SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 101
Nanang Sukmana 
Subbagian Alergi & Imunologi Klinik 
Bag. Ilmu Penyakit Dalam 
Fakultas Kedokteran UI/ 
RS Dr. Cipto Mangunkusumo 
Jakarta
( diacetyl morphine ) 
 Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin 
 Dalam waktu 5 menit ® setelah suntikan dirubah 
menjadi morfin 
 Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin) 
melebihi heroin 
 Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak 
® mudah intoksikasi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI 
PUTAUW
= Coke 
Charlie 
Snow 
 Euphoria = perasaan senang yang berlebihan 
 Stress / gelisah ® hilang 
 Aktif / atraktif 
 Membangkitkan gairah
= Heroin / 
Morfin 
= Extasy
= Mariyuana / 
Cannabis 
 Perasaan senang 
 Ramah 
 Berperilaku diluar karakter 
 Berperilaku lucu
Complications from Heroin Use 
¨ Acute fatal reaction 
¨ Allergic and febrile reactions 
¨ Cardiovascular system 
Rhythm disturbances, infarction of heart valves (endocarditis), 
inflammation of small arteries (vasculitis), inflammation and 
clotting of veins (thrombophlebitis) 
¨ Dermatologic problems 
Abscesses, ulcers, hyperpigmented areas, track marks, scarring, 
sweelling 
¨ Endocrine system 
Low blood sugar, sexual dysfunction 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
KKeerraaccuunnaann ddii 
RRSSCCMM 
1996 : 38 kasus 
1997 : 96 kasus 
Urutan : 1. Organofosfat 
2. Extasi 
3. Opiat 
1998 : 118 kasus 
Urutan : 1. Extasi 
2. Opiat 
3. Organofosfat 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gambaran Narkoba di RSCM 
Dari catatan medik Unit Gawat Darurat (Dr. Nanang Sukmana,dkk) 
1998 : 62 kasus overdosis 
1999 : 203 kasus overdosis 
 Overdosis putaw (opiat) 166 (82%) 
 Overdosis shabu-shabu (amfetamin) 
37 (18%) 
 Laki-laki 172. Perempuan 31 
 Meninggal 11 orang 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Jumlah Penderita Pengguna Narkoba yang 
dirawat di berbagai RS. Swasta 
RS. IM = 743 (dari 1997 - 1999) 
RS. AG = 1120 (Oktober 1997 - 1999) 
RS.MMA = 251 (selama 1 tahun) 
RS. TH = 286 (Jan.1999 - Des.1999) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
EEmmeerrggeennssii 
• • • • • • • • • • 
Intoksikasi opiat: 
1997 - Oktober 1999 ® 62 kasus 
Pemberian nalokson 
Berhasil ( 100 %) 
90 % dapat Antibiotika 
3 meninggal di ruangan karena sepsis 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Emergensi 
Pneumonia 
HCV / HIV 
PEMAKAI SEHAT 
Kelompok risiko tinggi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
NNeeuurroottrraannssmmiitttteerr 
Opioid : Endorphin/Encephalin 
Benzo : GABA - A 
(g aminobutiric acid A tipe receptor) 
Cocaine 
Amphet 
( Extasy ) 
DOPAMIN 
+ 5 HT ( serotonin ) 
• • • • • 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
BEBERAPA JENIS RESEPTOR 
 Reseptor Mu1 (m1) : analgesik, euporia, dan hipotermia 
Mu2 (m2) : bradikardi, depresi napas, miosis, 
euporia, penurunan kontraksi usus, 
dan ketergantungan fisik. 
 Reseptor Kappa (k) : spinal analgesik, depresi napas, 
miosis, dan hipotermia. 
 Reseptor Delta (s) : depresi napas, disporia, halusinasi, 
vasomotor stimulasi. 
 Reseptor Gamma (g): inhibisi otot polos, spinal analgesik?. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
RECEPTOR TYPE AND ACTION 
Morphine 
Meperidine 
Pentazocine 
Nalorphine 
Naloxone 
m 
Ag 
(+++) 
Ag 
(-) 
Ant 
(-) 
Ant 
(---) 
K 
Ag 
(+) 
Ag 
(+) 
Ant** 
(-) 
Ant 
(-) 
s- (0) 
Ag 
(+) 
(Ant) 
+++ 
Ant 
(-) 
g 
Ag 
(+) 
Ant 
(-) 
Key Ag = agonist; Ant = antagonist; +++ = stronger agonist; --- = stronger antagonist; 
* = some effects for o agonist are antagonized by naloxone; and ** = partial agonist 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Mekanisme Kerja Endorphin di Otak 
dalam keadaan Normal 
Endorphin 
(endogen morfin) 
Reseptor 
Opiat 
m1 m2 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Mekanisme Kerja Opiat di Otak pada Pengguna 
Morfin 
Endorphin 
(endogen morfin) 
Narcan 
Nalokson 
Reseptor 
Opiat 
m1 m2 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Metabolisme HHeerrooiinn (( PPuuttaaww )) 
• • • • • 
6 monoacetyl morphine 
di - hidrolisa 
(6-10 menit) 
morphine 
liver 
• Mo 3 monoglucoronide 
• Mo 6 monoglucoronide 
(20-30 menit) 
water soluble 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Heroin/putaw 
(diasetil morphin) 
Morfin 
• Mo 3 monoglucoronide 
• Mo 6 monoglucoronide 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
AAnnaammnneessiiss 
Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh 
obat yang digunakan termasuk obat yang sering 
dipakai. 
Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman 
dan petugas tentang obat yang digunakan. 
Tanyakan dan simpan (untuk pemeriksaan 
toksikologis) sisa obat, muntahan yang masih ada. 
Tanyakan riwayat alergi obat atau riwayat syok 
anafilaksis 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
• Khas : 
DDIIAAGGNNOOSSIISS 
 Pinpoint 
 Depresi napas 
 Membaik dengan Nalokson 
• Bekas suntikan (needle track sign ) 
• Pemeriksaan kualitatif urin 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
 Penderita yang menghentikan pemakaian opiat akan terjadi 
gejala-gejala putus obat yang disebabkan karena reseptor opiat 
tidak terisi lagi oleh morfin. 
 Aktivasi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan 
jumlah reseptor yang teraktivasi dan banyaknya morfin yang 
menduduki reseptor tersebut. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
Tanda-tanda subjektif 
· Pasien mengeluh sugesti (rasa keinginan atau hasrat yang 
sangat besar untuk memperoleh dan menggunakan kembali opiat) 
· Anxietas, gelisah, mudah tersinggung 
· Mialgia (rasa sakit dan pegal otot dipunggung, kaki dan seluruh tubuh) 
· Artralgia (tulang-tulang ngilu) 
· Sakit dan kram perut 
· Tidak ada selera makan 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
Tanda-tanda objektif 
· Mengantuk 
· Pilek sampai bersin (flulike syndrome, rhinorrhea) 
· Lakrimasi (mengeluarkan air mata) 
· Dilatasi pupil (diameter pupil membesar) 
· Vasodilatasi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga pasien 
merasa panas dingin, meriang dan berkeringat berlebihan 
· Piloereksi (merinding yang muncul hilang timbul) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
Tanda-tanda objektif (lanjutan) 
· Takikardi 
· Meningginya tekanan darah 
· Meningkatnya respirasi (pernapasan) secara mencolok 
· Suhu badan meninggi 
· Mual, muntah 
· Diare 
· Insomnia 
· Gemetar/tremor 
· Kejang-kejang kecil 
· Lemas 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat = 
¨ Mata berair 
¨ Seperti pilek 
¨ Bersin 
¨ Keringat banyak 
¨ Tangan gemetar 
¨ Kulit angsa
0 drug craving 
anxiety 
1 yawning lacrimation 
sweating rinorhea 
2 mydriasis muscle twitching 
goose flesh anorexia 
3 insomnia Abd. cramps 
­ pulse Vomiting /diarrhea 
­ RR Weakness 
­ BP Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Table 3. Effects of Opiate Administration and Opiate Withdrawal 
Opiate Administration 
Hypothermia 
Decrease in blood pressure 
Peripheral vasodilation, skin flushed and warm 
Miosis (pupillary constriction) 
Drying of secretions 
Constipation 
Respiratory depression 
Decreased urinary 17-ketosteroid levels 
Antitusive 
Decreased sex drive 
Relaxation 
Analgesia 
Euphoria 
Opiate Withdrawal 
Hyperthermia 
Increase in blood pressure 
Piloerection (gooseflesh), chillines 
Mydriasis (pupillary dilation) 
Lacrimation, rhinorrhea 
Diarrhea 
Yawning, panting 
Increased urinary 17-ketosteroid levels 
Sneezing 
Spontaneous ejaculations and orgasms 
Restlessness, insomnia 
Pain and irritability 
Depression 
Source.From Jaffe (1985) and Jaffe and Martin (1985) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Emergensi 
Hospitalisasi 
Habilitasi 
Penyuluhan 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Kelompok : · Pengguna sakit 
· Pengguna sehat 
· Risiko Tinggi 
HIV 
HCV 
Pneumonia,dll 
Adiksi 
Craving 
Putus obat / withdrawal 
Kultural 
Persepsi Bahaya Narkotika 
¨ Knowledge 
¨ Attitude 
¨ Motivation 
¨ Supportive 
¨ Relationship 
Informasi Obat 
Psikiatri 
Psikiater 
Psikolog 
Guru (BP) 
Orang tua (POMG) 
OSIS 
Continue/pengendali program 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
 Sistem emergensi 
 Strategi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
INTOKSIKASI / KERACUNAN 
KENYATAAN DI LAPANGAN 
KESULITAN PENATALAKSANAAN 
• Penyebab (sukar diketahui) 
• Kerusakan Multi Organ 
• • • • • 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
INTOKSIKASI / KERACUNAN 
• Cepat 
• Tepat Pulih 
 Komplikasi 
 Kematian 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV 
HCV 
Pneumonia drug abuse 
Infected Carditis 
Kelainan neurologi 
Kelainan Psikiatri 
(withdrawal / putus obat) 
Pokdisus AIDS 
Interna 
Paru 
Interna 
Neurologi 
Psikiatri 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
• Medical Oriented 
• Religi Oriented 
• Traditional Oriented 
Menyatukan dalam pengawasan 
Pengontrol Program 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Panduan Dokter / 
Disiplin lain 
Kualitas 
Hidup 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
P r in sip P en atalaksan aan K asu s 
K eracu n an 
 Penatalaksanaan kegawatan 
 Penilaian Klinis 
 Dekontaminasi racun 
 Pemberian antidotum 
 Terapi suportif 
 Observasi dan konsultasi 
 Rehabilitasi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
K eadaan K lin is Yan g P er lu 
M en dapat P erh atian 
 Koma 
 Kejang 
 Henti jantung 
 Henti napas 
 Syok 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
P en atalak san aan 
K egawatan 
A (Airways) bebaskan jalan napas dari sumbatan 
bahan muntahan, lendir, gigi palsu, dll. Bila perlu 
dengan perubahan posisi dan oropharyngeal airway 
dan alat penghisap lendir. 
B (Breathing) jaga agar pernapasan sebaik mungkin 
dan bila memang diperlukan dapat dengan alat 
respirator. 
C (Circulation) tekanan darah dan volume cairan harus 
dipertahankan secukupnya dengan pemberian cairan. 
Bila terjadi henti jantung lakukan RJP (Resusitasi 
Jantung Paru). 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
OOppiiaatt 
 Antinyeri melalui efek depresi pada 
otak 
® chest pain, udem paru, keganasan 
 Sering disalah gunakan 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
OO PP II AA TT , SS EE DD AA TT II VV EE, OO RR 
EE TT HH AA NN OO LL II NN TT OO XX II CC AA TT II OO NN 
Koma 
Depresi pernapasan 
MIOSIS 
Hipotensi 
Bradikardi 
Hipotermi 
Edema pulmoner 
Bising usus menurun 
Hiporefleksi 
Kejang (kasus berat) 
 NNaarrkkoottiikk 
 BBaarrbbiittuuiirraatt 
 BBeennzzooddiiaazzeeppiinn 
 MMeepprroobbaammaatt 
 EEttaannooll 
 KKlloonniiddiinn 
Opiat : morpin, pethidin, heroin, dan kodein 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Tabel 1. Jenis obat opium, dosis fatal, dan dosis pengobatan 
Jenis Obat 
Kodein 
Dextrometorphan 
Heroin 
Loperamid (imodium) 
Meperidin (petidin) 
Morpin 
Naloxone (Narcan)*) 
Opium 
(Papaver somniferum) 
Pentazocaine (Talwin) 
Dosis fatal Dosis pengobatan 
(grm) (mg) 
0,8 60 
0,5 60-120/day 
0,2 4 
0,5 
1 100 
0,2 10 
0,3 
0,3 
*) Antagonis narkotika. Dosis s/d 5 mg tidak menyebabkan kematian. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Tabel 2. Perkiraan waktu deteksi dalam urin 
beberapa jenis obat 
Jenis obat Lamanya waktu bisa dideteksi 
Amfetamin 2 hari 
Barbiturat 1 hari (short acting) 
3 minggu (long acting) 
Benzidiazepin 3 hari 
Kokain 2 - 4 hari 
Kodein 2 hari 
Heroin 1 - 2 hari 
Methadone 3 hari 
Morpin 2 - 5 hari 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D 
A. Penanganan Kegawatan : 
 Bebaskan jalan napas 
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan 
 Pasang infus NaCl 0,9%; atau D5% emergensi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D 
B. Pemberian antidotum nalokson : 
 Tanpa hipoventilasi: Dosis awal diberikan 0,4 mg iv 
(pelan-pelan atau diencerkan) 
 Dengan hipoventilasi: Dosis awal diberikan 1-2 mg iv 
(pelan-pelan atau diencerkan) 
 Bila tidak ada respon diberikan nalokson 1-2 mg iv 
tiap 5-10 menit hingga timbul respon atau mencapai 
dosis maksimal 10 mg 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D 
 Efek nalokson berkurang 20–40 menit dan pasien dapat jatuh 
kedalam keadaan overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan 
ketat tanda-tanda penurunan kesadaran, pernapasan dan 
perubahan pada pupil serta tanda vital lainnya selama 24 jam. 
Untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu ampul 
dalam 500 cc D5% atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4 – 6 jam. 
 Simpan sampel urin untuk pemeriksaan opiat urin dan 
lakukan foto toraks. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D 
 Pertimbangkan pemasangan ETT (endotracheal tube) bila : 
A. Pernapasan tidak adekuat setelah pemberian nalokson 
yang optimal. 
B. Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup 
C. Hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson 
yang optimal. 
 Pasien dipuasakan ± 6 jam untuk menghindari aspirasi 
akibat spasme pilorik 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D 
¨ Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba 
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM untuk penilaian 
keadaan klinis dan rencana rehabilitasi. 
¨ Dalam menjalankan semua tindakan harus memperhatikan 
prinsip-prinsip kewaspadaan universal oleh karena 
tingginya angka prevalensi hepatitis C dan HIV. 
¨ Bila diperlukan, dapat dipasang NGT untuk 
mencegah aspirasi. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Edema paru diobati sesuai dengan antidotnya yaitu 
pemberian naloxon disamping oksigen dan 
respirator bila diperlukan. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Hipotensi diberikan cairan IV yang adekuat, dapat 
dipertimbangkan pemberian dopamin dengan dosis 
2 - 5 mcg/Kg BB/menit dan dapat ditritasi bila diperlukan. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Emergensi 
·Overdosis 
·Gejala putus obat/Kegawatan Psikiatri 
·Emergensi Komplikasi(ARDS,AIDS, Hepatitis, dll) 
IGD 
· Penanganan sesuai besar masalah 
Indikasi rawat 
Tidak Ya 
Observasi 6 jam Rawat 
Perburukan 
Pulang HCU 
ICU 
Ruang rawat inap 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Nanang Sukmana 
Subbagian Alergi  Imunologi Klinik 
Bag. Ilmu Penyakit Dalam 
Fakultas Kedokteran UI/ 
RS Dr. Cipto Mangunkusumo 
Jakarta
TTaabbeell 11 :: SSeebbaarraann MMeennuurruutt UUmmuurr 
Um u r Ju m la h % 
 1 5 0 0 
1 5 – 1 9 5 1 2 5 ,1 2 
2 0 – 2 4 7 9 3 8 ,9 2 
2 5 – 2 9 4 0 1 9 ,7 0 
3 0 – 3 4 1 7 8 ,3 8 
3 5 – 3 9 8 3 , 9 4 
 3 9 8 3 ,9 4 
To t a l 2 0 3 1 0 0
TTaabbeell 22 :: DDiissttrriibbuussii KKoommpplliikkaassii ( IIVVDDUU )) 
YYaanngg DDiitteemmuukkaann ddii UUGGDD 
Kom p lik a s i 
( n = 1 6 6 ) 
Ju m la h % 
Ga ga l Na fa s 8 8 5 3 .3 0 
P n e u m o n ia 5 1 3 0 .7 2 
SBE 2 2 1 3 .2 5 
Men in git is 8 4 .8 2 
CR F 3 1 .8 0 
D IC 3 3 .8 0 
P r o lo n g Fe b r is 4 2 .4 0 
H em ip a r e s e 2 1 .2 0 
H em a p t o e 2 1 .2 0
Tabel 33 :: DDiissttrriibbuussii PPeenngggguunnaaaann NNaallookkssoonn 
Na lo k s o n 
(am p ) 
S Or a n g % 
1 - 2 4 4 6 1 .9 7 
3 - 4 1 9 2 6 .7 6 
5 - 6 5 7 .0 4 
7 - 8 2 2 .8 2 
9 - 1 0 1 1 .4 1 
 1 0 - - 
To t a l 7 1 1 0 0
Gejala Putus Obat 
 Penderita yang menghentikan pemakaian opiat akan terjadi 
gejala-gejala putus obat yang disebabkan karena reseptor opiat 
tidak terisi lagi oleh morfin. 
 Aktivasi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan 
jumlah reseptor yang teraktivasi dan banyaknya morfin yang 
menduduki reseptor tersebut. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
Tanda-tanda subjektif 
· Pasien mengeluh sugesti (rasa keinginan atau hasrat yang 
sangat besar untuk memperoleh dan menggunakan kembali opiat) 
· Anxietas, gelisah, mudah tersinggung 
· Mialgia (rasa sakit dan pegal otot dipunggung, kaki dan seluruh tubuh) 
· Artralgia (tulang-tulang ngilu) 
· Sakit dan kram perut 
· Tidak ada selera makan 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
Tanda-tanda objektif 
· Mengantuk 
· Pilek sampai bersin (flulike syndrome, rhinorrhea) 
· Lakrimasi (mengeluarkan air mata) 
· Dilatasi pupil (diameter pupil membesar) 
· Vasodilatasi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga pasien 
merasa panas dingin, meriang dan berkeringat berlebihan 
· Piloereksi (merinding yang muncul hilang timbul) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Gejala Putus Obat 
Tanda-tanda objektif (lanjutan) 
· Takikardi 
· Meningginya tekanan darah 
· Meningkatnya respirasi (pernapasan) secara mencolok 
· Suhu badan meninggi 
· Mual, muntah 
· Diare 
· Insomnia 
· Gemetar/tremor 
· Kejang-kejang kecil 
· Lemas 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Table 3. Effects of Opiate Administration and Opiate Withdrawal 
Opiate Administration 
Hypothermia 
Decrease in blood pressure 
Peripheral vasodilation, skin flushed and warm 
Miosis (pupillary constriction) 
Drying of secretions 
Constipation 
Respiratory depression 
Decreased urinary 17-ketosteroid levels 
Antitusive 
Decreased sex drive 
Relaxation 
Analgesia 
Euphoria 
Opiate Withdrawal 
Hyperthermia 
Increase in blood pressure 
Piloerection (gooseflesh), chillines 
Mydriasis (pupillary dilation) 
Lacrimation, rhinorrhea 
Diarrhea 
Yawning, panting 
Increased urinary 17-ketosteroid levels 
Sneezing 
Spontaneous ejaculations and orgasms 
Restlessness, insomnia 
Pain and irritability 
Depression 
Source.From Jaffe (1985) and Jaffe and Martin (1985) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HCV 
• 57,7% dari 898 orang (data Dr. Nanang. S ) 
RS. Swasta (Sep 1997-Mei 1999) 
• 15 (78,9%) dari 19 orang (IGD RSCM) 
tahun 1999 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Hepatitis C 
 Infeksi Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis tipe C yang dalam 
jangka panjang dapat merusak hati (sirosis) 
 Kerusakan hati tersebut dapat diperburuk bila terinfeksi virus lain (HIV) 
atau penyakit-penyakit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh 
 Keluhan-keluhan umumnya ringan (lemas, lesu, nyeri di epigastrium, 
mual, nafsu makan menurun, dll) 
 Kurang lebih 80% penderita yang terinfeksi hepatitis C akan berkembang 
menjadi Hepatitis C yang kronis (perjalanannya dapat bertahun-tahun) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Hepatitis C (lanjutan) 
 Hepatitis C ditularkan terutama melalui darah dan produk darah 
 Penularan melalui ibu hamil dapat terjadi 5% kecuali pada keadaan ibu 
yang mempunyai jumlah virus dalam darah (viral load) yang tinggi 
 Peningkatan Hepatitis C seiring dengan penggunaan narkoba 
dengan suntikan 
 Pengobatan Hepatitis C dengan pemberian interveron dan ribavirin 
selama 6-8 bulan 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Upaya - Upaya Pada Penderita Hepatitis C 
 Cukup istirahat 
 Hindari konsumsi alkohol, narkoba 
 Hindari pemakaian obat-obat yang tidak diperlukan (obat pusing, dll) 
 Makan makanan yang bergizi 
 Konsultasi rutin dengan dokter 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV 
• 12 (75%) dari 16 orang ( IGD RSCM ) 
tahun 1999 
• 19 orang dari POKDISUS tahun 2000 
• 11 (45,8%) dari 24 orang 
(RS. Sulianti Saroso Jakarta) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV / AIDS (1) 
 AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) disebabkan 
oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) 
 Penularan HIV melalui : 
1. Hubungan seksual 
2. Transfusi darah 
3. Jarum suntik 
4. Ibu hamil ke bayinya 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV / AIDS (2) 
Cara penularan yang penting saat ini di Indonesia, 
yaitu di kalangan pecandu narkotika karena 
kebiasaan memakai jarum suntik bersama dan 
jarum yang tidak steril 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV / AIDS (3) 
 Untuk mengetahui telah terinfeksi HIV dilakukan tes darah, yang sering 
digunakan adalah tes antibodi. 
 Hasil tes positif harus diulang dan bila masih positif dilakukan tes konfirmasi 
dengan tes Western Blot. Bila tak tersedia Western Blot, hasil dinyatakan 
positif apabila tes penyaring 3 kali positif. 
 Sebaliknya, hasil negatif dapat berarti yang bersangkutan tidak terinfeksi 
virus HIV atau masih dalam masa jendela. 
 Setelah HIV masuk tubuh terdapat masa tanpa gejala ( 5 - 10 tahun ) 
disebut masa asimtomatik 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV / AIDS (4) 
 Orang dewasa (  12 tahun ) dianggap menderita AIDS apabila tes HIV (+) 
dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dengan 1 gejala minor. 
Gejala mayor : 
- berat badan menurun  10% dalam 1 bulan 
- diare kronis  1 bulan 
- demam berkepanjangan  1 bulan 
- penurunan kesadaran dan gangguan neurologis 
- dementia/HIV ensefalopati 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
HIV / AIDS (5) 
Gejala minor : 
- batuk menetap  1bulan 
- dermatitis generalisata 
- herpes zoster multisegmental dan atau berulang 
- kandidiasis orofaringeal 
- herpes simpleks kronik progresif 
- limfadenopati generalisata 
- infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita 
 Pengobatan : 
1. Pengobatan dasar berupa gizi, vitamin serta psikoterapi 
2. Pengobatan infeksi oportunistik 
3. Pengobatan antiretroviral 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Pneumonia Drug Abuse 
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 1 
Sering terjadi pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi (aspirasi 
pneumonia). 
Pada pemakaian lama opiat baik intravena maupun inhalan 
(dihirup) sering ditemukan kerusakan jaringan paru berupa proses 
fibroinfiltrat. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Pneumonia Drug Abuse 
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 2 
Bila telah terjadi fibrotik maka jaringan tersebut tidak akan 
membaik (fibrotik akan menetap) dan bahkan jaringan tersebut 
akan meningkatkan fragilitas yang tinggi dan bermanifestasi 
hemoptoe ringan sampai berat. 
Keadaan ini disebut pneumonia drug abuse yang pada akhirnya 
merupakan sumber infeksi (locus minorus) pada organ paru. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Pneumonia Drug Abuse 
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 3 
Gejala dan keluhan pemakai opiat dengan komplikasi paru : 
• Gangguan kesadaran 
• Batuk-batuk 
• Batuk dengan sputum purulen 
• Batuk dengan sputum kehitaman 
• Batuk darah 
• Demam 
• Sakit dada 
• Sesak napas 
Ditemukan ronkhi diparu dan pada foto rontgen terlihat gambaran fibroinfiltrat 
dilapangan bawah paru. 
Kerusakan tersebut bergantung pada lama pemakaian opiat, cara (rute) 
pemakaian, dan daya tahan tubuh. 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Pneumonia Drug Abuse 
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 4 
Pengobatan : 
 Oksigen yang cukup 
 Medikamentosa (pemberian antibiotika) 
 Bila ada hasil resistensi regimen pengobatan 
disesuaikan dengan sensitifitas 
Semua pemberian obat tersebut antara 10-14 hari atau bergantung 
pada gejala klinis 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Infected Carditis (Infeksi di Jantung)1 
Adalah infeksi mikrobial pada lapisan dinding jantung dengan 
karakteristik terjadinya suatu endapan (vegetasi) pada 
daun katup dan dapat meluas kebagian lain. 
Pada pengguna obat opiat secara suntikan ( intravena ) 
biasanya lesi terjadi di katup kanan jantung (45%) dan 
katup jantung kiri (15%) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Infected Carditis (Infeksi di Jantung)2 
 Etiologi : • Staphylococcus coagulase ( 50% ) 
• Streptococcus ( 15% ) 
 Keluhan : - demam ( 75-100% ) 
- rasa lesu ( 30% ) 
- anoreksia (tidak nafsu makan) dan 
penurunan berat badan ( 10-15% ) 
- sesak napas ( 10% ) 
 Pemeriksaan fisik : bervariasi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Infected Carditis (Infeksi di Jantung)3 
 Pemeriksaan tambahan : 
• Leukositosis (meningkatnya sel darah putih) pada fase akut 
• Laju endap darah meningkat 
• Anemia sering ditemukan 
• Foto rontgen dada mungkin menunjukkan tanda awal 
bendungan (kongesti) dan infiltrat di paru 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Infected Carditis (Infeksi di Jantung)4 
 Pemeriksaan khusus : 
- Biakan darah 
- Ekhokardiografi 
 Pengobatan : 
1. Medikal non-bedah : pemberian obat antibiotika 
2. Bedah 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Adverse Effects of Mood-Altering Drugs on Pregnancy and the Newborn 
Drug 
Alcholol 
Amphetamines 
Barbiturates, 
sedatives, 
tranquilizers 
Cannabis 
Coccaine 
Heroin 
Marijuana 
Methadone 
Nicotine 
Phencyclidine 
Spontaneous 
Abortion 
+ 
++ 
+ 
Premature 
Delivery 
+ 
++ 
+ 
Perinatal 
Mortality 
++ 
++ Neonatal 
Withdrawal 
+ 
+ 
+/- 
Fetal 
Distress 
+ 
+ 
+/- 
++ 
++ 
Congenital 
Abnormality 
+ 
++ 
+/- 
Opiat dan Kehamilan 
+ Adverse effects; +/- Effects not consistently documented Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Opiat dan Kehamilan 
Complications of Heroin Use in Pregnant Women 
 Abortion 
 Infection of amniotic fluid 
 Intrauterine death 
 Placenta insufficiency 
 Premature labor 
 Premature rupture of membranes 
 Toxemia 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Hepatitis C 
imunitas yang menurun 
HIV/AIDS 
Pneumonia 
drug abuse 
Gejala 
putus obat 
(sakau) 
Infected carditis 
Infeksi lain 
Kelompok pengguna 
opiat 
Kelainan neurologi 
Komplikasi pada kehamilan 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
( diacetyl morphine ) 
 Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin 
 Dalam waktu 5 menit ® setelah suntikan dirubah 
menjadi morfin 
 Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin) 
melebihi heroin 
 Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak 
® mudah intoksikasi 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI 
PUTAUW
= Coke 
Charlie 
Snow 
 Euphoria = perasaan senang yang berlebihan 
 Stress / gelisah ® hilang 
 Aktif / atraktif 
 Membangkitkan gairah
= Heroin / 
Morfin 
= Extasy
= Mariyuana / 
Cannabis 
 Perasaan senang 
 Ramah 
 Berperilaku diluar karakter 
 Berperilaku lucu
Jasmani 
Rohani 
Sosial
Gejala Putus Obat = 
¨ Mata berair 
¨ Seperti pilek 
¨ Bersin 
¨ Keringat banyak 
¨ Tangan gemetar 
¨ Kulit angsa
Street Names for Heroin 
Bing 
Boy Jive 
Brown 
Caballo 
Chivo 
Crap 
Dead on Arrival 
Dope 
Doo Doo 
Duke 
Dynamite 
Estuffan 
Foolish Pleasure 
Funk 
H Hombre 
Horse 
Jive 
Junk 
La Bamba 
Mud 
Scat 
Shit 
Skag 
Smack 
Sugar 
Sweet Jesus 
Tango and Cash 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Rute (Pemakai Heroin) 
 Smoking 
Snorting 
Sniffing 
 Injeksi bawah kulit (skin popping) 
 IV (intra vena) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Heroin Withdrawal Signs and Symptoms 
Mild 
Yawning 
Tearing of 
eyes 
Running nose 
Sneezing 
Sweating 
Moderate 
Loss of 
appetite 
Dilated pupils 
Tremors 
Gooseflesh 
(termed 
“cold turkey”) 
Marked 
Deep 
breathing 
Fever 
Restlessness 
Agitation 
Elevated blood 
pressure 
Severe 
Vomiting 
Abdominal 
cramps 
Diarrhea 
Muscle spasms 
( termed 
“ kicking 
the habit “ ) 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Types of Heroin 
Street Name 
Heroin preparations 
Number 1 
Number 2 
Number 3 – white 
Number 4 
Black Tar 
Iranian Heroin (Dava, 
Rufus, Persian Brown) 
Red Chicken 
Composition and /or Color 
Crude morphine base; 
tan/brown 
White/gray 
May contain caffeine ( 30- 
50% ) Or small dose of 
Strychnine (rarely); tan/gray 
White to yellow 
Higher-quality heroin 
Heroin with adulterants, 
Becoming dark, reddish 
Brown powder 
Heroin and red dye, 
fentanyl 
Method of 
Administration 
Smoking 
Injection and smoking 
Smoking 
Injection 
Injection 
Injection 
Smoking, Injection 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Street Name 
Heroin combinations 
Mexican brown 
Bombitas 
Speedball 
Designer “heroin” 
China White 
Tango and Cash 
MPPP, MPTP 
Other illicit opiate 
Preparations* 
Blue Velvet,Ts and 
Blues 
Loads (Setups) 
Types of Heroin 
Composition and /or Color 
Heroin and coffee 
Heroin and amphetamines 
Heroin and cocaine 
Fentanyl analogues 
Fentanyl analogues 
Meperidine analogues 
Pentazocine, 
tripelennamine 
Codeine, glutethimide 
(Doriden) 
Method of 
Administration 
Injection 
Injection 
Injection 
Injection 
Injection 
Injection 
Injection 
Injection 
Injection 
* Used when heroin is unavailable 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Complications from Heroin Use 
¨ Acute fatal reaction 
¨ Allergic and febrile reactions 
¨ Cardiovascular system 
Rhythm disturbances, infarction of heart valves (endocarditis), 
inflammation of small arteries (vasculitis), inflammation and 
clotting of veins (thrombophlebitis) 
¨ Dermatologic problems 
Abscesses, ulcers, hyperpigmented areas, track marks, scarring, 
sweelling 
¨ Endocrine system 
Low blood sugar, sexual dysfunction 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Complications from Heroin Use 
¨ Gastrointestinal tract 
Decreased stomach-emptying, bile secretion, and intestinal 
activity, constipation 
¨ Hematologic and immunological abnormalities 
¨ Liver 
Hepatitis, chronic liver disease 
¨ Infections in multiple organ systems 
¨ Respiratory system 
Increased susceptibility to pulmonary infections; incresead 
pressure in pulmonary vessels 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Purposive : Behavior ( 24 jam ) 
- Nervous 
- Anxietas 
- Tergantung terhadap uang / obat 
Non-purposive symptoms ( 8 – 12 jam ) 
Mild – severe setelah suntikan 
Bisa berlanjut 38 – 48 jam 
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Overdosis opiat

Mais conteúdo relacionado

Destaque

Drugs, addiction and hiv,aids presentation
Drugs, addiction and hiv,aids presentationDrugs, addiction and hiv,aids presentation
Drugs, addiction and hiv,aids presentationMusa Hutauruk
 
Relapse prevention brief warning signs(indonesian)
Relapse prevention brief warning signs(indonesian)Relapse prevention brief warning signs(indonesian)
Relapse prevention brief warning signs(indonesian)Musa Hutauruk
 
12 step dan prinsip spiritual
12 step dan prinsip spiritual12 step dan prinsip spiritual
12 step dan prinsip spiritualMusa Hutauruk
 
02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologis02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologisMusa Hutauruk
 
Mengenal senjata si pecandu
Mengenal senjata si pecanduMengenal senjata si pecandu
Mengenal senjata si pecanduMusa Hutauruk
 
Complementary t herapy
Complementary t herapyComplementary t herapy
Complementary t herapyMusa Hutauruk
 

Destaque (9)

Step 1
Step 1Step 1
Step 1
 
Drugs, addiction and hiv,aids presentation
Drugs, addiction and hiv,aids presentationDrugs, addiction and hiv,aids presentation
Drugs, addiction and hiv,aids presentation
 
Relapse prevention brief warning signs(indonesian)
Relapse prevention brief warning signs(indonesian)Relapse prevention brief warning signs(indonesian)
Relapse prevention brief warning signs(indonesian)
 
12 step dan prinsip spiritual
12 step dan prinsip spiritual12 step dan prinsip spiritual
12 step dan prinsip spiritual
 
Stigma
StigmaStigma
Stigma
 
12 Concepts Anonymous
12 Concepts Anonymous12 Concepts Anonymous
12 Concepts Anonymous
 
02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologis02 sejarah tes psikologis
02 sejarah tes psikologis
 
Mengenal senjata si pecandu
Mengenal senjata si pecanduMengenal senjata si pecandu
Mengenal senjata si pecandu
 
Complementary t herapy
Complementary t herapyComplementary t herapy
Complementary t herapy
 

Semelhante a Overdosis opiat

Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptxTatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptxliasaint
 
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptxASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptxicursudbogor
 
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasionalmataharitimoer MT
 
Penatalaksanaan syok-anafilaktik
Penatalaksanaan syok-anafilaktikPenatalaksanaan syok-anafilaktik
Penatalaksanaan syok-anafilaktikSyamsul Putra
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Dedi Kun
 
Terapi somatik
Terapi somatikTerapi somatik
Terapi somatikrian92
 
Farmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafFarmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafDedi Kun
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxAnnisaRizkaFauziah
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamAulia Amani
 
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...nadyahermawan
 
Kasus Drugs related problem 2016
Kasus Drugs related problem 2016Kasus Drugs related problem 2016
Kasus Drugs related problem 2016Citra pharmacist
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutReny Erawati
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseDondy Juliansyah
 
laporan jaga IGD 03-12-2023.pptx
laporan jaga IGD 03-12-2023.pptxlaporan jaga IGD 03-12-2023.pptx
laporan jaga IGD 03-12-2023.pptxIGDMHTG1
 

Semelhante a Overdosis opiat (20)

Overdosis opiat
Overdosis opiatOverdosis opiat
Overdosis opiat
 
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptxTatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis  2023.pptx
Tatalaksana Gejala Non Nyeri - Pelatihan Paliatif bagi Tenaga Medis 2023.pptx
 
Tugas ninir
Tugas ninirTugas ninir
Tugas ninir
 
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptxASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
 
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
 
Penatalaksanaan syok-anafilaktik
Penatalaksanaan syok-anafilaktikPenatalaksanaan syok-anafilaktik
Penatalaksanaan syok-anafilaktik
 
Anaphylaxis
AnaphylaxisAnaphylaxis
Anaphylaxis
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan
 
Terapi somatik
Terapi somatikTerapi somatik
Terapi somatik
 
Farmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem SarafFarmakologi Sistem Saraf
Farmakologi Sistem Saraf
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul Demam
 
Modul Demam
Modul DemamModul Demam
Modul Demam
 
preskripsi ispa
preskripsi ispapreskripsi ispa
preskripsi ispa
 
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
 
Kasus Drugs related problem 2016
Kasus Drugs related problem 2016Kasus Drugs related problem 2016
Kasus Drugs related problem 2016
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
 
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
 
laporan jaga IGD 03-12-2023.pptx
laporan jaga IGD 03-12-2023.pptxlaporan jaga IGD 03-12-2023.pptx
laporan jaga IGD 03-12-2023.pptx
 
Pp kep kritis sistim saraf
Pp kep kritis sistim sarafPp kep kritis sistim saraf
Pp kep kritis sistim saraf
 

Mais de Musa Hutauruk (20)

Aplikasi teori inteligensi sternberg dalam pendidikan
Aplikasi teori inteligensi sternberg dalam pendidikanAplikasi teori inteligensi sternberg dalam pendidikan
Aplikasi teori inteligensi sternberg dalam pendidikan
 
Presentation
Presentation Presentation
Presentation
 
Uu narkotika
Uu narkotikaUu narkotika
Uu narkotika
 
Kepatuhan berobat
Kepatuhan berobatKepatuhan berobat
Kepatuhan berobat
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
Motivasi
MotivasiMotivasi
Motivasi
 
Terciptanya seorang pecandu
Terciptanya seorang pecanduTerciptanya seorang pecandu
Terciptanya seorang pecandu
 
Komunikasi antar personal
Komunikasi antar personalKomunikasi antar personal
Komunikasi antar personal
 
Farmakologi arv
Farmakologi arvFarmakologi arv
Farmakologi arv
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
 
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
Gangguankepribadian 111206041013-phpapp01
 
Step 12
Step 12Step 12
Step 12
 
Step 11
Step 11Step 11
Step 11
 
Step 7
Step 7Step 7
Step 7
 
Step 9
Step 9Step 9
Step 9
 
Step 9 (prinsip spiritual) 1
Step 9 (prinsip spiritual) 1Step 9 (prinsip spiritual) 1
Step 9 (prinsip spiritual) 1
 
Step 6
Step 6Step 6
Step 6
 
Step 3
Step 3Step 3
Step 3
 
Step 5
Step 5Step 5
Step 5
 

Overdosis opiat

  • 1. Nanang Sukmana Subbagian Alergi & Imunologi Klinik Bag. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI/ RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
  • 2.
  • 3. ( diacetyl morphine )  Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin  Dalam waktu 5 menit ® setelah suntikan dirubah menjadi morfin  Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin) melebihi heroin  Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak ® mudah intoksikasi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI PUTAUW
  • 4. = Coke Charlie Snow  Euphoria = perasaan senang yang berlebihan  Stress / gelisah ® hilang  Aktif / atraktif  Membangkitkan gairah
  • 5. = Heroin / Morfin = Extasy
  • 6. = Mariyuana / Cannabis Perasaan senang Ramah Berperilaku diluar karakter Berperilaku lucu
  • 7. Complications from Heroin Use ¨ Acute fatal reaction ¨ Allergic and febrile reactions ¨ Cardiovascular system Rhythm disturbances, infarction of heart valves (endocarditis), inflammation of small arteries (vasculitis), inflammation and clotting of veins (thrombophlebitis) ¨ Dermatologic problems Abscesses, ulcers, hyperpigmented areas, track marks, scarring, sweelling ¨ Endocrine system Low blood sugar, sexual dysfunction Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 8. KKeerraaccuunnaann ddii RRSSCCMM 1996 : 38 kasus 1997 : 96 kasus Urutan : 1. Organofosfat 2. Extasi 3. Opiat 1998 : 118 kasus Urutan : 1. Extasi 2. Opiat 3. Organofosfat Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 9. Gambaran Narkoba di RSCM Dari catatan medik Unit Gawat Darurat (Dr. Nanang Sukmana,dkk) 1998 : 62 kasus overdosis 1999 : 203 kasus overdosis  Overdosis putaw (opiat) 166 (82%)  Overdosis shabu-shabu (amfetamin) 37 (18%)  Laki-laki 172. Perempuan 31  Meninggal 11 orang Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 10. Jumlah Penderita Pengguna Narkoba yang dirawat di berbagai RS. Swasta RS. IM = 743 (dari 1997 - 1999) RS. AG = 1120 (Oktober 1997 - 1999) RS.MMA = 251 (selama 1 tahun) RS. TH = 286 (Jan.1999 - Des.1999) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 11. EEmmeerrggeennssii • • • • • • • • • • Intoksikasi opiat: 1997 - Oktober 1999 ® 62 kasus Pemberian nalokson Berhasil ( 100 %) 90 % dapat Antibiotika 3 meninggal di ruangan karena sepsis Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 12. Emergensi Pneumonia HCV / HIV PEMAKAI SEHAT Kelompok risiko tinggi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 13.
  • 14. NNeeuurroottrraannssmmiitttteerr Opioid : Endorphin/Encephalin Benzo : GABA - A (g aminobutiric acid A tipe receptor) Cocaine Amphet ( Extasy ) DOPAMIN + 5 HT ( serotonin ) • • • • • Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 15. BEBERAPA JENIS RESEPTOR Reseptor Mu1 (m1) : analgesik, euporia, dan hipotermia Mu2 (m2) : bradikardi, depresi napas, miosis, euporia, penurunan kontraksi usus, dan ketergantungan fisik. Reseptor Kappa (k) : spinal analgesik, depresi napas, miosis, dan hipotermia. Reseptor Delta (s) : depresi napas, disporia, halusinasi, vasomotor stimulasi. Reseptor Gamma (g): inhibisi otot polos, spinal analgesik?. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 16. RECEPTOR TYPE AND ACTION Morphine Meperidine Pentazocine Nalorphine Naloxone m Ag (+++) Ag (-) Ant (-) Ant (---) K Ag (+) Ag (+) Ant** (-) Ant (-) s- (0) Ag (+) (Ant) +++ Ant (-) g Ag (+) Ant (-) Key Ag = agonist; Ant = antagonist; +++ = stronger agonist; --- = stronger antagonist; * = some effects for o agonist are antagonized by naloxone; and ** = partial agonist Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 17. Mekanisme Kerja Endorphin di Otak dalam keadaan Normal Endorphin (endogen morfin) Reseptor Opiat m1 m2 Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 18. Mekanisme Kerja Opiat di Otak pada Pengguna Morfin Endorphin (endogen morfin) Narcan Nalokson Reseptor Opiat m1 m2 Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 19. Metabolisme HHeerrooiinn (( PPuuttaaww )) • • • • • 6 monoacetyl morphine di - hidrolisa (6-10 menit) morphine liver • Mo 3 monoglucoronide • Mo 6 monoglucoronide (20-30 menit) water soluble Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 20. Heroin/putaw (diasetil morphin) Morfin • Mo 3 monoglucoronide • Mo 6 monoglucoronide Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 21.
  • 22. AAnnaammnneessiiss Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan termasuk obat yang sering dipakai. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman dan petugas tentang obat yang digunakan. Tanyakan dan simpan (untuk pemeriksaan toksikologis) sisa obat, muntahan yang masih ada. Tanyakan riwayat alergi obat atau riwayat syok anafilaksis Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 23. • Khas : DDIIAAGGNNOOSSIISS  Pinpoint  Depresi napas  Membaik dengan Nalokson • Bekas suntikan (needle track sign ) • Pemeriksaan kualitatif urin Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 24. Gejala Putus Obat  Penderita yang menghentikan pemakaian opiat akan terjadi gejala-gejala putus obat yang disebabkan karena reseptor opiat tidak terisi lagi oleh morfin.  Aktivasi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan jumlah reseptor yang teraktivasi dan banyaknya morfin yang menduduki reseptor tersebut. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 25. Gejala Putus Obat Tanda-tanda subjektif · Pasien mengeluh sugesti (rasa keinginan atau hasrat yang sangat besar untuk memperoleh dan menggunakan kembali opiat) · Anxietas, gelisah, mudah tersinggung · Mialgia (rasa sakit dan pegal otot dipunggung, kaki dan seluruh tubuh) · Artralgia (tulang-tulang ngilu) · Sakit dan kram perut · Tidak ada selera makan Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 26. Gejala Putus Obat Tanda-tanda objektif · Mengantuk · Pilek sampai bersin (flulike syndrome, rhinorrhea) · Lakrimasi (mengeluarkan air mata) · Dilatasi pupil (diameter pupil membesar) · Vasodilatasi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga pasien merasa panas dingin, meriang dan berkeringat berlebihan · Piloereksi (merinding yang muncul hilang timbul) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 27. Gejala Putus Obat Tanda-tanda objektif (lanjutan) · Takikardi · Meningginya tekanan darah · Meningkatnya respirasi (pernapasan) secara mencolok · Suhu badan meninggi · Mual, muntah · Diare · Insomnia · Gemetar/tremor · Kejang-kejang kecil · Lemas Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 28. Gejala Putus Obat = ¨ Mata berair ¨ Seperti pilek ¨ Bersin ¨ Keringat banyak ¨ Tangan gemetar ¨ Kulit angsa
  • 29. 0 drug craving anxiety 1 yawning lacrimation sweating rinorhea 2 mydriasis muscle twitching goose flesh anorexia 3 insomnia Abd. cramps ­ pulse Vomiting /diarrhea ­ RR Weakness ­ BP Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 30. Table 3. Effects of Opiate Administration and Opiate Withdrawal Opiate Administration Hypothermia Decrease in blood pressure Peripheral vasodilation, skin flushed and warm Miosis (pupillary constriction) Drying of secretions Constipation Respiratory depression Decreased urinary 17-ketosteroid levels Antitusive Decreased sex drive Relaxation Analgesia Euphoria Opiate Withdrawal Hyperthermia Increase in blood pressure Piloerection (gooseflesh), chillines Mydriasis (pupillary dilation) Lacrimation, rhinorrhea Diarrhea Yawning, panting Increased urinary 17-ketosteroid levels Sneezing Spontaneous ejaculations and orgasms Restlessness, insomnia Pain and irritability Depression Source.From Jaffe (1985) and Jaffe and Martin (1985) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 31.
  • 32. Emergensi Hospitalisasi Habilitasi Penyuluhan Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 33. Kelompok : · Pengguna sakit · Pengguna sehat · Risiko Tinggi HIV HCV Pneumonia,dll Adiksi Craving Putus obat / withdrawal Kultural Persepsi Bahaya Narkotika ¨ Knowledge ¨ Attitude ¨ Motivation ¨ Supportive ¨ Relationship Informasi Obat Psikiatri Psikiater Psikolog Guru (BP) Orang tua (POMG) OSIS Continue/pengendali program Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 34.  Sistem emergensi  Strategi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 35. INTOKSIKASI / KERACUNAN KENYATAAN DI LAPANGAN KESULITAN PENATALAKSANAAN • Penyebab (sukar diketahui) • Kerusakan Multi Organ • • • • • Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 36. INTOKSIKASI / KERACUNAN • Cepat • Tepat Pulih  Komplikasi  Kematian Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 37. HIV HCV Pneumonia drug abuse Infected Carditis Kelainan neurologi Kelainan Psikiatri (withdrawal / putus obat) Pokdisus AIDS Interna Paru Interna Neurologi Psikiatri Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 38. • Medical Oriented • Religi Oriented • Traditional Oriented Menyatukan dalam pengawasan Pengontrol Program Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 39. Panduan Dokter / Disiplin lain Kualitas Hidup Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 40.
