Tetap kokoh menghadapi setiap makar yang mendistorsi khilafah atau melemahkan...
Wawasan Kebangsaan HTI
1. 3/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Wawasan Kebangsaan HTI
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/03/wawasan-kebangsaan-hti/ 1/4
Wawasan Kebangsaan HTI
April 3rd, 2014 by solihan
Pada awal bulan Maret lalu saya diundang oleh Wantimpres untuk sebuah diskusi terbatas
tentang Peran Ormas Islam Dalam Penguatan Wawasan Kebangsaan Diskusi diikuti oleh
Kelompok Kerja Bidang Keagamaan Wantimpres di Kantor Wantimpres Jakarta. Dalam
kesempatan itu saya menyampaikan presentasi powerpoint berjudul, “Wawasan Kebangsaan
Hizbut Tahrir Indonesia”.
Saya mengawali presentasi dengan pertanyaaan “Apa Makna Wawasan Kebangsaan?”
Pertanyaan awal ini saya anggap penting karena tanggapan terhadap sebuah istilah akan
sangat bergantung pada apa pengertian dari istilah itu. Dalam situasi seperti sekarang ini, saat
sering sebuah istilah dimaknai secara berbeda-beda, memberikan batasan pengertian dari
sebuah istilah mutlak diperlukan. Sebelum jelas apa pengertian wawasan kebangsaan itu, kita
tidak bisa mengatakan bahwa seseorang atau sebuah kelompok, termasuk Hizbut Tahrir
Indonesia itu, memiliki atau tidak memiliki wawasan kebangsaan.
Selanjutnya saya katakan, “Bila wawasan kebangsaan diartikan sebagai bentuk kepedulian
dan pembelaan terhadap negara, maka HTI memang sedang bekerja untuk menjaga negara ini
dari segala bentuk penjajahan. Namun, bila wawasan kebangsaan diartikan sebagai
ketundukan pada sekularisme, maka HTI dengan tegas menolak.” Pernyataan ini sekaligus
untuk menegaskan posisi (standing position) HTI di hadapan istilahwawasan kebangsaan.
Selanjutnya saya nyatakan, “HTI bekerja untuk menjaga dan membebaskan negara ini dari
segala bentuk penjajahan melalui penegakan syariah. Karena penjajahan yang paling nyata,
setelah penjajahan fisik (militer) berakhir, adalah melalui penerapan sistem sekular, utamanya
di bidang ekonomi dengan penerapan ekonomi kapitalis, dan di bidang politik penerapan
demokrasi yang terbukti telah menimbulkan berbagai bentuk kerusakan (fasad).”
Melalui pernyataan itu, saya ingin menegaskan tentang kontekstualisasi perjuangan penerapan
syariah, bahwa itu semua sesungguhnya merupakan bentuk kepedulian HTI terhadap keadaan
negeri ini dan masa depannya.
Lalu saya katakan, “Dengan semangat kecintaan pada negeri ini, HTI berjuang melalui dakwah
fikriyah (menebarkan pemikiran Islam dan membantah ide yang tidak Islami), dakwah
siyasiyah (membentuk kesadaran dan perubahan politik) dan la ‘unfiyah (non kekerasan).
Inilah juga bentuk syukur yang benar kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan
kemerdekaan.”
Penegasan dalam kalimat terakhir ini penting disampaikan karena sangat sering kita
2. 3/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Wawasan Kebangsaan HTI
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/03/wawasan-kebangsaan-hti/ 2/4
mendengar seruan untuk bersyukur terhadap kemerdekaan yang telah didapat, tetapi
bagaimana syukur itu harus diwujudkan tidak pernah ditegaskan dan ditunjukkan dengan jelas.
Yang sering terjadi, justru banyak kegiatan untuk merayakan dan mengisi kemerdekaan yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT.
Selanjutnya, saya menyinggung secara tidak langsung klaim sementara pihak yang
menyatakan negara ini sudah final dengan menyatakan, “HTI memandang Indonesia adalah
negara yang sedang terus berproses, berkembang dan berubah Ini dibuktikan dengan 4 kali
amandemen UUD 45 yang berimplikasi pada banyak sekali aspek kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.”
Logikanya, bila konstitusinya saja terus diubah, bagaimana bisa negara ini disebut sudah final?
Lebih tepat negara ini disebut sedang terus berproses, berkembang dan berubah.
“Karena itu, HTI ingin menghela perubahan itu ke arah yang baik, yaitu ke arah Islam; bukan ke
arah sosialisme ataupun kapitalisme yang diatasnamakan Pancasila. Hanya ke arah Islam
sajalah kita bisa berharap terciptanya baldah thayyibah wa rabbun ghafur yang rahmatan lil
alamin. Di situlah relevansi nyata dari usaha penegakan syariah.”
Akhirnya, saya menutup bagian awal dari presentasi dengan pertanyaan: Jadi mengapa harus
diterapkan syariah? Syariah harus diterapkan karena akan menjadi ‘ilaju al-musykilati al-
hayati al-insani (solusi persoalan hidup manusia). Penerapan syariah juga merupakan
konsekuensi dari iman kepada Allah SWT. Syariah pasti membawa rahmat, bagi Muslim
maupun non-Muslim.”
Presentasi kemudian dilanjutkan dengan penyampaikan lebih rinci mengapa syariah harus
diterapkan berikut contoh-contoh praktis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang
memakan waktu sekitar 30 menit. Di akhir presentasi, saya mengunci dengan sebuah
kesimpulan, “Jadi, perjuangan penegakan syariah sesungguhnya adalah bentuk kecintaan amat
dalam pada negeri ini untuk membawa negeri ini kepada penghambaan yang hakiki kepada
Allah SWT Yang yang telah memberikan kemerdekaan dari penjajahan. Indonesia adalah
bagian dari bumi Allah, milik Allah, maka mestinya ditata dengan aturan Allah (syariah) .
++++
Usai presentasi dari 4 pembicara yang diundang, yaitu Habib Muhsin (FPI), Yazir ASP (Pusat
Studi Pancasila UGM), Irfwan S. Awwas (MMI) dan saya, dilakukan disksusi. Sesi diskusi dan
tanya-jawab berlangsung hangat. Banyak pertanyaan yang diajukan kepada saya. Ada satu
pertanyaan yang menarik dan menggelitik, “HTI mengusung ide khilafah, apakah ustadz Ismail
merasa ide itu sesuai dengan peraturan perundangan yang ada?”
Terus terang, saya belum pernah mendapatkan pertanyaan seperti ini. Pembaca semua tentu
3. 3/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Wawasan Kebangsaan HTI
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/03/wawasan-kebangsaan-hti/ 3/4
tahu arah pertanyaan ini kemana. Lalu saya jawab kurang lebih begini, “Tentu saja peraturan
perundangan yang ada tidak bisa memuat ide khilafah. Namun, bukan di situ persoalannya.
Sebab, kalau begitu cara berpikir kita, kita tidak akan bisa menemukan ide-ide baru. Dalam
menanggapi sebuah ide, mestinya kita harus menilai bagaimana ide itu, bagus atau tidak,
menyelesaikan masalah atau tidak, dan seterusnya. Contohnya, dulu pada masa Orde Baru,
gagasan partai lebih dari tiga langsung ditolak karena tidak sesuai dengan aturan yang ada
pada waktu itu. Namun, karena gagasan itu dipandang baik, maka aturan itu kemudian diubah
sehingga sekarang bisa berdiri banyak parpol. Begitu juga dengan gagasan Uni Eropa yang
dilontarkan pertama kali pada tahun 1953. Bila menggunakan ukuran peraturan perundangan
dari negara-negara di Eropa ketika itu pasti gagasan Uni Eropa tidak sesuai. Namun, karena
ide itu dipandang bagus untuk menjawab tantangan globalisasi, dan pada gilirannya nanti akan
memberikan kebaikan kepada semua negara anggota, maka peraturan perundangan di
masing-masing negara Uni Eropa, seperti soal moneter, keimigrasian dan sebagainya,
kemudian disesuaikan agar bisa memuat gagasan yang awalnya tidak sedikit yang
menentang.”
Menutup jawaban, saya lalu mengatakan, “Jadi, supaya terbebas dari kerangkeng pemikiran
yang membelenggu, yang menghambat kita dari menemukan gagasan-gagasan baru,
tampaknya tidak cukup kita mengikuti nasihat think out of the box, kalau perlu think without box.
Kita ini sudah sangat lama terperangkap dalam apa yang disebut jebakan politik dan jebakan
intelektual (political and intelectual trap) sehingga kita menjadi gamang setiap menghadapi
gagasan-gagasan baru, seperti ide khilafah. Padahal Khilafah bukanlah ide baru. Dia pernah
ada dalam sejarah sehingga mempunyai basis historis dan empiris yang nyata. Ide ini juga
mempunyai basis teologis yang kokoh karena memiliki dasar secara normatif dalam al-Quran,
as-Sunnah, Ijmak dan Qiyas.”
Di akhir acara, saya meminta kepada Wantimpres untuk menghilangkan stigmatisasi yang
selama ini terjadi, khususnya di kalangan birokrat pemerintah dan aparat keamanan, bahwa
kelompok yang berjuang untuk tegaknya syariah sebagai tidak memiliki wawasan kebangsaan,
bahkan anti Pancasila. Semestinya tudingan itu diarahkan kepada mereka yang menolak
syariah, yang mendukung sekularisme dan menjadi komprador negara Barat, korup serta
gemar menjual aset negara kepada pihak asing, yang semua itu jelas-jelas telah menimbulkan
kerugian besar pada bangsa dan negara ini. [M. Ismail Yusanto]
Baca juga :
1. Silaturahim HTI Jateng ke Redaksi Harian Umum Koran Wawasan
2. Efektifkah Pendidikan Karakter Kebangsaan?
3. Pendidikan Karakter Kebangsaan adalah Lagu Lama
4. Kewarganegaraan, Kebangsaan dan Kaum Minoritas
5. Pendidikan Karakter Kebangsaan, Akankah Menyelamatkan Generasi Bangsa ?
4. 3/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Wawasan Kebangsaan HTI
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/03/wawasan-kebangsaan-hti/ 4/4