SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
SITUASI KESEHATAN DAN GIZI
        DAN ISSUE KEBIJAKAN MEMASUKI MILENIUM KETIGA




PENDAHULUAN


       Hasil sementara Sensus Penduduk tahun 2000 memperkirakan jumlah penduduk
203.456.005, dengan laju pertumbuhan penduduk 1990-2000 adalah 1,35 (BPS, 2001).
Dari total penduduk tersebut, diperkirakan proporsi balita adalah 8.88%, usia reproduktif
15-49 tahun: 55,28% (perempuan), dan 54,86% (laki-laki). (lihat table 1). Uraian berikut
ini dikaitkan dengan analisis situasi, issue serta kebijakan tentang kesehatan dan gizi.
Informasi dari Sensus Penduduk ini menjadi penting dalam upaya pemerintah,
khususnya kesehatan dan gizi, dalam mentargetkan kelompok rawan pada penduduk
yang memerlukan intervensi.


       Memasuki milenium baru, Indonesia dihadapi dengan perubahan ekonomi dan
politik yang tidak menentu. Walaupun tidak merata, secara umum Bank Dunia
melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif sebelum tahun 1997 (lihat
figure 1: GNP per capita 1986-2000). Pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada
penurunan angka kemiskinan dari 40% tahun 1976 menjadi 11% tahun 1996 (Figure 2);
penurunan kematian bayi; penurunan kematian anak 0-4 tahun; dan 25% penurunan
kematian ibu. Secara statistik hal ini ditunjang pula dengan pencapaian keamanan
pangan, dan pencapaian pelayanan kesehatan terutama pada ibu dan anak.


       Krisis ekonomi memperlambat proses penurunan yang telah terjadi selama tiga
dekade terkakhir. Krisis ekonomi menurunkan nilai rupiah yang berakibat pada
merosotnya pendapatan perkapita (lihat figure 1) dan jumlah penduduk miskin
meningkat dari 11% tahun 1996 atau 34.5 juta orang menjadi 16.64% tahun 1999 atau
47,9 juta orang (lihat figure 2). Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat
dapat dilihat secara tidak langsung. Disadari secara luas bahwa dampak krisis ekonomi
berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara
statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan


                                                                                         1
morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan
informasi data kesehatan dengan kualitas yang baik dari sistem pelayanan kesehatan
dan juga survei lainnya.


       Berikut ini adalah kajian kecenderungan beberapa indikator kesehatan dan gizi
tahun 1990-2000, serta issue dan kebijakan untuk program kesehatan dan gizi pada
masa mendatang.




     ANALISA SITUASI KESEHATAN DAN GIZI


       Wanita, terutama wanita usia subur/WUS, bayi dan anak balita adalah kelompok
rawan pada penduduk yang selalu harus menjadi perhatian. Indonesia tidak mempunyai
‘vital statistic’ yang dapat dilakukan untuk menghitung angka kematian ibu. Biasanya
dilakukan estimasi berdasarkan survei yang ada seperti Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Dari
analisis SDKI 1991, 1994 diperkirakan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 390 per
100,000 kelahiran hidup untuk periode 1989-1994, dan 334 pada periode tahun 1992-
1997. Sebelum tahun 1997, Pemerintah Indonesia mentargetkan penurunan AKI ini dari
450 (1995) menjadi 225 (1999). Melihat variasi AKI di lima provinsi dari analisis SKRT
1995 yang menunjukkan AKI antara 1025 (Irian), 796 (Maluku), 686 (Jawa Barat), 554
(NTT) dan 248 (Jawa Tengah), diasumsikan AKI masih sangat bermasalah memasuki
milenium ketiga ini (Sumantri, et.al, 1999).


       Untuk kelompok bayi dan anak yang dipantau perkembangannya, ada
peningkatan yang cukup baik, akan tetapi angkanya masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Walaupun terjadi
penurunan angka kematian bayi dan balita, masih diperkirakan dari 4 juta anak yang
lahir di Indonesia, 300.000 diantaranya meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun
(Sumantri, 2000). – Lihat figure 3. Angka kematian bayi dan anak ini bervariasi cukup
lebar antar provinsi. Dijumpai 23 kematian bayi per 1000 lahir hidup di Jogjakarta dan
111 kematian bayi per 1000 lahir hidup di NTB, hal yang sama terjadi juga untuk
kematian balita (Sumantri, 2000).


                                                                                     2
Masalah gizi kurang, terutama pada anak balita dikaji kecenderungannya
menurut Susenas. Pada tahun 1989, prevalensi gizi kurang pada balita adalah 37.5%
menurun menjadi 24,7% tahun 2000. Walaupun terjadi penurunan prevalensi gizi
kurang, yang menjadi pusat perhatian adalah penderita gizi buruk pada anak balita,
yang terlihat tidak ada penurunan semenjak tahun 1989. Pada tahun 1989, prevalensi
gizi buruk anak balita adalah 6.3%. Prevalensi ini meningkat menjadi 11,56% pada
tahun 1995 dan menurun menjadi 7,53% pada tahun 2000 (Direktorat Gizi, 2001).
Berdasarkan hasil sementara SP 2000, maka diperkirakan jumlah penderita gizi buruk
pada balita adalah 1.520.000 anak, atau 4.940.000 anak menderita gizi kurang. (lihat
figure 4).


        Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan
masih tingginya bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Prevalensi BBLR ini
masih berkisar antara 7 sampai 14% pada periode 1990-2000. (Lihat figure 5). Akibat
dari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah pertumbuhan anak
usia masuk sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan tinggi badan anak baru masuk
sekolah (TBABS), diketahui bahwa prevalensi anak pendek tahun 1994 adalah 39,8%.
Prevalensi ini turun menjadi 36,1% pada tahun 1999. Anak yang terpantau dari TBABS
adalah anak usia 5-9 tahun. Jika jumlah anak 5-9 tahun menurut SP 2000 diperkirakan
21.777.000, maka 7.800.000 anak usia baru masuk sekolah mengalami hambatan
dalam pertumbuhan. Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita usia
subur, yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR disertai dengan masalah anemia
dan gizi mikro lainnya. Dari kajian Susenas, proporsi wanita usia 15-49 tahun dengan
Lingkar Lengan Atas (LILA <23.5 cm) adalah 24,9% tahun 1999 dan 21,5% pada tahun
2000 (Lihat Figure 6 dan 7). Proporsi ini sama dengan 13.316.561 wanita usia subur
diperkirakan mempunyai risiko kurang energi kronis. Terlihat juga bahwa wanita usia
subur, khususnya pada kelompok yang paling produktif: usia 15-19, 20-24 dan 25-29
tahun, mempunyai proprosi LILA <23.5% yang tertinggi.


        Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama
untuk kurang yodium dan zat besi. Pada tahun 1980, prevalensi gangguan akibat kurang
yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah 30%, prevalensi ini menurun menjadi



                                                                                   3
9,8% pada tahun 1998. Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, masih
dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensi di atas 5%. Prevalensi
tersebut bervariasi antar kecamatan, masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi
GAKY di atas 30% (daerah endemik berat). Berdasarkan prevalensi tersebut,
diperkirakan 10 juta penduduk menderita GAKY, dan kemungkinan 9000 bayi lahir
dengan kretin. Masalah berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Kajian
Survei Kesehatan Rumah Tangga (1995) menunjukkan bahwa prevalensi anemi pada
ibu hamil adalah 50,9%, pada wanita usia subur 39,5%, pada remaja putri 57,1%, dan
pada balita 40,5%.


       Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak lain
disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan
gizi, diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan
tingkat pendidikan. Akibat yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir
50% rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka
kecukupan gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari). Kita
ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP
adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari Malaysia, Filipina dan Thailand. Masih
tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan
pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit
infeksi dan semakin tinggi pengeluaran terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang
berkepanjangan akan berdampak lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi
penduduk.




ISSUE STRATEGIS, STRATEGI DAN KEBIJAKAN


       Memasuki milenium ketiga, pelayanan kesehatan masih difokuskan pada
pelayanan pada orang sakit dan kurang gizi. Rendahnya alokasi yang diberikan untuk
pelayanan kesehatan masyarakat memperburuk situasi yang ada. Indonesia masih
dihadapi pada rendahnya rasio dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan
pelayanan kesehatan, ditambah fasilitas kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) yang
juga masih jauh dari optimal.


                                                                                        4
Semenjak terjadi krisis ekonomi 1997, banyak upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan situasi kesehatan dan gizi masyarakat, terutama pada kelompok
rawan.    Jaring   Pengaman     Sosial   Bidang   Kesehatan   (JPS-BK)   yang   mulai
dioperasionalkan tahun 1998 melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar, kesehatan
ibu/safemotherhood dan gizi, terutama untuk penduduk miskin. Upaya yang telah
dilakukan antara lain:


1. Mentargetkan dan memberikan pelayanan kesehatan khusus pada keluarga miskin
   yang membutuhkan. Pemilihan keluarga miskin ini dilakukan menurut indikator yang
   telah disepakati bersama.

2. Memberikan pelayanan khusus seperti pemberian makanan tambahan pada balita
   dan ibu hamil kurang gizi.

3. Memberikan pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan memberdayakan bidan di
   desa

4. Melakukan revitalisasi Posyandu agar pemantauan pertumbuhan pada bayi dan
   balita tetap dilaksanakan.

5. Melakukan advokasi pada pemerintah daerah setempat untuk selalu mentargetkan
   dengan alokasi yang memadai untuk lokasi yang berisiko tinggi masalah gizi dan
   kesehatan.

6. Melakukan promosi untuk peningkatan pendidikan dan peningkatan pelayanan
   kesehatan dasar.

7. Mengembangkan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

8. Mengembangkan dan memperkuat sistem monitoring dan evaluasi (surveilans)
   untuk kepentingan daerah, terutama untuk memperbaiki kebijakan daerah terhadap
   pelayanan kesehatan dan gizi.


         Mempelajari permasalahan yang ada dan upaya yang telah dilakukan, Indonesia
mencanangkan Indonesia Sehat 2010, dengan menetapkan issue strategis yang




                                                                                    5
menjadi titik tolak kebijakan intervensi atau program yang diperlukan pada saat ini dan
                                                                              1
masa yang akan datang. Issue strategisnya adalah sebagai berikut :


1. Kerjasama lintas sektor


          Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu
lingkungan sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Selain itu, masalah kesehatan dan gizi merupakan masalah nasional yang tidak dapat
terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain. Peningkatan upaya dana manajemen
pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor yang membidangi
pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan,
perdagangan dan social budaya. Dengan demikian kerja sama lintas sektor yang masih
belum berhasil pada masa lalu perlu lebih ditingkatkan.


2. Sumber daya manusia kesehatan


          Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya
dan manajemen kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang bermutu harus
selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berusaha untuk
mengusai IPTEK yang mutakhir. Disadari bahwa jumlah sumber daya manusia
kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK dan menerapkan nilai-nilai moral dan
etika profesi masih terbatas. Adanya kompetisi dala era pasar bebas sebagai akibat dari
globalisasi harus diantisipasi dengan peningkatan mutu dan profesionalisme sumber
daya manusia kesehatan. Hal ini diperlukan tidak saja untuk meningkatkan daya saing
sektor kesehatan, tetapi juga untuk membantu peningkatan daya saing sektor lain,
antara lain pengamanan komoditi bahan makanan dan makanan jadi.
3. Mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan


          Dipandang dari segi fisik persebaran sarana pelayanan kesehatan baik
Puskesmas, Rumah sakit, maupun sarana kesehatan lainnya termasuk sarana
penunjang upaya kesehatan telah dapat dikatakan merata keseluruh wilayah Indonesia.
Akan tetapi persebaran fisik tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan

1
    Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Depkes 1999.

                                                                                      6
peningkatan mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga
yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya, proses pemberian
pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Faktor-
faktor tersebut di atas merupakan prakondisi yang harus dipenuhi untuk peningkatan
mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan dilakukan
melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan. Sedangkan
harapan masyarakat pengguna dilakukan melalui peningkatan pendidikan umum,
penyuluhan kesehatan, serta komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan
kesehatan dan masyarakat.


