SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi,
otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan. Otonomi
Daerah menjadi wacana dan bahan kajian dari berbagai kalangan, baik pemerintah,
lembaga perwakilan rakyat, kalangan akademisi, pelaku ekonomi bahkan masayarakat
awam. Semua pihak berbicara dan memberikan komentar tentang “otonomi daerah”
menurut pemahaman dan persepsinya masing-masing. Perbedaan pemahaman dan
persepsi dari berbagai kalangan terhadap otonomi daerah sangat disebabkan
perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang digunakan.
Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah
digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan
mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal.
Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi
kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama
berlaku di lingkungan mereka. Semua manusia bersaudara dan kita semua sama. Yang
membedakan diri kita dengan individu lain atau orang lain adalah jalan pikiran kita.
Kelompok masyarakat yang tinggal disatu tempat yang jauh dari keramaian
kota tentu akan berbeda dengan kelompok masyarakat yang tinggal dikeramaian kota
yang penuh dengan kemajuan teknologi dan derasnya informasi yang masuk ke jalan
pikiran kelompok masyarakat tersebut. Hal ini sudah dibuktikan diberbagai negara
belahan dunia. Bukti yang sangat jelas adalah diberbagai negara pasti terdapat suku
asli atau penduduk asli yang tinggal di pedalaman yang masih memiliki kepercayaan
kepada leluhur mereka dan mereka masih memakai peraturan yang sudah lama
mereka pakai sejak nenek moyang mereka hingga sekarang. Hal ini disebabkan

1
karena kehidupan mereka jauh dari segala informasi tentang kemajuan jaman
sehingga mereka tidak tahu apa-apa tentang kehidupan diluar.
Indonesia adalah Negara berkembang di mana desa-desa masih mempunyai
peranan yang sangat penting bagi kehidupan di kota. Jadi keduanya menjadi daerah
pendorong berkembangnya Negara Indonesia. Kota dan desa mempunyai peran yang
sama. Namun desa dan kota mempunyai banyak perbedaan baik dari segi fisik
maupun dari segi sosial. Dari segi fisik misalnya bentuk dan tata ruang. Sedangkan
dari segi sosial misalnya sumber ekonomi keluarga, interaksi sosialnya, gaya hidup
dan masih banyak lagi yang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa pelaksanaan otonomi
daerah yang menuntut nilai ekonomi dan social mempunyai dampak terhadap
dikotomi perekonomian.

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini dibuat adalah untuk mengetahui:
1. Otda dan dikotomi antara desa-kota dalam perekonomian.
2. Pelaksanaan Otda yang menuntut nilai ekonomi dan social serta dampaknya
terhadap dikotomi perekonomian.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Dalam setiap penulisan makalah tentu saja terdapat manfaat dari
materi/pembahasan. Di dalam makalah yang kami buat ini pun memiliki beberapa
manfaat. Sesuai dengan judulnya yaitu Otda Dan Dikotomi Antara Desa-Kota
Dalam Perekonomian, tentu manfaat yang terkandung adalah :
Mengetahui pelaksanaan otda yang menuntut nilai ekonomi dan social.
Mengetahui kelemahan dan kelebihan sistem otda dan dikotomi antara desa-kota
dalam perekonomian yang di terapkan di Indonesia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan
Otonomi Daerah
Memahami dampak dari pelaksanaan otda terhadap dikotomi perekonomian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Otda Dan Dikotomi Antara Desa-Kota Dalam Perekonomian
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan

masyarakat

setempat

menurut

aspirasi

masyarakat

untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga
sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara
memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung
jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Dikotomi kota dan desa dalam perencanaan pembangunan merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari. Bahkan dikotomi tersebut diarahkan pada tercapainya
kesesuian tindakan pembangunan terhadap kebutuhan desa maupun kota dalam
memenuhi fungsi optimalnya. Kota sebagai pusat aglomerasi kegiatan ekonomi
dan sosial, memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Kota didukung
dengan pembangunan fisik yang juga lebih intens dalam mendukung efisiensi
kegiatan perkotaan. Disisi lain, daerah yag bukan perkotaan disebut sebagai
perdesaan sehingga dapat didefinisikan bahwa di daerah inilah tingkat kepadatan
pendududk diperkirakan lebih rendah daripada perkotaan. Kegiatan ekonomi dan
sosial pun jauh lebih sedikit. Pembangunan fisik juga tidak intensif.

3
2.2 Dikotomi Kota Dan Desa
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya
bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat
kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya
sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses
sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Kota dan desa tidak lagi dapat didasarkan pada pengetahuan seperti keadaan
geografis, aktivitas ekonomi, politik atau sistem sosial dan budaya, di mana kota
identik dengan segala hal yang berbau modernitas, sementara desa itu tradisional.
Bisa jadi benar beberapa tahun ke belakang, namun dikotomi kota-desa secara
sosiologis itu di abad globalisasi sekarang tidaklah semudah kriteria-kriteria
tersebut di atas.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang
ada mudah-mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah
suatu masyarakat dapat disebut sebagai masyarakat pedesaan atau masyarakat
perkotaan.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Aspek Morfologi
Menurut Sapari Imam Asy’ari (1993), dari aspek morfologi, antara kota dan
pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunanbangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakjar langit (tinggi) dan serba kokoh.
Tetapi pada prakteknya criteria tersebut sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita
temukan di bagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya di daerah pinggiran kota,
sebaliknya terdapat juga desa-desa yang mirip dengan kota. Jika di daerah kota
banyak gedung-gedung pencakar langit dan rumah penduduk yang sangat rapat, di dea
lebih pada pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang lebih
agraris, serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang).
2. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
Dari aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil
penduduk dengan kepada yang rendah.( Sapari Imam Asy’ari (1993)). Dari aspek
jumlah penduduk secara praktis dapat membedakan antara kota dan desa. Jumlah
penduduk kota lebih banyak jika di bandingkan di desa. Jumlah penduduk kota
semakin banyak Karena pertambahan secara alami dan juga karena adanya urbanisasi
4
penduduk desa ke kota. Sedangkan didesa semakin kekurangan pekerja lahan
pertanian karena banyak dari golongan pemuda di desa yang pergi ke kota untuk
berbagai tujuan, misalnya untuk sekolah ataupun bekerja. Pertambahan penduduk
yang cepat di kota tentu akan mengakibatkan adanya kepadatan penduduk yang tinggi
pula sedangkan luas lahan tidak bertambah.
3. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan.
Lingkungan kota lebih kurang sehat jika dibandingkan dengan yang ada di lingkungan
desa seperti yang di ungkapkan oleh Drs. N. Daldjoeni: “Disimpulkan para peririset
kesehatan kota bahwa persentasi korban dari pencemaran di kota melebihi yang ada di
pedesaan. Di perkotaan persediaan banyaknya air bagi keluarga-keluarga bergantung
pada tinggi rendahnya penghasilan”. Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan
alam bebas. Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela
pepohonan, di permukaan tanah, di rongga-rongga bawah tanah ataupun berterbangan
di udara bebas. Air yang menetes, merembes atau memancar dari sumber-sumbernya
dan kemudian mengalir melalui anak-anak sungai mengairi petak-petak persawahan.
Semua ini sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar
dilapisi beton dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesakdesakan dan kadang-kadang berdampingan dan berhimpitan dengan gubug-gubug liar
dan pemukiman yang padat. Udara yang seringkali terasa pengap, karena tercemar
asap buangan cerobong pabrik dan kendaraan bermotor. Hiruk-pikuk, lalu lalang
kendaraan ataupun manusia di sela-sela kebisingan yang berasal dariberbagai sumber
bunyi yang seolah-olah saling berebut keras satu sama lain. Kota sudah terlalu banyak
mengalami sentuhan teknologi, sehingga penduduk kota yang merindukan alam
kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke dalam rumahnya, baik yang berupa
tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya gambarnya saja.
4. Mata Pencaharian
Perbedaan paling menonjol adalah pada mata pencaharian. Kegiatan utama
penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan
ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan
pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan
pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, di samping
sektor ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa.
5
Kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan
mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah untuk
memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah
yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan asetengah jadi atau mengolahnya
sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan. Dalam hal distribusi
hasil produksi ini pun terdapat perbedaan antara desa dan kota. Di desa jumlah
ataupun jenis barang yang tersedia di pasaran sangat terbatas.
5. Corak Kehidupan Sosial
Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di
kota sangat heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa, agama,
kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan
lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan
lainnya. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan
penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian,
walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat
gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di
samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang
peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah
pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai,
ajengan, lurah dan sebagainya.
6. Stratifikasi Sosial
Beranekaragamnya corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat bahwa sistem
pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di desa.
Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang kerjanya lebih
banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan upah lebih besar
daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu menggunakan tenaga
kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa perbedaan antara pihak kaya dan
miskin semakin menyolok.
7. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal
6
yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horisontal
yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.
Namun di desa kesempatan mobilitas sosial lebih sedikit, hal ini disebabkan
karena karakter sosial penduduk desa lebih homogen. Misalnya dalam pekerjaan.
Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani.
8. Pola Interaksi Sosial
Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur
sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi
oleh lembaga-lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut.
Karena struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada di pedesaan sangat
berbeda dengan di perkotaan, maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat
tersebut juga tidak sama. Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam
interaksi dan hubungan sosial adalah motif-motif sosial.
Dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial (social unity)
tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan
sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik, diusahakan supaya konflik tersebut tidak
terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan, diusahakan untuk dirukunkan,
karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada
masyarakat pedesaan, karena masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya
keserasian (harmoni) dalam kehidupan berinteraksi lebih dipengaruhi oleh motif
ekonomi daripada motif-motif sosial.
9. Solidaritas Sosial
Dari segi sikap masyarakat desa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan
dengan masyarakat dikota. Masyarakat didesa lebih berkerabat antara satu dengan
yang lainnya. Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling
menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling pengertian.hal-hal itulah
yang menjadikan masyarakat didesa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan
dengan masyarakat dikota. Masyarakat dikota banyak yang kurang dapat
bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Hal ini dibuktikan di
kota banyak perumahan yang mendirikan pagar setinggi 2 meter lebih sehingga
banyak masyarakat yang tidak mengetahui siapa yang tinggal di rumah tersebut.
Masyarakat di perkotaan banyak yang lebih suka menyendiri doibandingkan
berkumpul antar tetangga. Hal inilah yang membedakan masyarakat desa dan
masyarakat kota dalam bersosialisasi antar masyarakat sekitar di lingkungan mereka.
7
10. Kedudukan Dalam Hierarki Sistem Administrasi Nasional
Di samping motif ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya juga banyak
mempengaruhi kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional, misalnya saja
politik, pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem administrasi nasional,
maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada desa. Di negara kita
misalnya, urut-urutan kedudukan tersebut adalah: ibukota negara, kota propinsi, kota
kabupaten, kota kecamatan, dan seterusnya. Semakin tinggi kedudukan suatu kota
dalam hierarki tersebut, kompleksitasnya semakin meningkat, dalam arti semakin
banyak kegiatan yang berpusat di sana.
Kompleksitas di bidang administrasi nasional atau kenegaraan ini biasanya
sejajar dengan kompleksitas di bidang kemasyarakatan lainnya, misalnya saja bidang
ekonomi atau politik. Jadi ibukota Negara di samping menjadi pusat kegatan
pemerintahan, biasanya sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik dan
bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Belum ada angka yang pasti mengenai jumlah
pengangguran penuh di Indonesia, tetapi jumlah setengah pengangguran semakin
lama semakin meprihatinkan.

Perbedaan desa dan kota secara kualitatif
Masih banyak ahli yang membahas perbedaan kota dan desa selain yang sudah
dipaparkan di atas. Prof Drs. Bintarto menjelaskan perbedaan antara masyarakat kota
dan desa (urban dan rurals) secara kualitatif seperti yang ada dalam tabel berikut:
No

Unsur-unsur

Desa

Kota

perbedaan
1

Mata pencaharian

Agraris-homogen

Non

agraris-

heterogen
2

Ruang kerja

Lapangan terbuka

Ruang tertutup

3

Musim/cuaca

Penting dan menentukan

Tidak penting

4

Keahlian/keterampilan

Umum dan tersebar

Ada spesialisasi

5

Rumah

dan

tempat Dekat

Berjauhan

kerja
6

Kepadatan penduduk

Tidak padat

Padat

7

Kontak sosial

Frekuensi kecil

Frekuensi besar

8

Stratifikasi sosial

Sederhana dan sedikit

Komplek

8

dan
banyak
9

Lembaga-lembaga

Terbatas dan sederhana

Banyak

dan

kompleks
10

Control sosial

Adat/tradisi

Hokum/peraturan
tertulis

11

Sifat

kelompok Gotong

royong

akrab Geselfschalf

masyarakat

(gemeinschalf)

12

Mobilitas

Rendah

Tinggi

13

Status sosial

Stabil

Tidak stabil

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Otonomi Daerah
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan otonomi daerah yang dapat dihimpun
oleh penulis sebagai berikut:
A. Kelebihan:
1. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan
2. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan
tindakan yang cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari
Pemerintah pusat.
3. Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan (diferensial) dan
pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu.
Khususnya desentralisasi teretorial, dapat lebih muda menyesuaikan diri
pada kebutuhan atau keperluan khusu daerah.
4. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan
semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang
ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang
kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena
itu dapat lebih muda untuk diadakan.
5. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat.
6. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan
memutuskan yang lebuh beser kepada daerah.

9
B. Kekurangan
Di samping kebaikan tersebut di atas, otonomi daerah juga
mengandung kekurangan sebagaimana pendapat Josef Riwu Kaho (1997)
antara lain sebagai berikut ini:
1. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan
bertambah kompleks, yang mempersulit koordinasi.
2. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan
daerah dapat lebih mudah terganggu.
3. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa
yang disebut daerahisme atau provinsialisme.
4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena
memerlukan perundingan yang bertele-tele.
5. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak
dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan
kesederhanaan.

2.4 Pelaksanaan /Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang tidak sama sekali
penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan para artis. Pengembangan suatu
daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan
daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi
pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah
daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu
perundang-undangan.
Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu: aspek output dan aspek outcomes kebijakan. Kedua aspek
tersebut memiliki ukuran atau indikator yang berbeda dalam penilaian
keberhasilan.

10
a) Output Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Output kebijakan secara konsepsi harus diukur berdasarkan substansi
kebijakan, yang item-itemnya menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dari
kebijakan tersebut. Namun demikian, tidak semua item tujuan kebijakan dapat
dilakukan pengukuran keberhasilan, sebab ada beberapa kebijakan public yang
tujuan akhirmya (output-nya) baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian.
Output kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
1) Pertumbuhan ekonomi masyarakat
2) Fleksibilitas program pembangunan
3) Peningkatan kualitas pelayanan publik
b) Outcomes Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah:
1) Peningkatan partisipasi masyarakat
2) Efektivitas pelaksanaan koordinasi

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Desentralisasi
dan Otonomi Daerah
Berdasarkan hasil analisis lapangan dengan menggunakan indikator output
kebijakan dan outcomes kebijakan, kesimpulan menunjukkan bahwa implementasi
kebijakan desentralisasi

dan otonomi

daerah belum

memberikan

hasil

sebagaimana yang diharapkan, dengan kata lain kinerja kebijakan masih relatif
rendah.
Berdasarkan kajian teori (konsep) dari para ahli kebijakan dan ahli otonomi
daerah sebagaimana telah dikemukakan di atas, serta hasil analisis di lapangan,
telah diidentifikasi bahwa ada empat variabel yang dapat menjelaskan bahwa
kinerja implementasi desentralisasi dan otonomi daerah di Kabupaten/Kota, yaitu
aspek manajerial, aspek SDM organisasi, aspek budaya birokrasi, dan etika
pelayanan publik.
1. Aspek Manajerial
Keampuan kepemimpinan Bupati/Kepala Daerah Bupati selaku top
manajer

di

Daerah

memegang

peranan

penting

akan

keberhasilan

implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Mengingat
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah masih merupakan suatu yang
baru bagi pemerintah daerah serta memiliki tujuan yang begitu luas dan
kompleks, jelas memerlukan suatu kemampuan seorang Bupati dalam
11
memanage agar tujuan kebijakan yang begitu luas dan komleks bisa dipahami
oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dalam manajemen
modern, setiap organisasi harus memiliki visi dan misi yang jelas, sebagai
acuan bagi semua komponen dalam melaksanakan aktivitasnya. Visi
organisasi tersebut sedapat mungkin disosialisasikan kepada karyawan,
menjadi visi bersama yang harus diperjuangkan (Ordway Tead, 1954).
2. Aspek SDM Organisasi
Ketersediaan Sumber daya Manusia (SDM) organisasi (dinas daerah)
sangat penting dalam implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah. SDM dimaksud antara lain mencakup karyawan yang harus
mempunyai keahlian dan kemampuan melaksanakan tugas, perintah, dan
anjuran atasan (pimpinan). Di samping itu, harus ada ketepatan dan kelayakan
antara jumlah karyawan yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai
dengan bidang tugas yang akan dikerjakan (Salusu, 1988: 493).
3. Aspek Budaya Birokrasi
Secara nasional birokrasi pemerintah yang ada di Indonesia memiliki
ciri-ciri yang hampir sama, di mana unsur paternalisme amat kental dalam
pola hubungan yang bersifat internal organisasi maupun pada tataran eksternal
organisasi. Hubungan antara bawahan dan pimpinan berada pada posisi di
mana bawahan cenderung berusaha melayani dan memuaskan atasan. Kondisi
ini secara otomatis akan mengurangi kualitas layanan yang diberikan birokrasi
kepada masyarakat sebagai pengguna jasa.
4. Aspek Politik Lokal
Perpanjangan proses politik pemerintah pusat yang berupaya
menyeragamkan semua institusi birokrasi pemerintah, baik dari segi struktur
maupun fungsinya telah menyebabkan kemacetan proses penyelesaian
masalah yang telah berlaku secara turun-temurun pada masyarakat melalui
pola musyawarah mufakat yang merupakan bentuk penerapan demokrasi
lokal.

12
2.6 Dampak Positif dan Negatif Pelaksanaan Otonomi Daerah Bagi Kemajuan
Bangsa Indonesia
Jika kita tinjau lebih jauh penerapan kebijakan otonomi daerah atau
desentralisasi sekarang ini, cukup memberikan dampak positif nagi perkembangan
bangsa indonesia. Dengan adanya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah
diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur daerahnya, karena dinilai
pemerintahan daerah lebih mengetahui kondisi daerahnya masing-masing.
Disamping itu dengan diterapkannya sistem desentralisasi diharapkan biaya
birokrasi yang lebih efisien. Hal ini merupakan beberapa pertimbangan mengapa
otonomi daerah harus dilakukan.
Dalam setiap kebijakan atau keputusan yang diambil pasti ada sisi positif dan
sisi negatifnya. Begitu juga dengan penerapan sistem desentaralisasi ini, memiliki
beberapa kelemahan dan kelebihan. Secara terperinci mengenai dampak dampak
positif dan negatif dari desentarlisasi dapat di uraikan sebagai berikut :
a. Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi banyak sekali keutungan dari penerapak
sistem desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah
untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan
demikian apabila suber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara
maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan
meningkat.
b. Segi Sosial Budaya
Mengenai sosial budaya ini saya belum menemukan artikel
yang secara penuh membahas mengenai dampak sosial budaya. Tetapi
menurut analisis saya dengan diadakannya akan memperkuat ikatan
sosial budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem
desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk
mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan
kepada daerah lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi
daerah tersebut.

13
c. Segi Keamanan dan Politik
Dalam segi politik ini saya masih kurang begitu paham.
Menurut pendapat saya dengan diadakannya desentralisasi merupakan
suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena
dengan diterapkannya kebijakna ini akan bisa meredam daerah-daerah
yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang
merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut
NKRI). Tetapi disatu sisi otonomi daerah berpotensi menyulut konflik
antar daerah.

14
BAB III PENUTUP

SIMPULAN
Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah
digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kota dan desa merupakan bagian dari fenomena bumi yang mempunyai
banyak perbedaan dan banyak diantaranya bertolak belakang. Perbedaan ini bisa di
kategorikan dalam dua bagian yaitu perbedaan secara fisik dan perbedaan secara
sosial. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya yaitu:
a. Morfologi
b. Jumlah dan kepadatan penduduk;
c. Lingkungan hidup;
d. Mata pencaharian;
e. Corak kehidupan sosial;
f. Stratifikasi sosial;
g. Mobilitas sosial;
h. Pola interaksi sosial;
i. Solidaritas sosial; dan
j. Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.
Dari tentang analisis kebijakan tentang implementasi desentralisasi dan
otonomi daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu: aspek output dan aspek outcomes kebijakan. Kedua aspek tersebut
memiliki ukuran atau indikator yang berbeda dalam penilaian keberhasilan.
2. Output kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat
b. Peningkatan kualitas pelayanan public
c. Fleksibilitas program pembangunan.
15
3. Outcomes kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a)
Peningkatan partisipasi masyarakat, dan b) Efektivitas pelaksanaan koordinasi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah di Kabupaten/Kota:
a) Aspek manajerial
b) Aspek SDM Organisasi
c) Aspek budaya birokrasi
d) Aspek politik lokal.
5. Dilihat dari aspek output kebijakan, maka implementasi kebijakan desentralisasi
dapat dikatakan relatif berhasil. Namun dilihat dari aspek outcomes kebijakan,
ternyata

banyaknya

urusan

yang

telah

diterima

(desentralisasi)

oleh

Kabupaten/Kota justru menjadi beban berat bagi daerah. Harapan kebijaksanaan
seperti

memacu

pertumbuhan

ekonomi

masyarakat

berbagai

program

pembangunan (proyek), pelaksanaannya belum efektif.

Berdasarkan wacana diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah,
maka setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan
mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak positif
dan bisa memajukan daerah tersebut apabila Orang/badan yang menyusun memiliki
kemampuan yang baik dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis
mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi dikemudia hari. Tetapi sebaliknya akan
berdamapak kurang baik apabila orang /badan yang menyusun program tersebut
kurang memahami atau kurang mengetahui mengenai bagaimana cara menyusus
perencanaan yang baik serta analisis dampak yang akan terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahamu, Sultan. 2010. “Kelebihan Dan Kekurangan Otonomi Daerah”.
http://sultanahamu.blogspot.com (diakses 15 Desember 2012 pukul 16.25 WIB).
Bsz, Majid. 2008. “Dampak Positif Dan Negatif Otonomi Daerah Terhadap Kemajuan
Bangsa Indonesia”. http://majidbsz.wordpress.com. (diakses pada 15 Desember 2012
pukul 15.55 WIB).
Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Syaukani, Affan Gaffar, Ryass Rasyid. 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wikipedia. 2010. “Otonomi daerah di Indonesia”. http://id.wikipedia.org. (diakses pada 15
Desember 2012 pukul 15.20 WIB).

17

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Perkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahPerkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahsamiaji
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Jerry Makawimbang
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...Researcher Syndicate68
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiArya D Ningrat
 
Isu dan Kebijakan otonomi daerah
Isu dan Kebijakan otonomi daerahIsu dan Kebijakan otonomi daerah
Isu dan Kebijakan otonomi daerahAfiif Anshori
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Researcher Syndicate68
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Oswar Mungkasa
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Rizki Gumilar
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerahtioprayogi
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASanawiyah29
 

Mais procurados (20)

Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Perkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerahPerkembangan otonomi daerah
Perkembangan otonomi daerah
 
Makalah otonomi daerah 2
Makalah otonomi daerah 2Makalah otonomi daerah 2
Makalah otonomi daerah 2
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
 
Pkn otonomi daerah makalah
Pkn otonomi daerah makalahPkn otonomi daerah makalah
Pkn otonomi daerah makalah
 
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomi
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Isu dan Kebijakan otonomi daerah
Isu dan Kebijakan otonomi daerahIsu dan Kebijakan otonomi daerah
Isu dan Kebijakan otonomi daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 

Destaque

Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
Manajemen publik
Manajemen publikManajemen publik
Manajemen publikAlfajar A
 
Implementasi nilai2 uud 1945 Jambi laksma TNI DR Yani Antariksa
Implementasi nilai2 uud 1945   Jambi laksma TNI DR Yani AntariksaImplementasi nilai2 uud 1945   Jambi laksma TNI DR Yani Antariksa
Implementasi nilai2 uud 1945 Jambi laksma TNI DR Yani AntariksaYani Antariksa
 
Manajemen publik
Manajemen publikManajemen publik
Manajemen publikAlfajar A
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Nia Khusnul Chotimah
 
Buku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahBuku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahDadang Solihin
 

Destaque (9)

Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2
 
Manajemen publik
Manajemen publikManajemen publik
Manajemen publik
 
Implementasi nilai2 uud 1945 Jambi laksma TNI DR Yani Antariksa
Implementasi nilai2 uud 1945   Jambi laksma TNI DR Yani AntariksaImplementasi nilai2 uud 1945   Jambi laksma TNI DR Yani Antariksa
Implementasi nilai2 uud 1945 Jambi laksma TNI DR Yani Antariksa
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Makalah dan Paper
Makalah dan PaperMakalah dan Paper
Makalah dan Paper
 
Manajemen publik
Manajemen publikManajemen publik
Manajemen publik
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
 
Buku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerahBuku keuangan publik pusat dan daerah
Buku keuangan publik pusat dan daerah
 

Semelhante a OTDA DAN DIKOTOMY EKONOMI

Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanSeptian Muna Barakati
 
pegertian kota
pegertian kotapegertian kota
pegertian kotarahayu ayu
 
PPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptx
PPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptxPPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptx
PPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptx32vivianggarista
 
Peri Urban Tembung dan Medan
Peri Urban Tembung dan MedanPeri Urban Tembung dan Medan
Peri Urban Tembung dan Medanafifahdhaniyah
 
Geografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaGeografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaNasron Spd
 
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotaPpt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotajopiwildani
 
Hand out geografi desa dan kota
Hand out geografi desa dan kotaHand out geografi desa dan kota
Hand out geografi desa dan kotaJanatun Rahmilah
 
Interaksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kotaInteraksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kotaIvanBayhaqi1
 
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Operator Warnet Vast Raha
 
Usulan domain desa-id
Usulan domain desa-idUsulan domain desa-id
Usulan domain desa-idSupri yanto
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIBaneg Susis
 

Semelhante a OTDA DAN DIKOTOMY EKONOMI (20)

Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaanMakalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
Makalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
 
pegertian kota
pegertian kotapegertian kota
pegertian kota
 
PPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptx
PPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptxPPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptx
PPT Geografi Interaksi desa dan kota.pptx
 
geografi kelas XII.pptx
geografi kelas XII.pptxgeografi kelas XII.pptx
geografi kelas XII.pptx
 
Peri Urban Tembung dan Medan
Peri Urban Tembung dan MedanPeri Urban Tembung dan Medan
Peri Urban Tembung dan Medan
 
Geografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaGeografi desa dan kota
Geografi desa dan kota
 
Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial DasarIlmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar
 
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa
AaaaaaaaaaaaaaaaaaAaaaaaaaaaaaaaaaaa
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kotaPpt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
Ppt kd 3.2 interaksi keruangan desa dan kota
 
Mona maulida 1
Mona maulida 1Mona maulida 1
Mona maulida 1
 
Mona maulida 1
Mona maulida 1Mona maulida 1
Mona maulida 1
 
Hand out geografi desa dan kota
Hand out geografi desa dan kotaHand out geografi desa dan kota
Hand out geografi desa dan kota
 
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptxMASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
MASYARAKAT DESA DAN KOTA.pptx
 
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
 
Interaksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kotaInteraksi desa dan_kota
Interaksi desa dan_kota
 
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
 
Usulan domain desa-id
Usulan domain desa-idUsulan domain desa-id
Usulan domain desa-id
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
 
Sosiologi pedesaan (individu)
Sosiologi pedesaan (individu)Sosiologi pedesaan (individu)
Sosiologi pedesaan (individu)
 

Mais de Fahmy Metala

Kisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMS
Kisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMSKisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMS
Kisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMSFahmy Metala
 
Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan
Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan
Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan Fahmy Metala
 
Tutorial Sebar iklan GRATIS
Tutorial Sebar iklan GRATISTutorial Sebar iklan GRATIS
Tutorial Sebar iklan GRATISFahmy Metala
 
Tugas basworo metpen finising
Tugas basworo metpen finisingTugas basworo metpen finising
Tugas basworo metpen finisingFahmy Metala
 
Teori konflik isbd
Teori konflik isbdTeori konflik isbd
Teori konflik isbdFahmy Metala
 
Proposal usaha jadi lab.manajemen
Proposal usaha jadi lab.manajemenProposal usaha jadi lab.manajemen
Proposal usaha jadi lab.manajemenFahmy Metala
 
Presentasi mengenai toko sas
Presentasi mengenai toko sasPresentasi mengenai toko sas
Presentasi mengenai toko sasFahmy Metala
 
Persentaasi karya ilmiah bu yossi
Persentaasi karya ilmiah bu yossiPersentaasi karya ilmiah bu yossi
Persentaasi karya ilmiah bu yossiFahmy Metala
 
Resuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian IndonesiaResuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian IndonesiaFahmy Metala
 
Metode transportasi
Metode transportasiMetode transportasi
Metode transportasiFahmy Metala
 
Manajemen keuangan
Manajemen keuanganManajemen keuangan
Manajemen keuanganFahmy Metala
 
Manajemen internasional
Manajemen internasionalManajemen internasional
Manajemen internasionalFahmy Metala
 
Makalah riset-pasar-dan-pemasaran
Makalah riset-pasar-dan-pemasaranMakalah riset-pasar-dan-pemasaran
Makalah riset-pasar-dan-pemasaranFahmy Metala
 
Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila Fahmy Metala
 
Makalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
Makalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunanMakalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
Makalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunanFahmy Metala
 
Makalah Makalah Manajemen Oprasional Kewirausahaan
Makalah Makalah Manajemen Oprasional KewirausahaanMakalah Makalah Manajemen Oprasional Kewirausahaan
Makalah Makalah Manajemen Oprasional KewirausahaanFahmy Metala
 
Makalah Lembaga Ekonomi Keuangan Syariah
Makalah Lembaga Ekonomi Keuangan SyariahMakalah Lembaga Ekonomi Keuangan Syariah
Makalah Lembaga Ekonomi Keuangan SyariahFahmy Metala
 
Makalah Aplikasi Komputer
Makalah Aplikasi KomputerMakalah Aplikasi Komputer
Makalah Aplikasi KomputerFahmy Metala
 

Mais de Fahmy Metala (20)

Kisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMS
Kisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMSKisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMS
Kisi Kisi UAS Bashasa Indonesia FEB UMS
 
Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan
Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan
Latihan menulis daftar pustaka dan kutipan
 
Tutorial Sebar iklan GRATIS
Tutorial Sebar iklan GRATISTutorial Sebar iklan GRATIS
Tutorial Sebar iklan GRATIS
 
Tugas basworo metpen finising
Tugas basworo metpen finisingTugas basworo metpen finising
Tugas basworo metpen finising
 
Teori konflik isbd
Teori konflik isbdTeori konflik isbd
Teori konflik isbd
 
Riset pemasaran
Riset pemasaran Riset pemasaran
Riset pemasaran
 
Proposal usaha jadi lab.manajemen
Proposal usaha jadi lab.manajemenProposal usaha jadi lab.manajemen
Proposal usaha jadi lab.manajemen
 
Presentasi mengenai toko sas
Presentasi mengenai toko sasPresentasi mengenai toko sas
Presentasi mengenai toko sas
 
Persentaasi karya ilmiah bu yossi
Persentaasi karya ilmiah bu yossiPersentaasi karya ilmiah bu yossi
Persentaasi karya ilmiah bu yossi
 
Kewirausahaan
KewirausahaanKewirausahaan
Kewirausahaan
 
Resuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian IndonesiaResuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian Indonesia
 
Metode transportasi
Metode transportasiMetode transportasi
Metode transportasi
 
Manajemen keuangan
Manajemen keuanganManajemen keuangan
Manajemen keuangan
 
Manajemen internasional
Manajemen internasionalManajemen internasional
Manajemen internasional
 
Makalah riset-pasar-dan-pemasaran
Makalah riset-pasar-dan-pemasaranMakalah riset-pasar-dan-pemasaran
Makalah riset-pasar-dan-pemasaran
 
Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila Makalah tentang pancasila
Makalah tentang pancasila
 
Makalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
Makalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunanMakalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
Makalah pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan
 
Makalah Makalah Manajemen Oprasional Kewirausahaan
Makalah Makalah Manajemen Oprasional KewirausahaanMakalah Makalah Manajemen Oprasional Kewirausahaan
Makalah Makalah Manajemen Oprasional Kewirausahaan
 
Makalah Lembaga Ekonomi Keuangan Syariah
Makalah Lembaga Ekonomi Keuangan SyariahMakalah Lembaga Ekonomi Keuangan Syariah
Makalah Lembaga Ekonomi Keuangan Syariah
 
Makalah Aplikasi Komputer
Makalah Aplikasi KomputerMakalah Aplikasi Komputer
Makalah Aplikasi Komputer
 

Último

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 

Último (20)

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 

OTDA DAN DIKOTOMY EKONOMI

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan. Otonomi Daerah menjadi wacana dan bahan kajian dari berbagai kalangan, baik pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, kalangan akademisi, pelaku ekonomi bahkan masayarakat awam. Semua pihak berbicara dan memberikan komentar tentang “otonomi daerah” menurut pemahaman dan persepsinya masing-masing. Perbedaan pemahaman dan persepsi dari berbagai kalangan terhadap otonomi daerah sangat disebabkan perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang digunakan. Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal. Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama berlaku di lingkungan mereka. Semua manusia bersaudara dan kita semua sama. Yang membedakan diri kita dengan individu lain atau orang lain adalah jalan pikiran kita. Kelompok masyarakat yang tinggal disatu tempat yang jauh dari keramaian kota tentu akan berbeda dengan kelompok masyarakat yang tinggal dikeramaian kota yang penuh dengan kemajuan teknologi dan derasnya informasi yang masuk ke jalan pikiran kelompok masyarakat tersebut. Hal ini sudah dibuktikan diberbagai negara belahan dunia. Bukti yang sangat jelas adalah diberbagai negara pasti terdapat suku asli atau penduduk asli yang tinggal di pedalaman yang masih memiliki kepercayaan kepada leluhur mereka dan mereka masih memakai peraturan yang sudah lama mereka pakai sejak nenek moyang mereka hingga sekarang. Hal ini disebabkan 1
  • 2. karena kehidupan mereka jauh dari segala informasi tentang kemajuan jaman sehingga mereka tidak tahu apa-apa tentang kehidupan diluar. Indonesia adalah Negara berkembang di mana desa-desa masih mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan di kota. Jadi keduanya menjadi daerah pendorong berkembangnya Negara Indonesia. Kota dan desa mempunyai peran yang sama. Namun desa dan kota mempunyai banyak perbedaan baik dari segi fisik maupun dari segi sosial. Dari segi fisik misalnya bentuk dan tata ruang. Sedangkan dari segi sosial misalnya sumber ekonomi keluarga, interaksi sosialnya, gaya hidup dan masih banyak lagi yang lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang menuntut nilai ekonomi dan social mempunyai dampak terhadap dikotomi perekonomian. 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari makalah ini dibuat adalah untuk mengetahui: 1. Otda dan dikotomi antara desa-kota dalam perekonomian. 2. Pelaksanaan Otda yang menuntut nilai ekonomi dan social serta dampaknya terhadap dikotomi perekonomian. 1.4 Manfaat Penulisan Makalah Dalam setiap penulisan makalah tentu saja terdapat manfaat dari materi/pembahasan. Di dalam makalah yang kami buat ini pun memiliki beberapa manfaat. Sesuai dengan judulnya yaitu Otda Dan Dikotomi Antara Desa-Kota Dalam Perekonomian, tentu manfaat yang terkandung adalah : Mengetahui pelaksanaan otda yang menuntut nilai ekonomi dan social. Mengetahui kelemahan dan kelebihan sistem otda dan dikotomi antara desa-kota dalam perekonomian yang di terapkan di Indonesia. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Memahami dampak dari pelaksanaan otda terhadap dikotomi perekonomian. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Otda Dan Dikotomi Antara Desa-Kota Dalam Perekonomian Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Dikotomi kota dan desa dalam perencanaan pembangunan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Bahkan dikotomi tersebut diarahkan pada tercapainya kesesuian tindakan pembangunan terhadap kebutuhan desa maupun kota dalam memenuhi fungsi optimalnya. Kota sebagai pusat aglomerasi kegiatan ekonomi dan sosial, memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi. Kota didukung dengan pembangunan fisik yang juga lebih intens dalam mendukung efisiensi kegiatan perkotaan. Disisi lain, daerah yag bukan perkotaan disebut sebagai perdesaan sehingga dapat didefinisikan bahwa di daerah inilah tingkat kepadatan pendududk diperkirakan lebih rendah daripada perkotaan. Kegiatan ekonomi dan sosial pun jauh lebih sedikit. Pembangunan fisik juga tidak intensif. 3
  • 4. 2.2 Dikotomi Kota Dan Desa Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Kota dan desa tidak lagi dapat didasarkan pada pengetahuan seperti keadaan geografis, aktivitas ekonomi, politik atau sistem sosial dan budaya, di mana kota identik dengan segala hal yang berbau modernitas, sementara desa itu tradisional. Bisa jadi benar beberapa tahun ke belakang, namun dikotomi kota-desa secara sosiologis itu di abad globalisasi sekarang tidaklah semudah kriteria-kriteria tersebut di atas. Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang ada mudah-mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagai masyarakat pedesaan atau masyarakat perkotaan. Ciri-ciri tersebut antara lain : 1. Aspek Morfologi Menurut Sapari Imam Asy’ari (1993), dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunanbangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakjar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya criteria tersebut sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan di bagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya di daerah pinggiran kota, sebaliknya terdapat juga desa-desa yang mirip dengan kota. Jika di daerah kota banyak gedung-gedung pencakar langit dan rumah penduduk yang sangat rapat, di dea lebih pada pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang lebih agraris, serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang). 2. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Dari aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan kepada yang rendah.( Sapari Imam Asy’ari (1993)). Dari aspek jumlah penduduk secara praktis dapat membedakan antara kota dan desa. Jumlah penduduk kota lebih banyak jika di bandingkan di desa. Jumlah penduduk kota semakin banyak Karena pertambahan secara alami dan juga karena adanya urbanisasi 4
  • 5. penduduk desa ke kota. Sedangkan didesa semakin kekurangan pekerja lahan pertanian karena banyak dari golongan pemuda di desa yang pergi ke kota untuk berbagai tujuan, misalnya untuk sekolah ataupun bekerja. Pertambahan penduduk yang cepat di kota tentu akan mengakibatkan adanya kepadatan penduduk yang tinggi pula sedangkan luas lahan tidak bertambah. 3. Lingkungan Hidup Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan. Lingkungan kota lebih kurang sehat jika dibandingkan dengan yang ada di lingkungan desa seperti yang di ungkapkan oleh Drs. N. Daldjoeni: “Disimpulkan para peririset kesehatan kota bahwa persentasi korban dari pencemaran di kota melebihi yang ada di pedesaan. Di perkotaan persediaan banyaknya air bagi keluarga-keluarga bergantung pada tinggi rendahnya penghasilan”. Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela pepohonan, di permukaan tanah, di rongga-rongga bawah tanah ataupun berterbangan di udara bebas. Air yang menetes, merembes atau memancar dari sumber-sumbernya dan kemudian mengalir melalui anak-anak sungai mengairi petak-petak persawahan. Semua ini sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesakdesakan dan kadang-kadang berdampingan dan berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan pemukiman yang padat. Udara yang seringkali terasa pengap, karena tercemar asap buangan cerobong pabrik dan kendaraan bermotor. Hiruk-pikuk, lalu lalang kendaraan ataupun manusia di sela-sela kebisingan yang berasal dariberbagai sumber bunyi yang seolah-olah saling berebut keras satu sama lain. Kota sudah terlalu banyak mengalami sentuhan teknologi, sehingga penduduk kota yang merindukan alam kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke dalam rumahnya, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya gambarnya saja. 4. Mata Pencaharian Perbedaan paling menonjol adalah pada mata pencaharian. Kegiatan utama penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, di samping sektor ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa. 5
  • 6. Kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah yang berasal dari desa menjadi bahan-bahan asetengah jadi atau mengolahnya sehingga berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan. Dalam hal distribusi hasil produksi ini pun terdapat perbedaan antara desa dan kota. Di desa jumlah ataupun jenis barang yang tersedia di pasaran sangat terbatas. 5. Corak Kehidupan Sosial Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di kota sangat heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa, agama, kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya. 6. Stratifikasi Sosial Beranekaragamnya corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat bahwa sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di desa. Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang kerjanya lebih banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan upah lebih besar daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu menggunakan tenaga kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa perbedaan antara pihak kaya dan miskin semakin menyolok. 7. Mobilitas Sosial Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal 6
  • 7. yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horisontal yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat. Namun di desa kesempatan mobilitas sosial lebih sedikit, hal ini disebabkan karena karakter sosial penduduk desa lebih homogen. Misalnya dalam pekerjaan. Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani. 8. Pola Interaksi Sosial Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut. Karena struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada di pedesaan sangat berbeda dengan di perkotaan, maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat tersebut juga tidak sama. Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial adalah motif-motif sosial. Dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik, diusahakan supaya konflik tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan, diusahakan untuk dirukunkan, karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan, karena masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya keserasian (harmoni) dalam kehidupan berinteraksi lebih dipengaruhi oleh motif ekonomi daripada motif-motif sosial. 9. Solidaritas Sosial Dari segi sikap masyarakat desa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat didesa lebih berkerabat antara satu dengan yang lainnya. Karena didesa yang paling penting adalah saling membantu, saling menolong, saling menghargai dan menghormati dan saling pengertian.hal-hal itulah yang menjadikan masyarakat didesa jauh lebih dapat bersosialisasi dibandingkan dengan masyarakat dikota. Masyarakat dikota banyak yang kurang dapat bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Hal ini dibuktikan di kota banyak perumahan yang mendirikan pagar setinggi 2 meter lebih sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui siapa yang tinggal di rumah tersebut. Masyarakat di perkotaan banyak yang lebih suka menyendiri doibandingkan berkumpul antar tetangga. Hal inilah yang membedakan masyarakat desa dan masyarakat kota dalam bersosialisasi antar masyarakat sekitar di lingkungan mereka. 7
  • 8. 10. Kedudukan Dalam Hierarki Sistem Administrasi Nasional Di samping motif ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya juga banyak mempengaruhi kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional, misalnya saja politik, pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem administrasi nasional, maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada desa. Di negara kita misalnya, urut-urutan kedudukan tersebut adalah: ibukota negara, kota propinsi, kota kabupaten, kota kecamatan, dan seterusnya. Semakin tinggi kedudukan suatu kota dalam hierarki tersebut, kompleksitasnya semakin meningkat, dalam arti semakin banyak kegiatan yang berpusat di sana. Kompleksitas di bidang administrasi nasional atau kenegaraan ini biasanya sejajar dengan kompleksitas di bidang kemasyarakatan lainnya, misalnya saja bidang ekonomi atau politik. Jadi ibukota Negara di samping menjadi pusat kegatan pemerintahan, biasanya sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Belum ada angka yang pasti mengenai jumlah pengangguran penuh di Indonesia, tetapi jumlah setengah pengangguran semakin lama semakin meprihatinkan. Perbedaan desa dan kota secara kualitatif Masih banyak ahli yang membahas perbedaan kota dan desa selain yang sudah dipaparkan di atas. Prof Drs. Bintarto menjelaskan perbedaan antara masyarakat kota dan desa (urban dan rurals) secara kualitatif seperti yang ada dalam tabel berikut: No Unsur-unsur Desa Kota perbedaan 1 Mata pencaharian Agraris-homogen Non agraris- heterogen 2 Ruang kerja Lapangan terbuka Ruang tertutup 3 Musim/cuaca Penting dan menentukan Tidak penting 4 Keahlian/keterampilan Umum dan tersebar Ada spesialisasi 5 Rumah dan tempat Dekat Berjauhan kerja 6 Kepadatan penduduk Tidak padat Padat 7 Kontak sosial Frekuensi kecil Frekuensi besar 8 Stratifikasi sosial Sederhana dan sedikit Komplek 8 dan
  • 9. banyak 9 Lembaga-lembaga Terbatas dan sederhana Banyak dan kompleks 10 Control sosial Adat/tradisi Hokum/peraturan tertulis 11 Sifat kelompok Gotong royong akrab Geselfschalf masyarakat (gemeinschalf) 12 Mobilitas Rendah Tinggi 13 Status sosial Stabil Tidak stabil 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Otonomi Daerah Berikut adalah kelebihan dan kelemahan otonomi daerah yang dapat dihimpun oleh penulis sebagai berikut: A. Kelebihan: 1. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan 2. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan yang cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat. 3. Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan (diferensial) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial, dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan khusu daerah. 4. Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat lebih muda untuk diadakan. 5. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat. 6. Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan yang lebuh beser kepada daerah. 9
  • 10. B. Kekurangan Di samping kebaikan tersebut di atas, otonomi daerah juga mengandung kekurangan sebagaimana pendapat Josef Riwu Kaho (1997) antara lain sebagai berikut ini: 1. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah kompleks, yang mempersulit koordinasi. 2. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu. 3. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut daerahisme atau provinsialisme. 4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan yang bertele-tele. 5. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan. 2.4 Pelaksanaan /Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang tidak sama sekali penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan para artis. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-undangan. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek output dan aspek outcomes kebijakan. Kedua aspek tersebut memiliki ukuran atau indikator yang berbeda dalam penilaian keberhasilan. 10
  • 11. a) Output Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Output kebijakan secara konsepsi harus diukur berdasarkan substansi kebijakan, yang item-itemnya menggambarkan tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut. Namun demikian, tidak semua item tujuan kebijakan dapat dilakukan pengukuran keberhasilan, sebab ada beberapa kebijakan public yang tujuan akhirmya (output-nya) baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Output kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1) Pertumbuhan ekonomi masyarakat 2) Fleksibilitas program pembangunan 3) Peningkatan kualitas pelayanan publik b) Outcomes Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah: 1) Peningkatan partisipasi masyarakat 2) Efektivitas pelaksanaan koordinasi 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Berdasarkan hasil analisis lapangan dengan menggunakan indikator output kebijakan dan outcomes kebijakan, kesimpulan menunjukkan bahwa implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, dengan kata lain kinerja kebijakan masih relatif rendah. Berdasarkan kajian teori (konsep) dari para ahli kebijakan dan ahli otonomi daerah sebagaimana telah dikemukakan di atas, serta hasil analisis di lapangan, telah diidentifikasi bahwa ada empat variabel yang dapat menjelaskan bahwa kinerja implementasi desentralisasi dan otonomi daerah di Kabupaten/Kota, yaitu aspek manajerial, aspek SDM organisasi, aspek budaya birokrasi, dan etika pelayanan publik. 1. Aspek Manajerial Keampuan kepemimpinan Bupati/Kepala Daerah Bupati selaku top manajer di Daerah memegang peranan penting akan keberhasilan implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Mengingat kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah masih merupakan suatu yang baru bagi pemerintah daerah serta memiliki tujuan yang begitu luas dan kompleks, jelas memerlukan suatu kemampuan seorang Bupati dalam 11
  • 12. memanage agar tujuan kebijakan yang begitu luas dan komleks bisa dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dalam manajemen modern, setiap organisasi harus memiliki visi dan misi yang jelas, sebagai acuan bagi semua komponen dalam melaksanakan aktivitasnya. Visi organisasi tersebut sedapat mungkin disosialisasikan kepada karyawan, menjadi visi bersama yang harus diperjuangkan (Ordway Tead, 1954). 2. Aspek SDM Organisasi Ketersediaan Sumber daya Manusia (SDM) organisasi (dinas daerah) sangat penting dalam implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. SDM dimaksud antara lain mencakup karyawan yang harus mempunyai keahlian dan kemampuan melaksanakan tugas, perintah, dan anjuran atasan (pimpinan). Di samping itu, harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah karyawan yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan bidang tugas yang akan dikerjakan (Salusu, 1988: 493). 3. Aspek Budaya Birokrasi Secara nasional birokrasi pemerintah yang ada di Indonesia memiliki ciri-ciri yang hampir sama, di mana unsur paternalisme amat kental dalam pola hubungan yang bersifat internal organisasi maupun pada tataran eksternal organisasi. Hubungan antara bawahan dan pimpinan berada pada posisi di mana bawahan cenderung berusaha melayani dan memuaskan atasan. Kondisi ini secara otomatis akan mengurangi kualitas layanan yang diberikan birokrasi kepada masyarakat sebagai pengguna jasa. 4. Aspek Politik Lokal Perpanjangan proses politik pemerintah pusat yang berupaya menyeragamkan semua institusi birokrasi pemerintah, baik dari segi struktur maupun fungsinya telah menyebabkan kemacetan proses penyelesaian masalah yang telah berlaku secara turun-temurun pada masyarakat melalui pola musyawarah mufakat yang merupakan bentuk penerapan demokrasi lokal. 12
  • 13. 2.6 Dampak Positif dan Negatif Pelaksanaan Otonomi Daerah Bagi Kemajuan Bangsa Indonesia Jika kita tinjau lebih jauh penerapan kebijakan otonomi daerah atau desentralisasi sekarang ini, cukup memberikan dampak positif nagi perkembangan bangsa indonesia. Dengan adanya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur daerahnya, karena dinilai pemerintahan daerah lebih mengetahui kondisi daerahnya masing-masing. Disamping itu dengan diterapkannya sistem desentralisasi diharapkan biaya birokrasi yang lebih efisien. Hal ini merupakan beberapa pertimbangan mengapa otonomi daerah harus dilakukan. Dalam setiap kebijakan atau keputusan yang diambil pasti ada sisi positif dan sisi negatifnya. Begitu juga dengan penerapan sistem desentaralisasi ini, memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. Secara terperinci mengenai dampak dampak positif dan negatif dari desentarlisasi dapat di uraikan sebagai berikut : a. Segi Ekonomi Dari segi ekonomi banyak sekali keutungan dari penerapak sistem desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila suber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. b. Segi Sosial Budaya Mengenai sosial budaya ini saya belum menemukan artikel yang secara penuh membahas mengenai dampak sosial budaya. Tetapi menurut analisis saya dengan diadakannya akan memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut. 13
  • 14. c. Segi Keamanan dan Politik Dalam segi politik ini saya masih kurang begitu paham. Menurut pendapat saya dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijakna ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi disatu sisi otonomi daerah berpotensi menyulut konflik antar daerah. 14
  • 15. BAB III PENUTUP SIMPULAN Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kota dan desa merupakan bagian dari fenomena bumi yang mempunyai banyak perbedaan dan banyak diantaranya bertolak belakang. Perbedaan ini bisa di kategorikan dalam dua bagian yaitu perbedaan secara fisik dan perbedaan secara sosial. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya yaitu: a. Morfologi b. Jumlah dan kepadatan penduduk; c. Lingkungan hidup; d. Mata pencaharian; e. Corak kehidupan sosial; f. Stratifikasi sosial; g. Mobilitas sosial; h. Pola interaksi sosial; i. Solidaritas sosial; dan j. Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional. Dari tentang analisis kebijakan tentang implementasi desentralisasi dan otonomi daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek output dan aspek outcomes kebijakan. Kedua aspek tersebut memiliki ukuran atau indikator yang berbeda dalam penilaian keberhasilan. 2. Output kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat b. Peningkatan kualitas pelayanan public c. Fleksibilitas program pembangunan. 15
  • 16. 3. Outcomes kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a) Peningkatan partisipasi masyarakat, dan b) Efektivitas pelaksanaan koordinasi. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Kabupaten/Kota: a) Aspek manajerial b) Aspek SDM Organisasi c) Aspek budaya birokrasi d) Aspek politik lokal. 5. Dilihat dari aspek output kebijakan, maka implementasi kebijakan desentralisasi dapat dikatakan relatif berhasil. Namun dilihat dari aspek outcomes kebijakan, ternyata banyaknya urusan yang telah diterima (desentralisasi) oleh Kabupaten/Kota justru menjadi beban berat bagi daerah. Harapan kebijaksanaan seperti memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat berbagai program pembangunan (proyek), pelaksanaannya belum efektif. Berdasarkan wacana diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut apabila Orang/badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi dikemudia hari. Tetapi sebaliknya akan berdamapak kurang baik apabila orang /badan yang menyusun program tersebut kurang memahami atau kurang mengetahui mengenai bagaimana cara menyusus perencanaan yang baik serta analisis dampak yang akan terjadi. 16
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Ahamu, Sultan. 2010. “Kelebihan Dan Kekurangan Otonomi Daerah”. http://sultanahamu.blogspot.com (diakses 15 Desember 2012 pukul 16.25 WIB). Bsz, Majid. 2008. “Dampak Positif Dan Negatif Otonomi Daerah Terhadap Kemajuan Bangsa Indonesia”. http://majidbsz.wordpress.com. (diakses pada 15 Desember 2012 pukul 15.55 WIB). Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga. Syaukani, Affan Gaffar, Ryass Rasyid. 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wikipedia. 2010. “Otonomi daerah di Indonesia”. http://id.wikipedia.org. (diakses pada 15 Desember 2012 pukul 15.20 WIB). 17