yang disebut
“paling Indonesia” di antara semua nilai yang
diikuti oleh warga bangsa ini adalah “pencarian
tidak berkesudahan akan sebuah perubahan
sosial tanpa memutuskan sama sekali dengan
masa lampau kita” (Gus Dur, 2007: 153-163).
Nilai yang demikian ini menurutnya
menampilkan watak kosmopolitan, yang
diimbangi rasa keagamaan yang kuat (dan
Gus Dur berasal dari nilai-nilai Sunni dengan
tauhid sebagai porosnya), dan kesediaan untuk
mencoba gagasan-gagasan tentang pengaturan
masyarakat yang lebih luas; dengan tetap
berpijak pada kerendahan hati yang timbul dari
kesadaran akan kekuatan dasar masyarakat
tradisi untuk mempertahankan diri di tengah
perubahan, berhadapan dengan kenyataan
perubahan.
Gus Dur menerjemahkan nilai “paling
Indonesia” itu untuk konsumsi masyarakat
yang lebih luas, dari konsep sederhana yang
berkembang di pesantren, yaitu al-muhâfazhah
`alâ al-qadîm ash-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd
al-ashlâh (menjaga hal lama yang baik dan
mengambil hal baru yang lebih baik). Dengan
konsep inilah pengembangan masyarakat dan
kondisi sosial senantiasa diterima, termasuk
adalah penafsiran orisinil dan penggalian masa
dalam pemikiran, tetapi dengan tetap berpijak
lalu untuk menyelesaikan masalah-masalah
pada tradisi yang berkesinambungan.
dan perkembangan masa kini. Di sini kaum
Tentu saja, Gus Dur juga menyadari
muslimin dituntut untuk merumuskan kembali
aspek-aspek penggalian nilai Indonesia itu
arti Islam bagi kehidupan umat manusia, yang
dari sejarah nusantara seperti tampak dalam
justru disediakan oleh Islam itu sendiri, tanpa
buku Membaca Sejarah Nusantara (2010).
harus dalam kerangka negara Islam.
Dalam penaggalian sejarah nusantara, Gus
Jauh lebih penting, sebagai seorang
Dur menyadarai aspek penting kecenderungan
santri, Gus Dur menginginkan Islam yang
masyarakat nusantara untuk menerima
demikian adalah Islam yang memiliki
segi-segi positif dari luar, tetapi juga tetap
kontribusi bagi penyelesaian masalah nasional
berpegang pada tradisi yang ada. Aspek
di Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya
tradisi ini tidak dipotong sama sekali. Bahkan,
“kalau kita berbicara umat, tidak bisa lepas
nilai al-muhâfazhah `alâ al-qadîm ash-shâlih
dari bangsa dan negara kita secara keluruhan.
wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh yang
Ini yang harus kita ingat…” Dari jurusan ini,
ada di kalangan pesantren NU, merupakan
ditambah aspek pengembangan nilai-nilai
pengayaan dari aspek-aspek dan pengalamn
Indonesia di atas, Gus Dur lagi-lagi lebih
tradisi pesantren di kalangan NU di tengah
tampak sebagai seorang santri nasionalis; dan
masyarakat nusantara.
keberpihakannya pada aspek-aspek masalah
Lebih dari itu, Gus
rakyat, menjelaskan tendens
Dur adalah seorang santri,
kerakyatannya.
”meneruskan
dan karenanya dasarBukan hanya itu, sebagai
tradisi secara
dasar dinamisnya juga
seorang muslim, Gus Dur tetap
dinamis jauh lebih
bersumber dari nilai-nilai
melaksanakan tradisi shalat,
Islam. Dalam soal ini Gus
berziarah ke makam leluhur,
berat dan sukar
Dur mengemukakan dalam
daripada membuat wirid, shalawatan, tawasul,
kerangka seorang yang
beberapa anak muda diminta
tradisi itu sendiri”
berfondasikan Sunni Asy`ari,
secara kahusus mendawamkan
yang menghargai peranan
shalat, tahlilan, dan sejenisnya.
(2010: 76)
perbuatan manusia dalam
Ini menunjukkan dengan
iktisabnya, tetapi juga melihat ada kekuasaan
terang benderang bahwa Gus Dur bukan
yang lebih kuat dari Yang Maha Kuasa yang
seorang yang berangkat dari dasar-dasar
menentukan takdir manusia. Dalam kerangka
humanitarianisme-liberal dalam tradisi Barat,
itu, Gus Dur berupaya dengan usahanya untuk
meskipun nilai-nilai positifnya diterima.
memimpikan “kebangakitan Islam” di dalam
Jadi, sebagai guru bangsa, Gus Dur
arus perubahan dunia.
adalah seorang muslim, yang hidup dan
Apa yang diinginkannya adalah
diairi dalam tradisi santri di Indonesia; dan
penafsiran kembali tentang apa yang disebut
karena hidup di tanah air Indonesia, Gus
kebangkitan Islam yang dikaitkan dengan
Dur terpanggil untuk juga berbicara tentang
upaya mendinamiskan tradisi Islam, dan pada
masalah-masalah rakyat; dan karena ia seorang
saat yang sama itu hanya akan terjadi, kalau
manusia dan Indonesia bagian dari dunia, Gus
Islam terlibat dalam persoalan-persoslan riil
Dur juga inheren berbicara tentang nilai-nilai
masyarakat. Harus ada upaya massif kalangan
kemanusiaan, sekaligus meneriakan keadilan
Islam untuk memecahkan persoalan-persoalan
tatanan global. Mewujudkan kemajuan dalam
dasar manusia, dengan tetap berpijak pada
pengertian itu semua adalah sebuah jihad.
tradisi.
Wallâhu a’lam.
Dalam agenda demikian itu, menurut
Gus Dur justru ”meneruskan tradisi secara
dinamis jauh lebih berat dan sukar daripada
membuat tradisi itu sendiri” (2010: 76).
*)Nur Khalik Ridwan, penulis buku “Gus Dur dan
Negara Pancasila” (2010), dan “Suluk Gus Dur (2013).
Karenanya, kebangkitan Islam bagi Gus Dur