4. Prioritas, sumber daya pembiayaan, dan pemberdayaan masyarakat


       Selama ini upaya kesehatan masih kurang mengutamakan atau memprioritaskan
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Selain itu permasalahan kesehatan yang
diderita oleh masyarakat banyak masih belum diikuti dengan pembiayaan kesehatan
yang memadai. Disadari bahwa keterbatasan dana pemerintah dan masyarakat
merupakan ancaman yang besar bagi kelangsungan program pemerintah serta
ancaman pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan upaya yang intensif
untuk meningkatkan sumber daya pembiayaan dari sektor publik yang diutamakan untuk
kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit.
Ketersediaan sumber daya yang terbatas, mengharuskan adanya upaya untuk
meningkatkan peran serta sektor swasta khususnya dalam upaya yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan sektor
swasta agar mandiri, peningkatan kemitraan yang setara dan saling menguntungkan
antara sektor publik dan swasta sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan
secara optimal.


       Sementara itu, issue strategis bidang gizi, karena berhubungan dengan pangan,
keluarga dan anak, maka hal yang berkaitan dengan:


   1. Ketahanan pangan tingkat rumah tangga
   2. Pengembangan agribisnis



                                                                                   7
3. Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan yang berkaitan erat dengan
      upaya peningkatan daya beli dan akses terhadap pangan.
   4. Pola pengasuhan yang tepat dan bermutu untuk anak


      Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka strategi pembangunan kesehatan
untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah:


   1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
   2. Profesionalisme
   3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
   4. Desentralisasi


      Strategi program gizi mengikuti strategi pembangunan kesehatan dan juga
memfokuskan pada:


   1. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
   2. Pemantapan kelembagaan pangan dan gizi
   3. Pemantapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
   4. Advokasi dan mobilisasi social
   5. Peningkatan mutu dan cakupan pelayanan gizi melalui penerapan paradigma
      sehat


Berdasarakan strategi tersebut, maka tujuan pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan mayarakat yang optimal. Dan kebijaksanan pembangunan
kesehatan untuk mewujudkan tujuan tesebut adalah:


   1. Pemantapan kerja sama lintas sektoral
   2. Peningkatan kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
   3. Peningkatan perilaku hidup sehat
   4. Peningkatan lingkungan sehat
   5. Peningkatan upaya kesehatan
   6. Peningkatan sumber daya kesehatan



                                                                               8
7. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
   8. Peningkatan IPTEK
   9. Peningkatan derajat kesehatan


       Sejalan dengan kebijakan pembangunan kesehatan, telah dibuat pula rencana
program aksi pangan dan gizi yang juga merupakan penjabaran Propenas, yaitu:


   1. Pengembangan kelembagaan pangan dan gizi
   2. Pengembangan tenaga pangan dan gizi
   3. Peningkatan ketahanan pangan
   4. Kewaspadaan pangan dan gizi
   5. Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi lebih
   6. Pencegahan dan penanggulangan kurang zat gizi mikro
   7. Peningkatan perilaku sadar pangan dan gizi
   8. Pelayanan gizi di Institusi
   9. Pengembangan mutu dan keamanan pangan
   10. Penelitian dan pengembangan




     KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


       Indonesia Sehat 2010 merupakan goal yang akan dicapai. Hal ini tidak mungkin
dicapai jika peningkatan kualitas dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan gizi
tidak menjadi perhatian utama. Alokasi kesehatan yang masih sekitar 3% tentunya tidak
berarti untuk mencapai tujuan ini. Goal ini juga mengarahkan kita semua untuk
mendukung upaya berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia melalui
pendidikan dan kualitas hidup. Diperlukan penjabaran Propenas dan Propeda kedalam
bentuk program aksi yang lebih konkrit. Fokus perhatian diutamakan pada keluarga
miskin di wilayah kumuh perkotaan dan pedesaan. Selain itu peningkatan kesehatan
dan gizi masyarakat tidak akan terlepas juga dari kontribusi “komprehensif dan
pelayanan      profesional”   yang   melibatkan   partisipasi   aktif   masyarakat   secara
keseluruhan.




                                                                                          9
Rekomendasi yang diperlukan tentunya berkaitan dengan:


       1) paradigma sehat yang berlandaskan pada visi dan misi pembangunan
              kesehatan nasional;
       2) revitalisasi pada infrastruktur yang berkaitan dengan upaya desentralisasi;
       3) alokasi kesehatan dan gizi yang optimal;
       4) memperkuat aspek teknologi bidang kesehatan dan gizi;
       5) memperkuat aspek pelayanan kesehatan dan gizi secara profesional;
       6) mengembangkan JPKM;
       7) memperkuat sistem pemantauan dan evaluasi program.


       Pada akhirnya kajian terus menerus berkaitan dengan kependudukan sangat
diperlukan,     terutama   pada     kelompok   sasaran   yang   menjadi   prioritas   dalam
pembangunan kesehatan dan gizi. Peningkatan derajat kesehatan dan gizi penduduk
merupakan investasi yang besar bagi negara.




                                                                                         10
Tabel 1
                   Proporsi penduduk menurut kelompok umur
                            (Hasil sementara SP 2000)

                  Umur (tahun)         Laki-laki   Perempuan   Total
                 0-4                       9.16        8.59      8.88
                 5-9                      10.56       10.18     10.37
                 10-14                    10.93       10.22     10.58
                 15-19                    10.89       10.17     10.53
                 20-24                     8.71        8.93      8.82
                 25-29                     8.27        9.05      8.66
                 30-34                     7.59        7.96      7.77
                 35-39                     7.39        7.83      7.61
                 40-44                     6.49        6.35      6.42
                 45-49                     5.52        4.99      5.26
                 50-54                     3.97        4.37      4.17
                 55-59                     3.25        3.30      3.28
                 60-64                     2.80        3.09      2.94
                 65-69                     1.92        2.16      2.04
                 70-74                     1.44        1.45      1.45
                 75+                       1.12        1.35      1.24
                 0-49                     85.51       84.27     84.90
                 15-49                    54.86       55.28     55.07
Sumber: Hasil Sementara SP 2000, BPS



                                        Figure 1
                  Kecenderungan GNP per capita ($US dollars)
                                       1988-2000




                                                                        11
1200



                                    1000



                                    800
          $US




                                    600



                                    400



                                    200                                                      GNP/Cap($US)



                                         0
                                         1986   1988   1990    1992      1994       1996     1998    2000   2002
                                                                         Tahun



Sumber: World Bank Report, 2000


                                                                 Figure 2
                                                 Persen Penduduk Miskin 1976-1999
                                    45


                                    40
                                                                                             Kota
                                    35
                                                                                             Desa
                                                                                             Kota+Desa
           Persen Penduduk Miskin




                                    30


                                    25

                                    20


                                    15


                                    10

                                     5


                                     0
                                      1970      1975    1980      1985           1990      1995     2000    2005
                                                                         Tahun



Sumber: BPS, 2000




                                                                                                                   12
Figure 3
                                   Angka Kematian Bayi (IMR) dan Balita (U5MR)
                                              SDKI 1991, 1994 dan 1997


                           100.0


                            80.0
        Kematian/1000 LH




                            60.0                                                            SDKI-91
                                                                       97.4                 SDKI-94
                            40.0                                              81.3          SDKI-97
                                       67.8
                                              57.0                                   58.2
                                                     45.7
                            20.0


                             0.0
                                              IMR                             U5MR




Sumber: Sumantri, et.al 2000
                                                            Figure 4
             Keadaan gizi kurang dan gizi buruk pada Balita, Susenas 1989-2000




                                                                                                      13
40.00

                            35.00

                            30.00
      persen menurut BB/U




                            25.00
                                     31.17    28.34        20.02
                                                                             19.00
                            20.00
                                                                                      18.25
                                                                                               17.13
                            15.00

                            10.00
                                                           11.56             10.51
                             5.00    6.30     7.23                                    8.11     7.53

                             0.00
                                    1989     1992         1995            1998       1999     2000
                                                              Tahun Survei


                                                      Gizi Buruk   Gizi Kurang


Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, 2001




                                                                                                       14
Figure 5
                                    Proporsi BBLR dari beberapa sumber: 1990-2000
                        18


                        16                                 16.1

                                                                  15.0
                        14
                                                                                                      WSC Goal
                                                                  12.6
                        12                                                                            Repelita Goal
                                                                                           11.4
    Proporsi BBLR (%)




                                                           10.4                                       Studi di Jakarta
                        10                                                     9.9   10
                                                                  9.2                9.4
                                                                                                  9
                                                                                                      Studi di Sulsel
                                                                         8.4
                         8        7.3          7.3
                                                                         7.7   7.9                    Studi di U. Pandang
                                                     7.1                 6.6                          Studi di Jabar
                         6                     6.8
                                                                                                      SKRT
                         4
                                                                                                      Studi Long. Ciawi
                                                                                                      Studi Long, Indramayu
                         2                                                                            SDKI
                                                                                                         SDKI,Kota
                         0
                         1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000           SDKI,Desa

Sumber: End Decade Goal Report, 2000




                                                                                                               15
Figure 6
Proporsi Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan LILA <23.5 cm: Susenas 1999-2000

                            60%



                            50%
                                                                                                          1999
                                                                                                          2000
                            40%
          % LILA <23.5 cm




                            30%



                            20%



                            10%



                             0%
                                  10           15       20       25         30          35           40   45      50
                                                                       Umur (tahun)



                                                                     Figure 7
Proporsi Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan LILA <23.5 cm: Susenas 1999-2000

                            50%

                            45%
                                                                                              1999
                            40%
                                                                                              2000
                            35%
         % LILA <23.5 cm




                            30%
                            25%

                            20%

                            15%

                            10%

                            5%

                            0%
                                       15-19        20-24    25-29      30-34         35-39      40-44    45-49
                                                                     Kelompok Umur




Sumber: Analisis Susenas 1999 dan 2000 untuk LILA pada Wanita Usia Subur,


                                                                                                                       16
Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.




                                    17
Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.




                                    17

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013irfiandi irfiandi
 
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaAngka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaUcu Solihin
 
Kehamilan dan gizi
Kehamilan dan giziKehamilan dan gizi
Kehamilan dan giziAnwar War
 
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesiaSuplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesiaSofie Krisnadi
 
379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005Ida Ayu Mirah
 
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionKAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionSafira Sahida
 
Mortalitas
MortalitasMortalitas
MortalitasUFDK
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibuEsty Biela
 
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025Muh Saleh
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILnrukmana rukmana
 
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanAanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanSafira Sahida
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusDokter Tekno
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibuFionna Pohan
 

Mais procurados (18)

Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013
 
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balitaAngka kematian bayi dan angka kematian balita
Angka kematian bayi dan angka kematian balita
 
Kehamilan dan gizi
Kehamilan dan giziKehamilan dan gizi
Kehamilan dan gizi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesiaSuplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
Suplementasi mikronutrien ibu hamil di indonesia
 
PPG FIX - Copy
PPG FIX - CopyPPG FIX - Copy
PPG FIX - Copy
 
379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005379 ismi trihardiani_g2_c309005
379 ismi trihardiani_g2_c309005
 
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionKAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
 
Sosbud 2
Sosbud 2Sosbud 2
Sosbud 2
 
Mortalitas
MortalitasMortalitas
Mortalitas
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
 
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
 
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanAanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
 

Destaque

Pai menghindari perilaku tercela
Pai menghindari perilaku tercelaPai menghindari perilaku tercela
Pai menghindari perilaku tercelaUni Handayani
 
Kajian dan analisis lukisan kanak kanak
Kajian dan analisis lukisan kanak kanakKajian dan analisis lukisan kanak kanak
Kajian dan analisis lukisan kanak kanakKamal Khalid
 
Carros eletricos by Qualita
Carros eletricos by QualitaCarros eletricos by Qualita
Carros eletricos by Qualitawestdragon
 
Basherri sarea barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketa
Basherri sarea   barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketaBasherri sarea   barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketa
Basherri sarea barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketaRafaela Romero
 
心病探测器
心病探测器心病探测器
心病探测器Elin Ling
 
2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ
2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ
2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃJumpei Omori
 
台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識
台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識
台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識sspwed
 
Instrukcja montażu komina
Instrukcja montażu kominaInstrukcja montażu komina
Instrukcja montażu kominawarmer_com_pl
 
Sessió informativa Seguretat pública 2013
Sessió informativa  Seguretat pública 2013Sessió informativa  Seguretat pública 2013
Sessió informativa Seguretat pública 2013Ajuntament de Cubelles
 
คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1
คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1
คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1Artit Promratpan
 
Comportamientos Digitales
Comportamientos DigitalesComportamientos Digitales
Comportamientos Digitalesyeimyjohana15
 
Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013
Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013
Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013ZF-Wroclaw
 
Silencio (botelho)
Silencio (botelho)Silencio (botelho)
Silencio (botelho)jmpcard
 
Smid13 social media inspiration day facebook 13-03-2013
Smid13 social media inspiration day   facebook 13-03-2013Smid13 social media inspiration day   facebook 13-03-2013
Smid13 social media inspiration day facebook 13-03-2013Corinne Keijzer 👑
 
Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013
Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013
Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013East Coast Yacht Brokers
 

Destaque (20)

Pai menghindari perilaku tercela
Pai menghindari perilaku tercelaPai menghindari perilaku tercela
Pai menghindari perilaku tercela
 
Kajian dan analisis lukisan kanak kanak
Kajian dan analisis lukisan kanak kanakKajian dan analisis lukisan kanak kanak
Kajian dan analisis lukisan kanak kanak
 
Carros eletricos by Qualita
Carros eletricos by QualitaCarros eletricos by Qualita
Carros eletricos by Qualita
 
Basherri sarea barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketa
Basherri sarea   barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketaBasherri sarea   barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketa
Basherri sarea barietate tradizionalen aniztasuna, erabilera eta kudeaketa
 
心病探测器
心病探测器心病探测器
心病探测器
 
2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ
2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ
2012_DS6_FinalReview_10N1026_にじむ格子ゃ
 
Boletín mayo 2015
Boletín mayo 2015Boletín mayo 2015
Boletín mayo 2015
 
Giá Trị Một Ly Sữa
Giá Trị Một Ly SữaGiá Trị Một Ly Sữa
Giá Trị Một Ly Sữa
 
P lantes
P lantesP lantes
P lantes
 
台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識
台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識
台灣婚紗店 -台南莎士比亞婚紗攝影--不可不知的選片技巧與婚紗簽單前必備常識
 
Instrukcja montażu komina
Instrukcja montażu kominaInstrukcja montażu komina
Instrukcja montażu komina
 
การเขียน 1
การเขียน  1การเขียน  1
การเขียน 1
 
Sessió informativa Seguretat pública 2013
Sessió informativa  Seguretat pública 2013Sessió informativa  Seguretat pública 2013
Sessió informativa Seguretat pública 2013
 
คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1
คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1
คู่มือการใช้โปรแกรม ปพ.1
 
Comportamientos Digitales
Comportamientos DigitalesComportamientos Digitales
Comportamientos Digitales
 
Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013
Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013
Wpzf .prezentacja dla rodziców 1 marca 2013
 
100 tolak dap
100 tolak dap100 tolak dap
100 tolak dap
 
Silencio (botelho)
Silencio (botelho)Silencio (botelho)
Silencio (botelho)
 
Smid13 social media inspiration day facebook 13-03-2013
Smid13 social media inspiration day   facebook 13-03-2013Smid13 social media inspiration day   facebook 13-03-2013
Smid13 social media inspiration day facebook 13-03-2013
 
Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013
Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013
Real Estate Projects by IdeaFIMIT sgr - Mipim Cannes 2013
 

Semelhante a Kesehatan dan Gizi Indonesia

Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Dimaz LawLiedth
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
 
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdfambibidullah
 
Review Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di IndonesiaReview Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di IndonesiaRandy Wrihatnolo
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxayumievalencia
 
PPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptx
PPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptxPPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptx
PPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptxAryaUcunk
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibuSitiHanah
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 

Semelhante a Kesehatan dan Gizi Indonesia (20)

stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
5. meningkatkan kesehatan ibu
5. meningkatkan kesehatan ibu5. meningkatkan kesehatan ibu
5. meningkatkan kesehatan ibu
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Surveilans gizi
Surveilans giziSurveilans gizi
Surveilans gizi
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
 
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
3_7085_GIZ362_092019_pdf.pdf
 
HPS SMA VIANNEY.pdf
HPS SMA VIANNEY.pdfHPS SMA VIANNEY.pdf
HPS SMA VIANNEY.pdf
 
HPS SMA VIANNEY.pdf
HPS SMA VIANNEY.pdfHPS SMA VIANNEY.pdf
HPS SMA VIANNEY.pdf
 
HPS_SMA_VIANNEY.pdf
HPS_SMA_VIANNEY.pdfHPS_SMA_VIANNEY.pdf
HPS_SMA_VIANNEY.pdf
 
Beban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-giziBeban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-gizi
 
1
11
1
 
Review Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di IndonesiaReview Status MDGs 2007 di Indonesia
Review Status MDGs 2007 di Indonesia
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
 
PPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptx
PPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptxPPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptx
PPT%20SEMINAR HASASIL %20BULET%20(1).pptx
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
 
Sosbud 4
Sosbud 4Sosbud 4
Sosbud 4
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 

Último

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 

Último (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

Kesehatan dan Gizi Indonesia

  • 1. SITUASI KESEHATAN DAN GIZI DAN ISSUE KEBIJAKAN MEMASUKI MILENIUM KETIGA PENDAHULUAN Hasil sementara Sensus Penduduk tahun 2000 memperkirakan jumlah penduduk 203.456.005, dengan laju pertumbuhan penduduk 1990-2000 adalah 1,35 (BPS, 2001). Dari total penduduk tersebut, diperkirakan proporsi balita adalah 8.88%, usia reproduktif 15-49 tahun: 55,28% (perempuan), dan 54,86% (laki-laki). (lihat table 1). Uraian berikut ini dikaitkan dengan analisis situasi, issue serta kebijakan tentang kesehatan dan gizi. Informasi dari Sensus Penduduk ini menjadi penting dalam upaya pemerintah, khususnya kesehatan dan gizi, dalam mentargetkan kelompok rawan pada penduduk yang memerlukan intervensi. Memasuki milenium baru, Indonesia dihadapi dengan perubahan ekonomi dan politik yang tidak menentu. Walaupun tidak merata, secara umum Bank Dunia melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif sebelum tahun 1997 (lihat figure 1: GNP per capita 1986-2000). Pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada penurunan angka kemiskinan dari 40% tahun 1976 menjadi 11% tahun 1996 (Figure 2); penurunan kematian bayi; penurunan kematian anak 0-4 tahun; dan 25% penurunan kematian ibu. Secara statistik hal ini ditunjang pula dengan pencapaian keamanan pangan, dan pencapaian pelayanan kesehatan terutama pada ibu dan anak. Krisis ekonomi memperlambat proses penurunan yang telah terjadi selama tiga dekade terkakhir. Krisis ekonomi menurunkan nilai rupiah yang berakibat pada merosotnya pendapatan perkapita (lihat figure 1) dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 11% tahun 1996 atau 34.5 juta orang menjadi 16.64% tahun 1999 atau 47,9 juta orang (lihat figure 2). Dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan masyarakat dapat dilihat secara tidak langsung. Disadari secara luas bahwa dampak krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan 1
  • 2. morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitas yang baik dari sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya. Berikut ini adalah kajian kecenderungan beberapa indikator kesehatan dan gizi tahun 1990-2000, serta issue dan kebijakan untuk program kesehatan dan gizi pada masa mendatang. ANALISA SITUASI KESEHATAN DAN GIZI Wanita, terutama wanita usia subur/WUS, bayi dan anak balita adalah kelompok rawan pada penduduk yang selalu harus menjadi perhatian. Indonesia tidak mempunyai ‘vital statistic’ yang dapat dilakukan untuk menghitung angka kematian ibu. Biasanya dilakukan estimasi berdasarkan survei yang ada seperti Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Dari analisis SDKI 1991, 1994 diperkirakan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 390 per 100,000 kelahiran hidup untuk periode 1989-1994, dan 334 pada periode tahun 1992- 1997. Sebelum tahun 1997, Pemerintah Indonesia mentargetkan penurunan AKI ini dari 450 (1995) menjadi 225 (1999). Melihat variasi AKI di lima provinsi dari analisis SKRT 1995 yang menunjukkan AKI antara 1025 (Irian), 796 (Maluku), 686 (Jawa Barat), 554 (NTT) dan 248 (Jawa Tengah), diasumsikan AKI masih sangat bermasalah memasuki milenium ketiga ini (Sumantri, et.al, 1999). Untuk kelompok bayi dan anak yang dipantau perkembangannya, ada peningkatan yang cukup baik, akan tetapi angkanya masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Walaupun terjadi penurunan angka kematian bayi dan balita, masih diperkirakan dari 4 juta anak yang lahir di Indonesia, 300.000 diantaranya meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun (Sumantri, 2000). – Lihat figure 3. Angka kematian bayi dan anak ini bervariasi cukup lebar antar provinsi. Dijumpai 23 kematian bayi per 1000 lahir hidup di Jogjakarta dan 111 kematian bayi per 1000 lahir hidup di NTB, hal yang sama terjadi juga untuk kematian balita (Sumantri, 2000). 2
  • 3. Masalah gizi kurang, terutama pada anak balita dikaji kecenderungannya menurut Susenas. Pada tahun 1989, prevalensi gizi kurang pada balita adalah 37.5% menurun menjadi 24,7% tahun 2000. Walaupun terjadi penurunan prevalensi gizi kurang, yang menjadi pusat perhatian adalah penderita gizi buruk pada anak balita, yang terlihat tidak ada penurunan semenjak tahun 1989. Pada tahun 1989, prevalensi gizi buruk anak balita adalah 6.3%. Prevalensi ini meningkat menjadi 11,56% pada tahun 1995 dan menurun menjadi 7,53% pada tahun 2000 (Direktorat Gizi, 2001). Berdasarkan hasil sementara SP 2000, maka diperkirakan jumlah penderita gizi buruk pada balita adalah 1.520.000 anak, atau 4.940.000 anak menderita gizi kurang. (lihat figure 4). Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan masih tingginya bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Prevalensi BBLR ini masih berkisar antara 7 sampai 14% pada periode 1990-2000. (Lihat figure 5). Akibat dari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS), diketahui bahwa prevalensi anak pendek tahun 1994 adalah 39,8%. Prevalensi ini turun menjadi 36,1% pada tahun 1999. Anak yang terpantau dari TBABS adalah anak usia 5-9 tahun. Jika jumlah anak 5-9 tahun menurut SP 2000 diperkirakan 21.777.000, maka 7.800.000 anak usia baru masuk sekolah mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Masalah gizi kurang pada anak berkelanjutan pada wanita usia subur, yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR disertai dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya. Dari kajian Susenas, proporsi wanita usia 15-49 tahun dengan Lingkar Lengan Atas (LILA <23.5 cm) adalah 24,9% tahun 1999 dan 21,5% pada tahun 2000 (Lihat Figure 6 dan 7). Proporsi ini sama dengan 13.316.561 wanita usia subur diperkirakan mempunyai risiko kurang energi kronis. Terlihat juga bahwa wanita usia subur, khususnya pada kelompok yang paling produktif: usia 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun, mempunyai proprosi LILA <23.5% yang tertinggi. Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama untuk kurang yodium dan zat besi. Pada tahun 1980, prevalensi gangguan akibat kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah 30%, prevalensi ini menurun menjadi 3
