Pengangguran terbuka dan terselubung kini jauh lebih banyak menimbulkan dampak negatif yang berat dan kronis bagi tenaga kerja di negara-negara berkembang.
3. dadang-solihin.blogspot.com 3
Dadang holds a MA degree (Economics), University of
Colorado, USA. His previous post is Head, Center for
Research Data and Information at DPD Secretariat General
as well as Deputy Director for Information of Spatial
Planning and Land Use Management at Indonesian National
Development Planning Agency (Bappenas).
Beside working as Assistant Professor at Graduate School
of Asia-Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan,
he also active as Associate Professor at University of Darma
Persada, Jakarta, Indonesia.
He got various training around the globe, included Advanced
International Training Programme of Information Technology
Management, at Karlstad City, Sweden (2005); the Training
Seminar on Land Use and Management, Taiwan (2004);
Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala
Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy Development
Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government
Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001);
and Regional Development and Planning Training Course,
Sapporo, Japan (1999). He published more than five books
regarding local autonomous.
You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his
mobile at +62812 932 2202
4. Materi
Persoalan Dasar Ketenagakerjaan
Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment)
Pengangguran Terselubung
(Disguised Underemployment)
Empat Aspek Masalah
Ketenagakerjaan di Negara
Berkembang
4dadang-solihin.blogspot.com
5. dadang-solihin.blogspot.com 5
Persoalan Dasar Ketenagakerjaan
Pengangguran terbuka dan terselubung kini jauh
lebih banyak menimbulkan dampak negatif yang
berat dan kronis bagi tenaga kerja di negara-negara
berkembang, dibandingkan dengan yang dahulu
dialami oleh para pencari kerja di negara-negara
industri.
Masalah ketenagakerjaan sekarang ini sebenarnya
bahkan jauh lebih berat daripada yang pernah terjadi
pada jaman Depresi Besar (Great Depression).
6. dadang-solihin.blogspot.com 6
Pengangguran Terbuka
(Open Unemployment)
Meliputi pengangguran sukarela maupun pengangguran karena
terpaksa.
Orang-orang yang menganggur secara sukarela adalah
mereka yang tidak ingin menerima pekerjaan yang sebenarnya
bisa mereka peroleh, mungkin karena mereka memiliki cara
atau sumber lain untuk menopang hidupnya.
Pengangguran karena terpaksa merupakan suatu keadaan di
mana para pencari kerja ingin bekerja, akan tetapi tidak ada
pekerjaan yang tersedia baginya.
Pengangguran terbuka paling banyak terdapat di berbagai kota
di negara-negara berkembang.
7. dadang-solihin.blogspot.com 7
Pengangguran Terselubung
(Disguised Underemployment)
Suatu situasi kesenjangan antara beban tugas dengan sumber
daya (khususnya tenaga kerja) yang ada.
Sepintas lalu, nampak bahwa semua pekerja terdayagunakan,
tetapi dalam kenyataannya banyak waktu yang tersia-siakan oleh
para pekerja tersebut yang sering melakukan kegiatan yang tidak
produktif di tengah-tengah jam kerja.
8. dadang-solihin.blogspot.com 8
Persoalan Dasar Ketenagakerjaan. . .
Masalah ketenagakerjaan di negara-negara Dunia
Ketiga ternyata mempunyai dampak dan implikasi
yang jauh lebih kompleks bila dibandingkan dengan
soal ketenagakerjaan di negara-negara maju.
Oleh karena itu, setiap upaya pemecahannya
memerlukan bermacam-macam pendekatan yang
lebih rumit daripada sekedar penerapan kebijakan
ala Keynes yang dahulu lazim dipraktikkan oleh
negara-negara maju untuk meningkatkan permintaan
agregat dalam rangka menciptakan lapangan kerja
sebanyak-banyaknya bagi para warganya.
9. dadang-solihin.blogspot.com 9
Persoalan Dasar Ketenagakerjaan. . .
Apa pun dimensi dan penyebab timbulnya pengangguran di
negaranegara Dunia Ketiga, semuanya selalu berkaitan dengan
kerapuhan mental manusianya yang diakibatkan oleh
buruknya lingkungan dan taraf hidup warisan penjajahan.
Untuk itu diperlukan kebijakan bersama dan terpadu antara
negara berkembang dengan negara maju. Negara Dunia Ketiga
perlu mengubah kebijakan domestiknya dengan melibatkan
penciptaan lapangan kerja sebagai tujuan pembangunan
ekonomi dan sosialnya yang paling pokok.
Sedangkan negara-negara maju perlu meninjau kembali dan
mengubah kebijakan ekonominya terhadap masyarakat negara
Dunia Ketiga, terutama di bidang perdagangan, bantuan luar
negeri, serta pengalihan teknologi.
10. dadang-solihin.blogspot.com 10
Empat Aspek Masalah Ketenagakerjaan di
Negara Berkembang
1. Adanya pengangguran di kalangan orang-orang
yang berpendidikan;
2. Pekerja mandiri (menciptakan lapangan kerjanya
sendiri);
3. Besarnya peran wanita dalam pekerjaan; serta
4. Pengangguran di kalangan pemuda.
11. dadang-solihin.blogspot.com 11
1. Pengangguran Terdidik
Di sejumlah negara berkembang, semakin tinggi pendidikan
seorang maka semakin besar kemungkinan ia menganggur.
Penyebabnya adalah, mereka yang tidak terdidik tidak akan
makan kalau tidak bekerja sehingga mereka mau melakukan
pekerjaan apa saja demi sesuap nasi.
