Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Profesi kependidikan
1.
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya membangun budaya dan
peradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Faktor utama dalam pendidikan yaitu pembentukkan pribadi manusia, peran
penting pendidikan inilah menjadi ukuran normatif dalam pencapaian pola pikir dan
pola tindak tiap individu.
Kemapuan manusia, hampir sebagian besar didapatkan melalui proses
belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu
yang dapat diamati, diubah dan dikontrol. Kemampuan manusia yang dikembangkan
melalui belajar yaitu: pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi
kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap.
Pengejawantahan pendidikan inilah yang menuntut pendidik untuk sebisa
mungkin menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam hal
ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena
desain pesan pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan
suatu pola atau signal dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan
kondisi untuk belajar.
Perubahan pola pikir dan pola tindak pada peserta didik/siswa tentunya tidak
hanya bergantung pada penerapan maupun pencapaian mata pelajaran yang akan
diajarkan, namun perubahan ini sangatlah memerlukan peran aktif dari guru karena
guru merupakan pembimbing dan juga sebagai konselor.
Masalah-masalah yang ada pada siswa sangatlah kompleks, baik itu masalah
individu (fisik dan psikis) dan masalah sosial (keluarga dan bermasayarakat).
Persoalan-persoalan pada siswa inilah yang harus di perhatikan oleh guru karena hal
ini akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Selain dari hal di atas, ada paradigma baru yang berkembangan dalam
pendidikan, yaitu tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa,
3. tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada
global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’
(learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata
pelajaran.
Jika melihat kenyataan pendidikan yang ada sekarang ini maka banyak hal
yang sebenarnya harus diperbaiki dan dikembangkan, baik itu hasil belajar, proses
pembelajarannya, kurikulum pendidikan dan semua bidang yang berkaitan dengan
pendidikan. Oleh karena itu maka dipandang perlu, dalam segala hal yang
menyangkut dengan program pendidikan harus ada pengelolah, pengawasan dan
pembinaan yang notabenenya membantu tercapainya tujuan pendidikan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan
atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab tentang keefektifan program itu.
Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang
akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Setelah kita mengetahui
realita yang terjadi, maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail
tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan
pentingnya supervisi pendidikan itu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling (BK) dalam mengatasi masalah
yang dihadapi siswa?
2. Bagaimanakah cara mengadakan supervisi dan apa saja yang perlu disupervisi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan penjelasan tentang bimbingan dan konseling
2. Memberikan penjelasan mengenai supervisi pendidikan
1.4 Manfaat Penulisan
4. Manfaat bagi penulis dan mahsiswa lain adalah
1. Menjadikan makalah ini sebagi bahan acuan atau referensi dalam penulisan
makalah profesi kependidikan selanjutnya
2. Memahami hakikat dari profesi pendidikan
3. Sebagai calon guru (insyallah), maka makalah ini menjadi acuan awal,
pengetahuan awal dan pengukuran awal tentang tugas dan tanggung jawab
seorang guru
BAB II
5. PEMBAHASAN
A. BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan
bagaikan kata majemuk. Untuk memperluas kedua istilah tersebut, berikut ini
dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling.
a. Pengertian
Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling.
Menurut Jones (1963), Guidance is the help given by one person to another in
making choice and adjustment and solving problems. Dalam penertian tesebut,
terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu
yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir
tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).
Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman
Natawidjaja (1978) : Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar
sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia
dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang
berarti.
Selanjutnya Bimo Walgito (1982: 11) menyarikan beberapa rumusan
bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai
berikut : Bimbingan adalah bantuan atau petolongan yang diberrikan kepada
individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli tiu,
dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan: (a) suatu proses yang
berkseinambungan, (b) suatu proses membantu individu, (c) bantuan yang diberikan
itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan
6. mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan
(d) kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya yang mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
b. Pengertian Konseling
Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istliah
penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Banyak
ahli yang memberikan makna tentang konseling. Menurut James P. Adam yang
dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a): Konseling adalah suatu penilaian timbal balik
antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain
(konseling) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan
datang.
Bimo Walgito (1982: 11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan
wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapai
untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan
konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual.
b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli.
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
2. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di sekolah
7. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa
agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh
(Motensen & Schemuller, 1969). Bimbingan dan konseling semakin hari semakin
dirasakan perlu keberadaanya disetiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai
macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982), sebagai
berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak
dalam waktu sekian jam (± 6jam) hidupnya berada di sekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan
baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun
dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist
dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor
ternyata sangat membantu guru, dalam hal:
1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif
yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2) Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan
mempengaruhi proses belajar-mengajar.
3) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih
efektif.
4) Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai
masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam
Kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di
sekolah adalah membantu siswa:
1) Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar
yang tinggi.
2) Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada
saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
8. 3) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-
emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan
terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan
yang lebih luas.
4. Peranan Bimbingan dan konseling dalam Pembelajaran Siswa
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti
bahwa dia mempunyai masalah tapi tidak tahu bagaimana mengatsinya, dan juga
yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam
menyelesaikan masalahnya itu.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan
konseling dapat memberikan layanan dalam: (1) bimbingan belajar, (2)
bimbingan sosial, dan (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
a. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah
maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
a) Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual.
b) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
c) Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
d) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu.
e) Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.
b. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah
9. sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut
Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial dimaksudkan untuk:
a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah
tertentu.
Disamping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat
melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah
maupun di luar sekolah (Downing, 1978).
c. Bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi
Penyuluhan dinyatakan ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan
bantuan konseling, yaitu masalah akibat konflik antara:
a) Perkembangan intelektual dan emosionalnya.
b) Bakat dengan aspirasi lingkungannya.
c) Kehendak siswa dan orang tua atau lingkungannya.
d) Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
e) Situasi sekolah dengan situasi lingkungan.
f) Bakat dan pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan
keengganan mengambil pilihan.
5. Landasan Bimbingan dan Konseling
Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang
mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu.
3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing
dengan yang dibimbing.
4. Bimbingan berlandaskan pengakuaan akan martabat dan keluhan individu yang
dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan
bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan pskikologis.
10. 6. Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7. bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus-menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
6. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam kegiatan/layanan bimbingan dan konseling menurut Prayitno (1982)
ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Asas Kerahasiaan
Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan
bimbingan dan konseling. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak
ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya
sampai dengan masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa
konselor dapat menyimpan rahasianya.
2. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam
membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan,
pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya
permasalahan. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan terhadap
hal-hal yang dikemukakan oleh klien.
3. Asas Kesukarelaan
Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan
ini. Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran
klien.
4. Asas Kekinian
Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya berfokus pada
masalah-masalah yang dialami klien pada saat ini. Apa yang dirasakan dan
dipikirkan pada saat konsultasi, itulah yang menjadi pusat perhatian dalam
mencarikan permasalahannya.
5. Asas Kegiatan
11. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik,
bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam
layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk
melaksnakan semua saran yang telah di sampaikannya.
6. Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan
dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Sesuai
dengan sifat keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan
seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien.
7. Asas Keterpaduan
Kerperibadian klien merupakan suatu kesatuan dari berbagai macam
aspek. Dalam pembewrian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan
apsek-aspek keperibadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan
atau keterpaduan.
8. Asas Kenormatifan
Maksud asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
sehingga tidak terjadi penolakan dari individu yang dibimbing.
9. Asas Keahlian
Layanan bimbingan dan konseling adalah profesional, oleh karena itu
tidak mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus.
10. Asas Alih Tangan
Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan
yang tidak tepat.
11. Asas Tut Wuri Handayani
Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa
layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya.
B. SUPERVISI PENDIDIKAN
Pengertian Supervisi
12. Supervision (Inggris) : Super : atas, vision : visi, jadi supervisi artinya : lihat
dari atas. Arti semantik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Berdasarkan
pengertian di atas dapat diketahui bahwa Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik.
Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan
dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.
Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Dibidang pendidikan
disebut supervisor pendidikan.
Ciri-ciri dari Supervisi :
• Research : meneliti situasi sebenarnya disekolah
• Evalution : penilaian
• Improvement : mengadakan perbaikan
• Assiatance : memberikan bantuan dan bimbingan
• Cooperation : kerjasama antara supervisor dan supervisid ke arah perbaikan
situasi.
Kepengawasan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami masa transisi
dari inspeksi kearah supervisi yang dicita-citakan. Yang disebut supervisor
pendidikan bukan hanya para pejabat/petugas dari kantor pembinaan, kepala
sekolah, guru-guru dan bahkan murid pun dapat disebut sebagai supervisor, bila
misalnya diserahi tugas untuk mengetuai kelas atau kelompoknya.
1. Fungsi Supervisi Pendidikan
1. Penelitian (research) untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif
tentang suatu situasi pendidikan
• Perumusan topik
• Pengumpulan data
• Pengolahan data
• Konlusi hasil penelitian
13. 2. Penilaian (evaluation) lebih menekankan pada aspek daripada negative.
3. Perbaikan (improvement) dapat mengatahui bagaimana situasi
pendidikan/pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.
4. Pembinaan berupa bimbingan (guidance) kea rah pembinaan diri yang
disupervisi.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan
a. Meningkatkan mutu kinerja guru membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut membantu
guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan
siswanya. Membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu
tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat dan saling
menghargai satu dengan yang lainnya. Meningkatkan kualitas pembelajaran
yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa Meningkatkan kulaitas
pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran. Sebagai
salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
b. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana
dengan baik.
c. Meningkatkan keefektifan dan keefesienan sarana dan prasarana yang ada untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan siswa
d. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai
prestasu belajar sebagaim,ana yang diharapkan.
e. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang
tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
3. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
1. Prinsip-prinsip fundamental. Pancasila merupakan dasar atau prinsip
fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang
supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
14. 2. Prinsip-prinsip praktis
a. Negatif
• Tidak otoriter
• Tidak berasas kekuasaan
• Tidak lepas dari tujuan pendidikan
• Bukan mencari kesalahan
• Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
• Konstruktif dan kreatif
• Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri
• Propessional
• Sanggup mengembangkan potensi guru dkk
• Memperhatikan kesejahteraan guru dan kawan-kawan
• Progresif
• Memperhitungkan kesanggupan supervisid
• Sederhana dan informal
• Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
4. Teknik Supervisi
Dalam supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual
dan teknik kelompok.
1. Teknik kelompok : cara pelaksanaan supervisi terhadap sekelompok orang yang
disupervisi
2. Tekhnik perorangan : dilakukan terhadap individu yang memiliki masalah
khusus.
5. Metode Supervisi
• Metode langsung : alat yang digunakan mengenai sasaran supervisi
• Metode tak langsung : mempergunakan berbagai alat perantara (media).
6. Tekhnik dan Metode yang Lain
15. • Kunjungan sekolah (school visit) Akan memberikan pengatahuan yang
lengkap tentang situasi sekolah sehingga program akan lebih efektif.
• Kunjungan kelas (class visit) Merupakan suatu metode supervisi yang “to the
point” kena sasaran
• Pertemuan individual. Setelah suatu kunjungan berakhir, hendaklah diadakan
pembicaraan langsung dan pribadi tentang hasil kunjungan dengan orang
yang dikunjungi.
• Rapat sekolah. Untuk membicarakan kepentingan murid dan sekolah dan hal-
hal yang berhubungan dengan sekolah
• Pendidikan ini service. Untuk kepentingan mutu mrngajar dan belajar, maka
guru perlu mengembangkan pengetahuan sesuai dengan profesinya dengan
berbagai cara. Misalnya : study individual, study grops, menghadiri ceramah,
mengadakan intervisitasi dsb.
• Workshop (musyawarah kerja_muker). Untuk mengembangkan professional
karyawan (in-service)
• Intervisitas.Saling kunjung-memgunjungi sesama guru untuk mengobservasi
situasi belajar masing-masing
• Demonstrasi mengajar. Metode ini dapat dilakukan oleh supervisor sendiri
atau oleh guru yang ahli untuk memperkenalkan metode mengajar yang
efektif.
• Bulletin supervisi. Bulletin berkala dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
program pendidikan dan penngajaran, bisa mingguan atau bulanan.
• Bulletin bord pengumuman administrative
• Pengunguman
• Supervisi pengunguman untuk murid
• Kunjungan rumah, Tujuannya untuk mempelajari bagaimana situasi hidup
orang yang disupervisi di rumah terutama meneliti masalah-masalah yang
secara langsung atau tak langsung mempengaruhi tugas/kewajiban orang
yang disupervisi itu.