1. seno muhamad daud
Disampaikan pada Pelatihan Pedagogik dan Pembelajaran
untuk Guru dan Kepala SD Kab. Fakfak Papua Barat
2.
3. Paedagogi/
Pedagogik berasal
dari bhs. Yunani
“paedos-agogos”
paedos:= anak (lk)
agogos = mengantar/ membimbing
Paedagogi adalah kegiatan yang dilakukan
oleh orang dewasa kepada anak untuk
mengantarkannya ke gerbang kedewasaan
5. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara
(UUSPN No.20 tahun 2003)
8. Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu
9. Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
10. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
28. * Segala potensi murid berkembang utuh
sesuai tuntutan dan kebutuhan hidupnya,
* Tumbuh rasa cinta dan semangat belajar,
hingga menjadikan dirinya pebelajar
sepanjang hayat
* Terus mengembangkan diri sehingga dapat
menjadi pendahulu, pengembang, dan
penyebar kebaikan
37. * Segala potensi murid berkembang utuh
sesuai tuntutan dan kebutuhan hidupnya,
* Tumbuh rasa cinta dan semangat belajar,
hingga menjadikan dirinya pebelajar
sepanjang hayat
* Terus mengembangkan diri sehingga dapat
menjadi pendahulu, pengembang, dan
penyebar kebaikan
38. Makna Sebuah Titipan
(WS Rendra)
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa :
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
bahwa muridku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkannya padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan
milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?
39. *Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
40. Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan
seperti matematika
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai
keinginanku,
41. •Gusti...., padahal tiap hari
kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
“Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama
saja"