Dokumen ini membahas mengenai potensi energi angin di Indonesia sebagai sumber energi alternatif. Energi angin merupakan sumber energi yang bersih dan tersedia secara gratis. Pemerintah melalui LAPAN telah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) seperti turbin angin untuk pembangkit listrik dan kincir angin untuk memompa air. Beberapa prototipe SKEA telah dibuat dan diujicoba.
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
ENERGI ANGIN MENJADI ALTERNATIF
1. Bahan Iptek Talk
ANGIN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
1. U M U M
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai instansi pemerintah yang
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai instansi pembina utama dalam
penyelenggaraan pembangunan kedirgantaraan nasional di Indonesia. upaya-upaya
pengembangan penguasaan teknologi dirgantara telah dilakukan , dalam hal ini penguasaan
rancang bangun teknologi dirgantara terapan (spin off) yaitu penguasaan teknologi Sistem
Konversi Energi Angin ( SKEA )
Pertanyaan :
Apa perlunya energi alternatif atau energi terbarukan , khususnya energi angin
Jawab :
• Karena , energi terbarukan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
penggunaan energi konvensional ( pengurangan penggunaan BBM )
• Angin tersedia di alam bebas dengan gratis dan terus menerus tidak akan habis
• Energi angin merupakan energi yang bersih tidak berpolusi
•
Pertanyaan :
Program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan dan
pemanfaatan Energi Angin
Jawab :
Disisi pemerintah ( dalam hal ini telah dijalankan oleh LAPAN ) , program utama energi angin
mencakup :
Monitoring, inventarisasi data dan identifikasi wilayah – wilayah potensial serta
pembuatan peta potensi angin secara berkesinambungan.
Penelitian dan pengembangan teknologi SKEA yang sesuai kondisi potensi angin di
Indonesia, yang secara umum potensinya tidak terlalu besar dan site specific.
Pengembangan proyek – proyek percontohan sebagai sarana ujicoba dan promosi
Diseminasi pemanfaatan SKEA bekerjasama dengan berbagai instansi dan kajian
produksi lokal SKEA skala kecil dan menengah bekerja sama dengan industri / swasta
Pertanyaan :
Sejauh mana potensi energi angin di Indonesia secara umum
2. Jawab :
Dari hasil monitoring dan evaluasi data potensi energi angin beberapa daerah di Indonesia
telah ditemukan daerah / wilayah yang cukup potensial energi anginya seperti diperlihatkan
pada Tabel 1. ( akan dilengkapi gambar peta )
Tabel 1
Pengelompokkan potensi energi, pemanfaatan dan lokasi potensial
Kelas Kec. Angin Daya spesifik Kapasitas Lokasi
(m/s ) ( W/m2 ) ( kW ) ( Wilayah )
Skala Kecil 2,5 - 4,0 < 75 s/d 10 Jawa, NTB, NTT,
Maluku, Sulawesi,
Skala 4,0 - 5,0 75 – 150 10 – 100 NTB, NTT , Sulsel,
Menengah Sultra, selatan jawa
Skala Besar > 5,0 > 150 > 100 Sulsel, NTB dan NTT,
Pantai Selatan Jawa
Pertanyaan :
Dari program utama dikatakan bahwa disamping melakukan penelitian potensi angin juga
melakukan pengembangan teknologi SKEA , sejauh mana teknologi kincir telah dikuasai dan
di implemtasikan di masyarakat
Jawab :
Prototipe SKEA hasil litbang untuk pembangkit listrik ( turbin angin ) telah dibuat dan
diujicoba mulai dari skala 50 W sampai dengan 10 kW per unit sistem, dengan jumlah sudu 2
sampai dengan 6 buah dan diameter rotor 0,8 m sampai dengan 7 meter.
Sedangkan SKEA mekanik ( kincir angin ) , telah dibuat dan diujicoba beberapa prototipe
untuk pemompaan air yang umumnya digunakan pada sumber air dangkal , dengan diameter
blade ( baling – baling ) 2,4 m sampai 6 m dan jumlah sudu 4 buah sampai 18 buah. ( akan
diperlihatkan gambar 2 prototipe )
Pertanyaan :
Boleh dijelaskan bagaimana cara kerja peralatan SKEA ini, agar dipahami oleh masyarakat
Jawab :
Pada prinsipnya energi angin dalam bentul aliran diterima oleh rotor ( baling – baling ) diubah
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran yang selanjutnya memutar generator untuk
membangkitkan listrik atau menggerakan pompa untuk memompakan air ( dilengkapi dengan
blok diagram )
Pertanyaan :
Dimana saja teknologi ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat ?
3. Jawab :
Ujicoba SKEA dengan pemanfaatan langsung di beberapa daerah oleh instansi terkait baik
secara sendiri maupun bekerja sama dengan LAPAN antara lain : Jawa Tengah , DIY , DKI
Jakarta, NTT, NTB , Sulsel dll ( dilengkapi dengan peta pemanfaatan dan Gambar 2 )
Pertanyaan :
Adakah hambatan atau kendala dalam pengembangan dan penyebarluasan pemanfaatan
teknologi SKEA ini ?
Jawab :
Hambatan utama dalam penyebar-luasan ( diseminasi ) pemanfaatan energi angin adalah lokasi
pemanfaatan yang spesifik tempat ( site specificness ) dan harga energi per kWh yang masih
relatif tinggi dibanding dengan energi yang dibangkitkan dengan BBM ( sumber energi
konvensional ). Faktor lain yang menjadi kendala dalam pengembangan , pemanfaatan dan
diseminasi energi angin adalah :
• Keterbatasan dana untuk mengakses dan mengidentifier lokasi potensial khususnya di
daerah terpencil dan pulau – pulau yang sulit dijangkau
• Produk teknologi SKEA yang ada di pasaran yang sudah komersial umumnya beroperasi
pada rejim kecepatan angin yang tinggi dan harganya relatif mahal, sehingga faktor
kapasitasnya rendah untuk kondisi Indonesia,
• Kurang kerjasama dan koordinasi antara intitusi – institusi terkait.
• Kemampuan ekonomi masyarakat yang relatif rendah
• Kurangnya tenaga teknis terampil di daerah untuk pemeliharaan dan perbaikan di lokasi
• Revenue yang diperoleh dari penggunaan turbin angin sangat kecil karena productive use
yang belum setimbang. Hal ini disebabkan SKEA yang terpasang masih skala kecil
sehingga belum memberikan nilai ekonomis yang tinggi .
KERJASAMA DAN KEMAMPUAN NASIONAL DALAM BIDANG ENERGI ANGIN
• Lembaga R&D dan Pengkajian : LAPAN, BPPT, Litbang PLN, P3TEK, Perguruan
Tinggi dan LPND lainya.
• Kerjasama Luar Negeri : Wind guard ( jerman ), TWT Belanda , Riso Denmark dan
NREL USA.
a. Pengguna : Depertemen Koperasi/KUD, Pemerintah Daerah, Departemen
Transmigrasi, Pembangunan Desa ( Departemen Dalam Negeri), Dep Kelautan dan
Perikanan, Dep. Pertanian, masyarakat pengguna individual maupun kelompok,dll
4. b. Fabrikan atau industri yang mampu untuk membuat dan memproduksi beberapa
komponen turbin angin yakni sudu ( rotor ), unit kontrol, menara, komponen mekanis
dan elektronik, dll; antara lain PT Barata, PT LEN, Lembaga Instrumentasi Nasional (
LIN ), PT Guna Elektro, PT Elektrindo, PT Uavindo, dll.
Sasaran jangka pendek dan menengah :
• Pemetaan potensi energi angin per wilayah ( Propinsi , Kabupaten ) berdasarkan data
hasil pengukuran.
• Pengembangan SKEA skala menengah – besar sampai dengan 750 kW dengan
kandungan lokal tinggi
• Implementasi SKEA skala menengah besar interkoneksi dengan jaringan PLN
• Implementasi SKEA pada daerah terpencil dan pulau – pulau
Rumpin , 19 September 2005
Soeripno
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional