Dokumen tersebut membahas heroin (putaw), obat opioid yang berasal dari morfin dengan kekuatan 3-5 kali lebih besar dari morfin. Heroin akan terhidrolisis menjadi morfin dalam waktu 5 menit dan konsentrasi morfin akan melebihi heroin dalam 40 menit. Dokumen ini juga membahas gejala-gejala keracunan dan penarikan opioid serta penatalaksanaan kasus keracunan obat.
1. Nanang Sukmana
Subbagian Alergi & Imunologi Klinik
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UI/
RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
2.
3. ( diacetyl morphine )
Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin
Dalam waktu 5 menit ® setelah suntikan dirubah
menjadi morfin
Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin)
melebihi heroin
Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak
® mudah intoksikasi
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
PUTAUW
4. = Coke
Charlie
Snow
Euphoria = perasaan senang yang berlebihan
Stress / gelisah ® hilang
Aktif / atraktif
Membangkitkan gairah
7. Complications from Heroin Use
¨ Acute fatal reaction
¨ Allergic and febrile reactions
¨ Cardiovascular system
Rhythm disturbances, infarction of heart valves (endocarditis),
inflammation of small arteries (vasculitis), inflammation and
clotting of veins (thrombophlebitis)
¨ Dermatologic problems
Abscesses, ulcers, hyperpigmented areas, track marks, scarring,
sweelling
¨ Endocrine system
Low blood sugar, sexual dysfunction
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
8. KKeerraaccuunnaann ddii
RRSSCCMM
1996 : 38 kasus
1997 : 96 kasus
Urutan : 1. Organofosfat
2. Extasi
3. Opiat
1998 : 118 kasus
Urutan : 1. Extasi
2. Opiat
3. Organofosfat
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
9. Gambaran Narkoba di RSCM
Dari catatan medik Unit Gawat Darurat (Dr. Nanang Sukmana,dkk)
1998 : 62 kasus overdosis
1999 : 203 kasus overdosis
Overdosis putaw (opiat) 166 (82%)
Overdosis shabu-shabu (amfetamin)
37 (18%)
Laki-laki 172. Perempuan 31
Meninggal 11 orang
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
10. Jumlah Penderita Pengguna Narkoba yang
dirawat di berbagai RS. Swasta
RS. IM = 743 (dari 1997 - 1999)
RS. AG = 1120 (Oktober 1997 - 1999)
RS.MMA = 251 (selama 1 tahun)
RS. TH = 286 (Jan.1999 - Des.1999)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
11. EEmmeerrggeennssii
• • • • • • • • • •
Intoksikasi opiat:
1997 - Oktober 1999 ® 62 kasus
Pemberian nalokson
Berhasil ( 100 %)
90 % dapat Antibiotika
3 meninggal di ruangan karena sepsis
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
12. Emergensi
Pneumonia
HCV / HIV
PEMAKAI SEHAT
Kelompok risiko tinggi
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
13.
14. NNeeuurroottrraannssmmiitttteerr
Opioid : Endorphin/Encephalin
Benzo : GABA - A
(g aminobutiric acid A tipe receptor)
Cocaine
Amphet
( Extasy )
DOPAMIN
+ 5 HT ( serotonin )
• • • • •
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
15. BEBERAPA JENIS RESEPTOR
Reseptor Mu1 (m1) : analgesik, euporia, dan hipotermia
Mu2 (m2) : bradikardi, depresi napas, miosis,
euporia, penurunan kontraksi usus,
dan ketergantungan fisik.
Reseptor Kappa (k) : spinal analgesik, depresi napas,
miosis, dan hipotermia.
Reseptor Delta (s) : depresi napas, disporia, halusinasi,
vasomotor stimulasi.
Reseptor Gamma (g): inhibisi otot polos, spinal analgesik?.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
16. RECEPTOR TYPE AND ACTION
Morphine
Meperidine
Pentazocine
Nalorphine
Naloxone
m
Ag
(+++)
Ag
(-)
Ant
(-)
Ant
(---)
K
Ag
(+)
Ag
(+)
Ant**
(-)
Ant
(-)
s- (0)
Ag
(+)
(Ant)
+++
Ant
(-)
g
Ag
(+)
Ant
(-)
Key Ag = agonist; Ant = antagonist; +++ = stronger agonist; --- = stronger antagonist;
* = some effects for o agonist are antagonized by naloxone; and ** = partial agonist
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
17. Mekanisme Kerja Endorphin di Otak
dalam keadaan Normal
Endorphin
(endogen morfin)
Reseptor
Opiat
m1 m2
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
18. Mekanisme Kerja Opiat di Otak pada Pengguna
Morfin
Endorphin
(endogen morfin)
Narcan
Nalokson
Reseptor
Opiat
m1 m2
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
19. Metabolisme HHeerrooiinn (( PPuuttaaww ))
• • • • •
6 monoacetyl morphine
di - hidrolisa
(6-10 menit)
morphine
liver
• Mo 3 monoglucoronide
• Mo 6 monoglucoronide
(20-30 menit)
water soluble
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
22. AAnnaammnneessiiss
Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh
obat yang digunakan termasuk obat yang sering
dipakai.
Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman
dan petugas tentang obat yang digunakan.
Tanyakan dan simpan (untuk pemeriksaan
toksikologis) sisa obat, muntahan yang masih ada.
Tanyakan riwayat alergi obat atau riwayat syok
anafilaksis
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
23. • Khas :
DDIIAAGGNNOOSSIISS
Pinpoint
Depresi napas
Membaik dengan Nalokson
• Bekas suntikan (needle track sign )
• Pemeriksaan kualitatif urin
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
24. Gejala Putus Obat
Penderita yang menghentikan pemakaian opiat akan terjadi
gejala-gejala putus obat yang disebabkan karena reseptor opiat
tidak terisi lagi oleh morfin.
Aktivasi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan
jumlah reseptor yang teraktivasi dan banyaknya morfin yang
menduduki reseptor tersebut.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
25. Gejala Putus Obat
Tanda-tanda subjektif
· Pasien mengeluh sugesti (rasa keinginan atau hasrat yang
sangat besar untuk memperoleh dan menggunakan kembali opiat)
· Anxietas, gelisah, mudah tersinggung
· Mialgia (rasa sakit dan pegal otot dipunggung, kaki dan seluruh tubuh)
· Artralgia (tulang-tulang ngilu)
· Sakit dan kram perut
· Tidak ada selera makan
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
26. Gejala Putus Obat
Tanda-tanda objektif
· Mengantuk
· Pilek sampai bersin (flulike syndrome, rhinorrhea)
· Lakrimasi (mengeluarkan air mata)
· Dilatasi pupil (diameter pupil membesar)
· Vasodilatasi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga pasien
merasa panas dingin, meriang dan berkeringat berlebihan
· Piloereksi (merinding yang muncul hilang timbul)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
27. Gejala Putus Obat
Tanda-tanda objektif (lanjutan)
· Takikardi
· Meningginya tekanan darah
· Meningkatnya respirasi (pernapasan) secara mencolok
· Suhu badan meninggi
· Mual, muntah
· Diare
· Insomnia
· Gemetar/tremor
· Kejang-kejang kecil
· Lemas
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
28. Gejala Putus Obat =
¨ Mata berair
¨ Seperti pilek
¨ Bersin
¨ Keringat banyak
¨ Tangan gemetar
¨ Kulit angsa
33. Kelompok : · Pengguna sakit
· Pengguna sehat
· Risiko Tinggi
HIV
HCV
Pneumonia,dll
Adiksi
Craving
Putus obat / withdrawal
Kultural
Persepsi Bahaya Narkotika
¨ Knowledge
¨ Attitude
¨ Motivation
¨ Supportive
¨ Relationship
Informasi Obat
Psikiatri
Psikiater
Psikolog
Guru (BP)
Orang tua (POMG)
OSIS
Continue/pengendali program
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
35. INTOKSIKASI / KERACUNAN
KENYATAAN DI LAPANGAN
KESULITAN PENATALAKSANAAN
• Penyebab (sukar diketahui)
• Kerusakan Multi Organ
• • • • •
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
36. INTOKSIKASI / KERACUNAN
• Cepat
• Tepat Pulih
Komplikasi
Kematian
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
37. HIV
HCV
Pneumonia drug abuse
Infected Carditis
Kelainan neurologi
Kelainan Psikiatri
(withdrawal / putus obat)
Pokdisus AIDS
Interna
Paru
Interna
Neurologi
Psikiatri
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
38. • Medical Oriented
• Religi Oriented
• Traditional Oriented
Menyatukan dalam pengawasan
Pengontrol Program
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
39. Panduan Dokter /
Disiplin lain
Kualitas
Hidup
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
40.
41. P r in sip P en atalaksan aan K asu s
K eracu n an
Penatalaksanaan kegawatan
Penilaian Klinis
Dekontaminasi racun
Pemberian antidotum
Terapi suportif
Observasi dan konsultasi
Rehabilitasi
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
42. K eadaan K lin is Yan g P er lu
M en dapat P erh atian
Koma
Kejang
Henti jantung
Henti napas
Syok
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
43. P en atalak san aan
K egawatan
A (Airways) bebaskan jalan napas dari sumbatan
bahan muntahan, lendir, gigi palsu, dll. Bila perlu
dengan perubahan posisi dan oropharyngeal airway
dan alat penghisap lendir.
B (Breathing) jaga agar pernapasan sebaik mungkin
dan bila memang diperlukan dapat dengan alat
respirator.
C (Circulation) tekanan darah dan volume cairan harus
dipertahankan secukupnya dengan pemberian cairan.
Bila terjadi henti jantung lakukan RJP (Resusitasi
Jantung Paru).
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
44. OOppiiaatt
Antinyeri melalui efek depresi pada
otak
® chest pain, udem paru, keganasan
Sering disalah gunakan
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
45. OO PP II AA TT , SS EE DD AA TT II VV EE, OO RR
EE TT HH AA NN OO LL II NN TT OO XX II CC AA TT II OO NN
Koma
Depresi pernapasan
MIOSIS
Hipotensi
Bradikardi
Hipotermi
Edema pulmoner
Bising usus menurun
Hiporefleksi
Kejang (kasus berat)
NNaarrkkoottiikk
BBaarrbbiittuuiirraatt
BBeennzzooddiiaazzeeppiinn
MMeepprroobbaammaatt
EEttaannooll
KKlloonniiddiinn
Opiat : morpin, pethidin, heroin, dan kodein
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
47. Tabel 2. Perkiraan waktu deteksi dalam urin
beberapa jenis obat
Jenis obat Lamanya waktu bisa dideteksi
Amfetamin 2 hari
Barbiturat 1 hari (short acting)
3 minggu (long acting)
Benzidiazepin 3 hari
Kokain 2 - 4 hari
Kodein 2 hari
Heroin 1 - 2 hari
Methadone 3 hari
Morpin 2 - 5 hari
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
48. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D
A. Penanganan Kegawatan :
Bebaskan jalan napas
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Pasang infus NaCl 0,9%; atau D5% emergensi
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
49. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D
B. Pemberian antidotum nalokson :
Tanpa hipoventilasi: Dosis awal diberikan 0,4 mg iv
(pelan-pelan atau diencerkan)
Dengan hipoventilasi: Dosis awal diberikan 1-2 mg iv
(pelan-pelan atau diencerkan)
Bila tidak ada respon diberikan nalokson 1-2 mg iv
tiap 5-10 menit hingga timbul respon atau mencapai
dosis maksimal 10 mg
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
50. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D
Efek nalokson berkurang 20–40 menit dan pasien dapat jatuh
kedalam keadaan overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan
ketat tanda-tanda penurunan kesadaran, pernapasan dan
perubahan pada pupil serta tanda vital lainnya selama 24 jam.
Untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu ampul
dalam 500 cc D5% atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4 – 6 jam.
Simpan sampel urin untuk pemeriksaan opiat urin dan
lakukan foto toraks.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
51. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D
Pertimbangkan pemasangan ETT (endotracheal tube) bila :
A. Pernapasan tidak adekuat setelah pemberian nalokson
yang optimal.
B. Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup
C. Hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson
yang optimal.
Pasien dipuasakan ± 6 jam untuk menghindari aspirasi
akibat spasme pilorik
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
52. Protokol Penanganan Overdosis Opiat di I.G.D
¨ Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM untuk penilaian
keadaan klinis dan rencana rehabilitasi.
¨ Dalam menjalankan semua tindakan harus memperhatikan
prinsip-prinsip kewaspadaan universal oleh karena
tingginya angka prevalensi hepatitis C dan HIV.
¨ Bila diperlukan, dapat dipasang NGT untuk
mencegah aspirasi.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
53. Edema paru diobati sesuai dengan antidotnya yaitu
pemberian naloxon disamping oksigen dan
respirator bila diperlukan.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
54. Hipotensi diberikan cairan IV yang adekuat, dapat
dipertimbangkan pemberian dopamin dengan dosis
2 - 5 mcg/Kg BB/menit dan dapat ditritasi bila diperlukan.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
55. Emergensi
·Overdosis
·Gejala putus obat/Kegawatan Psikiatri
·Emergensi Komplikasi(ARDS,AIDS, Hepatitis, dll)
IGD
· Penanganan sesuai besar masalah
Indikasi rawat
Tidak Ya
Observasi 6 jam Rawat
Perburukan
Pulang HCU
ICU
Ruang rawat inap
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
56.
57. Nanang Sukmana
Subbagian Alergi Imunologi Klinik
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UI/
RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
58. TTaabbeell 11 :: SSeebbaarraann MMeennuurruutt UUmmuurr
Um u r Ju m la h %
1 5 0 0
1 5 – 1 9 5 1 2 5 ,1 2
2 0 – 2 4 7 9 3 8 ,9 2
2 5 – 2 9 4 0 1 9 ,7 0
3 0 – 3 4 1 7 8 ,3 8
3 5 – 3 9 8 3 , 9 4
3 9 8 3 ,9 4
To t a l 2 0 3 1 0 0
59. TTaabbeell 22 :: DDiissttrriibbuussii KKoommpplliikkaassii ( IIVVDDUU ))
YYaanngg DDiitteemmuukkaann ddii UUGGDD
Kom p lik a s i
( n = 1 6 6 )
Ju m la h %
Ga ga l Na fa s 8 8 5 3 .3 0
P n e u m o n ia 5 1 3 0 .7 2
SBE 2 2 1 3 .2 5
Men in git is 8 4 .8 2
CR F 3 1 .8 0
D IC 3 3 .8 0
P r o lo n g Fe b r is 4 2 .4 0
H em ip a r e s e 2 1 .2 0
H em a p t o e 2 1 .2 0
60. Tabel 33 :: DDiissttrriibbuussii PPeenngggguunnaaaann NNaallookkssoonn
Na lo k s o n
(am p )
S Or a n g %
1 - 2 4 4 6 1 .9 7
3 - 4 1 9 2 6 .7 6
5 - 6 5 7 .0 4
7 - 8 2 2 .8 2
9 - 1 0 1 1 .4 1
1 0 - -
To t a l 7 1 1 0 0
61. Gejala Putus Obat
Penderita yang menghentikan pemakaian opiat akan terjadi
gejala-gejala putus obat yang disebabkan karena reseptor opiat
tidak terisi lagi oleh morfin.
Aktivasi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala sesuai dengan
jumlah reseptor yang teraktivasi dan banyaknya morfin yang
menduduki reseptor tersebut.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
62. Gejala Putus Obat
Tanda-tanda subjektif
· Pasien mengeluh sugesti (rasa keinginan atau hasrat yang
sangat besar untuk memperoleh dan menggunakan kembali opiat)
· Anxietas, gelisah, mudah tersinggung
· Mialgia (rasa sakit dan pegal otot dipunggung, kaki dan seluruh tubuh)
· Artralgia (tulang-tulang ngilu)
· Sakit dan kram perut
· Tidak ada selera makan
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
63. Gejala Putus Obat
Tanda-tanda objektif
· Mengantuk
· Pilek sampai bersin (flulike syndrome, rhinorrhea)
· Lakrimasi (mengeluarkan air mata)
· Dilatasi pupil (diameter pupil membesar)
· Vasodilatasi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga pasien
merasa panas dingin, meriang dan berkeringat berlebihan
· Piloereksi (merinding yang muncul hilang timbul)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
64. Gejala Putus Obat
Tanda-tanda objektif (lanjutan)
· Takikardi
· Meningginya tekanan darah
· Meningkatnya respirasi (pernapasan) secara mencolok
· Suhu badan meninggi
· Mual, muntah
· Diare
· Insomnia
· Gemetar/tremor
· Kejang-kejang kecil
· Lemas
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
65. Table 3. Effects of Opiate Administration and Opiate Withdrawal
Opiate Administration
Hypothermia
Decrease in blood pressure
Peripheral vasodilation, skin flushed and warm
Miosis (pupillary constriction)
Drying of secretions
Constipation
Respiratory depression
Decreased urinary 17-ketosteroid levels
Antitusive
Decreased sex drive
Relaxation
Analgesia
Euphoria
Opiate Withdrawal
Hyperthermia
Increase in blood pressure
Piloerection (gooseflesh), chillines
Mydriasis (pupillary dilation)
Lacrimation, rhinorrhea
Diarrhea
Yawning, panting
Increased urinary 17-ketosteroid levels
Sneezing
Spontaneous ejaculations and orgasms
Restlessness, insomnia
Pain and irritability
Depression
Source.From Jaffe (1985) and Jaffe and Martin (1985)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
66. HCV
• 57,7% dari 898 orang (data Dr. Nanang. S )
RS. Swasta (Sep 1997-Mei 1999)
• 15 (78,9%) dari 19 orang (IGD RSCM)
tahun 1999
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
67. Hepatitis C
Infeksi Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis tipe C yang dalam
jangka panjang dapat merusak hati (sirosis)
Kerusakan hati tersebut dapat diperburuk bila terinfeksi virus lain (HIV)
atau penyakit-penyakit yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
Keluhan-keluhan umumnya ringan (lemas, lesu, nyeri di epigastrium,
mual, nafsu makan menurun, dll)
Kurang lebih 80% penderita yang terinfeksi hepatitis C akan berkembang
menjadi Hepatitis C yang kronis (perjalanannya dapat bertahun-tahun)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
68. Hepatitis C (lanjutan)
Hepatitis C ditularkan terutama melalui darah dan produk darah
Penularan melalui ibu hamil dapat terjadi 5% kecuali pada keadaan ibu
yang mempunyai jumlah virus dalam darah (viral load) yang tinggi
Peningkatan Hepatitis C seiring dengan penggunaan narkoba
dengan suntikan
Pengobatan Hepatitis C dengan pemberian interveron dan ribavirin
selama 6-8 bulan
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
69. Upaya - Upaya Pada Penderita Hepatitis C
Cukup istirahat
Hindari konsumsi alkohol, narkoba
Hindari pemakaian obat-obat yang tidak diperlukan (obat pusing, dll)
Makan makanan yang bergizi
Konsultasi rutin dengan dokter
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
70. HIV
• 12 (75%) dari 16 orang ( IGD RSCM )
tahun 1999
• 19 orang dari POKDISUS tahun 2000
• 11 (45,8%) dari 24 orang
(RS. Sulianti Saroso Jakarta)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
71. HIV / AIDS (1)
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) disebabkan
oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Penularan HIV melalui :
1. Hubungan seksual
2. Transfusi darah
3. Jarum suntik
4. Ibu hamil ke bayinya
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
72. HIV / AIDS (2)
Cara penularan yang penting saat ini di Indonesia,
yaitu di kalangan pecandu narkotika karena
kebiasaan memakai jarum suntik bersama dan
jarum yang tidak steril
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
73. HIV / AIDS (3)
Untuk mengetahui telah terinfeksi HIV dilakukan tes darah, yang sering
digunakan adalah tes antibodi.
Hasil tes positif harus diulang dan bila masih positif dilakukan tes konfirmasi
dengan tes Western Blot. Bila tak tersedia Western Blot, hasil dinyatakan
positif apabila tes penyaring 3 kali positif.
Sebaliknya, hasil negatif dapat berarti yang bersangkutan tidak terinfeksi
virus HIV atau masih dalam masa jendela.
Setelah HIV masuk tubuh terdapat masa tanpa gejala ( 5 - 10 tahun )
disebut masa asimtomatik
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
74. HIV / AIDS (4)
Orang dewasa ( 12 tahun ) dianggap menderita AIDS apabila tes HIV (+)
dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dengan 1 gejala minor.
Gejala mayor :
- berat badan menurun 10% dalam 1 bulan
- diare kronis 1 bulan
- demam berkepanjangan 1 bulan
- penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- dementia/HIV ensefalopati
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
75. HIV / AIDS (5)
Gejala minor :
- batuk menetap 1bulan
- dermatitis generalisata
- herpes zoster multisegmental dan atau berulang
- kandidiasis orofaringeal
- herpes simpleks kronik progresif
- limfadenopati generalisata
- infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Pengobatan :
1. Pengobatan dasar berupa gizi, vitamin serta psikoterapi
2. Pengobatan infeksi oportunistik
3. Pengobatan antiretroviral
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
76. Pneumonia Drug Abuse
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 1
Sering terjadi pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi (aspirasi
pneumonia).
Pada pemakaian lama opiat baik intravena maupun inhalan
(dihirup) sering ditemukan kerusakan jaringan paru berupa proses
fibroinfiltrat.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
77. Pneumonia Drug Abuse
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 2
Bila telah terjadi fibrotik maka jaringan tersebut tidak akan
membaik (fibrotik akan menetap) dan bahkan jaringan tersebut
akan meningkatkan fragilitas yang tinggi dan bermanifestasi
hemoptoe ringan sampai berat.
Keadaan ini disebut pneumonia drug abuse yang pada akhirnya
merupakan sumber infeksi (locus minorus) pada organ paru.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
78. Pneumonia Drug Abuse
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 3
Gejala dan keluhan pemakai opiat dengan komplikasi paru :
• Gangguan kesadaran
• Batuk-batuk
• Batuk dengan sputum purulen
• Batuk dengan sputum kehitaman
• Batuk darah
• Demam
• Sakit dada
• Sesak napas
Ditemukan ronkhi diparu dan pada foto rontgen terlihat gambaran fibroinfiltrat
dilapangan bawah paru.
Kerusakan tersebut bergantung pada lama pemakaian opiat, cara (rute)
pemakaian, dan daya tahan tubuh.
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
79. Pneumonia Drug Abuse
(Infeksi Paru oleh karena Opiat) 4
Pengobatan :
Oksigen yang cukup
Medikamentosa (pemberian antibiotika)
Bila ada hasil resistensi regimen pengobatan
disesuaikan dengan sensitifitas
Semua pemberian obat tersebut antara 10-14 hari atau bergantung
pada gejala klinis
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
80. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)1
Adalah infeksi mikrobial pada lapisan dinding jantung dengan
karakteristik terjadinya suatu endapan (vegetasi) pada
daun katup dan dapat meluas kebagian lain.
Pada pengguna obat opiat secara suntikan ( intravena )
biasanya lesi terjadi di katup kanan jantung (45%) dan
katup jantung kiri (15%)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
82. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)3
Pemeriksaan tambahan :
• Leukositosis (meningkatnya sel darah putih) pada fase akut
• Laju endap darah meningkat
• Anemia sering ditemukan
• Foto rontgen dada mungkin menunjukkan tanda awal
bendungan (kongesti) dan infiltrat di paru
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
83. Infected Carditis (Infeksi di Jantung)4
Pemeriksaan khusus :
- Biakan darah
- Ekhokardiografi
Pengobatan :
1. Medikal non-bedah : pemberian obat antibiotika
2. Bedah
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
84. Adverse Effects of Mood-Altering Drugs on Pregnancy and the Newborn
Drug
Alcholol
Amphetamines
Barbiturates,
sedatives,
tranquilizers
Cannabis
Coccaine
Heroin
Marijuana
Methadone
Nicotine
Phencyclidine
Spontaneous
Abortion
+
++
+
Premature
Delivery
+
++
+
Perinatal
Mortality
++
++ Neonatal
Withdrawal
+
+
+/-
Fetal
Distress
+
+
+/-
++
++
Congenital
Abnormality
+
++
+/-
Opiat dan Kehamilan
+ Adverse effects; +/- Effects not consistently documented Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
85. Opiat dan Kehamilan
Complications of Heroin Use in Pregnant Women
Abortion
Infection of amniotic fluid
Intrauterine death
Placenta insufficiency
Premature labor
Premature rupture of membranes
Toxemia
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
86. Hepatitis C
imunitas yang menurun
HIV/AIDS
Pneumonia
drug abuse
Gejala
putus obat
(sakau)
Infected carditis
Infeksi lain
Kelompok pengguna
opiat
Kelainan neurologi
Komplikasi pada kehamilan
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
87. ( diacetyl morphine )
Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin
Dalam waktu 5 menit ® setelah suntikan dirubah
menjadi morfin
Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin)
melebihi heroin
Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak
® mudah intoksikasi
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
PUTAUW
88. = Coke
Charlie
Snow
Euphoria = perasaan senang yang berlebihan
Stress / gelisah ® hilang
Aktif / atraktif
Membangkitkan gairah
92. Gejala Putus Obat =
¨ Mata berair
¨ Seperti pilek
¨ Bersin
¨ Keringat banyak
¨ Tangan gemetar
¨ Kulit angsa
93. Street Names for Heroin
Bing
Boy Jive
Brown
Caballo
Chivo
Crap
Dead on Arrival
Dope
Doo Doo
Duke
Dynamite
Estuffan
Foolish Pleasure
Funk
H Hombre
Horse
Jive
Junk
La Bamba
Mud
Scat
Shit
Skag
Smack
Sugar
Sweet Jesus
Tango and Cash
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
94. Rute (Pemakai Heroin)
Smoking
Snorting
Sniffing
Injeksi bawah kulit (skin popping)
IV (intra vena)
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
95. Heroin Withdrawal Signs and Symptoms
Mild
Yawning
Tearing of
eyes
Running nose
Sneezing
Sweating
Moderate
Loss of
appetite
Dilated pupils
Tremors
Gooseflesh
(termed
“cold turkey”)
Marked
Deep
breathing
Fever
Restlessness
Agitation
Elevated blood
pressure
Severe
Vomiting
Abdominal
cramps
Diarrhea
Muscle spasms
( termed
“ kicking
the habit “ )
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
96. Types of Heroin
Street Name
Heroin preparations
Number 1
Number 2
Number 3 – white
Number 4
Black Tar
Iranian Heroin (Dava,
Rufus, Persian Brown)
Red Chicken
Composition and /or Color
Crude morphine base;
tan/brown
White/gray
May contain caffeine ( 30-
50% ) Or small dose of
Strychnine (rarely); tan/gray
White to yellow
Higher-quality heroin
Heroin with adulterants,
Becoming dark, reddish
Brown powder
Heroin and red dye,
fentanyl
Method of
Administration
Smoking
Injection and smoking
Smoking
Injection
Injection
Injection
Smoking, Injection
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
97. Street Name
Heroin combinations
Mexican brown
Bombitas
Speedball
Designer “heroin”
China White
Tango and Cash
MPPP, MPTP
Other illicit opiate
Preparations*
Blue Velvet,Ts and
Blues
Loads (Setups)
Types of Heroin
Composition and /or Color
Heroin and coffee
Heroin and amphetamines
Heroin and cocaine
Fentanyl analogues
Fentanyl analogues
Meperidine analogues
Pentazocine,
tripelennamine
Codeine, glutethimide
(Doriden)
Method of
Administration
Injection
Injection
Injection
Injection
Injection
Injection
Injection
Injection
Injection
* Used when heroin is unavailable
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
98. Complications from Heroin Use
¨ Acute fatal reaction
¨ Allergic and febrile reactions
¨ Cardiovascular system
Rhythm disturbances, infarction of heart valves (endocarditis),
inflammation of small arteries (vasculitis), inflammation and
clotting of veins (thrombophlebitis)
¨ Dermatologic problems
Abscesses, ulcers, hyperpigmented areas, track marks, scarring,
sweelling
¨ Endocrine system
Low blood sugar, sexual dysfunction
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
99. Complications from Heroin Use
¨ Gastrointestinal tract
Decreased stomach-emptying, bile secretion, and intestinal
activity, constipation
¨ Hematologic and immunological abnormalities
¨ Liver
Hepatitis, chronic liver disease
¨ Infections in multiple organ systems
¨ Respiratory system
Increased susceptibility to pulmonary infections; incresead
pressure in pulmonary vessels
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
100. Purposive : Behavior ( 24 jam )
- Nervous
- Anxietas
- Tergantung terhadap uang / obat
Non-purposive symptoms ( 8 – 12 jam )
Mild – severe setelah suntikan
Bisa berlanjut 38 – 48 jam
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI