Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang teori-teori etika bisnis seperti etika deontologi, teleologi, dan norma-norma umum. 2. Etika bisnis merupakan bagian dari etika terapan yang menerapkan prinsip-prinsip etika umum dalam konteks bisnis. 3. Bisnis dapat dianggap sebagai sebuah profesi yang memiliki komitmen moral tinggi seperti profesi-profesi lain
1. A. Pendahuluan Teoritika Etika Bisnis
1. Teori Pengertian Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani „Ethos‟ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat
Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala
kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi
ke generasi yg lain
Pengertian etika = moralitas, Moralitas berasal dari kata Latin Mos (jamak – Mores) berarti
adat istiadat atau kebiasaan
Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberi perintah konkret sebagai pegangan siap
pakai.
Etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai
a. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai
manusia
b. Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma moral
yang umum diterima
Etika sebagai sebuah ilmu yang terutama menitikberatkan refleksi kritis dan rasional,
a. Mempersoalkan apakah nilai dan norma moral tertentu memang harus dilaksanakan
dalam situasi konkret terutama yang dihadapi seseorang, atau
b. Etika mempersoalkan apakah suatu tindakan yang kelihatan bertentangan dengan nilai
dan norma moral tertentu harus dianggap sebagai tindakan yang tidak etis dan karena
itu dikutuk atau justru sebaliknya
c. Apakah dalam situasi konkret yang saya hadapi saya memang harus bertindak sesuai
dengan norma yang ada dalam masyarakatku ataukah justru sebaliknya saya dapat
dibenarkan untuk bertindak sebaliknya yang bahkan melawan nilai dan norma moral
tertentu.
Etika sebagai Ilmu menuntut orang untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional.
Dengan menggunakan bahasa Nietzcshe, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk
memiliki moralitas tuan dan bukan moralitas hamba
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara
otonom dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak
secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan.
o
Norma Umum
Norma merupakan pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik
dan tepat sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan
tindakan kita.
Berikut macam-macam norma :
- Norma khusus adalah adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan
khusus, misalnya aturan olah raga, aturan pendidikan dan lain-lain.
- Norma Umum : lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan
2. bersifat universal.
- Norma sopan santun adalah norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam
pergaulan sehari-hari
- Norma hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat
karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
- Norma moral yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia
Ada beberapa ciri utama yang membedakan norma moral dari norma umum lainnya ( kendati
dalam kaitan dengan norma hukum ciri-ciri ini bisa tumpang tindih) :
a. Kaidah moral berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai atau yang dianggap
mempunyai konsekuensi yang serius bagi kesejahteraan, kebaikan dan kehidupan
manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.
b. Norma moral tidak ditetapkan dan/atau diubah oleh keputusan penguasa tertentu.
Norma moral dan juga norma hukum merupakan ekspresi, cermin dan harapan
masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Berbeda dengan norma
hukum, norma moral tidak dikodifikasikan, tidak ditetapkan atau diubah oleh
pemerintah. Ia lebih merupakan hukum tak tertulis dalam hati setiap anggota
masyarakat, yang karena itu mengikat semua anggota dari dalam dirinya sendiri.
Norma moral selalu menyangkut sebuah perasaan khusus tertentu, yang oleh beberapa
filsuf moral disebut sebagai perasaan moral (moral sense)
- Teori Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani „deon‟ yang berarti kewajiban.
„Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk‟, deontologi
menjawab : „karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua
dilarang‟.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah
satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
(1) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban
(2) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan
itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah
dinilai baik
(3) Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sbg perintah tak bersyarat (imperatif kategoris), yg
berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan tempat.
Perintah Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan kalau orang menghendaki akibatnya, atau
kalau akibat dari tindakan itu mrpk hal yg diinginkan dan dikehendaki oleh orang tsb.
3. Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu
tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan
berguna bagi orang tsb atau tidak.
- Teori Etika Teleologi
Etika Teleologi dari kata Yunani, telos = tujuan,
Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
- Egoisme Etis
- Utilitarianisme
* Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan
untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu
ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan
fisik yg bersifat vulgar.
* Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari
jumlah orang yang terbesar.
Utilitarianisme , teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat
dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama
seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
a. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
b. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterpakan pada
perbuatan. Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.
2. Bisnis Sebuah Profesi Etis
1.
Etika Terapan
Secara umum kita dapat membagi etika menjadi etika umum dan etika
khusus. Etika umum berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi
4. dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga normative, dan semacamnya.
Etika umum sebagai ilmu atau filsafat moral dapat dianggap sebagai etika teoritis,
kendati istilah ini sesungguhnya tidak teat karena bagaimanapun juga etika selalu
berkaitan dengan perilaku dan kondisi praktis dan actual dari manusia dalam
kehidupannya sehari-hari dan tidak hanya semata-mata bersifat teoritis.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Dalam hal ini, norma dan prinsip moral
diteropongi dalam konteks kekhususan bidang kehidupan manusia yang khusus
tertentu. Dengan kata lain, etika sebagai refleksi kritis rasional meneropongi dan
merefleksi kehidupan manusia dengan mendasarkan diri kepada norma dan nilai
moral yang ada disatu pihak dan situasi khusus dari bidang kehidupan dan
kegiatan khusus yang dilakukan setiap orang atau kelompok orang dalam suatu
masyarakat. Dalam hal ini etika tidak lagi sekedar meneropong perilaku dan
kehidupan manusia sebagai manusia begitu saja, melainkan meneropong perilaku
dan kehidupan manusia sebagai manusia dalam bidang kehidupan dan egiatan
khusus tertentu. Etika khusus dibagi lagi menjadi tiga, yaitu etiak individual, etika
sosial, dan etika lingkungan hidup.
2.Etika Profesi
Karena etika bisnis termasuk dalam etika profesi, ada baiknya kita perlu meninjau
terlebih dahulu etika profesi itu. Ini akan ssangat membantu kita untuk memahami
apa maksudnya bisnis sebagai sebuah profesi yang etis. Sejauh mana bisns sebagai
sebuah profesi ikut menciptakan kondisi dan citra yang etis bagi profesi bisnis ini.
Namun sebelum kita menyinggung secara sekilas beberapa prinsip etika profesi
pada umumnya, ada baiknya kita tinjau terlebih dahulu pengertian profesi itu
sendiri serta beberapa ciri profesi.
a)
Pengertian Profesi
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai
nafkkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan nilai yang tinggi
dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian
orang professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang
tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu.
Dengan kata lain, orang professional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan karena ahli di bidang tersebut dan meluangkan seluruh waktu, tenaga,
dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut.
Seorang professional adalah juga orang yang punya integritas pribadi
yang tinggi dan mendalam. Ia bukan orang yang tidak tahu malu melakukan
berbagai penyimpangan dalam profesinya. Ia bukan orang yang tidak tahu malu
menerima suap, berkolusi, melakukan pemalsuan, dan seterusnya hanya demi
sesuatu yang lain di luar nilai dan tuntutan profesinya. Ia adalah orang yang tahu
menjaga nama baiknya, komitmen moralnya, tuntutan profesi serta nilai dan citacita yang diperjuangkan oleh profesinya.
5. Dengan demikian, profesi memang sebuah pekerjaan, tetapi sekaligus
tidak sama begitu saja dengan pekerjaan pada umumnya. Profesi mempunyai
tuntutan yang sangat tinggi, bukan saja dari luar melainkan terutama dari dalam
diri orang itu sendiri. Tunttan ini menyangkut tidak saja keahlian, melainkan juga
komitmen moral, tanggung jawab, keseriusan, disipllin, dan integritas pribadi.
b)
Ciri-Ciri Profesi
Pertama, adanya keahlian dan ketrampilan khusus. Profesi selau mengandaikan
adanya keahlian dan ketrampilan khusus tertentu yang dimiliki oleh sekelompok
orang yang professional untuk bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Keahlian dan ketrampilam khusus ini umumnya dimiliki dengan kadar, lingkup,
dan tingkat yang melebihi keahlian dan ketrampilan orang kebanyakan lainnya.
Ini berarti orang professional itu lebih ahli dan trampil dalam bidang profesinya
dari pada orang-orang lain.
Kedua, adanya komitmen moral yang tinggi. Komitmen moral ini biasanya
dituangkan, khususnya untuk profesi yang luhur, dalam bentuk aturan khusus
yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang
bersangkutan.
Ketiga, biasanya orang yang professional adalah orang yang hidup dari
profesinya. Ini berarti dia hidup sepenuhnya dari profesi ini dan profesinya telah
membentuk identitas orang tersebut.
Ciri keempat, pengabdian kepada masyarakat. Adanya komitmen moral yang
tertuang dalam kode etik profesi ataupun sumpah jabatan menyiratkan bahwa
orang-orang yang mengemban profesi tertentu, khususnya profesi luhur, lebih
mendahulukan dan dan mengutamkan kepentingan masyarakat daripada
kepentingan pribadinya.
Kelima, pada profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan profesi
tersebut. Karena setiap profesi, khususnya profesi luhur, menyangkut kepentingan
orang banyak, dan terkait dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan berupa
keselamtan, keamanan, kelangsungan hidup, kesehatan, dan sebagainya maka
untuk menjalankan suatu profesi yang berkaitan dengan kepentingan orang
banyak itu diperlukan izin khusus. Izin khusus ini bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari pelaksanaan profesi yang tidak becus.
c)
Prinsip-Prinsip Etika Profesi
Pertama, prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab adalah salah satu prinsip
pokok bagi kaum professional. Bahkan sedemikian pokoknya sehingga seakan
tidak harus lagi dikatakan. Karena sebagaimana telah diuraikan, orang yang
professional sudah dengan sendirinya berarti orang yang bertanggung jawab, yaitu
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap hasilnya dan
dia juga bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap kehidupan dan
kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya.
6. Prinsip kedua adalah prinsip keadilan. Prinsip ini terutama menuntut orang yang
professional agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan
kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayaninya dalam
rangka profesinya.
Prinsip ketiga, prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut oleh
kalangan professional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan
sepenuhnya dalam menjalankan profesinya.
Prinsip keempat, prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat dan ciri-ciri
professi diatas, terlihat jelas bahwa orang yang professional adalah juga orang
yang punya integritas pribadi atau moral yang tinggi. Karena ia punya komitmen
pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya, dan juga kepentingan
orang lain atau masyarakat.
3.
Menuju Bisnis sebagai Profesi Luhur
Baru belakangan ini bisnis dianggap sebagai sebuah profesi. Bahkan belakangan
ini, bisnis seakan memonopoli sebutan profesi, tetapi sekaligus juga menyebabkan
pengertian profesi menjadi rancu atau kehilangan pengertian dasarnya. Ini karena
bisnis modern mensyaratkan dan menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi
orang yang professional.
Berdasarkan pengertian profesi yang menekankan pada keahlian dan ketrampilan
yang tinggi serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas kiranya bahwa
pekerjaan yang kotor tidak akan disebut sebagai profesi. Karena itu sesungguhnya
bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis dianggap sebagai pekerjaan
kotor, kendati kata profesi, professional, ddan profesionalisme sering begitu
diobaral dalam kaitan dengan kegiatan bisnis. Namun pihak lain tidak dapat
disangkal bahwa ada banyak orang bisnis dan juga perusahaan yang sangat
menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi dalam
pengertiannya sebagaimana kita jelaskan diatas. Mereka tidak hanya mempunyai
keahlian dan ketrampilan yang tinggi tapi punya komitmen morak yang
mendalam. Karena itu, bukan tiddak mungkin bahwa bisnis pun dapat menjadi
sebuah professi dalam pengertiannya yang sebenar-benarnya bahkan menjadi
sebuah profesi luhur.
a)
Pandangan Praktis-Realistis
Dalam pandangan ini ditegaskan secara jelas bahwa tujuan utama bisnis, bahkan
tujuan satu-satunya adalah mencari keuntungan. Bisnis adalah suatu kegiatan
profit-making. Dasar pemikirannya adalahh bahwa orang yang terjun ke dalam
bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mencari keuntungan .
kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan sosial. Karena itu,
keuntungan itu sah untuk menunjang kegiatan bisnis. Tanpa keuntungan bisnis
tidak dapat jalan.
b)
Pandangan Ideal
7. Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah suatu kegiatan diantara manusia
yang menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pandangan ini tidak menolak bahwa
keuntungan adalah tujuan utama bisnis. Tanpa keuntungan bisnis tidak bisa
bertahan. Namun keuntungan hanya dilihat sebagai konsekuensi logis dari
kegiatan bisnis. Yaitu, bahwa dengan memenuhi kebutuhan masyarakat secara
baik, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Masyarakat akan merasa terikat
membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang memenuhi
kebutuhan mereka dengan mutu dan harga yang baik itu.
B. Bisnis dan Etika
1. Mitos Bisnis Amoral
Ungkapan lain dari etika bisnis menurut De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral.
Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang
bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu, tentang dirinya, kegiatannya, dan
lingkungan
kerjanya.
Bagi orang bisnis yang menginginkan agar bisnisnya bertahan lama dan sukses tidak hanya
dari segi material tapi dalam arti seluas-luasnya, mitos tersebut sulit dipertahankan.
Berikut adalah sebagai pengibaratan bahwa mitos amoral sama sekali tidak benar:
1. Bisnis memang sering diibaratkan sebagai judi bahkan sudah dianggap sebagai
semacam judi atau permainan penuh persaingan yang ketat
2. tidak sepenuhnya benar bahwa sebagai sebuah permainan (judi), dunia bisnis
mempunyai aturan main sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku
dalam kehidupan sosial pada umumnya.
3. Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
4. Etika harus dibedakan dari ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, suatu gejala atau fakta
yang berulang terus dan terjadi diman-mana menjadi alasan yang sah bagi setiap
manusia untuk menarik sebuah teori atau hukum ilmiah yang sah dan berlaku
universal.
5. Pemberitaan, surat pembaca, dan berbagai aksi protesyang terjadi dimana-mana untuk
mengancam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, atau mengecam berbagai
kegiatan bisnis yang tidak baik, menunjukan bahwa masih banyak orang dan
kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetap
mengindahkan norma-norma moral.
2. Keutamaannya Etika Bisnis
1. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di
bidangnya . Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial
dan finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik
2. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja
Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis
8. 3. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
1. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya
secara baik dan etis
2. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga
2. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis
C. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
1. Prinsip otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
Orang yang otonom adalah orang yang bebas mengambil keputusan dan tindakan
serta bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut
2. Prinsip Kejujuran
Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat
dipertanggung jawabkan
4.Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak.
Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar persaingan bisnis haruslah
melahirkan suatu win-win solution
9. 5.Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan
agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik
perusahaan
D. Prinsip Utama Etika Bisnis
Sony Keraf (1991) dalam buku Etika Bisnis: Mernbangun Citra Bisnis sebagai Profesi Luhur,
mencatat beberapa hal yang menjadi prinsip, dari etika bisnis. Prinsip-prinsip tersebut
dituliskan dengan tidak melupakan kekhasan sistem nilai dari masyarakat bisnis yang
berkembang. Prinsipprinsip tersebut antara lain
adalah:
1. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadaran sendiri
tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan. Untuk bertindak secara otonom
diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
keputusan itu.
2. Prinsip Kejujuran
Sekilas kedengarannya aneh bahwa kejujuran merupakan suatu prinsip etika bisnis.
Kini para praktisi bisnis dan manajemen mengakui bahwa kejujuran merupakan suatu
jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis.
3 Prinsip Keadilan
Prinsip menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya. Hak
orang lain perlu dihargai dan tidak boleh dilanggar.
4. Prinsip berbuat baik dan tidak berbuat jahat.
Berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat jahat (nonmaleficence) merupakan
prinsip moral untuk bertindak baik kepada orang lain dalam segala bidang. Dasar
prinsip tersebut akan membangun prinsip-prinsip hubungan dengan sesama yang lain
seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan lain sebagainya.
5. Prinsip hormat pada diri sendiri.
Prinsip ini sama artinya dengan prinsip menghargai diri sendiri, bahwa dalam
melakukan hubungan bisnis, manusia memiliki kewajiban moral untuk
memperlakukan dirinya sebagai pribadi yang memiliki nilai sana dengan pribadi
lainnya.
E. Etos Kerja
Menurut K. Bertens (1994), secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “tempat hidup”. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau
kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin
10. kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah ethikos yang berarti “teori kehidupan”,
yang kemudian menjadi “etika”.
Dalam bahasa Inggris, etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain
starting point, to appear, disposition hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa
Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai “sifat dasar”, “pemunculan” atau “disposisi
(watak)”.
Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, group or
institution. Etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi.
Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of English Language, etos diartikan
dalam dua pemaknaan, yaitu:
1. The disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a
group that distinguishes it from other peoples or group, fundamental values or spirit,
mores. Disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang
membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang mendasari, adatistiadat.
2. The governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression,
or the like. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni,
bentuk ekspresi, atau sejenisnya.
Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos merupakan seperangkat pemahaman dan
keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara mendasar mempengaruhi kehidupan, menjadi
prinsip-prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan
budaya serta keyakinan yang sama.
Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau
umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu
hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi.
Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi
kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada
keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral.
Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma
kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan
melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi budaya
kerja.
Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati
dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak
zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun
belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di
berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.
Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya
kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos
mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama,
11. spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi,
keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat disimpulkan
bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang
sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan
kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
F. Realisasi Moral Bisnis
Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral, sedangkan moral
adalah rumusan sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang apa yang bernilai serta
kewajiban-kewajiban manusia. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif.
G. Pendekatan-Pendekatan Stakeholder
Pendekatan Skateholder merupakan sebuah pendekatan baru yang banyak digunakan,
khususnya dalam etika bisnis, belakangan ini dengan mencoba mengintegrasikan kepentingan
bisnis disatu pihak dan tuntutan etika dipihak lain. Dalam hal ini, pendekatan stakeholder
adalah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur
dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis. Pendekatan ini lalu terutama
memetakan hubungan – hubungan yang terjalin dalam kegiatan bisnis pada umumnya untuk
memperlihatkan siapa saja yang punya kepentingan, terkait, dan terlibat dalam kegiatan
bisnis pada umumnya itu. Pada akhirnya, pendekatan ini memepunyai satu tujuan imperatif:
bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak terkait yang
berkepentingan (stakeholder) dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan
dihargai. Sekaligus dengan pendekatan ini bisa dilihat secara jelas bagaimana prinsip-prinsip
etika bsinis yang dibahas dalam bab ini menemukan tempatnya yang relevan dalam interaksi
bisnis dari sebuah perusahaan dengan berbagai pihak terkait.
Dasar pemikirannya adalah bahwa semua pihak yang punya kepentingan dalam suatu
kegiatan bisnis terlibat didalamnya karena ingin memperoleh keuntungan, maka hak dan
kepentingan mereka harus di perhatikan dan dijamin. Yang menarik, pada akhirnya
pendekatan stakeholder bermuara pada prinsip minimal yang telah disebutkan di depan: tidak
merugikan hak dan kepentingan manapun dalam suatu kegiatan bisnis. Ini berarti, pada
akhirnya pendekatan stakeholder menuntut agar bisnis papun perlu dijalankan secara baik dan
etis justru demi menjamin kepentingan semua pihak yang terkait dalam bisnis tersebut. Yang
juga menarik adalah bahwa sama dengan prinsip no harm., pendekatan ini pun
memperlihatkan secara sangat gamblang bahwa pada akhirnya pendekatan ini ditempuh demi
kepentingan bisnis perusahaan yang bersangkutan. Artinya, supaya bisnis dari perusahaan itu
dapat berhasil dan tahan lama, perusahaan manapun dalam kegiatan bisnisnya dituntut, atau
menuntut dirinya, untuk menjamin dan menghargai hak dan kepentingan semua pihak yang
terkait dengan bisnisnya. Karena salah satu saja dari pihak-pihak yang berkepentingan dan
terlibat didalamnya dirugikan, pihak tersebut tidak akan mau lagi menjalin bisnis dengan
perusahaan tersebut.
Pada umumnya ada dua kelompok stakeholder:
12. 1. Kelompok primer; kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham, kreditor,
karyawan, pemasuk, konsumen, penyalur, dan pesaing atau rekan.
2. Kelompok sekunder; terdiri dari pemerintah setempat, masyarakat pada umumnya, dan
masyarakat setempat. Yang paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja
adalah kelompok primer karena hidup matinya, berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan
sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok
tersebut. Yang berarti demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis suatu perusahaan,
perusahaan tersebut tidak boleh merugikan satupun kelompok stakeholder primer diatas.
Dengan kata lain, perusahaan tersebut harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan
kelompok tersebut; jujur, bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adil
terhadap mereka, dan saling menguntungkan satu sama lain. Disinilah kita menemukan
bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling konkret dan sangat sejalan
dengan kepentingan bisnis untuk mencari keuntugan.
3. Etika utilitarinisme dalam bisnis
1. Kriteria dan prinsip etika utilitarisme
Dalam kerangka etika utilitarianisme dapat dirumuskan 3 kriteria objektif
sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan.
-
-
-
Kriteria pertama adalah manfaat, yaitu nahwa kebijaksanaan atau tindakan
itu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan
atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya,
kebijaksaaan
atau
tindakan
yang
tidak
baik
adalah
yang
mendatangkan kerugian tertentu.
Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahea kebijaksanaan
atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu
lebih besar) dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternatif
lainnya. Kalau yang dipertimbangkan adalah soal akibat baik dan akibat buruk
dari
suatu kebijaksanaan atau tindaka, maka suatu kebijaksanaan atau
tindakan dinilai baik secara moral kalau mendatangkan lebih banyak
manfaat dibandingkan dengan kerugian. Atau dalam situasi tertentu ketika
kerugian tidak bisa dihindari, dapat dikatakan bahwa tindakan yang baik
adalah tindakan yang menimbulkan kerugian terkecil (termasuk bila
dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan atau
tindakan alternatif).
Kriteria ketiga berupa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Jadi, suatu kebijaksaan atau tindakan dinilai baik secara moral kalau tidak
hanya mendatangkan manfaat terbesar, melainkan kalau mendatangkan
manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Sebaliknya, kalau ternyata
suatu
kebijaksanaan atau tindakan tidak bisa mengelak dari kerugian,
maka kebijaksanaan atau tindakan itu dinilai baik kalau membawa kerugian
yang sekecil mungkin bagi sesedikit mungkin orang.
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
13. Pertama, dalam menjalankan suatu bisnis faktor – faktor yang harus dilihat pertama kali
adalah pelaku bisnis haruslah rasionalitas agar bisnis yang dijalankan tidak menimbulkan
suatu masalah yang besar.
Kedua, utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap perilaku moral.
Ketiga, nilai positif yang terkandung dalam etika utilitarianisme bersifat menyuluruh
(universal) dan berlaku oleh siapa pun, kapan pun, dan dimana pun pelku bisnis itu berada.
3. Utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian
Pertama, etika utilitarianisme digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan,
kebijaksanaan
atau
untuk
bertindak
terhadap
suatu
pemecahan
masalah.
Kedua, etika utilitarianisme sebagai standar penilaian bagi tindakan atau kebijaksanaan yang
telah dilakukan
4. Analisa Keuntungan dan Kerugian
Pertama, keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yg dianalisis tidak dipusatkan
pd keuntungan dan kerugian perusahaan.
Kedua, analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dlm kerangka uang.
Ketiga, analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang
Langkah konkret yang perlu diambil dalam membuat kebijaksanaan bisnis , berkaitan dengan
Analisis keuntungan dan kerugian :
Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan dan kegiatan bisnis
sebanyak-banyaknya.
Seluruh alternatif pilihan dalam analisis keuntungan dan kerugian, dinilai berdasarkan
keuntungan yg menyangkut aspek-aspek moral.
Analisis Neraca keuntungan dan kerugian perlu dipertimbangkan dalam kerangka jk
panjang.
5. Kelemahan Etika Utilitarianisme
Pertama, manfaat merupakan konsep yg begitu luas shg dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yg tidak sedikit
Kedua, etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pd
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dg
akibatnya.
Ketiga, etika utilitarisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang
Keempat, variabel yg dinilai tidak semuanya dpt dikualifikasi.
Kelima, seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarisme saling bertentangan, maka
akan ada kesulitan dlam menentukan proiritas di antara ketiganya
Keenam, etika utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas