Adithia Sofyan adalah seorang musisi Indonesia yang meniti karier musiknya dari kamar tidurnya sendiri. Ia merekam dan menciptakan lagu-lagunya secara independen di rumah tanpa bantuan studio profesional. Lagu-lagunya kemudian diputar di radio dan mendapat sambutan baik dari pendengar, sehingga namanya dikenal sebagai musisi kamar dan karya-karyanya laris terjual.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Travelling with Creativity (Indonesia)
1.
2. TRAVELLING WITH CREATIVITY
Pembina
Mari Elka Pangestu
Tim Pengarah
Hesti Indah Kresnarini, Marthin, Dony Edward
Penanggung Jawab
Cokorda Dewi
KoordinaTor
Pungkas Riandika
Tim Penulis & ediTing
Ibnu Azis, Iswara N. Raditya, Oryza Aditama
Tim riseT
Panca Ardiansyah, Hanna Herlina, Tessi Fathia Adam
alih bahasa
Hanna Herlina
desain samPul & ilusTrasi
Rasefour, Silencer8
desain isi & TaTa leTaK
Iswara N. Raditya
KonTribuTor
Twitalk Inc, Indonesia Kreatif
Twitalk Inc
www.twitalk.co.id
@twitalkID
Indonesia Kreatif
www.indonesiakreatif.net
@idkreatif
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
www.kemendag.go.id
3. PENGANTAR
Kemampuan mencipta bukan bakat yang hanya dimi
liki oleh beberapa orang saja. Setiap manusia telah diberi
kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya. Bila kreativitas adalah keahlian
yang bisa dilatih, maka setiap orang punya kesempatan
yang sama untuk mengembangkan diri.
Buku ini bercerita tentang empat sosok yang telah me
nempuh perjalanan panjang hingga titik produktif dan
kini terus aktif mengembangkan karyakarya mereka di
berbagai saluran dan bidang baru. Prosesnya tidak pernah
mudah dan rumusnya pun tidak pernah sama.
Namun, ada yang menarik saat kita mengenal Adhi
tia Sofyan, Aulia Halimatussadiah (Ollie Salsabeela), Enda
Nasution, dan Leonard Theosabrata lebih akrab lagi. Mere
ka mempunyai pola yang sama sebagai creativepreneur.
Keempat sosok ini gemar bepergian, baik untuk berlibur,
bekerja, atau menuntut ilmu. Dari sana, mereka pulang ke
Indonesia dan menciptakan berbagai hal baru yang saat
ini bisa kita nikmati karyanya, kapanpun itu. Proses pen
carian inilah yang melahirkan ide baru melalui jaringan dan
pemikiran baru yang mereka bina selama bepergian.
Mempelajari hikmah dari kisah mereka ternyata tidak
mudah karena membutuhkan interaksi untuk memahami
sudut pandang yang mendasari kisah suksesnya. Bidang
kreatif yang mereka geluti adalah ranah multipersepsi
yang takkan pernah habis diulas hikmahnya. Memasuki
sudut pandang keempat sosok ini untuk memahami
bahwa kreativitas bukanlah posisi atau jabatan, melainkan
state of mind.
Mari bepergian, lalu biarkan kreativitas mengantar kita.
6. “Saya menulis dan merekam
musik di kamar saya dan
memberikannya untuk semua
orang secara gratis di internet.
Sama sekali tidak ada pen-
dapatan dari itu. Saya suka
menulis musik dan membagi-
kannya untuk semua orang
tanpa beban apapun.”
adhitia.doc
M
usik menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepas
kan dari keseharian Adithia Sofyan, meskipun
barangkali baru sebatas hobi dan bukan se
bagai pilihan jalan hidup. Ia memang pernah
berupaya merintis karir dari jalur musik, tapi ternyata saat
itu Tuhan belum memberi izin. Walaupun begitu, gairah
bermusik tidak pernah hilang dari detak nadi kehidupan
Adithia Sofyan. Ia terus mencipta rangkaian nada sederha
na meskipun itu dilakoninya sembari meringkuk di dalam
kamar dan sesekali dinyanyikan saat di kamar mandi.
Bagi Adithia, kamar ibarat ruang mimpi sekaligus bi
lik studio sebagai tempat di mana ia mengejawantahkan
semua yang diperolehnya. “Kamar sering diartikan seba
gai tempat untuk beristirahat, melepas penat, dan meng
urung diri. Tidak demikian halnya bagi saya, kamar bagi
saya adalah ruang perenungan dan berkarya,” tuturnya.
Dari dalam kamar pula, ia “memasarkan” lagulagunya.
6
7. “Kamar bagi saya adalah
ruang perenungan dan
berkarya.”
adhitia.doc
Berbekal gitar, seperangkat alat rekam sederhana,
komputer lipat yang tersambung dengan internet, dan
perabotan pendukung lainnya, Adithia mulai dikenal se
bagai musisi berkarakter. Julukan musisi kamar pun lantas
lekat pada dirinya. Namun, ia menegaskan bahwa musisi
kamar bukanlah suatu profesi, apalagi dijadikan salah
satu jenis aliran musik. “Saya dikenal sebagai musisi kamar
tidur hanya karena saya bermain musik di kamar tidur
saja,” jelasnya.
Proses kreatif yang dilakoni Adithia Sofyan menda
pat respon positif dari publik. Lagulagu ciptaannya, yang
dibagikan gratis lewat internet, memperoleh sambutan
meriah. Alhasil, Adithia terancam kondang berkat apresi
asi dari para penikmat musiknya. Namanya pun beranjak seja
jar dengan para musisi Indonesia yang memang mengadu
nasib di jalur nada. Tak jarang Adithia tampil sepanggung
dengan para musisi itu. Berbagai penghargaan musik pun
sukses diraihnya. Boleh jadi, Adithia Sofyan adalah salah
satu musisi pertama di Indonesia yang meniti karir profe
sional dari dalam kamar, dan itu berhasil!
7
8. MUSISI INDEPENDEN
tanpa tendensi
“Musik adalah karya
yang bernada.”
adhitia.doc
S
emua bermula dari kerinduannya menulis lagu. Pada
medio tahun 2007 itu, Adithia Sofyan mengumpulkan
kembali peralatan rekam yang dulu pernah diguna
kannya. Cukup lama ia tidak lagi menyikapi musik
dengan serius. Seingat Adithia, terakhir kali ia merekam
lagu adalah pada tahun 1999, dan 8 tahun kemudian, ia
baru menyentuh lagi alatalat itu. Namun, ia sama sekali
tidak ingin serius, modal dasarnya hanya gitar bolong dan
suara yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Adithia Sofyan sepenuhnya sadar bahwa ia adalah ti
pikal manusia rumahan. Oleh sebab itu, ia belum berpikiran
membentuk band dalam menyalurkan jiwa bermusiknya.
Sempat terlintas di benaknya untuk menyewa studio pro
fesional lengkap dengan sound engineer berpengalaman,
8
9. “Saya dikenal sebagai
musisi kamar tidur hanya
karena saya bermain
musik di kamar tidur
saja.”
akan tetapi niat itu tidak pernah ia lakukan. Ia tidak mau
untuk meninggalkan kenyamanan bersama keluarga ter
cinta di rumahnya yang terletak di Taman Rasuna, Jakarta
Selatan. Menurutnya, rekaman di rumah pun ia sudah
efektif. “Saya pikir, rekaman di rumah saja bisa mendapat
kan hasil yang cukup listenable,” tutur penyuka kerupuk
ini.
adhitia.doc
9
10. Oleh karena itulah, Adithia Sofyan me
nikmati kehidupan bermusiknya dari dalam
rumah, tepatnya dari kamar tidur yang justru
berfungsi sebagai laboratorium proses kreatif
nya. Ditemani gitar dan secangkir kopi hangat,
Adithia Sofyan mulai menjelma menjadi mu
sisi yang patut diperhitungkan. Padahal, ke
tika pertama kali mencipta dan merekam hasil
karyanya, lagulagu itu hanya untuk simpanan
pribadi atau diberikan kepada temanteman Andre Harihandoyo
dekatnya. “Saya tidak punya rencana apaapa adalah seorang musisi
terhadap lagulagu ini,” akunya. Indonesia yang ber-
sama 4 musisi muda
Di saat permulaan itu, Adithia Sofyan ber
lainnya membentuk
hasil mencipta 5 lagu. Ia menganggap, apa grup band The Sonic
yang telah ia hasilkan itu hanya sekadar seba People pada 2006.
gai proyek hobi. Ia memang pernah punya
Andre Harihandoyo
keinginan menjadi seorang musisi betulan,
berperan sebagai gi-
namun karena sesuatu dan lain hal, ia meng taris sekaligus vokalis.
endapkan sejenak impiannya itu. Mereka mengusung
Hingga pada suatu ketika, Adithia mene jenis musik yang
menggabungkan
rima kiriman album dari Andre Harihandoyo,
country, blues, dan
kawannya yang juga seorang musisi. Adithia jazz.
Selama
kiprahnya,
mereka su-
dah melawat
ke beberapa
negara dan
telah meng-
hasilkan 3
album, yaitu:
Room Session
(2007), Two
Sides For
Every Story
(2008), dan
Good For The
Soul (2009).
sonicpeoplemusic.com
10
11. adhitia.doc
sedikit heran karena di dalam album itu hanya terdapat 5
lagu saja. “Kalau cuma 5 lagu sih aku juga punya,” pikir
nya. Album Andre Harihandoyo itu memang berformat
mini album atau Extended Play (EP).
Dari situlah Adithia Sofyan mulai terpacu untuk untuk
melakukan hal yang sama, meskipun masih sebatas main
main. Malam itu juga, ia merancang desain cover untuk
rencana album mininya itu. Lalu, ia menggandakan 5 lagu
nya dan dikemas dalam bentuk kepingan CD. Namun, ia
hanya ingin membagikan mini albumnya itu untuk kelu
arga, kawankawan dekat, dan rekanrekan sekantornya
saja. Setelah cukup berbagi, masih tersisa CD sebanyak 70
keping yang kemudian disimpan di sebuah ruang gelap
yang jarang dijamahnya.
Waktu terus bergulir. Adithia Sofyan mulai tergoda
untuk mengirimkan EPnya ke radio untuk diputar jika
memang ternyata layak. Tanpa pikiran anehaneh, ia mengi
rimkan 2 lagunya ke chart NuBuzz di radio Prambors FM.
Chart NuBuzz adalah sebuah program siaran di
radio Prambors FM yang menerima lagu-lagu dari
siapa saja untuk disiarkan secara on air apabila
layak dan terpilih.
11
12. adhitia.doc
“Ternyata Tuhan
tidak sepenuhnya
menolak rencana
bermusik saya!”
Terus terang, apa yang dilakukannya itu hanya sebatas
iseng saja, dan ia tidak berharap banyak dari itu. “Siapa
yang mau mendengarkan chart indie selain orang yang
mengirim demo itu sendiri?” pikirnya.
Tidak disangka, gayung ternyata bersambut, 2 lagu
nya, yakni “Adelaide Sky” dan “Memilihmu”, dikabarkan
akan diputar di Prambors. Selain itu, kedua lagu itu akan
dipakai untuk Ring Back Tone (RBT). Ia pun sedikit kaget
karena Prambors juga menawari sejumlah kontrak sebe
lum lagulagunya diperdengarkan di udara.
Di satu sisi, Adithia memang hanya ingin menempat
kan musik sebatas kesukaan dalam kesehariannya saja.
Namun, di sisi lain, kesempatan ini adalah peluang bagi
nya untuk merangkak ke lingkup yang lebih luas kendati
ia tidak pernah mengharapkan apapun dari situ. Meski
pun sedikit tak yakin, Adithia akhirnya mengiyakan ta
waran menggiurkan dari Prambors itu.
Pertaruhan nasib pun dimulai, lagu Adithia dilempar
ke ajang Chart NuBuzz. “Adelaide Sky” start dari posisi
ke8, dan mulai beranjak naik dalam beberapa pekan,
dari posisi ke6, kemudian ke4. Tidak disangkasangka,
“Adelaide Sky” sukses menduduki posisi puncak. “Senang
sekali rasanya! Ternyata Tuhan tidak sepenuhnya menolak
rencana bermusik saya!” ujarnya girang.
12
13. “Saya berusaha keras untuk tetap humble, lalu ber
pegangan ekstra erat ke kursi, siapa tahu badan tibatiba
melayang!” tambahnya. Tidak hanya itu, lagu “Memilih
mu” masuk ke dalam album kompilasi NuBuzz 1.1 yang
berisi lagulagu andalan Chart NuBuzz. Selain lagu karya
Adithia Sofyan, lagu milik Sind3ntosca dan Drew juga ter
himpun di album ini.
Karya Adithia yang berkibar di Nubuzz dan juga mela
lui siaran radio lainnya tak pelak menuai apresiasi. Salah
satunya adalah lewat jejaring sosial MySpace di mana ba
nyak orang memberikan kata selamat kepadanya. Adithia
lantas teringat mini albumnya yang masih tersisa 70 ke
ping itu. “Saya pasang gambar 70 keping EP saya di halaman
MySpace. Saya mempersilahkan setiap orang yang berminat
untuk meninggalkan alamat mereka untuk saya kirimi EP
adhitia.doc
“Berbagi gratis
ternyata bisa sangat
menyenangkan.”
13
14. saya ini,” tuturnya. Hebatnya, ia membagikannya
secara gratis, bahkan ongkos kirim pun ditang
gungnya. Kurang dari 2 bulan, mini albumnya laris.
“Ternyata bagibagi gratis bisa sangat menyenang
kan,” ujarnya bahagia.
Sekali lagi, Adithia Sofyan “terpaksa” terjun ke
dunia musik hanya demi kesenangan semata, sama
sekali tidak ada kepentingan ekonomi, apalagi
bermimpi ingin menjadi pesohor. ”Hanya karena
saya suka menulis musik, bukan selalu berarti saya
ingin menjadi terkenal,” demikian prinsip yang se
lalu dianut Adithia Sofyan.
adhitia.doc
14
15. ”Hanya karena saya
suka menulis musik,
bukan selalu berarti
saya ingin menjadi
terkenal.”
adhitia.doc
Nama Adithia Sofyan sebagai musisi kamar yang suka
berbagi ternyata sudah terlanjur dikenal. Tanggal 5 April
2008 mungkin menjadi hari yang paling mendebarkan
dalam hidup Adithia. Pada hari itu, ia “dipaksa” keluar
kamar, diundang tampil live dalam acara Art Fest di salah
satu kampus terkemuka di ibukota: Universitas Atmajaya.
Terang saja Adithia agak sedikit demam panggung. Ter
akhir kali ia tampil bermusik di depan publik adalah pada
tahun 2000, dan kini ia harus menghadapi situasi serupa
di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi.
“Halo semua, gue Adhitia Sofyan, musisi kamar, agak
grogi juga karena hari ini harus main di luar kamar,” sa
panya kepada hadirin di Atmajaya, sedikit gugup. Pada
penampilan perdananya di luar kamar itu, Adithia mem
bawakan 4 lagu. Ternyata mereka suka, bahkan meminta
lebih. “Sayang, saya cuma benarbenar prepare 4 lagu,”
jelas Adithia mengenang saatsaat monumental itu.
15
16. Selepas penampilan manisnya di Atmajaya, nama
Adithia semakin terangkat. Pada Agustus 2008, sepucuk
pesan masuk ke inbox akun MySpace miliknya. Pesan itu
ternyata dari Tyas A. Moein, produser film “Kambing Jan
tan: The Movie”. Tyas menyatakan sangat tertarik dengan
lagu “Adelaide Sky” untuk dijadikan salah satu lagu yang
akan dimasukkan ke dalam filmnya. “Judul dan liriknya
pas sekali dengan isi film ini,” ujar Tyas dalam pesannya.
Adithia serasa mendapat durian runtuh. Salah satu lagu
nya akan ikut ambil bagian dalam film yang diperankan
langsung oleh Raditya Dika itu.
“Kambing Jantan: The
Movie” adalah film
Indonesia yang diang-
kat dari blog dan novel
Raditya Dika. Film yang
dirilis pada 5 Maret 2009
dan disutradarai oleh Rudi
Soedjarwo ini menampil-
adhitia.doc
kan Raditya Dika sebagai
pemeran utama.
16
17. “Quiet
adh
itia
.do
c
Down
adalah
pintu
masuk
saya
kem-
bali ke
musik.”
Sebenarnya, di waktu yang hampir bersamaan, Adithia
sedang berusaha menyusun full album perdananya. Pihak
NuBuzz pernah tertarik untuk memproduksi lagulagunya
dalam format full album. Untuk mengisi komposisi album
ini, ada 6 lagu baru yang akan digabungkan dengan 5
lagu yang telah diciptakannya sebelumnya. Ketika materi
album sudah siap, ternyata NuBuzz, yang saat itu baru
saja melepaskan diri dari Prambors, belum siap membuat
full album. “Sebetulnya saya hanya menggantungkan ke
NuBuzz untuk urusan full album ini,” keluhnya.
Kendati demikian, Adithia memutuskan untuk jalan
terus. Di bawah produksi sendiri, album perdana bertajuk
Quiet Down: Bedroom Recordings Vol. 1 berhasil dilun
curkan. Hebatnya lagi, proses pembuatan album itu dilaku
kannya sendiri, dari menciptakan lagu, rekaman, mende
sain sampul album, hingga memasarkan albumnya. Selain
disebarkan gratis via internet, Quiet Down juga tersedia di
tokotoko kaset dalam bentuk CD.
17
18. “Quiet Down adalah musik untuk santai atau istirahat,”
komentar Adithia. Ia memang lebih nyaman bekerja pada
malam hari ketika suasana tenang. “Jika dalam kondisi
tenang, kita mungkin akan mendengar atau mendapat
sesuatu dengan lebih jelas,” tutur Adithia. Quiet Down
kian menegaskan identitasnya sebagai musisi. Ia mulai ber
gairah lagi untuk melanjutkan mimpi yang sempat diku
burnya dalamdalam. “Album ini adalah pintu masuk saya
kembali ke musik,” tegasnya.
Sinyal tenar Quiet Down ternyata terpancar sampai ke
Jepang. Album ini dipasarkan secara resmi di Jepang oleh
sebuah label indie bernama Production Dessinee. Seorang
penikmat musik dari Jepang, Horiuchi Takashi, memberi
apresiasi terhadap lagulagu Adithia Sofyan.
“Sudah lama saya tak pernah menyimak album akus
tik senikmat ini,” tutur Takashi lewat tulisannya. “Saya
telah berprasangka buruk terhadap Indonesia. Saya tidak
mengenal Adhitia Sofyan secara detil, tapi saya pernah
dengar bahwa album (Quiet Down) ini direkam di kamar
nya, memadukan gitar dan nyanyian, menghasilkan am
bience yang merilekskan, hangat menenangkan persis
seperti matahari, apalagi bila didengarkan oleh orang
sakit yang sedang beristirahat di atas tempat tidur rumah
sakit.”
adhitia.doc
18
19. Respon publik terha
dap album pertamanya
yang menggembirakan
memacu Adithia kem
bali masuk kamar untuk
menggarap album lagi.
Kali ini bersama label De
majors, Adithia merilis
album keduanya: Forget
Your Plans, Bedroom Recor
dings Vol. 2.
Sedikit berbeda de
ngan album sebelumnya
yang hampir semua la
gunya bercerita tentang
adhitia.doc/repro relationship, tema untuk
lagulagu di album kedua ini sedikit lebih beragam, ada
yang berbicara tentang kota, kematian, dan tentu saja
soal percintaan.
Selain itu, atas saran seorang teman dari Demajors
yang menilai lagulagu di Quiet Down terlalu seragam,
maka di Forget Your Plans Adithia menambahkan beberapa
ornamen alat musik seperti pianika, kulintang, xilophone,
electric guitar, dan strings, agar album ini men
jadi sedikit lebih riuh. Untuk distribusi, Adithia
Harmoni adalah sebuah
juga membuat album dalam bentuk fisik (CD)
acara konser musik di
supaya lebih resmi, selain tentu saja tetap kon Indonesia yang dikemas
sisten menyediakan lagulagunya diunduh tan dalam nuansa orkestra
pa bayar di internet. nan megah. Harmoni
Sejak peluncuran Quiet Down hingga For yang disiarkan stasiun
televisi nasional SCTV
get Your Plans, Adithia sudah banyak tampil di
sejak awal tahun 2010
panggung, baik on air maupun off air di berba menjadi perhelatan yang
gai tempat di Indonesia. Tidak jarang ia tampil cukup bergengsi karena
sepanggung, atau paling tidak di acara yang musiknya diaransemen
sama, dengan para musisi nasional. oleh para komposer
kenamaan Indonesia,
Pada 20 Agustus 2010, Adithia mendapat
seperti Andi Rianto dan
kehormatan untuk ambil bagian dalam acara Purwacaraka.
Harmoni di SCTV, di mana ia tampil bersama
19
20. Tantri “Kotak”, Anjie eks “Drive”, Sandy Sandoro, Rossa,
Vidi Aldiano, Kikan eks “Cokelat”, Andy “/Rif”, dan para
musisi papan atas lainnya.
Selain itu, dalam konser “A Flava As You Like It” yang
digelar di 4 kota besar di Indonesia pada pertengahan ta
hun 2011, nama Adithia Sofyan sejajar dengan band atau
musisi top Indonesia seperti Naif, Ipang, Mike’s Aparte
ment, Pure Saturday, Ernest “Cokelat”, JRocks, dan masih
banyak yang lainnya.
Dari kamar pula, Adithia Sofyan bisa melenggang ke
Asia. Albumnya yang sudah resmi diedarkan di Jepang
mulai merambah ke negaranegara Asia lainnya. Tidak ha
nya itu, ia pun didapuk untuk tampil di Singapura dalam
pergelaran akbar Singapore’s Mosaic Music Festival. Adithia,
bersama The Trees and The Wild dan Sarasvati, datang
dari Indonesia dalam festival musik internasional yang di
langsungkan di esplanaDe-theatres on the Bay pada tanggal
1617 Maret 2011 itu.
adhitia.doc
Singapore’s Mosaic Music Festival merupa- Esplanade-Theatres on the Bay adalah pusat
kan perhelatan musisi independen tahunan kesenian terbesar di Singapura, mencakup
akbar di Singapura yang mengundang musisi seluruh cabang seni: musik, tari, teater, hingga
terpilih dari negara-negara Asia lainnya. seni visual, yang fokus pada budaya Asia.
20
21. adhitia.doc
Ini adalah kedua kalinya
Adithia tampil di panggung
megah Esplanade. Sebelum
nya, tanggal 1618 Juli 2010,
ia manggung di tempat yang
sama dalam perhelatan musik
bertajuk Rocking the Region.
Untuk Singapore’s Mosaic
Music Festival, Adithia berang
kat ke Negeri Singa lebih
awal, yakni pada 13 Maret
2011. Ia datang cepat kare
na harus berlatih bersama
biduan tuan rumah, Ling Kai,
dan Mia Palencia dari Malay
sia, yang direncanakan tam
pil bersamanya.
Adithia Sofyan memang
akan tampil penuh selama
2 hari. Pada 16 Maret 2011,
ia berduet dengan Ling Kai dan Mia Palencia. Lalu di
hari kedua, ia bermain bersama sesama musisi Indonesia,
Sarasvati, selain tampil solo di atas pentas.
21
22. Jalur musik “berbe
da” yang diusung Adi
thia Sofyan membuat
nya untuk melompat
lebih tinggi. Ia diganjar
penghargaan Indone
sia Cutting Edge Music
adhitia.doc
Awards (ICEMA) 2010.
Dua kategori sukses di
rengkuh Adithia, yakni
Favorite SingerSongwriter dan Favorite Solo Artist. Raihan ini
semakin menegaskan kualitas Adithia di belantika musik
Indonesia.
Di ajang iCeMa 2010, terdapat namanama beken
yang memperoleh penghargaan untuk masingmasing ka
tegori. Sebut saja Maliq N D’Essential, Superman is Dead,
Efek Rumah Kaca, The Sigit, Jiung, Barry Likumahuwa,
Goodnight Electric, Gugun and Blues Shelter, Killing Me
Inside, J Flow, DJ Riri Mestika, Tompi, Shaggy Dog, PAS
Band, hingga sang legenda Fariz RM yang memperoleh
Lifetime Achivement.
Begitulah, citacita tertunda Adithia Sofyan untuk
menjadi seorang musisi sejati mulai terwujud. Namanya
pun sejajar dengan sederet jagoan musik Indonesia. Adi
thia pantas berbangga
hati karena ia dinilai ICEMA meru-
pakan ajang
mampu berbareng ber
penghargaan
gerak bersama para mu pertama di
sisi kelas wahid Indone Indonesia
sia. Dari ruang mimpi di kepada para
sudut kamarnya, Adithia musisi yang
Sof yan menapak karir konsisten di
mu sik menuju jalan yang jalur non-
terancam terang. mainstream.
ICEMA diberi-
kan untuk-
mereka yang
bersemangat
pembaha-
ruan dengan
bentuk-bentuk
ekspresi baru.
lemahsinyal.blogspot.com
22
23. “Saya memang pernah berencana
menjadikan musik sebagai pilihan
hidup saya, tapi saya rasa rencana
itu sudah ditolak Tuhan.”
P
ada suatu malam, Adithia kecil diajak orangtua
nya untuk makan bersama di sebuah kafe di Solo.
Kebetulan, malam itu sedang ada sajian live music
di kafe tersebut. Kelompok musik yang tampil ada
lah sebuah band top 40. Saat hendak menikmati hidangan
yang tersedia, tibatiba Adithia terhenyak. Grup band itu
mulai beraksi dengan memainkan salah satu hits Michael
Jackson, raja musik pop yang memang sedang kondang di
awal dekade 1990an itu.
>>>
MEMBANGKITKAN
MIMPI YANG TERKUBUR
23
adhitia.doc
24. ad
hit
ia.
do
c
Adithia terkesima saat mendengar cabikan gitar yang
memainkan intro tembang Black or White. Ia terbengong
dan berdecak kagum melihat permainan sang gitaris itu.
Tanpa disadari, detikdetik itulah yang menjadi momen
pencerahan bagi Adithia Sofyan, bahwa ia telah jatuh
cinta kepada makhluk cantik nan merdu yang bernama
gitar. Ia bertekad untuk lebih mengenal gitar lebih dekat.
Sebenarnya ia sudah punya alat musik petik itu di rumah.
Namun, selama ini, gitar itu hanya dimainkan sekenanya
saja, atau paling tidak untuk action semata. Di depan cer
min, ia sering bergaya bak gitaris handal, menimang gitar
tanpa irama sambil mendengarkan lagulagu kesukaan
nya.
Mulanya, Adithia memang tidak begitu antusias me
nyambut kehadiran gitar pemberian ibundanya itu. Bukan
karena tak suka, melainkan karena ia sendiri bingung
bagaimana cara memainkan perangkat musik genjreng
tersebut. Alihalih memetik senar gitar dan menghasilkan
irama lagu sederhana, untuk sekadar menyelaraskan nada
nada saja ia masih kesulitan karena jarijari mungilnya
sama sekali belum terlatih.
24
25. Namun, malam di kafe itu mengubah semuanya dan
benarbenar menjadi malam yang istimewa bagi Adithia.
Gitar yang dimainkan oleh sang gitaris yang tampil malam
itu berbeda dengan gitar miliknya. “Itu elektrik gitar,
dengan suara distorsinya yang heboh, dimainkan live di
depan mata dan telinga saya!” seru Adithia mengenang
apa yang dirasakannya di malam bersejarah itu.
Raungan gitar yang membahana karena terhubung
dengan arus listrik itu seolaholah menyengat kesadaran
nya, bahwa sepertinya ia telah menemukan tujuan hidup
yang sesungguhnya. Tanpa pikir panjang, ia berkata man
tap kepada sang ibunda, “Mama, aku ingin les gitar elek
trik!”
“Saya tidak bisa men-
jelaskan apa artinya
gitar buat saya. Gitar
adalah saya!”
25
adhitia.doc
26. Sepekan setelah malam itu, Adithia Sofyan langsung
ikut kursus gitar di Yayasan Musik Indonesia di Solo. Na
mun, ia tidak lama belajar di tempat les itu. “Setelah se
tahun, saya merasa sudah cukup ilmu, setidaknya buat
genjranggenjreng di kamar sendiri,” ujarnya.
Permainan gitar Adithia memang terkesan natural
dan apa adanya. Ia tidak memaksakan diri untuk mema
hami sesuatu yang memang di luar jangkauannya. Bahkan,
Adithia sendiri mengakui bahwa tidak semua chord dalam
lagulagunya yang benarbenar dime ngerti olehnya.
Ketika banyak di antara penikmat musiknya yang me
minta chord gitar lagulagunya, dijawabnya dengan jujur
bahwa ia sendiri tidak tahu nama chordchord itu. Ia mereka
reka sendiri seperti apa bunyinya, asal terdengar nyaman
di telinga.
“Saya selalu membiarkan jarijari saya menelusuri neck
gitar dan membentuk formasiformasi seenak saya saja. itia
.do
c
h
Bentukbentuk chord yang cocok di kuping lalu sering saya ad
mainkan, sampai akhirnya saya terbiasa dengannya,” aku
nya polos.
“Menulis
musik itu sepert
i
menulis buku
harian...”
26
27. Begitu pula dengan cara Adi
thia dalam menulis lirik. Natural
dan apa adanya, mengalir begitu
saja. Baginya, menulis musik ibarat
menulis buku harian di mana ia
harus menjaga serpihan emosi dan
menyimpannya baikbaik di dalam
hati. “Seperti menulis diary, tidak
ada yang mengatur, tidak ada yang
bilang jelek, bagus, salah, dan se
bagainya,” katanya. Ia tidak per
nah menghafal lirik lagu yang telah
ditulisnya. Menurutnya, lirik lagu
beda dengan rumus kimia. “Jangan
dihafal, dibiasakan biar kenal dan
dinikmati,” pesannya.
Bahkan tak sekadar itu, menu
rut Adithia, menulis musik adalah
hal yang sangat pribadi dan ter
kadang hampir seperti sesuatu
yang spiritual. “Musik adalah karya
yang bernada,” demikian definisi
musik menuru Adithia. Ia menulis adhitia.doc
musik hanya menuruti mood. Ia mengaku tidak menggantungkan
insipirasi dari manapun. Musik datang semaunya, ia tinggal mene
rima yang datang itu.
Adithia punya modal
berharga, yakni bahwa
ia sangat mencintai gi
tar. Ya, Adithia adalah
seorang satria bergitar,
dan ia punya alasan je
las mengenai itu. “Gitar
akustik adalah kenda
raan paling simple untuk
membuat lagu, terde
ngar lebih spontan, ju
jur, dan apa adanya,”
jelasnya.
27
adhitia.doc
28. adhitia.doc
Adithia men
cintai gitar, bah
kan tanpa ia tahu
penyebabnya.
“Saya tidak bisa
menjelaskan apa
artinya gitar bu
at saya. Gitar adalah saya!” katanya lugas.
Tidak bisa dipungkiri, kecintaannya pada gitar bermuasal dari
“malam pencerahan” yang terjadi di kafe saat ia remaja dulu. Sejak
itulah, Adithia menetapkan citacitanya: ia ingin menjadi musisi,
Apalagi menyanyi adalah salah satu hobinya sejak kecil di mana ia
sudah senang bersenandung sambil mendengarkan lagulagu yang
diputar di radio.
Terkadang, Adhit kecil isengiseng merekam suaranya sendiri
dengan tape recorder. Saat itu, ia paling suka menyanyikan lagu
lagu milik Bon Jovi, atau tembangtembang musisi Indonesia yang
sedang populer kala itu, Ikang Fawzi atau Farid Harja misalnya. Ru
mah orangtuanya yang berlokasi di Perumahan Fajar Indah Solo
pun tidak pernah sepi dari tingkah polah Adhit kecil yang enerjik.
Adithia Sofyan tumbuh dan dibesarkan di Surakarta, Jawa Tengah,
meskipun ia bukan anak asli Solo. Adithia dilahirkan di titik sen
trum Tanah Sunda, yaitu di Bandung, pada 6 November 1977. Ia
dan keluarga pindah ke Solo pada tahun 1981, atau ketika usianya
28
29. masih 4 tahun. Adithia sangat beruntung karena ia meng
alami masamasa kecil yang indah dan membahagiakan.
Ia punya banyak teman sepermainan di solo. Ia pun cukup
dekat dengan ayahnya, dan terutama dengan ibundanya.
Ia menikmati masa kecil sekaligus usia mudanya di
pusat peradaban Jawa itu sejak usia Taman Kanakkanak
hingga SMA. Adithia bersekolah di TK Taman Putra Solo,
lalu di SD Negeri Bromantakan 56 Solo. Saat menginjak
remaja, ia menempuh pendidikan menengah pertama di
mahdimuhammad.doc
SMP Negeri 1 Solo sebelum melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, yakni di SMA Negeri 4 Solo.
Masa studi di SMA Negeri 4 Solo ternyata tidak ia
habiskan. Di tahun ketiga, ia pindah sekolah ke Amerika
Serikat. Di negeri Paman Sam inilah naluri bermusiknya
semakin menguat, ia ingin mewujudkan citacitanya seba
gai musisi. Tahun 1996, atau ketika usianya menginjak 19
tahun, ia mencoba peruntungan dengan mendaftarkan
diri ke sekolah musik Berklee College of Music di Boston.
29
30. “Saya merasa
diingatkan, kalau
mau bermusik
tidak perlu
harus lewat
Berklee College.”
nisa
mak
mur.
doc
Sayang, ia gagal diterima menjadi siswa di sana
karena pengetahuan musiknya dinilai belum
memenuhi syarat.
Adithia sedikit terpukul menerima kenyata
an itu, ia ke Amerika memang bertujuan untuk
serius di bidang musik. “Memang saya pernah
berencana menjadikan musik sebagai pilihan
hidup, tapi saya rasa rencana itu sudah ditolak
Tuhan,” kenangnya mengingat peristiwa di Bos
ton. Namun ia tetap lapang dada.
Kelak, keikhlasan dan kesabarannya akan
membuahkan hasil. Kuburan impiannya ternya
ta masih bisa dibangkitkan. “Saya merasa di
ingatkan, kalau mau bermusik tidak perlu harus Berklee College
lewat Berklee College. Oleh Tuhan, saya diminta of musiC adalah
menunggu sampai tahun 2007 di mana saya bisa sebuah sekolah
membuat lagu yang tidak memalukan, cukup tinggi musik
baik, dan layak dengar,” ungkapnya. terkemuka di
Boston, Amerika
Serikat, yang
didirikan oleh
Lawrence Berk
pada lebih dari
setengah abad
yang lampau.
30
31. “Mainkan saja apa yang
terdengar...”
adhitia.doc
Adithia menyadari bahwa karakter bermusiknya sela
ma ini memang tidak berlandaskan rumusrumus teori.
Ia lebih suka langsung praktek daripada harus mempela
jari tetek bengek teori. Ia mengaku tidak pernah terpaku
pada chord. “Mainkan saja apa yang terdengar,” begitu
resepnya. Saat kursus di Yayasan Musik Indonesia di Solo,
misalnya, ia sudah “menolak” halhal yang berbau teori.
Maka tidak heran jika permainan gitar Adithia tidak me
ngandung chordchord yang justru bisa memusingkan.
Definisi kreativitas bagi Adithia adalah kebiasaan, jadi
tidak usah terlalu pusing menjaga kreativitas itu. “Kalau
sudah menjadi kebiasaan tidak usah dijaga, sudah nature
nya,” ungkap penyuka nasi rawon dan nasi liwet ini. Play
by ear, demikian Adithia menyebut metode bermusiknya.
Pemahaman seperti ini masih dianutnya hingga sekarang,
dan pada akhirnya memang membuahkan hasil positif
kendati ia harus menunggu cukup lama dan nyaris meng
ubur mimpinya untuk berkecimpung di belantika musik.
Terpental dari ujian masuk di Berklee College of Music
di Boston membuat Adithia Sofyan sejenak mengalihkan
konsentrasinya ke ranah desain grafis. Adhitia memutuskan
>>>
31
32. menyeberang ke Australia untuk menempuh studi di KvB
Institute of Technology North Sydney dan mengambil ju
rusan Graphic Design and Multimedia. Setelah lulus tahun
1999, ia langsung pulang kampung ke Solo.
Di Kota Bengawan, gairah bermusiknya kembali mun
cul. Bersama sejumlah karibnya, Adhitia membentuk band
dan sering diundang ke acaraacara kampus. Tak hanya
itu, ia dan kawankawan juga membuat demo album yang
disebarkan ke berbagai stasiun radio di Solo, Yogyakarta,
Semarang, dan Bandung. Karya mereka mendapat respon
positif. Tawaran manggung pun semakin banyak.
priyadiimannurcahyo.doc
adhitia.doc
Di tengah kesenangannya menikmati hidup sebagai
musisi, ternyata Adithia dihadapkan pada pilihan lain: ia
mendapat panggilan ke Jakarta untuk bekerja sebagai de
sainer grafis. Pada November 2000, ia memutuskan untuk
melangkah ke seberang menuju ibukota dan bergabung
dengan perusahaan Matari Advertising. Jauhjauh sekolah
desain hingga ke Negeri Kanguru ternyata tidak siasia.
Tidak sampai 2 tahun bergelut di ranah desain grafis, ia
sudah mencapai level Junior Art Director.
32
33. Pada pertengahan tahun 2002, Adithia mundur dari
Matari untuk menimba lebih banyak pengalaman lain. Se
lama 6 bulan, ia menetap di Singapura untuk mengikuti
portfolio course di Singapore Institute of Advertising dan
selesai akhir tahun itu juga. Ia juga mendapat kesempatan
untuk magang di biro iklan Lowe Singapore.
Sebenarnya Adithia ingin mencoba bekerja di Singa
pura, “... namun ternyata bekal saya dari Matari belum
cukup untuk menaklukkan negeri jiran yang satu ini,”
ungkapnya. Kebetulan, di waktu yang sama, ia menda
pat tawaran dari biro iklan JWT di Jakarta untuk menjadi
Art Director. Maka, pada Januari 2003, ia pun kembali ke
Jakarta. Segera setelah itu, Adithia menikahi perempuan
yang dicintainya, Iim Fahima Jachja.
adhitia.doc
Selama di JWT, Adithia menorehkan pres
dd.doc
tasi gemilang. Nyaris tiap tahun ia meraih crea
tive award, seperti Citra Pariwara atau ADOI
Awards, yang di antaranya diraih berkat kerja
tim. Ia bertahan di JWT hingga mencapai po
sisi sebagai Senior Art Director dan mundur pada
September 2005, “Saya meninggalkan hiruk
pikuk panggung periklanan nasional dan hijrah
ke industri online advertising,” tuturnya.
33
34. Bersama sang istri, ia kemudian mendirikan biro kon
sultan online marketing bernama Virus CoMMuniCations. Pe
kerjaan Adithia sebenarnya masih sama dengan semasa di
dunia iklan, yakni membuat ideide kreatif untuk kampa
nye iklan klien, “Namun, ada satu hal fundamental yang
sangat berbeda: medan tempur saya adalah internet,” ka
tanya.
virtual.co.id
Virus Communications adalah biro kon-
sultan di bidang online marketing yang
kemudian menjadi divisi baru di perusa-
haan yang sudah mapan sebelumnya,
Virtual Consulting, yang digawangi oleh
Nukman Lutfie.
Begitulah, internet menjadi pegangan baru Adithia
dalam perjalanan karirnya hingga saat ini. Berkat inter
net pula ia dapat kembali menemukan atensinya di jalur
musik yang sempat terlupakan. Kini, setelah secara me
nyerahkan kepada sang istri untuk mengendalikan bisnis
mereka, Adithia bisa lebih berkonsentrasi untuk mem
bangkitkan mimpinya yang terkubur meskipun tujuan
yang dikejarnya bukanlah soal materi atau ketenaran se
mata. Atas nama cinta, Adithia Sofyan kembali ke dunia
musik, dunia yang selalu ada di dalam hari dan hatinya.
34
35. BUKAN siapapun, hanya IBUNDA
“Menangis di
depan Ka’bah
serasa membuat
saya kembali ke
umur 3 tahun.
(Saya pernah) me-
adhitia.doc
rengek di pang-
kuan ibu karena
sakit sewaktu
K
terjatuh, atau ebiasaan Adithia Sofyan sedari
kecil yang doyan berdendang lan
karena rindu saja tang sepertinya tidak luput dari
pada ibu kenapa perhatian sang ibunda. Sang ma
ma tentunya punya alasan mengapa mem
beliau lama sekali berikan gitar untuk anak tercintanya, saat
Adhit masih berusia 14 tahun.
pulang dari kan- Mengapa gitar? Mengapa bukan alat
tor, sementara ibu musik atau jenis barang lainnya? Tidak
hanya tersenyum perlu dijawab, karena bagaimanapun
juga, seorang ibu adalah orang yang pa
sambil mengelus- ling mengerti tentang anaknya. Berkat
naluri jitu ibunda, Adithia menjadi manu
elus punggung sia yang suka bermusik, dan kini dikenal
saya.” sebagai sosok musisi unik yang tidak bisa
dipandang sebelah mata.
Bukan tidak mungkin Adithia menempatkan sang ibunda sebagai
sosok terhebat dalam hidupnya. Pelukan sang ibunda ibarat ruang
yang menyamankan bagi Adithia. Saat bibirnya mengaduh karena
terjatuh dan terluka semasa kecil, misalnya, ia akan menangis sem
bari menahan rasa sakit di pangkuan sang ibunda. Sementara sang
ibu dengan senyum sabar berusaha memberikan ketenangan sambil
mengeluselus punggung mungilnya. Saking sayangnya kepada sang
ibunda, Adithia mengaku tidak pernah malu mengumbar air mata ke
tika ia merasa sang ibunda lama sekali pulang dari tempat kerja se
masa ia masih bocah dulu. 35
36. Orangtua Adithia demokratis, mereka
tidak membebaninya dengan bermacam
tuntutan. Selama berjalan di arah yang
benar, ibu dan ayah Adithia enggan tu
rut campur meskipun kewajiban orangtua
untuk membimbing dan mengingatkan
tidak pernah ditinggalkan.
Jalan menuju masa depan diserahkan
adhitia.doc/repro sepenuhnya kepada sang anak. Terbukti,
jalur hidup yang dipilih Adithia bukan jalan umum yang dilewati
banyak orang, bukan bidangbidang yang biasanya dikehendaki,
bahkan tak jarang dipaksakan, oleh kebanyakan orangtua kepa
da anakanaknya.
Dunia seni bukan sektor yang “menjanjikan” bagi sebagian
besar orang. Namun, Adithia dengan sadar memilih jalur khusus
yang tidak biasa ini. Seni musik dan desain yang dipilih Adithia
untuk kendaraan hidupnya tidak menjadi persoalan berarti bagi
orangtuanya. Dan, Adithia berhasil membuktikan bahwa apa
yang dipilihnya bukan suatu kesalahan meskipun orangtuanya
tidak pernah memerlukan pembuktian itu.
Berkat sang ibunda, Adithia mengenal dan mencintai alat
musik gitar. Bisa dibilang, Adithia tidak bisa dipisahkan dari ke
beradaan gitar di sisinya, dan itu justru karena sang ibunda yang
selalu mengingatkannya. “Setiap kali saya akan meninggalkan
rumah selama beberapa hari bersama teman, ibu saya selalu ber
tanya: Apa kamu yakin tidak membawa gitar?” ujar pemilik gitar
berjenis Cole Clark FL2A, Larrivee OM3R, dan Guild GAD50 ini.
Bukan hanya bakat musik saja yang di
cermati sang mama. Adithia kecil juga ge
mar menggambar. Memang dua hal itulah
yang menjadi pilihan hidup Adithia: me
nyanyi dan menggambar. Maka tidak heran,
sang ibunda justru bangga saat Adithia
berkelana hingga ke Amerika untuk bela
jar musik dan ke Australia demi memper
dalam kemampuan desain grafisnya.
Kebebasan berpikir dan keleluasaan
36
37. bergerak yang diberikan oleh orangtuanya membentuk karakter serta
kepribadian Adithia saat dewasa. Ia menjadi manusia yang alami, apa
adanya namun sangat kompetitif dan efektif dalam memaksimalkan
apa yang diperolehnya. Adithia adalah sosok yang tidak pelit untuk
berbagi, ia justru merasa bahagia apabila bisa membuat orang lain
merasakan kegembiraan.
Adithia juga tak ambil pusing atas penilaian orang terhadapnya.
Yang terpenting, ia sudah bekerja maksimal dengan kualitas yang
tetap terjaga. Mau dibilang apapun, ia menyerahkan sepenuhnya ke
pada khalayak, termasuk penilaian orang terhadap lagulagu yang
dibuatnya “Saya menulis lagu murni karena kecintaan pada musik.
Pendengar dari lagu yang saya tulis adalah saya sendiri untuk saya
dengarkan, nikmati, lalu senyumsenyum sendiri,” kelakarnya.
Musik adalah bagian
dari kebahagiaan dalam
hidupnya, tidak dituju
kan untuk kepentingan
yang bersifat duniawi.
“Saya bukan berasal dari
industri musik, saya mem
buat musik hanya untuk
kesenangan sendiri saja,”
paparnya.
“Ada atau tidak orang
yang mau mendengarkan,
saya akan terus menulis
lagu karena itu membu
at saya bahagia dan me
adhitia.doc/repro
menuhi kebutuhan saya
untuk berkarya,” imbuh
Adhitia.
Lagulagu Adhitia adalah murni ciptaannya. Ia sendiri tak pernah
tahu bagaimana lagulagu itu tercipta, bagaimana liriklirik yang di
anggap syahdu oleh banyak orang itu bisa terangkai menjadi irama
yang ternyata disukai. Ia hanya menimang gitar, menjajal dentingan
dawainya sembari menyeruput kopi hangat, dan terciptalah baitbait
lagu sederhana namun menawan hati. Baginya, inspirasi akan datang
begitu saja, namun sering pula tidak. Saat memetik gitar, liriklirik itu
akan berseliweran di otak dengan sendirinya.
37
38. adhitia.doc
Meskipun tidak mengkultuskan sosok ter
tentu, namun bukan berarti Adithia tidak
memiliki musisi atau band yang menjadi in
fluence dalam lagulagunya. Teitur, Iron and
Wine, City and Color, The Swell Season, Fionn
Regan, Jack Johnson, Bon Jovi, hingga John
Mayer, sedikit banyak mempengaruhi warna
musiknya. Bahkan, beberapa orang bilang,
petikan gitar Adithia mirip dengan John
Mayer. Selain itu, ia juga sempat menyebut
Stevie Ray Vaughan dan Kurt Cobain.
Selama ini Adithia memang dikenal seba
gai musisi spesialis pelantun lagu melankolis
alias lagu cengeng karena lirikliriknya yang
bernuansa galau. Ia sendiri mengakui itu. “La
gulagu saya terbukti membantu orang bisa
tidur,” katanya. Namun siapa sangka, aliran
musik Adithia di masa mudanya lebih con
dong ke jalur musik metal. Saat masih di
Solo, ia mengaku sering mendengarkan dan
memainkan lagulagu keras milik bandband
cadas kelas dunia, sebut saja Sepultura, Iced
Earth, Manowar, Prong, Sevendust, Megadeth,
Kreator, dan semacamnya. Ia juga punya band
metal lokal favorit, yakni Melancholic Bitch
dari Jogja.
Dalam riwayat bermusik Adithia, sempat
terselip nama Michael Jackson (MJ). Seperti
yang telah disinggung sebelumnya, keterta
rikan Adithia terhadap gitar dimulai ketika ia
mendengar desingan gitar yang memainkan
intro Black and White yang dipopulerkan
oleh MJ. Meskipun bersikeras bahwa ia tidak
merasakan ada hubungan yang kuat antara
gaya bermusik MJ dan musik yang ia main
kan, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa
nama besar MJ pernah hadir dalam karir ber
musiknya. “Yang membuat saya ingin bermain
gitar bukanlah lagu dari (Eric) Clapton atau
Van Halen, melainkan lagunya MJ,” akunya. nisamakmur.doc
38
39. adhitia.doc
Bahkan, saat mendengar kabar wafatnya MJ, Adithia
mengaku bersedih, dan ia pun khusus menulis kesan ten
tang MJ di blog pribadinya, AdhitiaSofyan.wordpress.com.
Untuk musisi dalam negeri, Adithia memang tidak per
nah menegaskan secara gamblang, meskipun mengakui
bahwa ia dulu suka menikmati lagulagu Ikang Fawzi dan
Farid Harja yang sangat populer di akhir era 1980an dan
di awal dekade 1990an itu.
Ada juga yang berpendapat bahwa gaya bermusik
Adithia mirip dengan Ebiet G. Ade. Sekali lagi, Adithia
tidak secara tegas mengiyakan pendapat itu, namun ia
menyebut sosok Ebiet sebagai seorang legend. Dan tam
paknya, Adithia pernah “berbisnis” dengan begawan
musik balada Indonesia itu. “Salah satu gitar yang pernah
saya punya ada pada beliau sekarang,” paparnya.
Terlepas dari seabrek nama musisi yang secara lang
sung atau tidak pernah hadir dan memberi warna dalam
perjalanan musiknya, namun sang ibunda tetaplah men
jadi satusatunya sosok yang paling berpengaruh baginya.
Jika naluri sang ibunda tidak tepat sasaran, mustahil
Adithia tetap konsisten menjaga gairahnya terhadap musik
hingga kini. Jika sang mama tidak berinisiatif membe
likan gitar, bukan tidak mungkin ia tak akan pernah jatuh
cinta pada musik, dan bisa saja minatnya akan beralih ke
halhal lain seiring dengan proses kehidupannya. Bagi se
orang Adithia Sofyan, ibunda adalah yang utama. Bukan
karena siapasiapa, hanya ibunda saja.
39
40. “Saya senang berbagi
musik saya dengan
orang-orang yang bersedia
mendengarkan.”
D
unia internet ada-
lah dunia maya.
Dunia yang tanpa
batas, lintas di-
mensi, ruang dan waktu.
Batas-batas “kode etik”
yang dipatuhi di alam nyata
barangkali tidak lagi diin-
dahkan jika sudah masuk
Berkarya
ke ruang-ruang digital.
Apapun bisa didapatkan
dari internet
untuk BERBAGI Koridor hukum untuk
mengatur tata kehidupan
di negeri internet memang
sudah lama dibahas dan
mulai diterapkan. Namun,
lagi-lagi itu belum maksi-
mal dan efektif, apalagi
sampai “mengancam” ke-
amanan seseorang. Jika-
pun “ancaman” itu benar
adanya, orang tidak akan
ambil pusing karena ban-
yak rongga di internet un-
c
tuk berkelit dari jerat-jerat
.do
adh
itia hukum itu.
40
41. Apa saja yang sudah dicemplungkan
ke dalam labirin tanpa berujung bernama
internet, maka bersiapsiaplah itu telah
menjadi hak milik bersama. Jika paham
caranya, semua orang tanpa terkecuali
bisa menikmati apapun yang ditimbun di
internet secara cumacuma.
Hasil dari proses panjang yang telah
ditempuh sangat mungkin bisa langsung
dilahap habis dengan gratis di meja saji
internet. Oleh karena itu, banyak musi
si, penulis, jurnalis, fotografer, peneliti,
atau pembuat film yang geram karena
hasil jerih payah mereka seolaholah
menjadi “tidak berarti” bila sudah mas
uk ke internet. Hasil karya mereka bisa
dibajak, disadap, ditiru, diklaim, ataupun adhitia.doc
dikomersilkan oleh mereka yang memang belum tahu,
atau tidak mau tahu, bahwa di internet pun terdapat eti
ka yang harus ditaati.
Adithia Sofyan tampaknya jeli melihat fenomena itu.
Diyakini, gejala massal seperti itu masih akan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama. Apalagi di Indonesia inter
net belum begitu memasyarakat sampai ke semua lapisan.
Apabila internet sudah menjadi salah satu kebutuhan
pokok sebagian besar orang di Indonesia, apa yang akan
terjadi? Fenomena pencarian dan pemenuhan kebutuhan
secara cumacuma pastinya akan kian merajalela. Satu
satunya solusi yang dapat dilakukan adalah mempelajari
ilmu ikhlas.
Oleh karena itu, Adithia Sofyan sengaja menggratis
kan karyakaryanya untuk dinikmati oleh semua orang le
wat internet. Malahan, ia sendiri yang menyediakan lagu
lagunya untuk diunduh gratis agar khalayak ramai dapat
menikmatinya. Masih sedikit musisi di Indonesia yang mem
punyai “kesadaran” untuk mengikhlaskan karya ciptanya
menjadi santapan publik tanpa mengharapkan pamrih
berupa materi. Namun, hal itu memang wajar, karena
bagaimanapun juga, proses kreatif seseorang harus di
hargai dan diapresiasi dengan caracara yang patut.
41
42. Beruntung Adithia sedari awal
sudah berprinsip bahwa ia tidak
mengharapkan apaapa dari musik,
terlebih lagi soal duit. Ia tidak ada
kepentingan penuh untuk hidup
dari musik. “Saya tidak punya niat
untuk menjadi seorang musisi
yang serius dan berdedikasi. Saya
mendedikasikan hidup saya untuk
bersama istri dan putri saya,” tegas
nya. Oleh sebab itulah ia tidak ragu
menyebarkan lagulagunya via in
ternet dan seluruhnya free. Semua
orang boleh mengunduh lagulagu
nya tanpa harus membayar.
Menurutnya, berbagi gratis jus
tru mempercepat brand building serta
mempermudah lagulagunya terse
bar dan dibicarakan
orang. Selain itu, kesa
daran untuk berbagi
merupakan tren baru
bagi penikmat musik
yang nyaris tidak bisa
dihindari karena per
kembangan teknologi
yang sangat cepat.
adhitia.doc/repro
42
43. Tidak hanya menyediakan karya ciptanya untuk diun
duh secara gratis, Adithia bahkan mempersilahkan bagi
mereka yang ingin memainkan ulang lagulagunya, de
ngan catatan, hal itu dilakukan tanpa muatan komersial.
Lagipula, Adithia rasa tidak sendirian dalam hal ber
bagi ini, setidaknya untuk level global karena berbagi kar
ya gratis belum menjadi sebuah kelaziman di Indonesia.
Di tataran internasional, banyak musisi yang sudah mela
kukannya. Adithia sendiri merasa bahwa berbagi adalah
sesuatu yang menyenangkan. Ia senang bisa berbuat se
suatu yang bermanfaat bagi orang lain. “Sharing is fun,
mudah, dan Insya Allah berpahala,” tuturnya.
Alhasil, lagulagu Adithia menyebar cepat. Publik me
respon, menulis tentangnya di blog mereka, mencantumkan
namanya di berbagai jejaring sosial, bahkan merekomen
dasikan lagunya ke temanteman mereka. Bagi Adithia,
mereka ini justru berjasa karena secara sukarela menyebar
luaskan karyakaryanya, dan diakui atau tidak, namanya
pun meroket cepat, ia jadi dikenal lebih banyak orang.
Soal hak cipta, untuk saat ini Adithia tidak begitu mem
persoalkan, karena memang beginilah kondisinya. “Ke
jelasan tentang hak cipta agaknya masih kurang clear di
Indonesia. Lagulagu yang ada hak ciptanya juga dibajak
sini. Apakah ada yang mencegah dan menanggulangi?”
ujarnya balik bertanya.
Prinsip tidak pelit berbagi gratis dan penerapan ilmu
ikhlas seperti dilakoni Adithia Sofyan tampaknya perlu
mulai dibiasakan, di samping juga harus terus mengupa
yakan tindakantindakan untuk menghargai karya cipta.
Bukan tidak mungkin tren seperti ini akan tetap kekal se
lama internet masih dibutuhkan dan selama manusia
masih dapat berkelit dari aturanaturan main di du
nia digital yang masih dicari formula terbaiknya. So,
selamat datang di rimba bebas hambatan!
“Orang-orang yang bekerja
di dunia kreatif harus bisa
mendatangkan ide dalam
kondisi apapun.”
43
44. “Still everyday I think about you.
I know for a fact that’s not your problem.
But if you change your mind you’ll find me.
Hanging on to the place.
Where the big blue sky collapse.”
Bertahan
di Tempat
di Mana
LANGIT
RUNTUH
c
.do
itia
adh
44
45. S
adhitia.doc
etelah merasakan peng
alaman yang mengesan
kan dalam kehidupan
bermusiknya yang sem
pat mati suri, Adithia Sofyan
mulai berpikir untuk menjadi
musisi yang tidak sekadar ama
tir lagi.
Tetap tanpa tendensi ma
teri dan sematamata hanya adhitia.doc
sebagai pelampiasan hasrat
musikalnya saja, Adithia ber
tekad untuk serius bermusik.
Ia memang berusaha profe
sional dalam setiap tanggung
jawabnya, dari desain grafis,
periklanan konvensional dan
marketing online, serta akhirnya
kembali ke belantika musik.
“Ada atau tidak ada orang
yang mau mendengarkan, saya
akan terus menulis lagu karena
itu membuat saya bahagia dan
memenuhi kebutuhan saya
untuk berkarya.”
adhitia.doc
45
46. Supaya bisa benarbenar fokus
di dunia musik yang kini dijala
ninya, Adithia meilmpahkan pe
ngelolaan perusahaannya kepada
sang istri. Namun, sebenarnya ia
masih tetap berada di situ meski
pun lebih sering di balik layar. Ia
sudah terbiasa bekerja di tengah
tekanan dengan tetap menjaga
standar kualitas.
Baginya, mereka yang memi
lih berkecimpung di dunia kre
atif harus mampu menghasilkan
adhitia.doc/repro gagasan segar dalam kondisi se
perti apapun. Begitu pula dengan tanggung jawabnya
kini yang boleh dibilang ganda. Ia harus bisa seimbang
dan profesional di dua alam yang berbeda, di usaha on
line marketing dan di ranah musik yang tengah digelutinya
sekarang ini.
Adithia Sofyan tidak ingin moment kebangkitan ini
terbuang siasia. Oleh karena itu, ia wajib membawa ker
jakerja musikalnya ke tahap yang lebih matang. Semua
perencanaan, termasuk persoalan yang terkait dengan
bisnis dan mitra dalam bermusiknya harus jelas. >>>
“Saya mendedikasikan hidup saya
untuk bersama istri dan putri saya.”
adhitia.doc
46
47. rentalsoundsystem.com
Adhitia berjanji, kebiasaannya berbagi tidak akan per
nah dihilangkan karena dengan itulah ia bisa menjadi se
perti sekarang ini. Ia tidak keberatan bakal “merugi” jika
dengan berbagi bisa menyenangkan orang lain. Adithia
Sofyan memilih berdiam di tempat di mana ia pernah
berteduh. Meskipun ia sempat didera kecewa di tempat
itu, ia tetap bertahan di tempat di mana langit runtuh.
nisamakmur benablog
47
50. M
enulis dan teknologi adalah dua hal penting
dalam karir dan perjalanan hidup Ollie Salsa
beela. Perempuan kelahiran Yogyakarta yang
bernama asli Aulia Halimatussadiah ini tidak
hanya piawai memainkan jemarinya dan merangkai kata
kata. Pengetahuan dan pengalamannya di ranah teknolo
gi dan informasi telah mentasbihkan dirinya sebagai ju
ragan di 6 perusahaan online atau start up dan menjadi
penulis belasan buku. Semua ini berhasil digapai Ollie di
usia yang relatif masih muda, 28 tahun.
Menulis nyaris menjadi segalanya
buat Ollie. Hampir setiap waktunya se
lalu diselingi dengan aktivitas menulis.
Kendati Ollie sudah cukup sukses di
bidang industri teknologi informasi,
namun ia tetap humble. Ia merasa le
bih nyaman dikenal sebagai seorang
penulis dan memang itulah jiwa se
jati yang sesungguhnya tertanam di
dalam dirinya. “Aku adalah seorang
penulis karena itulah sebenarnya
that’s me!” tegasnya.
“I have a dream, and i have
another dream. Sebuah mimpi
mengantarkan aku ke mimpi
yang lain untuk digapai. So,
cita-citaku menjadi saudagar
dunia maya.”
50
ollie.doc
51. ollie.doc
“My passion is in book and
writing,” ucap Ollie sekali lagi.
Ya, Ollie sangat gemar menu
lis. Tidak hanya di media on
line, semisal blog, namun juga
menulis buku. Belasan buku
telah tertulis dari jemari lin
cahnya.
Ollie termasuk sedikit orang
yang beruntung bisa merasa
kan manisnya blog pada masa
itu. Blog pertama Ollie adalah
photoBlog yang berisi kegiatan
sehariharinya.
Kecintaan Ollie terhadap
buku dan hobi menulisnya
merambah ke jagat maya,
khususnya industri teknologi
informasi. Berbekal penge
tahuannya di bidang IT dan
bantuan dari beberapa teman
dekat, Ollie menggebrak in
PHotoBlog adalah
dustri perbukuan tanah air dengan dua amunisi: sebuah
berbagi foto
online book store yang kemudian dikenal dengan nama Ku melalui media
tuKutuBuku.com dan situs online self publishing yang ia diri semacam Blog.
kan bersama seorang karibnya pada Oktober 2010 yang Ini sedikit
diberi nama NulisBuku.com. berbeda dengan
Blog biasa yang
“Saya merasa kesulitan untuk belanja di online book umumnya hanya
store yang ada. Saya sangat cinta buku dan suka belanja fokus pada teks.
banyak buku. Ketika menemukan masalah, sebagai pe PHotoBlogging
laku industri web saya bertanya pada diri sendiri: Menga (tindakan posting
pa tidak dibenahi?” tutur Ollie. Ia sangat ingin membuka foto ke PHotoBlog)
toko buku, tetapi ia Ollie tidak punya cukup uang untuk mulai marak
pada awal tahun
mendirikan toko buku yang besar. Solusinya adalah toko
2000-an dengan
buku online, dan lahirlah KutuKutuBuku.com. Bisa dibilang, munculnya moBile
ini adalah salah satu toko buku online pertama yang ada Blogging dan
di Indonesia pada masa itu. CameraPHones.
51
52. Kisah lahirnya NulisBuku.com pun hampir serupa. Peng
alaman pahit karena naskahnya diabaikan penerbit men
jadikan semangat Ollie terbakar untuk meluncurkan on
line self publishing pertama di Asia Tenggara. “Di NulisBuku.
com, saya tidak hanya menerbitkan buku impian saya,
namun juga mewujudkan mimpimimpi penulis lain,” je
las Ollie. “Situs ini adalah layanan gratis untuk online self
publishingprint on demand,” tambahnya.
Berpikir selangkah di depan, jeli melihat peluang,
dan menyukai tantangan, merupakan syaratsyarat untuk
menjadi seorang entrepreneur. Ollie yang sesungguhnya
adalah seorang penulis tidak hanya mampu memadukan
prinsipprinsip kewirausahaan ke dalam profesi writerpre
neur, namun ia juga piawai mengawinkan teknologi infor
masi di ruangruang menulis dan dunia usaha.
Di Indonesia, sosok perempuan yang bergelut di du
nia teknologi informasi masih sangat sulit dijumpai, dan
Ollie salah satu wanita perkasa yang eksis di ranah itu. Ya,
Ollie Salsabeela adalah sosok Kartini modern yang mela
koni perjuangan di medan digital.
ollie.doc
52
53. “Aku adalah seorang
B
penulis karena itulah E
sebenarnya aku!”
R
J
I dengan
BB
AU
K K
UU
A
ktivitas menulis Ollie sebenarnya te
lah ia lakukan sejak usia remaja. Ia
mulai menulis ketika masih SMP di
mana pada saat itu ia gemar menulis
komik. Keahlian menulis Ollie tentunya tidak
didapatkan secara instan. Proses yang dijalani
nya memakan waktu yang tidak sebentar, bah
kan bertahuntahun. Waktu duduk di bangku
SMA, Ollie sudah menulis berkalikali meskipun
tulisantulisan itu dirasanya belum berkualitas
baik. Tapi Ollie terus mencoba hingga ia tahu
caranya dan pada akhirnya membuahkan hasil.
53
54. ollie.doc
Minat menulis Ollie di jagat
online bermula ketika membaca
sebuah blog yang menarik dan
menginspirasinya. “Jenis web
site yang isinya curhatcurhatan
orang dan dengan layout yang ba
gus ini sebenarnya namanya apa?”
tanya Ollie penuh rasa ingin tahu.
Ollie mengenal dunia blogging
sejak tahun 2003 saat ia masih me
netap di daerah Depok, dekat Ja
karta. Ollie memakai layanan blog
di internet, semacam TextAmerica,
Tabulas, Multiply, Wordpress, Blog
spot, dan akhirnya menggunakan
domain serta hosting sendiri: Sal
sabeela.com.
Bersama Multiply, Ollie tidak
hanya sekadar ngeblog, namun
juga memulai bisnis online kecil
kecillan. Multiply adalah salah satu
pioner
blogging platform primadona di tanah air.
Fiturnya sangat lengkap. Tidak hanya untuk
menulis saja (blogging) namun juga sharing
photo, video, reviews, guestbook, dan lain se
bagainya.
Dengan memanfaatkan Multiply, Ollie
mencoba membuka toko online. Tidak hanya
berhasil, toko online Ollie bahkan berhasil
menginspirasi orang lain untuk melakukan
hal serupa. Momen inilah yang membuat
Penerbit Mediakita memintanya untuk men
ulis buku “Membuat Toko Online dengan
Multiply”, terbit tahun 2008. “Buku itu men
jadi buku how to pertama saya dan menjadi
buku best seller,” tutur Ollie.
Nama Ollie tidak asing di telinga para konsumen buku. Tercatat
lebih dari belasan buku yang telah ditulisnya. Mulai dari buku yang
berjenis novel, buku inspirasi, how to atau panduan, motivasi, bahkan
kuliner. Khusus untuk novel, ada salah satu novel Ollie yang menarik
dan banyak menyita perhatian publik.
54
55. Di novelnya yang berjudul “Je M’appelle Lintang” (2006) kisah
roman percintaan Lintang dalam mengejar cintanya hingga ke Paris
mengundang decak kagum. Bagaimana bisa seorang Ollie yang be
lum pernah menjamah ibukota Prancis itu mampu melukiskan sua
sana Paris secara detail seolaholah pernah tinggal lama di sana?
“Jawabannya cuma satu: riset!” kata Ollie. Pengalaman menulis
novel ini dijadikan Ollie sebagai pemicu dirinya ketika menuliskan
buku inspirasi dan motivasi berjudul “Inspirasi.net” (2008).
Kembali ke soal blog. Ollie meng
ubah Salsabeela.com, menjadi blog
motivasi. Ia mengakui, pada awal
aktif sebagai blogger, blognya berisi
halhal yang bersifat personal dan
pengalaman pribadi, laiknya sebu
ah online diary.
Sejak tahun 2007, Ollie beru
saha untuk mengubah mindset ba
gaimana cara ngeblog. “Sekarang
lebih berpikir jika mau ngepost. Ber
pikir apa untungnya buat orang
lain dan inginnya bisa memotivasi
dan inspire others,” tekadnya.
Blog Ollie bagai etalase apa yang
ada pada dirinya. Pengunjung bisa
melihat rekaman keseharian, ide
ide, dan beragam usaha yang kini
sedang ia jalankan.
ollie.doc
Atas jerih payah Ollie dalam mengins
pirasi orang lain, Koran Sindo mengganjar
Salsabeela.com sebagai Blog of the Week
(2009). Tak hanya itu saja, Salsabeela.com
juga diulas di salah satu kolom di CHIC
Magazine (Desember 2008).
Jauhjauh hari sebelum belajar IT di
Universitas Gunadarma, Ollie telah akrab
dengan teknologi sejak SMA. Ia aktif
berinternet sejak tahun 1997. “Awalnya
lihat orang bikin Geocities, akhirnya bela
jar sendiri. Waktu SMA, aku pernah bikin
website company untuk KalongDesign.com.
Setelah itu bikin website untuk guruku
dan band sekolah,” tutur Oliie.
55
56. Selepas lulus dari Universitas Gunadarma pada 2004, Ollie berga
bung dengan PlasmediaPlexis, sebuah perusahaan IT ternama berskala
nasional di Jakarta. Ollie menjabat sebagai web developer, posisi yang bisa
dibilang sangat nyaman baginya. Ia senang sekali karena aktivitasnya
yang selama ini ia lakoni hanya sebatas sebagai hobi ternyata dihargai
dengan cukup baik.
Di Plasmedia inilah awal bertemunya Ollie dengan Angelina An
thony, sosok sentral lain di balik layar lahirnya KutuKutuBuku.com. Ollie
bersama Angelina bak kembar siam yang susah dipisahkan. Mereka ber
dua bahumembahu dan saling mengisi di setiap project yang datang.
Ada banyak kesamaan antara Ollie dan Angelina. Khususnya dalam
hobi mereka: buku. Mereka samasama suka membaca buku dan gemar
berbelanja buku.
Maka, muncullah gagasan untuk membuat online book store, yang
kemudian dinamakan KutuKutuBuku.com. “Kutunya dua karena ada dua
orang pecinta buku di belakangnya,” seloroh Ollie. Pada awal berdi
rinya, KutuKutuBuku.com tidak langsung dapat menggebrak di industri
perbukuan. Meskipun gaduh internet telah mewabah di tanah air, na
mun budaya ecomerce masih belum terbiasa untuk diterapkan. Tidak
hanya bagi calon konsumen, tapi juga untuk produsen alias penerbit.
KutuKutuBuku.com yang hadir untuk memperpendek jarak antara
penerbit dan pembaca harus berjuang keras dalam mengenalkan dan men
gajarkan apa itu ecomerce, khususnya di pihak penerbit. Banyak dari
mereka yang kurang mengerti dan enggan beradaptasi dengan budaya
jual beli online.
“Kita menerangkan apa itu toko online, bagaimana bekerja sama
dengan kita selain bekerjasama dengan penerbit konvensional. Kita
“My passion is in book
and writing.”
56
57. benarbenar berangkat dari nol,” kenang Ollie. Bersama Angelina,
mereka bekerja rangkap: sebagai pemilik, CEO, OB, sekaligus admin.
Meskipun ide membuat KutuKutuBuku.com muncul pada Desember
2005, namun baru resmi diluncurkan pada Februari 2006. Salah satu
momen yang mendukung terangkatnya KutuKutuBuku.com adalah
terbitnya salah satu seri buku JK Rowling yang fenomenal itu, Harry
Potter. “Kami memperoleh peluang bagus waktu itu, karena Harry Pot
ter baru launching,” tutur Ollie.
Setelah 1,5 tahun menjalankan usaha, Ollie dan Angelina tiba di
sebuah persimpangan. Di satu sisi, bisnis mereka berjalan dan terus
berkembang. Namun di sisi lain, mereka masih terikat kewajiban
dengan perusahaan di mana mereka bekerja. Dengan penuh per
timbangan, termasuk meminta saran dari maestro online marketing
Indonesia, Nukman Luthfie, Ollie dan Angelina undur diri dari Plas
media setelah 2,5 tahun mengabdi di sana.
“Keputusan untuk resign dari kantor sebetulnya sudah dipikir
kan lama. Tapi untuk eksekusi kami selalu merasa belum mampu.
Sampai akhirnya aku dan Angel pergi makan dengan bapak nyleneh
Indonesia, salah satu panutan di bidang online marketing,” canda Ollie
menyebut salah seorang pembimbingnya, Nukman Luthfie.
57
58. nukman lutHfie, salah satu pelopor online marketing di Indonesia. Pendiri
Virtual.Co.iD, PortalHr.Com, Juale.Com, gilamotor.Com, musikkamu.Com,
dan pecinta kopi hitam.
Ollie dan Angelina
menumpahkan kece
masan mereka. Tak di
duga, Nukman Luthfie
cuma berkata enteng,
“Jadi, kapan mau re
sign?”
Ollie dan Angelina
bengong mendengar
jawaban sekaligus per
tanyaan yang bernada
langsung tembak itu.
Ternyata , Nukman Lu vivanews.com
thfie langsung memberi “jaminan” atas kebimbangan yang Ollie dan Ange
lina rasakan. “Nanti saya tunjukkan jalannya,” janji sang guru meyakinkan.
Kendati sempat sedikit shock, akhirnya dua srikandi ini menuruti
apa yang disimpulkan oleh Nukman Luthfie. Mereka memutuskan dan
bertekad akan memilih jalan mandiri demi mengembangkan KutuKutu
Buku.com. Ollie dan Angelina resmi mengundurkan diri dari Plasmedia
pada 30 Agustus 2007. Untuk membuang perasaan stres, mereka berdua
kemudian melakukan tour keliling Asia Tenggara.
Sepulang dari perjalanan yang menyenang
kan sekaligus melenakan itu, Ollie dan Angeli
na harus turun ke bumi. Ternyata, menjalankan
operasional KutuKutuBuku.com sangat berat.
Di “kantor” dengan ruangan sempit seukuran
kamar kost, Ollie dan Angelina mengejar mimpi.
Mereka pantang putus asa dan tetap beru
saha kendati sering terbentur kendala finansi
al. Akhirnya, KutuKutuBuku.com berhasil punya
kantor baru yang lebih kondusif, yakni di Pan
coran, dekat Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Keberhasilan KutuKutuBuku.com menggebrak
tradisi belanja buku konvensional ke jalur on
line menyita perhatian publik. Banyak yang
mulai bertanya, bagaimana membuat toko on
line, bagaimana memulainya, bagaimana kunci
sukses dalam ecomerce, dan sebagainya.
58
59. Rentetan pertanyaan yang mem
banjir ini memicu lahirnya TukuSolu
tion.com, usaha jasa web developer
yang awalnya khusus menangani
soal ecomerce. Nama TukuSolution.
com sendiri tercetus begitu saja.
Uniknya, kata “tuku” didapatkan da
ri kata “kutu” yang dibalik.
Ollie belum berhenti bergerak.
Obsesi untuk memaksimalkan dunia
digital merangsang Ollie untuk ber
buat lebih. Kali ini Ollie menggaet
adik kandungnya untuk membangun
sebuah produk baru. Karena sang
adik doyan main game, maka mereka
membuat sebuah start up games stu
dio yang khusus menggarap games
flash, mobile games, dan social games.
TempeLabs.com, itulah nama karya
dari duet kakakberadik ini.
Naluri penulis sekaligus pe
bisnis Ollie terus berlanjut. Ber
dasarkan pengalaman yang per
nah ia alami bahwa seringkali
tulisannya ditolak oleh penerbit,
dan ia mengalami kekecewaan
karenanya, maka ia digagaslah
NulisBuku.com. Online self publi
shing pada Oktober 2010.
ini adalah wadah bagi para
penulis yang naskahnya ditolak
penerbit. Di sini, mereka bisa
menerbitkan buku. “Aku ingin
memberikan kesempatan besar
bagi semua orang untuk mener
bitkan karyanya!” ujarnya.
ollie.doc 59
60. “Aku ingin memberikan NulisBuku.com terlahir berkat kerja
kesempatan besar bagi sama apik antara Ollie dan Angelina,
serta dibantu oleh 2 rekan lain, yakni
semua orang untuk Oka Pratama dan Blilian Yotanega.
menerbitkan karyanya.” NulisBuku.com adalah online self pub
lishing pertama di Asia Tenggara.
Kehadiran NulisBuku.com sejatinya
tidak lepas dari kekecewaan Ollie saat
naskah ditolak. ia merasa naskahnya
layak untuk diterbitkan. Namun apa
daya, penerbitlah yang berkuasa.
Selain alasan “emosional” itu, Ollie
sendiri ingin memiliki penerbitan.
Melihat nama sendiri tertulis di sampul sebuah buku bagi seorang pe
nulis adalah kebahagiaan yang tidak ternilai. Namun, tak semua penulis
bisa merasakan itu, tak semua penulis bisa menerbitkan naskahnya menjadi
buku. Sistem penerbitan konvensional dan birokrasi yang rumit membuat
para penulis pemula sulit bersaing dengan para penulis mapan yang su
dah terjamin pangsa pasarnya. Mereka sulit menembus penerbit besar dan
akhirnya mengubur impian menerbitkan buku.
Ollie yang tidak asing di industri perbukuan sadar akan ekosistem yang
seperti itu. Bersama Angelina dan kali ini dibantu oleh dua orang mitranya
yang lain, Oka Pratama dan Blilian Yotanega, Ollie melakukan revolusi di
dunia penerbitan. “Kita tidak hanya dapat menjadi seorang penulis, namun
juga dapat menerbitkan sendiri buku secara gratis!” ungkapnya bersemangat.
60
61. Sebenarnya NulisBuku.com berawal “NulisBuku.com mem-
dari ide yang sederhana, tapi sarat berikan kesempatan
makna, khususnya bagi mereka yang
ingin menerbitkan bukunya sendiri. sebesar-besarnya ke-
Konsep yang ditawarkan berbeda de pada para penulis tanpa
ngan model pembuatan buku dengan
penerbitan yang rumit, lama, dan me meninggalkan nilai-nilai
miliki potensi kendala soal harga dan komersial.”
royalti.
Di ranah cetak, satu buku minimal
harus menyediakan dana Rp 25 juta,
karena per buku harus dicetak 3000
eksemplar sesuai tuntutan distributor.
“Sedangkan jika lewat online self pub
lishing, penulis tidak harus mengeluar
kan dana namun tetap dapat royalti,”
ujar Ollie.
Sebesar 60% dari keuntungan ro
yalti diberikan untuk penulis. “NulisBuku.
com memberikan kesempatan sebesar
besarnya kepada para penulis tanpa
meninggalkan nilainilai komersial,”
tutur Ollie.
Sejak berdirinya, Nulis
Buku.com telah mengalami
lonjakan pengunjung hing
ga 300%, sampai Juni 2011.
Anggota yang terdaftar se
banyak 6000 orang lebih.
NulisBuku.com telah mem
publikasikan 400 judul buku
dari berbagai genre dengan
total buku yang terjual lebih
dari 9000 per eksemplar. Pen
jualan buku ratarata tiap bu
lan adalah 1000 hingga 1500 “Saya tidak hanya mener-
buku.
bitkan buku impian saya,
namun juga mewujudkan
mimpi-mimpi penulis lain.”
61
62. NulisBuku.com juga menjaga komunikasi dengan anggotanya
dan membentuk komunitas penulis dengan memanfaatkan media
sosial. Facebook dan Twitter selalu diupdates oleh admin dengan in
formasiinformasi seputar dunia penulisan seperti event gathering,
lombalomba, tips menulis, sampai sekadar memantau kehidupan
pribadi anggota yang membutuhkan dukungan.
Atas kerja keras ini, NulisBuku.com berhasil menyabet penghar
gaan sparxup awarD 2010 untuk kategori Best Ecomerce hanya selang
satu bulan setelah didirikan! Oleh karena itu, kiranya tidak berlebi
han apabila 4 orang punggawa NulisBuku.com, yakni Ollie, Angel,
Oka, dan Brilian, dikenal dengan julukan “The Dream Team”.
Selain KutuBuku.com, TukuSolution.com, TempaLabs.com, dan Nulis
Buku.com, Ollie juga mengelola karya online lainnya seperti Langsing
Mulus.com, sebuah web yang bergerak di bidang Weight Loss Pruduct
Retail dan HearyBoutique.com. Yang disebut terakhir ini adalah butik
online yang khusus dipersembahkan untuk mengisi harihari sang
ibunda tercinta yang pensiun dini. Selain jualan baju lewat online,
HearyBoutique.com juga punya butik di jalur darat alias offline.
Tidak hanya itu, Ollie juga tercatat sebagai salah satu pemilik
GantiBaju.com, situs yang memberikan kemudahan bagi para ang
gotanya untuk mendesain, mencetak, dan menjual baju sesuai de
ngan selera sendiri. Namun, pada Februari 2010, Ollie mengundur
kan diri dari keterlibatannya di GantiBaju.com.
Aktif berbisnis juga diimbangi Ollie untuk aktif bersosialisasi. Ia
terdaftar di berbagai komunitas dari aneka minat dan kesukaan,
sebut saja Fresh, Girls in Tech Indonesia, Bincang Edukasi, Tangan di Atas,
Jakarta Daily Photo, dan #StartUpLokal. Di berbagai komunitas itu, Ol
lie bertindak sebagai committee. Bahkan, di #StartUpLokal, ia duduk
sebagai inisiator bersama Natalie Ardianto, Nuniek Tirta, dan Sanny
Gaddafi.
sParxuP awarD adalah ajang kompetisi
web bagi para digital startuP di Indo-
nesia. sParxuP hadir untuk membuka
kesempatan bagi para digital startuP di
62 Indonesia supaya lebih maju dan dapat
terus berkarya.
63. #StartUpLokal adalah sebuah komunitas untuk para pemilik start up,
penikmat dunia digital, developer, investor, dan media untuk bertemu
dan berkesempatan berkolaborasi. Komunitas yang aktif sejak April
2010 ini semakin menunjukkan taringnya.
Selain dukungan media, in
vestor dari luar negeri pun ber
minat menanamkan investasi.
Bahkan, pada Maret 2011, para
inisiator #StartUpLokal, termasuk
Ollie, diundang ke Irlandia oleh
Enterprise Ireland, sebuah inku
bator start up yang berpusat di
Dublin.
Dublin, ibukota Irlandia, di
gadanggadang sebagai Silicon
Valleynya Eropa. Di sana, para
inisiator #StartUpLokal melaku
kan studi banding, belajar, dan
mencoba mengadaptasi berba
gai hal yang terjadi dari kema
juan start up di Irlandia.
Ollie sendiri mengaku memi
liki mimpi khusus terhadap ko
munitas yang digagasnya ter
sebut dan berpengaruh positif
terhadap Indonesia. “Suatu saat
nanti, Indonesia mampu untuk
menjadi Silicon Valleynya Asia
Tenggara,” itulah impian Ollie.
63
64. “Aku pernah ke
mana-mana, ikut
Ayah bertugas.
Itulah yang mem- Anak
bentuk karakterku
dari kecil hingga
sekarang.”
SERIBU PULAU
A
ulia Halimatussadiah atau lantas lebih dikenal dengan
nama Ollie Salsabeela, lahir di Yogyakarta, tanggal 17 Juni
1983. Namun, sejatinya, putri sulung dari pasangan Moch.
Isnaini dan Harti ini adalah anak seribu pulau. Banyak
wilayah di Indonesia yang mempengaruhi perkembangan karakter
Ollie. Jogja, Makassar, Kupang, Banjarmasin, Bengkulu, Depok, dan
Jakarta pernah dihuninya. Dari SD hingga SMA, Ollie berpindahpin
dah rumah, mengikuti tuntutan kerja sang ayah.
Sedikit berbeda dengan sekarang, Ollie di masa kecil dikenal
sebagai seorang gadis pemalu. Dulu, tubuhnya kurus namun ber
postur tinggi. Garagara posturnya yang terlampau tinggi untuk
anak seusianya, Ollie pernah “disingkirkan” dari tim penari yang
pernah diikutinya saat sekolah di SD di Makassar. Tapi bagi Ollie,
peristiwa itu hanyalah sekadar kenangan meskipun tentunya ia
sempat menyimpan kekecewaan karena kejadian tersebut.
Dari Makassar, Ollie yang saat itu masih kelas 6 SD, harus turut
pindah ke Kupang untuk mengikuti ayahnya. Kehidupan di Kupang
yang keras dan tanpa basabasi mengharuskan Ollie untuk cepat
beradaptasi dan mengubah sifat pemalunya. Di Kupang inilah Ol
lie memasuki masa remajanya. Saat SMP, bakat Ollie di dunia pena
64