7
e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013

8
design by: Morenk Beladro

9
Foto: Nabilah Munsyarihah

Forum
Imam Aziz:

Pejuang Rekonsiliasi dan HAM

T

ertanggal 26 Maret 2000, melalui
wawancaranya di Forum Keadilan,
Pramoedya Ananta Toer dengan tegas
menolak rekonsiliasi. Permintaan maaf Gus Dur
kepada para korban kesewenang-wenangan
Peristiwa 65 dijawab Pram dengan, “gampang
amat!”. Sepekan kemudian, Goenawan
Mohammad (GM) turut menyesalkan penolakan
permintaan maaf itu dalam rubrik Kolom
Tempo.
Pram pun menjawab GM dengan
menyangsikan permintaan maaf Gus
Dur sebagai basa-basi. “Sekalipun dalam
kapasitasnya sebagai presiden, Gus Dur tidak
bisa meminta maaf. Negara ini mempunyai
lembaga-lembaga perwakilan, dan biarkan
lembaga negara seperti DPR dan MPR
mengatakannya. Bukan Gus Dur yang harus
mengatakan itu. Yang saya inginkan adalah
tegaknya hukum dan keadilan di Indonesia.
Orang seperti saya menderita karena tiadanya
hukum dan keadilan,” tulisnya.

e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013

10

Penderitaan sebagai korban Peristiwa 65
tampak begitu membekas dalam diri Pram.
Hingga kini, persoalanan terkait Peristiwa
65 belum terselesaikan dengan tuntas. Oleh
karena itulah, Imam Aziz mendirikan Syarikat
pada tahun 2001 untuk mengurai kekusutan itu.
“Awalnya, programnya hanya penelitian
tentang Peristiwa 65,” tutur Ketua PBNU itu.
Syarikat mencoba mengklarifikasi Peristiwa
itu dari berbagai pihak yang terkait. “Agar kita
dapat jernih menilainya,” imbuhnya.
Selain itu, juga dilakukan rehabilitasi para
korban Peristiwa tersebut, baik dari pihak PKI,
NU, dlsb. “Nah, baru setelah itu institutional
reform, baik itu negara maupun undangundangnya yang melanggar HAM,” pungkasnya
saat ditemui Tim Selasar usai memberikan
materi Sekolah Pemikiran Gus Dur di Lkis pada
Minggu (1/12) lalu. (*)
Pergulatan

Bulan (untuk) Gus Dur

D

esember dinobatkan sebagai bulan Gus
Dur oleh banyak kalangan, termasuk
media massa yang menyediakan space
khusus untuk menampung tulisan-tulisan
tentang mantan Presiden keempat Republik
Indonesia ini secara khusus selama satu bulan.
Tulisan-tulisan dan kajian-kajian tentang
Gus Dur tersebut cukup menggembirakan
karena menampung banyak hal yang
terlupakan dari sosok mantan Ketua PBNU
ini, termasuk sepak terjang dan guyonan yang
menjadi ciri khasnya.
GUSDURian juga demikian, sebagai
generasi penerus perjuangan suami dari
Shinta Nuriyah ini dalam bidang diluar politik
praktis, juga memperingatinya. Banyak hal
yang dilakukan oleh masing-masing komunitas
didaerah, termasuk berdirinya sejumlah
komunitas baru seperti di Manado.
Peringatan dalam bentuk seremoni
penting sebagai upaya mempopulerkan
kembali apa yang dulu telah diperjuangkan Gus
Dur. Tetapi mengambil makna dibalik semua itu
adalah yang paling penting. Yakni, menentukan

kembali langkah gerakan kita untuk semakin
maju dan berkembang.
Seperti titik nol, mencapai bulan
Desember, seolah kita sudah berada di puncak
peringatan, dan akan kembali pada titik start
di bulan berikutnya. Adalah sangat baik ketika
pada penghujung tahun juga terdapat semacam
ide-ide baru yang digagas untuk setahun
kedepan, tentunya dalam bidang melanjutkan
perjuangan Gus Dur.
Memperbaharui konsep perjuangan
adalah contohnya. Zaman semakin bergulir
menuju kemajuan, dinamika masyarakat juga
semakin bergeser tatanannya. Untuk itu,
mencari langkah-langkah dan strategi baru juga
sepertinya perlu kita lakukan sehingga tujuan
dari perjuangan kita menegakkan 9 nilai dasar
GUSDURian tercapai dengan sempurna.
Desember adalah akhir tahun, menuju
tahun baru dan menuju strategi baru untuk
semakin berkembang dan maju.
Selamat Bulan Desember, Selamat Bulan
Gus Dur, selamat Natal dan selamat menikmati
akhir tahun. (*)

Mati ketawa

Dicium Artis Cantik

M

agnet sense of humor Gus Dur yang tinggi membuat kesengsem salah satu artis cantik
saat hadir dalam suatu acara di rumah salah seorang pengasuh Pondok Kajen. Saking
gemesnya, artis itu dengan santai langsung ngesun (mencium) pipi Gus Dur tanpa pakai
kulo nuwun alias permisi.
Kisah ini diceritakan Gus Mus, kiai kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah. Menurut Gus
Mus, aksi artis cantik itu jelas membuat beberapa di antara mereka yang hadir langsung kaget dan
bingung. Siapa yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem aja disun (dicium) artis cantik.
Tak lama kemudian begitu sudah agak sepi, Gus Mus yang sedang di antara mereka, langsung
numpahin sederet kalimat yang sudah dari tadi cuma bisa disimpan dalam hati. “Loh Gus, kok Gus
Dur diam saja sih disun sama perempuan?” ujar Gus Mus.
Dengan santai dan silakan bayangin sendiri gayanya, Gus Dur malah ngasih jawaban sepele.
“Lha wong saya kan nggak bisa lihat. Ya mbok sampeyan jangan kepingin,” ujar Gus Dur. (*)

11
Resolusi Jihad Jilid II

R

Jombang
yang digelar di Aula Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang yang dilaksanakan pada tanggal
7-8 Desember lalu. “Kami akan mendeklarasikan
ini di seluruh Indonesia dengan Jombang sebagai
titik start kami,” tandas pria yang koordinator
GUSDURian Jawa Timur ini. (*)

Foto: Liputan6.com

Yogyakarta

esolusi jihad dikumandangkan pertama
kali oleh Nahdlatul Ulama untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia seutuhnya. Dalam hal
itu, seluruh umat Islam rela mengorbankan apapun
yang dimiliki untuk berperang fisik melawan
tentara Belanda.
Kini, setelah Tentara Belanda pergi,
perjuangan belum berakhir, problematika baru
bermunculan dan perlu dilakukan penyelesaian.
Front Nahdhiyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya
Alam (FN-KSDA) mendeklarasikan Resolusi Jihad
Jilid II sebagai upaya perjuangan terhadap bentuk
penjajahan baru (Kapitalisme ekstraktif).
“Langkah ini kami ambil sebagai upaya
penyelamatan lingkungan dari ekspolitasi secara
terus menerus dan berbagai hal yang menyangkut
kedaulatan sumber daya alam,” kata Koordinator
FN-KSDA, Aan Anshori.
Ia mengatakan hal tersebut pada rapat akbar

Foto: Dokumen panitia

Konkow

Peringati Haul Gus Dur dengan Kirab dan Orasi Budaya

P

eringatan haul ke-4 KH Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) di Yogyakarta berlangsung meriah,
Senin (16/12). Hadir dalam acara bertema
“Napak Tilas Perjalanan Gus Dur dalam Merawat
Kebhinnekaan” ini warga dari berbagai komunitas
dan pemeluk agama.
Rangkaian perhelatan haul dimulai sejak
pukul 15.00 WIB dengan melakukan kirab budaya
dari gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta
menuju Monumen Serangan Umum 1 Maret.
Malamnya, berbagai tokoh lintas agama bergantian
membaca puisi dan menyampaikan orasi budaya
untuk mengenang Gus Dur.
Dalam orasinya, istri Gus Dur, Ny Hj Shinta

Nuriyah Abdurrahman Wahid mengatakan, semakin
banyaknya orang yang meneruskan perjuangan
Gus Dur membuat presiden ke-4 ini terus serasa di
tengah-tengah masyarakat.
“Gus Dur itu adalah oase yang menjadi sumber
mata air bagi kehidupan. Kita semua punya tugas
penting untuk menjaga sumber ini, agar selalu
mengalir dan memebrikan kehidupan bagi manusia,”
ujarnya.
Haul Gus Dur juga digelar di kediamannya
Ciganjur Jakarta (28/12) dan Pondok Pesantren
Tebuireng (3/1) awal tahun mendatang.
(diolah dari nu online)

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Arief Rahman Hakim
 
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
 uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?) uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
umma Indonesia
 
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islamTopik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Afif Syakir
 
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5 done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5   donePendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5   done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5 done
Mabriantama Wisastrio
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
Hamdani Alqobus
 
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia KontemporariAliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
aikhwan5
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
BahRum Subagia
 

Mais procurados (20)

2020 Moderasi WI_Kepsek
2020 Moderasi WI_Kepsek2020 Moderasi WI_Kepsek
2020 Moderasi WI_Kepsek
 
Pesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan MoralPesantren dan Perbaikan Moral
Pesantren dan Perbaikan Moral
 
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
 
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGANAGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
 
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
 uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?) uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
uMagazine by umma vol 9 (Apa Kabar Guru Agama?)
 
Makalah kerukunan antar umat beragama
Makalah kerukunan antar umat beragamaMakalah kerukunan antar umat beragama
Makalah kerukunan antar umat beragama
 
Kerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragamaKerukunan umat beragama
Kerukunan umat beragama
 
Makalah kerukunan umat_beragama
Makalah kerukunan umat_beragamaMakalah kerukunan umat_beragama
Makalah kerukunan umat_beragama
 
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islamTopik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
Topik 3 cabaran komunikasi dan penyiaran dalam islam
 
Fix - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-ma
Fix  - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-maFix  - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-ma
Fix - materi toleransi dalam keberagaman fasprov mi-m ts-ma
 
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5 done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5   donePendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5   done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5 done
 
Evidensi Kepemimpinan Rasulullah
Evidensi Kepemimpinan RasulullahEvidensi Kepemimpinan Rasulullah
Evidensi Kepemimpinan Rasulullah
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
 
MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?
MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?
MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA?
 
Kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragamaKerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama
 
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia KontemporariAliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
Aliran Islam Dan Pembangunan Manusia Kontemporari
 
Presentasi Agama
Presentasi AgamaPresentasi Agama
Presentasi Agama
 
Moderasi beragama
Moderasi beragamaModerasi beragama
Moderasi beragama
 
Kerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat BeragamaKerukunan Antar Umat Beragama
Kerukunan Antar Umat Beragama
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 

Semelhante a Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)

Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus DurIslam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Ali Murfhy
 
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus DurIslam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Ali Murfi
 
konsep pendidikan ibnu rusyd (f).docx
konsep pendidikan ibnu rusyd (f).docxkonsep pendidikan ibnu rusyd (f).docx
konsep pendidikan ibnu rusyd (f).docx
UkhyAverroes
 

Semelhante a Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur) (20)

Gerakan Pemikiran Abdurrahman Wahid
Gerakan Pemikiran Abdurrahman WahidGerakan Pemikiran Abdurrahman Wahid
Gerakan Pemikiran Abdurrahman Wahid
 
DR. HASANI AHMAD SAID, MA - ISLAM DAN BUDAYA DI BANTEN
DR. HASANI AHMAD SAID, MA - ISLAM DAN BUDAYA DI BANTENDR. HASANI AHMAD SAID, MA - ISLAM DAN BUDAYA DI BANTEN
DR. HASANI AHMAD SAID, MA - ISLAM DAN BUDAYA DI BANTEN
 
Kel 8
Kel 8Kel 8
Kel 8
 
CTU551 Tamadun India academic writing
CTU551 Tamadun India academic writingCTU551 Tamadun India academic writing
CTU551 Tamadun India academic writing
 
Julian millie, muslim etnis dan muslim indonesia
Julian millie, muslim etnis dan muslim indonesiaJulian millie, muslim etnis dan muslim indonesia
Julian millie, muslim etnis dan muslim indonesia
 
PPT KELOMPOK 2 STUDI ISLAM INDONESIA.pdf
PPT KELOMPOK 2 STUDI ISLAM INDONESIA.pdfPPT KELOMPOK 2 STUDI ISLAM INDONESIA.pdf
PPT KELOMPOK 2 STUDI ISLAM INDONESIA.pdf
 
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus DurIslam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
 
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus DurIslam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
Islam dan Demokrasi; Telaah Pemikiran Gus Dur
 
Sejarah islam di indonesia
Sejarah islam di indonesiaSejarah islam di indonesia
Sejarah islam di indonesia
 
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesiaPp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
 
Sejarah keberadaan islam di tanah jawa
Sejarah keberadaan islam di tanah jawaSejarah keberadaan islam di tanah jawa
Sejarah keberadaan islam di tanah jawa
 
STRATEGI MISI KRISTEN.ppt
STRATEGI MISI KRISTEN.pptSTRATEGI MISI KRISTEN.ppt
STRATEGI MISI KRISTEN.ppt
 
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
 
konsep pendidikan ibnu rusyd (f).docx
konsep pendidikan ibnu rusyd (f).docxkonsep pendidikan ibnu rusyd (f).docx
konsep pendidikan ibnu rusyd (f).docx
 
Modul 8 kb 3
Modul 8 kb 3Modul 8 kb 3
Modul 8 kb 3
 
Membangun Peradaban Islam
Membangun Peradaban IslamMembangun Peradaban Islam
Membangun Peradaban Islam
 
BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARABAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
BAB VI MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
 
ISlam Asia Tenggara
ISlam Asia Tenggara ISlam Asia Tenggara
ISlam Asia Tenggara
 
Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah
Kontroversi Pemahaman AhmadiyahKontroversi Pemahaman Ahmadiyah
Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah
 
Sofa gus dur
Sofa gus durSofa gus dur
Sofa gus dur
 

Último

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Último (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Selasar edisi 10 (Spesial Haul Gus Dur)

  • 1. M e n g g e r a k k a n Tr a d i s i , M e n e g u h k a n I n d o n e s i a Edisi 10 / Desember 2013 Bulan Gus Dur Redaksi menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, opini, berita melalui selasar.redaksi@gmail.com. Redaksi tidak bertanggung jawab atas isi tulisan. Tulisan itu adalah pandangan pribadi penulis. Newsletter ini adalah produk nonprofit. S
  • 2. SEKADAR MENDAHULUI Bulan Gus Dur D esember seolah tidak pernah lepas dari kenangan-kenangan besar sepanjang sejarah. Pada bulan ini, Natal menjadi sesuatu yang dinantikan oleh umat Kristiani. Pada bulan ini juga, KH. Abdurrahman Wahid berpulang ke rahmatullah, dan bahkan sekarang, Desember dinobatkan sebagai Bulan Gus Dur oleh banyak kalangan, termasuk media. Kabar duka di tahun ini juga muncul, rekan seperjuangan Gus Dur, pejuang antiapartheid dari Afrika Selatan, Nelson Mandela berpulang. Memperingati semua itu, kami menyajikan secara spesial pada edisi Desember 2013. Tulisan yang kami sajikan adalah buah karya murid-murid Gus Dur. Adalah Ahmad Suaedy dan Nur Khalik Ridwan yang menyajikan wacana apik untuk kita kaji bersama. Untuk melengkapinya, kami juga menambahkan halaman lebih banyak dari edisiedisi sebelumnya. Selamat membaca dan memperingati Bulan Gus Dur. e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013 2
  • 3. Penanggung jawab SekNas JGD Penasihat Alissa QM Wahid Heru Prasetia koordinator Divisi Media JGD Heru Prasetia Pemimpin Redaksi Nabilah Munsyarihah Redaksi Misbahul Ulum Zahrotien Editor Abas Z g. Tata letak & Ilustrasi cover Muhammad Nabil Kontributor GUSDURian di berbagai daerah Sirkulasi Manajemen Informasi Jaringan GUSDURian 3
  • 4. Menggerakkan Tradisi GUS DUR & Antisipasi Sumber Kebudayaan Islam Oleh: Ahmad Suaedy S alah satu warisan Gus Dur yang jarang atau belum diperhatikan adalah antisipasi perubahan besar peta sumber kebudayaan Islam Indonesia akibat perubahan geopolitik dan ekonomi dunia. Ini sudah diperingati Gus Dur secara intensif sejak dini. Yaitu bangkitnya sumber kebudayaan dunia yang sempat tenggelam pada era kolonial dan paska kolonial. Tentu, boleh jadi, dalam wujud yang sama sekali baru. Para sejarawan menginformasikan, kebudayaan Islam Jawa atau nusantara tidak lain berasal dari tiga puncak kebudayaan dunia pra kolonial, yaitu Persia, Cina dan India. Dari tiga poros inilah sesungguhnya Islam semula diolah sedemikian rupa sebagai sebuah kebudayaan yang matang dan mendalam, kemudian merambah ke Nusantara (kini Indonesia). Di dalamnya termasuk hubungan dagang dan penguasaan akan laut. Beberapa novel Pramudya Ananta Toer mengindikasikan interaksi ini. Dennis Lombard di pihak lain, misalnya, menginformasikan bahwa ketinggian budaya Jawa dan Islam di Nusantara sesungguhnya merupakan pergeseran dari Indochina. Indochina merupakan semacam transito ingredient Islam-Hindu-Buddhis-Animis sebelum ke Jawa. Tentu ada penyebar Islam yang berasal dari Arab langsung, juga orang nusantara yang belajar ke Arab, tetapi perannya tidak sebesar mereka. Konon, tidak satu pun dari sembilan wali di Jawa yang kesohor itu adalah pribumi nusantara. Sebagian besarnya para sufi berasal dari tiga poros tersebut. Penundukan Barat (Eropa dan Amerika), atas sebagian besar pusat-pusat Islam seperti Saudi Arabia, Mesir, Afghanistan, Ilustrasi: Muhammad Nabil e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013 4
  • 5. Turki menempatkan mereka sebagai sumber alternatif utama Islam nusantara dari sebelumnya. Kombinasi antara modernisasi Barat yang sentralistik dan Arab yang anti kebudayaan menggantikan sumber-sumber kebudayaan Indonesia yang kaya kombinasi spiritual sufistik yang mendalam dan keterampilan berdagang. Sumber utama kebudayaan Islam Indonesia pra kolonial tersebut lantas nyaris hilang dari memory umat Islam Indonesia. Namun kini, Iran, Cina dan India siap menantang dominasi Barat. Apa reaksi Islam Indonesia? *** Sewaktu menjadi presiden, Gus Dur bukan hanya merancang suatu poros dagang (sesungguhnya politik dan kebudayaan juga) Jakarta-Peking-New Delhi tetapi sebelumnya Gus Dur sudah sering mengintroduksi peranan Indochina sebagai sumber kebudayaan Islam Indonesia. Indochina terletak di halaman depan Cina dan halaman belakang India. Sedangkan dalam perspektif Asia Tenggara sekarang, Indochina yang dominan Buddhis adalah mainland sementara Indonesia dan sekitarnya yang dominan Islam adalah semenanjung. Karena itu, Islam dan Buddhisme sesungguhnya, dengan segala dinamikanya, adalah dua basis utama kebudayaan Asia Tenggara kini. Gus Dur sering memperkenalkan Cham atau Campa, bahkan dia sendiri mengaku sebagai keturunan putri Champa. Cham adalah kerajaan besar Hindu sejaman dengan hegemoni Majapahit di Jawa dan Sriwijaya di Sumatera yang ditundukkan oleh Angkor di Kamboja, yang kemudian timbul kembali. Pada kemunculan kedua inilah dikuasai oleh Islam, sebelum kemudian dihabisi oleh kerajaan Viet di Vietnam. Betapa kuatnya Islam dalam masyarakat Cham, meskipun hanya sebagai nama kerajaan dan bukan sejenis etnis atau ras, tetapi penduduk wilayah itu yang kemudian terpencar karena aksi bumi hangus Viet, juga yang tertinggal di sekitarnya, menyebut dirinya sebagai Cham: setara degan etnis atau ras. Sebuah situs overseas milik jaringan orang-orang Cham mengumumkan secara agak aneh: barang siapa yang merasa keturunan penduduk dari kerajaan Cham diminta mendaftarkan diri ke situs yang berpusat di California itu. Kerajaan Cham telah dibumihanguskan sejak abad ke-18 tetapi penduduknya masih mengakui sebagai keturunan mereka. Jika disebut kata Cham maka hampir selalu berkonotasi Muslim meskipun sebagian kecilnya beragama Hindu. Islam melewati tiga poros dunia tersebut, dengan demikian, tidak hanya numpang lewat melainkan terlebih dahulu menaklukkan pusat kekuasaan dan menguasai rakyatnya. Islam tampil bukan hanya dalam bentuk kekuasaan melainkan menjadi tradisi dan spiritual yang menghunjam ke dalam masyarakat dengan sangat dalam. Taj Mahal, salah satu warisan kebudayaan Islam yang sangat tinggi di India, misalnya, hanyalah sebuah simbol fisik. Lebih dari itu tradisi kehidupan dan spiritual masyarakatnya di wilayah itu jauh lebih dalam. Jangan lupa bahwa India kini masih tercatat sebagai Negara dengan penduduk Muslim terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, di atas Negara-negara Timur Tengah sekalipun. *** Dinamika politik di Indochina, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar juga Thailand sebagai bagian dari arus globalisasi, di mana Islam masuk sebagai bagian dari dinamika tersebut, selayaknya mengingatkan kita pada antisipasi Gus Dur tersebut. Tidak seperti masa pra kolonial di mana Indochina sebagai transito Islam, kini justru Indonesia sebagai pusat Islam itu sendiri. Para pewaris visi perdamaian Gus Dur perlunya memperkuat, bukan hanya mengingat, kembali secara sengaja dan sistematis dialog Islam yang bersifat kawasan dan antar kebudayaan dan keagamaan --dengan seluruh dimensinya-- untuk diarahkan ke kawasan tersebut.*** Bendungan Jatiluhur, 30 November 2013 Coordinator Abdurrahman Wahid Centre for Inter-Faith Dialogue and Peace (AWCentre-UI) 3rd Floor Library Building, Universitas Indonesia (UI), Depok Campus, INDONESIA  Phone: +62-811193248; Email: suaedy@gusdur.net; awcentre.ui@gmail.com Website: awcentre.ui.ac.id/ 5
  • 6. Menggerakkan Tradisi Refleksi 4 tahun Meninggalnya Gus Dur Dinamisme Sang E Oleh Nur Khalik Ridwan* Guru Bangsa mpat tahun lalu, tepatnya 30 Desember 2009, Gus Dur telah menggenapi takdirnya “menghadap Rabbil `Alamin”, meminjam istilah al-Ghazali dalam Minhâjul `Âbidîn. Gus Dur dimakamkan di kompleks pemakaman pesantren Tebuireng, Jombang. Makamnya terus diziarahi oleh masyarakat dari berbagai lapisan hingga saat ini. Tidak terasa, sudah 4 tahun Gus Dur “meninggalkan fisik” Bangsa Indonesia. Bagi penulis, tidak penting Gus Dur diangkat sebagai pahlawan nasional atau tidak. Bagi bangsa Indonesia, eksistensi, pemikiran, dan tradisi dinamisnya, telah melampaui itu semua: menempatkannya sebagai guru bangsa. Tulisan ini ingin mengenang sosok Gus Dur dari satu segi, yaitu dasar-dasar pemikirannya yang dinamis sebagai guru bangsa. Tentang ini, Greg Barton menyebut dasar pemikiran dinamis Gus Dur adalah humanitarianisme-liberal. Dua hal utama yang mendorong humanitarianisme di dalam pemikiran Gus Dur disebutkan: rasionalitas dan keyakinan bahwa melalui usaha rasional terus menerus, Islam lebih dari sekadar mampu menjawab tantangan modernitas (Greg Fealy dan Greg Barton, 1997: 169). Tidak sedikit kemudian yang menjuluki Gus Dur, baik karena mengagumi atau memusuhinya sebagai guru bangsa, dengan istilah “muslim liberal”, terlepas beberapa kategori ini menimbulkan kerancuan. Menurut penulis, memang aspek-aspek perhatian Gus Dur terhadap harmoni sosial, toleransi, kebebasan berpendapat, dan hak-hak minoritas, tidaklah diragukan sama sekali. Apakah itu diambil dari nilai liberal, adalah suatu yang tidak sederhana, karena Gus Dur melihat Islam dalam pemahamannya mampu menjembatani aspek-aspek kemanusiaan itu. Karenanya, dasar-dasar dinamis Gus Dur e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013 6 dikaitkan dengan humanitarianisme-liberal, sama sekali tidak mewakili aspek yang lebih luas dari sosok Gus Dur, bahkan sebuah kesalahan. Kalau dilihat dari pemikiran Gus Dur secara lebih luas sebagai guru bangsa, tendens dan dasar-dasar pemikiran dinamisnya, bukanlah nilai-nilai liberal. Nilai-nilai positif dari liberalisme hanya satu bagian saja yang diserap Gus Dur: itupun sudah tidak dalam label nilai liberal, tetapi dipahaminya dari pemahaman tradisi Islam. Lebih dari itu, Gus Dur mengemukakan banyak segi pemikirannya dalam kerangka besar yang disebutnya “nilainilai Indonesia”. Baginya nilai yang disebut “paling Indonesia” di antara semua nilai yang diikuti oleh warga bangsa ini adalah “pencarian tidak berkesudahan akan sebuah perubahan sosial tanpa memutuskan sama sekali dengan masa lampau kita” (Gus Dur, 2007: 153-163). Nilai yang demikian ini menurutnya menampilkan watak kosmopolitan, yang diimbangi rasa keagamaan yang kuat (dan Gus Dur berasal dari nilai-nilai Sunni dengan tauhid sebagai porosnya), dan kesediaan untuk mencoba gagasan-gagasan tentang pengaturan masyarakat yang lebih luas; dengan tetap berpijak pada kerendahan hati yang timbul dari kesadaran akan kekuatan dasar masyarakat tradisi untuk mempertahankan diri di tengah perubahan, berhadapan dengan kenyataan perubahan. Gus Dur menerjemahkan nilai “paling Indonesia” itu untuk konsumsi masyarakat yang lebih luas, dari konsep sederhana yang berkembang di pesantren, yaitu al-muhâfazhah `alâ al-qadîm ash-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh (menjaga hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik). Dengan konsep inilah pengembangan masyarakat dan
  • 7. kondisi sosial senantiasa diterima, termasuk adalah penafsiran orisinil dan penggalian masa dalam pemikiran, tetapi dengan tetap berpijak lalu untuk menyelesaikan masalah-masalah pada tradisi yang berkesinambungan. dan perkembangan masa kini. Di sini kaum Tentu saja, Gus Dur juga menyadari muslimin dituntut untuk merumuskan kembali aspek-aspek penggalian nilai Indonesia itu arti Islam bagi kehidupan umat manusia, yang dari sejarah nusantara seperti tampak dalam justru disediakan oleh Islam itu sendiri, tanpa buku Membaca Sejarah Nusantara (2010). harus dalam kerangka negara Islam. Dalam penaggalian sejarah nusantara, Gus Jauh lebih penting, sebagai seorang Dur menyadarai aspek penting kecenderungan santri, Gus Dur menginginkan Islam yang masyarakat nusantara untuk menerima demikian adalah Islam yang memiliki segi-segi positif dari luar, tetapi juga tetap kontribusi bagi penyelesaian masalah nasional berpegang pada tradisi yang ada. Aspek di Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya tradisi ini tidak dipotong sama sekali. Bahkan, “kalau kita berbicara umat, tidak bisa lepas nilai al-muhâfazhah `alâ al-qadîm ash-shâlih dari bangsa dan negara kita secara keluruhan. wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh yang Ini yang harus kita ingat…” Dari jurusan ini, ada di kalangan pesantren NU, merupakan ditambah aspek pengembangan nilai-nilai pengayaan dari aspek-aspek dan pengalamn Indonesia di atas, Gus Dur lagi-lagi lebih tradisi pesantren di kalangan NU di tengah tampak sebagai seorang santri nasionalis; dan masyarakat nusantara. keberpihakannya pada aspek-aspek masalah Lebih dari itu, Gus rakyat, menjelaskan tendens Dur adalah seorang santri, kerakyatannya. ”meneruskan dan karenanya dasarBukan hanya itu, sebagai tradisi secara dasar dinamisnya juga seorang muslim, Gus Dur tetap dinamis jauh lebih bersumber dari nilai-nilai melaksanakan tradisi shalat, Islam. Dalam soal ini Gus berziarah ke makam leluhur, berat dan sukar Dur mengemukakan dalam daripada membuat wirid, shalawatan, tawasul, kerangka seorang yang beberapa anak muda diminta tradisi itu sendiri” berfondasikan Sunni Asy`ari, secara kahusus mendawamkan yang menghargai peranan shalat, tahlilan, dan sejenisnya. (2010: 76) perbuatan manusia dalam Ini menunjukkan dengan iktisabnya, tetapi juga melihat ada kekuasaan terang benderang bahwa Gus Dur bukan yang lebih kuat dari Yang Maha Kuasa yang seorang yang berangkat dari dasar-dasar menentukan takdir manusia. Dalam kerangka humanitarianisme-liberal dalam tradisi Barat, itu, Gus Dur berupaya dengan usahanya untuk meskipun nilai-nilai positifnya diterima. memimpikan “kebangakitan Islam” di dalam Jadi, sebagai guru bangsa, Gus Dur arus perubahan dunia. adalah seorang muslim, yang hidup dan Apa yang diinginkannya adalah diairi dalam tradisi santri di Indonesia; dan penafsiran kembali tentang apa yang disebut karena hidup di tanah air Indonesia, Gus kebangkitan Islam yang dikaitkan dengan Dur terpanggil untuk juga berbicara tentang upaya mendinamiskan tradisi Islam, dan pada masalah-masalah rakyat; dan karena ia seorang saat yang sama itu hanya akan terjadi, kalau manusia dan Indonesia bagian dari dunia, Gus Islam terlibat dalam persoalan-persoslan riil Dur juga inheren berbicara tentang nilai-nilai masyarakat. Harus ada upaya massif kalangan kemanusiaan, sekaligus meneriakan keadilan Islam untuk memecahkan persoalan-persoalan tatanan global. Mewujudkan kemajuan dalam dasar manusia, dengan tetap berpijak pada pengertian itu semua adalah sebuah jihad. tradisi. Wallâhu a’lam. Dalam agenda demikian itu, menurut Gus Dur justru ”meneruskan tradisi secara dinamis jauh lebih berat dan sukar daripada membuat tradisi itu sendiri” (2010: 76). *)Nur Khalik Ridwan, penulis buku “Gus Dur dan Negara Pancasila” (2010), dan “Suluk Gus Dur (2013). Karenanya, kebangkitan Islam bagi Gus Dur 7
  • 9. design by: Morenk Beladro 9
  • 10. Foto: Nabilah Munsyarihah Forum Imam Aziz: Pejuang Rekonsiliasi dan HAM T ertanggal 26 Maret 2000, melalui wawancaranya di Forum Keadilan, Pramoedya Ananta Toer dengan tegas menolak rekonsiliasi. Permintaan maaf Gus Dur kepada para korban kesewenang-wenangan Peristiwa 65 dijawab Pram dengan, “gampang amat!”. Sepekan kemudian, Goenawan Mohammad (GM) turut menyesalkan penolakan permintaan maaf itu dalam rubrik Kolom Tempo. Pram pun menjawab GM dengan menyangsikan permintaan maaf Gus Dur sebagai basa-basi. “Sekalipun dalam kapasitasnya sebagai presiden, Gus Dur tidak bisa meminta maaf. Negara ini mempunyai lembaga-lembaga perwakilan, dan biarkan lembaga negara seperti DPR dan MPR mengatakannya. Bukan Gus Dur yang harus mengatakan itu. Yang saya inginkan adalah tegaknya hukum dan keadilan di Indonesia. Orang seperti saya menderita karena tiadanya hukum dan keadilan,” tulisnya. e-newsletter SELASAR /edisi 10/2013 10 Penderitaan sebagai korban Peristiwa 65 tampak begitu membekas dalam diri Pram. Hingga kini, persoalanan terkait Peristiwa 65 belum terselesaikan dengan tuntas. Oleh karena itulah, Imam Aziz mendirikan Syarikat pada tahun 2001 untuk mengurai kekusutan itu. “Awalnya, programnya hanya penelitian tentang Peristiwa 65,” tutur Ketua PBNU itu. Syarikat mencoba mengklarifikasi Peristiwa itu dari berbagai pihak yang terkait. “Agar kita dapat jernih menilainya,” imbuhnya. Selain itu, juga dilakukan rehabilitasi para korban Peristiwa tersebut, baik dari pihak PKI, NU, dlsb. “Nah, baru setelah itu institutional reform, baik itu negara maupun undangundangnya yang melanggar HAM,” pungkasnya saat ditemui Tim Selasar usai memberikan materi Sekolah Pemikiran Gus Dur di Lkis pada Minggu (1/12) lalu. (*)
  • 11. Pergulatan Bulan (untuk) Gus Dur D esember dinobatkan sebagai bulan Gus Dur oleh banyak kalangan, termasuk media massa yang menyediakan space khusus untuk menampung tulisan-tulisan tentang mantan Presiden keempat Republik Indonesia ini secara khusus selama satu bulan. Tulisan-tulisan dan kajian-kajian tentang Gus Dur tersebut cukup menggembirakan karena menampung banyak hal yang terlupakan dari sosok mantan Ketua PBNU ini, termasuk sepak terjang dan guyonan yang menjadi ciri khasnya. GUSDURian juga demikian, sebagai generasi penerus perjuangan suami dari Shinta Nuriyah ini dalam bidang diluar politik praktis, juga memperingatinya. Banyak hal yang dilakukan oleh masing-masing komunitas didaerah, termasuk berdirinya sejumlah komunitas baru seperti di Manado. Peringatan dalam bentuk seremoni penting sebagai upaya mempopulerkan kembali apa yang dulu telah diperjuangkan Gus Dur. Tetapi mengambil makna dibalik semua itu adalah yang paling penting. Yakni, menentukan kembali langkah gerakan kita untuk semakin maju dan berkembang. Seperti titik nol, mencapai bulan Desember, seolah kita sudah berada di puncak peringatan, dan akan kembali pada titik start di bulan berikutnya. Adalah sangat baik ketika pada penghujung tahun juga terdapat semacam ide-ide baru yang digagas untuk setahun kedepan, tentunya dalam bidang melanjutkan perjuangan Gus Dur. Memperbaharui konsep perjuangan adalah contohnya. Zaman semakin bergulir menuju kemajuan, dinamika masyarakat juga semakin bergeser tatanannya. Untuk itu, mencari langkah-langkah dan strategi baru juga sepertinya perlu kita lakukan sehingga tujuan dari perjuangan kita menegakkan 9 nilai dasar GUSDURian tercapai dengan sempurna. Desember adalah akhir tahun, menuju tahun baru dan menuju strategi baru untuk semakin berkembang dan maju. Selamat Bulan Desember, Selamat Bulan Gus Dur, selamat Natal dan selamat menikmati akhir tahun. (*) Mati ketawa Dicium Artis Cantik M agnet sense of humor Gus Dur yang tinggi membuat kesengsem salah satu artis cantik saat hadir dalam suatu acara di rumah salah seorang pengasuh Pondok Kajen. Saking gemesnya, artis itu dengan santai langsung ngesun (mencium) pipi Gus Dur tanpa pakai kulo nuwun alias permisi. Kisah ini diceritakan Gus Mus, kiai kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah. Menurut Gus Mus, aksi artis cantik itu jelas membuat beberapa di antara mereka yang hadir langsung kaget dan bingung. Siapa yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem aja disun (dicium) artis cantik. Tak lama kemudian begitu sudah agak sepi, Gus Mus yang sedang di antara mereka, langsung numpahin sederet kalimat yang sudah dari tadi cuma bisa disimpan dalam hati. “Loh Gus, kok Gus Dur diam saja sih disun sama perempuan?” ujar Gus Mus. Dengan santai dan silakan bayangin sendiri gayanya, Gus Dur malah ngasih jawaban sepele. “Lha wong saya kan nggak bisa lihat. Ya mbok sampeyan jangan kepingin,” ujar Gus Dur. (*) 11
  • 12. Resolusi Jihad Jilid II R Jombang yang digelar di Aula Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang yang dilaksanakan pada tanggal 7-8 Desember lalu. “Kami akan mendeklarasikan ini di seluruh Indonesia dengan Jombang sebagai titik start kami,” tandas pria yang koordinator GUSDURian Jawa Timur ini. (*) Foto: Liputan6.com Yogyakarta esolusi jihad dikumandangkan pertama kali oleh Nahdlatul Ulama untuk mencapai kemerdekaan Indonesia seutuhnya. Dalam hal itu, seluruh umat Islam rela mengorbankan apapun yang dimiliki untuk berperang fisik melawan tentara Belanda. Kini, setelah Tentara Belanda pergi, perjuangan belum berakhir, problematika baru bermunculan dan perlu dilakukan penyelesaian. Front Nahdhiyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FN-KSDA) mendeklarasikan Resolusi Jihad Jilid II sebagai upaya perjuangan terhadap bentuk penjajahan baru (Kapitalisme ekstraktif). “Langkah ini kami ambil sebagai upaya penyelamatan lingkungan dari ekspolitasi secara terus menerus dan berbagai hal yang menyangkut kedaulatan sumber daya alam,” kata Koordinator FN-KSDA, Aan Anshori. Ia mengatakan hal tersebut pada rapat akbar Foto: Dokumen panitia Konkow Peringati Haul Gus Dur dengan Kirab dan Orasi Budaya P eringatan haul ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Yogyakarta berlangsung meriah, Senin (16/12). Hadir dalam acara bertema “Napak Tilas Perjalanan Gus Dur dalam Merawat Kebhinnekaan” ini warga dari berbagai komunitas dan pemeluk agama. Rangkaian perhelatan haul dimulai sejak pukul 15.00 WIB dengan melakukan kirab budaya dari gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta menuju Monumen Serangan Umum 1 Maret. Malamnya, berbagai tokoh lintas agama bergantian membaca puisi dan menyampaikan orasi budaya untuk mengenang Gus Dur. Dalam orasinya, istri Gus Dur, Ny Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengatakan, semakin banyaknya orang yang meneruskan perjuangan Gus Dur membuat presiden ke-4 ini terus serasa di tengah-tengah masyarakat. “Gus Dur itu adalah oase yang menjadi sumber mata air bagi kehidupan. Kita semua punya tugas penting untuk menjaga sumber ini, agar selalu mengalir dan memebrikan kehidupan bagi manusia,” ujarnya. Haul Gus Dur juga digelar di kediamannya Ciganjur Jakarta (28/12) dan Pondok Pesantren Tebuireng (3/1) awal tahun mendatang. (diolah dari nu online)