Tulisan ini merefleksikan makna Natal dengan melihat hubungan antara Sinterklas dan Pit Hitam dalam cerita rakyat Eropa. Hubungan ini sering dianggap mewakili rasisme karena Sinterklas berkulit putih sementara Pit Hitam berkulit hitam. Namun, penulis berargumen bahwa hubungan ini dapat diartikan sebagai representasi pluralitas manusia. Perbedaan ras tidak harus dilihat secara dualistik tetapi sebagai keanekaragaman. Tulisan
1. Merayakan Natal, Merayakan Keberagaman
Finsensius Yuli Purnama
Titik Awal Keberangkatan
Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai sebuah tulisan ilmiah, namun sekedar
refleksi Natal saya tahun ini. Refleksi ini bermula dari asumsi bahwa dalam berbagai
kebudayaan, kehidupan masyarakat seringkali dibimbing oleh narasi (untuk tidak
menyebutnya sebagai mitos) yang membimbing manusia tentang bagaimana
memandang dunia dan nilai-nilai tertentu. Cerita tentang Cinderela misalnya
membimbing para gadis tentang kisah cinta yang menantikan datangnya pangeran
berkuda putih, tentang bagaimana menjadi wanita. Atau juga peran cerita pewayangan
di kebudayaan Jawa yang memberikan contoh keutamaan, perilaku sesuai dengan peran,
dan filosofi dalam memandang hidup. Namun, narasi tersebut dapat juga dimaknai
dengan cara yang berbeda.
Tulisan ini ingin melihat narasi-narasi tentang Natal dan figur Sinterklas dan Pit
Hitam dalam cerita rakyat yang berkembang dari Eropa. Asumsinya, kehadiran sosok
Sinterklas dan Pit Hitam analog dengan cara pikir dualisme, hitam-putih, siang-malam,
baik-buruk, pemberi hadiah-pemnghukum. Logika oposisi biner tersebut dalam
hubungan antara Sinterklas dan Pit Hitam semakin dikuatkan dengan fakta historis
hubungan antara kulit hitam-kulit putih, budak-majikan. Di sisi lain, oposisi biner yang
sangat rasial tersebut dapat uga dibaca secara berbeda (didekonstruksi) sebagai usaha
untuk merepresentasikan keberagaman.
Narasi tentang Natal
Natal (natus, Latin; netre, Prancis; neton, Jawa) tak lepas dari esensinya, yakni
perayaan kelahiran. Dalam hal ini, perayaan kelahiran Yesus Kristus. Sebenarnya,
tradisi untuk memperingati hari kelahiran terdapat di banyak budaya. Setidaknya, hal itu
dapat disimpukan dari perbendaharaan kosakata yang memberi makna kelahiran dalam
tiap kebudayaan. Bagaimanakah dengan sejarah tradisi Natal.
2. Dalam Kitab Suci, saya tidak menemukan teks yang menyatakan bahwa tanggal
25 Desember merupakan hari kelahiran Yesus. Salah satu versi sejarah menyebutkan
bahwa tradisi merayakan Natal pada tanggal 25 Desember bermula dari Roma. Di
Roma, tanggal 25 Desember dirayakan sebagai hari lahirnya dewa “matahari tak
terkalahkan” (Sol Invictus). Pada tahun 274, Kaisar Romawi Aurelianus mengumumkan
bahwa tgl 25 Desember sebagai hari libur nasional dalam merayakan hari lahirnya dewa
matahari.
Iklim Eropa yang mengenal empat musim membuat peran matahari sebagai
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Dan banyak dari penganut Kristinai yang
mengikuti tradisi penyemebahan tersebut. Kenyataan tersebut membuat Gereja Perdana
mengajak umat Kristen untuk memaknai perayaan tanggal 25 Desember dengan cara
yang lain. Para umat jemaat perdana diajak untuk merayakan misa tengah malam
sebelum tanggal 25 Desember. Selanjutnya, Gereja Roma Katolik merayakan hari itu
yang di sebut sebagai “misa tengah malam” sehari sebelum Natal (Christmas) untuk
merayakan perkiraan lahirnya Kristus.
Jadi kata “Christmas” berasal dari kata “Christ’s Mass” bahasa Inggris yang
lama, “Christes Maesse.” Misa adalah versi atau sebutan Gereja Katolik Roma untuk
“Perjamuan Tuhan.” Kata Christmas itu sendiri (Natal dalam bahasa Indonesia)
bukanlah bahasa aslinya, tetapi terbentuk dari tradisi manusia. Selanjutnya tradisi ini
dikenal oleh umat Kristen di berbagai negara dan terdapat pencampuran antara cerita-
cerita rakyat lokal terhadap tradisi Christmas tersebut. Salah satunya kemunculan figur
Sinterklas (Santo Nikolas) dan Pit Hitam.
Dualisme Sinterklas dan Pit Hitam
Secara fisik, terdapat beberapa ciri yang membedakan antara Sinterklas dan Pit
Hitam. Saat ini, sinterklas digambarkan dalam beberapa variasi. Secara tradisional,
sinterklas digambarkan sebagai keturunan Eropa (kulit putih), memakai mitra berwarna
merah dengan salib emas, tongkat uskup, berjenggot panjang, jubah imam, lengkap
dengan stola dan kasula. Sedangkan Pit Hitam digambarkan secara berbeda (untuk tidak
3. menyebut berlawanan). Sinterklas digambarkan sebagai figur yang baik hati dan
memberi hadiah kepada anak-anak.
Sinterklas berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari
tokoh Nikolas dari Myra. Ia lahir sekitar 280 M Patara tidak jauh dari Myra (Demre) di
negara Turki. Ayahnya adalah orang Arab yang bernama Epifanius sedangkan ibunya
bernama Nonna. Nikolas adalah seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-
orang miskin. Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia
barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur. Sedangkan
cerita Pit Hitam awalnya hanya muncul dalam beberapa negara, diantaranya Spanyol,
Afrika, Belanda, dan Spanyol.
Pit digambarkan berkulit hitam (beberapa
versi menyatakan sebagai budak), selalu membawa
karung, dan berpakaian a la prajurit/ pelayan
kerajaan Inggris lengkap dengan topi berbulu. Pit
merupakan asisten dari Sinterklas yang bertugas
untuk mencatat kenakalan anak-anak dan akan
menghukum anak-anak tersebut. Salah satu versi
cerita rakyat di Spanyol dan Afrika menceritakan
Pit Hitam suka memukul anak yang nakal dengan
tongkat dan memasukkan ke karung untuk dibawa
ke Spanyol.
Secara historis, Pit Hitam muncul dalam
cerita rakyat di negara Belanda dan Belgia. Dalam cerita rakyat Belanda, Santo Nikolas/
Sinterklas dikenal sebagai De Goede Sint dibantu oleh seorang budak bernama Zwarte
Piet (Pit Hitam). Cerita hubungan antara Sinterklas dan Pit Hitam versi lainnya adala
ketika Zwarte Piet yang berterima kasih tidak tahu harus kemana. Dia terpisah dari
temannya dan tidak ada pekerjaan untuk membantu dirinya. Akhirnya Santo Nikolas
menawarkannya pekerjaan. Dari narasi-narasi tersebut terlihat adanya dualisme antara
Sinterklas dan Pit Hitam.
Tabel. 1
4. Dualisme Sinterklas dan Pit Hitam
Sinterklas Pit Hitam
• Keturunan Eropa (kulit putih) • Keturunan Afrika (kulit hitam)
• Tuan • Asisten (budak)
• Memberi hadiah • Mencatat kenakalan anak-anak, dan
memukul anak yang nakal kemudian
memasukkannya ke karung
• Membantu Pit Hitam • Pit Hitam menjadi asisten Sinterklas
sebagai rasa terima kasih
Berdasarkan identifikasi karakteristik tersebut dapat dilihat hubungan dualisme
Sinterklas dan Pit Hitam tersebut dapat dilihat hubungan yang memandang satu lebih
baik dari yang lain, hubungan ketergantungan, dan balas jasa. Pemikiran inilah yang
mendasari pandangan sebagian orang yang memandang hubungan antara Sinterklas dan
Pit Hitam sebagai sebuah representasi rasisme.
Membaca Ulang Isu Rasial sebagai Perayaan Keberagaman
Bercermin dari bagaimana Gereja Perdana mencoba menafsirkan ulang perayaan
Dewa Matahari menjadi sebuah perayaan kelahiran Yesus, juga bagaimana Yesus
mendekonstruksi makna salib sebagai tanda kemenangan Kristus, maka bagaimana
menafsirkan hubungan Sinterklas dan Pit Hitam pun dapat ditafsirkan dengan cara yang
lain. Jika selama ini, banyak yang menafsirkan hubungan keduanya sebagai sebuah isu
rasial atau representasi budak-majikan, maka penafsiran yang lebih berada postif adalah
sebagai representasi pluralitas manusia.
Perbedaan ras diantara keduanya tidak dilihat dalam kerangka dualisme oposisi
biner namun dala kerangka pikir pluralitas. Dalam narasi tentang Sinterklas dikisahkan
bahwa ayahnya adalah seorang Arab. Hal itu sekaligus menunjukkan bagaimana saling
silang suku dan ras adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.
5. Dekonstruksi tersebut juga terjadi dalam cara Gereja
Perdana memaknai perayaan tanggal 25 Desember sebagai
perayaan perjamuan tengah malam dan kelahiran Yesus
Kristus. Hasil refleksi natal saya tahun ini adalah soal
dekonstruksi. Tentang memandang sesuatu dari sisi yang
lain. Hal itu dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi
kehidupan sehari-hari.
Bagaimana kita memandang keberagaman yang ada
di sekeliling kita, teman-teman yang mempunyai asal,
kebudayaan, agama, dan bahasa yang berbeda. Lebih luas
lagi, bagaimana kita memandang pekerjaan, cinta, agama, dan tentu saja natal 2011
yang akan segera kita rayakan. Semoga refleksi ini berguna untuk merefleksikan secara
pribadi makna natal bagi diri para saudara. Selamat merayakan Natal 2011, selamat
merayakan kelahiran keberagaman.
Surabaya, 9 Desember 2011
Peringatan Hari Santo Fransiskus Antonius, Pengaku Iman
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Sekitar-Kita/Pengetahuan-Umum/Sinterklas-Punya-
Asisten!
http://en.wikipedia.org/wiki/Zwarte_Piet
Leong, Soo Kok. Sejarah Perayaan Natal Yang Sebenarnya.
www.indonesia-missions.com/.../16-SejarahPerayaanNatalYangSebenarnya.