Dokumen tersebut merupakan prolog dari Indonesian Dance Festival ke-12 tahun 2014. Festival tari ini telah diselenggarakan sejak tahun 1992 dan bertujuan untuk memberikan wadah bagi seniman tari Indonesia dan internasional untuk berkarya dan menampilkan karyanya. Edisi ke-12 ini akan diselenggarakan pada November 2014 di beberapa venue di Jakarta.
1.
The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014
Expand
Your
Life,
Experience
The
Arts
PROLOG
Indonesian
Dance
Festival
(IDF)
merupakan
satu-‐satunya
festival
tari
kontemporer
di
Indonesia
yang
konsisten
menjalankan
programnya
sejak
tahun
1992
hingga
sekarang.
Festival
tari
bienalle
(digelar
setiap
dua
tahun
sekali)
ini
selalu
menghadirkan
koreografer
dan
penari
lintas
negara
dan
saling
berkolaborasi.
Tujuan
hakiki
digelarnya
IDF
adalah
menciptakan
wahana
atau
media
yang
menampilkan
adi
karya
para
seniman
tari
tingkat
nasional
&
dunia
agar
dapat
dinikmati
oleh
bangsa
Indonesia.
Tujuan
hakiki
lainnya,
menciptakan
regenerasi
seniman
tari
yang
kian
hari
seperti
tidak
mendapatkan
wadah
untuk
berkreasi
sebagaimana
mestinya.
Kali
ini
The
12th
Indonesia
Dance
Festival
2014
yang
mengusung
tema
EXPAND
yaitu
memperluas
bidang
penjelajahan
baik
secara
estetika
maupun
wacana
akan
digelar
di
kompleks
Taman
Ismail
Marzuki
(TIM),
Institut
Kesenian
Jakarta
(IKJ),
Gedung
Kesenian
Jakarta
(GKJ),
GoetheHaus
dan
Komunitas
Salihara
pada
tanggal
4
sampai
dengan
8
November
2014.
Perlu
diketahui
bahwa
begitu
banyak
penelitian
dan
pengalaman
yang
menunjukan
kegunaan
tari
dan
kegiatannya
bagi
masyarakat
umum.
Salah
satu
pengalaman
nyata
yang
sudah
dirasakan
bermanfaat
bagi
pelaku
kegiatan
tari-‐menari
adalah
mereka
mampu
menyelaraskan
harmonisasi
rasa
yang
hadir
kemudian
dijadikan
fondasi
kehidupan.
Sehingga
kegiatan
tari-‐menari
sangat
berguna
sebagai
salah
satu
obat
pelipur
lara
kehidupan
yang
manjur.
SEJARAH
INDONESIAN
DANCE
FESTIVAL
(IDF)
Tahun
2014
ini,
IDF
memasuki
usia
22
tahun,
serta
merupakan
penyelenggaraan
yang
ke-‐12
kali.
Menilik
ulang
sejarahnya,
festival
yang
didirikan
pada
1992
ini
bertujuan
mengisi
kekosongan
festival
tari
yang
berfungsi
sebagai
ajang
regenerasi
insan
tari
Indonesia.
EXPAND
2. Imajinasi
tentang
sebuah
festival
tari
atau
kegiatan
tari
bertaraf
nasional
yang
menjadi
ajang
penempaan
para
koreografer
muda
Indonesia
sesungguhnya
dimulai
pada
program
Festival
Penata
Tari
Muda
yang
kemudian
bernama
Pekan
Penata
Tari
Muda
yang
diselenggarakan
oleh
Dewan
Kesenian
Jakarta
dari
tahun
1978
sampai
1985.
Tercatat,
ajang
ini
telah
melahirkan
koreografer-‐koreografer
handal
Indonesia
seperti
Gusmiati
Suid,
Tom
Ibnur,
Deddy
Luthan,
Ida
Wibowo,
Wiwiek
Sipala,
Wiwiek
Widiastuti,
dan
Ben
Suharto.
Hilangnya
program
ini
di
awal
era
1990-‐an
menimbulkan
keprihatinan
beberapa
tokoh
dan
akademisi
tari
terkemuka
Indonesia,
khususnya
mereka
yang
bernaung
di
bawah
Institut
Kesenian
Jakarta
(IKJ).
Pada
saat
yang
sama,
Sal
Murgiyanto
kembali
ke
Jakarta
setelah
menyelesaikan
studi
pengkajian
tari
di
Amerika
Serikat.
Maria
Darmaningsih
sebagai
sekretaris
jurusan
Tari
IKJ
mendorong
Sal
Murgiyanto
untuk
menyusun
suatu
festival
tari
yang
mampu
merangkum
perkembangan
kreatif
para
koreografer
penting,
khususnya
koreografer
muda
Indonesia.
Maka
pada
tahun
1992,
bersama-‐sama
Maria
Darmaningsih,
Nungki
Kusumastuti
dan
Melina
Surya
Dewi,
Sal
Murgiyanto
merintis
IDF.
Prakarsa
tersebut
didukung
oleh
Farida
Oetoyo
(yang
saat
itu
menjabat
ketua
Gedung
Kesenian
Jakarta),
Sardono
W
Kusumo,
Tom
Ibnur,
Julianti
Parani,
Deddy
Luthan,
dan
Edi
Sedyawati.
Penamaan
Indonesian
Dance
Festival
(IDF)
sedikit
banyak
terinspirasi
oleh
American
Dance
Festival
(ADF)
yang
pernah
dihadiri
oleh
Sal
Murgiyanto,
di
mana
ia
turut
terlibat
mengirim
dan
mempresentasikan
karya
seniman
tari
Indonesia
di
ajang
tersebut.
IDF
pada
mulanya
merupakan
salah
satu
bentuk
kegiatan
pengabdian
masyarakat
dari
IKJ.
Hingga
kini
festival
ini
masih
bernaung
di
bawah
bendera
Fakultas
Seni
Pertunjukan
(FSP),
IKJ.
Sejak
awal
penyelengaraannnya,
IDF
telah
membangun
kerja
sama
dengan
berbagai
pihak,
antara
lain
Gedung
Kesenian
Jakarta
(GKJ),
PKJ
TIM,
The
National
Institute
of
The
Arts
Taipei,
Asian
Cultural
Council
dan
American
Dance
Festival
di
Durham,
North
Carolina.
Pada
perhelatannya
yang
pertama
(1992),
IDF
hanya
mengundang
beberapa
koreografer
dari
Indonesia,
di
antaranya
Indra
Utama,
Arief
Rofiq,
Tom
Ibnur,
Deddy
Luthan,
Ida
Wibowo,
dan
Sukarji
Sriman.
Namun
pada
perhelatannya
yang
kedua
(1993),
IDF
juga
mementaskan
karya
para
koreografer
mancanegara,
dan
hal
ini
berlangsung
hingga
sekarang.
Edisi
IDF
yang
kedua
tersebut
menjadi
penting
karena
menandai
program
baru
yaitu
showcase,
program
yang
dirancang
untuk
menampung
bibit-‐bibit
berbakat
para
koreografer
muda
Indonesia.
Program
showcase
inilah
sesungguhnya
roh
dari
IDF.
Ia
merupakan
ajang
bagi
koreografer
muda
Indonesia
untuk
menunjukkan
kemampuannya,
sekaligus
‘mendewasakan’
dirinya
serta
memperluas
pergaulan
dunia
tari
mereka.
Selain
memberi
tempat
untuk
para
koreografer
muda,
IDF
juga
menghidupkan
sebuah
tradisi
yang
sudah
ada
sejak
Pekan
Penata
Tari
Muda,
yaitu
acara
diskusi
sebagai
ajang
penggodokan
gagasan,
kritik,
dan
juga
tempat
berbagi
pengalaman
sesama
pelaku
tari
Indonesia
dan
mancanegara.
Selama
tiga
tahun
pertama,
IDF
dilaksanakan
setiap
tahun
(1992,
1993,
dan
1994).
Namun
kegiatan
itu
dianggap
terlalu
cepat
jika
diadakan
setahun
sekali.
Maka
semenjak
1994,
IDF
diadakan
setiap
dua
tahun
sekali.
Perkembangan
politik
Indonesia
juga
mempengaruhi
perhelatan
festival
ini.
IDF
keempat
di
tahun
1996
sempat
terganggu
oleh
demonstrasi
politik
oleh
PDI
di
Cikini,
Jakarta.
IDF
kelima,
yang
seharusnya
diadakan
pada
tahun
1998,
terhadang
peristiwa
Reformasi
sehingga
ditunda
hingga
tahun
berikutnya
(1999).
Pendanaan
selalu
menjadi
tantangan.
3. Namun,
sejak
tahun
2012,
di
bawah
Gubernur
DKI
Jakarta
Fauzi
Bowo,
IDF
dijadikan
agenda
tetap
kegiatan
Pemda
DKI
Jakarta.
Dalam
kurun
1992
hingga
2004,
IDF
dipimpin
oleh
Sal
Murgiyanto.
Tahun
2004
adalah
masa
peralihan.
Maka
pada
perhelatan
tahun
itu,
Nungki
Kusumastuti
menjabat
sebagai
Direktur
Eksekutif.
Selanjutnya,
Nungki
Kusumastuti
menjabat
Direktur
IDF
sejak
2006-‐2008.
Kini,
Direktur
IDF
adalah
Maria
Darmaningsih
(2008-‐sekarang).
IDF
sejauh
ini
telah
berhasil
menampilkan
karya-‐karya
signifikan
para
koreografer
Indonesia
baik
yang
sudah
mapan
maupun
yang
sedang
berkembang,
juga
mementaskan
karya-‐karya
koreografer
dari
berbagai
penjuru
dunia.
Dari
Indonesia,
antara
lain
karya
Retno
Maruti,
Gusmiati
Suid,
Sardono
W.
Kusumo,
I
Ketut
Rina,
Sukarji
Sriman,
Martinus
Miroto,
Mugiyono
Kasido,
Eko
Supriyanto,
Boi
G.
Sakti,
Hartati,
Benny
Krisnawardi,
Ery
Mefri,
dan
Jecko
Siompo.
Sementara
dari
mancanegara
tersebut
Ku
Ming-‐Shen
(Taiwan),
Min
Tanaka
(Jepang),
Takiko
Iwabuchi
(Jepang),
Cezerine
Barry
(Australia),
Wen
Hui
(PR
China),
Susanna
Leinonen
(Finlandia),
Janis
Brenner,
Yin
Mei
Critchell
(Amerika
Serikat),
Arco
Renz
(Belgia/Jerman),
Meg
Stuart
(Jerman),
Vincent
Mantsoe
(Afrika
Selatan/Prancis),
Kim
Jae
Duk
(Korea
Selatan),
Jerôme
Bél
(Perancis),
dan
banyak
lagi.
Juga
dihadiri
para
pengamat,
peneliti
dan
kritikus
tari
internasional
di
antaranya,
Jochen
Smith
(Jerman),
Judy
van
Zyle,
Adrienne
L.
Kaeppler
(Smithsonian
Institution),
George
Kochi,
dan
lain-‐
lain.
Sejak
2006,
IDF
juga
melibatkan
kurator
internasional
sebagai
anggota
artistic
board,
yaitu
Tang
Fu
Kuen
dari
Singapura
(sejak
2006)
dan
Daisuke
Muto
dari
Jepang
(sejak
2008).
Dimulai
dari
lingkungan
akademis
Institut
Kesenian
Jakarta,
IDF
pun
mengembangkan
visi
festival
yang
berpijak
pada
konteks
pengalaman
tari
Indonesia
yang
hidup
dalam
kisaran
dan
pertemuan
dari
berbagai
akar
budaya
yang
sangat
beragam.
IDF
memang
diciptakan
sebagai
wahana
pertemuan
kreatif
berbasis
pengalaman
lintas
budaya
sebagai
proses
pembelajaran
bagi
semua
orang
untuk
menjelajahi
dan
menyelami
keragaman
kultural
yang
ada
melalui
koreografi
sebagai
sebuah
bahasa.
Secara
khusus,
proses
pembelajaran
itu
diarahkan
pada
pengembangan
pendidikan
seni
tari
yang
bertolak
dari
berbagai
konteks
tadi,
baik
yang
tradisional,
modern
maupun
kontemporer
melalui
program-‐program
pertukaran
antar
sesama
seniman
tari
Indonesia
dan
mancanegara
berupa
kolaborasi,
workshop,
presentasi
(pementasan),
seminar
dan
master
class.
Program-‐program
itu
dirancang
sebagai
ajang
memperkenalkan
karya
para
koreografer
muda
sekaligus
ruang
mediasi
antara
karya-‐karya
koreografi
dengan
masyarakat
luas
Indonesia.
Awalnya,
IDF
adalah
perayaan
ragam
karya
koreografi
sebagai
wahana
untuk
membuka
diri
terhadap
segala
perbedaan
identitas
sebagai
sumber
terciptanya
berbagai
kemungkinan
dialog
atau
bentuk-‐bentuk
kolaborasi
guna
mendorong
kreativitas
kepenarian
dan
koreografik
seniman
tari
Indonesia.
Sebagai
festival
yang
berpijak
pada
pengembangan
pendidikan
tari,
IDF
juga
berusaha
tanggap
terhadap
kebutuhan
praktik
di
dunia
tari
kontemporer,
diantaranya
memediasi
beragam
lokalitas
tari
Indonesia
dengan
perkembangan
di
ranah
global.
menghubungkan
pengalaman
yang
lokal
dan
global.
THE
12TH
INDONESIAN
DANCE
FESTIVAL
2014
'EXPAND'
Tahun
ini,
IDF
dengan
nama
The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014
melalui
tema
EXPAND
berbenah
diri
dan
merefleksi
ulang
perjalanannya
yang
terwujud
dalam
program
kuratorial.
Jika
4. selama
ini
panggung
IDF
sebelumnya
didominasi
oleh
karya-‐karya
yang
sudah
pernah
dipentaskan,
tahun
ini
akan
ditandai
oleh
kombinasi
karya
baru
para
koreografer
Indonesia,
karya
koreografer
mancanegara
yang
secara
artistik
dianggap
memiliki
terobosan
baru,
diantaranya
dua
karya
yang
diproduksi
atau
di
ko-‐produksi
oleh
IDF
sendiri.
Mengambil
posisi
sebagai
'produser'
secara
sadar
adalah
terobosan
baru.
Produser
di
sini
bukan
sekadar
sebagai
produser
karya
tari,
tapi
juga
produser
wacana
melalui
praktik
intervensi
kritis
terhadap
praktik
tari
kontemporer.
Tahun
ini
pula,
IDF
akan
dibuka
oleh
sebuah
produksi
baru
atas
tafsir
ulang
Roro
Mendut,
hasil
kolaborasi
koreografer
Retno
Maruti
dan
perupa
Nindityo
Adipurnomo,
dan
ditutup
oleh
Kris
Is,
kolaborasi
koreografer
Arco
Renz
dari
kelompok
tari
Kobalt
Works
(Brussel),
Melanie
Lane,
Ali
Sukri
(koreografer/dosen
tari)
dengan
enam
penari
muda
mahasiswa/lulusan
ISI
Padangpanjang.
Dari
sisi
produksi
Kris
Is,
IDF
bekerja
sama
dengan
Kobalt
Works
dan
Komunitas
Salihara
dalam
konteks
ko-‐produksi.
Berikut
deskripsi
program-‐program
The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014
'EXPAND'
yang
akan
digelar
pada
tanggal
4
-‐
8
November
2014:
• MAIN
PERFORMANCES
Program
IDF
paling
tua
karena
merupakan
program
yang
ada
di
penyelenggaraannya
yang
pertama
hingga
tahun
ini.
Melalui
proses
kuratorial,
dalam
sesi
ini
ditampilkan
karya-‐karya
koreografer
dari
Indonesia
dan
mancanegara
yang
dianggap
mumpuni
dan
bisa
tampil
secara
utuh.
Melalui
program
ini
akan
ditampilkan
karya-‐karya
yang
sedang
menjadi
perhatian
dunia
internasional
maupun
karya-‐karya
dari
para
koreografer
terkemuka
Indonesia
yang
aktif
pada
saat
ini.
• COMMISSION
WORK
Untuk
pertama
kalinya
IDF
memroduksi
sendiri
karya
koreografer
yang
telah
dipilih
oleh
kurator
dan
dianggap
pantas
ditampilkan
sebagai
karya
utama
dalam
festival.
Karya-‐karya
dalam
Commission
Work
-‐
baik
karya
kolaborasi
sesama
seniman
Indonesia
maupun
dengan
seniman
mancanegara
-‐
telah
dirancang
secara
khusus
untuk
ditampilkan
pertama
kali
dalam
pagelaran
The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014
dan
pada
pelaksanaan
IDF
selanjutnya.
• SHOWCASE
Showcase
adalah
sebuah
ruang
tempat
tampilnya
para
koreografer
muda:
mereka
yang
sedang
berkembang
dan
aktif
mencipta
karya
tari
yang
memiliki
karakteristik
yang
spesifik.
Pada
program
ini
seringkali
ditemukan
karya-‐karya
segar
dan
terkadang
di
luar
dugaan.
Sesi
ini
juga
berfungsi
sebagai
wahana
untuk
memantau
perkembangan
karya
para
koreografer
muda
potensial
yang
kreatif
dari
seluruh
Indonesia.
• LAB
Merupakan
program
baru
yang
disajikan
dalam
The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014.
Program
ini
sengaja
diadakan
untuk
menyajikan
karya-‐karya
yang
sedang
dalam
proses
penggarapan.
Karya
yang
sedang
dalam
proses
penggarapan
ini
dipilih
dengan
cermat
oleh
para
kurator
untuk
ditampilkan.
Fokus
utama
program
ini
adalah
untuk
melihat
bagaimana
proses
pengembangan
konsep
sebuah
karya
hingga
perealisasiannya
melalui
kerja-‐kerja
studio.
5. • MASTER
CLASSES
Sebuah
program
loka
karya
bertaraf
Internasional.
Master
Classes
memberi
kesempatan
kepada
para
koreografer,
pencinta
tari,
dan
mahasiswa
serta
masyarakat
umum
untuk
belajar
teknik
tari
tertentu.
dari
para
penari
dan
koreografer
tingkat
dunia
(lokal
&
mancanegara)
yang
terkenal
dengan
pencarian,
penemuan
dan
teknik
tertentu.
Mereka
semua
akan
bertindak
sebagai
instruktur
guna
membagikan
ilmunya
secara
bebas
dan
terbuka
untuk
para
peserta.
• SPECIAL
PROGRAM:
Ibu
&
Anak
Program
ini
bertujuan
untuk
menunjukkan
salah
satu
irisan
realita
di
pentas
tari
Indonesia
ketika
banyak
penari
yang
menurunkan
kecintaannya
menari
pada
anaknya.
Hubungan
darah
pun
diperkaya
oleh
hubungan
artistik.
Di
irisan
realita
lainnya,
profesi
penari
secara
umum
sering
mendapat
tantangan
dari
masyarakat.
Banyak
orang
tua
-‐
terutama
para
kelas
menengah
urban
-‐
yang
mendorong
anaknya
untuk
mengambil
kursus
tari
sebagai
kegiatan
ekstra-‐kurikuler,
namun
keberatan
ketika
anaknya
serius
menekuni
'hobi'
ini
dan
lantas
berniat
menjadikannya
profesi
di
kemudian
hari.
Penari
masih
dianggap
sebagai
sekedar
hobi
dan
bukan
profesi
yang
bisa
disejajarkan
dengan
profesi
di
bidang
industri
kerja,
bahkan
di
bidang
industri
seni
lainnya
seperti
arsitektur
ataupun
desain.
• DISCUSSION:
Bicara
Tari
Program
diskusi
ini
dibuat
sebagai
wahana
bagi
para
praktisi
tari
-‐
koreografer,
penari,
produser
maupun
presenter
-‐
untuk
saling
berbagi
pengalaman,
mempertajam
ide
dan
melakukan
refleksi
serta
mengajukan
tinjauan
kritikal
atas
perjalanan
kreatif
dan
karya-‐karya
mereka.
Program
diskusi
juga
sebagai
wahana
dialog
antara
para
pelaku
tari
dengan
penonton
atau
pengapresiasi
karyanya.
• LIFETIME
ACHIEVEMENT
AWARD
Sebuah
penghargaan
dari
IDF
untuk
tokoh
tari
Indonesia
yang
telah
memberikan
kontribusi
signifikan
dalam
perkembangan
seni
tari
di
Indonesia.
Mereka
yang
mendedikasikan
hidupnya
bagi
pengembangan
seni
tari
Indonesia
secara
luas
patut
dikenang
dan
dicatat
serta
diabadikan
dalam
sejarah
nasional
dalam
bidang
kebudayaan
dan
seni.
Lifetime
Achievement
Award
juga
dianggap
perlu
diberikan
kepada
mereka
yang
telah
menentukan
keberadaan
IDF
selama
ini.
BINTANG
PERTUNJUKAN
THE
12TH
INDONESIAN
DANCE
FESTIVAL
2014
'EXPAND'
• RETNO
MARUTI
(INDONESIA)
Retno
Maruti
seorang
seniman
tari
dan
maestro
tari
Jawa
klasik
gaya
Surakarta,
mengembangkan
tari
Jawa
klasik
yang
dianggap
kuno
menjadi
memukau
selera
penonton
modern
dalam
beberapa
pagelaran
monumental.
Selain
mampu
menampilkan
seni
tradisi
dengan
suatu
kedalaman
rasa
secara
kreatif,
beliau
juga
berhasil
melahirkan
seniman
dan
penari
klasik
muda.
Retno
Maruti
aktif
melahirkan
karya-‐karya
baru
setiap
tahun
dan
telah
berkolaborasi
dengan
beberapa
seniman
nasional
dan
internasional.
6. The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014
memberikan
Commission
Work
kepada
Retno
Maruti
yang
akan
berkolaborasi
dengan
Seniman
Seni
Rupa
dipilih
oleh
tim
Kurator
IDF.
• EKO
SUPRIYANTO
(INDONESIA)
Eko
Supriyanto
termasuk
salah
satu
superstar
di
khasanah
seni
tari
Indonesia.
Beliau
adalah
sarjana
lulusan
dan
anggota
dari
fakultas
ISI
Surakarta,
Jawa
Tengah,
Indonesia,
bergelar
Master
of
Fine
Arts
(MFA)
dalam
bidang
Tari
dan
Koreografi
dari
UCLA
Department
of
World
Arts
and
Cultures
(2001)
dan
memiliki
PhD
degree
dari
UCLA
melalui
program
Fulbright
Scholarship
Grant
pada
musim
gugur
dan
musim
dingin
2007.
Ia
mempelajari
tari
keraton
jawa
dan
seni
bela
diri
pencak
silat
sejak
ia
berumur
tujuh
tahun
dari
kakeknya
di
Magelang,
Jawa
Tengah.
Karya
Eko
telah
ditampilkan
secara
luas
di
Indonesia,
Amerika
Serikat
(American
Dance
Festival
1997,
APPEX
1997,
1999
&
2000,
ACDFA,
Highways
Performance
Space,
The
Getty
Museum,
Japan
American
Theatre),
Asia
dan
Eropa.
Berkesempatan
menjadi
salah
satu
penari
latar
utama
di
konser
Madonna
“Drowned
World
2001".
Tidak
berhenti
di
situ
beliau
juga
bertindak
sebagai
konsultan
tari
untuk
Los
Angeles
and
National
Tour
of
Julie
Taymor’s
“Lion
King”
Broadway
production.
Pencetus
dan
direktur
artistik
untuk
Solo
Dance
Studio
di
Surakarta
Indonesia
sejak
1996
ini
ikut
terlibat
sebagai
penari
dan
koreografer
untuk
Peter
Sellars
and
John
Adam’s
Opera
“Flowering
Tree”
dan
ditampilkan
di
“New
Crowned
Hope
250
Years”
Mozart
Festival
di
Vienna
pada
tahun
2006.
Tahun
2013
beliau
melahirkan
beberapa
karya
kolaborasi
dengan
Pichet
Klunchun
(Thailand)
dan
Arco
Renz
(Belgia)
yang
telah
dipentaskan
di
negara-‐negara
Asia
dan
Eropa.
Hingga
sekarang
beliau
masih
aktif
terlibat
dalam
produksi
skala
nasional
dan
internasional.
• ARCO
RENZ
(BELGIA)
Arco
Renz
mulai
belajar
menari
dan
berakting
di
kota
kelahirannya
yaitu
Bremen,
Jerman,
kemudian
dilanjutkan
ke
Berlin
dan
Paris,
di
mana
pada
saat
yang
sama
dia
belajar
Teater
dan
Sinema
di
Freie
Universität
Berlin
dan
di
Université
de
Paris
III.
Tahun
2000
Arco
mendirikan
kelompoknya
sendiri,
yang
diberi
nama
Kobalt
Works,
dan
berbasis
di
Brussels,
Belgia.
Beberapa
produksinya
yaitu
Think
Me
Thickness
(2001),
.states.
(2001/2004),
Mirth
(2002),
Dreamlands
(2003),
Opium
(2004)
dan
heroïne
(2004),
Bullitt
(2006),
i!2
(2008),
PA
(2009),
1001
(2010),
Crack
(2011)
dengan
penari-‐penari
Kamboja.
dan
DUST
(2011).
Adapun
karyanya
yang
berjudul
Dreamlands
berawal
dari
kolaborasi
Arco
dengan
The
Bali
Purnati
Foundation
di
Indonesia.
Elemen
sentral
dari
karya-‐karya
Arco
adalah
prinsip
Dramaturgi
Abstrak:
berfokus
pada
konfrontasi
tubuh
yang
menari
dengan
parameter
waktu
dan
ruang,
ia
mencari
potensi
emosional
dari
abstraksi.
Pementasan-‐pementasannya
merupakan
hubungan
saling
mempengaruhi
yang
sukses
antara
gerak,
cahaya,
video,
dan
suara.
Pementasan
itu
lebih
dari
sekedar
tarian
yang
formal,
dan
menggambarkan
ekspresionisme
gemulai
yang
merupakan
perpaduan
antara
film-‐film
ekspresionis
Jerman
tahun
1920-‐an
dengan
bentuk
teater-‐tari
tradisional
Timur.
7. • JEROME
BEL
(PERANCIS)
Jérôme
Bel
tinggal
di
Paris
dan
bekerja
di
seluruh
dunia.
Ia
belajar
di
Centre
National
de
Danse
Contemporaine
d'Angers.
Dari
tahun
1985
sampai
1991,
Ia
menari
dengan
banyak
koreografer
di
Perancis
dan
di
Itali.
Tahun
1992,
beliau
adalah
asisten
Hilippe
Découflé
dalam
upacara
pembukaan
Olimpiade
Musim
Dingin
ke-‐16
di
Albertville.
Karya-‐karya
Jerome
Bel
antara
lain
adalah,
Nom
Donné
Par
L’auteur
(1994),
Jérôme
Bel
(1995),
dan
Shirtology
(1997).
Karyanya
yang
terakhir
ini
diprakarsai
oleh
Victoria
(Ghent)
dan
Centro
Cultural
de
Belem
(Lisbon).
Sebuah
versi
Jepang
dari
karya
ini
ditampilkan
di
Kyoto
dan
Tokyo.
Selanjutnya
Jerome
Bel
memroduksi
The
Last
Performance
(1998),
Xavier
Le
Roy
(1999)
dan
The
Show
Must
Go
On
(2001).
Karyanya
ini
juga
dimiliki
oleh
perkumpulan
teater
dari
The
Deutsches
Schauspielhaus
di
Hamburg.
Tahun
2004,
The
Last
Performance
(A
Lecture)
dipentaskan
dan
didaulat
sebagai
salah
satu
karya
terbaiknya.
• TAO
DANCE
THEATRE
(CINA)
Tao
Dance
Theater
dari
Beijing
telah
pentas
di
berbagai
festival
utama
internasional,
seperti
Lincoln
Center
Festival,
American
Dance
Festival,
Singapore
Arts
Festival,
DanceXchange
/
Birmingham,
Europalia
International
Arts
Festival
in
Brussels,
M.A.D.E
in
Stockholm,
dan
Spring
Dance
in
Sydney.
Setiap
pertunjukan
Tao
Dance
sangat
menakjubkan
dengan
soundscapes,
efek
panggung
serta
teknik
penari
yang
memukau
.
Tao
Ye
adalah
otak
dari
setiap
pertunjukan
tari
yang
berkualitas
dengan
kemasan
yang
memukau
dan
brilian.
Beliau
juga
bertindak
sebagai
Direktur
Artistik
dan
Koreografer
di
Tao
Dance
Theatre.
SUSUNAN
KEPANITIAAN
THE
12TH
INDONESIAN
DANCE
FESTIVAL
2014
'EXPAND'
Pelindung
Gubernur
Provinsi
DKI
Jakarta
Penasehat
Kepala
Dinas
Pariwisata
&
kebudayaan
Prov.
DKI
Jakarta
Rektor
Institut
Kesenian
Jakarta
Ketua
Yayasan
Seni
Budaya
Jakarta
Dr.
Sal
Mu
rgiyanto
Drs.
H.
Soeparmo
H.
Soedarmadji
J.H.Damais
Kurator
Artistik
Tang
Fu
Kuen
(Singapura),
Daisuke
Muto
(Jepang)
Dr.
Helly
Minarti
(Indonesia)
Nungki
Kusumastuti
S.Sn.,
M.Sos.
8. Maria
Darmaningsih
S.Sn.,
M.Ed.
Direktur
Eksekutif
Maria
Darmaningsih
S.Sn.,
M.Ed.
Direktur
Keuangan
Nungki
Kusumastuti
S.Sn.,
M.Sos.
Direktur
Management
&
Administrasi
Melina
Surya
Dewi
S.Pd,
M.Si.
Sekretaris
Jenderal
Yessy
Apriati
Manajer
Keuangan
Lusiati
KD
S.Sn.,
M.Sos.
Sekretaris
Magdalena
Rini
Taslan
Publisis
Hendra
Bagya
Nooryadin
PENUTUP
Akhir
kata,
semoga
kita
sebagai
bangsa
besar
yang
tumbuh
di
dalam
bermacam-‐macam
bentuk
tradisi,
kebudayaan
dan
kesenian
bergairah
untuk
menggegapgempitakan
pesta
perayaan
kesenian
tari
Indonesia
terbesar
berskala
internasional,
The
12th
Indonesian
Dance
Festival
2014
bertemakan
EXPAND
ini.
Semoga
pula
suguhan
program-‐program
di
dalamnya
dapat
memperluas
wawasan
dan
esensi
artistik
yang
bergizi
demi
tercapainya
sebuah
kehidupan
ideal
dalam
interaksi
peradaban
modern.
Oleh
karenanya
kawan-‐kawan
semua
mari
kita
perluas
elemen
hidup
kita
dengan
merasakan
pengalaman
artistik
dari
pertunjukan
seni
tari.
Let's
expand
our
life
by
experiencing
the
arts.
INFORMASI
Sekretariat
Indonesian
Dance
Festival
(IDF)
:
Yessy
(Eci):
0818787966
Gedung
Fakultas
Seni
Pertunjukan
Institut
Kesenian
Jakarta
Jl.
Cikini
Raya
No.73
Jakarta
10330
Email:
info@indonesiandancefest.org
Website:
www.indonesiandancefest.org