Dokumen tersebut membahas tentang erosi tanah dan upaya menguranginya. Erosi tanah dapat merusak kesuburan tanah karena merusak lapisan atas tanah yang subur, diantaranya karena tanah gundul atau miring tanpa penyangga. Upaya yang dibahas untuk mengurangi erosi tanah meliputi penanaman tanaman untuk menutupi tanah, pembentukan teras dan guludan di tanah miring, serta pelestarian hutan.
Cara Menggugurkan Kandungan 082223109953 dgn Obat Aborsi Usia Janin 1-8 Bula...
Geografi lahan
1. Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah gundul
atau ada tumbuh-tumbuhannya, karena didalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang
tidak terkena erosi. Akan tetap,ibila hutan-hutan ditebang tanpa batas, apalagi di daerah
yang miring, maka erosi oleh air maupun angin dapat dengan mudah terjadi di tanah bekas
injakan-injakan binatang.
Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur tananya baik, yaitu butir-butir
tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil; banyak mengandung garam yang
berguna untuk makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak mengandung air untuk melarutkan
garam-garaman.
Tekstur tanah menunjukkan proporsi pelatif dari ukuran partikel-partikel tanah.
Rentangan ukuran partikel yan terbesar dapat dijumpai dalam kelompok tamah lempung
(clay) yang diameter partikel-partikelnya mempunyai ukuran 0,0002 mm hingga hamper
sebesar molekul. Struktur tanah adalah susunan butir-butir suatu tanah. Pada umumnya,
komposisi tanah terdiri dari 90% bahan mineral, 1-5% bahan organik, 0,9% udara dan air.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi
mineral dan batuan / bahan induk, sifat, dan cepatnya proses pembentkan tanah lokal,
serta umur relatif tanah.
Hubungan antara tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur
tanah dapat menentukan atau bepengaruh dalam beberapa hal berikut.
Pengerjaan tanah, misalnya tanah berpasir di daerah iklim basah biasanya cepat terurai.
Selain itu, tanah tersebut berkapasitas rendah dalam menahan air, sehingga mudah
mongering. Dengan menambah bahan-bahan organis, maka kesuburan tanah tersebut
dapat ditingkatkan.
Di daerah yang mempunyai solum tanah dalam, drainase yang baik, tekstur halus,
kemiringan lereng 1-2% dapat diusahakan secara intensif tanpa bahaya erosi atau
penurunan produktivitas. Daerah seperti ini mempunyai kemampuan besar dan bila
diusahakan hambatan. Kemampuan daerah bersolum tanah dangkal, drainase buruk, tekstur
2. tanah sangat halus atau sangat kasar, dan berlereng curam adalah terbatas dan bila lahan
itu digunakan banyak hambatannya.
Dilihat dari segi kesuburannnya, tanah dibedakan atas tanah-tanah muda, dewasa, tua, dan
sangat tua.
EROSI
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat
transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah
pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini
disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses
penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat
kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan
hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan
yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk
menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah
dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi,
karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat
membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
3. sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk
ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan
air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi,
kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas
hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi
badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya,
kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan
tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi
hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi
kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah
tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas
sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air
meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk
lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak
lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam
atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang
tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini
melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di
dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang
lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah
dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan
air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan
peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi
atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad
kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika
sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan
hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola
drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.
4. Erosi Merusak Kesuburan Tanah
Dengan adanya erosi tanah, maka lapisan tanah atas yang subur akan rusak dan
menjadikan lingkungan alam lainnya akan rusak. Adapun sebab-sebab erosi tanah karena
beberapa hal berikut.
Tanah gungul atau tidak ada tanamannya.
Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang
larut.
Tanah tidak diberi tanggul pasangan pasangan sebagai penahan erosi.
Tanah di kawasan hutan rusak karena pohon-pohon ditebang secara liar sehingga hutan
menjasi gundul.
Permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk penggembalaan liar sehingga tanah
atas semakin rusak
Lapisan tanah atas merupakan bagian optimum bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Komponen-komponen tanah adalah berupa mineral, bahan organik, air, dan udara.
Keadaan tanah yang serasi bias menjadi habitat tumbuh-tmbuhan kalau perbandingan
komponen-komponennya sebagai berikut: mineral 45%, bahan organic 5%, air antara 2030%, dan udara tanah antara 20-30%.
Dipermukaan bumi, lahan atau tanah mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut disebebkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Tekstur tanah.
2. Permeabilitas tanah.
3. Ketebalan atau solum tanah.
4. Kemiringan lereng.
5. Tingkat erosi.
5. 6. Penyaluran air.
Tekstur tanah didefinisikan sebagai perbandingan delatif berbagai golongan besar
partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi pasir,
debu, dan lempung.
Pasir, debu dan lempengan disebut partikel zarah tanah. Berdasarkan ukurannya
(diameter butirnya), partikel tanah dikelompokkan menjadi tiga fraksi, yaitu fraksi tanah,
fraksi debu, dan fraksi lempung. Butir-butir tanah ataubatuan yang berdiameter di atas 2
mm disebut gravel dan tidak termasuk fraksi tanah.
Kalau unsur-unsur tanah hanya terdiri dari butiran butiran pasir, tekstur tanah itu
kasar. Sebaliknya bila unsur-unsur tanah hanya terdiri dari lempung, tekstur tanah yang
idela untuk pertanian adalah gelug, yaitu tanah yang lekat. Dalam pembuatan kerajinan
keramik, bata, dan genteng, fraksi lempung sangat diperlukan. Penentuan kelas tekstur
tanah dapat dilakukan dengan pedoman seperti grafik
Walaupun ikatan senyawa organik yang terdapat dalam tanah cukup banyak
macamnya, namun sedikit yang dapat menyebabkan terjadinya kombinasi-kombinasiwarna
tersebut, antara lain oksida besi dan bahan-bahan organis. Adapun asal dari warna-warna
itu adalah sebagai berikut.
1. Kuning, berasal dari mineral limonit
2. Cokelat, berasal dari bahan bahan organis asam yang lapuk sebagian.
3. Putih, berasal dari mineral-mineral silika-kuarsa, kapur, kaosit, bauksit, alumunium, dan
silikat, gypsum, nitrat, garam-garam yang sudah larut serta koloida- koloida organis
tertentu.
4. Hitam, berasal dari bahan-bahan organis yang telah terurai dengan hebat, dan biasanya
ada hubungannya dengan unsur karbon(C), magnesium(Mg), serta belerang (S).
5. Merah, berasal dari mineral hematit atau turgit.
6. 6. Hijau, berasal dari oksida ferrous.
7. Biru, berasal dari mineral lilianit. antara lain oksida besi dan bahan-bahan organis.
Adapun asal dari warna-warna itu adalah sebagai berikut.
8. Kuning, berasal dari mineral limonit.
9. Cokelat, berasal dari bahan bahan organis asam yang lapuk sebagian.
10. Putih, berasal dari mineral-mineral silika-kuarsa, kapur, kaosit, bauksit, alumunium, dan
silikat, gypsum, nitrat, garam-garam yang sudah larut serta koloida- koloida organis
tertentu.
11. Hitam, berasal dari bahan-bahan organis yang telah terurai dengan hebat, dan biasanya
ada hubungannya dengan unsur karbon(C), magnesium(Mg), serta belerang (S).
12. Merah, berasal dari mineral hematit atau turgit.
13. Hijau, berasal dari oksida ferrous.
14. Biru, berasal darimineral lilianit.
USAHA MENGURANGI EROSI TANAH
USAHA MENGURANGI EROSI TANAH
1. Tekstur dan Kesuburan Tanah
Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah gundul atau tidak
ada tumbuh-tumbuhannya, karena di dalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang tidak
terkena erosi.
Ciri-ciri tanah subur antara lain : tekstur dan struktur tanahnya baik, yaitu butir-butir tanahnya
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, banyak mengandung air untuk melarutkan garamgaraman.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan
batuan/bahan induk, sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah local, serta umur relatif tanah.
Hubungan antara tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah dapat
menentukan atau berpengaruh dalam beberapa hal berikut :
a. Pengerjaan tanah, misalnya tanah berpasir di daerah iklim basah biasanya cepat terurai. Selain
itu, tanah tersebut berkapasitas rendah dalam menahan air, sehingga mudah mengering. Dengan
menambah bahan-bahan organis, maka kesuburan tanah tersebut dapat ditingkatkan.
b. Pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering (arid). Tanah di sini meskipun kadar
bahan makanannya cukup tinggi, tetapi nilai kesuburannya rendah karena minimnya presipitasi,
pencucian, dan rendahnya kapasitas menahan air.
c. Pengerjaan tanah lempung. Dipandang dari sudut mudah tidaknya dikerjakan dan komposisi
7. kimiawinya, tanah lempung mempunyai sifat yang bermacam-macam, diantaranya bersifat
plastis dan sukar untuk diolah bila basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklim tropis
basah tanah lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah.
Ketebalan atau solum tanah menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai ke
batuan induk. Erosi menyangkut banyaknya partikel-partikel tanah yang terpindahkan. Drainase
adalah pengeringan air yang berlebihan pada tanah yang mencakup proses pengatusan dan
pengaliran air yang berada dalam tanah atau permukaan tanah yang mengenang.
Dilihat dari segi kesuburannya, tanah dibedakan atas tanah-tanah muda, dewasa, tua dan sangat
tua.
a. Tanah muda, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum banyak
sehingga belum subur.
b. Tanah dewasa, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung didalamnya sangat
banyak sehingga tanah ini sangat subur. Tanah inilah yang sangat baik untuk pertanian.
c. Tanah tua, berciri unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamnya sudah berkurang.
d. Tanah sangat tua, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah
sangat sedikit, bahkan hampir habis sehingga ada yang menyebut jenis tanah ini sebagai tanah
yang mati. Tanah ini sangat tidak subur.
Berdasarkan asal (susunan) senyawanya ada dua macam pupuk.
a. Pupuk alam (pupuk organik), yaitu pupuk yang dihasilkan dari sisa-sisa tanaman, hewan dan
manusia seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos. Pupuk ini dapat menyerap air
hujan, memperbaiki daya mengikat air, mengurangi erosi dan untuk perkembangan akar atau biji.
b. Pupuk buatan (pupuk anorganik), yaitu pupuk yang dibuat dalam pabrik, yang terbagi dua
jenis, yaitu pupuk tunggal, misalnya pupuk fosfat (P), pupuk kalium (K), pupuk nitrogen (N)
yang dikenal pupuk urea, ammonium sulfat, dan ammonium klorida, serta pupuk majemuk, yaitu
pupuk NP, NK, PK, NPK, dan lain-lain. Keuntungan pupuk pabrik adalah praktis, ringan, mudah
larut, dan cepat bereaksi. Agar berhasil baik dalam pemupukan perlu diperhatikan potensi tanah,
jenis pupuk, dosis pemupukan, waktu, dan cara pemberian pupuk.
2. Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Pemupukan, diusahakan dengan pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk buatan dan pupuk
kompos.
b. Sistem irigasi yang baik, misalnya membuat bendungan-bendungan
c. Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan
d. Menanami lereng-lereng yang telah gundul
e. Menyelenggarakan pertanian di daerah miring secara benar
Kemiringan lereng adalah kemiringan suatu lahan terhadap bidang horizontal. Semakin besar
sudut kemiringan lahan tentu akan semakin besar kemungkinan erosi dan longsor.
Untuk menjaga kestabilan lahan pertanian daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi
tanah, maka diperlukan beberapa langkah berikut :
a. Terasering, yaitu menanam tanaman dengan sistem berteras-teras untuk mencegah erosi tanah.
b. Contour farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat
menanam tanah.
c. Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan hasil erosi.
8. d. Contour plowing, yaitu membajak secara garis kontur sehingga terjadilah alur-alur horizontal.
e. Contour strip cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah itu
dalam bentuk sempit dan memandang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya
berbelok-belok.
f. Crop rotatica, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu
unsur hara akibat diisap terus oleh salah satu jenis tanaman.
g. Reboisasi, menanami kembali hutan-hutan yang gundul.
Tingkat erosi suatu lahan akan sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah untuk pertanian.
Semakin tinggi/besar tingkat erosi tanah permukaannya berarti semakin tidak subur dan tidak
cocok untuk tanaman pertanian pangan.
Lahan potensial yang ada di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk non
pertanian antara lain dalam bentuk :
a. Pemanfaatan untuk lokasi industri
b. Pemanfaatan untuk lokasi perdagangan
c. Pemanfaatan untuk wilayah permukiman
d. Pemanfaatan untuk fasilitas-fasilitas sosial seperti hiburan, prasarana, transportasi dan
fasilitas-fasilitas sosial lainnya.
3. Kelas Kemampuan Lahan
Tingkat kecocokan pola penggunaan lahan dinamakan kelas kemampuan lahan. Lahan kelas I
sampai IV merupakan lahan yang sesuai bagi usaha pertanian, sedangkan lahan kelas V sampai
VIII merupakan lahan yang tidak sesuai untuk usaha pertanian. Ketidaksesuaian karena biaya
pengolahannya lebih tinggi dibandingkan hasil yang bias dicapai.
Secara lebih terperinci lahan dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Kelas I Merupakan lahan dengan ciri tanah datar, tanahnya agak halus, mudah diolah, sangat
responsif terhadap pemupukan dan memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Kelas II Merupakan lahan dengan ciri lereng landai, butiran tanahnya halus sampai agak kasar.
Tanah kelas II agak peka terhadap erosi.
Kelas III Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak di daerah yang agak miring dengan sistem
pengairan air yang kurang baik.
Kelas IV Merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring sekitar 15% 30% dengan sistem pengaliran yang buruk.
Kelas V Merupakan lahan dengan ciri terletak di wilayah yang datar atau agak cekung, namun
permukaannya banyak mengandung batu dan tanah liat.
Kelas VI Merupakan lahan dengan ciri ketebalan tanahnya tipis dan terletak di daerah yang agak
curam dengan kemiringan lahan sekitar 30% - 45%.
Kelas VII Merupakan lahan dengan ciri terletak diwilayah yang sangat curam dengan kemiringan
antara 45% - 65% dan tanahnya sudah mengalami erosi berat.
Kelas VIII Merupakan lahan dengan ciri terletak di daerah dengan kemiringan di atas 65%,
butiran tanah kasar dan mudah lepas dari induknya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan pertanian ialah produktivitas tanah
pada lingkungan yang normal untuk menghasilkan tanaman tertentu.
Tingkat produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu,
kelembaban udara, sistem pengolahan lahan, dan pemilihan jenis tanaman. Program Panca Usaha
9. Tani yang meliputi :
• Pengolahan lahan
• Pengairan
• Cara pemupukan
• Pemberantasan hama dan penyakit
• Teknik penanaman
d. Lahan Kritis dan Lahan Potensial
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan
kritis, antara lain sebagai berikut :
a. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan
b. Genangan air yang terus menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
c. Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan
daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan massa tanah menuruni lereng.
d. Pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.
e. Material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri)
misalnya plastic.
f. Pembekuan air atau pegunungan yang sangat tinggi.
g. Pencemaran, pestisida dan limba pabrik yang masuk ke lahan pertanian baik melalui aliran
sungai yang mengakibatkan lahan pertanian menjadi kritis.
Jika lahan kritis dibiarkan akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
Upaya penanggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut :
1) Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan
usaha lainnya.
2) Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.
3) Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan
4) Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan
5) Perlu adanya usaha kea rah Program kali bersih (Prokasih)
6) Pengelolaan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS)
7) Pengembangan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman.
8) Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya lahan
kritis
9) Menghilangkan unsur-unsur yang dapat menganggu kesuburan lahan pertanian. Misalnya
plastic. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan.
10) Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara
tepat dan terus menerus.
11) Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut azola.
12) Memanfaatkan tumbuhan enceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada pada
lahan pertanian.
Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah akan
mempunyai nilai ekonomi yang besar karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan
mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia.
Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan yaitu di daerah pantai, dataran rendah,
dan dataran tinggi.
10. Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial dilaksanakan antara lain
dengan cara berikut :
a. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia.
b. Menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam
wilayah tertentu.
c. Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran.
d. Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentingan manusia.
e. Memisahkan penggunaan lahan untuk pemukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usahausaha lainnya.
f. Membuat peraturan perundangan-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk
kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
g. Melakukan pengkajian terhadap kebijaksanaan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam
kaitannya dengan konversi penggunaan lahan.
h. Menggunakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi dan pembuatan sengkedan
di daerah pegunungan.
i. Perlu usaha permukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah.
j. Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir dan daerah di sekitar lautan.
UPAYA MENJAGA KESUBURAN TANAH
Semua makhluk hidup bergantung pada tanah. Manusia memakan hewan dan tumbuhan. Hewan
memakan hewan lain dan tumbuhan. Tumbuhan mendapat bahan makanannya dari tanah, dari
apa yang kita sebut sebagai zat hara. Zat hara atau unsur hara adalah unsur-unsur kimia dalam
tanah yang diperlukan tumbuhan untuk pertumbuhannya. Unsur hara mencakup nitrogen, fosfor,
kalium, dan kalsium. Tanah yang subur adalah tanah yang mengandung unsur hara, air, dan
bahan-bahan pemantap tanah lain dalam komposisi yang pas untuk pertumbuhan tumbuhan.
Kesuburan tanah dapat berkurang dan hilang akibat pengolahan tanah yang kurang hati-hati
terutama pada lahan miring. Oleh karena tanah sangat penting untuk dijaga kesuburannya,
berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah.
1. Menggunakan pupuk kimia secara bijaksana. Pupuk memang bertujuan untuk menambah
unsur hara dalam tanah. Akan tetapi jika penggunaannya berlebihan, justru akan
menimbulkan pencemaran pada tanah dan air oleh zat kimia. Penggunaan pupuk organik
seperti pupuk kompos dan pupuk kandang lebih aman karena risiko pencemarannya jauh
lebih sedikit (bisa dikatakan sangat aman).
2. Membuat sengkedan/terasering pada tanah miring. Tujuannya untuk mencegah erosi.
Apabila tanah sangat miring, harus ditambahkan penguat seperti tumpukan batu atau
pohon besar. Daerah yang tanahnya tidak subur sebaiknya ditanami kacang-kacangan
untuk menambah unsur nitrogen dalam tanah.
3. Mengusahakan agar permukaan tanah selalu tertutup oleh tanaman untuk mengurangi
kerusakan tanah akibat sinar matahari, longsor, dan banjir.
4. Penghijauan pada tanah-tanah yang tidak diolah agar tanah tidak menjadi gersang.
11. 5. Penertiban pembuangan sampah secara sembarangan, karena dapat mencemari tanah, air,
dan udara. Sampah-sampah yang dapat didaur ulang harus didaur ulang. Klik di sini
untuk melihat contoh daur ulang sampah menjadi barang bernilai jual.
6. Penertiban pembuangan limbah industri yang mengandung logam berat, bahan-bahan
yang sulit hancur, atau zat-zat yang termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun).
Selain cara-cara di atas, dikenal pula metode pengawetan tanah untuk mempertahankan
kesuburan tanah. Pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
dengan metode vegetatif dan metode mekanik. Untuk setiap daerah berbeda dalam menerapkan
kedua metode tersebut. Kadang kedua metode diterapkan secara berimbang di suatu daerah.
