Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berfokus pada menghubungkan materi pelajaran dengan situasi kehidupan nyata siswa. Guru memulai pelajaran dengan masalah kontekstual, membentuk kelompok diskusi, dan memberi kesempatan siswa menemukan konsep secara mandiri. Penilaian dilakukan berdasarkan partisipasi, kerja kelompok, dan hasil soal latihan.
3. Pengertian Pembelajaran Matematika
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu
tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat
diartikan sebagai “proses yang diselenggarakan oleh
guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar
memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.”(Mudjiono, 2006:13)
Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika
adalah suatu usaha yang diselenggarakan guru
membelajarkan matematika kepada siswa.
4. Landasan Filosofi Pendekatan
Kontekstual (CTL)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis dari
CTL, yaitu bahwa ilmu pengetahuan itu pada hakekatnya
dibangun tahap demi tahap, sedikit demi sedikit, melalui
suatu proses. Dalam pandangan ini strategi yang
diperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa
banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan cara: (1) menjadikan pengetahuan
bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi
kesempatan pada siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.(Wulandari, 2010)
5. Pengertian Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kontekstual
Nurhadi (Hernawan et al, 2007: 155) mengatakan bahwa:
“pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.”
Sedangkan Johnson (Komalasari, 2010:6) mendefinisikan bahwa:
“Contextual teaching and learning enables students to connect the
content of academic subjects with the immediate context of their
daily lives to discover meaning”. Hal ini berarti pembelajaran
kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi materi
dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.
6. Jadi pengertian pembelajaran matematika
kontekstual adalah pembelajaran matematika
dengan pendekatan kontekstual . Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan menyelami bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses
pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran
matematika kontekstual bermula dari dunia nyata.
7. Bentuk-bentuk Pembelajaran Kontekstual
Sounders (Komalasari, 2010:8) menjelaskan bahwa
pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering
).
Relating adalah belajar dalam konteks pengalaman hidup.
Experiencing adalah belajar dalam konteks pencarian dan
penemuan.
Applying adalah belajar ketika pengetahuan diperkenalkan
dalam konteks penggunaannya.
Cooperating adalah belajar melalui konteks komunikasi
interpersonal dan saling berbagi.
Transfering adalah belajar penggunaan pengetahuan dalam
suatu konteks atau situasi baru.
8. Perbedaan Pendekatan Kontekstual
dengan Pendekatan Tradisional
Ditjen Dikdasmen (Komalasari, 2010):
Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional
Siswa secara aktif terlibat dalam proses Siswa adalah penerima informasi secara
pembelajaran pasif
Siswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara individual
kelompok, diskusi, dan saling
mengoreksi
Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
kehidupan nyata dan atau masalah yang
disimulasikan
Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
Keterampilan dikembangkan atas dasar Keterampilan dikembangkan atas dasar
pemahaman latihan
Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik adalah
kepuasan pujian atau nilai (angka) rapor
9. Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional
Seseorang tidak melakukan yang jelek Seseorang tidak melakukan yang jelek
karena dia sadar hal itu keliru dan karena dia takut hukuman
merugikan
Bahasa diajarkan dengan pendekatan Bahasa diajarkan dengan pendekatan
komunikatif, yakni siswa diajak struktural: rumus diterangkan sampai
menggunakan bahasa dalam konteks paham, kemudian dilatihkan (drill)
nyata
Pemahaman rumus dikembangkan atas Rumus itu ada di luar dari siswa, yang
dasar skemata yang sudah ada dalam harus diterangkan, diterima,
diri siswa dihafalkan, dan dilatihkan
Pemahaman rumus itu relatif berbeda Rumus adalah kebenaran absolut (sama
antara siswa yang satu dengan lainnya untuk semua orang). Hanya ada dua
sesuai dengan skemata siswa kemungkinan, yaitu pemahaman rumus
yang salah atau benar
Siswa diminta bertanggung jawab Guru adalah penentu jalannya proses
memonitor dan mengembangkan pembelajaran
pembelajaran mereka masing-masing
Penghargaan terhadap pengalaman Pembelajaran tidak memperhatikan
siswa sangat diutamakan pengalaman siswa
10. Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional
Hasil belajar diukur dengan Hasil belajar diukur hanya dengan
berbagai cara: proses bekerja, hasil tes
karya, penampilan, rekaman, tes, dll
Pembelajaran terjadi di berbagi Pembelajaran hanya terjadi dalam
tempat, konteks, dan setting kelas
Penyesalan adalah hukuman dari Sanksi adalah hukuman dari
perilaku jelek perilaku jelek
Perilaku baik berdasar motivasi Perilaku baik berdasar motivasi
intrinsik ekstrinsik
Seseorang berperilaku baik karena Seseorang berperilaku baik karena
yakin itulah yang terbaik dan dia terbiasa melakukan begitu.
bermanfaat Kebiasaan ini dibangun dengan
hadiah yang menyenangkan
11. Karakteristik Pendekatan Kontekstual
(CTL)
Zahorik (Mulyasa, 2008:103) mengungkapkan lima elemen yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki
oleh peserta didik.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-
bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:
Menyusun konsep sementara
Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan
dari orang lain
Merevisi dan mengembangkan konsep
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung
apa-apa yang dipelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.
12. Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Ditjen Dikdasmen (Komalasari, 2010: 10) menyebutkan
tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Konstruktivisme (constructivism)
b. Menemukan (inquiry)
c. Bertanya (questioning)
d. Masyarakat belajar (learning community)
e. Pemodelan (modelling)
f. Refleksi (reflection)
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
13. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Johnson (Komalasari, 2010:7) mengidentifikasi delapan
komponen Contextual Teaching and Learning, yaitu:
a. Making meaningful connections (membuat hubungan penuh
makna)
b. Doing significant work (melakukan pekerjaan penting)
c. Self-regulated learning (belajar mengatur sendiri)
d. Collaborating (kerja sama)
e. Critical and creative thinking (berpikir kritis dan kreatif)
f. Nurturing the individual (memelihara individu)
g. Reaching high standards (mencapai standar tinggi)
h. Using authentic assessment (penggunaan penilaian
sebenarnya)
14. Implementasi Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kontekstual
1. Perencanaan Pembelajaran
Guru dalam merencanakan pembelajarannya harus menyiapkan
materi yang ada kaitannya dengan dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari.
2. Proses Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang lebih
kondusif
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
apersepsi dengan pre test untuk mengetahui kemampuan
awal siswa tentang materi yang akan disampaikan
memotivasi siswa untuk belajar materi baru dengan pre test.
15. b. Kegiatan Inti
Guru memulai dengan pemberian masalah kontekstual
Guru mempersiapkan alat peraga nyata
Guru membentuk kelompok diskusi terdiri dari 5 orang
Siswa diberi kesempatan menyelesaikan masalah dengan membangun strategi
belajar sendiri dan guru memfasilitasinya dengan lembar kerja siswa
Siswa menyelesaikan lembar kerja tersebut dengan
mengamati, mendiskusikan, mencatat hasil pengamatannya
Guru mengamati keterlibatan siswa dalam kegiatan kelompok dengan lembar
pengamatan
Setiap perwakilan kelompok membacakan laporan hasil pengamatan dan
pengumpulan data
Guru memimpin diskusi dengan setiap perwakilan kelompok memberikan
tanggapan terhadap hasil pengamatan kelompok lain
Guru dan siswa membahas secara singkat hasil kerja kelompok siswa dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir jawaban benar yang
akan dipilih
Guru memberikan soal latihan yang berfungsi untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari.
16. c. Kegiatan Akhir
Guru membimbing siswa untuk merenungkan
kembali apa yang telah dipelajari dan mengantarkan
siswa untuk dapat mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari dalam kehidupan nyata
Guru dan siswa membuat suatu ringkasan materi
yang telah disampaikan
Guru memberikan PR.
3. Penilaian Hasil Belajar
Dalam tahap penilaian hasil belajar siswa harus sesuai
dengan aspek yang dinilai yaitu aspek kognitif
(pengetahuan), aspek apektif (sikap), dan aspek
psikomotor (kemampuan gerak).
17. Contoh Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Kontekstual
Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru menyuruh
siswa untuk menyebutkan benda-benda yang berbentuk
persegi, persegi panjang, dan segitiga yang ada di kelas.
Guru mempersiapkan dadu, buku gambar, dan penggaris
segitiga. Kemudian guru menyuruh siswa untuk mengukur sisi-
sisi dari ketiga benda tersebut dengan menggunakan penggaris.
Guru menggambarkan kembali ketiga benda tersebut di papan
tulis dengan menyuruh siswa untuk menuliskan ukuran sisi-
sisinya.
Setelah terbentuk kelompok belajar siswa, guru memberikan
waktu pada setiap kelompok untuk berdiskusi mengerjakan LKS
untuk mendapatkan ciri-ciri dari setiap benda yang berbentuk
bangun datar. Kemudian setiap perwakilan kelompok
membacakan laporan hasil kerjanya dan menanggapi jawaban
dari setiap kelompok.
18. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi mengenai hasil kerja
kelompok mereka. Dari semua jawaban dari setiap kelompok ada
yang salah maupun yang benar. Guru menyikapinya dengan tidak
langsung menyalahkan tetapi dengarkan dulu alasannya, bila ada
yang keliru baru siswa dimotivasi pada jawaban yang benar.
Kemudian guru memberi kesempatan berpikir kepada siswa, dari
semua alternatif jawaban yang benar, jawaban mana yang paling
mudah dan gampang dikerjakan.
Setelah siswa mengetahui jawaban yang benar, guru memberikan
soal latihan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep yang telah dipelajarinya.
Penilaian dilakukan berdasarkan hasil soal latihan (aspek
kognitif), partisipasi siswa dalam kerja kelompok (aspek
apektif), kualitas penampilan hasil pengamatan (aspek psikomotor).