SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 25
PROPOSAL PTK




   UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI
 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PEMBELAJARAN
TEMATIK DENGAN PERMAINAN DAKON DI KELAS II SDN BALEREJO 2
              MADIUN TAHUN AJARAN 2012/2013




                       Disusun oleh :

                    LIANA INSAN DEWI

                     09141125/7D/PGSD




     PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

                FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

                    IKIP PGRI MADIUN

                           2013
BAB I

                                   PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah
          Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar,
   ditegaskan bahwa Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika            pada KTSP
   diperuntukkan bagi siswa SD sejak kelas I hingga kelas III. Seperti halnya untuk mata
   pelajaran lainnya, pembelajaran Matematika pada kurikulum tersebut untuk kelas
   rendah di SD (kelas I, II dan III) dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan
   terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya seperti PKn, SBK, IPS. Pembelajaran
   tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
   mengaitkan beberapa aspek, baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif antar
   mata pelajaran. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman
   belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara
   utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna disini
   memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami
   konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
   menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
   pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran
   terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga
   siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.
          Pemberlakuan pembelajaran tematik pada KTSP untuk siswa kelas rendah di
   SD dapat dibenarkan secara akademik, karena siswa pada usia tersebut masih
   berpandangan holistik serta berperilaku dan berpikir konkrit. Mereka belum terbiasa
   dengan cara berpikir terspesialisasi dan abstrak. Pengalaman belajar akan bermakna
   bagi mereka jika banyak berkaitan dengan ragam pengalaman keseharian mereka yang
   ditunjang dengan benda-benda dan fenomena nyata yang dapat diobservasi. Dengan
   demikian pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan tematik akan memberikan
   pengalaman     belajar   yang    sangat      kaya   bagi   siswa    dalam     rangka
   menumbuhkembangkan keragaman potensi yang dimiliki setiap siswa. Tumbuh dan
   berkembangnya potensi siswa secara optimal sejak usia dini akan sangat menentukan
   kualitas pengalaman dan hasil belajar mereka pada jenjang berikutnya.
Peningkatan kualitas guru adalah salah satu kunci memajukan pendidikan yang
ditunggu-tunggu oleh berbagai pihak terutama masyarakat, sebab salah satu aktor
penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru adalah orang yang langsung
berinteraksi dengan peserta didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan inspirasi
untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan prestasi Dalam kaitan itu,
kualitas dan kinerja guru sangat perlu ditingkatkan dalam pembelajaran maupun
administrasinya, karena masih banyak yang mengalami kendala sehingga hasilnya
belum sesuai dengan harapan. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain, kurang memadainya pengetahuan tentang model-model pembelajaran, kurangnya
keterampilan dalam pembelajaran, kurang kreatif dan inovatif dalam implementasi
pembelajaran, serta kurangnya pengalaman dalam memahami dan menyusun
administrasi, serta kurang intensifnya kegiatan supervisi berkelanjutan bagi guru, yang
berupa      bimbingan,   penggerakan    motivasi,    nasihat,    dan     pengarahan   yang
bertujuan untuk      meningkatkan       guru        dalam       proses     belajar mengajar
yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
         Di temukan fakta bahwa siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun banyak yang
mengalami kesulitan ketika belajar menghitung bilangan penjumlahan dan
pengurangan terutama siswa kelas, sedangkan kelas II Sekolah Dasar menggunakan
pembelajaran tematik . Dalam pembelajaran sehari-hari, guru sudah menjelaskan
perhitungan bilangan secara lisan, tertulis di papan tulis, memberi contoh perhitungan,
bahkan memberi soal-soal latihan, dan pekerjaan rumah bagi siswa kelas II SDN
Balerejo 2 untuk menghitung bilangan. Namun, tetap saja kemampuannya menghitung
bilangan rendah.
         Akar penyebab rendahnya penguasaan perhitungan bilangan penjumlahan dan
pengurangan tersebut di duga karena guru kurang tepat dalam pemilihan cara dan
media dalam membelajarkan siswa. Secara teoritik, siswa kelas II SD kemampuan
berfikirnya masih berada pada kemampuan berfikir konkrit, sementara selama ini
siswa sudah di ajar dengan berfikir abstrak dengan menggunakan lambang-lambang
bilangan.    Keadaan     tersebut   menjadikan   siswa      mengalami     kesulitan   untuk
membayangkan dalam menghitung bilangan terutama perkalian dan pembagian.
         Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung, maka guru harus kreatif
dalam memanfaatkan media yang ada misalnya dengan media dakon, dakon
merupakan permainan tradisional yang ada di daerah Jawa, hampir semua penduduk
Jawa mengenal permainan dakon atau congklak, cara memainkannya mudah dan
   alatnya bisa membuat sendiri tanpa harus membelinya kalaupun tidak bisa membuat
   bisa menggunakan lantai, sedangkan pembelajaran di SD terutama kelas rendah
   dengan menggunakan pembelajaran Tematik. Penerapan pembelajaran tematik dengan
   Permainan dakon bisa diterapkan dalam mata pelajaran matematika yang dikaitkan
   dengan mata pelajaran lainnya yaitu mata pelajaran SBK, PKn, IPS. Misalnya di
   dalam pembelajaran SBK guru bisa menjelaskan bahwa permainan dakon merupakan
   kebudayaan orang Jawa pada jaman dahulu dalam konteks permainan.
          Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan berupaya untuk
   meningkatkan keaktifan, kreatifitas, rasa senang dan kemampuan siswa dalam
   menghitung bilangan dengan menerapkan pembelajaran tematik dengan permainan
   dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.


B. Batasan Masalah
          Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi masalah yang
   akan dikaji agar penelitian lebih terfokus. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
   sebagai berikut:

   1. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran
      2012/2013.
   2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang operasi hitung
      penjumlahan dan pengurangan.

   3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran
      tematik dengan permainan dakon.


C. Rumusan Masalah
          Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah :
  1. Bagaimana penerapan permainan dakon dalam meningkatkan kemampuan
     melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik
     dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran
     2012/2013 ?
  2. Apakah alat peraga dakon dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi
     penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan
     dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ?
D. Tujuan Penelitian
          Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan
   sebagai berikut :

   1. Mendiskripsikan penerapan permainan dakon dalam meningkatkan kemampuan
       melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik
       dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran
       2012/2013.
   2. Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan
       pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II
       SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ?


E. Manfaat Penelitian

   Hasil penelitian ini daharapkan dapat memeberikan manfaat sebagai berikut:

   1. Manfaat Teoritis

       Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh aturan-aturan, rambu-rambu dan model
       pembelajaran tematik yang lebih realistik yang mungkin dikembangkan
       disekolah dasar.

   2. Manfaat Praktis
      a. Bagi siswa
            Siswa akan lebih aktif, kreatif, merasa senang, dan kemampuannya dalam
            menghitung bilangan penjumlahan dan pengurangan akan meningkat.
            Digunakan siswa untuk memotivasi belajar agar prestasi belajar
            matematika dapat lebih meningkat.
      b. Bagi Guru
           Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk
           memecahkan permasalahan secara terencana dan sistematis yang tekait
           dengan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, khususnya di kelas II
           Sekolah Dasar Negeri Balerejo 2 Madiun.
           Guru dimungkinkan menerapkan model pembelajaran menghitung bilangan
           dengan memanfaatkan benda-benda konkrit dan dapat menggunakan
           permainan dakon untuk pemahaman siswa dalam belajar sepanjang keadaan
           sekolah tempat mengajarnya memiliki karakteristik/keadaan yang sama atau
           hampir sama dengan kelas tempat penelitian ini berlangsung.
      c. Bagi Sekolah
              Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan proses
              pembelajaran para gurunya
Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah
       Meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan prestasi belajar siswa
       dan kinerja guru
d. Bagi Peneliti
   Menambah wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
   model pembelajaran dengan berbagai macam tipe dan pemanfaatan media
   pembelajaran di dalamnya yang cocok sehingga mampu menciptakan keaktifan
   siswa dan memperoleh hasil belajar yang baik.
BAB II

                                  PEMBAHASAN



A. Kajian pustaka

   1. Karakteristik siswa SD
              Siswa SD terutama kelas rendah cara berfikirnya masih konkrit, mereka
      masih senang bermain daripada belajar, jika disuruh kerja kelompok masih sulit
      untuk diatur maka dari itu guru harus pintar dalam mengatur atau memilih strategi,
      metode, pendekatan, media pembelajaran agar siswa senang dalam belajar.
      Masa-masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut.
      1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
        jasmani dengan prestasi sekolah;
      2. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan
          tradisional;
      3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
      4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain;
      5. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak
        penting.
      6. Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0) anak menghendaki nilai ( angka rapor) yang
        baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau
        tidak;
      7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang      abstrak;
      8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang
        dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara
        jelas perbedaan bemain dengan bekerja;
      9. Kemampuan mengingat dan berbahasa sangat cepat dan mengagumkan.


   2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
              Pembelajaran Tematik berlaku untuk siswa kelas rendah karena siswa pada
      usia tersebut masih berpandangan holistik serta berperilaku dan berpikir konkrit.
      Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang
utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
       Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa
   Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai
   dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
   sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
   yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
   aktivitas belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
   Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
   (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada
   sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
   abstrak.
c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
   Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
   begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
   yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
   Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
   dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami
   konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa
   dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
   hari.
e. Bersifat fleksibel
   Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
   bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
   mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
   sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
   Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
   sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan
     kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
     anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
     pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan
     belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar
     dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan
     berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai
     dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)
     Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
     komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.


3. Media Pembelajaran
         Menurut Briggs media pembelajaran pada hakikatnya adalah peralatan fisik
  untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran (Anitah, 2008).
  Termasuk di dalamnya buku, video, tape, slide suara, suara guru, tape recorder,
  modul atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Sementara itu
  Smaldino berpendapat media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi
  (Anitah, 2008). Jadi pengertian media adalah sesuatu atau alat yang memuat
  informasi yang dapat dikomunikasikan kepada para siswa dan dapat menciptakan
  suatu kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan
  dan sikap sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media juga berperan
  sebagai perantara atau pengantar. Konsep media pembelajaran memiliki dua segi
  yang satu sama yang lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan
  materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software).
         Menurut     Munir    (2008)      manfaat    dan   kelebihan-kelebihan   media
  pembelajaran adalah :
  1) Dapat      memberikan    pemahaman       yang    lebih   dalam   terhadap   materi
     pembelajaran yang sedang dibahas.
  2) Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak menjadi
     konkret.
  3) Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi, aktifitas dan
     kreativitas belajar peserta didik.
  4) Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan
     memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran peserta didik.
5) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memberikan
     pengalaman nyata dan langsung. Misalnya peserta didik mengamati tentang
     jenis-jenis tumbuhan. Mereka dapat langsung melihat, memegang, atau
     merasakan tumbuhan tersebut.


4. Alat Peraga
         Peraga berasal dari kata raga yang berarti jasad atau bentuk. Alat peraga
  dalam pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan untuk mmenunjukkan
  sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian pembelajaran. Soelarko
  berpendapat fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak
  dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan
  pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (Dedeawan, 2008). Sementara
  itu menurut Sudjana (2002) ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses
  belajar-mengajar, yakni : (1) penggunaan alat peraga dalam proses belajar
  mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri
  sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; (2)
  penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi
  mengajar; (3) alat peraga dalam pengajaran pengggunaannya integral dengan
  tujuan dan isi pelajaran; (4) alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat
  hiburan atau bukan sekedar pelengkap; (5) alat peraga dalam pengajaran lebih
  diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa
  dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; (6) penggunaaan alat peraga
  dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
         Guru dalam menggunakan alat peraga hendaknya memperhatikan sejumlah
  prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang
  baik. Prinsip-prinsip ini adalah : (1) menentukan jenis alat peraga dengan tepat,
  artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai
  dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan; (2) menetapkan atau
  memperhitungkan subyek yang tepat, artinya perlu dipertimbangkan tingkat
  kemampuan atau kematangan anak didik; (3) menyajikan alat peraga dengan tepat;
  (4) menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi
  yang tepat (Sudjana, 2002).
         Sementara itu Soelarko menggolongkan macam-macam alat peraga
  berdasarkan pada bahan yang dipakai : (1) gambar-gambar (lukisan), dalam
matematika misalnya gambar bangun ruang, bangun datar, gambar mata uang dan
  siswa disuruh menjumlahkannya dan lain-lain; (2) benda-benda alam yang
  diawetkan, pada matematika misalnya guru bisa menggunakan bahan-bahan dari
  kayu sebagai alat peraganya. (3) model. Model adalah bentuk tiruan dalam skala
  kecil, misalnya saja guru juga bisa sebagai model dalam menjelaskan materi
  pembelajaran.


5. Permainan Tradisional
          Permainan tradisional terdiri dari dua kata “permainan” dan “tradisional”.
   Permainan berasal dari kata main, yang berarti melakukan perbuatan untuk tujuan
   bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak), berbuat sesuatu dengan
   sesuka hati, berbuat asal saja. Tradisional berasal dari kata tradisi yang berarti
   segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dsb) yang turun-
   temurun dari nenek moyang. Tradisional berarti bersifat turun-temurun
   (pandangan hidup, kepercayaan, kesenian, tarian, upacara, dsb).


6. Permainan Dakon
          Dakon adalah permainan tradisional yang diambil dari bahasa Jawa.
   Dalam bahasa indonesia disebut permainan congklak. Congklak adalah lokan
   yang dipakai untuk permainan, ada bermacam-macam seperti baiduri, putih, dsb.
   Permainan dengan kulit lokan (biji-bijian, dsb) dan kayu yang bentuknya seperti
   perahu yang berlubang-lubang (di Jawa disebut dakon), buah biji-bijian (kulit
   lokan, dsb) yang dipakai dalam permainan congklak, papan kayu bentuknya
   seperti perahu berlubang-lubang untuk bermain congklak.
          Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua
   orang yang biasanya perempuan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau
   plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm.
   Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantara keduanya
   terdapat lubang yang lebih kecildari induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap
   deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan
   kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah.
          Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang
   bagian sisi milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang
   yang dilalui termasuk lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali
lubang induk milik lawan, jika biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian
   lain maka bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang
   selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir jatuh kelubang yang kosong.
   Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan
   yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang terdapat
   di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang
   paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang induk miliknya. Permainan ini
   merupakan sarana untuk mengatur strategi dan kecermat.




                          Gambar : variasi bentuk papan dakon

       Dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian dengan permainan dakon/congklak ini, tidak menggunakan aturan
baku dalam permainan dakon, tetapi aturan dimodifikasikan dan disesuaikan
kebutuhan untuk mencapai kompetensi peserta didik tentang melakukan penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian, sebagai berikut:
a. Permainan dilakukan oleh dua orang peserta didik (kelompok berpasangan);
b. Masing-masing kelompok mengambil lokan berupa biji-bijian, atau kerikil,
   kelereng, kulit kerang dan lain-lain sebanyak 100-150 butir.
c. Dalam permainan ini, anggota kelompok bekerja sama dan berkompetisi.satu
   anggota kelompok memegang dan memainkan, sedangkan satu anggota lainnya
   memberi soal, menulis jawaban, dan menilai temannya yang sedang bermain.
   Misalnya:
   7 x 5 = ....
   Langkah-langkah :
1) Pemain dakon, mengambil biji-bijian sebanyak 5 dan dimasukkan ke lubang
   sebanyak 7 lubang/kali.




                            5
                            5
                            5
                            5
                            5
                            5
                            5



   2) Kemudian hitung dengan cara menjumlahkan isi semua lubang =
       5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35
   3) Pemain menyebutkan jawabannya 7 x 5 = 35, dan temannya menuliskan
      pada lembar kerja siswa.
   4) Penilai memberi nilai, dan seterusnya sampai selesai semua soal.
          Jika siswa sudah memahami konsep tersebut maka dapat dinaikkan
   jumlah bilangan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. Uraian diatas
   merupakan cara untuk menerapkan pembelajaran tematik dengan permainan
   dakon.
            Dalam penguasaan konsep dan pemahaman suatu materi pelajaran
   sangat diperlukan baik bagi guru maupun siswa. Karena dengan pemahaman
   dan penguasaan konsep pembelajaran, otomatis materi pelajaran dapat diserap
   dan diterima oleh siswa dengan baik, maka target yang diharapkan dapat
   terlaksananya sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam silabus, RPP,
   prota, promes.
d. Setelah permainan selesai menyelesaikan lima soal dan mendapat nilai, maka
   permainan dilakukan bergantian dengan soal yang berbeda.
e. Permainan selesai, maing-masing kelompok melaporkan hasil permainannya
   kepada guru.
       Kelebihan dari media pembelajaran ini adalah : 1) tidak memerlukan
biaya yang sangat besar , murah meriah. 2) siswa akan lebih senangbdan enjoy
dalam belajar matematika, walaupun dikemas dalam bentuk permainan tetapi
tidak meninggalkan tujuan pembelajaran. 3) dapat meningkatkan daya kreativitas
siswa, baik dari aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. 4) menjalin rasa
   kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam pembelajaran
   kelompok. 5) dalam kurun waktu 1 kali pertemuan konsep penjumlahan,
   pengurangan, perkalian dan pembagian dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
   6) mengenalkan permainan tradisional yang bisa diimplementasikan pada
   pelajaran lain, contohnya adalah Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Bahasa
   Daerah, PKn, dan sebagainya, sesuai dengan tema yang ada di pelajaaran
   Tematik. Sedangkan kekurangan dan kelemahan media pembelajaran dakon ini
   adalah : 1) belum semua siswa dan guru mengerti tentang alat permainan congklak
   atau dakon ini. 2) media pembelajaran ini mudah rusak, dan 3) belum tentu di
   semua daerah mengenal permainan ini karena dakon merupakan permainan
   tradisional daerah jawa.


7. Pembelajaran Tematik dengan Permainan Dakon
        Pembelajaran di SD khususnya pada kelas tematik atau rendah, memang
   memerlukan tips atau trik dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikarenakan
   bahwa pada usia SD tersebut anak didik masih diliputi sifat kekanak-kanakan atu
   masih suka bermain. Sehingga, alangkah baiknya dalam pelajaran kita
   menggunakan metode education game (game pendidikan) yang fungsinya untuk
   memancing siswa dalam belajar, artinya bermain sambil belajar bukan belajar
   sambil bermain misalnya saja guru bisa menggunakan permainan tradisional
   sebagai media pembelajaran yaitu salah satunya yang saya gunakan adalah dakon.
          Penerapan pembelajaran tematik dengan Permainan dakon bisa diterapkan
   dalam mata pelajaran matematika yang di kaitkan dengan mata pelajaran lainnya
   yaitu mata pelajaran SBK, PKn, IPS yang sesuai dengan tema. Pada mata
   pelajaran SBK, PKn, IPS ada salah satu SK dan KD-nya mengenai kebudayaan
   sedangkan dakon itu sendiri merupakan suatu kebudayaan orang jawa dalam
   konteks permainan dan permainan dakon dapat meningkatkan pemahaman dan
   kecerdasan siswa dalam menghitung bilangan penjumlahan, pengurangan,
   pembagian dan perkalian terutama perkalian dan pembagian untuk siswa kelas II
   sekolah dasar.
8. Pembelajaran yang mengaktifkan, menjadi kreatif dan menyenangkan
   (PAKEM)
   Pembelajaran PAKEM mempunyai ciri-ciri atau karakteristik antara lain adalah :

   1. Aktif

      Ciri pertama pembelajaran model PAKEM adalah aktif. Maksudnya
      pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif
      dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya dan
      mengamati pengaruh dari manipulasi obyek-obyek tersebut. Dalam hal ini guru
      pun terlibat secara aktif, baik dalam merancang, melaksanakan, dan
      mengevaluasi proses pembelajarannya.

   2. Kreatif

      Ciri kedua pembelajaran model ini adalah kreatif. Maksudnya
      pembelajarannya membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi
      dengan lingkungan, bahan ajar, dan 15esame peserta didik, utamanya dalam
      menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam
      pembelajaran. Dalam hal ini, guru pun dituntut ntuk kreatif dalam merancang
      dan melaksanakan pembelajaran model PAKEM ini.

   3. Efektif

      Ciri ketiga pembelajaran model ini adalah efektif. Maksudnya, dengan
      pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dapat meningkatkan
      efektivitas pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas
      hasil belajar peserta didik.

   4. Menyenangkan

      Ciri keempat pembelajaran model ini adalah menyenangkan. Maksudnya,
      pembelajaran   model   PAKEM      dirancang      dapat   menciptakan   suasana
      pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana pembelajaran yang
      menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
      Dalam kaitan ini, Rose and Nicholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran
      yang menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

        Menciptakan lingkungan tanpa stress, lingkungan yang aman untuk
          melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tetap tinggi.
        Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika Anda
          melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar.
        Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada
          umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama dengan orang
lain, ketika ada humor dan dorongan semangat , waktu rehat dan jeda
         teratur, serta dukungan antusias.
      Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak
         kanan.
      Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan
         mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin
         kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
      Mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang
         dalam periode-periode yang relaks.


         Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua
  aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak
  dapat berekspresi dan bererplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah
  diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan anak-anak juga dapat
  mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun
  mental intelektual dan spiritual. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan
  yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat
  merangsang dan memupuk kreatifitas anak sesuai dengan potensi yang
  dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa
  yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa : “proses pembelajaran
  pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik,
  melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.
         Pembelajaran di kelas tidak hanya menggunakan teori dan ceramah saja,
  tetapi penggunaan sumber dan alat belajar yang beragam dan bervariasi akan
  menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.


9. Kemampuan Siswa SD dalam Menghitung Bilangan Penjumlahan dan
  Pengurangan.
         Pada mata pelajaran Matematika pada materi menghitung bilangan
  penjumlahan dan pengurangan siswa kelas II SDN Balerejo 2 kurang dapat
  menguasainya sulit untuk mempelajarinya dan nampaknya pembelajaran
  matematika saat ini masih sebagai “hantu” bagi semua siswa, khususnya bagi
  siswa di tingkat Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya matematika apabila
dipelajari dengan baik maka akan timbul perasaan senang, suka, gembira dan
       akhirnya bisa.


B. Kerangka pikir
          Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka pikir, dapat digambarkan
   dalam skema berikut.

                                  Gambar kerangka pikir


                                1. Hasil belajar matematika rendah

      MASALAH                   2. Penggunaan pendekatan/strategi/metode
                                kurang efektif dan efisien

                                3. Kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
                                matematika kurang

                                1. Menggunakan buku-buku sumber yang relefan
      TINDAKAN                  2. Pembelajaran operasi hitung penjumlahan,
                                pengurangan, perkalian dan pembagian
                                melalui permainan dakon/congkak




                                 Kemampuan memahami konsep Penjumlahan,
          HASIL                  pengurangan, perkalian dan pembagian melalui
                                 permainan dakon meningkat mencapai batas
                                 minimal 85 %




C. Hipotesis Tindakan
          Berdasarkan Kerangka piker di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian
   “Melalui permainan dakon, diharapkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan
   pengurangan pada siswa kelas II SDN Balerejo 02 Madiun dapat meningkat”
BAB III

                           METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
          Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Balerejo 2 Madiun Tahun Ajaran
   2012/2013, selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2012.


B. Subyek Penelitian
          Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah siswa kelas II SDN Balerejo
   2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di
   SDN Balerejo 2 Madiun yaitu:
   a. Penerapan permainan dakon/congkak dalam pembelajaran matematika belum
      pernah diteliti di SDN Balerejo 2 Madiun.
   b. Tersedianya buku sumber dan data-data yang mengupas tentang permainan
      dakon/congkak.
   c. Penghematan waktu dan biaya karena lokasi penelitian merupakan           sekolah
      tempat peneliti bertugas.


C. Desain Penelitian
          Pembelajaran matematika dengan materi melakukan operasi penjumlahan dan
   pengurangan melalui permainan tradisional dakon dirancang dengan menggunakan
   skenario sebagai berikut;
   1. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
     permainan tradisional dakon menggunakan aturan yang telah dimodifikasi;
   2. Guru menyiapkan peralatan permainan dakon (papan dakon, biji-bijian: saga, kecik,
     dsb);
   3. Guru membentuk kelompok belajar berpasangan dengan tugas; (1) sebagai pemain,
     dan (2) sebagai penyampai soal dan penilai;
   4. Guru menjelaskan aturan permainan kepada peserta didik;
   5. Permainan selesai setelah kedua anggota kelompok berpasangan melakukan
     permainan secara bergantian dan masing-masing telah memperoleh nilai;
   6. Pemenang dari permainan dakon, adalah pemain yang memperoleh nilai lebih tinggi;
7. Pemenang kelompok yang satu akan dipertemukan dengan pemenang kelompok
  yang lain.
         Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas . Arikunto (2006:3)
  menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap
  kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
  dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang
  akan dilakukan oleh siswa. Adapun tujuan PTK adalah untuk memeperbaiki dan
  meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
         Rancangan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-
  masing terdiri 4 tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting),
  pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).



                                                         Perencanaan I

                                           Pembelajaran     menggunakan         media
                                           permainan dakon dengan 4 anak.




                                                               Perencanaan II

                                                  Pembelajaran     menggunakan          media
                                                  permainan dakon dengan 2 anak.




  Bagan 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Mulyasa (2011)
Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah Penelitian
Siklus 1
1.   Perencanaan
     Perencanaan merupakan langkah menyusun rancangan tindakan yang akan
     dilakukan dalam proses belajar mengajar.
     a. Mengidentifikasi masalah
     b. Menentukan SK dan KD pembelajaran
     c. Menyusun RPP
     d. Menyusun dan menyiapkan lembar kegiatan
     e. Menyusun dan menyiapkan tes evaluasi
     f. Menyusun lembar observasi keaktifan siswa
2. Tindakan
     Tindakan dalam hal ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun
     sebelumnya.
     a. Guru mengadakan persiapan pembelajaran, yakni menyiapkan siswa dan
        media pembelajaran yang akan digunakan.
     b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dengan
        bantuan media pembelajaran yang telah dipersiapkan.
     c. Melakukan evaluasi pada saat pembelajaran.
3. Observasi
        Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama guru
     pada saat proses pelaksanaan tindakan.
     Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung.
     Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
     lembar observasi untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran yang telah
     diberikan oleh guru dan aktivitas dalam proses pembelajaran.
4. Refleksi
        Refleksi adalah pengkajian terhadap hasil pengamatan dari rangkaian
     tindakan yang telah dilakukan.
     Refleksi dilakukan oleh peneliti. Dengan analisis data akan diketahui kelebihan
     dan kekurangan, jika terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus II.
SiklusII
   Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja
   perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih
   mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.



D. Teknik Pengumpulan Data
         Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,
   karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar
   mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan
   standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang
   digunakan peneliti adalah sebagai berikut
   1. Dokumentasi
              Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,
      pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga
      masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas
      maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-
      catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan
      digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang
      perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar di SDN Balerejo 2 Madiun.
              Di penelitian ini dalam teknik pengumpulan data       yang menggunakan
      dokumentasi adalah RPP, penggunaan media, dan soal evaluasi.
   2. Observasi langsung
              Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
      mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam
      kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu.
      Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara
      sistematik    tentang   bagaimana    proses   pelaksanaan     pembelajaran.Tujuan
      menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan
      sebagainya tentang perilaku. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari
      subyek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau
      berkomunikasi secara verbal. Dalam penelitian ini yang perlu menggunakan teknik
      pengumpulan data adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Observasi yang pertama yaitu pengamatan partisipasi dan keaktifan siswa
      dalam pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh observer 1 yaitu peneliti sendiri
      saat proses pembelajaran.
      Observasi keaktifan siswa terdapat 5 point yang diamati yaitu:
      -   Perhatian siswa terhadap pelajaran
      -   Menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain
      -   Keberanian siswa merespon dan bertanya kepada guru
      -   Mempresentasikan tugas yang telah diberikan
      -   Membuat kesimpulan materi yang telah diajarkan

      Kemudian menulis hasil pengamatan di lembar pengamatan yang telah
      dipersiapkan

      Observasi kedua yaitu pengamatan kepada aktifitas mengajar yang dilakukan oleh
      guru, yaitu yang dilakukan oleh observer 2 yaitu pengamat lain.
      Observasi aktifitas mengajar guru terdapat 8 point yang diamati yaitu:
      -   Membuka kegiatan pembelajran
      -   Penjelasan konsep materi
      -   Komunikasi dengan siswa
      -   Pengelolaan kelas
      -   Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
      -   Memberi motivasi dan pengutan
      -   Menutup kegiatan pembelajaran
      -   Mengadakan evaluasi
   3. Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil
       yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk
       multiple choise agar banyak materi tercakup.


E. Instrumen Penelitian
   1. Peneliti

                 yang   menjadi instrumen penelitian ini pada dasarnya adalah peneliti
       sendiri. Peneliti menjadi instrumen peneliti karena dalam proses pengumpulan
       data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan
       yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subyek peneliti. Peneliti dapat
saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan dan menggambarkan
    pertanyaan dari pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi
    tersebut dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang
    berupa dokumen yang sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga
    menambah daftar dokumen yang akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika
    melakukan proses dokumentasi.
           Meskipun peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat
    melekukan adaptasi aktif terhadap keadaan subjek dan fokus penelitian, namun
    untuk menjaga fokus masalah penelitian maka peneliti juga mengggunakan
    instrumen penelitian yang berupa pedoman-pedoman : observasi atau lembar
    pengamatan, wawancara, dokumentasi, cacatan lapang, ceck list dan soal tes.
2. Observasi atau lembar pengamatan

           Melakukan      observasi     dengan     cara        :    mengamati,    dan
    mencatat/mendiskripsikan gejala-gejala yang tampak yang terjadi dalam praktik
    pembelajaran sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan. Ketika
    melakukan observasi peneliti dapat juga mencatat gejala-gejala yang terjadi pada:
    siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang dilakukan guru,
    anekdot-anekdot yang terjadi, konteks-konteks saat melakukan observasi dan
    mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak yang
    bersangkutan.
           Pada saat melakukan observasi, peneliti dapat juga merekam dengan
    handycamp,mewawancarai : siswa dan guru, mengisi form-form lembar observasi
    yang sudah dipersiapkan, menelaah dokumen fortofolio siswa, dokumen
    perangkat pembelajaran, dan lainnya yang sesuai dengan fokus penelitian,
    mengamati siswa-siswi ketika: mengerjakan LKS, berdiskusi, melaksanakan
    tugas, dan berbagai aktivitas pembelajaran yang terjadi.
3. Catatan lapang

           Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar,
    dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi
    terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moloeng,2005:153).
4. Ceck list

           Checklist digunakan untuk mengukur indikator program yang dapat dinilai
    sendiri oleh peneliti dan tidak membutuhkan pendapa torang lain. Program
diamati, lalu di-checkcross-kan dengan variable pada indikator yang telah
       ditetapkan.Dalam     checklist digunakan    dua    pilihan,   yaitu   ya/ada   atau
       tidak/tidak ada Untuk pertanyaan positif, jawaban ya/ada memiliki bobot
       1,sedangkan jawaban tidak / tidak ada berbobot 0. Sedangkan bobot
       untuk pertanyaan negatif adalah sebaliknya.
   5. Soal Evaluasi

               Soal evaluasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk
       mengetahui hasi belajar siswa. Bentuknya bisa berupa pilihan ganda, isian
       ataupun uraian.


F. Analisis Data
          Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan
   mengelompokkan data, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data dan
   yang terakhir adalah menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data
   diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut
   sebagai reduksi data. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan
   sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel. Tahap terakhir,
   berdasarkan paparan atau deskripsi yang sudah dibuat maka ditarik kesimpulan dalam
   bentuk pernyataan singkat.
DAFTAR PUSTAKA


Malawi Ibadullah, 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Madiun : IKIP PGRI Madiun

Ridwan Mohamad, 2012. Media Majalah Bulanan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,
Surabaya : Karunia

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta

http://pengetahuanolahraga.wordpress.com/2011/08/24/catatan-lapangan-penelitian-
kualitatif/

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaranLaporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaransyamsiahsiah
 
Laporan Media Pembelajaran
Laporan Media PembelajaranLaporan Media Pembelajaran
Laporan Media Pembelajaranismawati01
 
Makalah Media Pembelajaran Matematika
Makalah Media Pembelajaran MatematikaMakalah Media Pembelajaran Matematika
Makalah Media Pembelajaran MatematikaGita Setiawan
 
Panduan pembuatan dan penggunaan media sederha
Panduan pembuatan dan penggunaan media sederhaPanduan pembuatan dan penggunaan media sederha
Panduan pembuatan dan penggunaan media sederhaAnsar Langnge
 
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)Khusnul Kotimah
 
517859053 essay-sekolah-penggerak
517859053 essay-sekolah-penggerak517859053 essay-sekolah-penggerak
517859053 essay-sekolah-penggerakMuhammadPahri
 
Modul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iii
Modul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iiiModul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iii
Modul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iiiSYUKUR123
 
Laporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaranLaporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaraninesnurjanah
 
Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062
Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062
Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062NoviPky
 
Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)
Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)
Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)amirahmiyati12
 
Buku ajar media pembelajaran
Buku ajar media pembelajaranBuku ajar media pembelajaran
Buku ajar media pembelajaranbagibagiilmu
 
alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematika
alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematikaalat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematika
alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematikaInterest_Matematika_2011
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaranSYUKUR123
 
Artikel media pembelajaran matematika
Artikel media pembelajaran matematikaArtikel media pembelajaran matematika
Artikel media pembelajaran matematikaRzky Mpit
 

Mais procurados (17)

Laporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaranLaporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaran
 
Laporan Media Pembelajaran
Laporan Media PembelajaranLaporan Media Pembelajaran
Laporan Media Pembelajaran
 
Makalah Media Pembelajaran Matematika
Makalah Media Pembelajaran MatematikaMakalah Media Pembelajaran Matematika
Makalah Media Pembelajaran Matematika
 
Media pembelajaran leli lestari
Media pembelajaran leli lestariMedia pembelajaran leli lestari
Media pembelajaran leli lestari
 
Panduan pembuatan dan penggunaan media sederha
Panduan pembuatan dan penggunaan media sederhaPanduan pembuatan dan penggunaan media sederha
Panduan pembuatan dan penggunaan media sederha
 
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
Makalah Pengembangan Media Pembelajaran (Perencanaan Pembelajaran)
 
Rpp dasar pemetaan
Rpp  dasar pemetaanRpp  dasar pemetaan
Rpp dasar pemetaan
 
517859053 essay-sekolah-penggerak
517859053 essay-sekolah-penggerak517859053 essay-sekolah-penggerak
517859053 essay-sekolah-penggerak
 
Modul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iii
Modul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iiiModul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iii
Modul media pembelajaran oleh muhammad syukur 14010101147 pai c iii
 
Laporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaranLaporan media pembelajaran
Laporan media pembelajaran
 
Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062
Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062
Modul media pemeblajaran di sd novi 193020212062
 
Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)
Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)
Laporan pengaplikasian media untuk anak sekolah menenggah atas (SMA)
 
Buku ajar media pembelajaran
Buku ajar media pembelajaranBuku ajar media pembelajaran
Buku ajar media pembelajaran
 
alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematika
alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematikaalat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematika
alat peraga manipulatif dalam pembelajaran matematika
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Artikel media pembelajaran matematika
Artikel media pembelajaran matematikaArtikel media pembelajaran matematika
Artikel media pembelajaran matematika
 
Makalah perbaikan pembelajaran matematika
Makalah perbaikan pembelajaran matematikaMakalah perbaikan pembelajaran matematika
Makalah perbaikan pembelajaran matematika
 

Semelhante a Meningkatkan Kemampuan Hitung Siswa Lewat Dakon

ppt best practice.ppt
ppt best practice.pptppt best practice.ppt
ppt best practice.pptarifianto26
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Pipit Wijaya
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Mohamad Ridwan
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptkrela eryd
 
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docxLK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docxTukanARYS
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beliMelly PMI
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)nu rokhman
 
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiPTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiNi Ekarianti
 
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunagaLingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunagaOperator Warnet Vast Raha
 

Semelhante a Meningkatkan Kemampuan Hitung Siswa Lewat Dakon (20)

ppt best practice.ppt
ppt best practice.pptppt best practice.ppt
ppt best practice.ppt
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docxLK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
LK 1. 2 Darius Magun Tukan, S.Pd.docx
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
857129993 1639213727
857129993 1639213727857129993 1639213727
857129993 1639213727
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Proposal baru
Proposal baruProposal baru
Proposal baru
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiPTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunagaLingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
Lingkungan di kelas iii sd negeri 11 kontunaga kecamatan kontunaga
 

Mais de Harry Widodo (9)

Ppt ptk mei diyah s
Ppt  ptk  mei diyah sPpt  ptk  mei diyah s
Ppt ptk mei diyah s
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk'ku
Ptk'kuPtk'ku
Ptk'ku
 
Ppt'ku
Ppt'kuPpt'ku
Ppt'ku
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Ppt ptk q
Ppt ptk qPpt ptk q
Ppt ptk q
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Resume ptk
Resume ptkResume ptk
Resume ptk
 

Meningkatkan Kemampuan Hitung Siswa Lewat Dakon

  • 1. PROPOSAL PTK UPAYA PENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN PERMAINAN DAKON DI KELAS II SDN BALEREJO 2 MADIUN TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun oleh : LIANA INSAN DEWI 09141125/7D/PGSD PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar, ditegaskan bahwa Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada KTSP diperuntukkan bagi siswa SD sejak kelas I hingga kelas III. Seperti halnya untuk mata pelajaran lainnya, pembelajaran Matematika pada kurikulum tersebut untuk kelas rendah di SD (kelas I, II dan III) dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya seperti PKn, SBK, IPS. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif antar mata pelajaran. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Pemberlakuan pembelajaran tematik pada KTSP untuk siswa kelas rendah di SD dapat dibenarkan secara akademik, karena siswa pada usia tersebut masih berpandangan holistik serta berperilaku dan berpikir konkrit. Mereka belum terbiasa dengan cara berpikir terspesialisasi dan abstrak. Pengalaman belajar akan bermakna bagi mereka jika banyak berkaitan dengan ragam pengalaman keseharian mereka yang ditunjang dengan benda-benda dan fenomena nyata yang dapat diobservasi. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan tematik akan memberikan pengalaman belajar yang sangat kaya bagi siswa dalam rangka menumbuhkembangkan keragaman potensi yang dimiliki setiap siswa. Tumbuh dan berkembangnya potensi siswa secara optimal sejak usia dini akan sangat menentukan kualitas pengalaman dan hasil belajar mereka pada jenjang berikutnya.
  • 3. Peningkatan kualitas guru adalah salah satu kunci memajukan pendidikan yang ditunggu-tunggu oleh berbagai pihak terutama masyarakat, sebab salah satu aktor penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru adalah orang yang langsung berinteraksi dengan peserta didik, memberikan keteladanan, motivasi, dan inspirasi untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan prestasi Dalam kaitan itu, kualitas dan kinerja guru sangat perlu ditingkatkan dalam pembelajaran maupun administrasinya, karena masih banyak yang mengalami kendala sehingga hasilnya belum sesuai dengan harapan. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, kurang memadainya pengetahuan tentang model-model pembelajaran, kurangnya keterampilan dalam pembelajaran, kurang kreatif dan inovatif dalam implementasi pembelajaran, serta kurangnya pengalaman dalam memahami dan menyusun administrasi, serta kurang intensifnya kegiatan supervisi berkelanjutan bagi guru, yang berupa bimbingan, penggerakan motivasi, nasihat, dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di temukan fakta bahwa siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun banyak yang mengalami kesulitan ketika belajar menghitung bilangan penjumlahan dan pengurangan terutama siswa kelas, sedangkan kelas II Sekolah Dasar menggunakan pembelajaran tematik . Dalam pembelajaran sehari-hari, guru sudah menjelaskan perhitungan bilangan secara lisan, tertulis di papan tulis, memberi contoh perhitungan, bahkan memberi soal-soal latihan, dan pekerjaan rumah bagi siswa kelas II SDN Balerejo 2 untuk menghitung bilangan. Namun, tetap saja kemampuannya menghitung bilangan rendah. Akar penyebab rendahnya penguasaan perhitungan bilangan penjumlahan dan pengurangan tersebut di duga karena guru kurang tepat dalam pemilihan cara dan media dalam membelajarkan siswa. Secara teoritik, siswa kelas II SD kemampuan berfikirnya masih berada pada kemampuan berfikir konkrit, sementara selama ini siswa sudah di ajar dengan berfikir abstrak dengan menggunakan lambang-lambang bilangan. Keadaan tersebut menjadikan siswa mengalami kesulitan untuk membayangkan dalam menghitung bilangan terutama perkalian dan pembagian. Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung, maka guru harus kreatif dalam memanfaatkan media yang ada misalnya dengan media dakon, dakon merupakan permainan tradisional yang ada di daerah Jawa, hampir semua penduduk
  • 4. Jawa mengenal permainan dakon atau congklak, cara memainkannya mudah dan alatnya bisa membuat sendiri tanpa harus membelinya kalaupun tidak bisa membuat bisa menggunakan lantai, sedangkan pembelajaran di SD terutama kelas rendah dengan menggunakan pembelajaran Tematik. Penerapan pembelajaran tematik dengan Permainan dakon bisa diterapkan dalam mata pelajaran matematika yang dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya yaitu mata pelajaran SBK, PKn, IPS. Misalnya di dalam pembelajaran SBK guru bisa menjelaskan bahwa permainan dakon merupakan kebudayaan orang Jawa pada jaman dahulu dalam konteks permainan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan berupaya untuk meningkatkan keaktifan, kreatifitas, rasa senang dan kemampuan siswa dalam menghitung bilangan dengan menerapkan pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan dikaji agar penelitian lebih terfokus. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013. 2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran tematik dengan permainan dakon. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana penerapan permainan dakon dalam meningkatkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ? 2. Apakah alat peraga dakon dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ?
  • 5. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Mendiskripsikan penerapan permainan dakon dalam meningkatkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui pembelajaran tematik dengan permainan dakon di kelas II SDN Balerejo 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013 ? E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini daharapkan dapat memeberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh aturan-aturan, rambu-rambu dan model pembelajaran tematik yang lebih realistik yang mungkin dikembangkan disekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Siswa akan lebih aktif, kreatif, merasa senang, dan kemampuannya dalam menghitung bilangan penjumlahan dan pengurangan akan meningkat. Digunakan siswa untuk memotivasi belajar agar prestasi belajar matematika dapat lebih meningkat. b. Bagi Guru Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan permasalahan secara terencana dan sistematis yang tekait dengan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, khususnya di kelas II Sekolah Dasar Negeri Balerejo 2 Madiun. Guru dimungkinkan menerapkan model pembelajaran menghitung bilangan dengan memanfaatkan benda-benda konkrit dan dapat menggunakan permainan dakon untuk pemahaman siswa dalam belajar sepanjang keadaan sekolah tempat mengajarnya memiliki karakteristik/keadaan yang sama atau hampir sama dengan kelas tempat penelitian ini berlangsung. c. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan proses pembelajaran para gurunya
  • 6. Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah Meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru d. Bagi Peneliti Menambah wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dengan berbagai macam tipe dan pemanfaatan media pembelajaran di dalamnya yang cocok sehingga mampu menciptakan keaktifan siswa dan memperoleh hasil belajar yang baik.
  • 7. BAB II PEMBAHASAN A. Kajian pustaka 1. Karakteristik siswa SD Siswa SD terutama kelas rendah cara berfikirnya masih konkrit, mereka masih senang bermain daripada belajar, jika disuruh kerja kelompok masih sulit untuk diatur maka dari itu guru harus pintar dalam mengatur atau memilih strategi, metode, pendekatan, media pembelajaran agar siswa senang dalam belajar. Masa-masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut. 1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah; 2. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan tradisional; 3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri 4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain; 5. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggapnya tidak penting. 6. Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0) anak menghendaki nilai ( angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak; 7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak; 8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan bemain dengan bekerja; 9. Kemampuan mengingat dan berbahasa sangat cepat dan mengagumkan. 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik berlaku untuk siswa kelas rendah karena siswa pada usia tersebut masih berpandangan holistik serta berperilaku dan berpikir konkrit. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang
  • 8. utuh dan bermakna. Utuh dalam arti pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari. e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
  • 9. Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 3. Media Pembelajaran Menurut Briggs media pembelajaran pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran (Anitah, 2008). Termasuk di dalamnya buku, video, tape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Sementara itu Smaldino berpendapat media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi (Anitah, 2008). Jadi pengertian media adalah sesuatu atau alat yang memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada para siswa dan dapat menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media juga berperan sebagai perantara atau pengantar. Konsep media pembelajaran memiliki dua segi yang satu sama yang lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software). Menurut Munir (2008) manfaat dan kelebihan-kelebihan media pembelajaran adalah : 1) Dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas. 2) Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak menjadi konkret. 3) Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi, aktifitas dan kreativitas belajar peserta didik. 4) Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran peserta didik.
  • 10. 5) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memberikan pengalaman nyata dan langsung. Misalnya peserta didik mengamati tentang jenis-jenis tumbuhan. Mereka dapat langsung melihat, memegang, atau merasakan tumbuhan tersebut. 4. Alat Peraga Peraga berasal dari kata raga yang berarti jasad atau bentuk. Alat peraga dalam pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan untuk mmenunjukkan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian pembelajaran. Soelarko berpendapat fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (Dedeawan, 2008). Sementara itu menurut Sudjana (2002) ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar-mengajar, yakni : (1) penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; (2) penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar; (3) alat peraga dalam pengajaran pengggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran; (4) alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap; (5) alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; (6) penggunaaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Guru dalam menggunakan alat peraga hendaknya memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah : (1) menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan; (2) menetapkan atau memperhitungkan subyek yang tepat, artinya perlu dipertimbangkan tingkat kemampuan atau kematangan anak didik; (3) menyajikan alat peraga dengan tepat; (4) menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat (Sudjana, 2002). Sementara itu Soelarko menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada bahan yang dipakai : (1) gambar-gambar (lukisan), dalam
  • 11. matematika misalnya gambar bangun ruang, bangun datar, gambar mata uang dan siswa disuruh menjumlahkannya dan lain-lain; (2) benda-benda alam yang diawetkan, pada matematika misalnya guru bisa menggunakan bahan-bahan dari kayu sebagai alat peraganya. (3) model. Model adalah bentuk tiruan dalam skala kecil, misalnya saja guru juga bisa sebagai model dalam menjelaskan materi pembelajaran. 5. Permainan Tradisional Permainan tradisional terdiri dari dua kata “permainan” dan “tradisional”. Permainan berasal dari kata main, yang berarti melakukan perbuatan untuk tujuan bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak), berbuat sesuatu dengan sesuka hati, berbuat asal saja. Tradisional berasal dari kata tradisi yang berarti segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dsb) yang turun- temurun dari nenek moyang. Tradisional berarti bersifat turun-temurun (pandangan hidup, kepercayaan, kesenian, tarian, upacara, dsb). 6. Permainan Dakon Dakon adalah permainan tradisional yang diambil dari bahasa Jawa. Dalam bahasa indonesia disebut permainan congklak. Congklak adalah lokan yang dipakai untuk permainan, ada bermacam-macam seperti baiduri, putih, dsb. Permainan dengan kulit lokan (biji-bijian, dsb) dan kayu yang bentuknya seperti perahu yang berlubang-lubang (di Jawa disebut dakon), buah biji-bijian (kulit lokan, dsb) yang dipakai dalam permainan congklak, papan kayu bentuknya seperti perahu berlubang-lubang untuk bermain congklak. Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang yang biasanya perempuan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantara keduanya terdapat lubang yang lebih kecildari induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah. Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bagian sisi milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang yang dilalui termasuk lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali
  • 12. lubang induk milik lawan, jika biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian lain maka bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir jatuh kelubang yang kosong. Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang terdapat di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang induk miliknya. Permainan ini merupakan sarana untuk mengatur strategi dan kecermat. Gambar : variasi bentuk papan dakon Dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan permainan dakon/congklak ini, tidak menggunakan aturan baku dalam permainan dakon, tetapi aturan dimodifikasikan dan disesuaikan kebutuhan untuk mencapai kompetensi peserta didik tentang melakukan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, sebagai berikut: a. Permainan dilakukan oleh dua orang peserta didik (kelompok berpasangan); b. Masing-masing kelompok mengambil lokan berupa biji-bijian, atau kerikil, kelereng, kulit kerang dan lain-lain sebanyak 100-150 butir. c. Dalam permainan ini, anggota kelompok bekerja sama dan berkompetisi.satu anggota kelompok memegang dan memainkan, sedangkan satu anggota lainnya memberi soal, menulis jawaban, dan menilai temannya yang sedang bermain. Misalnya: 7 x 5 = .... Langkah-langkah :
  • 13. 1) Pemain dakon, mengambil biji-bijian sebanyak 5 dan dimasukkan ke lubang sebanyak 7 lubang/kali. 5 5 5 5 5 5 5 2) Kemudian hitung dengan cara menjumlahkan isi semua lubang = 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35 3) Pemain menyebutkan jawabannya 7 x 5 = 35, dan temannya menuliskan pada lembar kerja siswa. 4) Penilai memberi nilai, dan seterusnya sampai selesai semua soal. Jika siswa sudah memahami konsep tersebut maka dapat dinaikkan jumlah bilangan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. Uraian diatas merupakan cara untuk menerapkan pembelajaran tematik dengan permainan dakon. Dalam penguasaan konsep dan pemahaman suatu materi pelajaran sangat diperlukan baik bagi guru maupun siswa. Karena dengan pemahaman dan penguasaan konsep pembelajaran, otomatis materi pelajaran dapat diserap dan diterima oleh siswa dengan baik, maka target yang diharapkan dapat terlaksananya sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam silabus, RPP, prota, promes. d. Setelah permainan selesai menyelesaikan lima soal dan mendapat nilai, maka permainan dilakukan bergantian dengan soal yang berbeda. e. Permainan selesai, maing-masing kelompok melaporkan hasil permainannya kepada guru. Kelebihan dari media pembelajaran ini adalah : 1) tidak memerlukan biaya yang sangat besar , murah meriah. 2) siswa akan lebih senangbdan enjoy dalam belajar matematika, walaupun dikemas dalam bentuk permainan tetapi tidak meninggalkan tujuan pembelajaran. 3) dapat meningkatkan daya kreativitas
  • 14. siswa, baik dari aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. 4) menjalin rasa kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam pembelajaran kelompok. 5) dalam kurun waktu 1 kali pertemuan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. 6) mengenalkan permainan tradisional yang bisa diimplementasikan pada pelajaran lain, contohnya adalah Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Bahasa Daerah, PKn, dan sebagainya, sesuai dengan tema yang ada di pelajaaran Tematik. Sedangkan kekurangan dan kelemahan media pembelajaran dakon ini adalah : 1) belum semua siswa dan guru mengerti tentang alat permainan congklak atau dakon ini. 2) media pembelajaran ini mudah rusak, dan 3) belum tentu di semua daerah mengenal permainan ini karena dakon merupakan permainan tradisional daerah jawa. 7. Pembelajaran Tematik dengan Permainan Dakon Pembelajaran di SD khususnya pada kelas tematik atau rendah, memang memerlukan tips atau trik dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikarenakan bahwa pada usia SD tersebut anak didik masih diliputi sifat kekanak-kanakan atu masih suka bermain. Sehingga, alangkah baiknya dalam pelajaran kita menggunakan metode education game (game pendidikan) yang fungsinya untuk memancing siswa dalam belajar, artinya bermain sambil belajar bukan belajar sambil bermain misalnya saja guru bisa menggunakan permainan tradisional sebagai media pembelajaran yaitu salah satunya yang saya gunakan adalah dakon. Penerapan pembelajaran tematik dengan Permainan dakon bisa diterapkan dalam mata pelajaran matematika yang di kaitkan dengan mata pelajaran lainnya yaitu mata pelajaran SBK, PKn, IPS yang sesuai dengan tema. Pada mata pelajaran SBK, PKn, IPS ada salah satu SK dan KD-nya mengenai kebudayaan sedangkan dakon itu sendiri merupakan suatu kebudayaan orang jawa dalam konteks permainan dan permainan dakon dapat meningkatkan pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghitung bilangan penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian terutama perkalian dan pembagian untuk siswa kelas II sekolah dasar.
  • 15. 8. Pembelajaran yang mengaktifkan, menjadi kreatif dan menyenangkan (PAKEM) Pembelajaran PAKEM mempunyai ciri-ciri atau karakteristik antara lain adalah : 1. Aktif Ciri pertama pembelajaran model PAKEM adalah aktif. Maksudnya pembelajaran model ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya dan mengamati pengaruh dari manipulasi obyek-obyek tersebut. Dalam hal ini guru pun terlibat secara aktif, baik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajarannya. 2. Kreatif Ciri kedua pembelajaran model ini adalah kreatif. Maksudnya pembelajarannya membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar, dan 15esame peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru pun dituntut ntuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran model PAKEM ini. 3. Efektif Ciri ketiga pembelajaran model ini adalah efektif. Maksudnya, dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik. 4. Menyenangkan Ciri keempat pembelajaran model ini adalah menyenangkan. Maksudnya, pembelajaran model PAKEM dirancang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dalam kaitan ini, Rose and Nicholl (2003) mengatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:  Menciptakan lingkungan tanpa stress, lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tetap tinggi.  Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika Anda melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar.  Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umumnya hal itu terjadi ketika belajar dilakukan bersama dengan orang
  • 16. lain, ketika ada humor dan dorongan semangat , waktu rehat dan jeda teratur, serta dukungan antusias.  Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan.  Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.  Mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bererplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreatifitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa : “proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”. Pembelajaran di kelas tidak hanya menggunakan teori dan ceramah saja, tetapi penggunaan sumber dan alat belajar yang beragam dan bervariasi akan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 9. Kemampuan Siswa SD dalam Menghitung Bilangan Penjumlahan dan Pengurangan. Pada mata pelajaran Matematika pada materi menghitung bilangan penjumlahan dan pengurangan siswa kelas II SDN Balerejo 2 kurang dapat menguasainya sulit untuk mempelajarinya dan nampaknya pembelajaran matematika saat ini masih sebagai “hantu” bagi semua siswa, khususnya bagi siswa di tingkat Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya matematika apabila
  • 17. dipelajari dengan baik maka akan timbul perasaan senang, suka, gembira dan akhirnya bisa. B. Kerangka pikir Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka pikir, dapat digambarkan dalam skema berikut. Gambar kerangka pikir 1. Hasil belajar matematika rendah MASALAH 2. Penggunaan pendekatan/strategi/metode kurang efektif dan efisien 3. Kemampuan peserta didik dalam pembelajaran matematika kurang 1. Menggunakan buku-buku sumber yang relefan TINDAKAN 2. Pembelajaran operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian melalui permainan dakon/congkak Kemampuan memahami konsep Penjumlahan, HASIL pengurangan, perkalian dan pembagian melalui permainan dakon meningkat mencapai batas minimal 85 % C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan Kerangka piker di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian “Melalui permainan dakon, diharapkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas II SDN Balerejo 02 Madiun dapat meningkat”
  • 18. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Balerejo 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013, selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2012. B. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah siswa kelas II SDN Balerejo 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SDN Balerejo 2 Madiun yaitu: a. Penerapan permainan dakon/congkak dalam pembelajaran matematika belum pernah diteliti di SDN Balerejo 2 Madiun. b. Tersedianya buku sumber dan data-data yang mengupas tentang permainan dakon/congkak. c. Penghematan waktu dan biaya karena lokasi penelitian merupakan sekolah tempat peneliti bertugas. C. Desain Penelitian Pembelajaran matematika dengan materi melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan melalui permainan tradisional dakon dirancang dengan menggunakan skenario sebagai berikut; 1. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan permainan tradisional dakon menggunakan aturan yang telah dimodifikasi; 2. Guru menyiapkan peralatan permainan dakon (papan dakon, biji-bijian: saga, kecik, dsb); 3. Guru membentuk kelompok belajar berpasangan dengan tugas; (1) sebagai pemain, dan (2) sebagai penyampai soal dan penilai; 4. Guru menjelaskan aturan permainan kepada peserta didik; 5. Permainan selesai setelah kedua anggota kelompok berpasangan melakukan permainan secara bergantian dan masing-masing telah memperoleh nilai; 6. Pemenang dari permainan dakon, adalah pemain yang memperoleh nilai lebih tinggi;
  • 19. 7. Pemenang kelompok yang satu akan dipertemukan dengan pemenang kelompok yang lain. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas . Arikunto (2006:3) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang akan dilakukan oleh siswa. Adapun tujuan PTK adalah untuk memeperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Rancangan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing- masing terdiri 4 tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Perencanaan I Pembelajaran menggunakan media permainan dakon dengan 4 anak. Perencanaan II Pembelajaran menggunakan media permainan dakon dengan 2 anak. Bagan 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Mulyasa (2011)
  • 20. Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut: Langkah-langkah Penelitian Siklus 1 1. Perencanaan Perencanaan merupakan langkah menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar. a. Mengidentifikasi masalah b. Menentukan SK dan KD pembelajaran c. Menyusun RPP d. Menyusun dan menyiapkan lembar kegiatan e. Menyusun dan menyiapkan tes evaluasi f. Menyusun lembar observasi keaktifan siswa 2. Tindakan Tindakan dalam hal ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. a. Guru mengadakan persiapan pembelajaran, yakni menyiapkan siswa dan media pembelajaran yang akan digunakan. b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dengan bantuan media pembelajaran yang telah dipersiapkan. c. Melakukan evaluasi pada saat pembelajaran. 3. Observasi Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama guru pada saat proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah penelitian berlangsung. Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan aktivitas dalam proses pembelajaran. 4. Refleksi Refleksi adalah pengkajian terhadap hasil pengamatan dari rangkaian tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan oleh peneliti. Dengan analisis data akan diketahui kelebihan dan kekurangan, jika terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus II.
  • 21. SiklusII Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut 1. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan- catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar di SDN Balerejo 2 Madiun. Di penelitian ini dalam teknik pengumpulan data yang menggunakan dokumentasi adalah RPP, penggunaan media, dan soal evaluasi. 2. Observasi langsung Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran.Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subyek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tidak mau berkomunikasi secara verbal. Dalam penelitian ini yang perlu menggunakan teknik pengumpulan data adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa.
  • 22. Observasi yang pertama yaitu pengamatan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh observer 1 yaitu peneliti sendiri saat proses pembelajaran. Observasi keaktifan siswa terdapat 5 point yang diamati yaitu: - Perhatian siswa terhadap pelajaran - Menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain - Keberanian siswa merespon dan bertanya kepada guru - Mempresentasikan tugas yang telah diberikan - Membuat kesimpulan materi yang telah diajarkan Kemudian menulis hasil pengamatan di lembar pengamatan yang telah dipersiapkan Observasi kedua yaitu pengamatan kepada aktifitas mengajar yang dilakukan oleh guru, yaitu yang dilakukan oleh observer 2 yaitu pengamat lain. Observasi aktifitas mengajar guru terdapat 8 point yang diamati yaitu: - Membuka kegiatan pembelajran - Penjelasan konsep materi - Komunikasi dengan siswa - Pengelolaan kelas - Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar - Memberi motivasi dan pengutan - Menutup kegiatan pembelajaran - Mengadakan evaluasi 3. Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup. E. Instrumen Penelitian 1. Peneliti yang menjadi instrumen penelitian ini pada dasarnya adalah peneliti sendiri. Peneliti menjadi instrumen peneliti karena dalam proses pengumpulan data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subyek peneliti. Peneliti dapat
  • 23. saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan dan menggambarkan pertanyaan dari pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi tersebut dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang berupa dokumen yang sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga menambah daftar dokumen yang akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika melakukan proses dokumentasi. Meskipun peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat melekukan adaptasi aktif terhadap keadaan subjek dan fokus penelitian, namun untuk menjaga fokus masalah penelitian maka peneliti juga mengggunakan instrumen penelitian yang berupa pedoman-pedoman : observasi atau lembar pengamatan, wawancara, dokumentasi, cacatan lapang, ceck list dan soal tes. 2. Observasi atau lembar pengamatan Melakukan observasi dengan cara : mengamati, dan mencatat/mendiskripsikan gejala-gejala yang tampak yang terjadi dalam praktik pembelajaran sesuai dengan fokus penelitian yang sudah ditentukan. Ketika melakukan observasi peneliti dapat juga mencatat gejala-gejala yang terjadi pada: siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang dilakukan guru, anekdot-anekdot yang terjadi, konteks-konteks saat melakukan observasi dan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak yang bersangkutan. Pada saat melakukan observasi, peneliti dapat juga merekam dengan handycamp,mewawancarai : siswa dan guru, mengisi form-form lembar observasi yang sudah dipersiapkan, menelaah dokumen fortofolio siswa, dokumen perangkat pembelajaran, dan lainnya yang sesuai dengan fokus penelitian, mengamati siswa-siswi ketika: mengerjakan LKS, berdiskusi, melaksanakan tugas, dan berbagai aktivitas pembelajaran yang terjadi. 3. Catatan lapang Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moloeng,2005:153). 4. Ceck list Checklist digunakan untuk mengukur indikator program yang dapat dinilai sendiri oleh peneliti dan tidak membutuhkan pendapa torang lain. Program
  • 24. diamati, lalu di-checkcross-kan dengan variable pada indikator yang telah ditetapkan.Dalam checklist digunakan dua pilihan, yaitu ya/ada atau tidak/tidak ada Untuk pertanyaan positif, jawaban ya/ada memiliki bobot 1,sedangkan jawaban tidak / tidak ada berbobot 0. Sedangkan bobot untuk pertanyaan negatif adalah sebaliknya. 5. Soal Evaluasi Soal evaluasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui hasi belajar siswa. Bentuknya bisa berupa pilihan ganda, isian ataupun uraian. F. Analisis Data Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data dan yang terakhir adalah menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel. Tahap terakhir, berdasarkan paparan atau deskripsi yang sudah dibuat maka ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan singkat.
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Malawi Ibadullah, 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Madiun : IKIP PGRI Madiun Ridwan Mohamad, 2012. Media Majalah Bulanan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Surabaya : Karunia Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta http://pengetahuanolahraga.wordpress.com/2011/08/24/catatan-lapangan-penelitian- kualitatif/