Tetapi, di daerah lain mungkin salah satu metode lebih diutamakan. Metode vegetatif sangat
efektif dalam pengendalian erosi tanah. Sebagai contoh, padang rumput alami dan vegetasi hutan
membatasi atau mengendalikan erosi tanah pada tingkat normal. Metode vegetatif dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
2. Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara
penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan
menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran air.
3. Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
4. Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin(wind
breaks).
Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan sebagai berikut.
1. Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage). Pengolahan lahan dengan cara ini
bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar kontur dan membentuk
igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan memperbesar infiltrasi air.
2. Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi panjang
lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat memperlambat aliran air.
3. Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan pematang
bertujuan untuk menahan aliran air.
4. Pembuatan cekdam. Pembuatan cekdam bertujuan untuk membendung aliran air yang
melewati parit-parit sehingga material tanah hasil erosi yang terangkut aliran tertahan dan
terendapkan. Adanya cekdam maka parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami
pendangkalan, erosi tanah dapat dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan produktivitas
tanah meningkat.
Metode mekanik yang digabung dengan metode vegetatif akan lebih efektif untuk
mengendalikan erosi tanah.
12. JENIS TANAH & KLASIFIKASINYA
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbedabeda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di
hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan
beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah
yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang
subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng
gunung berapi.
5. Tanah Lateri
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan
Barat dan Lampung.
6. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang
kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
7. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan
hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran
terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian
timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal.
13. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian
tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian
mengalami proses pelapukan lanjut.
Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau
subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering,
curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga
sedang, warna merah, dan kering.
Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi
pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat.
Kesuburan tanah rendah
Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang
dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah
lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya
cokelat, abu-abu hingga hitam.
Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim
subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah
cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut
”Terra Rossa”.
Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa
dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga
kekuningan.
KLASIFIKASI
Klasifikasi tanah di Indonesia yang paling kerap digunakan adalah sistem DudalSoepraptohardjo (1957-1961): Dudal, R., and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in
Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Namun belakangan ini diganti dengan sistem USDA Soil Taxonomy. Dalam penggunaannya,
sistem USDA ini memberikan penjelasan yang jauh lebih mudah dibandingkan sistem klasifikasi
lain, sehingga sistem USDA ini biasa disertakan dalam pengklasifikasian tanah selain sistem
FAO dan PPT (Pusat Penelitian Tanah). Nama jenis tanah pada klasifikasi ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Entisol
Inceptisol
Alfisol
Ultisol
14. 5. Oxisol
6. Vertisol
7. Mollisol
8. Spodosol
9. Histosol
10. Andosol
11. Aridisol
12. Gleisol
Tanah Muda, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum
banyak sehingga belum subur.
15. Tanah Dewasa, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sangat
banyak sehingga tanah ini sangat subur. Tanah iniah yang sangat baik untuk pertanian.
Tanah Tua, berciri unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamnya sangat
berkurang.
Tanah Sangat Tua, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya
sudah sangat sedikit, bahkan hamper habis sehingga ada yang menyebutkan jenis
tanah ini sebagai tanah yang mati. Tanah ini sagat tidak subur
Lahan Kritis dan Lahan Potensial
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola, produktivitas
lahan kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang diterima jauh lebih
sedikit daripada biaya pengelolaannya. Lahanini bersifat tandus, gundul, tidak dapat
digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
berikut:
Faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai
Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawarawa.
Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan,
dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.
Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan
kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan
di dataran rendah.
Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh
bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah
sehingga sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah.
Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi.
16. Pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan
pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian baik
melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian menjadi
kritis.Beberapa jenis pestisida dapat bertahan beberapa tahun di dalam tanah sehingga
sangat mengganggu kesuburan lahan pertanian.
Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu
akan membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka
dari itu, lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan
oleh adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu
melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan-lahan kritis di Indonesia.
Upaya penagggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut.
1. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan,
dan usaha lainnya.
2. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.
3. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.
4. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan.
5. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih (Prokasih).
6. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS).
7. Pengembangan keanekaragaman hayati.
8. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya
lahan kritis.
9. Menghilangkan unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya
plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan.
17. 10. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau
secara tepat dan terus-menerus.
11. Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola.
12. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran yang ada pada
lahan pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar dan dapat
dimanfaatkan untuk makanan ikan. Namun, dalam hal ini kita harus hati-hati karena
eceng gondok sangat mudah berkembang sehingga dapat menggangu lahan pertanian.
Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika
diolah akan mempunyai nilai ekonimis yang besar karena mampunyai tingkat kesuburan yang
tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensian merupakan
modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu harus
ditangani dan dikelola secara bijak. Daerah diluar jawa banyak memiliki daerah produktif
yang sangat potensial, tetapi belum atau tidak dimanfaatkan sehingga daerah ini dikenal
dengan daerah yan sedang tidur.
Dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, tekanan terhadap tanah semakin
meningkat. Hutan di luar pualu jawa di ubah menjadi lahan pertanian, kawasan
pertambangan, dan perkebunan. Sementara itu, lahan pertanian di pulau Jawa diubah
menjadi kawasan pemukiman dan industri serta waduk. Kehutanan, pertambangan, dan
pertanian juga dapat membuat tanah menjadi tidak produktif untuk kegiatan ekonomi lebih
lanjut.
Program untuk meningkatkan produksi pangan dan perluasan pemukiman dalam skala
besar-besaran telah memberikan kontribusi dalam pembukaan hutan dan belukar. Hal ini
menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, serta
hilangnya habitat. Walaupun sejumlah kawanan alami, baik daratan maupunhutan, telah
dilindungi dari dampak kegiatan manusia melalui penetapannyasebagai cagar alam dan taman
nasional, sejumlahbesar lahan masih belum diusahakan oleh manusia secara optimal.
Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidp manusia. Maka dari itu, harus ditangani secara bijaksana dalam pemanfaatan lahan
potensial dan jangan sampai malah merusak lingkungan.
18. Lahan potensialtersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai, dataran
rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi oleh tanah alluvial
(tanah hasil pengendapan). Tanahini cukup subur karena banyak mengandung mineral-mineral
yang diangkut bersama lumpur oleh sungai kemidian diendapkan di daerah muara sungai.
Mulai dataran pantai sampai ketinggian 300 m dari permukaan laut merupakan areal
lahan dataran rendah. Bila curah hujannya cukup memadai, zona dataran rendah ini
merupakan wilayah lahan hutan hujan tropis yang sangat subur.
Mulai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah tanah tinggi,
kondisi wilayahnya merupakan lahan bergelombang, berbukit-bukit sampai daerah
pegunungan. Bagi daerah-daerah tanah tnggi yang dipengaruhi oleh gunung berapi,kondisi
lahannya di dominasi oleh tanah vulkanik yang subur yang terkandung mineral haranya cukup
tinggi.
Daerah pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, merupakan daerah yang rawan
erosi tanah. Selain proses erosi, di daerah-daerah yang memiliki crah hujan tinggi keadaan
tanahnya biasanya berwarna merah kecoklatan (pucat), karena unsure-unsur hara dan
humusnya banyak tercuci dan terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur.
Conth tanah yang sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah
podzolik serta tanah laterit.
Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan
dilaksanakan antara lain dengan cara berikut.
manfaat
lahan-lahan
potensial
1. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia.
2. Menciptakan keserasian da keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam
wilayah tertentu.
3. Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak
pencemaran.
4. Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentinganmanusia.
5. Memisahkan penggunaan lahan untuk permukiman, industry, pertanian, perkantoran, dan
usaha-usaha lainnya.
19. 6. Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengaliahn hak atas tanah untuk
kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
7. Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam
kaitannya dengan konversi penggunaan lahan.
8. Menggnakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan
sengkedan di aderah pegunungan.
9. Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah.
10. Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah di sekitar lautan.