SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 128
Baixar para ler offline
TRAVELLING WITH CREATIVITY
                      Pembina
                Mari Elka Pangestu
                   Tim Pengarah
   Hesti Indah Kresnarini, Marthin, Dony Edward
                 Penanggung Jawab
                   Cokorda Dewi
                  KoordinaTor
                Pungkas Riandika
                 Tim Penulis & ediTing
    Ibnu Azis, Iswara N. Raditya, Oryza Aditama
                       Tim riseT
Panca Ardiansyah, Hanna Herlina, Tessi Fathia Adam
                     alih bahasa
                    Hanna Herlina
             desain samPul & ilusTrasi
               Rasefour, Silencer8
              desain isi & TaTa leTaK
                Iswara N. Raditya
                    KonTribuTor
           Twitalk Inc, Indonesia Kreatif
                  Twitalk Inc
                www.twitalk.co.id
                  @twitalkID
              Indonesia Kreatif
            www.indonesiakreatif.net
                  @idkreatif
  Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
             www.kemendag.go.id
PENGANTAR

     Kemampuan mencipta bukan bakat yang hanya dimi­
liki oleh beberapa orang saja. Setiap manusia telah diberi
kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya. Bila kreativitas adalah keahlian
yang bisa dilatih, maka setiap orang punya kesempatan
yang sama untuk mengembangkan diri.
    Buku ini bercerita tentang empat sosok yang telah me­
nempuh perjalanan panjang hingga titik produktif dan
kini terus aktif mengembangkan karya­karya mereka di
berbagai saluran dan bidang baru. Prosesnya tidak pernah
mudah dan rumusnya pun tidak pernah sama.
    Namun, ada yang menarik saat kita mengenal Adhi­
tia Sofyan, Aulia Halimatussadiah (Ollie Salsabeela), Enda
Nasution, dan Leonard Theosabrata lebih akrab lagi. Mere­
ka mempunyai pola yang sama sebagai creativepreneur.
Keempat sosok ini gemar bepergian, baik untuk berlibur,
bekerja, atau menuntut ilmu. Dari sana, mereka pulang ke
Indonesia dan menciptakan berbagai hal baru yang saat
ini bisa kita nikmati karyanya, kapanpun itu. Proses pen­
carian inilah yang melahirkan ide baru melalui jaringan dan
pemikiran baru yang mereka bina selama bepergian.
    Mempelajari hikmah dari kisah mereka ternyata tidak
mudah karena membutuhkan interaksi untuk memahami
sudut pandang yang mendasari kisah suksesnya. Bidang
kreatif yang mereka geluti adalah ranah multipersepsi
yang takkan pernah habis diulas hikmahnya. Memasuki
sudut pandang keempat sosok ini untuk memahami
bahwa kreativitas bukanlah posisi atau jabatan, melainkan
state of mind.
   Mari bepergian, lalu biarkan kreativitas mengantar kita.
Sinar Tenar Sang
MUSISI KAMAR
“Saya menulis dan merekam
                                   musik di kamar saya dan
                                memberikannya untuk semua
                                orang secara gratis di internet.
                                  Sama sekali tidak ada pen-
                                  dapatan dari itu. Saya suka
                                menulis musik dan membagi-
                                  kannya untuk semua orang
                                    tanpa beban apapun.”




                                                                   adhitia.doc




M
           usik menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepas­
           kan dari keseharian Adithia Sofyan, meskipun
           barangkali baru sebatas hobi dan bukan se­
           bagai pilihan jalan hidup. Ia memang pernah
berupaya merintis karir dari jalur musik, tapi ternyata saat
itu Tuhan belum memberi izin. Walaupun begitu, gairah
bermusik tidak pernah hilang dari detak nadi kehidupan
Adithia Sofyan. Ia terus mencipta rangkaian nada sederha­
na meskipun itu dilakoninya sembari meringkuk di dalam
kamar dan sesekali dinyanyikan saat di kamar mandi.
     Bagi Adithia, kamar ibarat ruang mimpi sekaligus bi­
lik studio sebagai tempat di mana ia mengejawantahkan
semua yang diperolehnya. “Kamar sering diartikan seba­
gai tempat untuk beristirahat, melepas penat, dan meng­
urung diri. Tidak demikian halnya bagi saya, kamar bagi
saya adalah ruang perenungan dan berkarya,” tuturnya.
Dari dalam kamar pula, ia “memasarkan” lagu­lagunya.



6
“Kamar bagi saya adalah
  ruang perenungan dan
             berkarya.”




                                                              adhitia.doc




    Berbekal gitar, seperangkat alat rekam sederhana,
komputer lipat yang tersambung dengan internet, dan
perabotan pendukung lainnya, Adithia mulai dikenal se­
bagai musisi berkarakter. Julukan musisi kamar pun lantas
lekat pada dirinya. Namun, ia menegaskan bahwa musisi
kamar bukanlah suatu profesi, apalagi dijadikan salah
satu jenis aliran musik. “Saya dikenal sebagai musisi kamar
tidur hanya karena saya bermain musik di kamar tidur
saja,” jelasnya.
    Proses kreatif yang dilakoni Adithia Sofyan menda­
pat respon positif dari publik. Lagu­lagu ciptaannya, yang
dibagikan gratis lewat internet, memperoleh sambutan
meriah. Alhasil, Adithia terancam kondang berkat apresi­
asi dari para penikmat musiknya. Namanya pun beranjak seja­
jar dengan para musisi Indonesia yang memang mengadu
nasib di jalur nada. Tak jarang Adithia tampil sepanggung
dengan para musisi itu. Berbagai penghargaan musik pun
sukses diraihnya. Boleh jadi, Adithia Sofyan adalah salah
satu musisi pertama di Indonesia yang meniti karir profe­
sional dari dalam kamar, dan itu berhasil!



                                                          7
MUSISI INDEPENDEN
    tanpa tendensi



                                         “Musik adalah karya
                                           yang bernada.”
                           adhitia.doc




S
       emua bermula dari kerinduannya menulis lagu. Pada
       medio tahun 2007 itu, Adithia Sofyan mengumpulkan
       kembali peralatan rekam yang dulu pernah diguna­
       kannya. Cukup lama ia tidak lagi menyikapi musik
dengan serius. Seingat Adithia, terakhir kali ia merekam
lagu adalah pada tahun 1999, dan 8 tahun kemudian, ia
baru menyentuh lagi alat­alat itu. Namun, ia sama sekali
tidak ingin serius, modal dasarnya hanya gitar bolong dan
suara yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
    Adithia Sofyan sepenuhnya sadar bahwa ia adalah ti­
pikal manusia rumahan. Oleh sebab itu, ia belum berpikiran
membentuk band dalam menyalurkan jiwa bermusiknya.
Sempat terlintas di benaknya untuk menyewa studio pro­
fesional lengkap dengan sound engineer berpengalaman,



8
“Saya dikenal sebagai
                    musisi kamar tidur hanya
                       karena saya bermain
                        musik di kamar tidur
                                       saja.”

akan tetapi niat itu tidak pernah ia lakukan. Ia tidak mau
untuk meninggalkan kenyamanan bersama keluarga ter­
cinta di rumahnya yang terletak di Taman Rasuna, Jakarta
Selatan. Menurutnya, rekaman di rumah pun ia sudah
efektif. “Saya pikir, rekaman di rumah saja bisa mendapat­
kan hasil yang cukup listenable,” tutur penyuka kerupuk
ini.




                                                             adhitia.doc




                                                         9
Oleh karena itulah, Adithia Sofyan me­
nikmati kehidupan bermusiknya dari dalam
rumah, tepatnya dari kamar tidur yang justru
berfungsi sebagai laboratorium proses kreatif­
nya. Ditemani gitar dan secangkir kopi hangat,
Adithia Sofyan mulai menjelma menjadi mu­
sisi yang patut diperhitungkan. Padahal, ke­
tika pertama kali mencipta dan merekam hasil
karyanya, lagu­lagu itu hanya untuk simpanan
pribadi atau diberikan kepada teman­teman                      Andre Harihandoyo
dekatnya. “Saya tidak punya rencana apa­apa                    adalah seorang musisi
terhadap lagu­lagu ini,” akunya.                               Indonesia yang ber-
                                                               sama 4 musisi muda
    Di saat permulaan itu, Adithia Sofyan ber­
                                                               lainnya membentuk
hasil mencipta 5 lagu. Ia menganggap, apa                      grup band The Sonic
yang telah ia hasilkan itu hanya sekadar seba­                 People pada 2006.
gai proyek hobi. Ia memang pernah punya
                                                               Andre Harihandoyo
keinginan menjadi seorang musisi betulan,
                                                               berperan sebagai gi-
namun karena sesuatu dan lain hal, ia meng­                    taris sekaligus vokalis.
endapkan sejenak impiannya itu.                                Mereka mengusung
   Hingga pada suatu ketika, Adithia mene­                     jenis musik yang
                                                               menggabungkan
rima kiriman album dari Andre Harihandoyo,
                                                               country, blues, dan
kawannya yang juga seorang musisi. Adithia                     jazz.
                                                                        Selama
                                                                        kiprahnya,
                                                                        mereka su-
                                                                        dah melawat
                                                                        ke beberapa
                                                                        negara dan
                                                                        telah meng-
                                                                        hasilkan 3
                                                                        album, yaitu:
                                                                        Room Session
                                                                        (2007), Two
                                                                        Sides For
                                                                        Every Story
                                                                        (2008), dan
                                                                        Good For The
                                                                        Soul (2009).
                                        sonicpeoplemusic.com




10
adhitia.doc




              sedikit heran karena di dalam album itu hanya terdapat 5
              lagu saja. “Kalau cuma 5 lagu sih aku juga punya,” pikir­
              nya. Album Andre Harihandoyo itu memang berformat
              mini album atau Extended Play (EP).
                  Dari situlah Adithia Sofyan mulai terpacu untuk untuk
              melakukan hal yang sama, meskipun masih sebatas main­
              main. Malam itu juga, ia merancang desain cover untuk
              rencana album mininya itu. Lalu, ia menggandakan 5 lagu­
              nya dan dikemas dalam bentuk kepingan CD. Namun, ia
              hanya ingin membagikan mini albumnya itu untuk kelu­
              arga, kawan­kawan dekat, dan rekan­rekan sekantornya
              saja. Setelah cukup berbagi, masih tersisa CD sebanyak 70
              keping yang kemudian disimpan di sebuah ruang gelap
              yang jarang dijamahnya.
                 Waktu terus bergulir. Adithia Sofyan mulai tergoda
              untuk mengirimkan EP­nya ke radio untuk diputar jika
              memang ternyata layak. Tanpa pikiran aneh­aneh, ia mengi­
              rimkan 2 lagunya ke chart NuBuzz di radio Prambors FM.



              Chart NuBuzz adalah sebuah program siaran di
              radio Prambors FM yang menerima lagu-lagu dari
              siapa saja untuk disiarkan secara on air apabila
              layak dan terpilih.




                                                                      11
adhitia.doc




                                          “Ternyata Tuhan
                                         tidak sepenuhnya
                                         menolak rencana
                                          bermusik saya!”

              Terus terang, apa yang dilakukannya itu hanya sebatas
              iseng saja, dan ia tidak berharap banyak dari itu. “Siapa
              yang mau mendengarkan chart indie selain orang yang
              mengirim demo itu sendiri?” pikirnya.
                 Tidak disangka, gayung ternyata bersambut, 2 lagu­
              nya, yakni “Adelaide Sky” dan “Memilihmu”, dikabarkan
              akan diputar di Prambors. Selain itu, kedua lagu itu akan
              dipakai untuk Ring Back Tone (RBT). Ia pun sedikit kaget
              karena Prambors juga menawari sejumlah kontrak sebe­
              lum lagu­lagunya diperdengarkan di udara.
                  Di satu sisi, Adithia memang hanya ingin menempat­
              kan musik sebatas kesukaan dalam kesehariannya saja.
              Namun, di sisi lain, kesempatan ini adalah peluang bagi­
              nya untuk merangkak ke lingkup yang lebih luas kendati
              ia tidak pernah mengharapkan apapun dari situ. Meski­
              pun sedikit tak yakin, Adithia akhirnya mengiyakan ta­
              waran menggiurkan dari Prambors itu.
                  Pertaruhan nasib pun dimulai, lagu Adithia dilempar
              ke ajang Chart NuBuzz. “Adelaide Sky” start dari posisi
              ke­8, dan mulai beranjak naik dalam beberapa pekan,
              dari posisi ke­6, kemudian ke­4. Tidak disangka­sangka,
              “Adelaide Sky” sukses menduduki posisi puncak. “Senang
              sekali rasanya! Ternyata Tuhan tidak sepenuhnya menolak
              rencana bermusik saya!” ujarnya girang.


              12
“Saya berusaha keras untuk tetap humble, lalu ber­
               pegangan ekstra erat ke kursi, siapa tahu badan tiba­tiba
               melayang!” tambahnya. Tidak hanya itu, lagu “Memilih­
               mu” masuk ke dalam album kompilasi NuBuzz 1.1 yang
               berisi lagu­lagu andalan Chart NuBuzz. Selain lagu karya
               Adithia Sofyan, lagu milik Sind3ntosca dan Drew juga ter­
               himpun di album ini.
                   Karya Adithia yang berkibar di Nubuzz dan juga mela­
               lui siaran radio lainnya tak pelak menuai apresiasi. Salah
               satunya adalah lewat jejaring sosial MySpace di mana ba­
               nyak orang memberikan kata selamat kepadanya. Adithia
               lantas teringat mini albumnya yang masih tersisa 70 ke­
               ping itu. “Saya pasang gambar 70 keping EP saya di halaman
               MySpace. Saya mempersilahkan setiap orang yang berminat
               untuk meninggalkan alamat mereka untuk saya kirimi EP
adhitia.doc




                   “Berbagi gratis
              ternyata bisa sangat
                 menyenangkan.”
                                                                       13
saya ini,” tuturnya. Hebatnya, ia membagikannya
     secara gratis, bahkan ongkos kirim pun ditang­
     gungnya. Kurang dari 2 bulan, mini albumnya laris.
     “Ternyata bagi­bagi gratis bisa sangat menyenang­
     kan,” ujarnya bahagia.
         Sekali lagi, Adithia Sofyan “terpaksa” terjun ke
     dunia musik hanya demi kesenangan semata, sama
     sekali tidak ada kepentingan ekonomi, apalagi
     bermimpi ingin menjadi pesohor. ”Hanya karena
     saya suka menulis musik, bukan selalu berarti saya
     ingin menjadi terkenal,” demikian prinsip yang se­
     lalu dianut Adithia Sofyan.




                                                            adhitia.doc




14
”Hanya karena saya
                                           suka menulis musik,
                                           bukan selalu berarti
                                            saya ingin menjadi
                                                terkenal.”



adhitia.doc




                  Nama Adithia Sofyan sebagai musisi kamar yang suka
              berbagi ternyata sudah terlanjur dikenal. Tanggal 5 April
              2008 mungkin menjadi hari yang paling mendebarkan
              dalam hidup Adithia. Pada hari itu, ia “dipaksa” keluar
              kamar, diundang tampil live dalam acara Art Fest di salah
              satu kampus terkemuka di ibukota: Universitas Atmajaya.
              Terang saja Adithia agak sedikit demam panggung. Ter­
              akhir kali ia tampil bermusik di depan publik adalah pada
              tahun 2000, dan kini ia harus menghadapi situasi serupa
              di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi.
                  “Halo semua, gue Adhitia Sofyan, musisi kamar, agak
              grogi juga karena hari ini harus main di luar kamar,” sa­
              panya kepada hadirin di Atmajaya, sedikit gugup. Pada
              penampilan perdananya di luar kamar itu, Adithia mem­
              bawakan 4 lagu. Ternyata mereka suka, bahkan meminta
              lebih. “Sayang, saya cuma benar­benar prepare 4 lagu,”
              jelas Adithia mengenang saat­saat monumental itu.



                                                                     15
Selepas penampilan manisnya di Atmajaya, nama
                 Adithia semakin terangkat. Pada Agustus 2008, sepucuk
                 pesan masuk ke inbox akun MySpace miliknya. Pesan itu
                 ternyata dari Tyas A. Moein, produser film “Kambing Jan­
                 tan: The Movie”. Tyas menyatakan sangat tertarik dengan
                 lagu “Adelaide Sky” untuk dijadikan salah satu lagu yang
                 akan dimasukkan ke dalam filmnya. “Judul dan liriknya
                 pas sekali dengan isi film ini,” ujar Tyas dalam pesannya.
                 Adithia serasa mendapat durian runtuh. Salah satu lagu­
                 nya akan ikut ambil bagian dalam film yang diperankan
                 langsung oleh Raditya Dika itu.




                “Kambing Jantan: The
                  Movie” adalah film
                Indonesia yang diang-
                kat dari blog dan novel
                Raditya Dika. Film yang
              dirilis pada 5 Maret 2009
              dan disutradarai oleh Rudi
               Soedjarwo ini menampil-
adhitia.doc




              kan Raditya Dika sebagai
                    pemeran utama.




                 16
“Quiet




                                     adh
                                        itia
                                         .do
                                             c
  Down
adalah
  pintu
 masuk
   saya
  kem-
 bali ke
musik.”
        Sebenarnya, di waktu yang hampir bersamaan, Adithia
   sedang berusaha menyusun full album perdananya. Pihak
   NuBuzz pernah tertarik untuk memproduksi lagu­lagunya
   dalam format full album. Untuk mengisi komposisi album
   ini, ada 6 lagu baru yang akan digabungkan dengan 5
   lagu yang telah diciptakannya sebelumnya. Ketika materi
   album sudah siap, ternyata NuBuzz, yang saat itu baru
   saja melepaskan diri dari Prambors, belum siap membuat
   full album. “Sebetulnya saya hanya menggantungkan ke
   NuBuzz untuk urusan full album ini,” keluhnya.
       Kendati demikian, Adithia memutuskan untuk jalan
   terus. Di bawah produksi sendiri, album perdana bertajuk
   Quiet Down: Bedroom Recordings Vol. 1 berhasil dilun­
   curkan. Hebatnya lagi, proses pembuatan album itu dilaku­
   kannya sendiri, dari menciptakan lagu, rekaman, mende­
   sain sampul album, hingga memasarkan albumnya. Selain
   disebarkan gratis via internet, Quiet Down juga tersedia di
   toko­toko kaset dalam bentuk CD.



                                                                 17
“Quiet Down adalah musik untuk santai atau istirahat,”
komentar Adithia. Ia memang lebih nyaman bekerja pada
malam hari ketika suasana tenang. “Jika dalam kondisi
tenang, kita mungkin akan mendengar atau mendapat
sesuatu dengan lebih jelas,” tutur Adithia. Quiet Down
kian menegaskan identitasnya sebagai musisi. Ia mulai ber­
gairah lagi untuk melanjutkan mimpi yang sempat diku­
burnya dalam­dalam. “Album ini adalah pintu masuk saya
kembali ke musik,” tegasnya.
   Sinyal tenar Quiet Down ternyata terpancar sampai ke
Jepang. Album ini dipasarkan secara resmi di Jepang oleh
sebuah label indie bernama Production Dessinee. Seorang
penikmat musik dari Jepang, Horiuchi Takashi, memberi
apresiasi terhadap lagu­lagu Adithia Sofyan.
    “Sudah lama saya tak pernah menyimak album akus­
tik senikmat ini,” tutur Takashi lewat tulisannya. “Saya
telah berprasangka buruk terhadap Indonesia. Saya tidak
mengenal Adhitia Sofyan secara detil, tapi saya pernah
dengar bahwa album (Quiet Down) ini direkam di kamar­
nya, memadukan gitar dan nyanyian, menghasilkan am­
bience yang merilekskan, hangat menenangkan persis
seperti matahari, apalagi bila didengarkan oleh orang
sakit yang sedang beristirahat di atas tempat tidur rumah
sakit.”

                                                             adhitia.doc




18
Respon publik terha­
                                                        dap album pertamanya
                                                        yang menggembirakan
                                                        memacu Adithia kem­
                                                        bali masuk kamar untuk
                                                        menggarap album lagi.
                                                        Kali ini bersama label De­
                                                        majors, Adithia merilis
                                                        album keduanya: Forget
                                                        Your Plans, Bedroom Recor­
                                                        dings Vol. 2.
                                                        Sedikit berbeda de­
                                                    ngan album sebelumnya
                                                    yang hampir semua la­
                                                    gunya bercerita tentang
adhitia.doc/repro                                   relationship, tema untuk
                    lagu­lagu di album kedua ini sedikit lebih beragam, ada
                    yang berbicara tentang kota, kematian, dan tentu saja
                    soal percintaan.
                        Selain itu, atas saran seorang teman dari Demajors
                    yang menilai lagu­lagu di Quiet Down terlalu seragam,
                    maka di Forget Your Plans Adithia menambahkan beberapa
                    ornamen alat musik seperti pianika, kulintang, xilophone,
                    electric guitar, dan strings, agar album ini men­
                    jadi sedikit lebih riuh. Untuk distribusi, Adithia
                                                                       Harmoni adalah sebuah
                    juga membuat album dalam bentuk fisik (CD)
                                                                       acara konser musik di
                    supaya lebih resmi, selain tentu saja tetap kon­   Indonesia yang dikemas
                    sisten menyediakan lagu­lagunya diunduh tan­       dalam nuansa orkestra
                    pa bayar di internet.                              nan megah. Harmoni
                        Sejak peluncuran Quiet Down hingga For­           yang disiarkan stasiun
                                                                          televisi nasional SCTV
                    get Your Plans, Adithia sudah banyak tampil di
                                                                          sejak awal tahun 2010
                    panggung, baik on air maupun off air di berba­        menjadi perhelatan yang
                    gai tempat di Indonesia. Tidak jarang ia tampil       cukup bergengsi karena
                    sepanggung, atau paling tidak di acara yang           musiknya diaransemen
                    sama, dengan para musisi nasional.                    oleh para komposer
                                                                          kenamaan Indonesia,
                       Pada 20 Agustus 2010, Adithia mendapat
                                                                          seperti Andi Rianto dan
                    kehormatan untuk ambil bagian dalam acara             Purwacaraka.
                    Harmoni di SCTV, di mana ia tampil bersama




                                                                                  19
Tantri “Kotak”, Anjie eks “Drive”, Sandy Sandoro, Rossa,
      Vidi Aldiano, Kikan eks “Cokelat”, Andy “/Rif”, dan para
      musisi papan atas lainnya.
         Selain itu, dalam konser “A Flava As You Like It” yang
      digelar di 4 kota besar di Indonesia pada pertengahan ta­
      hun 2011, nama Adithia Sofyan sejajar dengan band atau
      musisi top Indonesia seperti Naif, Ipang, Mike’s Aparte­
      ment, Pure Saturday, Ernest “Cokelat”, J­Rocks, dan masih
      banyak yang lainnya.
          Dari kamar pula, Adithia Sofyan bisa melenggang ke
      Asia. Albumnya yang sudah resmi diedarkan di Jepang
      mulai merambah ke negara­negara Asia lainnya. Tidak ha­
      nya itu, ia pun didapuk untuk tampil di Singapura dalam
      pergelaran akbar Singapore’s Mosaic Music Festival. Adithia,
      bersama The Trees and The Wild dan Sarasvati, datang
      dari Indonesia dalam festival musik internasional yang di­
      langsungkan di esplanaDe-theatres on the Bay pada tanggal
      16­17 Maret 2011 itu.

                                                                                           adhitia.doc




 Singapore’s Mosaic Music Festival merupa-      Esplanade-Theatres on the Bay adalah pusat
 kan perhelatan musisi independen tahunan        kesenian terbesar di Singapura, mencakup
akbar di Singapura yang mengundang musisi      seluruh cabang seni: musik, tari, teater, hingga
   terpilih dari negara-negara Asia lainnya.      seni visual, yang fokus pada budaya Asia.




      20
adhitia.doc
                                 Ini adalah kedua kalinya
                             Adithia tampil di panggung
                             megah Esplanade. Sebelum­
                             nya, tanggal 16­18 Juli 2010,
                             ia manggung di tempat yang
                             sama dalam perhelatan musik
                             bertajuk Rocking the Region.
                                  Untuk Singapore’s Mosaic
                             Music Festival, Adithia berang­
                             kat ke Negeri Singa lebih
                             awal, yakni pada 13 Maret
                             2011. Ia datang cepat kare­
                             na harus berlatih bersama
                             biduan tuan rumah, Ling Kai,
                             dan Mia Palencia dari Malay­
                             sia, yang direncanakan tam­
                             pil bersamanya.
                                   Adithia Sofyan memang
                               akan tampil penuh selama
                               2 hari. Pada 16 Maret 2011,
ia berduet dengan Ling Kai dan Mia Palencia. Lalu di
hari kedua, ia bermain bersama sesama musisi Indonesia,
Sarasvati, selain tampil solo di atas pentas.




                                                          21
Jalur musik “berbe­
                                                   da” yang diusung Adi­
                                                   thia Sofyan membuat­
                                                   nya untuk melompat
                                                   lebih tinggi. Ia diganjar
                                                   penghargaan Indone­
                                                   sia Cutting Edge Music
adhitia.doc




                                                   Awards (ICEMA) 2010.
                                                   Dua kategori sukses di­
                                                   rengkuh Adithia, yakni
              Favorite Singer­Songwriter dan Favorite Solo Artist. Raihan ini
              semakin menegaskan kualitas Adithia di belantika musik
              Indonesia.
                   Di ajang iCeMa 2010, terdapat nama­nama beken
              yang memperoleh penghargaan untuk masing­masing ka­
              tegori. Sebut saja Maliq N D’Essential, Superman is Dead,
              Efek Rumah Kaca, The Sigit, Jiung, Barry Likumahuwa,
              Goodnight Electric, Gugun and Blues Shelter, Killing Me
              Inside, J Flow, DJ Riri Mestika, Tompi, Shaggy Dog, PAS
              Band, hingga sang legenda Fariz RM yang memperoleh
              Lifetime Achivement.
                   Begitulah, cita­cita tertunda Adithia Sofyan untuk
              menjadi seorang musisi sejati mulai terwujud. Namanya
              pun sejajar dengan sederet jagoan musik Indonesia. Adi­
              thia pantas berbangga
              hati karena ia dinilai                                ICEMA meru-
                                                                     pakan ajang
              mampu berbareng ber­
                                                                    penghargaan
              gerak bersama para mu­                                   pertama di
              sisi kelas wahid Indone­                                  Indonesia
              sia. Dari ruang mimpi di                               kepada para
              sudut kamarnya, Adithia                                 musisi yang
              Sof yan menapak karir                                   konsisten di
              mu sik menuju jalan yang                                  jalur non-
              terancam terang.                                       mainstream.
                                                                           ICEMA diberi-
                                                                              kan untuk-
                                                                            mereka yang
                                                                            bersemangat
                                                                               pembaha-
                                                                            ruan dengan
                                                                          bentuk-bentuk
                                                                           ekspresi baru.
                                          lemahsinyal.blogspot.com
              22
“Saya memang pernah berencana
                 menjadikan musik sebagai pilihan
                 hidup saya, tapi saya rasa rencana
                          itu sudah ditolak Tuhan.”



  P
        ada suatu malam, Adithia kecil diajak orangtua­
        nya untuk makan bersama di sebuah kafe di Solo.
        Kebetulan, malam itu sedang ada sajian live music
        di kafe tersebut. Kelompok musik yang tampil ada­
  lah sebuah band top 40. Saat hendak menikmati hidangan
  yang tersedia, tiba­tiba Adithia terhenyak. Grup band itu
  mulai beraksi dengan memainkan salah satu hits Michael
  Jackson, raja musik pop yang memang sedang kondang di
  awal dekade 1990­an itu.
                                                                    >>>




MEMBANGKITKAN

   MIMPI          YANG TERKUBUR




                                                               23
                                                 adhitia.doc
ad
                                                hit
                                                    ia.
                                                       do
                                                         c
    Adithia terkesima saat mendengar cabikan gitar yang
memainkan intro tembang Black or White. Ia terbengong
dan berdecak kagum melihat permainan sang gitaris itu.
Tanpa disadari, detik­detik itulah yang menjadi momen
pencerahan bagi Adithia Sofyan, bahwa ia telah jatuh
cinta kepada makhluk cantik nan merdu yang bernama
gitar. Ia bertekad untuk lebih mengenal gitar lebih dekat.
Sebenarnya ia sudah punya alat musik petik itu di rumah.
Namun, selama ini, gitar itu hanya dimainkan sekenanya
saja, atau paling tidak untuk action semata. Di depan cer­
min, ia sering bergaya bak gitaris handal, menimang gitar
tanpa irama sambil mendengarkan lagu­lagu kesukaan­
nya.
    Mulanya, Adithia memang tidak begitu antusias me­
nyambut kehadiran gitar pemberian ibundanya itu. Bukan
karena tak suka, melainkan karena ia sendiri bingung
bagaimana cara memainkan perangkat musik genjreng
tersebut. Alih­alih memetik senar gitar dan menghasilkan
irama lagu sederhana, untuk sekadar menyelaraskan nada­
nada saja ia masih kesulitan karena jari­jari mungilnya
sama sekali belum terlatih.




24
Namun, malam di kafe itu mengubah semuanya dan
benar­benar menjadi malam yang istimewa bagi Adithia.
Gitar yang dimainkan oleh sang gitaris yang tampil malam
itu berbeda dengan gitar miliknya. “Itu elektrik gitar,
dengan suara distorsinya yang heboh, dimainkan live di
depan mata dan telinga saya!” seru Adithia mengenang
apa yang dirasakannya di malam bersejarah itu.
    Raungan gitar yang membahana karena terhubung
dengan arus listrik itu seolah­olah menyengat kesadaran­
nya, bahwa sepertinya ia telah menemukan tujuan hidup
yang sesungguhnya. Tanpa pikir panjang, ia berkata man­
tap kepada sang ibunda, “Mama, aku ingin les gitar elek­
trik!”




                                 “Saya tidak bisa men-
                                   jelaskan apa artinya
                                  gitar buat saya. Gitar
                                         adalah saya!”




                                                      25
   adhitia.doc
Sepekan setelah malam itu, Adithia Sofyan langsung
ikut kursus gitar di Yayasan Musik Indonesia di Solo. Na­
mun, ia tidak lama belajar di tempat les itu. “Setelah se­
tahun, saya merasa sudah cukup ilmu, setidaknya buat
genjrang­genjreng di kamar sendiri,” ujarnya.
    Permainan gitar Adithia memang terkesan natural
dan apa adanya. Ia tidak memaksakan diri untuk mema­
hami sesuatu yang memang di luar jangkauannya. Bahkan,
Adithia sendiri mengakui bahwa tidak semua chord dalam
lagu­lagunya yang benar­benar dime ngerti olehnya.
    Ketika banyak di antara penikmat musiknya yang me­
minta chord gitar lagu­lagunya, dijawabnya dengan jujur
bahwa ia sendiri tidak tahu nama chord­chord itu. Ia mereka­
reka sendiri seperti apa bunyinya, asal terdengar nyaman
di telinga.
    “Saya selalu membiarkan jari­jari saya menelusuri neck
gitar dan membentuk formasi­formasi seenak saya saja.              itia
                                                                       .do
                                                                          c
                                                                  h
Bentuk­bentuk chord yang cocok di kuping lalu sering saya      ad

mainkan, sampai akhirnya saya terbiasa dengannya,” aku­
nya polos.




                                                       “Menulis
                                               musik itu sepert
                                                                i
                                                 menulis buku
                                                     harian...”
26
Begitu pula dengan cara Adi­
thia dalam menulis lirik. Natural
dan apa adanya, mengalir begitu
saja. Baginya, menulis musik ibarat
menulis buku harian di mana ia
harus menjaga serpihan emosi dan
menyimpannya baik­baik di dalam
hati. “Seperti menulis diary, tidak
ada yang mengatur, tidak ada yang
bilang jelek, bagus, salah, dan se­
bagainya,” katanya. Ia tidak per­
nah menghafal lirik lagu yang telah
ditulisnya. Menurutnya, lirik lagu
beda dengan rumus kimia. “Jangan
dihafal, dibiasakan biar kenal dan
dinikmati,” pesannya.
    Bahkan tak sekadar itu, menu­
rut Adithia, menulis musik adalah
hal yang sangat pribadi dan ter­
kadang hampir seperti sesuatu
yang spiritual. “Musik adalah karya
yang bernada,” demikian definisi
musik menuru Adithia. Ia menulis                                               adhitia.doc
musik hanya menuruti mood. Ia mengaku tidak menggantungkan
insipirasi dari manapun. Musik datang semaunya, ia tinggal mene­
                                         rima yang datang itu.
                                                        Adithia punya modal
                                                    berharga, yakni bahwa
                                                    ia sangat mencintai gi­
                                                    tar. Ya, Adithia adalah
                                                    seorang satria bergitar,
                                                    dan ia punya alasan je­
                                                    las mengenai itu. “Gitar
                                                    akustik adalah kenda­
                                                    raan paling simple untuk
                                                    membuat lagu, terde­
                                                    ngar lebih spontan, ju­
                                                    jur, dan apa adanya,”
                                                    jelasnya.



                                                                        27
                                      adhitia.doc
adhitia.doc




    Adithia men­
cintai gitar, bah­
kan tanpa ia tahu
penyebabnya.
“Saya tidak bisa
menjelaskan apa
artinya gitar bu­
at saya. Gitar adalah saya!” katanya lugas.
    Tidak bisa dipungkiri, kecintaannya pada gitar bermuasal dari
“malam pencerahan” yang terjadi di kafe saat ia remaja dulu. Sejak
itulah, Adithia menetapkan cita­citanya: ia ingin menjadi musisi,
Apalagi menyanyi adalah salah satu hobinya sejak kecil di mana ia
sudah senang bersenandung sambil mendengarkan lagu­lagu yang
diputar di radio.
   Terkadang, Adhit kecil iseng­iseng merekam suaranya sendiri
dengan tape recorder. Saat itu, ia paling suka menyanyikan lagu­
lagu milik Bon Jovi, atau tembang­tembang musisi Indonesia yang
sedang populer kala itu, Ikang Fawzi atau Farid Harja misalnya. Ru­
mah orangtuanya yang berlokasi di Perumahan Fajar Indah Solo
pun tidak pernah sepi dari tingkah polah Adhit kecil yang enerjik.
   Adithia Sofyan tumbuh dan dibesarkan di Surakarta, Jawa Tengah,
meskipun ia bukan anak asli Solo. Adithia dilahirkan di titik sen­
trum Tanah Sunda, yaitu di Bandung, pada 6 November 1977. Ia
dan keluarga pindah ke Solo pada tahun 1981, atau ketika usianya



  28
masih 4 tahun. Adithia sangat beruntung karena ia meng­
alami masa­masa kecil yang indah dan membahagiakan.
Ia punya banyak teman sepermainan di solo. Ia pun cukup
dekat dengan ayahnya, dan terutama dengan ibundanya.
    Ia menikmati masa kecil sekaligus usia mudanya di
pusat peradaban Jawa itu sejak usia Taman Kanak­kanak
hingga SMA. Adithia bersekolah di TK Taman Putra Solo,
lalu di SD Negeri Bromantakan 56 Solo. Saat menginjak
remaja, ia menempuh pendidikan menengah pertama di




                                                       mahdimuhammad.doc




SMP Negeri 1 Solo sebelum melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, yakni di SMA Negeri 4 Solo.
    Masa studi di SMA Negeri 4 Solo ternyata tidak ia
habiskan. Di tahun ketiga, ia pindah sekolah ke Amerika
Serikat. Di negeri Paman Sam inilah naluri bermusiknya
semakin menguat, ia ingin mewujudkan cita­citanya seba­
gai musisi. Tahun 1996, atau ketika usianya menginjak 19
tahun, ia mencoba peruntungan dengan mendaftarkan
diri ke sekolah musik Berklee College of Music di Boston.



                                                       29
“Saya merasa
diingatkan, kalau
  mau bermusik
    tidak perlu
   harus lewat
Berklee College.”




                                                     nisa
                                                         mak
                                                        mur.
                                                          doc
   Sayang, ia gagal diterima menjadi siswa di sana
   karena pengetahuan musiknya dinilai belum
   memenuhi syarat.
       Adithia sedikit terpukul menerima kenyata­
   an itu, ia ke Amerika memang bertujuan untuk
   serius di bidang musik. “Memang saya pernah
   berencana menjadikan musik sebagai pilihan
   hidup, tapi saya rasa rencana itu sudah ditolak
   Tuhan,” kenangnya mengingat peristiwa di Bos­
   ton. Namun ia tetap lapang dada.
        Kelak, keikhlasan dan kesabarannya akan
   membuahkan hasil. Kuburan impiannya ternya­
   ta masih bisa dibangkitkan. “Saya merasa di­
   ingatkan, kalau mau bermusik tidak perlu harus               Berklee College
   lewat Berklee College. Oleh Tuhan, saya diminta              of musiC adalah
   menunggu sampai tahun 2007 di mana saya bisa                 sebuah sekolah
   membuat lagu yang tidak memalukan, cukup                     tinggi musik
   baik, dan layak dengar,” ungkapnya.                          terkemuka di
                                                                Boston, Amerika
                                                                Serikat, yang
                                                                didirikan oleh
                                                                Lawrence Berk
                                                                pada lebih dari
                                                                setengah abad
                                                                yang lampau.
   30
“Mainkan saja apa yang
                     terdengar...”




adhitia.doc




           Adithia menyadari bahwa karakter bermusiknya sela­
      ma ini memang tidak berlandaskan rumus­rumus teori.
      Ia lebih suka langsung praktek daripada harus mempela­
      jari tetek bengek teori. Ia mengaku tidak pernah terpaku
      pada chord. “Mainkan saja apa yang terdengar,” begitu
      resepnya. Saat kursus di Yayasan Musik Indonesia di Solo,
      misalnya, ia sudah “menolak” hal­hal yang berbau teori.
      Maka tidak heran jika permainan gitar Adithia tidak me­
      ngandung chord­chord yang justru bisa memusingkan.
          Definisi kreativitas bagi Adithia adalah kebiasaan, jadi
      tidak usah terlalu pusing menjaga kreativitas itu. “Kalau
      sudah menjadi kebiasaan tidak usah dijaga, sudah nature­
      nya,” ungkap penyuka nasi rawon dan nasi liwet ini. Play
      by ear, demikian Adithia menyebut metode bermusiknya.
      Pemahaman seperti ini masih dianutnya hingga sekarang,
      dan pada akhirnya memang membuahkan hasil positif
      kendati ia harus menunggu cukup lama dan nyaris meng­
      ubur mimpinya untuk berkecimpung di belantika musik.
          Terpental dari ujian masuk di Berklee College of Music
      di Boston membuat Adithia Sofyan sejenak mengalihkan
      konsentrasinya ke ranah desain grafis. Adhitia memutuskan
                                                               >>>


                                                                31
menyeberang ke Australia untuk menempuh studi di KvB
                          Institute of Technology North Sydney dan mengambil ju­
                          rusan Graphic Design and Multimedia. Setelah lulus tahun
                          1999, ia langsung pulang kampung ke Solo.
                               Di Kota Bengawan, gairah bermusiknya kembali mun­
                          cul. Bersama sejumlah karibnya, Adhitia membentuk band
                          dan sering diundang ke acara­acara kampus. Tak hanya
                          itu, ia dan kawan­kawan juga membuat demo album yang
                          disebarkan ke berbagai stasiun radio di Solo, Yogyakarta,
                          Semarang, dan Bandung. Karya mereka mendapat respon
                          positif. Tawaran manggung pun semakin banyak.
priyadiimannurcahyo.doc




                                                                                      adhitia.doc




                              Di tengah kesenangannya menikmati hidup sebagai
                          musisi, ternyata Adithia dihadapkan pada pilihan lain: ia
                          mendapat panggilan ke Jakarta untuk bekerja sebagai de­
                          sainer grafis. Pada November 2000, ia memutuskan untuk
                          melangkah ke seberang menuju ibukota dan bergabung
                          dengan perusahaan Matari Advertising. Jauh­jauh sekolah
                          desain hingga ke Negeri Kanguru ternyata tidak sia­sia.
                          Tidak sampai 2 tahun bergelut di ranah desain grafis, ia
                          sudah mencapai level Junior Art Director.



                          32
Pada pertengahan tahun 2002, Adithia mundur dari
              Matari untuk menimba lebih banyak pengalaman lain. Se­
              lama 6 bulan, ia menetap di Singapura untuk mengikuti
              portfolio course di Singapore Institute of Advertising dan
              selesai akhir tahun itu juga. Ia juga mendapat kesempatan
              untuk magang di biro iklan Lowe Singapore.
                  Sebenarnya Adithia ingin mencoba bekerja di Singa­
              pura, “... namun ternyata bekal saya dari Matari belum
              cukup untuk menaklukkan negeri jiran yang satu ini,”
              ungkapnya. Kebetulan, di waktu yang sama, ia menda­
              pat tawaran dari biro iklan JWT di Jakarta untuk menjadi
              Art Director. Maka, pada Januari 2003, ia pun kembali ke
              Jakarta. Segera setelah itu, Adithia menikahi perempuan
              yang dicintainya, Iim Fahima Jachja.
adhitia.doc




                   Selama di JWT, Adithia menorehkan pres­
                                                                           dd.doc




              tasi gemilang. Nyaris tiap tahun ia meraih crea­
              tive award, seperti Citra Pariwara atau ADOI
              Awards, yang di antaranya diraih berkat kerja
              tim. Ia bertahan di JWT hingga mencapai po­
              sisi sebagai Senior Art Director dan mundur pada
              September 2005, “Saya meninggalkan hiruk­
              pikuk panggung periklanan nasional dan hijrah
              ke industri online advertising,” tuturnya.



                                                                      33
Bersama sang istri, ia kemudian mendirikan biro kon­
sultan online marketing bernama Virus CoMMuniCations. Pe­
kerjaan Adithia sebenarnya masih sama dengan semasa di
dunia iklan, yakni membuat ide­ide kreatif untuk kampa­
nye iklan klien, “Namun, ada satu hal fundamental yang
sangat berbeda: medan tempur saya adalah internet,” ka­
tanya.




         virtual.co.id




                                      Virus Communications adalah biro kon-
                                      sultan di bidang online marketing yang
                                      kemudian menjadi divisi baru di perusa-
                                      haan yang sudah mapan sebelumnya,
                                      Virtual Consulting, yang digawangi oleh
                                      Nukman Lutfie.


   Begitulah, internet menjadi pegangan baru Adithia
dalam perjalanan karirnya hingga saat ini. Berkat inter­
net pula ia dapat kembali menemukan atensinya di jalur
musik yang sempat terlupakan. Kini, setelah secara me­
nyerahkan kepada sang istri untuk mengendalikan bisnis
mereka, Adithia bisa lebih berkonsentrasi untuk mem­
bangkitkan mimpinya yang terkubur meskipun tujuan
yang dikejarnya bukanlah soal materi atau ketenaran se­
mata. Atas nama cinta, Adithia Sofyan kembali ke dunia
musik, dunia yang selalu ada di dalam hari dan hatinya.




34
BUKAN siapapun, hanya IBUNDA
      “Menangis di
     depan Ka’bah
  serasa membuat
   saya kembali ke
     umur 3 tahun.
(Saya pernah) me-
                           adhitia.doc




   rengek di pang-
  kuan ibu karena
      sakit sewaktu

                          K
      terjatuh, atau                ebiasaan Adithia Sofyan sedari
                                    kecil yang doyan berdendang lan­
 karena rindu saja                  tang sepertinya tidak luput dari
  pada ibu kenapa                   perhatian sang ibunda. Sang ma­
                             ma tentunya punya alasan mengapa mem­
beliau lama sekali           berikan gitar untuk anak tercintanya, saat
                             Adhit masih berusia 14 tahun.
  pulang dari kan-               Mengapa gitar? Mengapa bukan alat
tor, sementara ibu           musik atau jenis barang lainnya? Tidak
 hanya tersenyum             perlu dijawab, karena bagaimanapun
                             juga, seorang ibu adalah orang yang pa­
 sambil mengelus-            ling mengerti tentang anaknya. Berkat
                             naluri jitu ibunda, Adithia menjadi manu­
    elus punggung            sia yang suka bermusik, dan kini dikenal
              saya.”         sebagai sosok musisi unik yang tidak bisa
                             dipandang sebelah mata.
     Bukan tidak mungkin Adithia menempatkan sang ibunda sebagai
 sosok terhebat dalam hidupnya. Pelukan sang ibunda ibarat ruang
 yang menyamankan bagi Adithia. Saat bibirnya mengaduh karena
 terjatuh dan terluka semasa kecil, misalnya, ia akan menangis sem­
 bari menahan rasa sakit di pangkuan sang ibunda. Sementara sang
 ibu dengan senyum sabar berusaha memberikan ketenangan sambil
 mengelus­elus punggung mungilnya. Saking sayangnya kepada sang
 ibunda, Adithia mengaku tidak pernah malu mengumbar air mata ke­
 tika ia merasa sang ibunda lama sekali pulang dari tempat kerja se­
 masa ia masih bocah dulu.                                        35
Orangtua Adithia demokratis, mereka
                        tidak membebaninya dengan bermacam
                        tuntutan. Selama berjalan di arah yang
                        benar, ibu dan ayah Adithia enggan tu­
                        rut campur meskipun kewajiban orangtua
                        untuk membimbing dan mengingatkan
                        tidak pernah ditinggalkan.
                           Jalan menuju masa depan diserahkan
adhitia.doc/repro       sepenuhnya kepada sang anak. Terbukti,
jalur hidup yang dipilih Adithia bukan jalan umum yang dilewati
banyak orang, bukan bidang­bidang yang biasanya dikehendaki,
bahkan tak jarang dipaksakan, oleh kebanyakan orangtua kepa­
da anak­anaknya.
    Dunia seni bukan sektor yang “menjanjikan” bagi sebagian
besar orang. Namun, Adithia dengan sadar memilih jalur khusus
yang tidak biasa ini. Seni musik dan desain yang dipilih Adithia
untuk kendaraan hidupnya tidak menjadi persoalan berarti bagi
orangtuanya. Dan, Adithia berhasil membuktikan bahwa apa
yang dipilihnya bukan suatu kesalahan meskipun orangtuanya
tidak pernah memerlukan pembuktian itu.
    Berkat sang ibunda, Adithia mengenal dan mencintai alat
musik gitar. Bisa dibilang, Adithia tidak bisa dipisahkan dari ke­
beradaan gitar di sisinya, dan itu justru karena sang ibunda yang
selalu mengingatkannya. “Setiap kali saya akan meninggalkan
rumah selama beberapa hari bersama teman, ibu saya selalu ber­
tanya: Apa kamu yakin tidak membawa gitar?” ujar pemilik gitar
berjenis Cole Clark FL2A, Larrivee OM3R, dan Guild GAD50 ini.

    Bukan hanya bakat musik saja yang di­
cermati sang mama. Adithia kecil juga ge­
mar menggambar. Memang dua hal itulah
yang menjadi pilihan hidup Adithia: me­
nyanyi dan menggambar. Maka tidak heran,
sang ibunda justru bangga saat Adithia
berkelana hingga ke Amerika untuk bela­
jar musik dan ke Australia demi memper­
dalam kemampuan desain grafisnya.
       Kebebasan berpikir dan keleluasaan




      36
bergerak yang diberikan oleh orangtuanya membentuk karakter serta
             kepribadian Adithia saat dewasa. Ia menjadi manusia yang alami, apa
             adanya namun sangat kompetitif dan efektif dalam memaksimalkan
             apa yang diperolehnya. Adithia adalah sosok yang tidak pelit untuk
             berbagi, ia justru merasa bahagia apabila bisa membuat orang lain
             merasakan kegembiraan.
                 Adithia juga tak ambil pusing atas penilaian orang terhadapnya.
             Yang terpenting, ia sudah bekerja maksimal dengan kualitas yang
             tetap terjaga. Mau dibilang apapun, ia menyerahkan sepenuhnya ke­
             pada khalayak, termasuk penilaian orang terhadap lagu­lagu yang
             dibuatnya “Saya menulis lagu murni karena kecintaan pada musik.
             Pendengar dari lagu yang saya tulis adalah saya sendiri untuk saya
             dengarkan, nikmati, lalu senyum­senyum sendiri,” kelakarnya.
                                                                 Musik adalah bagian
                                                             dari kebahagiaan dalam
                                                             hidupnya, tidak dituju­
                                                             kan untuk kepentingan
                                                             yang bersifat duniawi.
                                                             “Saya bukan berasal dari
                                                             industri musik, saya mem­
                                                             buat musik hanya untuk
                                                             kesenangan sendiri saja,”
                                                             paparnya.
                                                                 “Ada atau tidak orang
                                                             yang mau mendengarkan,
                                                             saya akan terus menulis
                                                             lagu karena itu membu­
                                                             at saya bahagia dan me­
adhitia.doc/repro
                                                             menuhi kebutuhan saya
                                                             untuk berkarya,” imbuh
                                                             Adhitia.
                 Lagu­lagu Adhitia adalah murni ciptaannya. Ia sendiri tak pernah
              tahu bagaimana lagu­lagu itu tercipta, bagaimana lirik­lirik yang di­
              anggap syahdu oleh banyak orang itu bisa terangkai menjadi irama
              yang ternyata disukai. Ia hanya menimang gitar, menjajal dentingan
              dawainya sembari menyeruput kopi hangat, dan terciptalah bait­bait
              lagu sederhana namun menawan hati. Baginya, inspirasi akan datang
              begitu saja, namun sering pula tidak. Saat memetik gitar, lirik­lirik itu
              akan berseliweran di otak dengan sendirinya.


                                                                                37
adhitia.doc




    Meskipun tidak mengkultuskan sosok ter­
tentu, namun bukan berarti Adithia tidak
memiliki musisi atau band yang menjadi in­
fluence dalam lagu­lagunya. Teitur, Iron and
Wine, City and Color, The Swell Season, Fionn
Regan, Jack Johnson, Bon Jovi, hingga John
Mayer, sedikit banyak mempengaruhi warna
musiknya. Bahkan, beberapa orang bilang,
petikan gitar Adithia mirip dengan John
Mayer. Selain itu, ia juga sempat menyebut
Stevie Ray Vaughan dan Kurt Cobain.
    Selama ini Adithia memang dikenal seba­
gai musisi spesialis pelantun lagu melankolis
alias lagu cengeng karena lirik­liriknya yang
bernuansa galau. Ia sendiri mengakui itu. “La­
gu­lagu saya terbukti membantu orang bisa
tidur,” katanya. Namun siapa sangka, aliran
musik Adithia di masa mudanya lebih con­
dong ke jalur musik metal. Saat masih di
Solo, ia mengaku sering mendengarkan dan
memainkan lagu­lagu keras milik band­band
cadas kelas dunia, sebut saja Sepultura, Iced
Earth, Manowar, Prong, Sevendust, Megadeth,
Kreator, dan semacamnya. Ia juga punya band
metal lokal favorit, yakni Melancholic Bitch
dari Jogja.
    Dalam riwayat bermusik Adithia, sempat
terselip nama Michael Jackson (MJ). Seperti
yang telah disinggung sebelumnya, keterta­
rikan Adithia terhadap gitar dimulai ketika ia
mendengar desingan gitar yang memainkan
intro Black and White yang dipopulerkan
oleh MJ. Meskipun bersikeras bahwa ia tidak
merasakan ada hubungan yang kuat antara
gaya bermusik MJ dan musik yang ia main­
kan, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa
nama besar MJ pernah hadir dalam karir ber­
musiknya. “Yang membuat saya ingin bermain
gitar bukanlah lagu dari (Eric) Clapton atau
Van Halen, melainkan lagunya MJ,” akunya.                      nisamakmur.doc




     38
adhitia.doc



              Bahkan, saat mendengar kabar wafatnya MJ, Adithia
              mengaku bersedih, dan ia pun khusus menulis kesan ten­
              tang MJ di blog pribadinya, AdhitiaSofyan.wordpress.com.
                  Untuk musisi dalam negeri, Adithia memang tidak per­
              nah menegaskan secara gamblang, meskipun mengakui
              bahwa ia dulu suka menikmati lagu­lagu Ikang Fawzi dan
              Farid Harja yang sangat populer di akhir era 1980­an dan
              di awal dekade 1990­an itu.
                  Ada juga yang berpendapat bahwa gaya bermusik
              Adithia mirip dengan Ebiet G. Ade. Sekali lagi, Adithia
              tidak secara tegas mengiyakan pendapat itu, namun ia
              menyebut sosok Ebiet sebagai seorang legend. Dan tam­
              paknya, Adithia pernah “berbisnis” dengan begawan
              musik balada Indonesia itu. “Salah satu gitar yang pernah
              saya punya ada pada beliau sekarang,” paparnya.
                  Terlepas dari seabrek nama musisi yang secara lang­
              sung atau tidak pernah hadir dan memberi warna dalam
              perjalanan musiknya, namun sang ibunda tetaplah men­
              jadi satu­satunya sosok yang paling berpengaruh baginya.
                  Jika naluri sang ibunda tidak tepat sasaran, mustahil
              Adithia tetap konsisten menjaga gairahnya terhadap musik
              hingga kini. Jika sang mama tidak berinisiatif membe­
              likan gitar, bukan tidak mungkin ia tak akan pernah jatuh
              cinta pada musik, dan bisa saja minatnya akan beralih ke
              hal­hal lain seiring dengan proses kehidupannya. Bagi se­
              orang Adithia Sofyan, ibunda adalah yang utama. Bukan
              karena siapa­siapa, hanya ibunda saja.


                                                                     39
“Saya senang berbagi
                            musik saya dengan
                     orang-orang yang bersedia
                              mendengarkan.”




                               D
                                         unia internet ada-
                                         lah dunia maya.
                                         Dunia yang tanpa
                                         batas, lintas di-
                                mensi, ruang dan waktu.
                                Batas-batas “kode etik”
                                yang dipatuhi di alam nyata
                                barangkali tidak lagi diin-
                                dahkan jika sudah masuk

 Berkarya
                                ke ruang-ruang digital.
                                Apapun bisa didapatkan
                                dari internet


untuk BERBAGI                       Koridor hukum untuk
                                mengatur tata kehidupan
                                di negeri internet memang
                                sudah lama dibahas dan
                                mulai diterapkan. Namun,
                                lagi-lagi itu belum maksi-
                                mal dan efektif, apalagi
                                sampai “mengancam” ke-
                                amanan seseorang. Jika-
                                pun “ancaman” itu benar
                                adanya, orang tidak akan
                                ambil pusing karena ban-
                                yak rongga di internet un-
                 c
                                tuk berkelit dari jerat-jerat
              .do
       adh
          itia                  hukum itu.
  40
Apa saja yang sudah dicemplungkan
ke dalam labirin tanpa berujung bernama
internet, maka bersiap­siaplah itu telah
menjadi hak milik bersama. Jika paham
caranya, semua orang tanpa terkecuali
bisa menikmati apapun yang ditimbun di
internet secara cuma­cuma.
     Hasil dari proses panjang yang telah
ditempuh sangat mungkin bisa langsung
dilahap habis dengan gratis di meja saji
internet. Oleh karena itu, banyak musi­
si, penulis, jurnalis, fotografer, peneliti,
atau pembuat film yang geram karena
hasil jerih payah mereka seolah­olah
menjadi “tidak berarti” bila sudah mas­
uk ke internet. Hasil karya mereka bisa
dibajak, disadap, ditiru, diklaim, ataupun                   adhitia.doc
dikomersilkan oleh mereka yang memang belum tahu,
atau tidak mau tahu, bahwa di internet pun terdapat eti­
ka yang harus ditaati.
    Adithia Sofyan tampaknya jeli melihat fenomena itu.
Diyakini, gejala massal seperti itu masih akan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama. Apalagi di Indonesia inter­
net belum begitu memasyarakat sampai ke semua lapisan.
Apabila internet sudah menjadi salah satu kebutuhan
pokok sebagian besar orang di Indonesia, apa yang akan
terjadi? Fenomena pencarian dan pemenuhan kebutuhan
secara cuma­cuma pastinya akan kian merajalela. Satu­
satunya solusi yang dapat dilakukan adalah mempelajari
ilmu ikhlas.
   Oleh karena itu, Adithia Sofyan sengaja menggratis­
kan karya­karyanya untuk dinikmati oleh semua orang le­
wat internet. Malahan, ia sendiri yang menyediakan lagu­
lagunya untuk diunduh gratis agar khalayak ramai dapat
menikmatinya. Masih sedikit musisi di Indonesia yang mem­
punyai “kesadaran” untuk mengikhlaskan karya ciptanya
menjadi santapan publik tanpa mengharapkan pamrih
berupa materi. Namun, hal itu memang wajar, karena
bagaimanapun juga, proses kreatif seseorang harus di­
hargai dan diapresiasi dengan cara­cara yang patut.


                                                        41
Beruntung Adithia sedari awal
     sudah berprinsip bahwa ia tidak
     mengharapkan apa­apa dari musik,
     terlebih lagi soal duit. Ia tidak ada
     kepentingan penuh untuk hidup
     dari musik. “Saya tidak punya niat
     untuk menjadi seorang musisi
     yang serius dan berdedikasi. Saya
     mendedikasikan hidup saya untuk
     bersama istri dan putri saya,” tegas­
     nya. Oleh sebab itulah ia tidak ragu
     menyebarkan lagu­lagunya via in­
     ternet dan seluruhnya free. Semua
     orang boleh mengunduh lagu­lagu­
     nya tanpa harus membayar.
         Menurutnya, berbagi gratis jus­
     tru mempercepat brand building serta
     mempermudah lagu­lagunya terse­
                 bar dan dibicarakan
                 orang. Selain itu, kesa­
                 daran untuk berbagi
                 merupakan tren baru
                 bagi penikmat musik
                 yang nyaris tidak bisa
                 dihindari karena per­
                 kembangan teknologi
                 yang sangat cepat.




                             adhitia.doc/repro




42
Tidak hanya menyediakan karya ciptanya untuk diun­
duh secara gratis, Adithia bahkan mempersilahkan bagi
mereka yang ingin memainkan ulang lagu­lagunya, de­
ngan catatan, hal itu dilakukan tanpa muatan komersial.
    Lagipula, Adithia rasa tidak sendirian dalam hal ber­
bagi ini, setidaknya untuk level global karena berbagi kar­
ya gratis belum menjadi sebuah kelaziman di Indonesia.
Di tataran internasional, banyak musisi yang sudah mela­
kukannya. Adithia sendiri merasa bahwa berbagi adalah
sesuatu yang menyenangkan. Ia senang bisa berbuat se­
suatu yang bermanfaat bagi orang lain. “Sharing is fun,
mudah, dan Insya Allah berpahala,” tuturnya.
    Alhasil, lagu­lagu Adithia menyebar cepat. Publik me­
respon, menulis tentangnya di blog mereka, mencantumkan
namanya di berbagai jejaring sosial, bahkan merekomen­
dasikan lagunya ke teman­teman mereka. Bagi Adithia,
mereka ini justru berjasa karena secara sukarela menyebar­
luaskan karya­karyanya, dan diakui atau tidak, namanya
pun meroket cepat, ia jadi dikenal lebih banyak orang.
     Soal hak cipta, untuk saat ini Adithia tidak begitu mem­
persoalkan, karena memang beginilah kondisinya. “Ke­
jelasan tentang hak cipta agaknya masih kurang clear di
Indonesia. Lagu­lagu yang ada hak ciptanya juga dibajak
sini. Apakah ada yang mencegah dan menanggulangi?”
ujarnya balik bertanya.
    Prinsip tidak pelit berbagi gratis dan penerapan ilmu
ikhlas seperti dilakoni Adithia Sofyan tampaknya perlu
mulai dibiasakan, di samping juga harus terus mengupa­
yakan tindakan­tindakan untuk menghargai karya cipta.
Bukan tidak mungkin tren seperti ini akan tetap kekal se­
     lama internet masih dibutuhkan dan selama manusia
     masih dapat berkelit dari aturan­aturan main di du­
     nia digital yang masih dicari formula terbaiknya. So,
     selamat datang di rimba bebas hambatan!

                    “Orang-orang yang bekerja
                     di dunia kreatif harus bisa
                     mendatangkan ide dalam
                              kondisi apapun.”

                                                           43
“Still everyday I think about you.
 I know for a fact that’s not your problem.
But if you change your mind you’ll find me.
          Hanging on to the place.
     Where the big blue sky collapse.”




   Bertahan
   di Tempat
   di Mana

   LANGIT
   RUNTUH
                                                        c
                                                     .do
                                                 itia
                                              adh




        44
S
                                                                  adhitia.doc
       etelah merasakan peng­
       alaman yang mengesan­
       kan dalam kehidupan
       bermusiknya yang sem­
pat mati suri, Adithia Sofyan
mulai berpikir untuk menjadi
musisi yang tidak sekadar ama­
tir lagi.
    Tetap tanpa tendensi ma­
teri dan semata­mata hanya         adhitia.doc
sebagai pelampiasan hasrat
musikalnya saja, Adithia ber­
tekad untuk serius bermusik.
Ia memang berusaha profe­
sional dalam setiap tanggung
jawabnya, dari desain grafis,
periklanan konvensional dan
marketing online, serta akhirnya
kembali ke belantika musik.




                                           “Ada atau tidak ada orang
                                      yang mau mendengarkan, saya
                                      akan terus menulis lagu karena
                                      itu membuat saya bahagia dan
                                          memenuhi kebutuhan saya
                                                    untuk berkarya.”




adhitia.doc




                                                             45
Supaya bisa benar­benar fokus
                                              di dunia musik yang kini dijala­
                                              ninya, Adithia meilmpahkan pe­
                                              ngelolaan perusahaannya kepada
                                              sang istri. Namun, sebenarnya ia
                                              masih tetap berada di situ meski­
                                              pun lebih sering di balik layar. Ia
                                              sudah terbiasa bekerja di tengah
                                              tekanan dengan tetap menjaga
                                              standar kualitas.
                                                 Baginya, mereka yang memi­
                                             lih berkecimpung di dunia kre­
                                             atif harus mampu menghasilkan
adhitia.doc/repro                            gagasan segar dalam kondisi se­
                    perti apapun. Begitu pula dengan tanggung jawabnya
                    kini yang boleh dibilang ganda. Ia harus bisa seimbang
                    dan profesional di dua alam yang berbeda, di usaha on­
                    line marketing dan di ranah musik yang tengah digelutinya
                    sekarang ini.
                        Adithia Sofyan tidak ingin moment kebangkitan ini
                    terbuang sia­sia. Oleh karena itu, ia wajib membawa ker­
                    ja­kerja musikalnya ke tahap yang lebih matang. Semua
                    perencanaan, termasuk persoalan yang terkait dengan
                    bisnis dan mitra dalam bermusiknya harus jelas. >>>


                                                             “Saya mendedikasikan hidup saya
                                                            untuk bersama istri dan putri saya.”




                                adhitia.doc


                    46
rentalsoundsystem.com




                             Adhitia berjanji, kebiasaannya berbagi tidak akan per­
                        nah dihilangkan karena dengan itulah ia bisa menjadi se­
                        perti sekarang ini. Ia tidak keberatan bakal “merugi” jika
                        dengan berbagi bisa menyenangkan orang lain. Adithia
                        Sofyan memilih berdiam di tempat di mana ia pernah
                        berteduh. Meskipun ia sempat didera kecewa di tempat
                        itu, ia tetap bertahan di tempat di mana langit runtuh.

                                                       nisamakmur                     benablog




                                                                                 47
Perempuan HANDAL
  di Medan DIGITAL
M
                enulis dan teknologi adalah dua hal penting
                dalam karir dan perjalanan hidup Ollie Salsa­
                beela. Perempuan kelahiran Yogyakarta yang
                bernama asli Aulia Halimatussadiah ini tidak
     hanya piawai memainkan jemarinya dan merangkai kata­
     kata. Pengetahuan dan pengalamannya di ranah teknolo­
     gi dan informasi telah mentasbihkan dirinya sebagai ju­
     ragan di 6 perusahaan online atau start up dan menjadi
     penulis belasan buku. Semua ini berhasil digapai Ollie di
     usia yang relatif masih muda, 28 tahun.

          Menulis nyaris menjadi segalanya
     buat Ollie. Hampir setiap waktunya se­
     lalu diselingi dengan aktivitas menulis.
     Kendati Ollie sudah cukup sukses di
     bidang industri teknologi informasi,
     namun ia tetap humble. Ia merasa le­
     bih nyaman dikenal sebagai seorang
     penulis dan memang itulah jiwa se­
     jati yang sesungguhnya tertanam di
     dalam dirinya. “Aku adalah seorang
     penulis karena itulah sebenarnya
     that’s me!” tegasnya.




  “I have a dream, and i have
another dream. Sebuah mimpi
 mengantarkan aku ke mimpi
  yang lain untuk digapai. So,
 cita-citaku menjadi saudagar
                dunia maya.”


     50
                                                                 ollie.doc
ollie.doc




     “My passion is in book and
writing,” ucap Ollie sekali lagi.
Ya, Ollie sangat gemar menu­
lis. Tidak hanya di media on­
line, semisal blog, namun juga
menulis buku. Belasan buku
telah tertulis dari jemari lin­
cahnya.
    Ollie termasuk sedikit orang
yang beruntung bisa merasa­
kan manisnya blog pada masa
itu. Blog pertama Ollie adalah
photoBlog yang berisi kegiatan
sehari­harinya.
    Kecintaan Ollie terhadap
buku dan hobi menulisnya
merambah ke jagat maya,
khususnya industri teknologi
informasi. Berbekal penge­
tahuannya di bidang IT dan
bantuan dari beberapa teman
dekat, Ollie menggebrak in­
                                                                PHotoBlog adalah
dustri perbukuan tanah air dengan dua amunisi: sebuah
                                                                berbagi foto
online book store yang kemudian dikenal dengan nama Ku­         melalui media
tuKutuBuku.com dan situs online self publishing yang ia diri­   semacam Blog.
kan bersama seorang karibnya pada Oktober 2010 yang             Ini sedikit
diberi nama NulisBuku.com.                                      berbeda dengan
                                                                Blog biasa yang
    “Saya merasa kesulitan untuk belanja di online book         umumnya hanya
store yang ada. Saya sangat cinta buku dan suka belanja         fokus pada teks.
banyak buku. Ketika menemukan masalah, sebagai pe­              PHotoBlogging
laku industri web saya bertanya pada diri sendiri: Menga­       (tindakan posting
pa tidak dibenahi?” tutur Ollie. Ia sangat ingin membuka        foto ke PHotoBlog)
toko buku, tetapi ia Ollie tidak punya cukup uang untuk         mulai marak
                                                                pada awal tahun
mendirikan toko buku yang besar. Solusinya adalah toko
                                                                2000-an dengan
buku online, dan lahirlah KutuKutuBuku.com. Bisa dibilang,      munculnya moBile
ini adalah salah satu toko buku online pertama yang ada         Blogging dan
di Indonesia pada masa itu.                                     CameraPHones.




                                                                51
Kisah lahirnya NulisBuku.com pun hampir serupa. Peng­
alaman pahit karena naskahnya diabaikan penerbit men­
jadikan semangat Ollie terbakar untuk meluncurkan on­
line self publishing pertama di Asia Tenggara. “Di NulisBuku.
com, saya tidak hanya menerbitkan buku impian saya,
namun juga mewujudkan mimpi­mimpi penulis lain,” je­
las Ollie. “Situs ini adalah layanan gratis untuk online self
publishing­print on demand,” tambahnya.

    Berpikir selangkah di depan, jeli melihat peluang,
dan menyukai tantangan, merupakan syarat­syarat untuk
menjadi seorang entrepreneur. Ollie yang sesungguhnya
adalah seorang penulis tidak hanya mampu memadukan
prinsip­prinsip kewirausahaan ke dalam profesi writerpre­
neur, namun ia juga piawai mengawinkan teknologi infor­
masi di ruang­ruang menulis dan dunia usaha.
     Di Indonesia, sosok perempuan yang bergelut di du­
nia teknologi informasi masih sangat sulit dijumpai, dan
Ollie salah satu wanita perkasa yang eksis di ranah itu. Ya,
Ollie Salsabeela adalah sosok Kartini modern yang mela­
koni perjuangan di medan digital.




                                                                ollie.doc

52
“Aku adalah seorang
                                                  B
 penulis karena itulah                            E
   sebenarnya aku!”
                                                  R
                                                  J
                                                  I dengan
                                                  BB
                                                  AU
                                                  K K
                                                  UU

A
          ktivitas menulis Ollie sebenarnya te­
          lah ia lakukan sejak usia remaja. Ia
          mulai menulis ketika masih SMP di
          mana pada saat itu ia gemar menulis
komik. Keahlian menulis Ollie tentunya tidak
didapatkan secara instan. Proses yang dijalani­
nya memakan waktu yang tidak sebentar, bah­
kan bertahun­tahun. Waktu duduk di bangku
SMA, Ollie sudah menulis berkali­kali meskipun
tulisan­tulisan itu dirasanya belum berkualitas
baik. Tapi Ollie terus mencoba hingga ia tahu
caranya dan pada akhirnya membuahkan hasil.




                                                    53
ollie.doc




    Minat menulis Ollie di jagat
online bermula ketika membaca
sebuah blog yang menarik dan
menginspirasinya. “Jenis web­
site yang isinya curhat­curhatan
orang dan dengan layout yang ba­
gus ini sebenarnya namanya apa?”
tanya Ollie penuh rasa ingin tahu.
    Ollie mengenal dunia blogging
sejak tahun 2003 saat ia masih me­
netap di daerah Depok, dekat Ja­
karta. Ollie memakai layanan blog
di internet, semacam TextAmerica,
Tabulas, Multiply, Wordpress, Blog­
spot, dan akhirnya menggunakan
domain serta hosting sendiri: Sal­
sabeela.com.
    Bersama Multiply, Ollie tidak
hanya sekadar nge­blog, namun
juga memulai bisnis online kecil­
kecillan. Multiply adalah salah satu
                             pioner
                             blogging platform primadona di tanah air.
                             Fiturnya sangat lengkap. Tidak hanya untuk
                             menulis saja (blogging) namun juga sharing
                             photo, video, reviews, guestbook, dan lain se­
                             bagainya.

                                Dengan memanfaatkan Multiply, Ollie
                            mencoba membuka toko online. Tidak hanya
                            berhasil, toko online Ollie bahkan berhasil
                            menginspirasi orang lain untuk melakukan
                            hal serupa. Momen inilah yang membuat
                            Penerbit Mediakita memintanya untuk men­
                            ulis buku “Membuat Toko Online dengan
                            Multiply”, terbit tahun 2008. “Buku itu men­
                            jadi buku how to pertama saya dan menjadi
                            buku best seller,” tutur Ollie.
    Nama Ollie tidak asing di telinga para konsumen buku. Tercatat
lebih dari belasan buku yang telah ditulisnya. Mulai dari buku yang
berjenis novel, buku inspirasi, how to atau panduan, motivasi, bahkan
kuliner. Khusus untuk novel, ada salah satu novel Ollie yang menarik
dan banyak menyita perhatian publik.
      54
Di novelnya yang berjudul “Je M’appelle Lintang” (2006) kisah
roman percintaan Lintang dalam mengejar cintanya hingga ke Paris
mengundang decak kagum. Bagaimana bisa seorang Ollie yang be­
lum pernah menjamah ibukota Prancis itu mampu melukiskan sua­
sana Paris secara detail seolah­olah pernah tinggal lama di sana?
“Jawabannya cuma satu: riset!” kata Ollie. Pengalaman menulis
novel ini dijadikan Ollie sebagai pemicu dirinya ketika menuliskan
buku inspirasi dan motivasi berjudul “Inspirasi.net” (2008).
    Kembali ke soal blog. Ollie meng­
ubah Salsabeela.com, menjadi blog
motivasi. Ia mengakui, pada awal
aktif sebagai blogger, blog­nya berisi
hal­hal yang bersifat personal dan
pengalaman pribadi, laiknya sebu­
ah online diary.
    Sejak tahun 2007, Ollie beru­
saha untuk mengubah mindset ba­
gaimana cara nge­blog. “Sekarang
lebih berpikir jika mau nge­post. Ber­
pikir apa untungnya buat orang
lain dan inginnya bisa memotivasi
dan inspire others,” tekadnya.
    Blog Ollie bagai etalase apa yang
ada pada dirinya. Pengunjung bisa
melihat rekaman keseharian, ide­
ide, dan beragam usaha yang kini
sedang ia jalankan.
                                                                      ollie.doc


                                Atas jerih payah Ollie dalam mengins­
                            pirasi orang lain, Koran Sindo mengganjar
                            Salsabeela.com sebagai Blog of the Week
                            (2009). Tak hanya itu saja, Salsabeela.com
                            juga diulas di salah satu kolom di CHIC
                            Magazine (Desember 2008).
                                Jauh­jauh hari sebelum belajar IT di
                            Universitas Gunadarma, Ollie telah akrab
                            dengan teknologi sejak SMA. Ia aktif
                            berinternet sejak tahun 1997. “Awalnya
                            lihat orang bikin Geocities, akhirnya bela­
                            jar sendiri. Waktu SMA, aku pernah bikin
                            website company untuk KalongDesign.com.
                            Setelah itu bikin website untuk guruku
                            dan band sekolah,” tutur Oliie.
                                                                55
Selepas lulus dari Universitas Gunadarma pada 2004, Ollie berga­
bung dengan Plasmedia­Plexis, sebuah perusahaan IT ternama berskala
nasional di Jakarta. Ollie menjabat sebagai web developer, posisi yang bisa
dibilang sangat nyaman baginya. Ia senang sekali karena aktivitasnya
yang selama ini ia lakoni hanya sebatas sebagai hobi ternyata dihargai
dengan cukup baik.
    Di Plasmedia inilah awal bertemunya Ollie dengan Angelina An­
thony, sosok sentral lain di balik layar lahirnya KutuKutuBuku.com. Ollie
bersama Angelina bak kembar siam yang susah dipisahkan. Mereka ber­
dua bahu­membahu dan saling mengisi di setiap project yang datang.
Ada banyak kesamaan antara Ollie dan Angelina. Khususnya dalam
hobi mereka: buku. Mereka sama­sama suka membaca buku dan gemar
berbelanja buku.

    Maka, muncullah gagasan untuk membuat online book store, yang
kemudian dinamakan KutuKutuBuku.com. “Kutunya dua karena ada dua
orang pecinta buku di belakangnya,” seloroh Ollie. Pada awal berdi­
rinya, KutuKutuBuku.com tidak langsung dapat menggebrak di industri
perbukuan. Meskipun gaduh internet telah mewabah di tanah air, na­
mun budaya e­comerce masih belum terbiasa untuk diterapkan. Tidak
hanya bagi calon konsumen, tapi juga untuk produsen alias penerbit.

    KutuKutuBuku.com yang hadir untuk memperpendek jarak antara
penerbit dan pembaca harus berjuang keras dalam mengenalkan dan men­
gajarkan apa itu e­comerce, khususnya di pihak penerbit. Banyak dari
mereka yang kurang mengerti dan enggan beradaptasi dengan budaya
jual beli online.
   “Kita menerangkan apa itu toko online, bagaimana bekerja sama
dengan kita selain bekerjasama dengan penerbit konvensional. Kita




                                          “My passion is in book
                                                  and writing.”

     56
benar­benar berangkat dari nol,” kenang Ollie. Bersama Angelina,
mereka bekerja rangkap: sebagai pemilik, CEO, OB, sekaligus admin.
     Meskipun ide membuat KutuKutuBuku.com muncul pada Desember
2005, namun baru resmi diluncurkan pada Februari 2006. Salah satu
momen yang mendukung terangkatnya KutuKutuBuku.com adalah
terbitnya salah satu seri buku JK Rowling yang fenomenal itu, Harry
Potter. “Kami memperoleh peluang bagus waktu itu, karena Harry Pot­
ter baru launching,” tutur Ollie.
   Setelah 1,5 tahun menjalankan usaha, Ollie dan Angelina tiba di
sebuah persimpangan. Di satu sisi, bisnis mereka berjalan dan terus
berkembang. Namun di sisi lain, mereka masih terikat kewajiban
dengan perusahaan di mana mereka bekerja. Dengan penuh per­
timbangan, termasuk meminta saran dari maestro online marketing
Indonesia, Nukman Luthfie, Ollie dan Angelina undur diri dari Plas­
media setelah 2,5 tahun mengabdi di sana.
   “Keputusan untuk resign dari kantor sebetulnya sudah dipikir­
kan lama. Tapi untuk eksekusi kami selalu merasa belum mampu.
Sampai akhirnya aku dan Angel pergi makan dengan bapak nyleneh
Indonesia, salah satu panutan di bidang online marketing,” canda Ollie
menyebut salah seorang pembimbingnya, Nukman Luthfie.




                                                                57
nukman lutHfie, salah satu pelopor online marketing di Indonesia. Pendiri
                                Virtual.Co.iD, PortalHr.Com, Juale.Com, gilamotor.Com, musikkamu.Com,
                                                                              dan pecinta kopi hitam.

    Ollie dan Angelina
menumpahkan kece­
masan mereka. Tak di­
duga, Nukman Luthfie
cuma berkata enteng,
“Jadi, kapan mau re­
sign?”
     Ollie dan Angelina
bengong mendengar
jawaban sekaligus per­
tanyaan yang bernada
langsung tembak itu.
Ternyata , Nukman Lu­                                                    vivanews.com
thfie langsung memberi “jaminan” atas kebimbangan yang Ollie dan Ange­
lina rasakan. “Nanti saya tunjukkan jalannya,” janji sang guru meyakinkan.
   Kendati sempat sedikit shock, akhirnya dua srikandi ini menuruti
apa yang disimpulkan oleh Nukman Luthfie. Mereka memutuskan dan
bertekad akan memilih jalan mandiri demi mengembangkan KutuKutu­
Buku.com. Ollie dan Angelina resmi mengundurkan diri dari Plasmedia
pada 30 Agustus 2007. Untuk membuang perasaan stres, mereka berdua
kemudian melakukan tour keliling Asia Tenggara.


                               Sepulang dari perjalanan yang menyenang­
                           kan sekaligus melenakan itu, Ollie dan Angeli­
                           na harus turun ke bumi. Ternyata, menjalankan
                           operasional KutuKutuBuku.com sangat berat.
                           Di “kantor” dengan ruangan sempit seukuran
                           kamar kost, Ollie dan Angelina mengejar mimpi.
                               Mereka pantang putus asa dan tetap beru­
                           saha kendati sering terbentur kendala finansi­
                           al. Akhirnya, KutuKutuBuku.com berhasil punya
                           kantor baru yang lebih kondusif, yakni di Pan­
                           coran, dekat Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
                                Keberhasilan KutuKutuBuku.com menggebrak
                           tradisi belanja buku konvensional ke jalur on­
                           line menyita perhatian publik. Banyak yang
                           mulai bertanya, bagaimana membuat toko on­
                           line, bagaimana memulainya, bagaimana kunci
                           sukses dalam e­comerce, dan sebagainya.


      58
Rentetan pertanyaan yang mem­
 banjir ini memicu lahirnya TukuSolu­
 tion.com, usaha jasa web developer
 yang awalnya khusus menangani
 soal e­comerce. Nama TukuSolution.
 com sendiri tercetus begitu saja.
 Uniknya, kata “tuku” didapatkan da­
 ri kata “kutu” yang dibalik.
     Ollie belum berhenti bergerak.
 Obsesi untuk memaksimalkan dunia
 digital merangsang Ollie untuk ber­
 buat lebih. Kali ini Ollie menggaet
 adik kandungnya untuk membangun
 sebuah produk baru. Karena sang
 adik doyan main game, maka mereka
 membuat sebuah start up games stu­
 dio yang khusus menggarap games
 flash, mobile games, dan social games.
 TempeLabs.com, itulah nama karya
 dari duet kakak­beradik ini.



                                              Naluri penulis sekaligus pe­
                                          bisnis Ollie terus berlanjut. Ber­
                                          dasarkan pengalaman yang per­
                                          nah ia alami bahwa seringkali
                                          tulisannya ditolak oleh penerbit,
                                          dan ia mengalami kekecewaan
                                          karenanya, maka ia digagaslah
                                          NulisBuku.com. Online self publi­
                                          shing pada Oktober 2010.
                                              ini adalah wadah bagi para
                                          penulis yang naskahnya ditolak
                                          penerbit. Di sini, mereka bisa
                                          menerbitkan buku. “Aku ingin
                                          memberikan kesempatan besar
                                          bagi semua orang untuk mener­
                                          bitkan karyanya!” ujarnya.



ollie.doc                                                        59
“Aku ingin memberikan                   NulisBuku.com terlahir berkat kerja
kesempatan besar bagi              sama apik antara Ollie dan Angelina,
                                   serta dibantu oleh 2 rekan lain, yakni
  semua orang untuk                Oka Pratama dan Blilian Yotanega.
menerbitkan karyanya.”             NulisBuku.com adalah online self pub­
                                   lishing pertama di Asia Tenggara.
                                       Kehadiran NulisBuku.com sejatinya
                                   tidak lepas dari kekecewaan Ollie saat
                                   naskah ditolak. ia merasa naskahnya
                                   layak untuk diterbitkan. Namun apa
                                   daya, penerbitlah yang berkuasa.
                                   Selain alasan “emosional” itu, Ollie
                                   sendiri ingin memiliki penerbitan.




    Melihat nama sendiri tertulis di sampul sebuah buku bagi seorang pe­
nulis adalah kebahagiaan yang tidak ternilai. Namun, tak semua penulis
bisa merasakan itu, tak semua penulis bisa menerbitkan naskahnya menjadi
buku. Sistem penerbitan konvensional dan birokrasi yang rumit membuat
para penulis pemula sulit bersaing dengan para penulis mapan yang su­
dah terjamin pangsa pasarnya. Mereka sulit menembus penerbit besar dan
akhirnya mengubur impian menerbitkan buku.
   Ollie yang tidak asing di industri perbukuan sadar akan ekosistem yang
seperti itu. Bersama Angelina dan kali ini dibantu oleh dua orang mitranya
yang lain, Oka Pratama dan Blilian Yotanega, Ollie melakukan revolusi di
dunia penerbitan. “Kita tidak hanya dapat menjadi seorang penulis, namun
juga dapat menerbitkan sendiri buku secara gratis!” ungkapnya bersemangat.
          60
Sebenarnya NulisBuku.com berawal          “NulisBuku.com mem-
dari ide yang sederhana, tapi sarat            berikan kesempatan
makna, khususnya bagi mereka yang
ingin menerbitkan bukunya sendiri.             sebesar-besarnya ke-
Konsep yang ditawarkan berbeda de­           pada para penulis tanpa
ngan model pembuatan buku dengan
penerbitan yang rumit, lama, dan me­         meninggalkan nilai-nilai
miliki potensi kendala soal harga dan               komersial.”
royalti.
     Di ranah cetak, satu buku minimal
harus menyediakan dana Rp 25 juta,
karena per buku harus dicetak 3000
eksemplar sesuai tuntutan distributor.
“Sedangkan jika lewat online self pub­
lishing, penulis tidak harus mengeluar­
kan dana namun tetap dapat royalti,”
ujar Ollie.
    Sebesar 60% dari keuntungan ro­
yalti diberikan untuk penulis. “NulisBuku.
com memberikan kesempatan sebesar­
besarnya kepada para penulis tanpa
meninggalkan nilai­nilai komersial,”
tutur Ollie.
    Sejak berdirinya, Nulis­
Buku.com telah mengalami
lonjakan pengunjung hing­
ga 300%, sampai Juni 2011.
Anggota yang terdaftar se­
banyak 6000 orang lebih.
    NulisBuku.com telah mem­
publikasikan 400 judul buku
dari berbagai genre dengan
total buku yang terjual lebih
dari 9000 per eksemplar. Pen­
jualan buku rata­rata tiap bu­
lan adalah 1000 hingga 1500           “Saya tidak hanya mener-
buku.
                                       bitkan buku impian saya,
                                      namun juga mewujudkan
                                     mimpi-mimpi penulis lain.”


                                                              61
NulisBuku.com juga menjaga komunikasi dengan anggotanya
dan membentuk komunitas penulis dengan memanfaatkan media
sosial. Facebook dan Twitter selalu di­updates oleh admin dengan in­
formasi­informasi seputar dunia penulisan seperti event gathering,
lomba­lomba, tips menulis, sampai sekadar memantau kehidupan
pribadi anggota yang membutuhkan dukungan.
    Atas kerja keras ini, NulisBuku.com berhasil menyabet penghar­
gaan sparxup awarD 2010 untuk kategori Best E­comerce hanya selang
satu bulan setelah didirikan! Oleh karena itu, kiranya tidak berlebi­
han apabila 4 orang punggawa NulisBuku.com, yakni Ollie, Angel,
Oka, dan Brilian, dikenal dengan julukan “The Dream Team”.




    Selain KutuBuku.com, TukuSolution.com, TempaLabs.com, dan Nulis­
Buku.com, Ollie juga mengelola karya online lainnya seperti Langsing­
Mulus.com, sebuah web yang bergerak di bidang Weight Loss Pruduct
Retail dan HearyBoutique.com. Yang disebut terakhir ini adalah butik
online yang khusus dipersembahkan untuk mengisi hari­hari sang
ibunda tercinta yang pensiun dini. Selain jualan baju lewat online,
HearyBoutique.com juga punya butik di jalur darat alias offline.
   Tidak hanya itu, Ollie juga tercatat sebagai salah satu pemilik
GantiBaju.com, situs yang memberikan kemudahan bagi para ang­
gotanya untuk mendesain, mencetak, dan menjual baju sesuai de­
ngan selera sendiri. Namun, pada Februari 2010, Ollie mengundur­
kan diri dari keterlibatannya di GantiBaju.com.
    Aktif berbisnis juga diimbangi Ollie untuk aktif bersosialisasi. Ia
terdaftar di berbagai komunitas dari aneka minat dan kesukaan,
sebut saja Fresh, Girls in Tech Indonesia, Bincang Edukasi, Tangan di Atas,
Jakarta Daily Photo, dan #StartUpLokal. Di berbagai komunitas itu, Ol­
lie bertindak sebagai committee. Bahkan, di #StartUpLokal, ia duduk
sebagai inisiator bersama Natalie Ardianto, Nuniek Tirta, dan Sanny
Gaddafi.


                                                     sParxuP awarD adalah ajang kompetisi
                                                     web bagi para digital startuP di Indo-
                                                     nesia. sParxuP hadir untuk membuka
                                                     kesempatan bagi para digital startuP di
   62                                                Indonesia supaya lebih maju dan dapat
                                                     terus berkarya.
#StartUpLokal adalah sebuah komunitas untuk para pemilik start up,
penikmat dunia digital, developer, investor, dan media untuk bertemu
dan berkesempatan berkolaborasi. Komunitas yang aktif sejak April
2010 ini semakin menunjukkan taringnya.




                                          Selain dukungan media, in­
                                     vestor dari luar negeri pun ber­
                                     minat menanamkan investasi.
                                     Bahkan, pada Maret 2011, para
                                     inisiator #StartUpLokal, termasuk
                                     Ollie, diundang ke Irlandia oleh
                                     Enterprise Ireland, sebuah inku­
                                     bator start up yang berpusat di
                                     Dublin.
                                          Dublin, ibukota Irlandia, di­
                                     gadang­gadang sebagai Silicon
                                     Valley­nya Eropa. Di sana, para
                                     inisiator #StartUpLokal melaku­
                                     kan studi banding, belajar, dan
                                     mencoba mengadaptasi berba­
                                     gai hal yang terjadi dari kema­
                                     juan start up di Irlandia.
                                          Ollie sendiri mengaku memi­
                                     liki mimpi khusus terhadap ko­
                                     munitas yang digagasnya ter­
                                     sebut dan berpengaruh positif
                                     terhadap Indonesia. “Suatu saat
                                     nanti, Indonesia mampu untuk
                                     menjadi Silicon Valley­nya Asia
                                     Tenggara,” itulah impian Ollie.




                                                              63
“Aku pernah ke
 mana-mana, ikut
  Ayah bertugas.
Itulah yang mem-                         Anak
bentuk karakterku
 dari kecil hingga
    sekarang.”
                                 SERIBU PULAU




       A
                  ulia Halimatussadiah atau lantas lebih dikenal dengan
                  nama Ollie Salsabeela, lahir di Yogyakarta, tanggal 17 Juni
                  1983. Namun, sejatinya, putri sulung dari pasangan Moch.
                  Isnaini dan Harti ini adalah anak seribu pulau. Banyak
       wilayah di Indonesia yang mempengaruhi perkembangan karakter
       Ollie. Jogja, Makassar, Kupang, Banjarmasin, Bengkulu, Depok, dan
       Jakarta pernah dihuninya. Dari SD hingga SMA, Ollie berpindah­pin­
       dah rumah, mengikuti tuntutan kerja sang ayah.
           Sedikit berbeda dengan sekarang, Ollie di masa kecil dikenal
       sebagai seorang gadis pemalu. Dulu, tubuhnya kurus namun ber­
       postur tinggi. Gara­gara posturnya yang terlampau tinggi untuk
       anak seusianya, Ollie pernah “disingkirkan” dari tim penari yang
       pernah diikutinya saat sekolah di SD di Makassar. Tapi bagi Ollie,
       peristiwa itu hanyalah sekadar kenangan meskipun tentunya ia
       sempat menyimpan kekecewaan karena kejadian tersebut.
           Dari Makassar, Ollie yang saat itu masih kelas 6 SD, harus turut
       pindah ke Kupang untuk mengikuti ayahnya. Kehidupan di Kupang
       yang keras dan tanpa basa­basi mengharuskan Ollie untuk cepat
       beradaptasi dan mengubah sifat pemalunya. Di Kupang inilah Ol­
       lie memasuki masa remajanya. Saat SMP, bakat Ollie di dunia pena




       64
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)
Travelling with Creativity (Indonesia)

Mais conteúdo relacionado

Último

modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaMonaAmelia
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 

Último (20)

modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 

Destaque

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by HubspotMarius Sescu
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTExpeed Software
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 

Destaque (20)

2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot2024 State of Marketing Report – by Hubspot
2024 State of Marketing Report – by Hubspot
 
Everything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPTEverything You Need To Know About ChatGPT
Everything You Need To Know About ChatGPT
 
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 

Travelling with Creativity (Indonesia)

  • 1.
  • 2. TRAVELLING WITH CREATIVITY Pembina Mari Elka Pangestu Tim Pengarah Hesti Indah Kresnarini, Marthin, Dony Edward Penanggung Jawab Cokorda Dewi KoordinaTor Pungkas Riandika Tim Penulis & ediTing Ibnu Azis, Iswara N. Raditya, Oryza Aditama Tim riseT Panca Ardiansyah, Hanna Herlina, Tessi Fathia Adam alih bahasa Hanna Herlina desain samPul & ilusTrasi Rasefour, Silencer8 desain isi & TaTa leTaK Iswara N. Raditya KonTribuTor Twitalk Inc, Indonesia Kreatif Twitalk Inc www.twitalk.co.id @twitalkID Indonesia Kreatif www.indonesiakreatif.net @idkreatif Kementerian Perdagangan Republik Indonesia www.kemendag.go.id
  • 3. PENGANTAR Kemampuan mencipta bukan bakat yang hanya dimi­ liki oleh beberapa orang saja. Setiap manusia telah diberi kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Bila kreativitas adalah keahlian yang bisa dilatih, maka setiap orang punya kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri. Buku ini bercerita tentang empat sosok yang telah me­ nempuh perjalanan panjang hingga titik produktif dan kini terus aktif mengembangkan karya­karya mereka di berbagai saluran dan bidang baru. Prosesnya tidak pernah mudah dan rumusnya pun tidak pernah sama. Namun, ada yang menarik saat kita mengenal Adhi­ tia Sofyan, Aulia Halimatussadiah (Ollie Salsabeela), Enda Nasution, dan Leonard Theosabrata lebih akrab lagi. Mere­ ka mempunyai pola yang sama sebagai creativepreneur. Keempat sosok ini gemar bepergian, baik untuk berlibur, bekerja, atau menuntut ilmu. Dari sana, mereka pulang ke Indonesia dan menciptakan berbagai hal baru yang saat ini bisa kita nikmati karyanya, kapanpun itu. Proses pen­ carian inilah yang melahirkan ide baru melalui jaringan dan pemikiran baru yang mereka bina selama bepergian. Mempelajari hikmah dari kisah mereka ternyata tidak mudah karena membutuhkan interaksi untuk memahami sudut pandang yang mendasari kisah suksesnya. Bidang kreatif yang mereka geluti adalah ranah multipersepsi yang takkan pernah habis diulas hikmahnya. Memasuki sudut pandang keempat sosok ini untuk memahami bahwa kreativitas bukanlah posisi atau jabatan, melainkan state of mind. Mari bepergian, lalu biarkan kreativitas mengantar kita.
  • 4.
  • 6. “Saya menulis dan merekam musik di kamar saya dan memberikannya untuk semua orang secara gratis di internet. Sama sekali tidak ada pen- dapatan dari itu. Saya suka menulis musik dan membagi- kannya untuk semua orang tanpa beban apapun.” adhitia.doc M usik menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepas­ kan dari keseharian Adithia Sofyan, meskipun barangkali baru sebatas hobi dan bukan se­ bagai pilihan jalan hidup. Ia memang pernah berupaya merintis karir dari jalur musik, tapi ternyata saat itu Tuhan belum memberi izin. Walaupun begitu, gairah bermusik tidak pernah hilang dari detak nadi kehidupan Adithia Sofyan. Ia terus mencipta rangkaian nada sederha­ na meskipun itu dilakoninya sembari meringkuk di dalam kamar dan sesekali dinyanyikan saat di kamar mandi. Bagi Adithia, kamar ibarat ruang mimpi sekaligus bi­ lik studio sebagai tempat di mana ia mengejawantahkan semua yang diperolehnya. “Kamar sering diartikan seba­ gai tempat untuk beristirahat, melepas penat, dan meng­ urung diri. Tidak demikian halnya bagi saya, kamar bagi saya adalah ruang perenungan dan berkarya,” tuturnya. Dari dalam kamar pula, ia “memasarkan” lagu­lagunya. 6
  • 7. “Kamar bagi saya adalah ruang perenungan dan berkarya.” adhitia.doc Berbekal gitar, seperangkat alat rekam sederhana, komputer lipat yang tersambung dengan internet, dan perabotan pendukung lainnya, Adithia mulai dikenal se­ bagai musisi berkarakter. Julukan musisi kamar pun lantas lekat pada dirinya. Namun, ia menegaskan bahwa musisi kamar bukanlah suatu profesi, apalagi dijadikan salah satu jenis aliran musik. “Saya dikenal sebagai musisi kamar tidur hanya karena saya bermain musik di kamar tidur saja,” jelasnya. Proses kreatif yang dilakoni Adithia Sofyan menda­ pat respon positif dari publik. Lagu­lagu ciptaannya, yang dibagikan gratis lewat internet, memperoleh sambutan meriah. Alhasil, Adithia terancam kondang berkat apresi­ asi dari para penikmat musiknya. Namanya pun beranjak seja­ jar dengan para musisi Indonesia yang memang mengadu nasib di jalur nada. Tak jarang Adithia tampil sepanggung dengan para musisi itu. Berbagai penghargaan musik pun sukses diraihnya. Boleh jadi, Adithia Sofyan adalah salah satu musisi pertama di Indonesia yang meniti karir profe­ sional dari dalam kamar, dan itu berhasil! 7
  • 8. MUSISI INDEPENDEN tanpa tendensi “Musik adalah karya yang bernada.” adhitia.doc S emua bermula dari kerinduannya menulis lagu. Pada medio tahun 2007 itu, Adithia Sofyan mengumpulkan kembali peralatan rekam yang dulu pernah diguna­ kannya. Cukup lama ia tidak lagi menyikapi musik dengan serius. Seingat Adithia, terakhir kali ia merekam lagu adalah pada tahun 1999, dan 8 tahun kemudian, ia baru menyentuh lagi alat­alat itu. Namun, ia sama sekali tidak ingin serius, modal dasarnya hanya gitar bolong dan suara yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Adithia Sofyan sepenuhnya sadar bahwa ia adalah ti­ pikal manusia rumahan. Oleh sebab itu, ia belum berpikiran membentuk band dalam menyalurkan jiwa bermusiknya. Sempat terlintas di benaknya untuk menyewa studio pro­ fesional lengkap dengan sound engineer berpengalaman, 8
  • 9. “Saya dikenal sebagai musisi kamar tidur hanya karena saya bermain musik di kamar tidur saja.” akan tetapi niat itu tidak pernah ia lakukan. Ia tidak mau untuk meninggalkan kenyamanan bersama keluarga ter­ cinta di rumahnya yang terletak di Taman Rasuna, Jakarta Selatan. Menurutnya, rekaman di rumah pun ia sudah efektif. “Saya pikir, rekaman di rumah saja bisa mendapat­ kan hasil yang cukup listenable,” tutur penyuka kerupuk ini. adhitia.doc 9
  • 10. Oleh karena itulah, Adithia Sofyan me­ nikmati kehidupan bermusiknya dari dalam rumah, tepatnya dari kamar tidur yang justru berfungsi sebagai laboratorium proses kreatif­ nya. Ditemani gitar dan secangkir kopi hangat, Adithia Sofyan mulai menjelma menjadi mu­ sisi yang patut diperhitungkan. Padahal, ke­ tika pertama kali mencipta dan merekam hasil karyanya, lagu­lagu itu hanya untuk simpanan pribadi atau diberikan kepada teman­teman Andre Harihandoyo dekatnya. “Saya tidak punya rencana apa­apa adalah seorang musisi terhadap lagu­lagu ini,” akunya. Indonesia yang ber- sama 4 musisi muda Di saat permulaan itu, Adithia Sofyan ber­ lainnya membentuk hasil mencipta 5 lagu. Ia menganggap, apa grup band The Sonic yang telah ia hasilkan itu hanya sekadar seba­ People pada 2006. gai proyek hobi. Ia memang pernah punya Andre Harihandoyo keinginan menjadi seorang musisi betulan, berperan sebagai gi- namun karena sesuatu dan lain hal, ia meng­ taris sekaligus vokalis. endapkan sejenak impiannya itu. Mereka mengusung Hingga pada suatu ketika, Adithia mene­ jenis musik yang menggabungkan rima kiriman album dari Andre Harihandoyo, country, blues, dan kawannya yang juga seorang musisi. Adithia jazz. Selama kiprahnya, mereka su- dah melawat ke beberapa negara dan telah meng- hasilkan 3 album, yaitu: Room Session (2007), Two Sides For Every Story (2008), dan Good For The Soul (2009). sonicpeoplemusic.com 10
  • 11. adhitia.doc sedikit heran karena di dalam album itu hanya terdapat 5 lagu saja. “Kalau cuma 5 lagu sih aku juga punya,” pikir­ nya. Album Andre Harihandoyo itu memang berformat mini album atau Extended Play (EP). Dari situlah Adithia Sofyan mulai terpacu untuk untuk melakukan hal yang sama, meskipun masih sebatas main­ main. Malam itu juga, ia merancang desain cover untuk rencana album mininya itu. Lalu, ia menggandakan 5 lagu­ nya dan dikemas dalam bentuk kepingan CD. Namun, ia hanya ingin membagikan mini albumnya itu untuk kelu­ arga, kawan­kawan dekat, dan rekan­rekan sekantornya saja. Setelah cukup berbagi, masih tersisa CD sebanyak 70 keping yang kemudian disimpan di sebuah ruang gelap yang jarang dijamahnya. Waktu terus bergulir. Adithia Sofyan mulai tergoda untuk mengirimkan EP­nya ke radio untuk diputar jika memang ternyata layak. Tanpa pikiran aneh­aneh, ia mengi­ rimkan 2 lagunya ke chart NuBuzz di radio Prambors FM. Chart NuBuzz adalah sebuah program siaran di radio Prambors FM yang menerima lagu-lagu dari siapa saja untuk disiarkan secara on air apabila layak dan terpilih. 11
  • 12. adhitia.doc “Ternyata Tuhan tidak sepenuhnya menolak rencana bermusik saya!” Terus terang, apa yang dilakukannya itu hanya sebatas iseng saja, dan ia tidak berharap banyak dari itu. “Siapa yang mau mendengarkan chart indie selain orang yang mengirim demo itu sendiri?” pikirnya. Tidak disangka, gayung ternyata bersambut, 2 lagu­ nya, yakni “Adelaide Sky” dan “Memilihmu”, dikabarkan akan diputar di Prambors. Selain itu, kedua lagu itu akan dipakai untuk Ring Back Tone (RBT). Ia pun sedikit kaget karena Prambors juga menawari sejumlah kontrak sebe­ lum lagu­lagunya diperdengarkan di udara. Di satu sisi, Adithia memang hanya ingin menempat­ kan musik sebatas kesukaan dalam kesehariannya saja. Namun, di sisi lain, kesempatan ini adalah peluang bagi­ nya untuk merangkak ke lingkup yang lebih luas kendati ia tidak pernah mengharapkan apapun dari situ. Meski­ pun sedikit tak yakin, Adithia akhirnya mengiyakan ta­ waran menggiurkan dari Prambors itu. Pertaruhan nasib pun dimulai, lagu Adithia dilempar ke ajang Chart NuBuzz. “Adelaide Sky” start dari posisi ke­8, dan mulai beranjak naik dalam beberapa pekan, dari posisi ke­6, kemudian ke­4. Tidak disangka­sangka, “Adelaide Sky” sukses menduduki posisi puncak. “Senang sekali rasanya! Ternyata Tuhan tidak sepenuhnya menolak rencana bermusik saya!” ujarnya girang. 12
  • 13. “Saya berusaha keras untuk tetap humble, lalu ber­ pegangan ekstra erat ke kursi, siapa tahu badan tiba­tiba melayang!” tambahnya. Tidak hanya itu, lagu “Memilih­ mu” masuk ke dalam album kompilasi NuBuzz 1.1 yang berisi lagu­lagu andalan Chart NuBuzz. Selain lagu karya Adithia Sofyan, lagu milik Sind3ntosca dan Drew juga ter­ himpun di album ini. Karya Adithia yang berkibar di Nubuzz dan juga mela­ lui siaran radio lainnya tak pelak menuai apresiasi. Salah satunya adalah lewat jejaring sosial MySpace di mana ba­ nyak orang memberikan kata selamat kepadanya. Adithia lantas teringat mini albumnya yang masih tersisa 70 ke­ ping itu. “Saya pasang gambar 70 keping EP saya di halaman MySpace. Saya mempersilahkan setiap orang yang berminat untuk meninggalkan alamat mereka untuk saya kirimi EP adhitia.doc “Berbagi gratis ternyata bisa sangat menyenangkan.” 13
  • 14. saya ini,” tuturnya. Hebatnya, ia membagikannya secara gratis, bahkan ongkos kirim pun ditang­ gungnya. Kurang dari 2 bulan, mini albumnya laris. “Ternyata bagi­bagi gratis bisa sangat menyenang­ kan,” ujarnya bahagia. Sekali lagi, Adithia Sofyan “terpaksa” terjun ke dunia musik hanya demi kesenangan semata, sama sekali tidak ada kepentingan ekonomi, apalagi bermimpi ingin menjadi pesohor. ”Hanya karena saya suka menulis musik, bukan selalu berarti saya ingin menjadi terkenal,” demikian prinsip yang se­ lalu dianut Adithia Sofyan. adhitia.doc 14
  • 15. ”Hanya karena saya suka menulis musik, bukan selalu berarti saya ingin menjadi terkenal.” adhitia.doc Nama Adithia Sofyan sebagai musisi kamar yang suka berbagi ternyata sudah terlanjur dikenal. Tanggal 5 April 2008 mungkin menjadi hari yang paling mendebarkan dalam hidup Adithia. Pada hari itu, ia “dipaksa” keluar kamar, diundang tampil live dalam acara Art Fest di salah satu kampus terkemuka di ibukota: Universitas Atmajaya. Terang saja Adithia agak sedikit demam panggung. Ter­ akhir kali ia tampil bermusik di depan publik adalah pada tahun 2000, dan kini ia harus menghadapi situasi serupa di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi. “Halo semua, gue Adhitia Sofyan, musisi kamar, agak grogi juga karena hari ini harus main di luar kamar,” sa­ panya kepada hadirin di Atmajaya, sedikit gugup. Pada penampilan perdananya di luar kamar itu, Adithia mem­ bawakan 4 lagu. Ternyata mereka suka, bahkan meminta lebih. “Sayang, saya cuma benar­benar prepare 4 lagu,” jelas Adithia mengenang saat­saat monumental itu. 15
  • 16. Selepas penampilan manisnya di Atmajaya, nama Adithia semakin terangkat. Pada Agustus 2008, sepucuk pesan masuk ke inbox akun MySpace miliknya. Pesan itu ternyata dari Tyas A. Moein, produser film “Kambing Jan­ tan: The Movie”. Tyas menyatakan sangat tertarik dengan lagu “Adelaide Sky” untuk dijadikan salah satu lagu yang akan dimasukkan ke dalam filmnya. “Judul dan liriknya pas sekali dengan isi film ini,” ujar Tyas dalam pesannya. Adithia serasa mendapat durian runtuh. Salah satu lagu­ nya akan ikut ambil bagian dalam film yang diperankan langsung oleh Raditya Dika itu. “Kambing Jantan: The Movie” adalah film Indonesia yang diang- kat dari blog dan novel Raditya Dika. Film yang dirilis pada 5 Maret 2009 dan disutradarai oleh Rudi Soedjarwo ini menampil- adhitia.doc kan Raditya Dika sebagai pemeran utama. 16
  • 17. “Quiet adh itia .do c Down adalah pintu masuk saya kem- bali ke musik.” Sebenarnya, di waktu yang hampir bersamaan, Adithia sedang berusaha menyusun full album perdananya. Pihak NuBuzz pernah tertarik untuk memproduksi lagu­lagunya dalam format full album. Untuk mengisi komposisi album ini, ada 6 lagu baru yang akan digabungkan dengan 5 lagu yang telah diciptakannya sebelumnya. Ketika materi album sudah siap, ternyata NuBuzz, yang saat itu baru saja melepaskan diri dari Prambors, belum siap membuat full album. “Sebetulnya saya hanya menggantungkan ke NuBuzz untuk urusan full album ini,” keluhnya. Kendati demikian, Adithia memutuskan untuk jalan terus. Di bawah produksi sendiri, album perdana bertajuk Quiet Down: Bedroom Recordings Vol. 1 berhasil dilun­ curkan. Hebatnya lagi, proses pembuatan album itu dilaku­ kannya sendiri, dari menciptakan lagu, rekaman, mende­ sain sampul album, hingga memasarkan albumnya. Selain disebarkan gratis via internet, Quiet Down juga tersedia di toko­toko kaset dalam bentuk CD. 17
  • 18. “Quiet Down adalah musik untuk santai atau istirahat,” komentar Adithia. Ia memang lebih nyaman bekerja pada malam hari ketika suasana tenang. “Jika dalam kondisi tenang, kita mungkin akan mendengar atau mendapat sesuatu dengan lebih jelas,” tutur Adithia. Quiet Down kian menegaskan identitasnya sebagai musisi. Ia mulai ber­ gairah lagi untuk melanjutkan mimpi yang sempat diku­ burnya dalam­dalam. “Album ini adalah pintu masuk saya kembali ke musik,” tegasnya. Sinyal tenar Quiet Down ternyata terpancar sampai ke Jepang. Album ini dipasarkan secara resmi di Jepang oleh sebuah label indie bernama Production Dessinee. Seorang penikmat musik dari Jepang, Horiuchi Takashi, memberi apresiasi terhadap lagu­lagu Adithia Sofyan. “Sudah lama saya tak pernah menyimak album akus­ tik senikmat ini,” tutur Takashi lewat tulisannya. “Saya telah berprasangka buruk terhadap Indonesia. Saya tidak mengenal Adhitia Sofyan secara detil, tapi saya pernah dengar bahwa album (Quiet Down) ini direkam di kamar­ nya, memadukan gitar dan nyanyian, menghasilkan am­ bience yang merilekskan, hangat menenangkan persis seperti matahari, apalagi bila didengarkan oleh orang sakit yang sedang beristirahat di atas tempat tidur rumah sakit.” adhitia.doc 18
  • 19. Respon publik terha­ dap album pertamanya yang menggembirakan memacu Adithia kem­ bali masuk kamar untuk menggarap album lagi. Kali ini bersama label De­ majors, Adithia merilis album keduanya: Forget Your Plans, Bedroom Recor­ dings Vol. 2. Sedikit berbeda de­ ngan album sebelumnya yang hampir semua la­ gunya bercerita tentang adhitia.doc/repro relationship, tema untuk lagu­lagu di album kedua ini sedikit lebih beragam, ada yang berbicara tentang kota, kematian, dan tentu saja soal percintaan. Selain itu, atas saran seorang teman dari Demajors yang menilai lagu­lagu di Quiet Down terlalu seragam, maka di Forget Your Plans Adithia menambahkan beberapa ornamen alat musik seperti pianika, kulintang, xilophone, electric guitar, dan strings, agar album ini men­ jadi sedikit lebih riuh. Untuk distribusi, Adithia Harmoni adalah sebuah juga membuat album dalam bentuk fisik (CD) acara konser musik di supaya lebih resmi, selain tentu saja tetap kon­ Indonesia yang dikemas sisten menyediakan lagu­lagunya diunduh tan­ dalam nuansa orkestra pa bayar di internet. nan megah. Harmoni Sejak peluncuran Quiet Down hingga For­ yang disiarkan stasiun televisi nasional SCTV get Your Plans, Adithia sudah banyak tampil di sejak awal tahun 2010 panggung, baik on air maupun off air di berba­ menjadi perhelatan yang gai tempat di Indonesia. Tidak jarang ia tampil cukup bergengsi karena sepanggung, atau paling tidak di acara yang musiknya diaransemen sama, dengan para musisi nasional. oleh para komposer kenamaan Indonesia, Pada 20 Agustus 2010, Adithia mendapat seperti Andi Rianto dan kehormatan untuk ambil bagian dalam acara Purwacaraka. Harmoni di SCTV, di mana ia tampil bersama 19
  • 20. Tantri “Kotak”, Anjie eks “Drive”, Sandy Sandoro, Rossa, Vidi Aldiano, Kikan eks “Cokelat”, Andy “/Rif”, dan para musisi papan atas lainnya. Selain itu, dalam konser “A Flava As You Like It” yang digelar di 4 kota besar di Indonesia pada pertengahan ta­ hun 2011, nama Adithia Sofyan sejajar dengan band atau musisi top Indonesia seperti Naif, Ipang, Mike’s Aparte­ ment, Pure Saturday, Ernest “Cokelat”, J­Rocks, dan masih banyak yang lainnya. Dari kamar pula, Adithia Sofyan bisa melenggang ke Asia. Albumnya yang sudah resmi diedarkan di Jepang mulai merambah ke negara­negara Asia lainnya. Tidak ha­ nya itu, ia pun didapuk untuk tampil di Singapura dalam pergelaran akbar Singapore’s Mosaic Music Festival. Adithia, bersama The Trees and The Wild dan Sarasvati, datang dari Indonesia dalam festival musik internasional yang di­ langsungkan di esplanaDe-theatres on the Bay pada tanggal 16­17 Maret 2011 itu. adhitia.doc Singapore’s Mosaic Music Festival merupa- Esplanade-Theatres on the Bay adalah pusat kan perhelatan musisi independen tahunan kesenian terbesar di Singapura, mencakup akbar di Singapura yang mengundang musisi seluruh cabang seni: musik, tari, teater, hingga terpilih dari negara-negara Asia lainnya. seni visual, yang fokus pada budaya Asia. 20
  • 21. adhitia.doc Ini adalah kedua kalinya Adithia tampil di panggung megah Esplanade. Sebelum­ nya, tanggal 16­18 Juli 2010, ia manggung di tempat yang sama dalam perhelatan musik bertajuk Rocking the Region. Untuk Singapore’s Mosaic Music Festival, Adithia berang­ kat ke Negeri Singa lebih awal, yakni pada 13 Maret 2011. Ia datang cepat kare­ na harus berlatih bersama biduan tuan rumah, Ling Kai, dan Mia Palencia dari Malay­ sia, yang direncanakan tam­ pil bersamanya. Adithia Sofyan memang akan tampil penuh selama 2 hari. Pada 16 Maret 2011, ia berduet dengan Ling Kai dan Mia Palencia. Lalu di hari kedua, ia bermain bersama sesama musisi Indonesia, Sarasvati, selain tampil solo di atas pentas. 21
  • 22. Jalur musik “berbe­ da” yang diusung Adi­ thia Sofyan membuat­ nya untuk melompat lebih tinggi. Ia diganjar penghargaan Indone­ sia Cutting Edge Music adhitia.doc Awards (ICEMA) 2010. Dua kategori sukses di­ rengkuh Adithia, yakni Favorite Singer­Songwriter dan Favorite Solo Artist. Raihan ini semakin menegaskan kualitas Adithia di belantika musik Indonesia. Di ajang iCeMa 2010, terdapat nama­nama beken yang memperoleh penghargaan untuk masing­masing ka­ tegori. Sebut saja Maliq N D’Essential, Superman is Dead, Efek Rumah Kaca, The Sigit, Jiung, Barry Likumahuwa, Goodnight Electric, Gugun and Blues Shelter, Killing Me Inside, J Flow, DJ Riri Mestika, Tompi, Shaggy Dog, PAS Band, hingga sang legenda Fariz RM yang memperoleh Lifetime Achivement. Begitulah, cita­cita tertunda Adithia Sofyan untuk menjadi seorang musisi sejati mulai terwujud. Namanya pun sejajar dengan sederet jagoan musik Indonesia. Adi­ thia pantas berbangga hati karena ia dinilai ICEMA meru- pakan ajang mampu berbareng ber­ penghargaan gerak bersama para mu­ pertama di sisi kelas wahid Indone­ Indonesia sia. Dari ruang mimpi di kepada para sudut kamarnya, Adithia musisi yang Sof yan menapak karir konsisten di mu sik menuju jalan yang jalur non- terancam terang. mainstream. ICEMA diberi- kan untuk- mereka yang bersemangat pembaha- ruan dengan bentuk-bentuk ekspresi baru. lemahsinyal.blogspot.com 22
  • 23. “Saya memang pernah berencana menjadikan musik sebagai pilihan hidup saya, tapi saya rasa rencana itu sudah ditolak Tuhan.” P ada suatu malam, Adithia kecil diajak orangtua­ nya untuk makan bersama di sebuah kafe di Solo. Kebetulan, malam itu sedang ada sajian live music di kafe tersebut. Kelompok musik yang tampil ada­ lah sebuah band top 40. Saat hendak menikmati hidangan yang tersedia, tiba­tiba Adithia terhenyak. Grup band itu mulai beraksi dengan memainkan salah satu hits Michael Jackson, raja musik pop yang memang sedang kondang di awal dekade 1990­an itu. >>> MEMBANGKITKAN MIMPI YANG TERKUBUR 23 adhitia.doc
  • 24. ad hit ia. do c Adithia terkesima saat mendengar cabikan gitar yang memainkan intro tembang Black or White. Ia terbengong dan berdecak kagum melihat permainan sang gitaris itu. Tanpa disadari, detik­detik itulah yang menjadi momen pencerahan bagi Adithia Sofyan, bahwa ia telah jatuh cinta kepada makhluk cantik nan merdu yang bernama gitar. Ia bertekad untuk lebih mengenal gitar lebih dekat. Sebenarnya ia sudah punya alat musik petik itu di rumah. Namun, selama ini, gitar itu hanya dimainkan sekenanya saja, atau paling tidak untuk action semata. Di depan cer­ min, ia sering bergaya bak gitaris handal, menimang gitar tanpa irama sambil mendengarkan lagu­lagu kesukaan­ nya. Mulanya, Adithia memang tidak begitu antusias me­ nyambut kehadiran gitar pemberian ibundanya itu. Bukan karena tak suka, melainkan karena ia sendiri bingung bagaimana cara memainkan perangkat musik genjreng tersebut. Alih­alih memetik senar gitar dan menghasilkan irama lagu sederhana, untuk sekadar menyelaraskan nada­ nada saja ia masih kesulitan karena jari­jari mungilnya sama sekali belum terlatih. 24
  • 25. Namun, malam di kafe itu mengubah semuanya dan benar­benar menjadi malam yang istimewa bagi Adithia. Gitar yang dimainkan oleh sang gitaris yang tampil malam itu berbeda dengan gitar miliknya. “Itu elektrik gitar, dengan suara distorsinya yang heboh, dimainkan live di depan mata dan telinga saya!” seru Adithia mengenang apa yang dirasakannya di malam bersejarah itu. Raungan gitar yang membahana karena terhubung dengan arus listrik itu seolah­olah menyengat kesadaran­ nya, bahwa sepertinya ia telah menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya. Tanpa pikir panjang, ia berkata man­ tap kepada sang ibunda, “Mama, aku ingin les gitar elek­ trik!” “Saya tidak bisa men- jelaskan apa artinya gitar buat saya. Gitar adalah saya!” 25 adhitia.doc
  • 26. Sepekan setelah malam itu, Adithia Sofyan langsung ikut kursus gitar di Yayasan Musik Indonesia di Solo. Na­ mun, ia tidak lama belajar di tempat les itu. “Setelah se­ tahun, saya merasa sudah cukup ilmu, setidaknya buat genjrang­genjreng di kamar sendiri,” ujarnya. Permainan gitar Adithia memang terkesan natural dan apa adanya. Ia tidak memaksakan diri untuk mema­ hami sesuatu yang memang di luar jangkauannya. Bahkan, Adithia sendiri mengakui bahwa tidak semua chord dalam lagu­lagunya yang benar­benar dime ngerti olehnya. Ketika banyak di antara penikmat musiknya yang me­ minta chord gitar lagu­lagunya, dijawabnya dengan jujur bahwa ia sendiri tidak tahu nama chord­chord itu. Ia mereka­ reka sendiri seperti apa bunyinya, asal terdengar nyaman di telinga. “Saya selalu membiarkan jari­jari saya menelusuri neck gitar dan membentuk formasi­formasi seenak saya saja. itia .do c h Bentuk­bentuk chord yang cocok di kuping lalu sering saya ad mainkan, sampai akhirnya saya terbiasa dengannya,” aku­ nya polos. “Menulis musik itu sepert i menulis buku harian...” 26
  • 27. Begitu pula dengan cara Adi­ thia dalam menulis lirik. Natural dan apa adanya, mengalir begitu saja. Baginya, menulis musik ibarat menulis buku harian di mana ia harus menjaga serpihan emosi dan menyimpannya baik­baik di dalam hati. “Seperti menulis diary, tidak ada yang mengatur, tidak ada yang bilang jelek, bagus, salah, dan se­ bagainya,” katanya. Ia tidak per­ nah menghafal lirik lagu yang telah ditulisnya. Menurutnya, lirik lagu beda dengan rumus kimia. “Jangan dihafal, dibiasakan biar kenal dan dinikmati,” pesannya. Bahkan tak sekadar itu, menu­ rut Adithia, menulis musik adalah hal yang sangat pribadi dan ter­ kadang hampir seperti sesuatu yang spiritual. “Musik adalah karya yang bernada,” demikian definisi musik menuru Adithia. Ia menulis adhitia.doc musik hanya menuruti mood. Ia mengaku tidak menggantungkan insipirasi dari manapun. Musik datang semaunya, ia tinggal mene­ rima yang datang itu. Adithia punya modal berharga, yakni bahwa ia sangat mencintai gi­ tar. Ya, Adithia adalah seorang satria bergitar, dan ia punya alasan je­ las mengenai itu. “Gitar akustik adalah kenda­ raan paling simple untuk membuat lagu, terde­ ngar lebih spontan, ju­ jur, dan apa adanya,” jelasnya. 27 adhitia.doc
  • 28. adhitia.doc Adithia men­ cintai gitar, bah­ kan tanpa ia tahu penyebabnya. “Saya tidak bisa menjelaskan apa artinya gitar bu­ at saya. Gitar adalah saya!” katanya lugas. Tidak bisa dipungkiri, kecintaannya pada gitar bermuasal dari “malam pencerahan” yang terjadi di kafe saat ia remaja dulu. Sejak itulah, Adithia menetapkan cita­citanya: ia ingin menjadi musisi, Apalagi menyanyi adalah salah satu hobinya sejak kecil di mana ia sudah senang bersenandung sambil mendengarkan lagu­lagu yang diputar di radio. Terkadang, Adhit kecil iseng­iseng merekam suaranya sendiri dengan tape recorder. Saat itu, ia paling suka menyanyikan lagu­ lagu milik Bon Jovi, atau tembang­tembang musisi Indonesia yang sedang populer kala itu, Ikang Fawzi atau Farid Harja misalnya. Ru­ mah orangtuanya yang berlokasi di Perumahan Fajar Indah Solo pun tidak pernah sepi dari tingkah polah Adhit kecil yang enerjik. Adithia Sofyan tumbuh dan dibesarkan di Surakarta, Jawa Tengah, meskipun ia bukan anak asli Solo. Adithia dilahirkan di titik sen­ trum Tanah Sunda, yaitu di Bandung, pada 6 November 1977. Ia dan keluarga pindah ke Solo pada tahun 1981, atau ketika usianya 28
  • 29. masih 4 tahun. Adithia sangat beruntung karena ia meng­ alami masa­masa kecil yang indah dan membahagiakan. Ia punya banyak teman sepermainan di solo. Ia pun cukup dekat dengan ayahnya, dan terutama dengan ibundanya. Ia menikmati masa kecil sekaligus usia mudanya di pusat peradaban Jawa itu sejak usia Taman Kanak­kanak hingga SMA. Adithia bersekolah di TK Taman Putra Solo, lalu di SD Negeri Bromantakan 56 Solo. Saat menginjak remaja, ia menempuh pendidikan menengah pertama di mahdimuhammad.doc SMP Negeri 1 Solo sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni di SMA Negeri 4 Solo. Masa studi di SMA Negeri 4 Solo ternyata tidak ia habiskan. Di tahun ketiga, ia pindah sekolah ke Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam inilah naluri bermusiknya semakin menguat, ia ingin mewujudkan cita­citanya seba­ gai musisi. Tahun 1996, atau ketika usianya menginjak 19 tahun, ia mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri ke sekolah musik Berklee College of Music di Boston. 29
  • 30. “Saya merasa diingatkan, kalau mau bermusik tidak perlu harus lewat Berklee College.” nisa mak mur. doc Sayang, ia gagal diterima menjadi siswa di sana karena pengetahuan musiknya dinilai belum memenuhi syarat. Adithia sedikit terpukul menerima kenyata­ an itu, ia ke Amerika memang bertujuan untuk serius di bidang musik. “Memang saya pernah berencana menjadikan musik sebagai pilihan hidup, tapi saya rasa rencana itu sudah ditolak Tuhan,” kenangnya mengingat peristiwa di Bos­ ton. Namun ia tetap lapang dada. Kelak, keikhlasan dan kesabarannya akan membuahkan hasil. Kuburan impiannya ternya­ ta masih bisa dibangkitkan. “Saya merasa di­ ingatkan, kalau mau bermusik tidak perlu harus Berklee College lewat Berklee College. Oleh Tuhan, saya diminta of musiC adalah menunggu sampai tahun 2007 di mana saya bisa sebuah sekolah membuat lagu yang tidak memalukan, cukup tinggi musik baik, dan layak dengar,” ungkapnya. terkemuka di Boston, Amerika Serikat, yang didirikan oleh Lawrence Berk pada lebih dari setengah abad yang lampau. 30
  • 31. “Mainkan saja apa yang terdengar...” adhitia.doc Adithia menyadari bahwa karakter bermusiknya sela­ ma ini memang tidak berlandaskan rumus­rumus teori. Ia lebih suka langsung praktek daripada harus mempela­ jari tetek bengek teori. Ia mengaku tidak pernah terpaku pada chord. “Mainkan saja apa yang terdengar,” begitu resepnya. Saat kursus di Yayasan Musik Indonesia di Solo, misalnya, ia sudah “menolak” hal­hal yang berbau teori. Maka tidak heran jika permainan gitar Adithia tidak me­ ngandung chord­chord yang justru bisa memusingkan. Definisi kreativitas bagi Adithia adalah kebiasaan, jadi tidak usah terlalu pusing menjaga kreativitas itu. “Kalau sudah menjadi kebiasaan tidak usah dijaga, sudah nature­ nya,” ungkap penyuka nasi rawon dan nasi liwet ini. Play by ear, demikian Adithia menyebut metode bermusiknya. Pemahaman seperti ini masih dianutnya hingga sekarang, dan pada akhirnya memang membuahkan hasil positif kendati ia harus menunggu cukup lama dan nyaris meng­ ubur mimpinya untuk berkecimpung di belantika musik. Terpental dari ujian masuk di Berklee College of Music di Boston membuat Adithia Sofyan sejenak mengalihkan konsentrasinya ke ranah desain grafis. Adhitia memutuskan >>> 31
  • 32. menyeberang ke Australia untuk menempuh studi di KvB Institute of Technology North Sydney dan mengambil ju­ rusan Graphic Design and Multimedia. Setelah lulus tahun 1999, ia langsung pulang kampung ke Solo. Di Kota Bengawan, gairah bermusiknya kembali mun­ cul. Bersama sejumlah karibnya, Adhitia membentuk band dan sering diundang ke acara­acara kampus. Tak hanya itu, ia dan kawan­kawan juga membuat demo album yang disebarkan ke berbagai stasiun radio di Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Bandung. Karya mereka mendapat respon positif. Tawaran manggung pun semakin banyak. priyadiimannurcahyo.doc adhitia.doc Di tengah kesenangannya menikmati hidup sebagai musisi, ternyata Adithia dihadapkan pada pilihan lain: ia mendapat panggilan ke Jakarta untuk bekerja sebagai de­ sainer grafis. Pada November 2000, ia memutuskan untuk melangkah ke seberang menuju ibukota dan bergabung dengan perusahaan Matari Advertising. Jauh­jauh sekolah desain hingga ke Negeri Kanguru ternyata tidak sia­sia. Tidak sampai 2 tahun bergelut di ranah desain grafis, ia sudah mencapai level Junior Art Director. 32
  • 33. Pada pertengahan tahun 2002, Adithia mundur dari Matari untuk menimba lebih banyak pengalaman lain. Se­ lama 6 bulan, ia menetap di Singapura untuk mengikuti portfolio course di Singapore Institute of Advertising dan selesai akhir tahun itu juga. Ia juga mendapat kesempatan untuk magang di biro iklan Lowe Singapore. Sebenarnya Adithia ingin mencoba bekerja di Singa­ pura, “... namun ternyata bekal saya dari Matari belum cukup untuk menaklukkan negeri jiran yang satu ini,” ungkapnya. Kebetulan, di waktu yang sama, ia menda­ pat tawaran dari biro iklan JWT di Jakarta untuk menjadi Art Director. Maka, pada Januari 2003, ia pun kembali ke Jakarta. Segera setelah itu, Adithia menikahi perempuan yang dicintainya, Iim Fahima Jachja. adhitia.doc Selama di JWT, Adithia menorehkan pres­ dd.doc tasi gemilang. Nyaris tiap tahun ia meraih crea­ tive award, seperti Citra Pariwara atau ADOI Awards, yang di antaranya diraih berkat kerja tim. Ia bertahan di JWT hingga mencapai po­ sisi sebagai Senior Art Director dan mundur pada September 2005, “Saya meninggalkan hiruk­ pikuk panggung periklanan nasional dan hijrah ke industri online advertising,” tuturnya. 33
  • 34. Bersama sang istri, ia kemudian mendirikan biro kon­ sultan online marketing bernama Virus CoMMuniCations. Pe­ kerjaan Adithia sebenarnya masih sama dengan semasa di dunia iklan, yakni membuat ide­ide kreatif untuk kampa­ nye iklan klien, “Namun, ada satu hal fundamental yang sangat berbeda: medan tempur saya adalah internet,” ka­ tanya. virtual.co.id Virus Communications adalah biro kon- sultan di bidang online marketing yang kemudian menjadi divisi baru di perusa- haan yang sudah mapan sebelumnya, Virtual Consulting, yang digawangi oleh Nukman Lutfie. Begitulah, internet menjadi pegangan baru Adithia dalam perjalanan karirnya hingga saat ini. Berkat inter­ net pula ia dapat kembali menemukan atensinya di jalur musik yang sempat terlupakan. Kini, setelah secara me­ nyerahkan kepada sang istri untuk mengendalikan bisnis mereka, Adithia bisa lebih berkonsentrasi untuk mem­ bangkitkan mimpinya yang terkubur meskipun tujuan yang dikejarnya bukanlah soal materi atau ketenaran se­ mata. Atas nama cinta, Adithia Sofyan kembali ke dunia musik, dunia yang selalu ada di dalam hari dan hatinya. 34
  • 35. BUKAN siapapun, hanya IBUNDA “Menangis di depan Ka’bah serasa membuat saya kembali ke umur 3 tahun. (Saya pernah) me- adhitia.doc rengek di pang- kuan ibu karena sakit sewaktu K terjatuh, atau ebiasaan Adithia Sofyan sedari kecil yang doyan berdendang lan­ karena rindu saja tang sepertinya tidak luput dari pada ibu kenapa perhatian sang ibunda. Sang ma­ ma tentunya punya alasan mengapa mem­ beliau lama sekali berikan gitar untuk anak tercintanya, saat Adhit masih berusia 14 tahun. pulang dari kan- Mengapa gitar? Mengapa bukan alat tor, sementara ibu musik atau jenis barang lainnya? Tidak hanya tersenyum perlu dijawab, karena bagaimanapun juga, seorang ibu adalah orang yang pa­ sambil mengelus- ling mengerti tentang anaknya. Berkat naluri jitu ibunda, Adithia menjadi manu­ elus punggung sia yang suka bermusik, dan kini dikenal saya.” sebagai sosok musisi unik yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Bukan tidak mungkin Adithia menempatkan sang ibunda sebagai sosok terhebat dalam hidupnya. Pelukan sang ibunda ibarat ruang yang menyamankan bagi Adithia. Saat bibirnya mengaduh karena terjatuh dan terluka semasa kecil, misalnya, ia akan menangis sem­ bari menahan rasa sakit di pangkuan sang ibunda. Sementara sang ibu dengan senyum sabar berusaha memberikan ketenangan sambil mengelus­elus punggung mungilnya. Saking sayangnya kepada sang ibunda, Adithia mengaku tidak pernah malu mengumbar air mata ke­ tika ia merasa sang ibunda lama sekali pulang dari tempat kerja se­ masa ia masih bocah dulu. 35
  • 36. Orangtua Adithia demokratis, mereka tidak membebaninya dengan bermacam tuntutan. Selama berjalan di arah yang benar, ibu dan ayah Adithia enggan tu­ rut campur meskipun kewajiban orangtua untuk membimbing dan mengingatkan tidak pernah ditinggalkan. Jalan menuju masa depan diserahkan adhitia.doc/repro sepenuhnya kepada sang anak. Terbukti, jalur hidup yang dipilih Adithia bukan jalan umum yang dilewati banyak orang, bukan bidang­bidang yang biasanya dikehendaki, bahkan tak jarang dipaksakan, oleh kebanyakan orangtua kepa­ da anak­anaknya. Dunia seni bukan sektor yang “menjanjikan” bagi sebagian besar orang. Namun, Adithia dengan sadar memilih jalur khusus yang tidak biasa ini. Seni musik dan desain yang dipilih Adithia untuk kendaraan hidupnya tidak menjadi persoalan berarti bagi orangtuanya. Dan, Adithia berhasil membuktikan bahwa apa yang dipilihnya bukan suatu kesalahan meskipun orangtuanya tidak pernah memerlukan pembuktian itu. Berkat sang ibunda, Adithia mengenal dan mencintai alat musik gitar. Bisa dibilang, Adithia tidak bisa dipisahkan dari ke­ beradaan gitar di sisinya, dan itu justru karena sang ibunda yang selalu mengingatkannya. “Setiap kali saya akan meninggalkan rumah selama beberapa hari bersama teman, ibu saya selalu ber­ tanya: Apa kamu yakin tidak membawa gitar?” ujar pemilik gitar berjenis Cole Clark FL2A, Larrivee OM3R, dan Guild GAD50 ini. Bukan hanya bakat musik saja yang di­ cermati sang mama. Adithia kecil juga ge­ mar menggambar. Memang dua hal itulah yang menjadi pilihan hidup Adithia: me­ nyanyi dan menggambar. Maka tidak heran, sang ibunda justru bangga saat Adithia berkelana hingga ke Amerika untuk bela­ jar musik dan ke Australia demi memper­ dalam kemampuan desain grafisnya. Kebebasan berpikir dan keleluasaan 36
  • 37. bergerak yang diberikan oleh orangtuanya membentuk karakter serta kepribadian Adithia saat dewasa. Ia menjadi manusia yang alami, apa adanya namun sangat kompetitif dan efektif dalam memaksimalkan apa yang diperolehnya. Adithia adalah sosok yang tidak pelit untuk berbagi, ia justru merasa bahagia apabila bisa membuat orang lain merasakan kegembiraan. Adithia juga tak ambil pusing atas penilaian orang terhadapnya. Yang terpenting, ia sudah bekerja maksimal dengan kualitas yang tetap terjaga. Mau dibilang apapun, ia menyerahkan sepenuhnya ke­ pada khalayak, termasuk penilaian orang terhadap lagu­lagu yang dibuatnya “Saya menulis lagu murni karena kecintaan pada musik. Pendengar dari lagu yang saya tulis adalah saya sendiri untuk saya dengarkan, nikmati, lalu senyum­senyum sendiri,” kelakarnya. Musik adalah bagian dari kebahagiaan dalam hidupnya, tidak dituju­ kan untuk kepentingan yang bersifat duniawi. “Saya bukan berasal dari industri musik, saya mem­ buat musik hanya untuk kesenangan sendiri saja,” paparnya. “Ada atau tidak orang yang mau mendengarkan, saya akan terus menulis lagu karena itu membu­ at saya bahagia dan me­ adhitia.doc/repro menuhi kebutuhan saya untuk berkarya,” imbuh Adhitia. Lagu­lagu Adhitia adalah murni ciptaannya. Ia sendiri tak pernah tahu bagaimana lagu­lagu itu tercipta, bagaimana lirik­lirik yang di­ anggap syahdu oleh banyak orang itu bisa terangkai menjadi irama yang ternyata disukai. Ia hanya menimang gitar, menjajal dentingan dawainya sembari menyeruput kopi hangat, dan terciptalah bait­bait lagu sederhana namun menawan hati. Baginya, inspirasi akan datang begitu saja, namun sering pula tidak. Saat memetik gitar, lirik­lirik itu akan berseliweran di otak dengan sendirinya. 37
  • 38. adhitia.doc Meskipun tidak mengkultuskan sosok ter­ tentu, namun bukan berarti Adithia tidak memiliki musisi atau band yang menjadi in­ fluence dalam lagu­lagunya. Teitur, Iron and Wine, City and Color, The Swell Season, Fionn Regan, Jack Johnson, Bon Jovi, hingga John Mayer, sedikit banyak mempengaruhi warna musiknya. Bahkan, beberapa orang bilang, petikan gitar Adithia mirip dengan John Mayer. Selain itu, ia juga sempat menyebut Stevie Ray Vaughan dan Kurt Cobain. Selama ini Adithia memang dikenal seba­ gai musisi spesialis pelantun lagu melankolis alias lagu cengeng karena lirik­liriknya yang bernuansa galau. Ia sendiri mengakui itu. “La­ gu­lagu saya terbukti membantu orang bisa tidur,” katanya. Namun siapa sangka, aliran musik Adithia di masa mudanya lebih con­ dong ke jalur musik metal. Saat masih di Solo, ia mengaku sering mendengarkan dan memainkan lagu­lagu keras milik band­band cadas kelas dunia, sebut saja Sepultura, Iced Earth, Manowar, Prong, Sevendust, Megadeth, Kreator, dan semacamnya. Ia juga punya band metal lokal favorit, yakni Melancholic Bitch dari Jogja. Dalam riwayat bermusik Adithia, sempat terselip nama Michael Jackson (MJ). Seperti yang telah disinggung sebelumnya, keterta­ rikan Adithia terhadap gitar dimulai ketika ia mendengar desingan gitar yang memainkan intro Black and White yang dipopulerkan oleh MJ. Meskipun bersikeras bahwa ia tidak merasakan ada hubungan yang kuat antara gaya bermusik MJ dan musik yang ia main­ kan, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa nama besar MJ pernah hadir dalam karir ber­ musiknya. “Yang membuat saya ingin bermain gitar bukanlah lagu dari (Eric) Clapton atau Van Halen, melainkan lagunya MJ,” akunya. nisamakmur.doc 38
  • 39. adhitia.doc Bahkan, saat mendengar kabar wafatnya MJ, Adithia mengaku bersedih, dan ia pun khusus menulis kesan ten­ tang MJ di blog pribadinya, AdhitiaSofyan.wordpress.com. Untuk musisi dalam negeri, Adithia memang tidak per­ nah menegaskan secara gamblang, meskipun mengakui bahwa ia dulu suka menikmati lagu­lagu Ikang Fawzi dan Farid Harja yang sangat populer di akhir era 1980­an dan di awal dekade 1990­an itu. Ada juga yang berpendapat bahwa gaya bermusik Adithia mirip dengan Ebiet G. Ade. Sekali lagi, Adithia tidak secara tegas mengiyakan pendapat itu, namun ia menyebut sosok Ebiet sebagai seorang legend. Dan tam­ paknya, Adithia pernah “berbisnis” dengan begawan musik balada Indonesia itu. “Salah satu gitar yang pernah saya punya ada pada beliau sekarang,” paparnya. Terlepas dari seabrek nama musisi yang secara lang­ sung atau tidak pernah hadir dan memberi warna dalam perjalanan musiknya, namun sang ibunda tetaplah men­ jadi satu­satunya sosok yang paling berpengaruh baginya. Jika naluri sang ibunda tidak tepat sasaran, mustahil Adithia tetap konsisten menjaga gairahnya terhadap musik hingga kini. Jika sang mama tidak berinisiatif membe­ likan gitar, bukan tidak mungkin ia tak akan pernah jatuh cinta pada musik, dan bisa saja minatnya akan beralih ke hal­hal lain seiring dengan proses kehidupannya. Bagi se­ orang Adithia Sofyan, ibunda adalah yang utama. Bukan karena siapa­siapa, hanya ibunda saja. 39
  • 40. “Saya senang berbagi musik saya dengan orang-orang yang bersedia mendengarkan.” D unia internet ada- lah dunia maya. Dunia yang tanpa batas, lintas di- mensi, ruang dan waktu. Batas-batas “kode etik” yang dipatuhi di alam nyata barangkali tidak lagi diin- dahkan jika sudah masuk Berkarya ke ruang-ruang digital. Apapun bisa didapatkan dari internet untuk BERBAGI Koridor hukum untuk mengatur tata kehidupan di negeri internet memang sudah lama dibahas dan mulai diterapkan. Namun, lagi-lagi itu belum maksi- mal dan efektif, apalagi sampai “mengancam” ke- amanan seseorang. Jika- pun “ancaman” itu benar adanya, orang tidak akan ambil pusing karena ban- yak rongga di internet un- c tuk berkelit dari jerat-jerat .do adh itia hukum itu. 40
  • 41. Apa saja yang sudah dicemplungkan ke dalam labirin tanpa berujung bernama internet, maka bersiap­siaplah itu telah menjadi hak milik bersama. Jika paham caranya, semua orang tanpa terkecuali bisa menikmati apapun yang ditimbun di internet secara cuma­cuma. Hasil dari proses panjang yang telah ditempuh sangat mungkin bisa langsung dilahap habis dengan gratis di meja saji internet. Oleh karena itu, banyak musi­ si, penulis, jurnalis, fotografer, peneliti, atau pembuat film yang geram karena hasil jerih payah mereka seolah­olah menjadi “tidak berarti” bila sudah mas­ uk ke internet. Hasil karya mereka bisa dibajak, disadap, ditiru, diklaim, ataupun adhitia.doc dikomersilkan oleh mereka yang memang belum tahu, atau tidak mau tahu, bahwa di internet pun terdapat eti­ ka yang harus ditaati. Adithia Sofyan tampaknya jeli melihat fenomena itu. Diyakini, gejala massal seperti itu masih akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Apalagi di Indonesia inter­ net belum begitu memasyarakat sampai ke semua lapisan. Apabila internet sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok sebagian besar orang di Indonesia, apa yang akan terjadi? Fenomena pencarian dan pemenuhan kebutuhan secara cuma­cuma pastinya akan kian merajalela. Satu­ satunya solusi yang dapat dilakukan adalah mempelajari ilmu ikhlas. Oleh karena itu, Adithia Sofyan sengaja menggratis­ kan karya­karyanya untuk dinikmati oleh semua orang le­ wat internet. Malahan, ia sendiri yang menyediakan lagu­ lagunya untuk diunduh gratis agar khalayak ramai dapat menikmatinya. Masih sedikit musisi di Indonesia yang mem­ punyai “kesadaran” untuk mengikhlaskan karya ciptanya menjadi santapan publik tanpa mengharapkan pamrih berupa materi. Namun, hal itu memang wajar, karena bagaimanapun juga, proses kreatif seseorang harus di­ hargai dan diapresiasi dengan cara­cara yang patut. 41
  • 42. Beruntung Adithia sedari awal sudah berprinsip bahwa ia tidak mengharapkan apa­apa dari musik, terlebih lagi soal duit. Ia tidak ada kepentingan penuh untuk hidup dari musik. “Saya tidak punya niat untuk menjadi seorang musisi yang serius dan berdedikasi. Saya mendedikasikan hidup saya untuk bersama istri dan putri saya,” tegas­ nya. Oleh sebab itulah ia tidak ragu menyebarkan lagu­lagunya via in­ ternet dan seluruhnya free. Semua orang boleh mengunduh lagu­lagu­ nya tanpa harus membayar. Menurutnya, berbagi gratis jus­ tru mempercepat brand building serta mempermudah lagu­lagunya terse­ bar dan dibicarakan orang. Selain itu, kesa­ daran untuk berbagi merupakan tren baru bagi penikmat musik yang nyaris tidak bisa dihindari karena per­ kembangan teknologi yang sangat cepat. adhitia.doc/repro 42
  • 43. Tidak hanya menyediakan karya ciptanya untuk diun­ duh secara gratis, Adithia bahkan mempersilahkan bagi mereka yang ingin memainkan ulang lagu­lagunya, de­ ngan catatan, hal itu dilakukan tanpa muatan komersial. Lagipula, Adithia rasa tidak sendirian dalam hal ber­ bagi ini, setidaknya untuk level global karena berbagi kar­ ya gratis belum menjadi sebuah kelaziman di Indonesia. Di tataran internasional, banyak musisi yang sudah mela­ kukannya. Adithia sendiri merasa bahwa berbagi adalah sesuatu yang menyenangkan. Ia senang bisa berbuat se­ suatu yang bermanfaat bagi orang lain. “Sharing is fun, mudah, dan Insya Allah berpahala,” tuturnya. Alhasil, lagu­lagu Adithia menyebar cepat. Publik me­ respon, menulis tentangnya di blog mereka, mencantumkan namanya di berbagai jejaring sosial, bahkan merekomen­ dasikan lagunya ke teman­teman mereka. Bagi Adithia, mereka ini justru berjasa karena secara sukarela menyebar­ luaskan karya­karyanya, dan diakui atau tidak, namanya pun meroket cepat, ia jadi dikenal lebih banyak orang. Soal hak cipta, untuk saat ini Adithia tidak begitu mem­ persoalkan, karena memang beginilah kondisinya. “Ke­ jelasan tentang hak cipta agaknya masih kurang clear di Indonesia. Lagu­lagu yang ada hak ciptanya juga dibajak sini. Apakah ada yang mencegah dan menanggulangi?” ujarnya balik bertanya. Prinsip tidak pelit berbagi gratis dan penerapan ilmu ikhlas seperti dilakoni Adithia Sofyan tampaknya perlu mulai dibiasakan, di samping juga harus terus mengupa­ yakan tindakan­tindakan untuk menghargai karya cipta. Bukan tidak mungkin tren seperti ini akan tetap kekal se­ lama internet masih dibutuhkan dan selama manusia masih dapat berkelit dari aturan­aturan main di du­ nia digital yang masih dicari formula terbaiknya. So, selamat datang di rimba bebas hambatan! “Orang-orang yang bekerja di dunia kreatif harus bisa mendatangkan ide dalam kondisi apapun.” 43
  • 44. “Still everyday I think about you. I know for a fact that’s not your problem. But if you change your mind you’ll find me. Hanging on to the place. Where the big blue sky collapse.” Bertahan di Tempat di Mana LANGIT RUNTUH c .do itia adh 44
  • 45. S adhitia.doc etelah merasakan peng­ alaman yang mengesan­ kan dalam kehidupan bermusiknya yang sem­ pat mati suri, Adithia Sofyan mulai berpikir untuk menjadi musisi yang tidak sekadar ama­ tir lagi. Tetap tanpa tendensi ma­ teri dan semata­mata hanya adhitia.doc sebagai pelampiasan hasrat musikalnya saja, Adithia ber­ tekad untuk serius bermusik. Ia memang berusaha profe­ sional dalam setiap tanggung jawabnya, dari desain grafis, periklanan konvensional dan marketing online, serta akhirnya kembali ke belantika musik. “Ada atau tidak ada orang yang mau mendengarkan, saya akan terus menulis lagu karena itu membuat saya bahagia dan memenuhi kebutuhan saya untuk berkarya.” adhitia.doc 45
  • 46. Supaya bisa benar­benar fokus di dunia musik yang kini dijala­ ninya, Adithia meilmpahkan pe­ ngelolaan perusahaannya kepada sang istri. Namun, sebenarnya ia masih tetap berada di situ meski­ pun lebih sering di balik layar. Ia sudah terbiasa bekerja di tengah tekanan dengan tetap menjaga standar kualitas. Baginya, mereka yang memi­ lih berkecimpung di dunia kre­ atif harus mampu menghasilkan adhitia.doc/repro gagasan segar dalam kondisi se­ perti apapun. Begitu pula dengan tanggung jawabnya kini yang boleh dibilang ganda. Ia harus bisa seimbang dan profesional di dua alam yang berbeda, di usaha on­ line marketing dan di ranah musik yang tengah digelutinya sekarang ini. Adithia Sofyan tidak ingin moment kebangkitan ini terbuang sia­sia. Oleh karena itu, ia wajib membawa ker­ ja­kerja musikalnya ke tahap yang lebih matang. Semua perencanaan, termasuk persoalan yang terkait dengan bisnis dan mitra dalam bermusiknya harus jelas. >>> “Saya mendedikasikan hidup saya untuk bersama istri dan putri saya.” adhitia.doc 46
  • 47. rentalsoundsystem.com Adhitia berjanji, kebiasaannya berbagi tidak akan per­ nah dihilangkan karena dengan itulah ia bisa menjadi se­ perti sekarang ini. Ia tidak keberatan bakal “merugi” jika dengan berbagi bisa menyenangkan orang lain. Adithia Sofyan memilih berdiam di tempat di mana ia pernah berteduh. Meskipun ia sempat didera kecewa di tempat itu, ia tetap bertahan di tempat di mana langit runtuh. nisamakmur benablog 47
  • 48.
  • 49. Perempuan HANDAL di Medan DIGITAL
  • 50. M enulis dan teknologi adalah dua hal penting dalam karir dan perjalanan hidup Ollie Salsa­ beela. Perempuan kelahiran Yogyakarta yang bernama asli Aulia Halimatussadiah ini tidak hanya piawai memainkan jemarinya dan merangkai kata­ kata. Pengetahuan dan pengalamannya di ranah teknolo­ gi dan informasi telah mentasbihkan dirinya sebagai ju­ ragan di 6 perusahaan online atau start up dan menjadi penulis belasan buku. Semua ini berhasil digapai Ollie di usia yang relatif masih muda, 28 tahun. Menulis nyaris menjadi segalanya buat Ollie. Hampir setiap waktunya se­ lalu diselingi dengan aktivitas menulis. Kendati Ollie sudah cukup sukses di bidang industri teknologi informasi, namun ia tetap humble. Ia merasa le­ bih nyaman dikenal sebagai seorang penulis dan memang itulah jiwa se­ jati yang sesungguhnya tertanam di dalam dirinya. “Aku adalah seorang penulis karena itulah sebenarnya that’s me!” tegasnya. “I have a dream, and i have another dream. Sebuah mimpi mengantarkan aku ke mimpi yang lain untuk digapai. So, cita-citaku menjadi saudagar dunia maya.” 50 ollie.doc
  • 51. ollie.doc “My passion is in book and writing,” ucap Ollie sekali lagi. Ya, Ollie sangat gemar menu­ lis. Tidak hanya di media on­ line, semisal blog, namun juga menulis buku. Belasan buku telah tertulis dari jemari lin­ cahnya. Ollie termasuk sedikit orang yang beruntung bisa merasa­ kan manisnya blog pada masa itu. Blog pertama Ollie adalah photoBlog yang berisi kegiatan sehari­harinya. Kecintaan Ollie terhadap buku dan hobi menulisnya merambah ke jagat maya, khususnya industri teknologi informasi. Berbekal penge­ tahuannya di bidang IT dan bantuan dari beberapa teman dekat, Ollie menggebrak in­ PHotoBlog adalah dustri perbukuan tanah air dengan dua amunisi: sebuah berbagi foto online book store yang kemudian dikenal dengan nama Ku­ melalui media tuKutuBuku.com dan situs online self publishing yang ia diri­ semacam Blog. kan bersama seorang karibnya pada Oktober 2010 yang Ini sedikit diberi nama NulisBuku.com. berbeda dengan Blog biasa yang “Saya merasa kesulitan untuk belanja di online book umumnya hanya store yang ada. Saya sangat cinta buku dan suka belanja fokus pada teks. banyak buku. Ketika menemukan masalah, sebagai pe­ PHotoBlogging laku industri web saya bertanya pada diri sendiri: Menga­ (tindakan posting pa tidak dibenahi?” tutur Ollie. Ia sangat ingin membuka foto ke PHotoBlog) toko buku, tetapi ia Ollie tidak punya cukup uang untuk mulai marak pada awal tahun mendirikan toko buku yang besar. Solusinya adalah toko 2000-an dengan buku online, dan lahirlah KutuKutuBuku.com. Bisa dibilang, munculnya moBile ini adalah salah satu toko buku online pertama yang ada Blogging dan di Indonesia pada masa itu. CameraPHones. 51
  • 52. Kisah lahirnya NulisBuku.com pun hampir serupa. Peng­ alaman pahit karena naskahnya diabaikan penerbit men­ jadikan semangat Ollie terbakar untuk meluncurkan on­ line self publishing pertama di Asia Tenggara. “Di NulisBuku. com, saya tidak hanya menerbitkan buku impian saya, namun juga mewujudkan mimpi­mimpi penulis lain,” je­ las Ollie. “Situs ini adalah layanan gratis untuk online self publishing­print on demand,” tambahnya. Berpikir selangkah di depan, jeli melihat peluang, dan menyukai tantangan, merupakan syarat­syarat untuk menjadi seorang entrepreneur. Ollie yang sesungguhnya adalah seorang penulis tidak hanya mampu memadukan prinsip­prinsip kewirausahaan ke dalam profesi writerpre­ neur, namun ia juga piawai mengawinkan teknologi infor­ masi di ruang­ruang menulis dan dunia usaha. Di Indonesia, sosok perempuan yang bergelut di du­ nia teknologi informasi masih sangat sulit dijumpai, dan Ollie salah satu wanita perkasa yang eksis di ranah itu. Ya, Ollie Salsabeela adalah sosok Kartini modern yang mela­ koni perjuangan di medan digital. ollie.doc 52
  • 53. “Aku adalah seorang B penulis karena itulah E sebenarnya aku!” R J I dengan BB AU K K UU A ktivitas menulis Ollie sebenarnya te­ lah ia lakukan sejak usia remaja. Ia mulai menulis ketika masih SMP di mana pada saat itu ia gemar menulis komik. Keahlian menulis Ollie tentunya tidak didapatkan secara instan. Proses yang dijalani­ nya memakan waktu yang tidak sebentar, bah­ kan bertahun­tahun. Waktu duduk di bangku SMA, Ollie sudah menulis berkali­kali meskipun tulisan­tulisan itu dirasanya belum berkualitas baik. Tapi Ollie terus mencoba hingga ia tahu caranya dan pada akhirnya membuahkan hasil. 53
  • 54. ollie.doc Minat menulis Ollie di jagat online bermula ketika membaca sebuah blog yang menarik dan menginspirasinya. “Jenis web­ site yang isinya curhat­curhatan orang dan dengan layout yang ba­ gus ini sebenarnya namanya apa?” tanya Ollie penuh rasa ingin tahu. Ollie mengenal dunia blogging sejak tahun 2003 saat ia masih me­ netap di daerah Depok, dekat Ja­ karta. Ollie memakai layanan blog di internet, semacam TextAmerica, Tabulas, Multiply, Wordpress, Blog­ spot, dan akhirnya menggunakan domain serta hosting sendiri: Sal­ sabeela.com. Bersama Multiply, Ollie tidak hanya sekadar nge­blog, namun juga memulai bisnis online kecil­ kecillan. Multiply adalah salah satu pioner blogging platform primadona di tanah air. Fiturnya sangat lengkap. Tidak hanya untuk menulis saja (blogging) namun juga sharing photo, video, reviews, guestbook, dan lain se­ bagainya. Dengan memanfaatkan Multiply, Ollie mencoba membuka toko online. Tidak hanya berhasil, toko online Ollie bahkan berhasil menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Momen inilah yang membuat Penerbit Mediakita memintanya untuk men­ ulis buku “Membuat Toko Online dengan Multiply”, terbit tahun 2008. “Buku itu men­ jadi buku how to pertama saya dan menjadi buku best seller,” tutur Ollie. Nama Ollie tidak asing di telinga para konsumen buku. Tercatat lebih dari belasan buku yang telah ditulisnya. Mulai dari buku yang berjenis novel, buku inspirasi, how to atau panduan, motivasi, bahkan kuliner. Khusus untuk novel, ada salah satu novel Ollie yang menarik dan banyak menyita perhatian publik. 54
  • 55. Di novelnya yang berjudul “Je M’appelle Lintang” (2006) kisah roman percintaan Lintang dalam mengejar cintanya hingga ke Paris mengundang decak kagum. Bagaimana bisa seorang Ollie yang be­ lum pernah menjamah ibukota Prancis itu mampu melukiskan sua­ sana Paris secara detail seolah­olah pernah tinggal lama di sana? “Jawabannya cuma satu: riset!” kata Ollie. Pengalaman menulis novel ini dijadikan Ollie sebagai pemicu dirinya ketika menuliskan buku inspirasi dan motivasi berjudul “Inspirasi.net” (2008). Kembali ke soal blog. Ollie meng­ ubah Salsabeela.com, menjadi blog motivasi. Ia mengakui, pada awal aktif sebagai blogger, blog­nya berisi hal­hal yang bersifat personal dan pengalaman pribadi, laiknya sebu­ ah online diary. Sejak tahun 2007, Ollie beru­ saha untuk mengubah mindset ba­ gaimana cara nge­blog. “Sekarang lebih berpikir jika mau nge­post. Ber­ pikir apa untungnya buat orang lain dan inginnya bisa memotivasi dan inspire others,” tekadnya. Blog Ollie bagai etalase apa yang ada pada dirinya. Pengunjung bisa melihat rekaman keseharian, ide­ ide, dan beragam usaha yang kini sedang ia jalankan. ollie.doc Atas jerih payah Ollie dalam mengins­ pirasi orang lain, Koran Sindo mengganjar Salsabeela.com sebagai Blog of the Week (2009). Tak hanya itu saja, Salsabeela.com juga diulas di salah satu kolom di CHIC Magazine (Desember 2008). Jauh­jauh hari sebelum belajar IT di Universitas Gunadarma, Ollie telah akrab dengan teknologi sejak SMA. Ia aktif berinternet sejak tahun 1997. “Awalnya lihat orang bikin Geocities, akhirnya bela­ jar sendiri. Waktu SMA, aku pernah bikin website company untuk KalongDesign.com. Setelah itu bikin website untuk guruku dan band sekolah,” tutur Oliie. 55
  • 56. Selepas lulus dari Universitas Gunadarma pada 2004, Ollie berga­ bung dengan Plasmedia­Plexis, sebuah perusahaan IT ternama berskala nasional di Jakarta. Ollie menjabat sebagai web developer, posisi yang bisa dibilang sangat nyaman baginya. Ia senang sekali karena aktivitasnya yang selama ini ia lakoni hanya sebatas sebagai hobi ternyata dihargai dengan cukup baik. Di Plasmedia inilah awal bertemunya Ollie dengan Angelina An­ thony, sosok sentral lain di balik layar lahirnya KutuKutuBuku.com. Ollie bersama Angelina bak kembar siam yang susah dipisahkan. Mereka ber­ dua bahu­membahu dan saling mengisi di setiap project yang datang. Ada banyak kesamaan antara Ollie dan Angelina. Khususnya dalam hobi mereka: buku. Mereka sama­sama suka membaca buku dan gemar berbelanja buku. Maka, muncullah gagasan untuk membuat online book store, yang kemudian dinamakan KutuKutuBuku.com. “Kutunya dua karena ada dua orang pecinta buku di belakangnya,” seloroh Ollie. Pada awal berdi­ rinya, KutuKutuBuku.com tidak langsung dapat menggebrak di industri perbukuan. Meskipun gaduh internet telah mewabah di tanah air, na­ mun budaya e­comerce masih belum terbiasa untuk diterapkan. Tidak hanya bagi calon konsumen, tapi juga untuk produsen alias penerbit. KutuKutuBuku.com yang hadir untuk memperpendek jarak antara penerbit dan pembaca harus berjuang keras dalam mengenalkan dan men­ gajarkan apa itu e­comerce, khususnya di pihak penerbit. Banyak dari mereka yang kurang mengerti dan enggan beradaptasi dengan budaya jual beli online. “Kita menerangkan apa itu toko online, bagaimana bekerja sama dengan kita selain bekerjasama dengan penerbit konvensional. Kita “My passion is in book and writing.” 56
  • 57. benar­benar berangkat dari nol,” kenang Ollie. Bersama Angelina, mereka bekerja rangkap: sebagai pemilik, CEO, OB, sekaligus admin. Meskipun ide membuat KutuKutuBuku.com muncul pada Desember 2005, namun baru resmi diluncurkan pada Februari 2006. Salah satu momen yang mendukung terangkatnya KutuKutuBuku.com adalah terbitnya salah satu seri buku JK Rowling yang fenomenal itu, Harry Potter. “Kami memperoleh peluang bagus waktu itu, karena Harry Pot­ ter baru launching,” tutur Ollie. Setelah 1,5 tahun menjalankan usaha, Ollie dan Angelina tiba di sebuah persimpangan. Di satu sisi, bisnis mereka berjalan dan terus berkembang. Namun di sisi lain, mereka masih terikat kewajiban dengan perusahaan di mana mereka bekerja. Dengan penuh per­ timbangan, termasuk meminta saran dari maestro online marketing Indonesia, Nukman Luthfie, Ollie dan Angelina undur diri dari Plas­ media setelah 2,5 tahun mengabdi di sana. “Keputusan untuk resign dari kantor sebetulnya sudah dipikir­ kan lama. Tapi untuk eksekusi kami selalu merasa belum mampu. Sampai akhirnya aku dan Angel pergi makan dengan bapak nyleneh Indonesia, salah satu panutan di bidang online marketing,” canda Ollie menyebut salah seorang pembimbingnya, Nukman Luthfie. 57
  • 58. nukman lutHfie, salah satu pelopor online marketing di Indonesia. Pendiri Virtual.Co.iD, PortalHr.Com, Juale.Com, gilamotor.Com, musikkamu.Com, dan pecinta kopi hitam. Ollie dan Angelina menumpahkan kece­ masan mereka. Tak di­ duga, Nukman Luthfie cuma berkata enteng, “Jadi, kapan mau re­ sign?” Ollie dan Angelina bengong mendengar jawaban sekaligus per­ tanyaan yang bernada langsung tembak itu. Ternyata , Nukman Lu­ vivanews.com thfie langsung memberi “jaminan” atas kebimbangan yang Ollie dan Ange­ lina rasakan. “Nanti saya tunjukkan jalannya,” janji sang guru meyakinkan. Kendati sempat sedikit shock, akhirnya dua srikandi ini menuruti apa yang disimpulkan oleh Nukman Luthfie. Mereka memutuskan dan bertekad akan memilih jalan mandiri demi mengembangkan KutuKutu­ Buku.com. Ollie dan Angelina resmi mengundurkan diri dari Plasmedia pada 30 Agustus 2007. Untuk membuang perasaan stres, mereka berdua kemudian melakukan tour keliling Asia Tenggara. Sepulang dari perjalanan yang menyenang­ kan sekaligus melenakan itu, Ollie dan Angeli­ na harus turun ke bumi. Ternyata, menjalankan operasional KutuKutuBuku.com sangat berat. Di “kantor” dengan ruangan sempit seukuran kamar kost, Ollie dan Angelina mengejar mimpi. Mereka pantang putus asa dan tetap beru­ saha kendati sering terbentur kendala finansi­ al. Akhirnya, KutuKutuBuku.com berhasil punya kantor baru yang lebih kondusif, yakni di Pan­ coran, dekat Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Keberhasilan KutuKutuBuku.com menggebrak tradisi belanja buku konvensional ke jalur on­ line menyita perhatian publik. Banyak yang mulai bertanya, bagaimana membuat toko on­ line, bagaimana memulainya, bagaimana kunci sukses dalam e­comerce, dan sebagainya. 58
  • 59. Rentetan pertanyaan yang mem­ banjir ini memicu lahirnya TukuSolu­ tion.com, usaha jasa web developer yang awalnya khusus menangani soal e­comerce. Nama TukuSolution. com sendiri tercetus begitu saja. Uniknya, kata “tuku” didapatkan da­ ri kata “kutu” yang dibalik. Ollie belum berhenti bergerak. Obsesi untuk memaksimalkan dunia digital merangsang Ollie untuk ber­ buat lebih. Kali ini Ollie menggaet adik kandungnya untuk membangun sebuah produk baru. Karena sang adik doyan main game, maka mereka membuat sebuah start up games stu­ dio yang khusus menggarap games flash, mobile games, dan social games. TempeLabs.com, itulah nama karya dari duet kakak­beradik ini. Naluri penulis sekaligus pe­ bisnis Ollie terus berlanjut. Ber­ dasarkan pengalaman yang per­ nah ia alami bahwa seringkali tulisannya ditolak oleh penerbit, dan ia mengalami kekecewaan karenanya, maka ia digagaslah NulisBuku.com. Online self publi­ shing pada Oktober 2010. ini adalah wadah bagi para penulis yang naskahnya ditolak penerbit. Di sini, mereka bisa menerbitkan buku. “Aku ingin memberikan kesempatan besar bagi semua orang untuk mener­ bitkan karyanya!” ujarnya. ollie.doc 59
  • 60. “Aku ingin memberikan NulisBuku.com terlahir berkat kerja kesempatan besar bagi sama apik antara Ollie dan Angelina, serta dibantu oleh 2 rekan lain, yakni semua orang untuk Oka Pratama dan Blilian Yotanega. menerbitkan karyanya.” NulisBuku.com adalah online self pub­ lishing pertama di Asia Tenggara. Kehadiran NulisBuku.com sejatinya tidak lepas dari kekecewaan Ollie saat naskah ditolak. ia merasa naskahnya layak untuk diterbitkan. Namun apa daya, penerbitlah yang berkuasa. Selain alasan “emosional” itu, Ollie sendiri ingin memiliki penerbitan. Melihat nama sendiri tertulis di sampul sebuah buku bagi seorang pe­ nulis adalah kebahagiaan yang tidak ternilai. Namun, tak semua penulis bisa merasakan itu, tak semua penulis bisa menerbitkan naskahnya menjadi buku. Sistem penerbitan konvensional dan birokrasi yang rumit membuat para penulis pemula sulit bersaing dengan para penulis mapan yang su­ dah terjamin pangsa pasarnya. Mereka sulit menembus penerbit besar dan akhirnya mengubur impian menerbitkan buku. Ollie yang tidak asing di industri perbukuan sadar akan ekosistem yang seperti itu. Bersama Angelina dan kali ini dibantu oleh dua orang mitranya yang lain, Oka Pratama dan Blilian Yotanega, Ollie melakukan revolusi di dunia penerbitan. “Kita tidak hanya dapat menjadi seorang penulis, namun juga dapat menerbitkan sendiri buku secara gratis!” ungkapnya bersemangat. 60
  • 61. Sebenarnya NulisBuku.com berawal “NulisBuku.com mem- dari ide yang sederhana, tapi sarat berikan kesempatan makna, khususnya bagi mereka yang ingin menerbitkan bukunya sendiri. sebesar-besarnya ke- Konsep yang ditawarkan berbeda de­ pada para penulis tanpa ngan model pembuatan buku dengan penerbitan yang rumit, lama, dan me­ meninggalkan nilai-nilai miliki potensi kendala soal harga dan komersial.” royalti. Di ranah cetak, satu buku minimal harus menyediakan dana Rp 25 juta, karena per buku harus dicetak 3000 eksemplar sesuai tuntutan distributor. “Sedangkan jika lewat online self pub­ lishing, penulis tidak harus mengeluar­ kan dana namun tetap dapat royalti,” ujar Ollie. Sebesar 60% dari keuntungan ro­ yalti diberikan untuk penulis. “NulisBuku. com memberikan kesempatan sebesar­ besarnya kepada para penulis tanpa meninggalkan nilai­nilai komersial,” tutur Ollie. Sejak berdirinya, Nulis­ Buku.com telah mengalami lonjakan pengunjung hing­ ga 300%, sampai Juni 2011. Anggota yang terdaftar se­ banyak 6000 orang lebih. NulisBuku.com telah mem­ publikasikan 400 judul buku dari berbagai genre dengan total buku yang terjual lebih dari 9000 per eksemplar. Pen­ jualan buku rata­rata tiap bu­ lan adalah 1000 hingga 1500 “Saya tidak hanya mener- buku. bitkan buku impian saya, namun juga mewujudkan mimpi-mimpi penulis lain.” 61
  • 62. NulisBuku.com juga menjaga komunikasi dengan anggotanya dan membentuk komunitas penulis dengan memanfaatkan media sosial. Facebook dan Twitter selalu di­updates oleh admin dengan in­ formasi­informasi seputar dunia penulisan seperti event gathering, lomba­lomba, tips menulis, sampai sekadar memantau kehidupan pribadi anggota yang membutuhkan dukungan. Atas kerja keras ini, NulisBuku.com berhasil menyabet penghar­ gaan sparxup awarD 2010 untuk kategori Best E­comerce hanya selang satu bulan setelah didirikan! Oleh karena itu, kiranya tidak berlebi­ han apabila 4 orang punggawa NulisBuku.com, yakni Ollie, Angel, Oka, dan Brilian, dikenal dengan julukan “The Dream Team”. Selain KutuBuku.com, TukuSolution.com, TempaLabs.com, dan Nulis­ Buku.com, Ollie juga mengelola karya online lainnya seperti Langsing­ Mulus.com, sebuah web yang bergerak di bidang Weight Loss Pruduct Retail dan HearyBoutique.com. Yang disebut terakhir ini adalah butik online yang khusus dipersembahkan untuk mengisi hari­hari sang ibunda tercinta yang pensiun dini. Selain jualan baju lewat online, HearyBoutique.com juga punya butik di jalur darat alias offline. Tidak hanya itu, Ollie juga tercatat sebagai salah satu pemilik GantiBaju.com, situs yang memberikan kemudahan bagi para ang­ gotanya untuk mendesain, mencetak, dan menjual baju sesuai de­ ngan selera sendiri. Namun, pada Februari 2010, Ollie mengundur­ kan diri dari keterlibatannya di GantiBaju.com. Aktif berbisnis juga diimbangi Ollie untuk aktif bersosialisasi. Ia terdaftar di berbagai komunitas dari aneka minat dan kesukaan, sebut saja Fresh, Girls in Tech Indonesia, Bincang Edukasi, Tangan di Atas, Jakarta Daily Photo, dan #StartUpLokal. Di berbagai komunitas itu, Ol­ lie bertindak sebagai committee. Bahkan, di #StartUpLokal, ia duduk sebagai inisiator bersama Natalie Ardianto, Nuniek Tirta, dan Sanny Gaddafi. sParxuP awarD adalah ajang kompetisi web bagi para digital startuP di Indo- nesia. sParxuP hadir untuk membuka kesempatan bagi para digital startuP di 62 Indonesia supaya lebih maju dan dapat terus berkarya.
  • 63. #StartUpLokal adalah sebuah komunitas untuk para pemilik start up, penikmat dunia digital, developer, investor, dan media untuk bertemu dan berkesempatan berkolaborasi. Komunitas yang aktif sejak April 2010 ini semakin menunjukkan taringnya. Selain dukungan media, in­ vestor dari luar negeri pun ber­ minat menanamkan investasi. Bahkan, pada Maret 2011, para inisiator #StartUpLokal, termasuk Ollie, diundang ke Irlandia oleh Enterprise Ireland, sebuah inku­ bator start up yang berpusat di Dublin. Dublin, ibukota Irlandia, di­ gadang­gadang sebagai Silicon Valley­nya Eropa. Di sana, para inisiator #StartUpLokal melaku­ kan studi banding, belajar, dan mencoba mengadaptasi berba­ gai hal yang terjadi dari kema­ juan start up di Irlandia. Ollie sendiri mengaku memi­ liki mimpi khusus terhadap ko­ munitas yang digagasnya ter­ sebut dan berpengaruh positif terhadap Indonesia. “Suatu saat nanti, Indonesia mampu untuk menjadi Silicon Valley­nya Asia Tenggara,” itulah impian Ollie. 63
  • 64. “Aku pernah ke mana-mana, ikut Ayah bertugas. Itulah yang mem- Anak bentuk karakterku dari kecil hingga sekarang.” SERIBU PULAU A ulia Halimatussadiah atau lantas lebih dikenal dengan nama Ollie Salsabeela, lahir di Yogyakarta, tanggal 17 Juni 1983. Namun, sejatinya, putri sulung dari pasangan Moch. Isnaini dan Harti ini adalah anak seribu pulau. Banyak wilayah di Indonesia yang mempengaruhi perkembangan karakter Ollie. Jogja, Makassar, Kupang, Banjarmasin, Bengkulu, Depok, dan Jakarta pernah dihuninya. Dari SD hingga SMA, Ollie berpindah­pin­ dah rumah, mengikuti tuntutan kerja sang ayah. Sedikit berbeda dengan sekarang, Ollie di masa kecil dikenal sebagai seorang gadis pemalu. Dulu, tubuhnya kurus namun ber­ postur tinggi. Gara­gara posturnya yang terlampau tinggi untuk anak seusianya, Ollie pernah “disingkirkan” dari tim penari yang pernah diikutinya saat sekolah di SD di Makassar. Tapi bagi Ollie, peristiwa itu hanyalah sekadar kenangan meskipun tentunya ia sempat menyimpan kekecewaan karena kejadian tersebut. Dari Makassar, Ollie yang saat itu masih kelas 6 SD, harus turut pindah ke Kupang untuk mengikuti ayahnya. Kehidupan di Kupang yang keras dan tanpa basa­basi mengharuskan Ollie untuk cepat beradaptasi dan mengubah sifat pemalunya. Di Kupang inilah Ol­ lie memasuki masa remajanya. Saat SMP, bakat Ollie di dunia pena 64