SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 10
Pertemuan X
       Islam dan Budaya Lokal
         dalam bidang Politik
                     Pengantar
Pembahasan judul di atas mengarahkan perhatian kita
kepada pemaknaan Islam dalam hubungannya dengan
negara atau politik, yang secara implisit perlu
dikembangkan tentang makna demokrasi berdasarkan
Islam dan implikasinya di dalam kehidupan bernegara.
Selanjutnya,     pengembangan     pemaknaan    terhadap
demokrasi itu         mesti didasarkan pada realitas
kemajemukan umat dan bangsa, sehingga Islam itu sendiri
dalam realitas kemajemukan umatnya dapat memunculkan
keragaman pola hidup bernegara, dan karenanya dapat
terungkap pula hubungan Islam dan budaya lokal dalam
perspektif politik.
Pranata politik
•   Pranata politik (political institutions)
    untuk memenuhi kebutuhan mengatur
    dan mengelola kekuasaan dalam
    masyarakat,    seperti   pemerintahan,
    demokrasi, kehakiman, kepartaian, dan
    sebagainya.
Islam dan Negara

•   Hubungan Islam dan negara, atau lebih mudahnya memahami
    negara dalam perspektif Islam, secara historis dapat dipahami dari
    contoh-contoh      Nabi     dan   Khulafa       al-Rasyidin   dalam
    mengembangkan kehidupan politik Islam.
•   Namun di dalam perkembangannya sesudah dua periode sejarah
    itu, dapat pula dipahami tentang kehidupan politik Islam yang
    berubah dan banyak menunjukkan hubungan dialektik antara Islam
    dan politik lokal, sebagaimana masa Umayyah, Abbasiyah, dan
    kakuasan-kekuasaan Islam sesudahnya yang tersebar di bebagai
    kawasan.
•   Kemudian pada periode modern, Islam dan politik mengalami
    perubahan yang semakin beragam seiring pertumbuhan
    nasionalisme. Justru, pada periode inilah makin semarak pola-pola
    hubungan Islam dan politik yang bercorak lokal. Secara khusus,
    dapat dipelajari dari perkembangan politik Islam di Indonesia
Islam dan negara: Kasus Indonesia

• Islam dan Pancasila
• Toleransi Beragama
• Kerukunan Hidup antar Umat Beragama
Contoh: Kraton Jogjakarta
•   Didirikan oleh Hamengkubuwono I, setelah Perjanjian Giyanti 13
    Pebruari 1755/29 Rabingulawal 1680
•   Kedudukannya: sebagai pusat kekuasaan, pengembangan kegiatan
    ekonomi dan budaya, juga pelindung agama (Islam)
•   Peranannnya bagi agama, selain sebagai pelindung agama, juga
    sejak awal kraton telah membangun beberapa masjid, dan
    semenjak Pangeran Mangkubumi Islam diitetapkan sebagai agama
    resmi kraton.
•   Rajanya bergelar Sultan, dan gelar lainnya seperti Abdurrahman
    Sayidin Panatagama, Kalifatullah.
kapengulon
• Pembahasan tersebut di sini disarikan dari karya Ibnu
  Qayim Isma’il, Kyai Penghulu Jawa: Peranannya di
  Masa Kolonial.[1] Lembaga penghulu atau kapengulon
  merupakan suatu pranata sosial keagamaan yang di
  dalamnya terhimpun kiai Jawa yang secara formal
  bekerja di bidang keagamaan, hukum dan peradilan
  menurut ajaran Islam, dan bertanggungjawab kepada
  negara. Tugas ini merupakan pelaksanaan dari
  kewajiban agama yang disebut fardu kifayah. Lembaga
  kapengulon ini dalam konteks historisnya ternyata
  menyimpan bahan-bahan sejarah yang menyangkut
  ulama dan aktivitas keagamaan di tanah Jawa
           [1] Ibnu Qayim Isma’il, Kyai Penghulu Jawa:
  Peranannya di Masa Kolonial (Jakarta: Gema Insani
  Press, 1997).
Kedudukan Penghulu
•   Penghulu adalah ulama yang berkedudukan di jalur at-tasyri’ wal-
    qadla, yakni aktivitas sosial keagamaan sebagai pelaksana bidang
    kehakiman yang menyangkut hukum (syariat ) Islam.
•   Kelompok penghulu sudah ada sejak kerajaan Islam berkuasa atas
    tanah Jawa. Di antara sembilan wali ada yang menjadi penghulu
    pada kerajaan Islam Demak, seperti Sunan Kudus dan Sunan
    Kalijogo (konon kata Kali berasal dai kata Qadli, dan Jaka dari kata
    Zaka, artinya hakim atau penghulu yang suci). Bahkan sebelum
    para wali tersebut jabatan penghulu sudah ada yang memangkunya
•   Pada zaman pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, ulama
    sebagai pejabat anggota Dewan Parampara (Penasihat Tinggi
    Kerajaan) dan lembaga Mahkamah Agama Islam. Para pejabat
    yang menempati kedudukan ini kemudian menjadi abdi dalem
    (pegawai keraton) dalam urusan keagamaan dan dikepalai oleh
    penghulu.
Penghulu masa Kolonial
•   sejak tahun 1882 kedudukan Penghulu ditarik ke dalam lingkungan
    pengadilan negeri (landraad) yang dibentuk oleh pemerintah
    Belanda. Jabatan penghulu tersebut adalah penasihat hukum adat,
    sehingga pejabatnya biasa dipanggil dengan sebutan Kanjeng
    Penghulu Landraad. Oleh karena itu, penghulu pada masanya
    memiliki rangkap jabatan, yakni sebagai pejabat pemerintah dalam
    urusan agama Islam di satu segi dan di segi lain sebagai penasihat
    pengadilan umum.
•   Adapun hierarki jabatan penghulu adalah sebagai berikut:
    Tingkat Pusat (Gubernemen) : Penghulu Ageng
    Tingkat Kabupaten : Penghulu Kepala (Hoofdpenghulu) yang
    diwakili Ajung Penghulu.
    Tingkat Kawedanaan: Penghulu (Naib) dan wakilnya Ajung
    Penghulu.
    Tingkat Kecamatan            : Penghulu atau Naib
    Tingkat Desa               : Modin, Kaum, Kayim, Lebe, atau Amil.
Tugas Penghulu
•   Pada masa kekuasaan tradisional, tugas penghulu adalah sebagai
    pelaksana pemerintah di bidang kehakiman, yang berarti selain
    mengurusi masalah pernikahan, perceraian, talak, rujuk, kewarisan,
    zakat, dan wakaf, adalah juga menangani masalah pidana dan
    perdata.
•   Pada masa pemerintahan kolonial, Penghulu hanya bertugas
    sebagai kadi atau hakim pengadilan (raad) agama dan sebagai
    mufti (penasihat) agama Islam. Masalah yang menyangkut bidang
    hukum keluarga tetap menjadi tugas utama lembaga penghulu,
    tetapi masalah kehakiman lainnya atau perkara-perkara adat
    hanyalah bertugas sebagai pembantu di pengadilan negeri
    (landraad). Adapaun kedudukannya sebagai mufti, kepada lembaga
    Penghulu dibebankan kewajiban menyampaikan penerangan
    tentang hukum-hukum Islam kepada masyarakat, di samping
    menjadi penasihat masalah keagamaan bagi Bupati dan para
    pembantunya.
•   Mulai tahun 1918, pemerintah hanya mengangkat seorang pejabat
    penghulu dalam statusnya sebagai Penghulu Landraad merangkap
    Penghulu Masjid.
•   Penghulu adalah juga Imam masjid, yang dalam menjalankan
    tugasnya ia dibantu oleh 40 orang yang bertugas sebagai khatib,
    muazin, marbot, juru tulis, syuhud (saksi), dan juru kunci.
•   Penghulu sebagai imam masjid itu bertugas mengimami tiap waktu
    salat wajib (lima waktu). Di samping itu, Penghulu juga mengurusi
    keuangan (kas) masjid, berbagai kegiatan pengajian, dan perayaan
    hari-hari besar Islam. Dana kas masjid biasa diperoleh dari berbagai
    sumber, antara lain: biaya perkawinan, wakaf, zakat, sedekah, dan
    infak.
•   Oleh karena kedudukan penghulu di tingkat kabupatan adalah
    sebagai pembantu Bupati, maka tugas-tugas Bupati dalam urusan
    agama Islam seringkali dilimpahkan kepadanya. Penghulu
    seringkali dibebani tugas mengawasi bidang pendidikan agama
    yang diselenggarakan dan diasuh oleh para kyai atau ajengan,
    bahkan memobilisasi kegiatan para guru agama Islam.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Tajuk 6 ISLAM DALAM TAMADUN MELAYU
Tajuk 6   ISLAM DALAM TAMADUN MELAYUTajuk 6   ISLAM DALAM TAMADUN MELAYU
Tajuk 6 ISLAM DALAM TAMADUN MELAYUNuha
 
Kuliah keempat (bab 3) students
Kuliah keempat (bab 3) studentsKuliah keempat (bab 3) students
Kuliah keempat (bab 3) studentsChin Celery
 
Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Masa Bani AbbasiyahPeradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Masa Bani AbbasiyahRizal203749
 
Bab 8-ting-4 Sejarah spm
Bab 8-ting-4 Sejarah spmBab 8-ting-4 Sejarah spm
Bab 8-ting-4 Sejarah spmnurul othman
 
Sejarah Islam di Malaysia dan Brunei Darussalam
Sejarah Islam di Malaysia dan Brunei DarussalamSejarah Islam di Malaysia dan Brunei Darussalam
Sejarah Islam di Malaysia dan Brunei DarussalamImam Basrurrohman
 
KEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISI
KEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISIKEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISI
KEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISINur Fareha
 
Tamadun melayu (1)
Tamadun melayu (1)Tamadun melayu (1)
Tamadun melayu (1)faizah12
 
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAMISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAMFair Nurfachrizi
 
sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)
sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)
sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)saadiah alidrus
 
Pancasila sebagai paradigma_pembangunan
Pancasila sebagai paradigma_pembangunanPancasila sebagai paradigma_pembangunan
Pancasila sebagai paradigma_pembangunanVinaAnnisa2
 
Sejarah kedatangan islam
Sejarah kedatangan islamSejarah kedatangan islam
Sejarah kedatangan islamsyarifahislam
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanVinaAnnisa2
 
Bab 7.Ting 4 : Islam di Asia Tenggara
Bab 7.Ting 4 : Islam di Asia TenggaraBab 7.Ting 4 : Islam di Asia Tenggara
Bab 7.Ting 4 : Islam di Asia Tenggaraisharsmiaa
 
Pengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awal
Pengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awalPengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awal
Pengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awalnoorulshuhadah
 
Hubungan Etnik Bab 2 Masyarakat Malaysia Dalam Sejarah
Hubungan Etnik Bab 2   Masyarakat Malaysia Dalam SejarahHubungan Etnik Bab 2   Masyarakat Malaysia Dalam Sejarah
Hubungan Etnik Bab 2 Masyarakat Malaysia Dalam SejarahWanBK Leo
 

Mais procurados (20)

Bab3 tamadun melayu
Bab3 tamadun melayuBab3 tamadun melayu
Bab3 tamadun melayu
 
Tajuk 6 ISLAM DALAM TAMADUN MELAYU
Tajuk 6   ISLAM DALAM TAMADUN MELAYUTajuk 6   ISLAM DALAM TAMADUN MELAYU
Tajuk 6 ISLAM DALAM TAMADUN MELAYU
 
Pengaruh islam di alam melayu
Pengaruh islam di alam melayuPengaruh islam di alam melayu
Pengaruh islam di alam melayu
 
Kuliah keempat (bab 3) students
Kuliah keempat (bab 3) studentsKuliah keempat (bab 3) students
Kuliah keempat (bab 3) students
 
Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Masa Bani AbbasiyahPeradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
 
Tamadun Melayu
Tamadun MelayuTamadun Melayu
Tamadun Melayu
 
Islam kejawen
Islam kejawenIslam kejawen
Islam kejawen
 
Bab 8-ting-4 Sejarah spm
Bab 8-ting-4 Sejarah spmBab 8-ting-4 Sejarah spm
Bab 8-ting-4 Sejarah spm
 
Sejarah Islam di Malaysia dan Brunei Darussalam
Sejarah Islam di Malaysia dan Brunei DarussalamSejarah Islam di Malaysia dan Brunei Darussalam
Sejarah Islam di Malaysia dan Brunei Darussalam
 
Islam & politik
Islam & politikIslam & politik
Islam & politik
 
KEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISI
KEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISIKEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISI
KEPENTINGAN SISTEM MASYARAKAT MELAYU TRADISI
 
Tamadun melayu (1)
Tamadun melayu (1)Tamadun melayu (1)
Tamadun melayu (1)
 
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAMISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
 
sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)
sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)
sejarah stpm sem 2 - sumbangan Khalifah Harun Al-Rasyid (nota)
 
Pancasila sebagai paradigma_pembangunan
Pancasila sebagai paradigma_pembangunanPancasila sebagai paradigma_pembangunan
Pancasila sebagai paradigma_pembangunan
 
Sejarah kedatangan islam
Sejarah kedatangan islamSejarah kedatangan islam
Sejarah kedatangan islam
 
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunanPancasila sebagai paradigma pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
 
Bab 7.Ting 4 : Islam di Asia Tenggara
Bab 7.Ting 4 : Islam di Asia TenggaraBab 7.Ting 4 : Islam di Asia Tenggara
Bab 7.Ting 4 : Islam di Asia Tenggara
 
Pengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awal
Pengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awalPengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awal
Pengaruh agama hindhu dan buddha dalam kerajaan awal
 
Hubungan Etnik Bab 2 Masyarakat Malaysia Dalam Sejarah
Hubungan Etnik Bab 2   Masyarakat Malaysia Dalam SejarahHubungan Etnik Bab 2   Masyarakat Malaysia Dalam Sejarah
Hubungan Etnik Bab 2 Masyarakat Malaysia Dalam Sejarah
 

Destaque

Pertemuan 12 (bab vi multimedia)
Pertemuan 12 (bab vi multimedia)Pertemuan 12 (bab vi multimedia)
Pertemuan 12 (bab vi multimedia)Soim Ahmad
 
Marketing plan
Marketing planMarketing plan
Marketing planSoim Ahmad
 
Pertemuan 4, a
Pertemuan 4, aPertemuan 4, a
Pertemuan 4, aSoim Ahmad
 
Free Online Course: Being an Effective New Leader
Free Online Course: Being an Effective New LeaderFree Online Course: Being an Effective New Leader
Free Online Course: Being an Effective New LeaderSunstone Business School
 
Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)
Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)
Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)Soim Ahmad
 
Modul 1 2 kalkulus-ekstensi
Modul 1 2 kalkulus-ekstensiModul 1 2 kalkulus-ekstensi
Modul 1 2 kalkulus-ekstensiSoim Ahmad
 
Karya ilmiah dan non ilmiah
Karya ilmiah dan non ilmiahKarya ilmiah dan non ilmiah
Karya ilmiah dan non ilmiahSoim Ahmad
 

Destaque (10)

Pertemuan 12 (bab vi multimedia)
Pertemuan 12 (bab vi multimedia)Pertemuan 12 (bab vi multimedia)
Pertemuan 12 (bab vi multimedia)
 
Pertemuan 12
Pertemuan 12Pertemuan 12
Pertemuan 12
 
Marketing plan
Marketing planMarketing plan
Marketing plan
 
Pertemuan 4, a
Pertemuan 4, aPertemuan 4, a
Pertemuan 4, a
 
Business plan
Business planBusiness plan
Business plan
 
Materi5
Materi5Materi5
Materi5
 
Free Online Course: Being an Effective New Leader
Free Online Course: Being an Effective New LeaderFree Online Course: Being an Effective New Leader
Free Online Course: Being an Effective New Leader
 
Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)
Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)
Pertemuan 11 (bab xii sistem informasi)
 
Modul 1 2 kalkulus-ekstensi
Modul 1 2 kalkulus-ekstensiModul 1 2 kalkulus-ekstensi
Modul 1 2 kalkulus-ekstensi
 
Karya ilmiah dan non ilmiah
Karya ilmiah dan non ilmiahKarya ilmiah dan non ilmiah
Karya ilmiah dan non ilmiah
 

Semelhante a Islam dan Politik Lokal

Huraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantara
Huraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantaraHuraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantara
Huraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantaraSiew Poh Teng
 
KEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptx
KEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptxKEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptx
KEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptxilmanh98
 
Bab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di Malaysia
Bab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di MalaysiaBab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di Malaysia
Bab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di Malaysiaajaknordin
 
INSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptx
INSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptxINSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptx
INSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptxNaffwanNaffwan
 
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdfBUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdfAtriyuni
 
Faktor perkembangan islam
Faktor perkembangan islamFaktor perkembangan islam
Faktor perkembangan islamfaiz_daniel
 
Kedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islamKedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islamHaan Herdiantara
 
ANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docx
ANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docxANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docx
ANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docxEtiRohaeti17
 
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Septian Muna Barakati
 
Negara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamNegara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamnilapermatasari
 
Institusi Pemerintahan Islam Madinah
Institusi Pemerintahan Islam MadinahInstitusi Pemerintahan Islam Madinah
Institusi Pemerintahan Islam MadinahAr Rayyan
 
SEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptx
SEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptxSEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptx
SEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptxShanthiChandrasekara2
 
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluanIlham Eka Pratama
 
Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Arya Ningrat
 
Makalah perkembangan hukum islam di indonesia
Makalah perkembangan hukum islam di indonesiaMakalah perkembangan hukum islam di indonesia
Makalah perkembangan hukum islam di indonesiaSayid Sidik
 

Semelhante a Islam dan Politik Lokal (20)

Huraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantara
Huraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantaraHuraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantara
Huraikan lima kesan dan pengaruh islam terhadap peradaban melayu nusantara
 
KEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptx
KEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptxKEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptx
KEPIMPINAN ORANG ISLAM DAN BUKAN ISLAM & REALITI New.pptx
 
Bab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di Malaysia
Bab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di MalaysiaBab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di Malaysia
Bab 4 Sejarah Perkembangan Tamadun Islam Di Malaysia
 
INSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptx
INSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptxINSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptx
INSTITUSI POLITIK DALAM ISLAM.pptx
 
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdfBUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
BUKU KESULTANAN SERDANG.pdf
 
Faktor perkembangan islam
Faktor perkembangan islamFaktor perkembangan islam
Faktor perkembangan islam
 
Kedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islamKedudukan sistem politik dalam islam
Kedudukan sistem politik dalam islam
 
ANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docx
ANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docxANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docx
ANALISA BAHAN AJAR KB-1 SKI.docx
 
melayu-islam-beraja
melayu-islam-berajamelayu-islam-beraja
melayu-islam-beraja
 
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
 
Kel 5
Kel 5Kel 5
Kel 5
 
Peradilan islam masa pra kolonial
Peradilan islam masa pra kolonialPeradilan islam masa pra kolonial
Peradilan islam masa pra kolonial
 
Syariat islam
Syariat islamSyariat islam
Syariat islam
 
Agama di malaysia
Agama di malaysiaAgama di malaysia
Agama di malaysia
 
Negara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamNegara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islam
 
Institusi Pemerintahan Islam Madinah
Institusi Pemerintahan Islam MadinahInstitusi Pemerintahan Islam Madinah
Institusi Pemerintahan Islam Madinah
 
SEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptx
SEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptxSEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptx
SEJ_T2_KSSM_Bab_4_Agama,_Kepercayaan_dan_Keunikan_Warisan_Masyarakat.pptx
 
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluanDr. marzuki, m.ag .  buku hukum islam bab 1. pendahuluan
Dr. marzuki, m.ag . buku hukum islam bab 1. pendahuluan
 
Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1
 
Makalah perkembangan hukum islam di indonesia
Makalah perkembangan hukum islam di indonesiaMakalah perkembangan hukum islam di indonesia
Makalah perkembangan hukum islam di indonesia
 

Mais de Soim Ahmad

Sholawat al faatih
Sholawat al faatihSholawat al faatih
Sholawat al faatihSoim Ahmad
 
Sholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulubSholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulubSoim Ahmad
 
Sholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulubSholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulubSoim Ahmad
 
Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...
Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...
Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...Soim Ahmad
 
Cerita motivasi
Cerita motivasiCerita motivasi
Cerita motivasiSoim Ahmad
 
Modul 7 kalkulus ekstensi
Modul 7 kalkulus ekstensiModul 7 kalkulus ekstensi
Modul 7 kalkulus ekstensiSoim Ahmad
 
Modul 6 kalkulus ekst
Modul 6 kalkulus ekstModul 6 kalkulus ekst
Modul 6 kalkulus ekstSoim Ahmad
 
Modul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensiModul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensiSoim Ahmad
 
Bab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinuBab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinuSoim Ahmad
 
Terjemah kitab safinatun najah lengkap
Terjemah kitab safinatun najah lengkapTerjemah kitab safinatun najah lengkap
Terjemah kitab safinatun najah lengkapSoim Ahmad
 
Terjemahan safinatun najah
Terjemahan safinatun najahTerjemahan safinatun najah
Terjemahan safinatun najahSoim Ahmad
 
Pengantar teknik industri
Pengantar teknik industriPengantar teknik industri
Pengantar teknik industriSoim Ahmad
 

Mais de Soim Ahmad (20)

Sholawat al faatih
Sholawat al faatihSholawat al faatih
Sholawat al faatih
 
Sholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulubSholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulub
 
Sholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulubSholawat tibbil qulub
Sholawat tibbil qulub
 
Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...
Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...
Peran adi sebagai fasilitator menciptakan iklim entrepreneurship berbasis sya...
 
Cerita motivasi
Cerita motivasiCerita motivasi
Cerita motivasi
 
Pertemuan 3
Pertemuan 3Pertemuan 3
Pertemuan 3
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Modul 7 kalkulus ekstensi
Modul 7 kalkulus ekstensiModul 7 kalkulus ekstensi
Modul 7 kalkulus ekstensi
 
Modul 6 kalkulus ekst
Modul 6 kalkulus ekstModul 6 kalkulus ekst
Modul 6 kalkulus ekst
 
Modul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensiModul 4 5 kalkulus-ekstensi
Modul 4 5 kalkulus-ekstensi
 
Bab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinuBab iii limit n fs kontinu
Bab iii limit n fs kontinu
 
Terjemah kitab safinatun najah lengkap
Terjemah kitab safinatun najah lengkapTerjemah kitab safinatun najah lengkap
Terjemah kitab safinatun najah lengkap
 
Terjemahan safinatun najah
Terjemahan safinatun najahTerjemahan safinatun najah
Terjemahan safinatun najah
 
Peta kerja
Peta kerjaPeta kerja
Peta kerja
 
Pengantar teknik industri
Pengantar teknik industriPengantar teknik industri
Pengantar teknik industri
 
Inventory
InventoryInventory
Inventory
 
Forecasting
ForecastingForecasting
Forecasting
 
Pertemuan 14
Pertemuan 14Pertemuan 14
Pertemuan 14
 
Pertemuan 13
Pertemuan 13Pertemuan 13
Pertemuan 13
 

Islam dan Politik Lokal

  • 1. Pertemuan X Islam dan Budaya Lokal dalam bidang Politik Pengantar Pembahasan judul di atas mengarahkan perhatian kita kepada pemaknaan Islam dalam hubungannya dengan negara atau politik, yang secara implisit perlu dikembangkan tentang makna demokrasi berdasarkan Islam dan implikasinya di dalam kehidupan bernegara. Selanjutnya, pengembangan pemaknaan terhadap demokrasi itu mesti didasarkan pada realitas kemajemukan umat dan bangsa, sehingga Islam itu sendiri dalam realitas kemajemukan umatnya dapat memunculkan keragaman pola hidup bernegara, dan karenanya dapat terungkap pula hubungan Islam dan budaya lokal dalam perspektif politik.
  • 2. Pranata politik • Pranata politik (political institutions) untuk memenuhi kebutuhan mengatur dan mengelola kekuasaan dalam masyarakat, seperti pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, dan sebagainya.
  • 3. Islam dan Negara • Hubungan Islam dan negara, atau lebih mudahnya memahami negara dalam perspektif Islam, secara historis dapat dipahami dari contoh-contoh Nabi dan Khulafa al-Rasyidin dalam mengembangkan kehidupan politik Islam. • Namun di dalam perkembangannya sesudah dua periode sejarah itu, dapat pula dipahami tentang kehidupan politik Islam yang berubah dan banyak menunjukkan hubungan dialektik antara Islam dan politik lokal, sebagaimana masa Umayyah, Abbasiyah, dan kakuasan-kekuasaan Islam sesudahnya yang tersebar di bebagai kawasan. • Kemudian pada periode modern, Islam dan politik mengalami perubahan yang semakin beragam seiring pertumbuhan nasionalisme. Justru, pada periode inilah makin semarak pola-pola hubungan Islam dan politik yang bercorak lokal. Secara khusus, dapat dipelajari dari perkembangan politik Islam di Indonesia
  • 4. Islam dan negara: Kasus Indonesia • Islam dan Pancasila • Toleransi Beragama • Kerukunan Hidup antar Umat Beragama
  • 5. Contoh: Kraton Jogjakarta • Didirikan oleh Hamengkubuwono I, setelah Perjanjian Giyanti 13 Pebruari 1755/29 Rabingulawal 1680 • Kedudukannya: sebagai pusat kekuasaan, pengembangan kegiatan ekonomi dan budaya, juga pelindung agama (Islam) • Peranannnya bagi agama, selain sebagai pelindung agama, juga sejak awal kraton telah membangun beberapa masjid, dan semenjak Pangeran Mangkubumi Islam diitetapkan sebagai agama resmi kraton. • Rajanya bergelar Sultan, dan gelar lainnya seperti Abdurrahman Sayidin Panatagama, Kalifatullah.
  • 6. kapengulon • Pembahasan tersebut di sini disarikan dari karya Ibnu Qayim Isma’il, Kyai Penghulu Jawa: Peranannya di Masa Kolonial.[1] Lembaga penghulu atau kapengulon merupakan suatu pranata sosial keagamaan yang di dalamnya terhimpun kiai Jawa yang secara formal bekerja di bidang keagamaan, hukum dan peradilan menurut ajaran Islam, dan bertanggungjawab kepada negara. Tugas ini merupakan pelaksanaan dari kewajiban agama yang disebut fardu kifayah. Lembaga kapengulon ini dalam konteks historisnya ternyata menyimpan bahan-bahan sejarah yang menyangkut ulama dan aktivitas keagamaan di tanah Jawa [1] Ibnu Qayim Isma’il, Kyai Penghulu Jawa: Peranannya di Masa Kolonial (Jakarta: Gema Insani Press, 1997).
  • 7. Kedudukan Penghulu • Penghulu adalah ulama yang berkedudukan di jalur at-tasyri’ wal- qadla, yakni aktivitas sosial keagamaan sebagai pelaksana bidang kehakiman yang menyangkut hukum (syariat ) Islam. • Kelompok penghulu sudah ada sejak kerajaan Islam berkuasa atas tanah Jawa. Di antara sembilan wali ada yang menjadi penghulu pada kerajaan Islam Demak, seperti Sunan Kudus dan Sunan Kalijogo (konon kata Kali berasal dai kata Qadli, dan Jaka dari kata Zaka, artinya hakim atau penghulu yang suci). Bahkan sebelum para wali tersebut jabatan penghulu sudah ada yang memangkunya • Pada zaman pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, ulama sebagai pejabat anggota Dewan Parampara (Penasihat Tinggi Kerajaan) dan lembaga Mahkamah Agama Islam. Para pejabat yang menempati kedudukan ini kemudian menjadi abdi dalem (pegawai keraton) dalam urusan keagamaan dan dikepalai oleh penghulu.
  • 8. Penghulu masa Kolonial • sejak tahun 1882 kedudukan Penghulu ditarik ke dalam lingkungan pengadilan negeri (landraad) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda. Jabatan penghulu tersebut adalah penasihat hukum adat, sehingga pejabatnya biasa dipanggil dengan sebutan Kanjeng Penghulu Landraad. Oleh karena itu, penghulu pada masanya memiliki rangkap jabatan, yakni sebagai pejabat pemerintah dalam urusan agama Islam di satu segi dan di segi lain sebagai penasihat pengadilan umum. • Adapun hierarki jabatan penghulu adalah sebagai berikut: Tingkat Pusat (Gubernemen) : Penghulu Ageng Tingkat Kabupaten : Penghulu Kepala (Hoofdpenghulu) yang diwakili Ajung Penghulu. Tingkat Kawedanaan: Penghulu (Naib) dan wakilnya Ajung Penghulu. Tingkat Kecamatan : Penghulu atau Naib Tingkat Desa : Modin, Kaum, Kayim, Lebe, atau Amil.
  • 9. Tugas Penghulu • Pada masa kekuasaan tradisional, tugas penghulu adalah sebagai pelaksana pemerintah di bidang kehakiman, yang berarti selain mengurusi masalah pernikahan, perceraian, talak, rujuk, kewarisan, zakat, dan wakaf, adalah juga menangani masalah pidana dan perdata. • Pada masa pemerintahan kolonial, Penghulu hanya bertugas sebagai kadi atau hakim pengadilan (raad) agama dan sebagai mufti (penasihat) agama Islam. Masalah yang menyangkut bidang hukum keluarga tetap menjadi tugas utama lembaga penghulu, tetapi masalah kehakiman lainnya atau perkara-perkara adat hanyalah bertugas sebagai pembantu di pengadilan negeri (landraad). Adapaun kedudukannya sebagai mufti, kepada lembaga Penghulu dibebankan kewajiban menyampaikan penerangan tentang hukum-hukum Islam kepada masyarakat, di samping menjadi penasihat masalah keagamaan bagi Bupati dan para pembantunya.
  • 10. Mulai tahun 1918, pemerintah hanya mengangkat seorang pejabat penghulu dalam statusnya sebagai Penghulu Landraad merangkap Penghulu Masjid. • Penghulu adalah juga Imam masjid, yang dalam menjalankan tugasnya ia dibantu oleh 40 orang yang bertugas sebagai khatib, muazin, marbot, juru tulis, syuhud (saksi), dan juru kunci. • Penghulu sebagai imam masjid itu bertugas mengimami tiap waktu salat wajib (lima waktu). Di samping itu, Penghulu juga mengurusi keuangan (kas) masjid, berbagai kegiatan pengajian, dan perayaan hari-hari besar Islam. Dana kas masjid biasa diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: biaya perkawinan, wakaf, zakat, sedekah, dan infak. • Oleh karena kedudukan penghulu di tingkat kabupatan adalah sebagai pembantu Bupati, maka tugas-tugas Bupati dalam urusan agama Islam seringkali dilimpahkan kepadanya. Penghulu seringkali dibebani tugas mengawasi bidang pendidikan agama yang diselenggarakan dan diasuh oleh para kyai atau ajengan, bahkan memobilisasi kegiatan para guru agama Islam.