  • 41. P r in sip P en atalaksan aan K asu s K eracu n an Penatalaksanaan kegawatan Penilaian Klinis Dekontaminasi racun Pemberian antidotum Terapi suportif Observasi dan konsultasi Rehabilitasi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 42. K eadaan K lin is Yan g P er lu M en dapat P erh atian Koma Kejang Henti jantung Henti napas Syok Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 43. P en atalak san aan K egawatan A (Airways) bebaskan jalan napas dari sumbatan bahan muntahan, lendir, gigi palsu, dll. Bila perlu dengan perubahan posisi dan oropharyngeal airway dan alat penghisap lendir. B (Breathing) jaga agar pernapasan sebaik mungkin dan bila memang diperlukan dapat dengan alat respirator. C (Circulation) tekanan darah dan volume cairan harus dipertahankan secukupnya dengan pemberian cairan. Bila terjadi henti jantung lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru). Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 44. OOppiiaatt  Antinyeri melalui efek depresi pada otak ® chest pain, udem paru, keganasan  Sering disalah gunakan Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 45. OO PP II AA TT , SS EE DD AA TT II VV EE, OO RR EE TT HH AA NN OO LL II NN TT OO XX II CC AA TT II OO NN Koma Depresi pernapasan MIOSIS Hipotensi Bradikardi Hipotermi Edema pulmoner Bising usus menurun Hiporefleksi Kejang (kasus berat) NNaarrkkoottiikk BBaarrbbiittuuiirraatt BBeennzzooddiiaazzeeppiinn MMeepprroobbaammaatt EEttaannooll KKlloonniiddiinn Opiat : morpin, pethidin, heroin, dan kodein Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 46. Tabel 1. Jenis obat opium, dosis fatal, dan dosis pengobatan Jenis Obat Kodein Dextrometorphan Heroin Loperamid (imodium) Meperidin (petidin) Morpin Naloxone (Narcan)*) Opium (Papaver somniferum) Pentazocaine (Talwin) Dosis fatal Dosis pengobatan (grm) (mg) 0,8 60 0,5 60-120/day 0,2 4 0,5 1 100 0,2 10 0,3 0,3 *) Antagonis narkotika. Dosis s/d 5 mg tidak menyebabkan kematian. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 47. Tabel 2. Perkiraan waktu deteksi dalam urin beberapa jenis obat Jenis obat Lamanya waktu bisa dideteksi Amfetamin 2 hari Barbiturat 1 hari (short acting) 3 minggu (long acting) Benzidiazepin 3 hari Kokain 2 - 4 hari Kodein 2 hari Heroin 1 - 2 hari Methadone 3 hari Morpin 2 - 5 hari Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 48. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D A. Penanganan Kegawatan :  Bebaskan jalan napas  Berikan oksigen sesuai kebutuhan  Pasang infus NaCl 0,9%; atau D5% emergensi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 49. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D B. Pemberian antidotum nalokson :  Tanpa hipoventilasi: Dosis awal diberikan 0,4 mg iv (pelan-pelan atau diencerkan)  Dengan hipoventilasi: Dosis awal diberikan 1-2 mg iv (pelan-pelan atau diencerkan)  Bila tidak ada respon diberikan nalokson 1-2 mg iv tiap 5-10 menit hingga timbul respon atau mencapai dosis maksimal 10 mg Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 50. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D  Efek nalokson berkurang 20–40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat tanda-tanda penurunan kesadaran, pernapasan dan perubahan pada pupil serta tanda vital lainnya selama 24 jam. Untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu ampul dalam 500 cc D5% atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4 – 6 jam.  Simpan sampel urin untuk pemeriksaan opiat urin dan lakukan foto toraks. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 51. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D  Pertimbangkan pemasangan ETT (endotracheal tube) bila : A. Pernapasan tidak adekuat setelah pemberian nalokson yang optimal. B. Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup C. Hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson yang optimal.  Pasien dipuasakan ± 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme pilorik Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 52. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D ¨ Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM untuk penilaian keadaan klinis dan rencana rehabilitasi. ¨ Dalam menjalankan semua tindakan harus memperhatikan prinsip-prinsip kewaspadaan universal oleh karena tingginya angka prevalensi hepatitis C dan HIV. ¨ Bila diperlukan, dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 53. Edema paru diobati sesuai dengan antidotnya yaitu pemberian naloxon disamping oksigen dan respirator bila diperlukan. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 54. Hipotensi diberikan cairan IV yang adekuat, dapat dipertimbangkan pemberian dopamin dengan dosis 2 - 5 mcg/Kg BB/menit dan dapat ditritasi bila diperlukan. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 55. Emergensi ·Overdosis ·Gejala putus obat/Kegawatan Psikiatri ·Emergensi Komplikasi(ARDS,AIDS, Hepatitis, dll) IGD · Penanganan sesuai besar masalah Indikasi rawat Tidak Ya Observasi 6 jam Rawat Perburukan Pulang HCU ICU Ruang rawat inap Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 56.
  • 57. Nanang Sukmana Subbagian Alergi Imunologi Klinik Bag. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI/ RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
  • 58. TTaabbeell 11 :: SSeebbaarraann MMeennuurruutt UUmmuurr Um u r Ju m la h % 1 5 0 0 1 5 – 1 9 5 1 2 5 ,1 2 2 0 – 2 4 7 9 3 8 ,9 2 2 5 – 2 9 4 0 1 9 ,7 0 3 0 – 3 4 1 7 8 ,3 8 3 5 – 3 9 8 3 , 9 4 3 9 8 3 ,9 4 To t a l 2 0 3 1 0 0
  • 59. TTaabbeell 22 :: DDiissttrriibbuussii KKoommpplliikkaassii ( IIVVDDUU )) YYaanngg DDiitteemmuukkaann ddii UUGGDD Kom p lik a s i ( n = 1 6 6 ) Ju m la h % Ga ga l Na fa s 8 8 5 3 .3 0 P n e u m o n ia 5 1 3 0 .7 2 SBE 2 2 1 3 .2 5 Men in git is 8 4 .8 2 CR F 3 1 .8 0 D IC 3 3 .8 0 P r o lo n g Fe b r is 4 2 .4 0 H em ip a r e s e 2 1 .2 0 H em a p t o e 2 1 .2 0
  • 60. Tabel 33 :: DDiissttrriibbuussii PPeenngggguunnaaaann NNaallookkssoonn Na lo k s o n (am p ) S Or a n g % 1 - 2 4 4 6 1 .9 7 3 - 4 1 9 2 6 .7 6 5 - 6 5 7 .0 4 7 - 8 2 2 .8 2 9 - 1 0 1 1 .4 1 1 0 - - To t a l 7 1 1 0 0
  • 61. Gejala Putus Obat  Penderita yang menghentikan pemakaian opiat akan terjadi gejala-gejala putus obat yang disebabkan karena reseptor opiat tidak terisi lagi oleh morfin.  Aktivasi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan jumlah reseptor yang teraktivasi dan banyaknya morfin yang menduduki reseptor tersebut. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 62. Gejala Putus Obat Tanda-tanda subjektif · Pasien mengeluh sugesti (rasa keinginan atau hasrat yang sangat besar untuk memperoleh dan menggunakan kembali opiat) · Anxietas, gelisah, mudah tersinggung · Mialgia (rasa sakit dan pegal otot dipunggung, kaki dan seluruh tubuh) · Artralgia (tulang-tulang ngilu) · Sakit dan kram perut · Tidak ada selera makan Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 63. Gejala Putus Obat Tanda-tanda objektif · Mengantuk · Pilek sampai bersin (flulike syndrome, rhinorrhea) · Lakrimasi (mengeluarkan air mata) · Dilatasi pupil (diameter pupil membesar) · Vasodilatasi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga pasien merasa panas dingin, meriang dan berkeringat berlebihan · Piloereksi (merinding yang muncul hilang timbul) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 64. Gejala Putus Obat Tanda-tanda objektif (lanjutan) · Takikardi · Meningginya tekanan darah · Meningkatnya respirasi (pernapasan) secara mencolok · Suhu badan meninggi · Mual, muntah · Diare · Insomnia · Gemetar/tremor · Kejang-kejang kecil · Lemas Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 65. Table 3. Effects of Opiate Administration and Opiate Withdrawal Opiate Administration Hypothermia Decrease in blood pressure Peripheral vasodilation, skin flushed and warm Miosis (pupillary constriction) Drying of secretions Constipation Respiratory depression Decreased urinary 17-ketosteroid levels Antitusive Decreased sex drive Relaxation Analgesia Euphoria Opiate Withdrawal Hyperthermia Increase in blood pressure Piloerection (gooseflesh), chillines Mydriasis (pupillary dilation) Lacrimation, rhinorrhea Diarrhea Yawning, panting Increased urinary 17-ketosteroid levels Sneezing Spontaneous ejaculations and orgasms Restlessness, insomnia Pain and irritability Depression Source.From Jaffe (1985) and Jaffe and Martin (1985) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 66. HCV • 57,7% dari 898 orang (data Dr. Nanang. S ) RS. Swasta (Sep 1997-Mei 1999) • 15 (78,9%) dari 19 orang (IGD RSCM) tahun 1999 Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 67. Hepatitis C  Infeksi Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis tipe C yang dalam jangka panjang dapat merusak hati (sirosis)  Kerusakan hati tersebut dapat diperburuk bila terinfeksi virus lain (HIV) atau penyakit-penyakit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh  Keluhan-keluhan umumnya ringan (lemas, lesu, nyeri di epigastrium, mual, nafsu makan menurun, dll)  Kurang lebih 80% penderita yang terinfeksi hepatitis C akan berkembang menjadi Hepatitis C yang kronis (perjalanannya dapat bertahun-tahun) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 68. Hepatitis C (lanjutan)  Hepatitis C ditularkan terutama melalui darah dan produk darah  Penularan melalui ibu hamil dapat terjadi 5% kecuali pada keadaan ibu yang mempunyai jumlah virus dalam darah (viral load) yang tinggi  Peningkatan Hepatitis C seiring dengan penggunaan narkoba dengan suntikan  Pengobatan Hepatitis C dengan pemberian interveron dan ribavirin selama 6-8 bulan Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 69. Upaya - Upaya Pada Penderita Hepatitis C  Cukup istirahat  Hindari konsumsi alkohol, narkoba  Hindari pemakaian obat-obat yang tidak diperlukan (obat pusing, dll)  Makan makanan yang bergizi  Konsultasi rutin dengan dokter Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 70. HIV • 12 (75%) dari 16 orang ( IGD RSCM ) tahun 1999 • 19 orang dari POKDISUS tahun 2000 • 11 (45,8%) dari 24 orang (RS. Sulianti Saroso Jakarta) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 71. HIV / AIDS (1) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) Penularan HIV melalui : 1. Hubungan seksual 2. Transfusi darah 3. Jarum suntik 4. Ibu hamil ke bayinya Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 72. HIV / AIDS (2) Cara penularan yang penting saat ini di Indonesia, yaitu di kalangan pecandu narkotika karena kebiasaan memakai jarum suntik bersama dan jarum yang tidak steril Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 73. HIV / AIDS (3) Untuk mengetahui telah terinfeksi HIV dilakukan tes darah, yang sering digunakan adalah tes antibodi. Hasil tes positif harus diulang dan bila masih positif dilakukan tes konfirmasi dengan tes Western Blot. Bila tak tersedia Western Blot, hasil dinyatakan positif apabila tes penyaring 3 kali positif. Sebaliknya, hasil negatif dapat berarti yang bersangkutan tidak terinfeksi virus HIV atau masih dalam masa jendela. Setelah HIV masuk tubuh terdapat masa tanpa gejala ( 5 - 10 tahun ) disebut masa asimtomatik Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 74. HIV / AIDS (4) Orang dewasa ( 12 tahun ) dianggap menderita AIDS apabila tes HIV (+) dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dengan 1 gejala minor. Gejala mayor : - berat badan menurun 10% dalam 1 bulan - diare kronis 1 bulan - demam berkepanjangan 1 bulan - penurunan kesadaran dan gangguan neurologis - dementia/HIV ensefalopati Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 75. HIV / AIDS (5) Gejala minor : - batuk menetap 1bulan - dermatitis generalisata - herpes zoster multisegmental dan atau berulang - kandidiasis orofaringeal - herpes simpleks kronik progresif - limfadenopati generalisata - infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita Pengobatan : 1. Pengobatan dasar berupa gizi, vitamin serta psikoterapi 2. Pengobatan infeksi oportunistik 3. Pengobatan antiretroviral Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 76. Pneumonia Drug Abuse (Infeksi Paru oleh karena Opiat) 1 Sering terjadi pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi (aspirasi pneumonia). Pada pemakaian lama opiat baik intravena maupun inhalan (dihirup) sering ditemukan kerusakan jaringan paru berupa proses fibroinfiltrat. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 77. Pneumonia Drug Abuse (Infeksi Paru oleh karena Opiat) 2 Bila telah terjadi fibrotik maka jaringan tersebut tidak akan membaik (fibrotik akan menetap) dan bahkan jaringan tersebut akan meningkatkan fragilitas yang tinggi dan bermanifestasi hemoptoe ringan sampai berat. Keadaan ini disebut pneumonia drug abuse yang pada akhirnya merupakan sumber infeksi (locus minorus) pada organ paru. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 78. Pneumonia Drug Abuse (Infeksi Paru oleh karena Opiat) 3 Gejala dan keluhan pemakai opiat dengan komplikasi paru : • Gangguan kesadaran • Batuk-batuk • Batuk dengan sputum purulen • Batuk dengan sputum kehitaman • Batuk darah • Demam • Sakit dada • Sesak napas Ditemukan ronkhi diparu dan pada foto rontgen terlihat gambaran fibroinfiltrat dilapangan bawah paru. Kerusakan tersebut bergantung pada lama pemakaian opiat, cara (rute) pemakaian, dan daya tahan tubuh. Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 79. Pneumonia Drug Abuse (Infeksi Paru oleh karena Opiat) 4 Pengobatan :  Oksigen yang cukup  Medikamentosa (pemberian antibiotika)  Bila ada hasil resistensi regimen pengobatan disesuaikan dengan sensitifitas Semua pemberian obat tersebut antara 10-14 hari atau bergantung pada gejala klinis Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 80. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)1 Adalah infeksi mikrobial pada lapisan dinding jantung dengan karakteristik terjadinya suatu endapan (vegetasi) pada daun katup dan dapat meluas kebagian lain. Pada pengguna obat opiat secara suntikan ( intravena ) biasanya lesi terjadi di katup kanan jantung (45%) dan katup jantung kiri (15%) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 81. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)2  Etiologi : • Staphylococcus coagulase ( 50% ) • Streptococcus ( 15% )  Keluhan : - demam ( 75-100% ) - rasa lesu ( 30% ) - anoreksia (tidak nafsu makan) dan penurunan berat badan ( 10-15% ) - sesak napas ( 10% )  Pemeriksaan fisik : bervariasi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 82. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)3  Pemeriksaan tambahan : • Leukositosis (meningkatnya sel darah putih) pada fase akut • Laju endap darah meningkat • Anemia sering ditemukan • Foto rontgen dada mungkin menunjukkan tanda awal bendungan (kongesti) dan infiltrat di paru Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 83. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)4  Pemeriksaan khusus : - Biakan darah - Ekhokardiografi  Pengobatan : 1. Medikal non-bedah : pemberian obat antibiotika 2. Bedah Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 84. Adverse Effects of Mood-Altering Drugs on Pregnancy and the Newborn Drug Alcholol Amphetamines Barbiturates, sedatives, tranquilizers Cannabis Coccaine Heroin Marijuana Methadone Nicotine Phencyclidine Spontaneous Abortion + ++ + Premature Delivery + ++ + Perinatal Mortality ++ ++ Neonatal Withdrawal + + +/- Fetal Distress + + +/- ++ ++ Congenital Abnormality + ++ +/- Opiat dan Kehamilan + Adverse effects; +/- Effects not consistently documented Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 85. Opiat dan Kehamilan Complications of Heroin Use in Pregnant Women  Abortion  Infection of amniotic fluid  Intrauterine death  Placenta insufficiency  Premature labor  Premature rupture of membranes  Toxemia Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 86. Hepatitis C imunitas yang menurun HIV/AIDS Pneumonia drug abuse Gejala putus obat (sakau) Infected carditis Infeksi lain Kelompok pengguna opiat Kelainan neurologi Komplikasi pada kehamilan Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 87. ( diacetyl morphine )  Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin  Dalam waktu 5 menit ® setelah suntikan dirubah menjadi morfin  Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin) melebihi heroin  Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak ® mudah intoksikasi Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI PUTAUW
  • 88. = Coke Charlie Snow  Euphoria = perasaan senang yang berlebihan  Stress / gelisah ® hilang  Aktif / atraktif  Membangkitkan gairah
  • 89. = Heroin / Morfin = Extasy
  • 90. = Mariyuana / Cannabis Perasaan senang Ramah Berperilaku diluar karakter Berperilaku lucu
  • 92. Gejala Putus Obat = ¨ Mata berair ¨ Seperti pilek ¨ Bersin ¨ Keringat banyak ¨ Tangan gemetar ¨ Kulit angsa
  • 93. Street Names for Heroin Bing Boy Jive Brown Caballo Chivo Crap Dead on Arrival Dope Doo Doo Duke Dynamite Estuffan Foolish Pleasure Funk H Hombre Horse Jive Junk La Bamba Mud Scat Shit Skag Smack Sugar Sweet Jesus Tango and Cash Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 94. Rute (Pemakai Heroin) Smoking Snorting Sniffing Injeksi bawah kulit (skin popping) IV (intra vena) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 95. Heroin Withdrawal Signs and Symptoms Mild Yawning Tearing of eyes Running nose Sneezing Sweating Moderate Loss of appetite Dilated pupils Tremors Gooseflesh (termed “cold turkey”) Marked Deep breathing Fever Restlessness Agitation Elevated blood pressure Severe Vomiting Abdominal cramps Diarrhea Muscle spasms ( termed “ kicking the habit “ ) Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 96. Types of Heroin Street Name Heroin preparations Number 1 Number 2 Number 3 – white Number 4 Black Tar Iranian Heroin (Dava, Rufus, Persian Brown) Red Chicken Composition and /or Color Crude morphine base; tan/brown White/gray May contain caffeine ( 30- 50% ) Or small dose of Strychnine (rarely); tan/gray White to yellow Higher-quality heroin Heroin with adulterants, Becoming dark, reddish Brown powder Heroin and red dye, fentanyl Method of Administration Smoking Injection and smoking Smoking Injection Injection Injection Smoking, Injection Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 97. Street Name Heroin combinations Mexican brown Bombitas Speedball Designer “heroin” China White Tango and Cash MPPP, MPTP Other illicit opiate Preparations* Blue Velvet,Ts and Blues Loads (Setups) Types of Heroin Composition and /or Color Heroin and coffee Heroin and amphetamines Heroin and cocaine Fentanyl analogues Fentanyl analogues Meperidine analogues Pentazocine, tripelennamine Codeine, glutethimide (Doriden) Method of Administration Injection Injection Injection Injection Injection Injection Injection Injection Injection * Used when heroin is unavailable Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 98. Complications from Heroin Use ¨ Acute fatal reaction ¨ Allergic and febrile reactions ¨ Cardiovascular system Rhythm disturbances, infarction of heart valves (endocarditis), inflammation of small arteries (vasculitis), inflammation and clotting of veins (thrombophlebitis) ¨ Dermatologic problems Abscesses, ulcers, hyperpigmented areas, track marks, scarring, sweelling ¨ Endocrine system Low blood sugar, sexual dysfunction Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 99. Complications from Heroin Use ¨ Gastrointestinal tract Decreased stomach-emptying, bile secretion, and intestinal activity, constipation ¨ Hematologic and immunological abnormalities ¨ Liver Hepatitis, chronic liver disease ¨ Infections in multiple organ systems ¨ Respiratory system Increased susceptibility to pulmonary infections; incresead pressure in pulmonary vessels Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
  • 100. Purposive : Behavior ( 24 jam ) - Nervous - Anxietas - Tergantung terhadap uang / obat Non-purposive symptoms ( 8 – 12 jam ) Mild – severe setelah suntikan Bisa berlanjut 38 – 48 jam Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI