SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 6
Baixar para ler offline
Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 – 06, Oktober 2009                                                                     ISSN : 1979 - 5971



        KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT
                   Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA
                                                                  Oleh :
                                                                Mappiratu 1)

                                                               ABSTRAK
          Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pengolahan karaginan yang dapat diterapkan di daerah pedesaan melalui
 penggunaan air sebagai pengekstrak karaginan dan penggunaan pupuk KCl (kalium klorida) sebagai pemisah karaginan dalam ekstrak.
 Pencapaian tujuan telah dilakukan penelitian melalui menerapkan perlakuan pengaruh konsentrasi kalium klorida, pengaruh rasio air/rumput laut
 dan pengaruh waktu reaksi terhadap mutu (khusus penggunaan kalium klorida) dan rendemen karaginan. Hasil yang diperoleh memberikan
 keterangan rendemen karaginan dipengaruhi oleh konsentrasi kalium klorida dengan rendemen tertinggi ( 30,18 %) terdapat pada penggunaan
 konsentrasi kalium klorida 0,4 molar, dan rendemen terendah (21,73 %) terdapat pada penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,1 molar.
 Rendemen karaginan pada penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,4 molar tidak berbeda dengan penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,3
 molar. Mutu karaginan ( kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat, viskositas dan kekuatan gel) yang dihasilkan memenuhi
 standar FAO dan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi kalium klorida. Rendemen karaginan dipengaruhi oleh rasio air/rumput laut dengan
 rendemen tertinggi (33,01 %) terdapat pada penggunaan rasio air/rumput laut 55 : 1, dan rendemen terendah (27,98 %) ditemukan pada
 penggunaan rasio air/rumput laut 35 : 1 atas dasar v/b. Rendemen karaginan pada rasio air/rumput laut 55 : 1 tidak berbeda dengan rasio 50 : 1
 dan rasio 45 : 1 atas dasar v/b. Rendemen karaginan dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dengan rendemen tertinggi (33,53 %) ditemukan pada
 penggunaan waktu ekstraksi 3 jam, dan rendemen terendah 26,17 %) terdapat pada penggunaan waktu ekstraksi 1 jam. Rendemen karaginan
 pada waktu ekstraksi 3 jam tidak berbeda dengan waktu reaksi 2 dan 2,5 jam.

 Kata kunci : Rendemen karaginan, mutu karaginan, Eucheuma cottonii



                I.      PENDAHULUAN                                         juga mengandung karaginan kelompok kappa
                                                                            karaginan dengan kandungan yang relatif tinggi,
      Rumput laut termasuk salah satu jenis                                 yakni sekitar 50 %
tanaman perairan yang saat ini telah banyak                                 atas dasar berat kering (Winarno, 1996).
dibudidayakan oleh masyarakat Sulawesi                                      Karaginan dari kelompok kappa (kappa
Tengah dan mempunyai prospek untuk                                          karaginan) termasuk produk olahan rumput laut
dikembangkan terutama rumput laut jenis                                     yang bernilai ekonomi tinggi, yakni 10 sampai
Eucheuma cottoni. Saat ini, Sulawesi Tengah                                 20 kali harga rumput laut (Ma’rup, 2003).
termasuk penghasil rumput laut terbesar                                     Kappa karaginan digunakan sebagai bahan baku
ketiga di Indonesia setelah Nusa Tenggara Barat                             industri farmasi, kosmetik, industri pangan dan
(NTB) dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2008,                                industri lainnya (Mubarak et al., 1990).
produksi rumput laut jenis           E. Cottonii                                   Dengan berpedoman pada nilai ekonomi
mencapai 43.000 ton kering, naik sekitar 100                                kappa karaginan yang tinggi, serta potensi
% dari tahun sebelumnya, yakni 21.000 ton                                   rumput laut Eucheuma cottoni Sulawesi Tengah,
kering pada tahun 2007. Pemerintah Daerah                                   maka usaha pengolahan kappa karaginan
Sulawesi Tengah terus berusaha meningkatkan                                 berpeluang        meningkatkan        pendapatan
produksi yang direncanakan pada tahun 2011,                                 masyarakat dan membuka lapangan usaha,
Sulawesi Tengah         menjadi provinsi Rumput                             terutama masyarakat yang bermukim di daerah
Laut di Indonesia dengan produksi sekitar                                   posisir sebagai sentra produksi rumput laut.
164.000 ton kering (Diskanlut Sulteng, 2009).                               Daerah-daerah produsen rumput laut di Sulawesi
Rumput laut jenis E. cottonii selain                                        Tengah seperti di Kabupaten Bangkep dan
memiliki daya tahan terhadap penyakit,                                      Morowali termasuk daerah pedesaan yang jauh
                                                                            dari perkotaan, memiliki Sumber Daya Manusia
1)
 Staf Pengajar pada Prog. Studi. Kimia, Fakultas MIPA                       (SDM) dan infrasturuktur yang sangat terbatas.
 Universitas Tadulako, Palu                                                 Hal ini merupakan permasalahan dalam



                                                                      1
pengembangan usaha produksi karaginan di               2.2. Metode Penelitian
daerah pedesaan Sulawesi Tengah.
       Agar usaha pengolahan karaginan dapat                  Penelitian ini dirancang menggunakan
berjalan, perlu diciptakan teknologi sederhana         Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
berskala rumah tangga yang mudah diadopsi              perlakuan pengaruh konsentrasi KCL, pengaruh
masyarakat pedesaan. Teknologi pengolahan              rasio air/rumput laut dan pengaruh waktu
karaginan berskala rumah tangga telah banyak           ekstraksi terhadap mutu (khusus perlakuan
dipublikasi (Winarno, 1996; Yunizal, 2000;             konsentrasi KCl) dan rendemen karaginan yang
Purnama, 2003; Adiguna dan Agung, 2000),               dihasilkan. Data yang diperoleh pada penerapan
akan tetapi teknologi tersebut masih sukar             perlakuan-perlakuan      tersebut     dianalisis
diterapkan di daerah pedesaan Sulawesi Tengah.         menggunakan analisis ragam serta uji beda nilai
Hal tersebut disebabkan karena teknologi yang          tengah untuk mengetahui pengaruh dan
ada pada umumnya menggunakan kalium                    perbedaan perlakuan yang dicobakan.
hidroksida (KOH) sebagai pengekstrak dan
menggunakan alkohol dalam proses pemisahan             2.2.1.   Pengaruh Konsentrasi KCl dalam
karaginan dalam ekstrak. Bahan kimia kalium                     Pemisahan Karaginan
hidroksida dan alkohol selain sukar diperoleh di
daerah pedesaan, juga memerlukan peralatan                  Untuk mengetahui jumlah kalium klorida
khusus dan SDM yang memadai. Oleh karena itu           yang digunakan dalam pemisahan karaginan
kedua bahan kimia tersebut perlu dikaji                pada ekstrak diterapkan perlakuan pengaruh
penggantinya yang mudah diperoleh di daerah            konsentrasi kalium klorida dengan lima
pedesaan. Berdasarkan hal itu, Penelitian ini          tingkatan konsentrasi masing-masing 0.1 M (A),
bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi            0.2 M (B), 0.3 M (C), 0.4 M (D) dan 0.5 M (E).
pengolahan karaginan yang dapat diterapkan di          Rasio kalium klorida pada konsentrasi tertentu
daerah pedesaan melalui penggunaan air sebagai         terhadap ekstrak karaginan adalah 1 : 10 (1
pengekstrak karaginan dan penggunaan pupuk             bagian kalium klorida, 10 bagian ekstrak
KCl sebagai pemisah karaginan dalam ekstrak.           karaginan). Masing-masing perlakuan diulang 3
                                                       kali sehingga terdapat 15 unit percobaan.
        II. BAHAN DAN METODE                           Parameter yang diamati adalah rendemen dan
                                                       mutu karaginan yang dihasilkan. Rendemen
2.1. Alat dan Bahan                                    karaginan dihitung menggunakan persamaan :
     Bahan dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rumput laut Eucheuma                                  Berat
cottonii yang diperoleh dari petani di daerah             Rendemen       karaginan
                                                                                       x 100 %
Banggai Kepulauan. Bahan pembantu berupa                    (%) =           Berat
bahan kimia yang mencakup: aquades, pupuk
                                                                         rumput laut
KCl, asam klorida (HCl), barium klorida (BaCl2)
dan natrium hidroksida (NaOH), semuanya dari
E.Merck. Bahan pembantu lainnya berupa kertas          Mutu karaginan yang ditetapkan mencakup
saring tak berabu, kertas saring biasa, kain           kadar air (AOAC, 1995), Viskositas (FMC Corp,
saring, filter aid selulosa dan kertas pH.             1977), kekuatan gel (FMC Corp, 1977), kadar
     Peralatan yang digunakan dalam penelitian         abu (AOAC, 1995), kadar abu tidak larut asam
ini mencakup neraca biasa, neraca analitik             (FMC Corp, 1977), dan kadar sulfat (FMC Corp,
Ohaus, oven analitik Memmert, hot plate                1977).
Cimarec, penangas air Memmert, tanur listrik
Nabertherm, viscometer Brookfield, curd tension        2.2.2.   Pengaruh Rasio Rumput Laut/Bahan
meter, cawan porselin, desikator, cetakan, cawan                Pengekstrak terhadap Rendemen
porselin, cawan petri, pembakar bunsen, alat                    Karaginan
refluks, thermometer, batang pengaduk, blender,
baskom, pisau dan alat-alat gelas yang umum                  Pada tahap ini akan dikaji rasio rumput
digunakan dalam Laboratorium Kimia.                    laut/bahan pengekstrak yang menghasilkan

                                                   2
rendemen karaginan tinggi. Waktu ekstraksi                  penggunaannya diterapkan rasio 1 : 10 (1 bagian
yang diterapkan adalah 1 jam. Rasio rumput                  larutan kalium klorida, 10 bagian ekstrak
laut/bahan pengekstrak yang diterapkan terdiri              karaginan).
atas rasio 1 : 35 (A), 1 : 40 (B), 1 : 45 (C), 1 : 50               Hasil analisis rendemen karaginan dari
(D), dan 1 : 55 (E) atas dasar berat/volume (b/v).          penggunaan kalium klorida pada berbagai
Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat           konsentrasi (Gambar 1) menunjukkan rendemen
15 unit percobaan. Parameter yang diamati                   karaginan tertinggi (30,18 %) terdapat pada
adalah rendemen karaginan. Rasio bahan                      penggunaan konsentrasi KCl 0,4 molar (M),
pengekstrak/rumput laut yang menghasilkan                   sedangkan rendemen terendah (21,73 %)
rendemen tertinggi dinyatakan sebagai rasio                 ditemukan pada penggunaan KCl 0,1 M.
bahan pengekstrak/rumput laut terseleksi dan                        Pada Gambar 1 memperlihatkan
digunakan pada penelitian selanjutnya.                      rendemen      karaginan    meningkat      dengan
                                                            meningkatnya penggunaan konsentrasi KCl
2.2.3. Pengaruh Waktu Ekstraksi                             sampai batas 0,3 M, dan setelah itu
       Pada tahap ini akan dikaji waktu ekstraksi           perubahannya relatif kecil. Hasil analisis ragam
yang menghasilkan rendemen karaginan tinggi.                memberikan keterangan konsentrasi KCl
Waktu ekstraksi yang diterapkan terdiri atas 1              berpengaruh nyata terhadap rendemen karaginan,
jam (A), 1,5 jam (B), 2 jam (C), 2,5 jam (D), dan           dan pada analisis lanjut menunjukkan tidak
3 jam (E). Setiap perlakuan diulang 3 kali                  terdapat perbedaan yang berarti rendemen
sehingga terdapat 15 unit percobaan. Parameter              karaginan antara KCl 0,3 M dengan KCl 0,4 M
yang diamati adalah rendemen karaginan yang                 dan KCl 0,5 M. Dengan demikian pada
dihitung sama dengan penelitian sebelumnya.                 konsentrasi KCl 0,3 M pengendapan karaginan
                                                            telah mencapai maksimum.
       III. HASIL DAN PEMBAHASAN                                    Hasil analisis mutu (kadar air)
                                                            karaginan yang dihasilkan (Gambar 2)
3.1.     Konsentrasi Kalium Klorida dalam                   menunjukkan kadar air karaginan tertinggi
        Pemisahan Karaginan                                 (11,38 %) terdapat pada penggunaan KCl 0,4 M,
       Peluang penggunaan kalium klorida                    sedangkan kadar air karaginan terendah (10,79
sebagai pengendap atau pemisah karaginan                    %) ditemukan pada penggunaan KCl 0,2 M.
dalam ekstrak didasarkan atas keberhasilan                  Analisis    ragam     memberikan     keterangan
pembentukan gel pada imobilisasi enzim secara               konsentrasi kalium klorida tidak berpengaruh
penjeratan menggunakan bahan pengamobil                     terhadap kadar air karaginan. Kadar air tersebut
karaginan (Bickerstaff, 1997). Selain itu, kalium           memenuhi standar karaginan yang dikeluarkan
klorida merupakan pupuk KCL yang banyak                     oleh FAO, yakni maksimal 12,7 % (A/S
dijual di toko- toko tani, sehingga masyarakat              Kobenhvns Pektifabrik, 1978).            Dengan
pedesaan akan mudah mendapatkannya.                         demikian ditinjau dari aspek kadar air, kalium
        Konsentrasi kalium klorida yang                     klorida dapat digunakan sebagai pengendap
digunakan dalam pembentukan gel pada proses                 dalam proses produksi karaginan dari rumput
imobilisasi adalah 0,3 molar.        Penggunaan             laut Eucheuma cottonii.
tersebut belum tentu merupakan penggunaan
optimum dalam arti konsentrasi tersebut belum
mungkin konsentrasi yang menghasilkan
karaginan dengan rendemen tinggi dan dengan
mutu sesuai standar. Oleh karena itu, perlu
dilakukan kajian optimasi penggunaan kalium
klorida melalui perlakuan pengaruh konsentrasi
kalium klorida terhadap rendemen dan mutu
karaginan.       Konsentrasi karaginan yang
diterapkan    terdiri   atas   lima     tingkatan
konsentrasi, yakni antara 0,1 dan 0,5 molar                 Gambar 1.    Kurva hasil pengukuran rendemen karaginan dari
dengan selang konsentrasi 0,1 molar. Di dalam                           berbagai konsentrasi kalium klorida



                                                        3
Hasil analisis mutu (kadar abu)                                       Hasil analisis mutu (kadar abu tidak
karaginan yang dihasilkan (Gambar 2 )                                larut asam) karaginan yang dihasilkan (Gambar
menunjukkan kadar abu karaginan tertinggi                            3) menunjukkan kadar abu tidak larut asam
(18,38 %) terdapat pada penggunaan KCl 0,1 M,                        tertinggi (0,72 %) terdapat pada penggunaan KCl
sedangkan kadar abu karaginan terendah (18,07                        0,2 M, sedangkan kadar abu tidak larut asam
%) ditemukan pada penggunaan KCl 0,3 M.                              terendah (0,67 %) ditemukan pada penggunaan
Analisis   ragam     memberikan    keterangan                        KCl 0,5 M.         Analisis ragam memberikan
konsentrasi kalium klorida tidak berpengaruh                         keterangan konsentrasi kalium klorida tidak
terhadap kadar abu karaginan.      Kadar abu                         berpengaruh terhadap kadar abu tidak larut asam.
tersebut memenuhi standar karaginan yang                             Kadar abu tidak larut asam tersebut memenuhi
dikeluarkan oleh FAO, yakni antara 15 dan                            standar karaginan yang dikeluarkan oleh FAO,
40 %.                                                                yakni maksimal 1 %.




Gambar 2.   Kurva hasil pengukuran mutu (kadar air, kadar abu,       Gambar 3.    Kurva hasil pengukuran kadar abu tidak larut asam
            viskositas dan kadar sulfat)                                         karaginan yang dihasilkan dari berbagai konsentrasi
                                                                                 kalium klorida

       Karaginan yang dihasilkan dari berbagai                               Hasil analisis mutu (kekuatan gel)
konsentrasi kalium klorida.                                          karaginan yang dihasilkan (Gambar 4)
Hasil analisis mutu (kadar sulfat) karaginan                         menunjukkan kekuatan gel tertinggi (522 g/cm2)
yang dihasilkan (Gambar 2) menunjukkan kadar                         terdapat pada penggunaan KCl 0,5 M, sedangkan
sulfat karaginan tertinggi (18,82 %) terdapat                        kekuatan gel terendah (516 g/cm2) ditemukan
pada penggunaan KCl 0,5 M, sedangkan kadar                           pada penggunaan KCl 0,1 M. Analisis ragam
sulfat karaginan terendah (18,73 %) ditemukan                        memberikan keterangan konsentrasi kalium
pada penggunaan KCl 0,3 M. Analisis ragam                            klorida tidak berpengaruh terhadap kekuatan gel
memberikan keterangan konsentrasi kalium                             karaginan. Kekuatan gel tersebut memenuhi
klorida tidak berpengaruh terhadap kadar sulfat                      standar karaginan yang dikeluarkan oleh FAO,
karaginan. Kadar sulfat tersebut memenuhi                            yakni minimal 300 cps. Dengan demikian
standar karaginan yang dikeluarkan oleh FAO,                         ditinjau dari aspek mutu, kalium klorida dapat
yakni antara 15 dan 40 %.                                            digunakan sebagai pengendap dalam proses
        Hasil    analisis   mutu    (viskositas)
                                                                     produksi karaginan dari rumput laut Eucheuma
karaginan yang dihasilkan (Gambar 2)
menunjukkan viskositas karaginan tertinggi                           cottonii.
(12,6 cps) terdapat pada penggunaan KCl 0,5 M,
sedangkan viskositas karaginan terendah (12,1
cps) ditemukan pada penggunaan KCl 0,1 M.
Analisis    ragam     memberikan     keterangan
konsentrasi kalium klorida tidak berpengaruh
terhadap viskositas karaginan.       Viskositas
tersebut memenuhi standar karaginan yang
                                                                     Gambar 4.   Kurva hasil pengukuran kekuatan gel karaginan yang
dikeluarkan oleh FAO, yakni minimal 5 cps.                                       dihasilkan dari berbagai konsentrasi kalium klorida




                                                                 4
3.2. Rasio Air/Rumput Laut                                              Rendemen karaginan yang dihasilkan
        Karaginan sebagai hidrokoloid memiliki                 pada penggunaan rasio air/rumput laut 40 : 1
kelarrutan yang sangat terbatas dalam air dingin.              (30,17 %) relatif lebih tinggi dibandingkan
Akan tetapi larut baik di dalam air panas, yakni               dengan temuan Purnama (2003) yang
air bersuhu minimal 70 oC. kelarutan sangat                    menemukan rendemen karaginan sebesar 20,20
dipengaruhi oleh jumlah zat pelarut, dengan                    % pada penggunaan pengekstrak air 40 kali atau
demikian ekstraksi karaginan dari rumput laut                  rasio air/rumput laut 40 : 1. Akan tetapi relatif
akan dipengaruhi oleh jumlah pengekstrak air                   lebih rendah dibandingkan dengan temuan
yang digunakan atau rasio pengekstrak                          syamsuar (2007) pada penggunaan pengekstrak
air/rumput laut. Untuk mengetahui rasio rumput                 KOH 9 %, yakni 34,63 %.
laut/pengekstrak air yang baik digunakan dalam
proses produksi karaginan, dilakukan ekstraksi                 3.3. Waktu Ekstraksi
karaginan pada berbagai rasio.                                        Untuk mengetahui waktu ekstraksi yang
        Hasil yang diperoleh (Gambar 5)                        baik digunakan dalam proses produksi karaginan
menunjukkan rendemen karaginan tertinggi                       diterapkan lima tingkatan waktu, yakni dari satu
(33,01 %) terdapat pada penggunaan rasio                       hingga 3 jam dengan selang waktu pengamatan
air/rumput laut 55 : 1 atas dasar v/b, sedangkan               0,5 jam. Hasil yang diperoleh (Gambar 6)
rendemen karaginan terendah ( 27,98) ditemukan                 menunjukkan rendemen tertinggi ( 33,53 %)
pada penggunaan rasio air/rumput laut 35 : 1 atas              terdapat pada penggunaan waktu ekstraksi 3 jam,
dasar v/b. Pada Gambar 5 memperlihatkan                        sedangkan rendemen terendah (26,17 %)
rendemen karaginan meningkat sejalan dengan                    ditemukan pada penggunaan waktu ekstraksi 1
peningkatan rasio air/rumput laut, namun pada                  jam.
daerah rasio air/rumput laut 45 : 1 ke atas,
perubahan rendemen sangat kecil. Analisis
ragam memberikan keterangan rendemen
karaginan tidak berbeda pada penggunaan rasio
air/rumput laut 45 : 1 dengan rasio 50 : 1 dan 55
: 1. Keadaan tersebut memberikan keterangan
rendemen karaginan mencapai maksimum
disekitar rasio air/rumput laut 45 : 1 atas dasar
v/b. Berdasarkan hal itu, rasio air/rumput laut 45
: 1 dinyatakan sebagai rasio terseleksi untuk                  Gambar 6.   Kurva hasil pengukuran rendemen karaginan yang
                                                                           dihasilkan dari berbagai waktu ekstraksi
digunakan pada penelitian selanjutnya.
                                                                       Pada Gambar 6          memperlihatkan
                                                               rendemen karaginan meningkat sejalan dengan
                                                               peningkatan waktu ekstraksi.      Pada waktu
                                                               ekstraksi 2 jam ke atas, peningkatan rendemen
                                                               karaginan relatif kecil dibandingkan dengan
                                                               waktu ekstraksi antara 1 dan 2 jam. Hasil
                                                               analisis statistik memberikan keterangan
                                                               rendemen karaginan tidak berbeda pada
                                                               penggunaan waktu ekstraksi 2 jam dengan waktu
                                                               ekstraksi 2,5 jam dan 3,0 jam. Hal tersebut
                                                               memberikan keterangan waktu ekstraksi yang
                                                               menghasilkan rendemen karaginan maksimum
                                                               berada di sekitar 2 jam. Dengan dasar itu, maka
Gambar 5. Kurva hasil pengukuran rendemen karaginan dari
                                                               waktu ekstraksi 2 jam dinyatakan sebagai waktu
          berbagai rasio air/rumput laut                       ekstraksi terseleksi.




                                                           5
IV. KESIMPULAN                                           2. Rendemen karaginan meningkat dengan
                                                                             meningkatnya penggunaan rasio air/rumput
1. Kalium klorida dapat digunakan sebagai                                    laut, dan pada penggunaan rasio air/rumput
   bahan pengendap karaginan dalam ekstrak,                                  laut sekitar 45 : 1, rendemen karaginan
   sebab karaginan yang dihasilkan memenuhi                                  mencapai maksimum, yakni sekitar 32,93 %
   standar mutu yang dikeluarkan oleh FAO.                                3. Rendemen karaginan meningkat dengan
   Rendemen karaginan yang dihasilkan                                        meningkatnya waktu ekstraksi, dan pada
   mencapai maksimum pada penggunaan                                         waktu ekstraksi sekitar 2 jam, rendemen
   konsentrasi kalium klorida 0,3 M, yakni                                   karaginan mencapai maksimum, yakni
   sekitar 30,15 %.                                                          sekitar 33,02 %



                                                    DAFTAR PUSTAKA

Adiguna dan Agung MA., 2000, Isolasi Karagenan dari Rumput Laut, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
           Industri, Serpong.

A/S Kobenhvns Pektifabrik, 1978, Carrageenan, Lilleskensved, Denmark.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analitycal Chemist. Inc. Washington DC. P 185 - 189

Bickerstaff, G.F., 1997, Immobilization of Enzymes and Cells, Humana Press, Totowa, New Jersey.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah. 2009.

FMC Corp., 1977, Carrageenan, Marine Colloid Monograph Number One, Marine Colloids Division FMC Corporation, Springfield, New
           Jersey, USA.

Ma’rup. F. 2003. Menggali Manfaat Rumput Laut. Harian Kompas 23 Juli 2003.

Mubarak H, Soegiarto A, Sulistyo, Atmadja WS. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan
           Pertanian. Puslitbangkan. IDRC-INFIS. 34 hlm.

Purnama RC., 2003, Optimasi Proses Pembuatan Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
           Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syamsuar, 2007, Karakteristik Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii pada Berbagai Umur Panen, Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi,
            Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Winarno FG., 1996, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Yunizal, Murtini JT, Utomo BS, dan Suryaningrum TH., 2000, Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan
           Eksplorasi Laut dan Perikanan, Jakarta.




                                                                    6

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...Dwiprayogo Wibowo
 
Perasan daun pepaya sebagai pengendalian argulus
Perasan daun pepaya sebagai pengendalian argulusPerasan daun pepaya sebagai pengendalian argulus
Perasan daun pepaya sebagai pengendalian argulusMerlia Donna
 

Mais procurados (6)

Udangvaname
UdangvanameUdangvaname
Udangvaname
 
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
MONEV KEMAJUAN PKMP 2014 UNIVERSITAS HALU OLEO = SINTESIS ARANG AKTIF DARI TE...
 
Air Dalam Industri
Air Dalam IndustriAir Dalam Industri
Air Dalam Industri
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
Kualiti air
Kualiti airKualiti air
Kualiti air
 
Perasan daun pepaya sebagai pengendalian argulus
Perasan daun pepaya sebagai pengendalian argulusPerasan daun pepaya sebagai pengendalian argulus
Perasan daun pepaya sebagai pengendalian argulus
 

Semelhante a Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skala rumah tangga

Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
terjemahan
terjemahanterjemahan
terjemahanSantyNW
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
 
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxNina909058
 
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...Repository Ipb
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinmuhlisun_azim
 
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...Repository Ipb
 
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...SMTI Pontianak
 
Potensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptx
Potensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptxPotensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptx
Potensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptxAngga Herlambang
 
Karaginan pengendapan
Karaginan  pengendapanKaraginan  pengendapan
Karaginan pengendapanbarlianhs
 
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya Yayasan TERANGI
 
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.pptKuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.pptSPNFSKBMajalengka
 

Semelhante a Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skala rumah tangga (20)

Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 
terjemahan
terjemahanterjemahan
terjemahan
 
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarPemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di Makassar
 
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
 
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
 
Hasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorinHasil review jurnal klorin
Hasil review jurnal klorin
 
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
VIABILITAS INOKULAN DALAM BAHAN PEMBAWA GAMBUT, KOMPOS, ARANG BATOK DAN ZEOLI...
 
Presentasi no 6 5_pencemaran daerah rancaekek
Presentasi no 6 5_pencemaran daerah rancaekekPresentasi no 6 5_pencemaran daerah rancaekek
Presentasi no 6 5_pencemaran daerah rancaekek
 
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
 
Potensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptx
Potensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptxPotensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptx
Potensi_and_Degradasi_Sumber_Daya_Kelaut.pptx
 
Tanah gambut
Tanah gambut Tanah gambut
Tanah gambut
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Karaginan pengendapan
Karaginan  pengendapanKaraginan  pengendapan
Karaginan pengendapan
 
Muhlis
MuhlisMuhlis
Muhlis
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
Filsafat harlianti
Filsafat harliantiFilsafat harlianti
Filsafat harlianti
 
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
 
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.pptKuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
Kuliah-9-Aspek-Kualitas-Rumput-Laut.ppt
 

Mais de Heri Abrianto

Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Heri Abrianto
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Heri Abrianto
 
Laporan praktikum fha
Laporan praktikum fhaLaporan praktikum fha
Laporan praktikum fhaHeri Abrianto
 
Sirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermalSirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermalHeri Abrianto
 
Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050Heri Abrianto
 
978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231Heri Abrianto
 
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9Heri Abrianto
 

Mais de Heri Abrianto (12)

Mikroalga
MikroalgaMikroalga
Mikroalga
 
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18
 
Laporan praktikum fha
Laporan praktikum fhaLaporan praktikum fha
Laporan praktikum fha
 
Kirim
KirimKirim
Kirim
 
Sirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermalSirkulasi hidrotermal
Sirkulasi hidrotermal
 
Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050Heri abrianto 230210110050
Heri abrianto 230210110050
 
978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231978 979-98802-4-6 2008-222231
978 979-98802-4-6 2008-222231
 
1996 4423-1-pb
1996 4423-1-pb1996 4423-1-pb
1996 4423-1-pb
 
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
Art 3 a10.1007-2fs10811-010-9584-9
 
Angin Fohn
Angin FohnAngin Fohn
Angin Fohn
 
Mikrojadi
MikrojadiMikrojadi
Mikrojadi
 

Kajian teknologi pengolahan karaginan dari rumput laut eucheuma cottonii skala rumah tangga

  • 1. Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 – 06, Oktober 2009 ISSN : 1979 - 5971 KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA Oleh : Mappiratu 1) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pengolahan karaginan yang dapat diterapkan di daerah pedesaan melalui penggunaan air sebagai pengekstrak karaginan dan penggunaan pupuk KCl (kalium klorida) sebagai pemisah karaginan dalam ekstrak. Pencapaian tujuan telah dilakukan penelitian melalui menerapkan perlakuan pengaruh konsentrasi kalium klorida, pengaruh rasio air/rumput laut dan pengaruh waktu reaksi terhadap mutu (khusus penggunaan kalium klorida) dan rendemen karaginan. Hasil yang diperoleh memberikan keterangan rendemen karaginan dipengaruhi oleh konsentrasi kalium klorida dengan rendemen tertinggi ( 30,18 %) terdapat pada penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,4 molar, dan rendemen terendah (21,73 %) terdapat pada penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,1 molar. Rendemen karaginan pada penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,4 molar tidak berbeda dengan penggunaan konsentrasi kalium klorida 0,3 molar. Mutu karaginan ( kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat, viskositas dan kekuatan gel) yang dihasilkan memenuhi standar FAO dan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi kalium klorida. Rendemen karaginan dipengaruhi oleh rasio air/rumput laut dengan rendemen tertinggi (33,01 %) terdapat pada penggunaan rasio air/rumput laut 55 : 1, dan rendemen terendah (27,98 %) ditemukan pada penggunaan rasio air/rumput laut 35 : 1 atas dasar v/b. Rendemen karaginan pada rasio air/rumput laut 55 : 1 tidak berbeda dengan rasio 50 : 1 dan rasio 45 : 1 atas dasar v/b. Rendemen karaginan dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dengan rendemen tertinggi (33,53 %) ditemukan pada penggunaan waktu ekstraksi 3 jam, dan rendemen terendah 26,17 %) terdapat pada penggunaan waktu ekstraksi 1 jam. Rendemen karaginan pada waktu ekstraksi 3 jam tidak berbeda dengan waktu reaksi 2 dan 2,5 jam. Kata kunci : Rendemen karaginan, mutu karaginan, Eucheuma cottonii I. PENDAHULUAN juga mengandung karaginan kelompok kappa karaginan dengan kandungan yang relatif tinggi, Rumput laut termasuk salah satu jenis yakni sekitar 50 % tanaman perairan yang saat ini telah banyak atas dasar berat kering (Winarno, 1996). dibudidayakan oleh masyarakat Sulawesi Karaginan dari kelompok kappa (kappa Tengah dan mempunyai prospek untuk karaginan) termasuk produk olahan rumput laut dikembangkan terutama rumput laut jenis yang bernilai ekonomi tinggi, yakni 10 sampai Eucheuma cottoni. Saat ini, Sulawesi Tengah 20 kali harga rumput laut (Ma’rup, 2003). termasuk penghasil rumput laut terbesar Kappa karaginan digunakan sebagai bahan baku ketiga di Indonesia setelah Nusa Tenggara Barat industri farmasi, kosmetik, industri pangan dan (NTB) dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2008, industri lainnya (Mubarak et al., 1990). produksi rumput laut jenis E. Cottonii Dengan berpedoman pada nilai ekonomi mencapai 43.000 ton kering, naik sekitar 100 kappa karaginan yang tinggi, serta potensi % dari tahun sebelumnya, yakni 21.000 ton rumput laut Eucheuma cottoni Sulawesi Tengah, kering pada tahun 2007. Pemerintah Daerah maka usaha pengolahan kappa karaginan Sulawesi Tengah terus berusaha meningkatkan berpeluang meningkatkan pendapatan produksi yang direncanakan pada tahun 2011, masyarakat dan membuka lapangan usaha, Sulawesi Tengah menjadi provinsi Rumput terutama masyarakat yang bermukim di daerah Laut di Indonesia dengan produksi sekitar posisir sebagai sentra produksi rumput laut. 164.000 ton kering (Diskanlut Sulteng, 2009). Daerah-daerah produsen rumput laut di Sulawesi Rumput laut jenis E. cottonii selain Tengah seperti di Kabupaten Bangkep dan memiliki daya tahan terhadap penyakit, Morowali termasuk daerah pedesaan yang jauh dari perkotaan, memiliki Sumber Daya Manusia 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Kimia, Fakultas MIPA (SDM) dan infrasturuktur yang sangat terbatas. Universitas Tadulako, Palu Hal ini merupakan permasalahan dalam 1
  • 2. pengembangan usaha produksi karaginan di 2.2. Metode Penelitian daerah pedesaan Sulawesi Tengah. Agar usaha pengolahan karaginan dapat Penelitian ini dirancang menggunakan berjalan, perlu diciptakan teknologi sederhana Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan berskala rumah tangga yang mudah diadopsi perlakuan pengaruh konsentrasi KCL, pengaruh masyarakat pedesaan. Teknologi pengolahan rasio air/rumput laut dan pengaruh waktu karaginan berskala rumah tangga telah banyak ekstraksi terhadap mutu (khusus perlakuan dipublikasi (Winarno, 1996; Yunizal, 2000; konsentrasi KCl) dan rendemen karaginan yang Purnama, 2003; Adiguna dan Agung, 2000), dihasilkan. Data yang diperoleh pada penerapan akan tetapi teknologi tersebut masih sukar perlakuan-perlakuan tersebut dianalisis diterapkan di daerah pedesaan Sulawesi Tengah. menggunakan analisis ragam serta uji beda nilai Hal tersebut disebabkan karena teknologi yang tengah untuk mengetahui pengaruh dan ada pada umumnya menggunakan kalium perbedaan perlakuan yang dicobakan. hidroksida (KOH) sebagai pengekstrak dan menggunakan alkohol dalam proses pemisahan 2.2.1. Pengaruh Konsentrasi KCl dalam karaginan dalam ekstrak. Bahan kimia kalium Pemisahan Karaginan hidroksida dan alkohol selain sukar diperoleh di daerah pedesaan, juga memerlukan peralatan Untuk mengetahui jumlah kalium klorida khusus dan SDM yang memadai. Oleh karena itu yang digunakan dalam pemisahan karaginan kedua bahan kimia tersebut perlu dikaji pada ekstrak diterapkan perlakuan pengaruh penggantinya yang mudah diperoleh di daerah konsentrasi kalium klorida dengan lima pedesaan. Berdasarkan hal itu, Penelitian ini tingkatan konsentrasi masing-masing 0.1 M (A), bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi 0.2 M (B), 0.3 M (C), 0.4 M (D) dan 0.5 M (E). pengolahan karaginan yang dapat diterapkan di Rasio kalium klorida pada konsentrasi tertentu daerah pedesaan melalui penggunaan air sebagai terhadap ekstrak karaginan adalah 1 : 10 (1 pengekstrak karaginan dan penggunaan pupuk bagian kalium klorida, 10 bagian ekstrak KCl sebagai pemisah karaginan dalam ekstrak. karaginan). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan. II. BAHAN DAN METODE Parameter yang diamati adalah rendemen dan mutu karaginan yang dihasilkan. Rendemen 2.1. Alat dan Bahan karaginan dihitung menggunakan persamaan : Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut Eucheuma Berat cottonii yang diperoleh dari petani di daerah Rendemen karaginan x 100 % Banggai Kepulauan. Bahan pembantu berupa (%) = Berat bahan kimia yang mencakup: aquades, pupuk rumput laut KCl, asam klorida (HCl), barium klorida (BaCl2) dan natrium hidroksida (NaOH), semuanya dari E.Merck. Bahan pembantu lainnya berupa kertas Mutu karaginan yang ditetapkan mencakup saring tak berabu, kertas saring biasa, kain kadar air (AOAC, 1995), Viskositas (FMC Corp, saring, filter aid selulosa dan kertas pH. 1977), kekuatan gel (FMC Corp, 1977), kadar Peralatan yang digunakan dalam penelitian abu (AOAC, 1995), kadar abu tidak larut asam ini mencakup neraca biasa, neraca analitik (FMC Corp, 1977), dan kadar sulfat (FMC Corp, Ohaus, oven analitik Memmert, hot plate 1977). Cimarec, penangas air Memmert, tanur listrik Nabertherm, viscometer Brookfield, curd tension 2.2.2. Pengaruh Rasio Rumput Laut/Bahan meter, cawan porselin, desikator, cetakan, cawan Pengekstrak terhadap Rendemen porselin, cawan petri, pembakar bunsen, alat Karaginan refluks, thermometer, batang pengaduk, blender, baskom, pisau dan alat-alat gelas yang umum Pada tahap ini akan dikaji rasio rumput digunakan dalam Laboratorium Kimia. laut/bahan pengekstrak yang menghasilkan 2
  • 3. rendemen karaginan tinggi. Waktu ekstraksi penggunaannya diterapkan rasio 1 : 10 (1 bagian yang diterapkan adalah 1 jam. Rasio rumput larutan kalium klorida, 10 bagian ekstrak laut/bahan pengekstrak yang diterapkan terdiri karaginan). atas rasio 1 : 35 (A), 1 : 40 (B), 1 : 45 (C), 1 : 50 Hasil analisis rendemen karaginan dari (D), dan 1 : 55 (E) atas dasar berat/volume (b/v). penggunaan kalium klorida pada berbagai Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat konsentrasi (Gambar 1) menunjukkan rendemen 15 unit percobaan. Parameter yang diamati karaginan tertinggi (30,18 %) terdapat pada adalah rendemen karaginan. Rasio bahan penggunaan konsentrasi KCl 0,4 molar (M), pengekstrak/rumput laut yang menghasilkan sedangkan rendemen terendah (21,73 %) rendemen tertinggi dinyatakan sebagai rasio ditemukan pada penggunaan KCl 0,1 M. bahan pengekstrak/rumput laut terseleksi dan Pada Gambar 1 memperlihatkan digunakan pada penelitian selanjutnya. rendemen karaginan meningkat dengan meningkatnya penggunaan konsentrasi KCl 2.2.3. Pengaruh Waktu Ekstraksi sampai batas 0,3 M, dan setelah itu Pada tahap ini akan dikaji waktu ekstraksi perubahannya relatif kecil. Hasil analisis ragam yang menghasilkan rendemen karaginan tinggi. memberikan keterangan konsentrasi KCl Waktu ekstraksi yang diterapkan terdiri atas 1 berpengaruh nyata terhadap rendemen karaginan, jam (A), 1,5 jam (B), 2 jam (C), 2,5 jam (D), dan dan pada analisis lanjut menunjukkan tidak 3 jam (E). Setiap perlakuan diulang 3 kali terdapat perbedaan yang berarti rendemen sehingga terdapat 15 unit percobaan. Parameter karaginan antara KCl 0,3 M dengan KCl 0,4 M yang diamati adalah rendemen karaginan yang dan KCl 0,5 M. Dengan demikian pada dihitung sama dengan penelitian sebelumnya. konsentrasi KCl 0,3 M pengendapan karaginan telah mencapai maksimum. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis mutu (kadar air) karaginan yang dihasilkan (Gambar 2) 3.1. Konsentrasi Kalium Klorida dalam menunjukkan kadar air karaginan tertinggi Pemisahan Karaginan (11,38 %) terdapat pada penggunaan KCl 0,4 M, Peluang penggunaan kalium klorida sedangkan kadar air karaginan terendah (10,79 sebagai pengendap atau pemisah karaginan %) ditemukan pada penggunaan KCl 0,2 M. dalam ekstrak didasarkan atas keberhasilan Analisis ragam memberikan keterangan pembentukan gel pada imobilisasi enzim secara konsentrasi kalium klorida tidak berpengaruh penjeratan menggunakan bahan pengamobil terhadap kadar air karaginan. Kadar air tersebut karaginan (Bickerstaff, 1997). Selain itu, kalium memenuhi standar karaginan yang dikeluarkan klorida merupakan pupuk KCL yang banyak oleh FAO, yakni maksimal 12,7 % (A/S dijual di toko- toko tani, sehingga masyarakat Kobenhvns Pektifabrik, 1978). Dengan pedesaan akan mudah mendapatkannya. demikian ditinjau dari aspek kadar air, kalium Konsentrasi kalium klorida yang klorida dapat digunakan sebagai pengendap digunakan dalam pembentukan gel pada proses dalam proses produksi karaginan dari rumput imobilisasi adalah 0,3 molar. Penggunaan laut Eucheuma cottonii. tersebut belum tentu merupakan penggunaan optimum dalam arti konsentrasi tersebut belum mungkin konsentrasi yang menghasilkan karaginan dengan rendemen tinggi dan dengan mutu sesuai standar. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian optimasi penggunaan kalium klorida melalui perlakuan pengaruh konsentrasi kalium klorida terhadap rendemen dan mutu karaginan. Konsentrasi karaginan yang diterapkan terdiri atas lima tingkatan konsentrasi, yakni antara 0,1 dan 0,5 molar Gambar 1. Kurva hasil pengukuran rendemen karaginan dari dengan selang konsentrasi 0,1 molar. Di dalam berbagai konsentrasi kalium klorida 3
  • 4. Hasil analisis mutu (kadar abu) Hasil analisis mutu (kadar abu tidak karaginan yang dihasilkan (Gambar 2 ) larut asam) karaginan yang dihasilkan (Gambar menunjukkan kadar abu karaginan tertinggi 3) menunjukkan kadar abu tidak larut asam (18,38 %) terdapat pada penggunaan KCl 0,1 M, tertinggi (0,72 %) terdapat pada penggunaan KCl sedangkan kadar abu karaginan terendah (18,07 0,2 M, sedangkan kadar abu tidak larut asam %) ditemukan pada penggunaan KCl 0,3 M. terendah (0,67 %) ditemukan pada penggunaan Analisis ragam memberikan keterangan KCl 0,5 M. Analisis ragam memberikan konsentrasi kalium klorida tidak berpengaruh keterangan konsentrasi kalium klorida tidak terhadap kadar abu karaginan. Kadar abu berpengaruh terhadap kadar abu tidak larut asam. tersebut memenuhi standar karaginan yang Kadar abu tidak larut asam tersebut memenuhi dikeluarkan oleh FAO, yakni antara 15 dan standar karaginan yang dikeluarkan oleh FAO, 40 %. yakni maksimal 1 %. Gambar 2. Kurva hasil pengukuran mutu (kadar air, kadar abu, Gambar 3. Kurva hasil pengukuran kadar abu tidak larut asam viskositas dan kadar sulfat) karaginan yang dihasilkan dari berbagai konsentrasi kalium klorida Karaginan yang dihasilkan dari berbagai Hasil analisis mutu (kekuatan gel) konsentrasi kalium klorida. karaginan yang dihasilkan (Gambar 4) Hasil analisis mutu (kadar sulfat) karaginan menunjukkan kekuatan gel tertinggi (522 g/cm2) yang dihasilkan (Gambar 2) menunjukkan kadar terdapat pada penggunaan KCl 0,5 M, sedangkan sulfat karaginan tertinggi (18,82 %) terdapat kekuatan gel terendah (516 g/cm2) ditemukan pada penggunaan KCl 0,5 M, sedangkan kadar pada penggunaan KCl 0,1 M. Analisis ragam sulfat karaginan terendah (18,73 %) ditemukan memberikan keterangan konsentrasi kalium pada penggunaan KCl 0,3 M. Analisis ragam klorida tidak berpengaruh terhadap kekuatan gel memberikan keterangan konsentrasi kalium karaginan. Kekuatan gel tersebut memenuhi klorida tidak berpengaruh terhadap kadar sulfat standar karaginan yang dikeluarkan oleh FAO, karaginan. Kadar sulfat tersebut memenuhi yakni minimal 300 cps. Dengan demikian standar karaginan yang dikeluarkan oleh FAO, ditinjau dari aspek mutu, kalium klorida dapat yakni antara 15 dan 40 %. digunakan sebagai pengendap dalam proses Hasil analisis mutu (viskositas) produksi karaginan dari rumput laut Eucheuma karaginan yang dihasilkan (Gambar 2) menunjukkan viskositas karaginan tertinggi cottonii. (12,6 cps) terdapat pada penggunaan KCl 0,5 M, sedangkan viskositas karaginan terendah (12,1 cps) ditemukan pada penggunaan KCl 0,1 M. Analisis ragam memberikan keterangan konsentrasi kalium klorida tidak berpengaruh terhadap viskositas karaginan. Viskositas tersebut memenuhi standar karaginan yang Gambar 4. Kurva hasil pengukuran kekuatan gel karaginan yang dikeluarkan oleh FAO, yakni minimal 5 cps. dihasilkan dari berbagai konsentrasi kalium klorida 4
  • 5. 3.2. Rasio Air/Rumput Laut Rendemen karaginan yang dihasilkan Karaginan sebagai hidrokoloid memiliki pada penggunaan rasio air/rumput laut 40 : 1 kelarrutan yang sangat terbatas dalam air dingin. (30,17 %) relatif lebih tinggi dibandingkan Akan tetapi larut baik di dalam air panas, yakni dengan temuan Purnama (2003) yang air bersuhu minimal 70 oC. kelarutan sangat menemukan rendemen karaginan sebesar 20,20 dipengaruhi oleh jumlah zat pelarut, dengan % pada penggunaan pengekstrak air 40 kali atau demikian ekstraksi karaginan dari rumput laut rasio air/rumput laut 40 : 1. Akan tetapi relatif akan dipengaruhi oleh jumlah pengekstrak air lebih rendah dibandingkan dengan temuan yang digunakan atau rasio pengekstrak syamsuar (2007) pada penggunaan pengekstrak air/rumput laut. Untuk mengetahui rasio rumput KOH 9 %, yakni 34,63 %. laut/pengekstrak air yang baik digunakan dalam proses produksi karaginan, dilakukan ekstraksi 3.3. Waktu Ekstraksi karaginan pada berbagai rasio. Untuk mengetahui waktu ekstraksi yang Hasil yang diperoleh (Gambar 5) baik digunakan dalam proses produksi karaginan menunjukkan rendemen karaginan tertinggi diterapkan lima tingkatan waktu, yakni dari satu (33,01 %) terdapat pada penggunaan rasio hingga 3 jam dengan selang waktu pengamatan air/rumput laut 55 : 1 atas dasar v/b, sedangkan 0,5 jam. Hasil yang diperoleh (Gambar 6) rendemen karaginan terendah ( 27,98) ditemukan menunjukkan rendemen tertinggi ( 33,53 %) pada penggunaan rasio air/rumput laut 35 : 1 atas terdapat pada penggunaan waktu ekstraksi 3 jam, dasar v/b. Pada Gambar 5 memperlihatkan sedangkan rendemen terendah (26,17 %) rendemen karaginan meningkat sejalan dengan ditemukan pada penggunaan waktu ekstraksi 1 peningkatan rasio air/rumput laut, namun pada jam. daerah rasio air/rumput laut 45 : 1 ke atas, perubahan rendemen sangat kecil. Analisis ragam memberikan keterangan rendemen karaginan tidak berbeda pada penggunaan rasio air/rumput laut 45 : 1 dengan rasio 50 : 1 dan 55 : 1. Keadaan tersebut memberikan keterangan rendemen karaginan mencapai maksimum disekitar rasio air/rumput laut 45 : 1 atas dasar v/b. Berdasarkan hal itu, rasio air/rumput laut 45 : 1 dinyatakan sebagai rasio terseleksi untuk Gambar 6. Kurva hasil pengukuran rendemen karaginan yang dihasilkan dari berbagai waktu ekstraksi digunakan pada penelitian selanjutnya. Pada Gambar 6 memperlihatkan rendemen karaginan meningkat sejalan dengan peningkatan waktu ekstraksi. Pada waktu ekstraksi 2 jam ke atas, peningkatan rendemen karaginan relatif kecil dibandingkan dengan waktu ekstraksi antara 1 dan 2 jam. Hasil analisis statistik memberikan keterangan rendemen karaginan tidak berbeda pada penggunaan waktu ekstraksi 2 jam dengan waktu ekstraksi 2,5 jam dan 3,0 jam. Hal tersebut memberikan keterangan waktu ekstraksi yang menghasilkan rendemen karaginan maksimum berada di sekitar 2 jam. Dengan dasar itu, maka Gambar 5. Kurva hasil pengukuran rendemen karaginan dari waktu ekstraksi 2 jam dinyatakan sebagai waktu berbagai rasio air/rumput laut ekstraksi terseleksi. 5
  • 6. IV. KESIMPULAN 2. Rendemen karaginan meningkat dengan meningkatnya penggunaan rasio air/rumput 1. Kalium klorida dapat digunakan sebagai laut, dan pada penggunaan rasio air/rumput bahan pengendap karaginan dalam ekstrak, laut sekitar 45 : 1, rendemen karaginan sebab karaginan yang dihasilkan memenuhi mencapai maksimum, yakni sekitar 32,93 % standar mutu yang dikeluarkan oleh FAO. 3. Rendemen karaginan meningkat dengan Rendemen karaginan yang dihasilkan meningkatnya waktu ekstraksi, dan pada mencapai maksimum pada penggunaan waktu ekstraksi sekitar 2 jam, rendemen konsentrasi kalium klorida 0,3 M, yakni karaginan mencapai maksimum, yakni sekitar 30,15 %. sekitar 33,02 % DAFTAR PUSTAKA Adiguna dan Agung MA., 2000, Isolasi Karagenan dari Rumput Laut, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Industri, Serpong. A/S Kobenhvns Pektifabrik, 1978, Carrageenan, Lilleskensved, Denmark. AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analitycal Chemist. Inc. Washington DC. P 185 - 189 Bickerstaff, G.F., 1997, Immobilization of Enzymes and Cells, Humana Press, Totowa, New Jersey. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah. 2009. FMC Corp., 1977, Carrageenan, Marine Colloid Monograph Number One, Marine Colloids Division FMC Corporation, Springfield, New Jersey, USA. Ma’rup. F. 2003. Menggali Manfaat Rumput Laut. Harian Kompas 23 Juli 2003. Mubarak H, Soegiarto A, Sulistyo, Atmadja WS. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbangkan. IDRC-INFIS. 34 hlm. Purnama RC., 2003, Optimasi Proses Pembuatan Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsuar, 2007, Karakteristik Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii pada Berbagai Umur Panen, Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Winarno FG., 1996, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Yunizal, Murtini JT, Utomo BS, dan Suryaningrum TH., 2000, Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan, Jakarta. 6