Makalah ini membahas filsafat mistik dan pengetahuan mistik. Mistik didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak rasional dan seringkali bersumber dari pengalaman pribadi tokoh utamanya. Ajaran mistik bersifat subyektif, abstrak, dan spekulatif sehingga sulit dibuktikan secara empiris.
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
MISTIK FILSAFAT
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pendidikan Indonesia memiliki tujuan untuk mengarahkan,
mengajarkan dan mendidik para peserta didik untuk menjadi manusia yang
berakhlak, berpengetahuan dan berpendidikan demi menghadapi kehidupan
yang penuh dengan persaingan. Hal inipun menjadi dasar bagi setiap institusi
pendidikan untuk mencanangkan dan menjalankan kegiatan yang mendukung
sistem pendidikan itu sendiri. Salah satu institusi pendidikan yang bermaksud
untuk mendukung dan mencapai tujuan pendidikan Indonesia ialah
Universitas Pasundan. Universitas Pasundan dengan motto Luhung Elmuna,
Pengkuh Agamana, Jembar budayana, memuat kurikullum pendidikan yang
berbasis pendidikan akhlak perilaku, keilmuan dan budaya, khususnya budaya
Sunda.
Universitas Pasundan memilliki beberapa fakultas diantaranya Teknik,
Keguruan dan ilmu pendidikan, Imu seni dan sastra, Ekonomi, Hukum dan
Ilmu sosial dan politik. Salah satu jurusan pada Fakultas Ilmu sosial dan
politik ialah jurusan Administrasi Bisnis. Di jurusan administrasi bisnis ini di
ajarkan filsafat bisnis pada salah satu mata kuliahnya. Tujuan dari tiap-tiap
jurusan sebenarnya ialah mempersiapkan peserta didiknya, untuk mampu
hidup dan bersosialisasi dalam masyarakat luas.
Filsafat bisnis itu sendiri mengarahkan agar setiap peserta didiknya
mampu berpikir secara mendalam hingga timbul pengertian secara hakiki dan
benar dalam konteks berbisnis dan berinteraksi sosial. Dalam filsafat itu
sendiri kita perlu mengenal filsafat mistik. Mistik itu sendiri adalah sebuah
1
2. pengetahuan yang tidak rasional meskipun pada kenyataanya dapat
menimbulkan objek yang empiris, dimana mistik ini didalam kehidupan
masyarakat sangat melekat sekali terutama pada masyarakat yang masih
primitif, yang kini juga banyak di anut oleh sebagian besar masyarakat
modern. Hingga kehidupan mistik membudaya baik kalangan keagamaan
maupun umum, yang akhirnya membentuklah sebuah keyakinan adanya
kekuatan yang ada pada diri luar manusia. Dengan sifat keingintahuan itulah
sehingga para kalangan yang ahli membentuk teknik-teknik tertentu sebagai
alat terwujudnya pencapaian sesuatu.
Dikalangan masyarakat, mistik dijadikan media untuk menyelesaikan
masalah karena didalam mistik itu sendiri ada muatan-muatan kekuatan
(magis) yang ampuh untuk dijadikan jalan keluar. Kadang kala ketentraman
jiwa tidak bisa hanya dicapai dengan materi saja, karena banyaknya problem
yang dihadapi manusia, sehingga menyebabkan manusia mempunyai Qolbu
yang tidak sehat, dengan jalan mistiklah manusia dapat menemukan
ketentraman didalam hidupnya melalui pendekatan kepada Tuhan.
Bagaimanapun mistik tidak lepas dari nilai karena pada kenyataannya mistik
itu sendiri dapat digunakan dengan hal-hal yang menyimpang dari agama dan
norma-norma sosial, untuk mengetahui mistik itu menyimpang atau tidak kita
dapat membedakan mistik dalam magis putih dan hitam.
Berangkat dari hal tersebut diatas maka dibuatlah tugas mengenai
Filsafat Mistik ini, untuk mengupas lebih dalam mengenai mistik itu sendiri.
Selain juga karena makalah ini merupakan salah satu kewajiban yang harus
dipenuhi dalam Mata Kuliah Filsafat Bisnis, pada Jurusan Administrasi
Bisnis.
2
3. 1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Memaparkan mengenai mistik
2. Memaparkan mengenai beragam jenis mistik dalam kaitannya dengan
kehidupan masyarakat
3. Memaparkan mistik kaitannya dengan filsafat itu sendiri
4. Untuk memenuhi kewajiban dalam mata kuliah Filsafat Bisnis pada
Jurusan Administrasi Bisnis, terkait dengan kewajiban membuat Makalah
Filsafat Bisnis oleh peserta didik
5. Sebagai bentuk perhatian peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang
masih kental dengan budaya mistiknya
3
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini
merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan,
cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah
seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Filsafat mempunyai arti:
1. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya
2. Teori yang mendasari alam fikiran atau suatu kegiatan
3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam
sebuah proses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan logika
berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam
matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang
4
5. pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu
spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti
perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak
tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan
segala hal.
Menurut Sidi Gazalba, berfilsafat adalah mencari kebenaran dari
kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan,
dengan berpikir radikal, sistematik, dan universal.
2.2 Pengertian Mistik
Kamus Besar Bahasa Indonesia Mistik mempunyai arti:
1. Subsistem yang ada dihampir semua agama dan sistem religi untuk
memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu
dengan Tuhan, tasawuf, suluk
2. Hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa
Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos
yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinning), tersembunyi
(verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister
gehuld).
Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham
mistik atau mistisisme, merupakan paham yang memberikan ajaran yang
serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia,
tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya
5
6. dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama
sekali bagi penganutnya.
Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian yang
umum. Adapun pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah
pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh dengan
cara meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan
rasio (A.S. Hornby, A Leaner‟s Dictonery Of Current English, 1957:828)
Pengetahuan Mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio,
pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tapi kebanyakan tidak
dapat dibuktikan secara empiris.
Menurut buku De Kleine W.P. Encylopaedie (1950, Mr. G.B.J.
Hiltermann dan Prof.Dr.P. Van De Woestijne halaman 971 dibawah kata
mystiek) kata mistik berasal dari bahasa Yunani myein yang artinya menutup
mata (de ogen sluiten) dan musterion yang artinya suatu rahasia (geheimnis).
Beberapa pendapat tentang paham misitk atau mistisisme :
Kepercayaan tentang adanya kontak antara manusia bumi (aardse mens)
dan tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek, 1948).
Kepercayaan tentang persatuan mesra (innige vereneging) ruh manusia
(ziel) dengan Tuhan (Dr. C.B. Van Haeringen, Nederlands Woordenboek,
1948).
Kepercayaan kepada suatu kemungkinan terjadinya persatuan langsung
(onmiddelijke vereneging) manusia dengan Dzat Ketuhanan (goddelijke
wezen) dan perjuangan bergairah kepada persatuan itu (Algemeene
Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).
Kepercayaan kepada hal-hal yang rahasia (geheimnissen) dan hal-hal yang
tersembunyi (verborgenheden). (J. Kramers. Jz).
6
7. Kecenderungan hati (neiging) kepada kepercayaan yang menakjubkan
(wondergeloof) atau kepada ilmu yang rahasia (geheime wetenschap).
(Algemeene Kunstwoordentolk, J. Kramers. Jz).
Selain diperolehnya definisi, pendapat-pendapat tentang paham mistik
diatas berdasarkan materi ajarannya juga memberikan adanya pemilahan
antara paham mistik keagamaan (terkait dengan tuhan dan ketuhanan) dan
paham mistik non-keagamaan (tidak terkait dengan tuhan ataupun ketuhanan).
2.3 Ajaran dan Sumber Mistik
a. Subyektif
Selain serba mistis, ajarannya juga serba subyektif tidak obeyktif. Tidak
ada pedoman dasar yang universal dan yang otentik. Bersumber dari pribadi
tokoh utamanya sehingga paham mistik itu tidak sama satu sama lain meski
tentang hal yang sama. Sehingga pembahasan dan pengalaman ajarannya
tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol dalam arti yang semestinya.
Biasanya tokohnya sangat dimuliakan, diagungkan bahkan diberhalakan
(dimitoskan, dikultuskan) oleh penganutnya karena dianggap memiliki
keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan adanya keistimewaan
ini dapat disebabkan oleh :
1. Pernah melakukan kegiatan yang istimewa.
2. Pernah mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana atau bahaya yang
mengancam dirinya apalagi masyarakat umum.
3. Masih keturunan atau ada hubungan darah, bekas murid atau kawan
dengan atau dari orang yang memiliki kharisma.
7
8. 4. Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar/penting.
Sedangkan bagaimana sang tokoh itu menerima ajaran atau pengertian
tentang paham yang diajarkannya itu biasanya melalui petualangan batin,
pengasingan diri, bertapa, bersemedi, bermeditasi, mengheningkan cipta dll
dalam bentuk ekstase, vision, inspirasi dll. Jadi ajarannya diperoleh melalui
pengalaman pribadi tokoh itu sendiri dan penerimaannya itu tidak mungkin
dibuktikannya sendiri kepada orang lain.
Dengan demikian penerimaan ajarannya hampir-hampir hanya
berdasarkan kepercayaan belaka, bukan pemikiran. Maka dari itulah di antara
kita ada yang menyebutnya paham, ajaran kepercayaan atau aliran
kepercayaan (geloofsleer).
Mengingat pengajarannya tidak mungkin dikendalikan dalam arti
semestinya, maka paham mistik mudah memunculkan cabang baru menjadi
aliran-aliran baru sesuai penafsiran masing-masing tokohnya. Atau juga
sebaliknya mudah timbul penggabungan atau percampuran ajaran paham-
paham yang telah ada sebelumnya.
Karena serba mistik maka paham mistik atau kelompok penganut paham
mistik tidak terlalu sulit digunakan oleh orang-orang yang ada tujuan tertentu
dan yang perlu dirahasiakan karena menyalahi atau bertentangan dengan opini
umum atau hukum yang berlaku sebagai tempat sembunyi.
b. Abstrak dan Spekulatif
Materinya serba abstrak artinya tidak konkrit, misal tentang tuhan
(paham mistik ketuhanan), tentang keruhanian atau kejiwaan, alam di balik
alam dunia dan lain-lain (paham mistik non-keagamaan). Dengan demikian
8
9. pembicaraannya serba spekulatif, yaitu serba menduga-duga, mencari-cari,
memungkin-mungkinkan dan lain-lain (tidak komputatif). Pembicaraannya
serba berpanjang-panjang, serba berlebih-lebihan dalam arti melebihi
kewajaran atau melebihi pengetahuan dan pengertiannya sendiri (meski sudah
mengakui tidak tahu, masih mencoba memungkin-mungkinkan). Oleh karena
itu di kalangan penganut paham mistik tidak dikenal pembahasan disiplin
mengenai ajarannya sebagaimana yang berlaku dalam diskusi atau
munaqasyah.
2.4 Struktur Pengetahuan Mistik (Ontologi Pengetahuan Mistik)
Dilihat dari segi sifatnya, mistik dibagi menjadi dua bagian, yaitu
mistik biasa dan mistik magis. Mistik biasa dalah mistik tanpa kekuatan
tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik magis adalah
mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu Mistik magis
putih dan Mistik magis hitam.
Mistik magis putih dalam islam contohnya ialah mukjizat, karomah,
ilmu hikmah, sedangkan Mistik magis hitam contohnya ialah santet dan
sejenisnya yang menginduk kepada sihir. Istilah Mistik magis putih dan
Mistik magis hitam, digunakan untuk sekedar membedakan kriterianya.
Orang menganggap Mistik magis putih adalah mistik magis yang berasal dari
agama langit (Yahudi, Nasrani dan Islam), sedangkan Mistik magis hitam
berasal dari dua agama itu.
Dalam prakteknya Mistik magis putih dan hitam, memiliki kegiatan
yang relatif sama, nyaris hanya nilai filsafatnya saja berbeda. Kesamaan itu
9
10. terlihat dari Mistik magis putih menggunakan wirid, doa‟ dan Mistik magis
hitam menggunakan mantra, jampi yang keduanya pada segi prakteknya sama.
Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Mistik magis putih selalu
berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Illahi sangat
menentukan. Mistik magis hitam selalu dekat, bersandar dan bergantung pada
kekuatan setan dan roh jahat.
2.5 Kegunaan Pengetahuan Mistik (Aksiologi Pengetahuan Mistik)
Mustahil pengetahuan mistik mendapat pengikut yang begitu banyak
dan berkembang sedemikian pesat bila tidak ada gunanya.
Pengetahuan mistik itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah
pemiliknya. Dikalangan sufi (pengetahuan mistik biasa) dapat menentramkan
jiwa mereka. Pengetahuan mereka seiring dapat menyelesaikan persoalan
yang tidak dapat diselesaikan oleh sains dan filsafat.