  • 4. 9,8% pada tahun 1998. Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensi di atas 5%. Prevalensi tersebut bervariasi antar kecamatan, masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30% (daerah endemik berat). Berdasarkan prevalensi tersebut, diperkirakan 10 juta penduduk menderita GAKY, dan kemungkinan 9000 bayi lahir dengan kretin. Masalah berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Kajian Survei Kesehatan Rumah Tangga (1995) menunjukkan bahwa prevalensi anemi pada ibu hamil adalah 50,9%, pada wanita usia subur 39,5%, pada remaja putri 57,1%, dan pada balita 40,5%. Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi, diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan. Akibat yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir 50% rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari). Kita ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari Malaysia, Filipina dan Thailand. Masih tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi pengeluaran terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan akan berdampak lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi penduduk. ISSUE STRATEGIS, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Memasuki milenium ketiga, pelayanan kesehatan masih difokuskan pada pelayanan pada orang sakit dan kurang gizi. Rendahnya alokasi yang diberikan untuk pelayanan kesehatan masyarakat memperburuk situasi yang ada. Indonesia masih dihadapi pada rendahnya rasio dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan, ditambah fasilitas kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) yang juga masih jauh dari optimal. 4
  • 5. Semenjak terjadi krisis ekonomi 1997, banyak upaya yang dilakukan untuk mempertahankan situasi kesehatan dan gizi masyarakat, terutama pada kelompok rawan. Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang mulai dioperasionalkan tahun 1998 melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar, kesehatan ibu/safemotherhood dan gizi, terutama untuk penduduk miskin. Upaya yang telah dilakukan antara lain: 1. Mentargetkan dan memberikan pelayanan kesehatan khusus pada keluarga miskin yang membutuhkan. Pemilihan keluarga miskin ini dilakukan menurut indikator yang telah disepakati bersama. 2. Memberikan pelayanan khusus seperti pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil kurang gizi. 3. Memberikan pelayanan kebidanan pada ibu hamil dengan memberdayakan bidan di desa 4. Melakukan revitalisasi Posyandu agar pemantauan pertumbuhan pada bayi dan balita tetap dilaksanakan. 5. Melakukan advokasi pada pemerintah daerah setempat untuk selalu mentargetkan dengan alokasi yang memadai untuk lokasi yang berisiko tinggi masalah gizi dan kesehatan. 6. Melakukan promosi untuk peningkatan pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan dasar. 7. Mengembangkan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. 8. Mengembangkan dan memperkuat sistem monitoring dan evaluasi (surveilans) untuk kepentingan daerah, terutama untuk memperbaiki kebijakan daerah terhadap pelayanan kesehatan dan gizi. Mempelajari permasalahan yang ada dan upaya yang telah dilakukan, Indonesia mencanangkan Indonesia Sehat 2010, dengan menetapkan issue strategis yang 5
  • 6. menjadi titik tolak kebijakan intervensi atau program yang diperlukan pada saat ini dan 1 masa yang akan datang. Issue strategisnya adalah sebagai berikut : 1. Kerjasama lintas sektor Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu lingkungan sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, masalah kesehatan dan gizi merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain. Peningkatan upaya dana manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan, pendidikan, perdagangan dan social budaya. Dengan demikian kerja sama lintas sektor yang masih belum berhasil pada masa lalu perlu lebih ditingkatkan. 2. Sumber daya manusia kesehatan Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya dan manajemen kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang bermutu harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berusaha untuk mengusai IPTEK yang mutakhir. Disadari bahwa jumlah sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK dan menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi masih terbatas. Adanya kompetisi dala era pasar bebas sebagai akibat dari globalisasi harus diantisipasi dengan peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Hal ini diperlukan tidak saja untuk meningkatkan daya saing sektor kesehatan, tetapi juga untuk membantu peningkatan daya saing sektor lain, antara lain pengamanan komoditi bahan makanan dan makanan jadi. 3. Mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Dipandang dari segi fisik persebaran sarana pelayanan kesehatan baik Puskesmas, Rumah sakit, maupun sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang upaya kesehatan telah dapat dikatakan merata keseluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi persebaran fisik tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan 1 Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Depkes 1999. 6
  • 7. peningkatan mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Faktor- faktor tersebut di atas merupakan prakondisi yang harus dipenuhi untuk peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Peningkatan pelayanan dilakukan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan. Sedangkan harapan masyarakat pengguna dilakukan melalui peningkatan pendidikan umum, penyuluhan kesehatan, serta komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat. 4. Prioritas, sumber daya pembiayaan, dan pemberdayaan masyarakat Selama ini upaya kesehatan masih kurang mengutamakan atau memprioritaskan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Selain itu permasalahan kesehatan yang diderita oleh masyarakat banyak masih belum diikuti dengan pembiayaan kesehatan yang memadai. Disadari bahwa keterbatasan dana pemerintah dan masyarakat merupakan ancaman yang besar bagi kelangsungan program pemerintah serta ancaman pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan upaya yang intensif untuk meningkatkan sumber daya pembiayaan dari sektor publik yang diutamakan untuk kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit. Ketersediaan sumber daya yang terbatas, mengharuskan adanya upaya untuk meningkatkan peran serta sektor swasta khususnya dalam upaya yang bersifat penyembuhan dan pemulihan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemberdayaan sektor swasta agar mandiri, peningkatan kemitraan yang setara dan saling menguntungkan antara sektor publik dan swasta sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Sementara itu, issue strategis bidang gizi, karena berhubungan dengan pangan, keluarga dan anak, maka hal yang berkaitan dengan: 1. Ketahanan pangan tingkat rumah tangga 2. Pengembangan agribisnis 7
  • 8. 3. Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan yang berkaitan erat dengan upaya peningkatan daya beli dan akses terhadap pangan. 4. Pola pengasuhan yang tepat dan bermutu untuk anak Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah: 1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan 2. Profesionalisme 3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat 4. Desentralisasi Strategi program gizi mengikuti strategi pembangunan kesehatan dan juga memfokuskan pada: 1. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat 2. Pemantapan kelembagaan pangan dan gizi 3. Pemantapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi 4. Advokasi dan mobilisasi social 5. Peningkatan mutu dan cakupan pelayanan gizi melalui penerapan paradigma sehat Berdasarakan strategi tersebut, maka tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan mayarakat yang optimal. Dan kebijaksanan pembangunan kesehatan untuk mewujudkan tujuan tesebut adalah: 1. Pemantapan kerja sama lintas sektoral 2. Peningkatan kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta 3. Peningkatan perilaku hidup sehat 4. Peningkatan lingkungan sehat 5. Peningkatan upaya kesehatan 6. Peningkatan sumber daya kesehatan 8
  • 9. 7. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan 8. Peningkatan IPTEK 9. Peningkatan derajat kesehatan Sejalan dengan kebijakan pembangunan kesehatan, telah dibuat pula rencana program aksi pangan dan gizi yang juga merupakan penjabaran Propenas, yaitu: 1. Pengembangan kelembagaan pangan dan gizi 2. Pengembangan tenaga pangan dan gizi 3. Peningkatan ketahanan pangan 4. Kewaspadaan pangan dan gizi 5. Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi lebih 6. Pencegahan dan penanggulangan kurang zat gizi mikro 7. Peningkatan perilaku sadar pangan dan gizi 8. Pelayanan gizi di Institusi 9. Pengembangan mutu dan keamanan pangan 10. Penelitian dan pengembangan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Indonesia Sehat 2010 merupakan goal yang akan dicapai. Hal ini tidak mungkin dicapai jika peningkatan kualitas dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan gizi tidak menjadi perhatian utama. Alokasi kesehatan yang masih sekitar 3% tentunya tidak berarti untuk mencapai tujuan ini. Goal ini juga mengarahkan kita semua untuk mendukung upaya berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan kualitas hidup. Diperlukan penjabaran Propenas dan Propeda kedalam bentuk program aksi yang lebih konkrit. Fokus perhatian diutamakan pada keluarga miskin di wilayah kumuh perkotaan dan pedesaan. Selain itu peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat tidak akan terlepas juga dari kontribusi “komprehensif dan pelayanan profesional” yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat secara keseluruhan. 9
  • 10. Rekomendasi yang diperlukan tentunya berkaitan dengan: 1) paradigma sehat yang berlandaskan pada visi dan misi pembangunan kesehatan nasional; 2) revitalisasi pada infrastruktur yang berkaitan dengan upaya desentralisasi; 3) alokasi kesehatan dan gizi yang optimal; 4) memperkuat aspek teknologi bidang kesehatan dan gizi; 5) memperkuat aspek pelayanan kesehatan dan gizi secara profesional; 6) mengembangkan JPKM; 7) memperkuat sistem pemantauan dan evaluasi program. Pada akhirnya kajian terus menerus berkaitan dengan kependudukan sangat diperlukan, terutama pada kelompok sasaran yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan dan gizi. Peningkatan derajat kesehatan dan gizi penduduk merupakan investasi yang besar bagi negara. 10
  • 11. Tabel 1 Proporsi penduduk menurut kelompok umur (Hasil sementara SP 2000) Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Total 0-4 9.16 8.59 8.88 5-9 10.56 10.18 10.37 10-14 10.93 10.22 10.58 15-19 10.89 10.17 10.53 20-24 8.71 8.93 8.82 25-29 8.27 9.05 8.66 30-34 7.59 7.96 7.77 35-39 7.39 7.83 7.61 40-44 6.49 6.35 6.42 45-49 5.52 4.99 5.26 50-54 3.97 4.37 4.17 55-59 3.25 3.30 3.28 60-64 2.80 3.09 2.94 65-69 1.92 2.16 2.04 70-74 1.44 1.45 1.45 75+ 1.12 1.35 1.24 0-49 85.51 84.27 84.90 15-49 54.86 55.28 55.07 Sumber: Hasil Sementara SP 2000, BPS Figure 1 Kecenderungan GNP per capita ($US dollars) 1988-2000 11
  • 12. 1200 1000 800 $US 600 400 200 GNP/Cap($US) 0 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Tahun Sumber: World Bank Report, 2000 Figure 2 Persen Penduduk Miskin 1976-1999 45 40 Kota 35 Desa Kota+Desa Persen Penduduk Miskin 30 25 20 15 10 5 0 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 Tahun Sumber: BPS, 2000 12
  • 13. Figure 3 Angka Kematian Bayi (IMR) dan Balita (U5MR) SDKI 1991, 1994 dan 1997 100.0 80.0 Kematian/1000 LH 60.0 SDKI-91 97.4 SDKI-94 40.0 81.3 SDKI-97 67.8 57.0 58.2 45.7 20.0 0.0 IMR U5MR Sumber: Sumantri, et.al 2000 Figure 4 Keadaan gizi kurang dan gizi buruk pada Balita, Susenas 1989-2000 13
  • 14. 40.00 35.00 30.00 persen menurut BB/U 25.00 31.17 28.34 20.02 19.00 20.00 18.25 17.13 15.00 10.00 11.56 10.51 5.00 6.30 7.23 8.11 7.53 0.00 1989 1992 1995 1998 1999 2000 Tahun Survei Gizi Buruk Gizi Kurang Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, 2001 14
  • 15. Figure 5 Proporsi BBLR dari beberapa sumber: 1990-2000 18 16 16.1 15.0 14 WSC Goal 12.6 12 Repelita Goal 11.4 Proporsi BBLR (%) 10.4 Studi di Jakarta 10 9.9 10 9.2 9.4 9 Studi di Sulsel 8.4 8 7.3 7.3 7.7 7.9 Studi di U. Pandang 7.1 6.6 Studi di Jabar 6 6.8 SKRT 4 Studi Long. Ciawi Studi Long, Indramayu 2 SDKI SDKI,Kota 0 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 SDKI,Desa Sumber: End Decade Goal Report, 2000 15
  • 16. Figure 6 Proporsi Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan LILA <23.5 cm: Susenas 1999-2000 60% 50% 1999 2000 40% % LILA <23.5 cm 30% 20% 10% 0% 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Umur (tahun) Figure 7 Proporsi Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan LILA <23.5 cm: Susenas 1999-2000 50% 45% 1999 40% 2000 35% % LILA <23.5 cm 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Kelompok Umur Sumber: Analisis Susenas 1999 dan 2000 untuk LILA pada Wanita Usia Subur, 16