Sedangkan bagi mereka yang bisa memperoleh pendidikan
lanjutan, apalagi sampai ke jenjang universitas, mereka hanya
mau bekerja kalau hal itu memberi uang, status, atau kepuasan
yang relatif tinggi.
12. dadang-solihin.blogspot.com 12
2. Pekerja Mandiri
Ketidakmampuan para pengusaha (karena skala
bisnisnya sangat terbatas) untuk menggaji orang
lain mendorong mereka untuk melakukan segala
sesuatunya sendiri pada perekonomian modern
(sektor-formal).
Mereka inilah yang mewarnai sektor informal
baik di perkotaan maupun di daerah pedesaan.
13. dadang-solihin.blogspot.com 13
Lanjutan…
Pekerja mandiri di negara maju kebanyakan adalah pemilik
perusahaan kecil, mitra dalam sebuah firma, atau tenaga
profesional (dokter, pengacara, akuntan, dan sebagainya)
Pekerja mandiri di negara Dunia Ketiga adalah pedagang
asongan, pemilik warung kecil, tukang semir sepatu, pengamen,
pelacur, penarik becak, dan perajin kaki lima.
Tujuan mereka semata-mata adalah mempertahankan
kelangsungan hidup.
Mereka menumpahkan keringat sekedar agar bisa makan, dan
dalam melakukan pekerjaannya mereka tidak bisa optimal
sehingga mereka sebenarnya juga bisa dikategorikan sebagai
semipengangguran.
14. dadang-solihin.blogspot.com 14
3. Kaum Wanita di Dunia Kerja
Kaum wanita dalam angkatan kerja di negara-negara Dunia
Ketiga telah meningkat secara dramatis pada tahun 1990 (di
Asia naik 43%, Amerika Latin 32%, dan di dunia Arab 13%)
Namun kebanyakan dari mereka hanya bekerja di tempat-
tempat yang tidak banyak menghasilkan pendapatan, bahkan
tidak dibayar sama sekali (ibu rumah tangga yang ikut
membantu pekerjaan suami).
Peran aktif kaum wanita dalam dunia kerja terpusat di sektor
pertanian (78% di Afrika dan 80% di Asia) atau sektor informal
perkotaan (25 hingga 40% di Amerika Latin).
Kaum wanita hampir selalu mengalami diskriminasi dalam hal
perolehan imbalan, peningkatan kelas pekerjaan, dan dalam
keamanan kerja.
Proporsinya yang menganggur juga lebih besar ketimbang
kaum pria.
15. dadang-solihin.blogspot.com 15
4. Pengangguran di Kalangan Pemuda
dan Pekerja Anak-anak
Dimensi paling menyedihkan dari masalah ketenagakerjaan di
negara Dunia Ketiga adalah tingginya tingkat pengangguran
pada usia antara 15 - 24 tahun.
Pengangguran di kalangan pemuda itu terjadi di antara yang
berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan, pria maupun
wanita.
David Turnham memperkirakan bahwa pengangguran di
kalangan pemuda di sebagian besar negara berkembang itu
mencapai 30% (artinya, 30% pemuda adalah pengangguran)
16. dadang-solihin.blogspot.com 16
Lanjutan…
Para pemuda yang menganggur itu cenderung terkumpul di
daerah-daerah perkotaan.
Banyak di antaranya yang merupakan migran dari desa, dan
harapan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di
kota begitu tinggi, bahkan seringkali tidak realistis.
Akibat pesatnya laju pertumbuhan penduduk di negara
berkembang, maka porsi pemuda dalam total penduduk menjadi
kian besar, dan menambah tekanan penyediaan lapangan kerja.
Jika tidak teratasi, masalah ini cepat atau lambat akan
mengganggu keseluruhan usaha pembangunan di negara
Dunia Ketiga.
17. dadang-solihin.blogspot.com 17
Lanjutan…
Tekanan masalah pengangguran para pemuda itu terkesan
tidak seberapa kalau kita bandingkan dengan masalah
berikutnya yang benar-benar menyayat hati, yakni banyaknya
anak-anak di bawah umur di negara Dunia Ketiga yang harus
membanting tulang sekedar untuk menyambung hidup.
Celakanya, masalah pekerja anak-anak (child labor) ini belum
ditangani secara memadai.
International Labor Office memperkirakan bahwa di negara
berkembang terdapat sekitar 60 juta anak-anak di bawah usia
14 tahun yang bekerja sepanjang hari demi mendapatkan
imbalan tidak seberapa yang hanya cukup untuk membeli
makanan pada hari itu saja;
Lingkungan kerja mereka bukan saja buruk, namun juga
mengerikan.
18. dadang-solihin.blogspot.com 18
Lanjutan…
Menurut Komisi Hak Asasi Manusia yang mengadakan
penetitian khusus di Pakistan pada tahun 1994, di negara itu
terdapat sekitar 11 sampai 12 juta anak-anak ingusan,
separuhnya berusia di bawah 10 tahun, yang harus bekerja
sebagai pembantu rumah tangga yang dalam prakteknya lebih
menyerupai budak hanya untuk sesuap nasi.
Pendapatan mereka tidak sampai separuh pendapatan pekerja
dewasa, sedangkan waktu kerjanya mencapai 80 jam
seminggu.
Jika tidak menjadi pembantu rumah tangga, pekerja anak-anak
di Pakistan tersebut memeras peluh pusat-pusat industri padat
karya seperti di pabrik-pabrik karpet atau tanur pembuatan batu
bata.