Jenis mistik lain seperti kekebalan, pelet, debus dan lain-lain
diperlukan atau berguna bagi seseorang sesuai dengan kondisi tertentu,
terlepas dari benar atau tidak penggunaannya. Kebal misalnya dapat
digunakan dalam pertahanan diri, debus dapat digunakan sebagai pertahanan
diri dan juga untuk pertunjukkan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga
diri dan juga untuk pertunjukkan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga
diri. Sementara mistik magis hitam, dikatakan hitam, antara penggunaannya
untuk kejahatan. Untuk menilai apakah mistik magis itu hitam atau putih kita
melihatnya pada segi ontologinya, epistemologinya dan aksiologinya. Bila
pada hal ontologinya terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan,
maka dari segi ontologi mistik magis itu kita disebut hitam. Bila cara
10
11. memperolehnya (epistemologi) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan
maka kita akan mengatakan mistik magis itu hitam. Bila dalam penggunaan
(aksiologi) untuk kejahatan maka kita menyebutnya hitam. Cara pengetahuaan
mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses indrawi dan tidak pula
melalui proses rasio. Itu berlaku mistik putih dan mistik hitam.
2.6 Objek Pengetahuan Mistik (Epistemologi Pengetahuan Mistik)
Objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra rasional,
seperti alam gaib termasuk Tuhan, Malaikat, Surga, Neraka, Jin dan lain-lain.
Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah
objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra
natural (supra rasional), seperti Kebal, Debus, Pelet, Penggunaan Jin, Santet
dan lain-lain.
Pengetahuan mistik itu tidak diperoleh melalui indera dan tindakan
juga dengan menggunakan akal rasional. Pengetahuan mistik diperoleh
melalui rasa, ada yang mengatakan melalui intuisi, Al-Ghozali mengatakan
melalui dhamir atau qalbu.
Kebenaran mistik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila
pengetahuan itu berasal dari tuhan, maka ukurannya adalah teks Tuhan yang
menyebutkan demikian. Tetkala tuhan mengatakan dalam Al-Qur‟an bahwa
Surga dan Neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa
pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu
kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita
percaya bahwa jin dapat disuruh oleh kita untuk melakukan pekerjaan,
kepercayaan itulah yang menjadi kekuatannya. Ada kalanya kebenaran suatu
11
12. teori dalam pengetahuan mistik diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini
bukti empiris itulah ukuran kebenarannya.
2.7 Mistik dan Hubungan Manusia dengan Tuhan
Dua tipe mistik dalam Tasawuf, Tasawuf adalah istilah yang khusus
dipakai untuk menggambarkan aspek esoterik atau aspek batin dalam Islam.
Adapun tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dan dekat
dengan Tuhan (mistik), sehingga dirasakan benar bahwa seseorang sedang
berada di hadirat-Nya. Intisari dari tasawuf adalah kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Jalan untuk
mendekat kepada-Nya disebut tarekat (tariqah) yang berarti jalan menuju
Tuhan. Orang yang menempuh jalan tarekat untuk sampai kepada Tuhan
diibaratkan sebagai musafir dan disebut salik.Mengambil gambaran mengenai
pengalaman mistik diantara para salik, para ahli tasawuf melihat perbedaan
yang membedakannya menjadi 2 tipe mistik utama.
Tipe 1, Tipe ini memandang Tuhan sebagai realitas yang absolut dan
tak terhingga (mysticism of infinity). Tuhan diibaratkan sebagai lautan yang
tak terbatas dan tak terikat oleh zaman. Paham ini memandang manusia
sebagai setetes air dari lautan yang serba Illahi. Manusia dipandang bersumber
dari pancaran cahaya Allah dan dapat mencapai penghayatan kesatuan
kembali dengan-Nya. Tipe ini seringkali mendapat serangan sengit karena
dianggap dapat menimbulkan paham panteisme dan monisme.
Tipe 2, Tipe mistik ini menekankan aspek personal bagi manusia dan
Tuhan (mysticism of personality). Pada tipe kedua ini hubungan manusia dan
Tuhan dilukiskan sebagai hubungan antara kawula dengan Tuhan, antara
makhluk dengan Penciptanya, antara pemabuk dengan Kekasihnya. Paham ini
12
13. memandang Tuhan menciptakan alam dari kehampaan menjadi ada. Alam
sebagai hal yang baru (hadis). Ajaran Al Qur'an tetap dipertahankan
penganutnya dan selalu memagari tasawuf dengan timbangan syariat yang
berlandaskan Al Qur'an dan As-sunnah. Serta mengaitkan keadaan dan
tingkatan rohaniah mereka dengan landasan dari Al Qur'an dan as-Sunnah.
Tipe 1, Dalam menafsirkan hadis: "Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa
Robbahu", paham ini menafsirkan bahwa mengenal dirimu sebagai simbol
belaka karena yang ada hanyalah Allah semata. Mati sebelum mati menurut
paham ini adalah sirnanya seluruh kemanusiannya dalam Allah bagaikan
orang mati tak memiliki kehendak dan daya kekuatannya. Maka ia pun keluar
dari dirinya dan masuk ke dalam kehendak, daya dan kekuatan-Nya dengan
akhirnya menyebut dirinya adalah zat Tuhannya secara mutlak, tidak lain dari
itu. Para pengikutnya cenderung pada ungkapan-ungkapan ganjil yang tak
dapat diredam karena bertolak dari keadaan fana sehingga rentan terhadap
fitnah.
Tipe 2, Dalam menafsirkan hadis: "Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa
Robbahu", paham ini masih menghadirkan seorang hamba sebagai bahagian
dari Allah. Menurut mereka tiada Allah bila tiada Muhammad dan tiada
Muhammad bila tiada Allah. Barang siapa mengenal dirinya seorang fakir,
niscaya ia mengenal Tuhannya sebagai Maha kaya, barang siapa mengenal
dirinya lemah dan bodoh, niscaya ia akan mengenal Tuhannya sebagai Maha
kuasa dan Maha tahu. Masing-masing saling melengkapi dengan
mengibaratkan lafad Alif, Lam, Lam, He dengan Tasjidnya. Dan lafad Mim,
He, Mim, Dal dengan Tasjidnya (Al insanu sirri, wa 'ana sirruhu). Ungkapan-
ungkapan ganjil yang dikeluarkan oleh mereka masih dapat diredam dalam
percakapan rahasia. Mati sebelum mati menurut paham ini adalah
13
14. terkendalinya hawa nafsu dan hanya memunculkan nafsu muthmainahnya
saja.
Tipe 1, Puncak perjalanan mereka adalah kembali kepada Tuhan dan
lebur didalamNya. Tipe 2, Puncak perjalanan mereka adalah kembali kepada
Allah menjadi golongan Ahlussunnah wal jamaah. Tipe 1, Syariat bagi
golongan ini adalah tangga perjalanan menuju Allah, sehingga bila telah
sampai kepada Allah, merasa tidak perlu lagi terikat dengan bentuk-bentuk
agama yang ritual formalistis. Tipe 2, Syariat menurut golongan ini adalah
wasilah menuju pemahaman hakiki. Tiap-tiap syariat itu hakikat,tiap-tiap
hakikat itu syariat. Syariat mewujudkan perbuatan, hakikat mewujudkan
keadaan batin.Semua kembali kepada diri sendiri, apakah diri termasuk type
pertama atau type kedua.
2.8 Filsafat Mistis Ibn Arabi
Essensi dan Eksistensi
Hubungan antara Eksistensi dan Essensi menurut Ibn Arabi adalah
bahwa eksistensi merupakan wujud dari essensi. Segala sesuatu bisa dikatakan
eksis, wujud, atau ada jika termanifestasikan ke dalam tahapan wujud
(marathib al wujud), yang menurutnya pula terdiri empat hal :
1. Eksis dalam wujud sesuatu (wujud al syai‟ fi ainih), artinya sesuatu ada
dalam dirinya sendiri atau secara dzatnya benar-benar wujud.
2. Eksis dalam pikiran (wujud al syai‟ fi al „ilm), yaitu sesuatu muncul dalam
pikiran meskipun hanya sekedar konsep atau secara mudahnya terbayang dan
terangan-angan. Sesuatu itu muncul secara nyata dalam pikiran dan tidak
dapat dinafikan tentang keberadaannya.
3. Eksis dalam ucapan (wujud al syai‟ fi al alfazh), mengandung makna
bawasannya adanya sesuatu keluar melalui lisan dalam betuk ucapan. Sesuatu
14
15. itu dapat dibicarakan dan dibincangkan bahkan dapat diperdebatkan, tapi
meskipun kemunculannya – taruhlah – hanya sekedar dalam satu kata dan satu
kali ucapan, sudah cukup mewakili status sesuatu itu telah mencapai tahapan
wujud dalam ucapan.
4. Eksis dalam tulisan (wujud al syai‟ fi ruqum), juga tidak jauh bermakna
eksis dalam ucapan. Maksudnya, hampir bisa dikatakan bawasannya ketika
sesuatu itu bisa diaktualisasikan dalam ucapan – yang berari bisa dibahasakan
maka sesuatu itu pun bisa diaktualisasikan dalam tulisan. Ketika sesuatu itu
telah muncul dalam tulisan di situlah sesuatu eksis dalam tulisan.
Maujudnya sesuatu ke dalam salah satu dari keempat hal tersebut
sudah cukup memberikan status bahwa sesuatu itu eksis, karena dengan salah
satu dari empat hal tersebut sesuatu bisa dibicarakan, dibahas, dan sekaligus
menjadi bahan kajian.
Semua yang wujud dalam artian punya eksistensi – bagi Ibn Arabi
dalam perspektif ontologis – terbagi dalam dua bagian, yaitu Wujud Mutlak
dan Wujud Nisbi. Wujud Mutlak merupakan istilah lain dari Tuhan, yang
tidak bisa didefinisikan tentang pengertiannya, karena Ia merupakan Dzat
yang tidak mempunyai batas dalam semua hal. Segala sesuatu yang dapat
didefinisikan berarti itu terbatas, sehingga Tuhan hanya dapat disifati tapi
tidak bisa didefinisikan. Segala uraian tentang-Nya adalah kebohongan,
pengkerdilan, dan pembatasan. Sedangkan Wujud Nisbi adalah sesuatu yang
eksistensinya terjadi oleh dan untuk wujud lain (Tuhan). Dalam kata lain
segala sesuatu yang selain Tuhan. Wujud Nisbi ini mempunyai dua bagian,
yaitu wujud bebas (dzat) dan wujud bergantung (a‟radh). Wujud bebas berupa
substansi-substansi yang juga terbagi menjadi material dan spiritual.
Sedangkan wujud bergantung berupa atribut-atribut, kejadian-kejadian, dan
hubungan-hubungan yang berifat spesial dan temporal.
15
16. Namun dalam wujud nisbi pun tidak sepenuhnya entitas temporal
(terbatas ruang dan waktu), tapi juga entitas permanen (al a‟yan al tsabitah).
Wujud nisbi yang teraktualisasikan sebagi alam dalam semua keadaan, tidak
pernah meninggalkan kepermanenannya dan ketidakberubahannya, melainkan
selamanya ada dalam ilmu Tuhan yang kekal dalam kebesaran-Nya.
Dari sinilah tampak jelas adanya paradoks antara entitas-entitas dalam
ilmu Tuhan dengan entitas semesta, karena pada hakikatnya entitas-entitas
dalam ilmu Tuhan bebas dari ruang dan waktu, tidak berwujud konkrit.
Sedangkan dalam entitas semesta (alam) berwujud konkret dan terikat ruang
dan waktu.
16
17. Wahdat Al Wujud
Dengan pemahaman seperti ini, bagi Ibn Arabi, seluruh realitas yang
beragam sejatinya hanya satu, yaitu Tuhan sebagai satu-satunya realitas dan
realitas yang sesungguhnya. Ibn Arabi mengartikan alam sebagai Tuhan dan
sekaligus bukan Tuhan, temporal sekaligus abadi, nisbi sekaligus permanen.
Alam adalah bentuk eksistensi sifat-sifat Tuhan yang termanifestasikan ke
dalam kosmos, sehingga segala yang ada di dalamnya adalah entifikasi-Nya.
Sifat-sifat Tuhan dimanifestasikan secara seimbang dan selaras sehingga
seseorang dapat menggambarkan citra sempurna “Kehadiran Ilahi” (al
hadhrah al ilahiyyah), yaitu wujud yang serba meliputi yang ditunjukkan oleh
kata “Allah”. Dua keadaan yang paradoksal ini terkumpul dalam realitas alam
yang oleh Ibn Arabi dinyatakan dengan mengguakan prinsip al Jam‟u bayn al
Addad (kesatuan diantara pertentangan-pertentangan), atau dalam filsafat
Barat dikenal dengan coincidentia oppositorum.
Dalam usahanya untuk menjelaskan hubungan ontologis Tuhan dan
alam, Ibn Arabi menyimbolkannya dengan cermin. Pertama, untuk
menjelaskan tentang penciptaan alam. Penciptaan ini merupakan bentuk
penampakan Tuhan. Kedua, untuk menjelaskan hubungan Yang Satu dengan
yang banyak, diibaratkan Tuhan bercermin dengan bermacam model dan
bentuk cermin sehingga muncul gambar yang banyak dan beragam.
Oleh karena itu, bagi Ibn Arabi, tidak ada jalan lain untuk bisa
memahami realitas wujud yang hakiki kecuali dengan menyelami secara
langsung lewat penghayatan dalam mistik. Pengetahuan intuitif yang
diperoleh lewat penghayatan mistik inilah pengetahuan yang sebenarnya, yang
paling unggul, dan yang terpercaya. Untuk bisa mencapai semua itu seseorang
sufistik harus membersihkan jiwanya terlebih dahulu untuk menghadap Allah
17
18. dengan penuh cinta dan rindu. Ada lima tahapan yang harus dilalui dalam
proses pembersihan jiwa tersebut, yaitu:
1. Membersihkan diri dari segala dosa dan kemaksiatan, kemudian mengisi
amalan-amalan dengan perbuatan baik.
2. Zuhud, menghentikan pemandangan terhadap aspek fenomena dunia, dan
kesadaran terhadap aspek nyata yang menjadi dasar fenomenanya.
3. Menjauhkan diri dari segala atribut dan segala kualitas wujud kontingen
dengan kesadaran bahwa semua itu adalah milik Allah semata.
4. Menghilangkan semua yang selain Allah, tapi tidak pada tindakan itu
sendiri. Di sinilah seseorang yang sedang melakukannya, kehilangan
kesadaran dirinya sebagai orang yang memandang.
5. Memandang Allah lebih sebagai essensi daripada Sebab Pertama dari
realitas semesta.
Jikalau seseorang sudah bisa mencapai pada tingkatan tertinggi dan
telah menyatu dengan – sifat-sifat, asma-asma, dan bayangan, bukan pada
Dzat – Allah, ia akan memperoleh pengetahuan secara langsung dari Allah
dalam bentuk ilham. Pengetahuan tersebut tampak memancar dari Allah
dalam batinnya. Seperti halnya yang terjadi pada diri Ibn Arabi sendiri.
Rujukan-rujukan dari para tokoh sebelumnya hanya digunakan untuk
menerangkan dan mengibaratkan pengalaman-pengalaman batinnya. Hal ini
diperkuat oleh bukti dan peryataan bahwa Ibn Arabi tidak terpaku pada salah
satu tokoh.
Pada tingkatan tersebut kesempurnaan sebagai paduan seimbang
antara penegasan ketakserupaan (tanzih) Allah dan penegasan keserupaan
(tasybih)-Nya. Dari segi tasybih, Allah sama dengan alam, karena alam tidak
lain perwujudan dan aktualisasi sifat-sifat-Nya. Sedangkan dari segi tanzih,
Allah berbeda dengan alam, karena alam terikat oleh ruang dan waktu, dan
18
19. Allah bersifat Absolut dan mutlak. Antara tanzih dan tasybih berhubungan
langsung dengan epistemologinya. Akal diciptakan untuk memahami dan
menetapkan perbedaan dan kergaman sehingga bisa berpikir abstrak. Akan
tetapi ini sangat dipengaruhi sifat bawaan modus pemahaman rasional yang
inheren, menjaga jarak dengan Allah dengan menegaskan tanzih dan
menolak tasybih
2.9 Tinjauan Filsafat Ilmu Terhadap Mistik Dalam Hubungannya Dengan
Budaya Hukum Indonesia
Kebudayaan mempengaruhi hukum dalam masyarakat. Mistik sebagai
pengetahuan yang mempengaruhi pola fikir manusia pada akhirnya akan
muncul dalam bentuk budaya. Proses kebudayaan mempengaruhi hukum
menjadi budaya hukum. Secara filosofis, keberadaan misitk dalam budaya
hukum dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, aspek ontologis aspek epistemologis,
dan aspek aksiologis. Persoalannya menjadi pelik, apabila mistik budaya
hukum, terlalu dominan sehingga mempengaruhi pola fikir masyarakat,
seperti dalam menentukan pilihan hukumnya pada pemilihan umum, atau
wakil rakyat dalam menentukan ketentuan hukum apa yang perlu diatur. Hal
ini dapat menjadi penghambat perkembangan hukum dalam beradaptasi pada
perubahan dan kemajuan dunia. Oleh karenanya, keberadaan mistik sebagai
suatu budaya hukum, harus ditempatkan pada posisi yang tepat serta harus
disertai dengan upaya pembuktian hukum yang tepat jika akan menjadi bagian
ketentuan tertulis, seperti pengaturan mengenai santet dalam KUHPidana.
Prof. Kuntowijoyo telah membagi tiga tingkat evolusi pemikiran
manusia yaitu mitos, ideologi dan ilmu. Beliau menjelaskan bahwa periode
mitos berlangsung sebelum dan pada abad ke 19 serta awal abad ke-20.[1]
19
20. Bahkan hingga saat inipun sebetulnya, mitos maupun mistik[2] ternyata masih
terus mempengaruhi pemikiran manusia Indonesia.
Bahkan, dapat diasumsikan bahwa sebetulnya mistik tersebut tetap
mempengaruhi pemikiran manusia Indonesia, hingga menjadi bagian dari
suatu budaya dan pada akhirnya mempengaruhi aturan hidup manusia
Indonesia. Terdapat beberapa contoh yang menunjukkan masih adanya
pengaruh mistik terhadap budaya ataupun pola prilaku manusia, seperti
diketahui saat ini terdapat sikap yang diyakini oleh beberapa orang yang
menghendaki agar santet dikriminalisasi dan dimasukkan aturannya dalam
RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang hingga kini masih menjadi
pembicaraan kontroversial.
Pada politik hukum sebagai hal yang mencakup proses pembuatan dan
pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum
akan dibangun dan ditegakkan[3], juga terdapat unsur keyakinan yang
cenderung bersifat mistik. Sebagai contoh, adalah cara orang Indonesia dalam
menentukan calon legislatif, calon presiden ataupun partai yang akan dipilih
dalam Pemilihan Umum.
Meskipun slogan dengan hati nurani atau melihat visi dan misi suatu
partai atau seseorang, namun tetap ada unsur yang tidak terjangkau oleh akal
manusia biasa, seperti pengkultusan seseorang, kharisma seseorang atau
partai, aliran yang dianut suatu partai, bahkan tidak jarang berdasarkan pula
angka yang digunakan oleh seseorang atau partai tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa, budaya hukum merupakan iklim
pikiran masyarakat dan kekuatan masyarakat yang menentukan bagaimana
20
21. suatu hukum itu digunakan, dihindarkan atau disalah gunakan.[4] Budaya
hukum juga merupakan budaya non material ataupun spiritual.
Adapun inti budaya hukum sebagai budaya non material atau spiritual
adalah nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa
yang baik (sehingga harus dianuti) dan apa yang buruh (sehingga harus
dihindari). Nilai-nilai tersebut merupakan dasar dari etika (mengenai apa yang
benar dan yang salah), norma atau kaidah (yang berisikan suruhan, larangan
atau kebolehan) dan pola prilaku manusia.[5] Artinya ada unsur spiritual yang
dekat dengan keyakinan atau kepercayaan, seperti halnya mistik yang muncul
karena keyakinan seseorang.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Prof.Soerjono Soekanto bahwa nilai-nilai
tersebut paling sedikit mempunyai 3 aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek konatif. Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan rasio
atau pemikiran, aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan perasaan,
sedangkan aspek konatif adalah aspek yang berkaitan dengan kehendak untuk
berbuat atau tidak berbuat.[6] Nilai-nilai ini (terutama nilai afektif) juga
berkaitan dengan keberadaan mistik dalam budaya hukum, karena nilai afektif
(perasaan, emosional dan keyakinan) turun berperan dalam diri manusia
Indonesia.
Meskipun demikian, asumsi mengenai keberadaan mistik dikaitkan
dengan suatu budaya hukum tetap akan menimbulkan suatu pro kontra di
kalangan masyarakat umum maupun akademisi, mengingat budaya hukum
harusnya menempati bentuk lanjutan dari suatu kesadaran hukum. Oleh
karenanya tidak setiap pihak menerima adanya suatu mistik sebagai bagian
dari budaya hukum di Indonesia.
21
22. Setelah diasumsikan bahwa mistik juga merupakan budaya hukum,
maka untuk memahami mengenai mistik tersebut dari aspek filsafat ilmu,
maka dilakukan pendekatan sebagaimana karakteristik filsafat ilmu yaitu
secara mendasar, menyeluruh dan spekulatif [7] yakni dengan mencoba
memahami mistik melalui aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Meskipun diketahui bahwa secara ontologis, ilmu membatasi diri
pada pengkajian obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia dan
secara epistemologi, ilmu merupakan metode ilmiah yakni cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar[8], sehingga sempat
diragukan untuk membicarakan mistik (yang berada diluar pengalaman
manusia atau akal sehat manusia) tersebut apakah dapat ditinjau secara
persfektif filsafat ilmu atau hanya melalui persfektif filsafat saja.
Meskipun demikian, ilmu adalah bagian dari pengetahuan, dan
pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Maka terdapat suatu benang
merah disini, yakni mistik sebagai budaya hukum yang berakar dari suatu
kebudayaan suatu masyarakat. Artinya mistik dapat dilihat dengan persfektif
keilmuan, dalam hal ini, ditinjau melalui filsafat ilmu.
Keadaan ini justru menjadi menarik untuk ditelaah lebih jauh,
terutama dari aspek filsafat ilmu, dimana diketahui bahwa mistik juga
merupakan bagian dari obyek kajian filsafat yakni dalam cabang metafisik
karena dalam metafisik dipelajari pembicaraan-pembicaraan tentang prinsip
yang paling universal dan sesuatu yang diluar kebiasaan (beyond nature).[9]
Mistik sendiri merupakan suatu yang universal (hampir dipastikan di negara
manapun mempunyai keyakinan dalam bentuk mistik ataupun mitos) dan
sering kali merupakan suatu hal diluar kebiasaan manusia umumnya atau
sebaliknya kemudian justru menjadi kebiasaan manusia.
22
23. Dijelaskan bahwa “metafisik berusaha untuk menyajikan pandangan
yang komprehensif tentang segala yang ada : ia membicarakan problema
seperti hubungan antara akal dan benda, hakikat perubahan, arti kemerdekaan,
kemauan, wujud tuhan dan percaya kepada kehidupan sesudah mati bagi
setiap orang”[10] Dengan demikian, metafisik pun mampu untuk mempelajari
hal-hal terkait dengan mistik.
23
24. STUDI KASUS
Sosok
Prof. Dr. Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara
Di antara sedikit pakar yang bisa membahas fenomena alam gaib sampai ke
akar-akarnya melalui kekuatan rasionalitas yang ilmiah, tersebutlah Tubagus
Ronny Rahman Nitibaskara. Ia seorang putra Banten, daerah di Jawa Barat
yang terkenal sarat dengan fenomena pedukunan dan mistik. Doktor
Antropologi Kriminologi ini sangat menguasai dunia pedukunan dan
supranatural. Ia banyak membahas kontekstual kemistikan dari berbagai sudut
pandang. Ia telah pula melakukan investigasi terhadap empat orang dukun
paling berpengaruh yang tinggal di desa-desa di Jawa Barat. “Kesulitan hidup
membuat manusia tak mampu berpikir logis. Karena itulah jalan menuju dunia
lain pun ditempuh untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi,” katanya
menyinggung fenomena mistik yang terjadi di negeri ini.
Masih ingat dengan Sumanto yang memakan mayat? Masyarakat heboh
dengan kasus tersebut. Demi menjadi wong sugih hidup tenterem gemah ripah loh
jinawi, Sumanto melakukan hal yang tak lazim. Menurut Prof Dr Tubagus Ronny
Rahman Nitibaskara, Sumanto melakukan hal tersebut karena merasa putus asa
sehingga ia melanggar norma-norma sosial budaya dengan aksinya yang membuat
bulu roma berdiri. Sumanto telah melintas batas nalar, demi meraih angan-angannya.
Bahkan, tindakan Sumanto telah menjerat dirinya dalam sangkaan sebagai pelaku
kriminal saat itu.
Fenomena dunia mistik di negeri ini sudah seumur peradaban nusantara itu
sendiri. Orang yang berperilaku mirip Sumanto boleh jadi banyak beredar di sini.
24
25. “Diam-diam, seorang pejabat yang biasanya naik sedan mewah, rela berjalan
kaki, berbecek-becek ria bahkan mendaki perbukitan menembus belantara tanpa
merasa lelah atau takut terkena stroke atau serangan jantung. Ia rela bersusah payah
melakukan perjalanan itu demi mendatangi dukun yang dianggap sakti mandraguna
di pelosok daerah yang alamatnya sungguh terpencil,” kata profesor yang biasa
dipanggil Ronny Nitibaskara ini.
Orang mendatangi tempat praktek paranormal, dukun klenik ataupun mereka
yang lazim disebut orang pintar itu dengan berbagai tujuan. Agar tujuan tercapai,
apapun dilakukan. Karena itulah kejadian penumbalan sering terjadi sebagai
persyaratan guna memenuhi keinginan tertentu.
“Manusia mendatangi dukun-dukun atau paranormal yang dianggap sakti
memang dalam rangka menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kesulitan yang
melilit hidupnya membuat mereka tak mampu berpikir logis. Jalan menuju dunia lain
pun ditempuh,” katanya.
Investigasi terhadap Empat Dukun Berpengaruh
Membahas dunia mistik dan praktek pedukunan dengan Ronny Nitibaskara,
maka pembicaraan pun langsung menukik pada fenomena alam gaib, namun melalui
penjelasan yang ilmiah. Suami dari Lina Marlina dan ayah dari empat anak ini telah
menelurkan ratusan tulisan ilmiah populer di pelbagai media massa yang banyak
membahas kontekstual kemistikan dari berbagai sudut pandang.
Selain itu, Doktor dari Universitas Indonesia dalam bidang antropologi
kriminologi ini telah melahirkan 6 buku termasuk “Sorcery in Java” yang menjadi
semacam panduan mata internasional tentang keberadaan mistifikasi di tanah air.
25
26. Ronny Nitibaskara telah melakukan investigasi terhadap empat orang dukun
paling berpengaruh yang tinggal di desa-desa di Jawa Barat. Ia melakukan kegiatan
penelitiannya melalui metode terlibat (participant observation) dengan teknik
wawancara mendalam atau depth interview selama kurun waktu tertentu.
Di belahan Jawa sendiri, papar Ronny, telah dikenal bermacam-macam tipe
dukun, antara lain; Dukun Siwer (pencegah kemalangan), Dukun Prewangan
(penghubung manusia dengan roh), Dukun Beranak (membantu persalinan), Dukun
Susuk. Dukun yang satu ini ahli dalam memasukkan, membenamkan semacam jarum
pendek-berukuran satu sentimeter yang amat halus yang terbuat dari bahan emas,
berlian, ataupun batu kristal-ke bagian tubuh manusia untuk kepentingan kecantikan,
karir, kewibawaan, dan sebagainya.
Masyarakat Jawa juga mengenal Dukun Jampi yang dianggap mampu
mengobati dengan obat-obat tradisional. Sedangkan, Dukun Santet ahli dalam
menganiaya dan mencelakakan lawan. Dari sudut pandang antropologi, keberadaan
dukun-dukun itu semakin jelas kalau dibubuhi dengan konsep black magic dan white
magic. Dukun ilmu hitam dan dukun ilmu putih.
Biasanya, dukun ilmu putih dianggap sebagai orang yang mendapatkan
kehormatan umum sebagai perantara dengan dunia gaib dan memiliki kekuatan magis
atau supranatural dengan sifat menolong dan menyembuhkan (healer).
“Sebaliknya dukun ilmu hitam ialah orang yang memiliki kekuatan gelap atau
melakukan daya magis hitam secara diam-diam dengan cara yang amat rahasia.
Mereka mengerjakan itu untuk keuntungan pribadi atau permintaan dari orang lain
dengan maksud menimbulkan ketakutan dan penderitaan pada orang yang ditujunya,”
tutur Ronny.
26
27. Penelitian mengenai keberadaan sihir dan tenung atau santet di Indonesia
masih minim. Perbendaharaan literatur mengenai praktik pedukunan itu juga masih
sangat miskin. Namun itu semua menjadikan tantangan tersendiri bagi Ronny
Nitibaskara yang telah mencermati gejala-gejala langsung adanya ilmu sihir dan
tenung yang banyak dipraktikkan di pelosok daerah hampir di seluruh wilayah mulai
dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua.
Mistifikasi yang diuraikan Ronny dapat ditarik dalam benang merah yang
sederhana bahwa keberadaan ilmu-ilmu gaib seperti teluh, guna-guna, tenung atau
santet telah dipergunakan sebagian manusia untuk meluluskan maksudnya. Misalnya
sebagai sarana fitnah, legitimasi untuk menghabisi lawan, untuk menjatuhkan bahkan
melenyapkan musuh.
“Sebab, mereka terlampau pengecut. Karena tidak memiliki kemampuan
untuk bertarung satu-satu maka disebarluaskanlah fitnah tentang dukun santet.
Hasilnya, kemarahan massa tersulut dan tewaslah orang yang dituduh sebagai dukun
santet itu.”
Kepercayaan terhadap ilmu santet dan pedukunan pada umumnya hidup subur
di pedesaan. Namun, bukan berarti masyarakat perkotaan tidak mempercayai praktik
santet.
“Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh banyak dukun di daerah
pedalaman Banten, yang datang meminta jasa pelayanan mereka, kebanyakan adalah
pejabat dan orang kota,” papar Ronny.
27
28. Tentang Iklan Paranormal
Sebagai seorang ilmuwan, Ronny memang tidak terlalu berkepentingan untuk
membuktikan realitas empiris apakah ilmu-ilmu mistik yang gaib itu benar-benar ada.
Apakah eksistensi santet, teluh, dan semacamnya itu benar-benar dapat dirasakan.
Namun, kenyataannya banyak orang dengan gelar akademis tinggi, kalangan pejabat,
politisi, pengusaha, dan yang lainnya datang ke dukun kalau kepepet. Mbah dukun
pun kebanjiran order.
Pemakai jasa dukun alias orang pintar memang dari waktu ke waktu tak
pernah surut jumlahnya. Namun siapa berani terang-terangan, terutama saat ini bahwa
mereka adalah pasien seorang dukun? Padahal, terang Ronny, kasus penipuan yang
melibatkan dukun sudah berulangkali terjadi. Seringnya muncul dukun cabul,
penipuan jual beli benda keramat, hanya contoh kasus saja.
Guru Besar Tetap Bidang Kriminologi di Universitas Indonesia ini
menyebutkan sejumlah bukti konkret tentang penipuan tersebut yakni beragamnya
iklan tentang klenik. “Banyak paranormal mengiklankan diri, mengaku-ngaku
memiliki kesaktian dan pengalaman di dunia gaib. Bahkan ada yang berani
memberikan jaminan atau semacam garansi keberhasilan setelah berkonsultasi
dengan mereka.
Padahal, kata Ronny, sebenarnya mereka telah melanggar aturan hukum. Di
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku sekarang terdapat
3 pasal yang mengatur hal-hal yang bersifat gaib yakni pasal 545, 546, 547. Bahkan,
secara eksplisit pasal 546 KUHP jelas-jelas memberikan larangan tentang hal
tersebut.
Sangat disayangkan, tambah Ronny, pasal-pasal tersebut tumpul. Jerat
hukumnya bolong-bolong bahkan terlalu sulit menjangkau, meskipun hanya untuk
28
29. menepuk bahu pelakunya. Ancaman hukuman kepada pelaku praktik pedukunan
tergolong ringan. Paling lama cuma dihukum tiga bulan penjara atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah saja.
“Semestinya aparat penegak hukum dapat bertindak tegas. Pasal-pasal yang
telah disebutkan itu mengandung delik formal yang tidak membutuhkan pembuktian.
Tanpa pembuktian pun seseorang bisa ditangkap kalau dia mengaku-ngaku atau
mengiklankan diri memiliki ilmu gaib,” tegas Ronny.
Tujuh Kekuatan Alam
Iklim yang sangat kondusif di tanah air inilah yang menyebabkan kepercayaan
terhadap ilmu mistik bukan saja melembaga tetapi juga sudah mendarahdaging
(internalized) dalam masyarakat.
Gejala kemasyarakatan itu semakin tercermin dengan meruyaknya film
Indonesia yang bertemakan horror dan ilmu gaib yang malah menjadi hiburan yang
memiliki daya pikat dan jual tersendiri. Mulai dari film Ratu Ilmu Teluh (1980),
Guna-Guna Istri Muda (1980), bahkan film Sumanto The Cannibal segala. Belum
termasuk banjir film horror sekarang yang salah satu scene nya memiliki adegan
pedukunan.
Kondisi tersebut tambah ramai dengan beragam tayangan televisi yang
menyajikan pernak-pernik kegaiban dan supranatural. Inilah yang menjadi penyebab
melengketnya kepercayaan abnormal dalam masyarakat kita. Melalui perantara media
massa elektronik yang mampir di rumah-rumah. Orang-orang pun lantas larut dan
perlahan-lahan terinternalisasi kepercayaannya terutama bagi yang belum percaya
dan ragu-ragu. “Mungkin termasuk anda,” kata Ronny sambil tersenyum.
29
30. Masyarakat memang sudah terlanjur percaya dengan kekuatan-kekuatan
supranatural. Peradaban manusia sejak masa lampau, lanjut Ronny, telah
mempercayai 7 kekuatan dari unsur alam yang dianggap memiliki kekuatan mistis,
antara lain yang berasal dari langit yakni guruh, guntur, dan bintang. Mereka juga
sangat menyakini keberadaan tokoh-tokoh manusia yang memiliki karomah,
misalnya dukun, pertapa atau orang-orang yang dianggap sakti meninggal dunia,
kuburan mereka banyak didatangi untuk meminta berkah.
Mereka juga percaya pada bagian tubuh manusia dapat memunculkan
kesaktian. Mereka percaya juga akan kekuatan tumbuh-tumbuhan yang seringkali
dicap angker, misalnya pohon kapuk, jati, atau pohon beringin yang sudah berusia
ratusan tahun. Sejak zaman dahulu pun orang-orang mempercayai tuah benda-benda
tertentu semisal keris, jimat, lukisan-lukisan, dan lain-lain. Bahkan mereka pun
percaya pada kekuatan suara-suara seperti kutukan, sumpah, dan semacamnya.
Kepercayaan itu, urai Ronny, berkaitan erat dengan okultisme yang
berlangsung di Indonesia. “Okultisme adalah paham yang menganut suatu ajaran
yang bersifat rahasia dan sembunyi-sembunyi.”
Ronny meneliti ada tiga jenis okultisme di lingkungan sosial kita. Pertama
adalah okultisme yang paling mendominasi karena bersifat penipuan. Misalnya, ada
orang yang mengklaim diri bisa mencarikan jodoh, membuat orang bisa kaya raya,
menyantet, dan memelet seseorang.
“Kedua merupakan Okultisme yang bersifat alamiah yang dimiliki manusia
sejak lahir. Ia mempunyai bakat alam di mana bisa mendengarkan sesuatu yang tidak
bisa didengar orang lain, melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain atau
membaca pikiran orang lain. Atau ia mempunyai kemampuan untuk meramal
kejadian yang akan datang, semacam clairvoyance. Okultisme yang seperti ini jarang
30
31. ada di Indonesia. Kalaupun ada jumlahnya seribu berbanding satu,” tutur Ronny
Nitibaskara.
Ketiga adalah okultisme bersifat supranatural di mana orang memiliki
kemampuan menembus alam gaib dengan cara belajar, berguru, turun temurun atau
mendapatkan ilham dan wangsit tertentu. “Paling banyak terdapat di sini adalah
Okultisme nomor satu dan nomor tiga,” kata Ronny.
31
32. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cara mistik menyelesaikan masalah tentunya dilihat dari macam
mistiknya kalau mistik biasa prosesnya dengan pendekatan terhadap Tuhan
untuk mendapatkan ketentraman didalam hidupnya, dan mistik magis didalam
menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekuatan rohaniah yang
biasanya muncul dari kalangan orang suci, yang selalu mengolah spiritualnya.
Berbagai kekuatan luar dan kondisi alam pun tunduk di bawah tekanan
pancarannya. Dan akhirnya para tokoh dapat merumuskan berbagai formulasi
kekuatan rohaniah yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Dengan selalu memuji
Allah dalam suatu bahasa tertentu dan ia memiliki magis tertentu bila
dipraktekkan. Kekuatan alampun akhirnya tunduk dibawah sinar ilahi melalui
huruf-huruf dan nama indah-Nya. Dengan kalam ilahi inilah jiwa-jiwa ilahi
dapat digunakan manusia untuk menyelesaikan masalahnya.
Macam-macam mistik ada dua yaitu mistik biasa, suatu mistik yang
tidak mengandung kekuatan hanya berupa pendekatan kepada Tuhan. Mistik
Magis adalah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk
mencapai tujuan tertentu. Mistik Magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu
Mistik Magis Putih dan Mistik Magis Hitam. Mistik Magis Putih dalam Islam
contohnya ialah Mukjizat, karamah, ilmu hikmah, sedangkan Mistik Magis
Hitam contohnya santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir. Tentunya
mengandung unsur-unsur kekuatan yang supra-rasional, dengan kekuatan tadi
manusia mempunyai kesempatan untuk menjadikan kekuatan mistik magis
sebagai solusi menyelesaikan masalahnya.
32
33. Cara kerja mistik magis putih ialah menggunakan wirid dan Wafaq
atau isim-isim yang terkandung dalam al-qur‟an, yang mengadung jiwa-jiwa
ilahi atau Khaddam. Cara kerja Mistik Magis Hitam dengan membacakan
mantra tertentu dan memanfaatkan jin kafir untuk menelesaikan masalah, hal
ini yang biasa santet atau sihir.
Unsur mistik masih banyak ditemui di setiap kehidupan masyarakat
kita. Hingga ini begitu melekat dan membudaya dalam keseharian, bahkan
hingga turun temurun. Disnilah dibutuhkan kebijakan dan kearifan kita, untuk
memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang salah. Dengan berfikir
secara mendalam, hingga kita temukan jawaban dan pengertian dari masalah
yang kita hadapi secara hakiki, yang terangkum dalam filsafat mistik ini.
33