SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 19
STUDI KOMPARATIF
Sastra banding atau yang sering disebut dengan literary comparative merupakan usaha
membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini tidak hanya terfokus pada
karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan
sastra banding juga bisa menggunakan teori lain sebagai alat pembandingnya. Sapardi
Djoko Damono (2005: 2) menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan
dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apa
pun dapat digunakan dalam penelitian sastra banding.
Dalam beberapa tulisan, sasta bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. (Sapardi
Djoko Damono, 2005: 2)
Menurut Remak (1990, 1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar baas-batas sebuah
negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang
lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni uir, seni binda dan seni musik), filsasfat,
sejarah, dan sains sosial (misal politik, ekonomi, sosiologi) sain, agama, dll. Ringkasnya
sastra bandingan membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan
membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan.
(Sapardi Djoko Damono, 2005: 2).
Menurut Nada (1999,9), sastra bandingan adalah suatu studi atau kajian sastra suatu
banggsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain, bagaimana
terjalin proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, apa yan telah diambil
sautu sastra, dan apa pua yan telahdisumbangkanya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4).
Nada menyebutkan bahwa yan merupaan hal penting bagi pengamat sastra itu
adalahbahwa perbedaan bahasa merupakan salah satu syarat utama bagi sastra bandingan.
Menurutnya, kajianyang hanya menyangku satu bahasa tidak dapat disebu sastra
badngingan; (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4).
Nada beranggapan bahwa karya sastra yang ditulis dalam bahsa yang sama memberikan
ciri pemikiran yang sama dan umumnya pada bangsa-bangsa yang telah menghsilkannya
karena adanya kesamaan dalam pola pikir dan cara hidup mereka dalam memandang
masalah kehidupan, oleh karena itu pada hakikatnya tidak ada perbedaan asasi antara
karya-karya tersebut. Tetapi di sisi lain ia juga mempercayai adanya perbedaan antara
sastra Inggris dan Amerika yang memiliki perbedaan baik kekayaan kosa kata, gaya
bahasa dan pola pikirnya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 5).
Sastra bandingan melampaui batas-batas bangsa dan negara untuk mendapatkan
ppemahaman ang lebih baik tentang kecenderungan dan gerakan yang terjadi di berbagai
bangsa dan negara. Khususnya mengenai sastra barat, Jan Brandt Cortius beranggapan
bahwa dengan memandang objek kajian sastra-teks, genre, gerakan, kritik-dalam
perspektif antarbangsa sastra bandingan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengetahuan kita mengenai kesusastraan. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 7).
Menurut Clements ada lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra
bandingan;
1. tema/mitos
2. genre/bentuk
3. gerakan/jaman
4. hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain, dan
5. pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus menerus berguir.
(Sapardi Djoko Damono, 2005: 7-8).
Berbeda dengan Clements, Jost (1974:33) membagi pendekatan dalam sastra bandingan
menjadi empat bidang;
1. pengaruh dan analogi
2. gerakan dan kecenderungan,
3. genre dan bentuk, dan
4. motif, tipe, dan tema (Sapardi Djoko Damono, 2005: 9).
De Zepetnek, (1998; 13) menyatakan
In principle, the disipline of Comparative Literature is in toto a method in the study of
literatue in at least two way. First, comparative literatue means th knowledge of more
than one national languge and literture, and/or it means the knowledge and applicatiion of
other disciplines in and for the study of literture and second, comparative literature has an
ideology of inclusio of the other, be that a marginal literture in its several meanings or
marginality, a genre, various text types, etc. (via Muh. Arif Rakhman, 2007: 2).
BEBERAPA TONGGAK DALAM SASTRA
BANDING:
Sebuah tawaran menuju perubahan[1]
Muh Arif Rokhman[2]
Pengantar
Ada sebuah cerita yang dapat mengilustrasikan tentang
bagaimana orang pada umumnya memandang studi sastra dalam
pengertian sehari-hari. Sekitar empat tahun yang lalu, ada seorang
mahasiswa Fakultas Sastra yang menghadiri sebuah halal bihalal yang
diadakan oleh fakultasnya. Acaranya sederhana, ada temu mahasiswa
dengan mahasiswa, mahasiswa dengan pegawai, dan mahasiswa
dengan dosen. Pada sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan
dosen, mahasiswa ini diberi kesempatan untuk bertanya. Dia
menanyakan kepada dekan fakultas itu, “Untuk apa saya belajar
sastra?” padahal dia sudah belajar selama tiga tahun di fakultas yang
bersangkutan. Ketika itu, sang dekan marah dan bahkan
menjawab,”Kalau saudara tidak ingin kuliah di sini, saya bisa
merekomendasikan saudara untuk kuliah di ABA Jurusan Inggris.”
Tentu saja forum itu gempar. Esoknya, mahasiswa tersebut menjadi
topik pembicaraan dosen-dosen di Jurusannya. Para dosen
mengatakan bahwa mahasiswa tersebut membuat malu jurusan karena
pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam itu tidak layak untuk
ditanyakan karena para mahasiswa belajar sastra. Jadi, seharusnya
mereka sudah tahu untuk apa mereka memilih jurusan itu.
Pertanyaan yang sama juga pernah muncul dari seorang
mahasiswa di jurusan yang sama. Mahasiswa ini juga bertanya pada
dosennya untuk apa belajar sastra karena sebenarnya ia ingin diterima
di Fakultas Teknik. Namun, karena ia diterima di Fakultas Sastra,
terpaksalah ia kuliah disitu.
Dua cerita itulah yang mendorong ditulisnya makalah ini. Ada yang
menggelitik sehubungan dengan “untuk apa belajar sastra?” karena
pertanyaan itu mungkin juga ditanyakan oleh hampir seluruh
mahasiswa yang kuliah di Fakultas Sastra. Di samping itu, jawaban atas
pertanyaan itu juga tidak mudah.
Makalah ini berasumsi bahwa salah satu penyebab mis-persepsi orang
pada umumnya terhadap studi sastra adalah perspektif atau cara
pandang monodisipliner yang sampai sekarang masih dipegang di
dunia pendidikan baik dari jenjang SMP, SMU, dan bahkan PT. Ketika
belajar tentang sastra di SMP dan SMU, murid-murid diberi pandangan
bahwa sastra adalah cerita. “Studi sastra” pada tingkat ini adalah
membaca dan memberi komentar. Murid-murid tidak diarahkan dengan
pertanyaan-pertanyaan kritis, misalnya, tentang “bagaimana
seandainya kamu menjadi tokoh utama dalam cerita itu?”, “apakah
peristiwa yang terjadi pada karya ini mungkin terjadi dalam hidup kita?”
Di PT, para mahasiswa selalu berasumsi bahwa studi sastra berarti
membaca karya sastra saja. Setelah itu, karya akan dilihat dari
temanya, alurnya, karakternya, dan aspek-aspek lain yang sejenis.
Perilaku “introvert” semacam inilah yang akan menghasilkan semakin
banyak salah persepsi. Penerbitan jurnal-jurnal serta kegiatan-kegiatan
ilmiah yang berusaha untuk merubah cara pandang ini kurang
signifikan, mungkin karena untuk menggempur persepsi ini butuh
kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan “menyebrang” ke “wilayah
lain”, serta tenaga yang cukup banyak yang mungkin dapat
menyebabkan “skandal” atau bahkan “keributan”. Sementara itu,
mungkin tidak banyak ilmuwan yang mampu melakukan hal tersebut.
Makalah ini akan mencoba menyodorkan usaha-usaha yang disebut
sebagai “multidisipliner” untuk merubah pandangan yang sudah
mengakar di masyarakat umum tentang studi sastra melalui Sastra
Banding. Dalam makalah ini disinggung mengenai apakah Sastra
Banding yang meliputi sejarah singkat dan beberapa prinsip yang
berkaitan. Kemudian, juga akan disinggung mengenai praktik-praktik
yang berkaitan dengan model tersebut. Diharapkan tulisan ini dapat
memberi pandangan lain tentang studi sastra yang telah dilakukan
selama ini.
Apakah Sastra Banding?
Bassnett (Bassnett, 12: 1995) menyatakan bahwa istilah Sastra
Banding (Comparative Literature) muncul pertama kali di Perancis
tahun 1816 yang diambil dari rangkaian antologi untuk pengajaran
sastra yang berjudul Cours de litterature comparee. Di Jerman, istilah
ini dipadankan dengan vergleichende Literaturgeschichte yang muncul
pada tahun 1854. Sementara itu, istilah comparative literatures muncul
di Inggris pada tahun 1848.
Pada awalnya, istilah tersebut menunjuk pada usaha untuk
melacak “pengaruh” seorang penulis dari suatu negara atau budaya
pada penulis di negara atau budaya lain. Namun, dalam
perkembangannya, terdapat kesulitan dalam mencari pengaruh tersebut
karena pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh suatu bahasa
berbeda dengan pikiran dan perasaan yang dinyatakan dengan bahasa
lain. Karena itu, pada awalnya, sastra banding hanya dilaksanakan di
Eropa (Bassnett, 20: 1995).
Sementara itu, di Amerika berkembang mazhab lain dari sastra
banding. Pada tahun 1961, Henry Remak mencoba mendefinisikan
sastra banding sebagai “the study of literature beyond the confines of
one particular country, and the study of the relationships between
literature on the one hand, and other areas of knowledge and belief,
such as the arts (e.g. painting, sculpture, architecture, music),
philosophy, history, the social sciences (e.g. politics, economics,
sociology), the sciences, religion, etc., on the other. In brief, it is the
comparison of one literature with another or others, and the comparison
of literature with other spheres of human expression” (Bassnett, 31:
1995).
Pengertian lain tentang sastra banding diajukan oleh Wellek
(Wellek and Austin, 46-48: 1978) yang mengemukakan tiga cakupan
makna. Pertama, sastra banding berarti studi yang berkaitan dengan
sastra oral, terutama tema-tema cerita rakyat (folk-tale) dan migrasinya
dan tentang bagaimana dan kapan tema-tema tersebut memasuki
sastra yang “artistik” dan “lebih tinggi”. Pengertian selanjutnya
membatasi pada studi tentang hubungan antara dua karya sastra atau
lebih. Dalam hal ini, fokus kajian lebih diarahkan pada pengaruh
seorang penulis terhadap penulis lainnya. Terakhir, sastra banding
harus dibedakan dari sastra dunia (world literature) atau sastra
universal/umum. Sastra dunia diharapkan merupakan unifikasi dari
seluruh karya sastra di dunia yang didalamnya semua karya sastra
dapat berperan. Dalam kenyataannya, hal ini berubah makna karena
sastra dunia ternyata menunjuk pada karya-karya besar Eropa, seperti
karya-karya Homer, Cervantes, Dante, Shakespeare dan Goethe.
Definisi lain ditawarkan oleh Holman (Holman, 94: 1980). Sastra
Banding didefinisikan sebagai studi karya-karya sastra dalam berbagai
bahasa dan bangsa yang berbeda dengan melihat pada pencermatan
dan analisis hubungan-hubungannya, pengaruh-pengaruh timbal
baliknya dan sifat-sifat dasarnya (natures). Beberapa ancangan
(approaches) digunakan, misalnya dalam studi terhadap bentuk-bentuk
seperti legenda, mitos, dan epik, studi tentang genre, studi tentang
pengaruh timbal balik antara sekelompok pengarang dan gerakan
(movements) dengan pengarang dan gerakan yang lain, dan studi
tentang teori kritik dan metode.
Fowler (Fowler, 34: 1987) menyatakan bahwa sastra banding
secara sistematis mengembangkan kecenderungan kaitan antar karya
dalam bahasa yang sama atau yang lain. Cara lain adalah dengan
mempelajari beberapa tema atau topik yang direalisasi dalam karya-
karya sastra dengan bahasa-bahasa yang berbeda.
Sehubungan dengan perkembangan definisi terbaru dari sastra
banding, Zepetnek (Zepetnek, 13: 1998) mencoba memberikan
sumbangan dengan merumuskan sastra banding sebagai metode
dalam studi sastra yang mengimplikasikan dua cakupan. Pertama,
sastra banding menyiratkan pengetahuan lebih dari satu bahasa dan
sastra suatu negara dan pengetahuan serta penerapan disiplin-disiplin
lain dalam dan untuk studi sastra. Kedua, sastra banding mengandung
ideologi kemencakupan Dunia Sana (inclusion of the Other). Dunia
Sana mencakup sastra marjinal dalam berbagai makna marjinalitasnya,
genrenya, berbagai jenis teksnya, dan sebagainya.
Praktik-Praktik dalam Sastra Banding
Praktik-praktik studi sastra dengan perspektif sastra banding di
luar negeri telahbanyak dilakukan. Berbagai jurnal, tulisan dan
organisasi yang mendukung gerakan ini telah muncul dalam jumlah
yang sangat banyak. Jurusan-jurusan sastra banding di berbagai
universitas di dunia, baik di Asia, Amerika maupun Eropa sudah berdiri.
Beberapa tulisan dapat disajikan dalam kesempatan ini, misalnya,
Political Shakespeare: Essays in Cultural Materialism (Dollimore
and Sinfield, 1994). Buku ini merupakan contoh praktik penerapan teori
politik dan sejarah untuk studi sastra. Psychoanalytic Literary
Criticism (Ellmann, 1994) merupakan kumpulan tulisan yang
mempraktikkan teori-teori psikologi dalam/untuk studi sastra di samping
Psychoanalytic Criticism (Wright, 1998) yang menyinggung teori-teori
psikologi Freud, pasca-Freud, Jung (archetypal criticism), object-
relations theory, struktural psikoanalisis, post-struktural psikoanalisis,
psikoanalisis dan ideologi, serta kritik psikoanalisis feminis. Kaitan
filsafat/sosiologi dengan sastra juga ditunjukkan oleh buku Postmodern
Literary Theory (Lucy, 1997) yang mulai mengaburkan batas filsafat,
sosiologi, dan sastra. Jurnal yang menggempur perspektif
monodisipliner telah lahir, antara lain Mosaic (Kanada), Language and
Literature (Inggris), Literature and Theology (Inggris) dan
Contemporary (Amerika). Organisasi yang memayungi gerakan sastra
banding dapat dilihat di Amerika dalam American Comparative
Literature Association dan Inggris pada British Comparative
Literature Association. (lihat masing-masing pada www.acla.org dan
www.swan.ac.uk/german/bcla/bcla.htm)
Penerbitan-penerbitan tersebut telah mengilhami berdirinya
Forum Sastra Banding di UGM. Forum ini telah melakukan usaha-
usaha untuk mengembangkan pendekatan interdisipliner[3] dalam studi
sastra. Beberapa makalah telah mencoba mencari kaitan antara studi
sastra dan disiplin lain, misalnya kaitan antara sastra dan antropologi,
sastra dan studi pembangunan, sastra dan agama, sastra dan sejarah,
sastra dan filsafat, sastra dan sosiologi, sastra dan politik. Forum ini
masih amat sangat muda dan mencoba merumuskan konsep sastra
banding yang sesuai dengan kebutuhan lokasi dan jaman. Salah satu
tujuan berdirinya adalah untuk mengembangkan perspektif
interdisipliner melalui sastra banding dan pada akhirnya merubah cara
pandang masyarakat pada umumnya.
Untuk Apa Belajar Sastra?
Setelah melihat berbagai paparan di atas, maka pertanyaan mahasiswa
yang diungkap pada halaman-halaman pertama makalah ini akan
dijawab. Jawaban atas pertanyaan “untuk apa belajar sastra?”
adalah “untuk belajar sastra itu sendiri dan belajar ilmu-ilmu yang
lain” karena dengan cara belajar semacam itu, para mahasiswa
sastra akan lebih dapat mencari makna karya sastra yang amat
kaya. Pada gilirannya, mereka akan melihat hidup melalui karya
sastra dan disiplin lain.
Bibliografi
Bassnett, Susan. 1995. Comparative Literature: A Critical Introduction. Oxford
and
Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd.
Dollimore, Jonathan and Alan Sinfield. 1994. Political Shakespeare: Essays in
Cultural
Materialism. Manchester: Manchester University Press.
Ellmann, Maud. (ed.) 1994. Psychoanalytic Literary Criticism. London and New
York:
Longman
Fowler, Roger. 1987. Modern Critical Terms. London: Routledge & Kegan Paul
Ltd.
Holman, C. Hugh. 1980. A Handbook to Literature. Indiana: The Bobbs_Merrill
Company, Inc.
Lucy, Niall. 1997. Postmodern Literary Theory. Oxford and Massachusets:
Blackwell
Publishers Ltd
Wellek, Rene and Austin Warren. 1978. Theory of Literature. Middlesex: Penguin
Books
Ltd.
Wright, Elizabeth. 1998. Psychoanalytic Criticism. Oxford: Polity Press.
Zepetnek, Steven Totosy de. 1998. Comparative Literature: Theory, Method,
Application. Amsterdam and Atlanta GA: Rodopi B.V.
Sastra Banding
Diposkan oleh Nahrub Difan on Kamis, 13 Januari 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra yang
mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sastrawan. Pada mulanya, dalam menciptakan karyanya seorang
sastrawan tersebut melihat, meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya baik secara
sadar atau tidak. Berlatar dari pernyataan inilah sastra bandingan perlu dikaji adanya.
Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah masyarakat
Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan
demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding-
membandingkan.
Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah
merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi
dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya
sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan
agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat kajian sastra bandingan?
2. Apa ruang lingkup kajian sastra bandingan?
3. Apa hubungan antara sastra bandingan dan sastra nasional?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui hakikat kajian sastra bandingan.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian sastra bandingan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sastra bandingan dan sastra nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sastra Bandingan
Sastra bandingan adalah suatu kajian yang mempelajari hubungan timbal balik karya sastra dari dua atau
lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa, dan terutama pengaruh karya sastra yang satu
terhadap karya sastra lain. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan
hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat
membandingankan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat satra
bandingan menurut wilayah geografis sastra.
Konsep-konsep tersebut merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas, bahkan pada
perkembangan selanjutnya konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain.
Bandingan ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan.
Dalam sastra bandingan kajian sastra dapat dilakukan dengan mengambil hanya dua karya sastra, misalnya
dua sajak, dari sastra nasional yang berbeda. Selain itu sastra bandingan mencakup pula kajian tentang
hubungan karya-karya sastra dengan berbagai bidang di luar kesusasteraan, misalnya dengan ilmu
pengetahuan, agama, dan karya-karya seni.
Dalam pengertian lain, Remak mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut: “Sastra bandingan adalah
studi sastra yang melewati batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang pengetahuan
dan kepercayaan lain.” Ringkasnya, sastra bandingan adalah perbandingan karya sastra yang satu dengan
satu atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang
lain.
Batasan-batasan yang memisahkan antara sastra dengan yang lain pada kajian perbandingan terletak pada
bahasa-bahasa. Maka perbedaan antara bahasa adalah syarat untuk membangun kajian sastra banding.
Pengaruh-pengaruh sastra yang ditulis dengan satu sama lain dan perbandingan yang terjadi antara
sastrawan satu dengan yang lain mengenai bahasa yang satu tidak pula masuk bahasan sastra banding.
Menurut Sudjiman, batasan sastra bandingan adalah telaah dan analisis kesamaan serta pertalian karya
sastra dari berbagai bahasa dan bangsa. Dari batasan tersebut dapat dipahami bahwa dasar perbandingan
adalah kesamaan dan pertalian teks. Jadi, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan atau
kelainan, disamping kesamaan dan pertalian teks.
Untuk mengetahui hakikat sastra bandingan, maka dapat dipelajari lebih lanjut mengenai sifat-sifat dari
kajian sastra bandingan sebagai berikut:
1. Kajian bersifat komparatif
Kajian ini terutama dititikberatkan pada penelaahan teks karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya
karya sastra A dengan karya sastra B,. dapat dikatakan bahwa kajian ini merupakan titik awal munculnya
sastra bandingan, oleh karena itu, kajian ini selalu dipandang sebagai bagian terpenting dalam kajian sastra
bandingan.
2. Kajian bersifat historis
Kajian yang bersifat historis ini lebih memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi
kaitan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya. Kajian ini dapat berupa, misalnya, masuknya
satu buah pikiran, aliran, teori kritik sastra ataupun genre dari satu Negara ke Negara lainnya.
3. Kajian bersifat Teoritis
Kajian yang bersifat teoritis ini menggambarkan tentang konsep, criteria, batasan, ataupun aturan-aturan
dalam berbagai bidang kesusastraan. Sebagai contoh adalh konsep-konsep mengenai berbagai aliran,
criteria jenre, teori-teori pendekatan, serta batasan-batasan yang berkaitan dengan masalah tema.
4. Kajian bersifat antar-disiplin
Sifat kajian ini sesuai dengan judulnya, tidak menelaah karya-karya sastra semata-mata, melainkan
membicarakan hubungan antara isi karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama, dan
bahkan juga karya-karya seni.
B. Ruang Lingkup Kajian Sastra Bandingan
Mencermati berbagai penjelasan yang dikemukakan berbagai pakar mengenai batasan-batasan kajian sastra
bandingan agaknya masih terlihat mengambang. Menurut madzhab Perancis karya sastra diteliti dengan
membandingkan dengan karya sastra lain atas pertimbangan dari aspek linguistik, pertukaran tema,
gagasan, feeling dan nasionalisme. Madzhab ini lebih menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra
nasionalis yang didasarkan pada aspek intrinsik. Sedangkan madzhab Amerika lebih mengedepankan
perbandingan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan antarbidang di pihak lain.
Madzhab Amerika mengkritik tolok ukur sastra nasional seperti yang dikemukakan madzhab Perancis,
bahwa sastra nasional terlalu sempit. Oleh karena itu, madzhab Amerika cenderung melihatnya sebagai
tolok ukur yang bersifat kultural. Perbedaan budaya dan bahasa sudah cukup bagi madzhab ini untuk
melaksanakan suatu perbandingan.
Pada mulanya, kajian sastra bandingan ini digunakan untuk studi sastra lisan. Seperti cerita-cerita rakyat,
legenda, dongeng, dan sebagainya. Pada proses ini, sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Dalam
penjelasan lain, sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Dalam hal
ini, masalah yang timbul adalah mengenai masalah perbandingan karya-karya sastra.
Dalam pandangan Jost, sastra bandingan dapat meliputi aspek: pengaruh, sumber ilham (acuan), proses
pengambilan ilham atau pengaruh dan tema dasar. Dalam kaitan ini ada empat kelompok kajian sastra
bandingan jika dilihat dari aspek objek garapan yaitu; Pertama, kategori yang melihat hubungan karya sastu
dengan lainnya dengan menelusuri juga kemungkinan adanya pengaruh satu karya terhadap karya yang
lain. Termasuk dalam interdispliner dalam sastra bandingan adalah filsafat, sosiologi agama dan
sebagainya. Kedua, kategori yang mengkaji tema karya sastra. Ketiga, kajian terhadap gerakan atau
kecenderungan yang menandai suatu peradaban. Keempat, analisis bentuk karya sastra (genre).
Dalam lingkup kajian demikian, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni: (1) kajian
persamaan dan (2) kajian konsep pengaruh. Kajian persamaan, tidak selau menjawab masalah; mengapa
terdapat persamaan namun juga lebih kepada apabila dua karya sastra memiliki kesamaan berarti ada hal
paralel dalam bidang tertentu.
Jika kemudian masalah kebudayaan nasional atau batas negara yang menjadi prasyarat studi sastra
bandingan, maka persoalan lain akan timbul jika dua atau lebih negara yang berbeda menggunakan bahasa
yang sama sebagai bahasa nasionalnya.
C. Hubungan Antara Sastra Bandingan dan Sastra Nasional
Dalam studi sastra, perlu dipelajari tentang perbedaan antara sastra umum, sastra bandingan, dan sastra
nasional. Dari ketiga istilah sastra ini, istilah “sastra bandingan” adalah yang paling rumit untuk dijelaskan
pengertian dan penggambarannya. Bahkan, jenis studi yang penting ini kurang sukses secara akademis.
Dalam hal ini sastra nasional berperan untuk menjaga penyampaian dan kemurnian kebudayaan nusantara
sehingga keduanya saling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kajian sastra bandingan.
Sastra bandingan digunakan oleh para ilmuwan sebagai media dalam proses kritik sastra. Pada mulanya,
sastra ini dipakai untuk studi sastra lisan. Seperti cerita-cerita rakyat, legenda, dongeng, dan sebagainya.
Pada proses ini, sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Ada yang berpendapat bahwa sastra lisan
hanya mengandung nilai-nilai budaya, adat istiadat tanpa unsur estetika. Namun, justru pendapat ini keliru.
Karena, banyak karya sastra tulisan golongan atas yang mengambil tema dari kesusastraan rakyat sehingga
meningkatkan status sosial.
Jadi, sastra bandingan bukanlah hanya menyangkut sastra lisan secara khusus. Sehingga sastra nusantara
atau sastra nasional kerap kali disebut sebagai sastra lisan dan klasik. Karena ia berasal dari tradisi-tradisi
yang menjadi budaya dalam suatu daerah tertentu.
Seperti halnya negeri-negeri di Eropa pada masa kebangkitannya yang pada dasarnya mengacu pada
mitologi Yunani serta perjanjian lama dan injil. Hal ini didukung dengan adanya karya-karya terjemahan
dari buku baru. Dalam kesusastraan Inggris terdapat sastra sejarah yang dihasilkan oleh semua masyarakat
yang pernah memiliki kerajaan, sebab salah satu fungsinya adalah untuk mencatat apa yang telah dilakukan
suatu dinasti dalam menciptakan kerajaan yang dipimpinnya. Karena cirinya sebagai alat legitimasi
kekuasaan, sastra sejarah yang panjang dan lengkap mampu menjangkau asal-usul suatu masyarakat mulai
dari zaman prasejarah sampai zaman sejarah. Dalam upaya merunut asal-usul itu sastra sejarah bisa dimulai
dengan mitologi yang menjelaskan asal-muasal suatu bangsa.
Studi sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Dalam hal ini,
masalah yang timbul adalah mengenai masalah perbandingan karya-karya sastra. Misalnya, perbandingan
karya sastra Inggris dan karya sastra Perancis. Perbandingan mengenai ketenaran, pengaruh, dan
sebagainya. Namun, hal ini pula menjadi masalah baru yakni menjadikan para ilmuwan bosan berurusan
dengan fakta, sumber dan pengaruh.
Selain perbedaan sastra bandingan dengan sastra umum, permasalahan lain yang muncul adalah mengenai
perbedaan antara sastra universal dengan sastra nasional. Sastra nasional dianggap sebagai kawasan
tertutup dibanding dengan sastra universal. Namun, pada kenyataannya sastra universal sangat berkaitan
dengan sastra nasional. Seperti ruang lingkup sastra Eropa. Sastra yang membahas kesusastraan Inggris,
Jerman, atau Perancis yang saling berkaitan mengenai sejarah, tema, bahasa dan sebagainya.
Kajian ini disamakan dengan sastra menyeluruh. Namun, Paul van Tieghem mencoba mengontraskannya.
Menurutnya, sastra umum mempelajari tentang gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional.
Sedangkan sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih. Tetapi, hal ini pun tidak
bisa diterima begitu saja. Misalnya, orang tidak dapat membandingkan kepopuleran karya sastra sejarah
yang melegenda dengan kepopuleran karya sastra umum di seluruh dunia.
Dari penjelasan ini dapat diketahui suatu keterkaitan antara sastra bandingan dan sastra nasional yang
secara umum sastra nasional dianggap sebagai lingkup yang lebih tertutup dibandingkan dengan sastra
universal. Akan tetapi antara keduanya dapat diteliti dengan menggunakan kajian sastra bandingan. Jadi,
untuk dapat menggambarkan keterkaitan dan peran sastra nasional dan sastra bandingan, perlu diketahui
sejarah sastra secara menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kajian sastra bandingan secara umum dapat diketahui melalui dua madzhab. Pertama, madzhab Perancis
yang menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasionalis yang didasarkan pada aspek intrinsik
dimana karya sastra diteliti dengan membandingkan dengan karya sastra lain atas pertimbangan dari aspek
linguistik, pertukaran tema, gagasan, feeling dan nasionalisme. Kedua, madzhab Amerika lebih
mengedepankan perbandingan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan
antarbidang di pihak lain.
Keterkaitan antara sastra bandingan dan sastra nasional yang secara umum sastra nasional dianggap sebagai
lingkup yang lebih tertutup dibandingkan dengan sastra bandingan. Sastra secara menyeluruh berarti
mempelajari tentang gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sedangkan sastra bandingan
mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA
‫مصصصصصصصر‬ ‫نهضصصصصصصة‬ .-‫المعاصصصصصصصر‬ ‫العربصصصصصصي‬ ‫البدب‬ ‫بدراسصصصصصصات‬ ‫تصصصصصصوجيه‬ ‫فصصصصصصي‬ -‫المقصصصصصصارن‬ ‫البدب‬ ‫بدور‬ .‫أينمصصصصصصي‬ ‫محمصصصصصصد‬ ,‫.هل,ل‬
B. Trisman, dkk. 2002. Antologi Esai Sastra Bandingan Dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Pusat
Bahasa DEPDIKNAS.
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa
DEPDIKNAS.
http://www.sastra-umum-sastra-bandingan-dan-sastra-nasional.com, diakses pada tanggal 23 Desember
2010.
http://www.sekilas-tentang-sastra-bandingan//catatan-sastra.com.htm,diakses pada tanggal 26 Desember
2010.
Sejarah dan Teori Sastra Bandingan
Sabtu, 30/04/2011 - 13:28 — Uman Rejo SS
• Artikel |
• Sastra Bandingan
A. Sejarah Sastra Bandingan
Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh para
pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem,
dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih
dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada
perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika,
mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra
bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1).
Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah
pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993:
1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika tidak hanya
membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan, tetapi juga
membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh
aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam praktiknya ternyata aliran
Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4).
A. Sastra Bandingan, Sastra Dunia, dan Sastra Umum
Berbicara mengenai sastra bandingan tidak bisa dilepaskan dengan pembicaraan tentang
sastra nasional, sastra umum, dan sastra dunia. Tiga pengertian sastra tersebut sering
tumpang tindih, sehingga seperti yang dikatakan oleh Wellek dan Warren (1989: 47),
studi bandingan secara akademis kurang begitu sukses. Walaupun sebenarnya merupakan
studi yang sangat penting. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan
pemahaman tentang sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra dunia.
Dalam hal ini beberapa pakar sastra telah berupaya untuk memberikan pengertian antara
sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra dunia. Meskipun masih terdapat
kekaburan, namun sedikit banyak membantu dalam pemecahan masalah.
Tentang sastra bandingan menurut Renne Wallek sebagai pendukung aliran Amerika
dijelaskan bahwa sastra bandingan pada mulanya muncul dalam studi sastra lisan,
khususnya dalam bidang sastra rakyat. Kemudian cerita rakyat ini dicari asal usulnya,
daerah penyebarannya, dan transformasinya ke sastra tulis (1989: 47-48). Sedangkan
menurut Suripan Sadi Hutomo (1993: 5) bahwa pada dasarnya sastra bandingan itu
berlandaskan sastar nasional suatu negara. Menurut Budi Darma (2004: 28), sastra
nasional yaitu sastra bangsa atau negara tertentu, misalnya sastra Brunei Darussalam,
sastra Indonesia, sastra Inggris, dan lain-lain. Sastra yang ditulis dalam bahasa nasional
dan bertema universal (Zaidan dkk, 2007: 182). Sastra yang secara umum menjadi milik
bangsa, nasional di sini adalah batas wilayah politik suatu bangsa (Endraswara, 2008:
134). Jika disimpulkan dalam hal ini pengertian sastra nasional bertumpu pada masalah
geografis.
Mencermati kutipan di atas, bagaimana halnya dengan pengertian antara sastra dunia dan
sastra umum? Sastra dunia, jika dilihat dalam kamus istilah sastra, pengertiannya ialah
sastra yang menjadi milik berbagai bangsa di dunia dan karena penyilangan gagasan yang
timbal balik, memperkaya kehidupan manusia (Sudjiman, 1986: 68). Sedangkan menurut
Hutomo (1993: 6), sastra dunia adalah sastra nasional yang diberi peluang meletakkan
dirinya dalam lingkungan sastra dunia dengan fungsi dan kriteria tertentu serta sejajar,
atau duduk sama rendah dan berdri sama tinggi, dengan sastra nasional bangsa lain di
dunia. Istilah sastra dunia, sebenarnya banyak berkaitan dengan istilah Weltliliterature
yang dikumandangkan oleh pujangga Jerman yang bernama Goethe. Konsep Goethe
lebih mengarah pada World Masterpiece atau sastra agung dunia, dan bukan karya sastra
golongan teri (Hutomo,1993: 6).
A. Objek Kajian Sastra Bandingan
Objek kajian Sastra Bandingan menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 9-11) adalah
sebagai berikut:
1. Membandingkan dua karya sastra dari dua Negara yang bahasanya benar-benar
berbeda
2. Membandingkan dari dua Negara yang berbeda dalam bahasa yang sama
3. Membandingkan karya awal seorang pengarang di Negara asalnya dengan karya
setelah berpindah kewarganegaraannya
4. Membandingkan karya seorang pengarang yang telah menjadi warga suatu
Negara tertentu dengan karya seorang pengarang dari Negara lain
5. Membandingkan karya seorang pengarang Indonesia dalam bahasa daerah dan
bahasa Indonesia
6. Membandingkan dua karya sastra dari dua orang pengarang berwarga Negara
Indonesia yang menulis dalam bahasa asing yang berbeda
7. Membandingkan karya sastra seorang pengarang yang berwarga Negara asing di
suatu Negara dengan karya pengarang dari Negara yang ditinggalinya (kedua
karya sastra ini ditulis dalam bahasa yang sama)
A. Praktik Sastra Bandingan
Pada umumnya jika kita melihat praktik sastra bandingan baik di negara Timur maupun
di negara Barat, studi sastra bandingan menurut Hutomo (1993: 11-12) melandaskan diri
pada 3 hal yaitu:
1. Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra,
misalnya unsur struktur, gaya, tema, mood (suasana yang terkandung dalam karya
sastra) dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra.
2. Tradisi, yaitu unsure yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra.
3. Pengaruh.
A. Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan
Istilah pengaruh tidak sama dengan istilah menjiplak, plagiat, dan epigon. Untuk
melaksanakan studi pengaruh, barangkali, ada baiknya jika kita menyempatkan diri
memahami teori intertekstualitas.
A. Teori Intertekstualitas
Menurut Julia Kristeva (dalam Hutomo, 1993: 13-14), teori intertekstualitas mempunyai
kaidah dan prinsip sebagai berikut:
1. Pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks
2. Studi intertekstualitas itu adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks
3. Studi intertekstualitas itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan
ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat
4. Dalam kaitan dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks itu
sebenarnya merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain
5. Dalam kaitan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan
terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk
bahasa
A. Hipogram
Hipogram adalah unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dll) yang
terdapat di dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian dijadikan model, acuan,
atau latar teks yang lahir kemudian (teks sastra yang dipengaruhinya) (Hutomo, 1993:14).
Jika menggunakan teori interteks harus memahami makna hipogram. Menurut Rifaterre
(dalam Hutomo, 1993: 14) hipogram dapat berupa:
1. Ekspansi, yakni perluasan atau pengembangan hipogram
2. Konversi, yakni berupa pemutarbalikan hipogram
3. Modifikasi, yakni manipulasi kata dan kalimat atau manipulasi tokoh dan plot
cerita
4. Ekserp , yakni intisari dari hipogram
A. Simpulan
Dari uraian pendek ini dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan sebagai ilmu
mencakup :
1. Sastra bandingan lama, yakni sastra bandingan yang menyangkut studi naskah
2. Sastra bandingan lisan, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks-teks lisan
yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu generasi kegenerasi, dan dari
satu tempat ke tempat lain.
3. Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks sastra
modern
Antara ketiga pembagian sastra tersebut, teori dan metode yang dipergunakan dapat
saling meminjam metode dan teknik penganalisisannya.
Wringinanom, 5 April 2011
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan: Pengantar Ringkas. Jakarta: Editum
Kompleks Dosen UI.
Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan.
Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.
Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan.
Surabaya: Gaya Masa.
Wellek, Rena dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diterjemahkan Melani
Budianta). Jakarta: PT Gramedia.
Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)
Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)
Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)Vivi Silvia
 
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademikCoral Reef
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Inunks Peihhcc
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Perbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan SastraPerbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan SastraDermawan Jaqee
 
Penyuntingan naskah karangan
Penyuntingan naskah karanganPenyuntingan naskah karangan
Penyuntingan naskah karangannoval Sidik
 
Modul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra IndonesiaModul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra IndonesiaInunks Peihhcc
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifUniversitas Negeri Semarang
 
Teori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiTeori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiLaila Purnamasari
 
Prosa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaProsa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaIfwhar Yuhono
 

Mais procurados (20)

Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)
Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)
Unsur intrinsik puisi, prosa, drama (Bahasa Indonesia)
 
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
6. teori kritik sastra indonesia modern pada periode kritik sastra akademik
 
Teks ulasan kel 8
Teks ulasan kel 8Teks ulasan kel 8
Teks ulasan kel 8
 
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
Ringkasan buku pengkajian puisi (RACHMAT DJOKO PRADOPO)
 
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIKTINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Fonemik
FonemikFonemik
Fonemik
 
Makalah sejarah retorika
Makalah sejarah retorikaMakalah sejarah retorika
Makalah sejarah retorika
 
DIGLOSIA
DIGLOSIADIGLOSIA
DIGLOSIA
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Perbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan SastraPerbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan Sastra
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Penyuntingan naskah karangan
Penyuntingan naskah karanganPenyuntingan naskah karangan
Penyuntingan naskah karangan
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Periodisasi sejarah sastra indonesia
Periodisasi sejarah sastra indonesiaPeriodisasi sejarah sastra indonesia
Periodisasi sejarah sastra indonesia
 
Modul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra IndonesiaModul sejarah sastra Indonesia
Modul sejarah sastra Indonesia
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
 
Teori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiTeori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksi
 
Prosa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaProsa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan Drama
 

Destaque

Laporan Baca Sastra Bandingan
Laporan Baca Sastra BandinganLaporan Baca Sastra Bandingan
Laporan Baca Sastra Bandinganginaaginati
 
New historicism aliran sastra
New historicism aliran sastraNew historicism aliran sastra
New historicism aliran sastraKhoirun Nif'an
 
Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02
Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02
Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02Hafizah Hardilla
 
Kajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastraKajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastraMuhammad Haq
 
Bahasa indonesia kelompok 1 majas
Bahasa indonesia kelompok 1 majasBahasa indonesia kelompok 1 majas
Bahasa indonesia kelompok 1 majasKhoirun Nif'an
 
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Raden Mas Fatah
 
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunChurifiani Eva
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikanAnita Rahman
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanFirdika Arini
 
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisContoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisPungki Ariefin
 
UN decade of Action for Road Safety
UN decade of Action for Road SafetyUN decade of Action for Road Safety
UN decade of Action for Road SafetyPODIS Ltd
 
Making workflow implementation easy with CQRS
Making workflow implementation easy with CQRSMaking workflow implementation easy with CQRS
Making workflow implementation easy with CQRSParticular Software
 

Destaque (18)

Laporan Baca Sastra Bandingan
Laporan Baca Sastra BandinganLaporan Baca Sastra Bandingan
Laporan Baca Sastra Bandingan
 
New historicism aliran sastra
New historicism aliran sastraNew historicism aliran sastra
New historicism aliran sastra
 
Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02
Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02
Soalbahasaindonesiakelasxukk 141014100540-conversion-gate02
 
Karya ilmiah 1
Karya ilmiah 1Karya ilmiah 1
Karya ilmiah 1
 
Kajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastraKajian bahasa dan sastra
Kajian bahasa dan sastra
 
Bahasa indonesia kelompok 1 majas
Bahasa indonesia kelompok 1 majasBahasa indonesia kelompok 1 majas
Bahasa indonesia kelompok 1 majas
 
Psikologi sastra
Psikologi sastraPsikologi sastra
Psikologi sastra
 
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
 
Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan egoMekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego
 
aliran teori sastra
aliran teori sastraaliran teori sastra
aliran teori sastra
 
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikan
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
 
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisContoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggris
 
UN decade of Action for Road Safety
UN decade of Action for Road SafetyUN decade of Action for Road Safety
UN decade of Action for Road Safety
 
Il turismo nello scenario internazionale
Il turismo nello scenario internazionaleIl turismo nello scenario internazionale
Il turismo nello scenario internazionale
 
Making workflow implementation easy with CQRS
Making workflow implementation easy with CQRSMaking workflow implementation easy with CQRS
Making workflow implementation easy with CQRS
 

Semelhante a Sastra banding

Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraNisha Komik
 
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptxAfinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptxDinaAngreani
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahWildan Insan Fauzi
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahwifauzi
 
Makalah tentangsastra
Makalah tentangsastraMakalah tentangsastra
Makalah tentangsastraMustain Doang
 
FORMALISME RUSIA.pptx
FORMALISME RUSIA.pptxFORMALISME RUSIA.pptx
FORMALISME RUSIA.pptxmella63
 
pengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastrapengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastraRico Aprisa
 
Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)Nuril anwar
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptTiaBronte
 
PPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptx
PPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptxPPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptx
PPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptxIstiqomahHM
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newNancy Rothstein
 
7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern
7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern
7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modernCoral Reef
 

Semelhante a Sastra banding (20)

Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
 
Buku ajar puisi
Buku ajar puisiBuku ajar puisi
Buku ajar puisi
 
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptxAfinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
Afinitas, tradisi dan pengaruh dalam sastra banding.pptx
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Makalah tentangsastra
Makalah tentangsastraMakalah tentangsastra
Makalah tentangsastra
 
FORMALISME RUSIA.pptx
FORMALISME RUSIA.pptxFORMALISME RUSIA.pptx
FORMALISME RUSIA.pptx
 
A310060126
A310060126A310060126
A310060126
 
SOSIOSASTRA.ppt
SOSIOSASTRA.pptSOSIOSASTRA.ppt
SOSIOSASTRA.ppt
 
pengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastrapengantar pengkajian sastra
pengantar pengkajian sastra
 
Tugas kritik sastra
Tugas kritik sastraTugas kritik sastra
Tugas kritik sastra
 
Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
PPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptx
PPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptxPPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptx
PPT ISU MUTAKHIR SASTRA.pptx
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta new
 
7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern
7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern
7. kritik terapan dalam krititik sastra indonesia modern
 

Sastra banding

  • 1. STUDI KOMPARATIF Sastra banding atau yang sering disebut dengan literary comparative merupakan usaha membandingkan dua karya sastra. Dalam perbandingan ini tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi juga aspek-aspek yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Bahkan sastra banding juga bisa menggunakan teori lain sebagai alat pembandingnya. Sapardi Djoko Damono (2005: 2) menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apa pun dapat digunakan dalam penelitian sastra banding. Dalam beberapa tulisan, sasta bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 2) Menurut Remak (1990, 1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar baas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni uir, seni binda dan seni musik), filsasfat, sejarah, dan sains sosial (misal politik, ekonomi, sosiologi) sain, agama, dll. Ringkasnya sastra bandingan membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 2). Menurut Nada (1999,9), sastra bandingan adalah suatu studi atau kajian sastra suatu banggsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain, bagaimana terjalin proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, apa yan telah diambil sautu sastra, dan apa pua yan telahdisumbangkanya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4). Nada menyebutkan bahwa yan merupaan hal penting bagi pengamat sastra itu adalahbahwa perbedaan bahasa merupakan salah satu syarat utama bagi sastra bandingan. Menurutnya, kajianyang hanya menyangku satu bahasa tidak dapat disebu sastra badngingan; (Sapardi Djoko Damono, 2005: 4). Nada beranggapan bahwa karya sastra yang ditulis dalam bahsa yang sama memberikan ciri pemikiran yang sama dan umumnya pada bangsa-bangsa yang telah menghsilkannya karena adanya kesamaan dalam pola pikir dan cara hidup mereka dalam memandang masalah kehidupan, oleh karena itu pada hakikatnya tidak ada perbedaan asasi antara karya-karya tersebut. Tetapi di sisi lain ia juga mempercayai adanya perbedaan antara sastra Inggris dan Amerika yang memiliki perbedaan baik kekayaan kosa kata, gaya bahasa dan pola pikirnya. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 5). Sastra bandingan melampaui batas-batas bangsa dan negara untuk mendapatkan ppemahaman ang lebih baik tentang kecenderungan dan gerakan yang terjadi di berbagai bangsa dan negara. Khususnya mengenai sastra barat, Jan Brandt Cortius beranggapan bahwa dengan memandang objek kajian sastra-teks, genre, gerakan, kritik-dalam perspektif antarbangsa sastra bandingan dapat memberikan sumbangan terhadap pengetahuan kita mengenai kesusastraan. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 7).
  • 2. Menurut Clements ada lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra bandingan; 1. tema/mitos 2. genre/bentuk 3. gerakan/jaman 4. hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain, dan 5. pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus menerus berguir. (Sapardi Djoko Damono, 2005: 7-8). Berbeda dengan Clements, Jost (1974:33) membagi pendekatan dalam sastra bandingan menjadi empat bidang; 1. pengaruh dan analogi 2. gerakan dan kecenderungan, 3. genre dan bentuk, dan 4. motif, tipe, dan tema (Sapardi Djoko Damono, 2005: 9). De Zepetnek, (1998; 13) menyatakan In principle, the disipline of Comparative Literature is in toto a method in the study of literatue in at least two way. First, comparative literatue means th knowledge of more than one national languge and literture, and/or it means the knowledge and applicatiion of other disciplines in and for the study of literture and second, comparative literature has an ideology of inclusio of the other, be that a marginal literture in its several meanings or marginality, a genre, various text types, etc. (via Muh. Arif Rakhman, 2007: 2).
  • 3. BEBERAPA TONGGAK DALAM SASTRA BANDING: Sebuah tawaran menuju perubahan[1] Muh Arif Rokhman[2] Pengantar Ada sebuah cerita yang dapat mengilustrasikan tentang bagaimana orang pada umumnya memandang studi sastra dalam pengertian sehari-hari. Sekitar empat tahun yang lalu, ada seorang mahasiswa Fakultas Sastra yang menghadiri sebuah halal bihalal yang diadakan oleh fakultasnya. Acaranya sederhana, ada temu mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan pegawai, dan mahasiswa dengan dosen. Pada sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan dosen, mahasiswa ini diberi kesempatan untuk bertanya. Dia menanyakan kepada dekan fakultas itu, “Untuk apa saya belajar sastra?” padahal dia sudah belajar selama tiga tahun di fakultas yang bersangkutan. Ketika itu, sang dekan marah dan bahkan menjawab,”Kalau saudara tidak ingin kuliah di sini, saya bisa merekomendasikan saudara untuk kuliah di ABA Jurusan Inggris.” Tentu saja forum itu gempar. Esoknya, mahasiswa tersebut menjadi topik pembicaraan dosen-dosen di Jurusannya. Para dosen mengatakan bahwa mahasiswa tersebut membuat malu jurusan karena pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam itu tidak layak untuk ditanyakan karena para mahasiswa belajar sastra. Jadi, seharusnya mereka sudah tahu untuk apa mereka memilih jurusan itu.
  • 4. Pertanyaan yang sama juga pernah muncul dari seorang mahasiswa di jurusan yang sama. Mahasiswa ini juga bertanya pada dosennya untuk apa belajar sastra karena sebenarnya ia ingin diterima di Fakultas Teknik. Namun, karena ia diterima di Fakultas Sastra, terpaksalah ia kuliah disitu. Dua cerita itulah yang mendorong ditulisnya makalah ini. Ada yang menggelitik sehubungan dengan “untuk apa belajar sastra?” karena pertanyaan itu mungkin juga ditanyakan oleh hampir seluruh mahasiswa yang kuliah di Fakultas Sastra. Di samping itu, jawaban atas pertanyaan itu juga tidak mudah. Makalah ini berasumsi bahwa salah satu penyebab mis-persepsi orang pada umumnya terhadap studi sastra adalah perspektif atau cara pandang monodisipliner yang sampai sekarang masih dipegang di dunia pendidikan baik dari jenjang SMP, SMU, dan bahkan PT. Ketika belajar tentang sastra di SMP dan SMU, murid-murid diberi pandangan bahwa sastra adalah cerita. “Studi sastra” pada tingkat ini adalah membaca dan memberi komentar. Murid-murid tidak diarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, misalnya, tentang “bagaimana seandainya kamu menjadi tokoh utama dalam cerita itu?”, “apakah peristiwa yang terjadi pada karya ini mungkin terjadi dalam hidup kita?” Di PT, para mahasiswa selalu berasumsi bahwa studi sastra berarti membaca karya sastra saja. Setelah itu, karya akan dilihat dari temanya, alurnya, karakternya, dan aspek-aspek lain yang sejenis. Perilaku “introvert” semacam inilah yang akan menghasilkan semakin banyak salah persepsi. Penerbitan jurnal-jurnal serta kegiatan-kegiatan ilmiah yang berusaha untuk merubah cara pandang ini kurang signifikan, mungkin karena untuk menggempur persepsi ini butuh kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan “menyebrang” ke “wilayah lain”, serta tenaga yang cukup banyak yang mungkin dapat menyebabkan “skandal” atau bahkan “keributan”. Sementara itu, mungkin tidak banyak ilmuwan yang mampu melakukan hal tersebut. Makalah ini akan mencoba menyodorkan usaha-usaha yang disebut sebagai “multidisipliner” untuk merubah pandangan yang sudah mengakar di masyarakat umum tentang studi sastra melalui Sastra Banding. Dalam makalah ini disinggung mengenai apakah Sastra Banding yang meliputi sejarah singkat dan beberapa prinsip yang
  • 5. berkaitan. Kemudian, juga akan disinggung mengenai praktik-praktik yang berkaitan dengan model tersebut. Diharapkan tulisan ini dapat memberi pandangan lain tentang studi sastra yang telah dilakukan selama ini. Apakah Sastra Banding? Bassnett (Bassnett, 12: 1995) menyatakan bahwa istilah Sastra Banding (Comparative Literature) muncul pertama kali di Perancis tahun 1816 yang diambil dari rangkaian antologi untuk pengajaran sastra yang berjudul Cours de litterature comparee. Di Jerman, istilah ini dipadankan dengan vergleichende Literaturgeschichte yang muncul pada tahun 1854. Sementara itu, istilah comparative literatures muncul di Inggris pada tahun 1848. Pada awalnya, istilah tersebut menunjuk pada usaha untuk melacak “pengaruh” seorang penulis dari suatu negara atau budaya pada penulis di negara atau budaya lain. Namun, dalam perkembangannya, terdapat kesulitan dalam mencari pengaruh tersebut karena pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh suatu bahasa berbeda dengan pikiran dan perasaan yang dinyatakan dengan bahasa lain. Karena itu, pada awalnya, sastra banding hanya dilaksanakan di Eropa (Bassnett, 20: 1995). Sementara itu, di Amerika berkembang mazhab lain dari sastra banding. Pada tahun 1961, Henry Remak mencoba mendefinisikan sastra banding sebagai “the study of literature beyond the confines of one particular country, and the study of the relationships between literature on the one hand, and other areas of knowledge and belief, such as the arts (e.g. painting, sculpture, architecture, music), philosophy, history, the social sciences (e.g. politics, economics, sociology), the sciences, religion, etc., on the other. In brief, it is the comparison of one literature with another or others, and the comparison
  • 6. of literature with other spheres of human expression” (Bassnett, 31: 1995). Pengertian lain tentang sastra banding diajukan oleh Wellek (Wellek and Austin, 46-48: 1978) yang mengemukakan tiga cakupan makna. Pertama, sastra banding berarti studi yang berkaitan dengan sastra oral, terutama tema-tema cerita rakyat (folk-tale) dan migrasinya dan tentang bagaimana dan kapan tema-tema tersebut memasuki sastra yang “artistik” dan “lebih tinggi”. Pengertian selanjutnya membatasi pada studi tentang hubungan antara dua karya sastra atau lebih. Dalam hal ini, fokus kajian lebih diarahkan pada pengaruh seorang penulis terhadap penulis lainnya. Terakhir, sastra banding harus dibedakan dari sastra dunia (world literature) atau sastra universal/umum. Sastra dunia diharapkan merupakan unifikasi dari seluruh karya sastra di dunia yang didalamnya semua karya sastra dapat berperan. Dalam kenyataannya, hal ini berubah makna karena sastra dunia ternyata menunjuk pada karya-karya besar Eropa, seperti karya-karya Homer, Cervantes, Dante, Shakespeare dan Goethe. Definisi lain ditawarkan oleh Holman (Holman, 94: 1980). Sastra Banding didefinisikan sebagai studi karya-karya sastra dalam berbagai bahasa dan bangsa yang berbeda dengan melihat pada pencermatan dan analisis hubungan-hubungannya, pengaruh-pengaruh timbal baliknya dan sifat-sifat dasarnya (natures). Beberapa ancangan (approaches) digunakan, misalnya dalam studi terhadap bentuk-bentuk seperti legenda, mitos, dan epik, studi tentang genre, studi tentang pengaruh timbal balik antara sekelompok pengarang dan gerakan (movements) dengan pengarang dan gerakan yang lain, dan studi tentang teori kritik dan metode.
  • 7. Fowler (Fowler, 34: 1987) menyatakan bahwa sastra banding secara sistematis mengembangkan kecenderungan kaitan antar karya dalam bahasa yang sama atau yang lain. Cara lain adalah dengan mempelajari beberapa tema atau topik yang direalisasi dalam karya- karya sastra dengan bahasa-bahasa yang berbeda. Sehubungan dengan perkembangan definisi terbaru dari sastra banding, Zepetnek (Zepetnek, 13: 1998) mencoba memberikan sumbangan dengan merumuskan sastra banding sebagai metode dalam studi sastra yang mengimplikasikan dua cakupan. Pertama, sastra banding menyiratkan pengetahuan lebih dari satu bahasa dan sastra suatu negara dan pengetahuan serta penerapan disiplin-disiplin lain dalam dan untuk studi sastra. Kedua, sastra banding mengandung ideologi kemencakupan Dunia Sana (inclusion of the Other). Dunia Sana mencakup sastra marjinal dalam berbagai makna marjinalitasnya, genrenya, berbagai jenis teksnya, dan sebagainya. Praktik-Praktik dalam Sastra Banding Praktik-praktik studi sastra dengan perspektif sastra banding di luar negeri telahbanyak dilakukan. Berbagai jurnal, tulisan dan organisasi yang mendukung gerakan ini telah muncul dalam jumlah yang sangat banyak. Jurusan-jurusan sastra banding di berbagai universitas di dunia, baik di Asia, Amerika maupun Eropa sudah berdiri. Beberapa tulisan dapat disajikan dalam kesempatan ini, misalnya, Political Shakespeare: Essays in Cultural Materialism (Dollimore and Sinfield, 1994). Buku ini merupakan contoh praktik penerapan teori politik dan sejarah untuk studi sastra. Psychoanalytic Literary
  • 8. Criticism (Ellmann, 1994) merupakan kumpulan tulisan yang mempraktikkan teori-teori psikologi dalam/untuk studi sastra di samping Psychoanalytic Criticism (Wright, 1998) yang menyinggung teori-teori psikologi Freud, pasca-Freud, Jung (archetypal criticism), object- relations theory, struktural psikoanalisis, post-struktural psikoanalisis, psikoanalisis dan ideologi, serta kritik psikoanalisis feminis. Kaitan filsafat/sosiologi dengan sastra juga ditunjukkan oleh buku Postmodern Literary Theory (Lucy, 1997) yang mulai mengaburkan batas filsafat, sosiologi, dan sastra. Jurnal yang menggempur perspektif monodisipliner telah lahir, antara lain Mosaic (Kanada), Language and Literature (Inggris), Literature and Theology (Inggris) dan Contemporary (Amerika). Organisasi yang memayungi gerakan sastra banding dapat dilihat di Amerika dalam American Comparative Literature Association dan Inggris pada British Comparative Literature Association. (lihat masing-masing pada www.acla.org dan www.swan.ac.uk/german/bcla/bcla.htm) Penerbitan-penerbitan tersebut telah mengilhami berdirinya Forum Sastra Banding di UGM. Forum ini telah melakukan usaha- usaha untuk mengembangkan pendekatan interdisipliner[3] dalam studi sastra. Beberapa makalah telah mencoba mencari kaitan antara studi sastra dan disiplin lain, misalnya kaitan antara sastra dan antropologi, sastra dan studi pembangunan, sastra dan agama, sastra dan sejarah, sastra dan filsafat, sastra dan sosiologi, sastra dan politik. Forum ini masih amat sangat muda dan mencoba merumuskan konsep sastra banding yang sesuai dengan kebutuhan lokasi dan jaman. Salah satu tujuan berdirinya adalah untuk mengembangkan perspektif
  • 9. interdisipliner melalui sastra banding dan pada akhirnya merubah cara pandang masyarakat pada umumnya. Untuk Apa Belajar Sastra? Setelah melihat berbagai paparan di atas, maka pertanyaan mahasiswa yang diungkap pada halaman-halaman pertama makalah ini akan dijawab. Jawaban atas pertanyaan “untuk apa belajar sastra?” adalah “untuk belajar sastra itu sendiri dan belajar ilmu-ilmu yang lain” karena dengan cara belajar semacam itu, para mahasiswa sastra akan lebih dapat mencari makna karya sastra yang amat kaya. Pada gilirannya, mereka akan melihat hidup melalui karya sastra dan disiplin lain. Bibliografi Bassnett, Susan. 1995. Comparative Literature: A Critical Introduction. Oxford and Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd. Dollimore, Jonathan and Alan Sinfield. 1994. Political Shakespeare: Essays in Cultural Materialism. Manchester: Manchester University Press. Ellmann, Maud. (ed.) 1994. Psychoanalytic Literary Criticism. London and New York: Longman Fowler, Roger. 1987. Modern Critical Terms. London: Routledge & Kegan Paul Ltd. Holman, C. Hugh. 1980. A Handbook to Literature. Indiana: The Bobbs_Merrill Company, Inc.
  • 10. Lucy, Niall. 1997. Postmodern Literary Theory. Oxford and Massachusets: Blackwell Publishers Ltd Wellek, Rene and Austin Warren. 1978. Theory of Literature. Middlesex: Penguin Books Ltd. Wright, Elizabeth. 1998. Psychoanalytic Criticism. Oxford: Polity Press. Zepetnek, Steven Totosy de. 1998. Comparative Literature: Theory, Method, Application. Amsterdam and Atlanta GA: Rodopi B.V.
  • 11. Sastra Banding Diposkan oleh Nahrub Difan on Kamis, 13 Januari 2011 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-karya sastra yang mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sastrawan. Pada mulanya, dalam menciptakan karyanya seorang sastrawan tersebut melihat, meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya baik secara sadar atau tidak. Berlatar dari pernyataan inilah sastra bandingan perlu dikaji adanya. Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer di kancah ilmiah masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, uraian yang digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding- membandingkan. Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan sejarah ataupun yang lainnya adalah merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam karya sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya sastra perlu dibanding-bandingkan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya. B. Rumusan Masalah 1. Apa hakikat kajian sastra bandingan? 2. Apa ruang lingkup kajian sastra bandingan? 3. Apa hubungan antara sastra bandingan dan sastra nasional? C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk mengetahui hakikat kajian sastra bandingan. 2. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian sastra bandingan. 3. Untuk mengetahui hubungan antara sastra bandingan dan sastra nasional. BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Sastra Bandingan Sastra bandingan adalah suatu kajian yang mempelajari hubungan timbal balik karya sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa, dan terutama pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya sastra lain. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingankan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat satra bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep-konsep tersebut merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup luas, bahkan pada perkembangan selanjutnya konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan. Dalam sastra bandingan kajian sastra dapat dilakukan dengan mengambil hanya dua karya sastra, misalnya dua sajak, dari sastra nasional yang berbeda. Selain itu sastra bandingan mencakup pula kajian tentang hubungan karya-karya sastra dengan berbagai bidang di luar kesusasteraan, misalnya dengan ilmu pengetahuan, agama, dan karya-karya seni. Dalam pengertian lain, Remak mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut: “Sastra bandingan adalah
  • 12. studi sastra yang melewati batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang pengetahuan dan kepercayaan lain.” Ringkasnya, sastra bandingan adalah perbandingan karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain. Batasan-batasan yang memisahkan antara sastra dengan yang lain pada kajian perbandingan terletak pada bahasa-bahasa. Maka perbedaan antara bahasa adalah syarat untuk membangun kajian sastra banding. Pengaruh-pengaruh sastra yang ditulis dengan satu sama lain dan perbandingan yang terjadi antara sastrawan satu dengan yang lain mengenai bahasa yang satu tidak pula masuk bahasan sastra banding. Menurut Sudjiman, batasan sastra bandingan adalah telaah dan analisis kesamaan serta pertalian karya sastra dari berbagai bahasa dan bangsa. Dari batasan tersebut dapat dipahami bahwa dasar perbandingan adalah kesamaan dan pertalian teks. Jadi, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan atau kelainan, disamping kesamaan dan pertalian teks. Untuk mengetahui hakikat sastra bandingan, maka dapat dipelajari lebih lanjut mengenai sifat-sifat dari kajian sastra bandingan sebagai berikut: 1. Kajian bersifat komparatif Kajian ini terutama dititikberatkan pada penelaahan teks karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan karya sastra B,. dapat dikatakan bahwa kajian ini merupakan titik awal munculnya sastra bandingan, oleh karena itu, kajian ini selalu dipandang sebagai bagian terpenting dalam kajian sastra bandingan. 2. Kajian bersifat historis Kajian yang bersifat historis ini lebih memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi kaitan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya. Kajian ini dapat berupa, misalnya, masuknya satu buah pikiran, aliran, teori kritik sastra ataupun genre dari satu Negara ke Negara lainnya. 3. Kajian bersifat Teoritis Kajian yang bersifat teoritis ini menggambarkan tentang konsep, criteria, batasan, ataupun aturan-aturan dalam berbagai bidang kesusastraan. Sebagai contoh adalh konsep-konsep mengenai berbagai aliran, criteria jenre, teori-teori pendekatan, serta batasan-batasan yang berkaitan dengan masalah tema. 4. Kajian bersifat antar-disiplin Sifat kajian ini sesuai dengan judulnya, tidak menelaah karya-karya sastra semata-mata, melainkan membicarakan hubungan antara isi karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama, dan bahkan juga karya-karya seni. B. Ruang Lingkup Kajian Sastra Bandingan Mencermati berbagai penjelasan yang dikemukakan berbagai pakar mengenai batasan-batasan kajian sastra bandingan agaknya masih terlihat mengambang. Menurut madzhab Perancis karya sastra diteliti dengan membandingkan dengan karya sastra lain atas pertimbangan dari aspek linguistik, pertukaran tema, gagasan, feeling dan nasionalisme. Madzhab ini lebih menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasionalis yang didasarkan pada aspek intrinsik. Sedangkan madzhab Amerika lebih mengedepankan perbandingan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan antarbidang di pihak lain. Madzhab Amerika mengkritik tolok ukur sastra nasional seperti yang dikemukakan madzhab Perancis, bahwa sastra nasional terlalu sempit. Oleh karena itu, madzhab Amerika cenderung melihatnya sebagai tolok ukur yang bersifat kultural. Perbedaan budaya dan bahasa sudah cukup bagi madzhab ini untuk melaksanakan suatu perbandingan. Pada mulanya, kajian sastra bandingan ini digunakan untuk studi sastra lisan. Seperti cerita-cerita rakyat, legenda, dongeng, dan sebagainya. Pada proses ini, sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Dalam penjelasan lain, sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Dalam hal ini, masalah yang timbul adalah mengenai masalah perbandingan karya-karya sastra. Dalam pandangan Jost, sastra bandingan dapat meliputi aspek: pengaruh, sumber ilham (acuan), proses pengambilan ilham atau pengaruh dan tema dasar. Dalam kaitan ini ada empat kelompok kajian sastra bandingan jika dilihat dari aspek objek garapan yaitu; Pertama, kategori yang melihat hubungan karya sastu dengan lainnya dengan menelusuri juga kemungkinan adanya pengaruh satu karya terhadap karya yang lain. Termasuk dalam interdispliner dalam sastra bandingan adalah filsafat, sosiologi agama dan sebagainya. Kedua, kategori yang mengkaji tema karya sastra. Ketiga, kajian terhadap gerakan atau kecenderungan yang menandai suatu peradaban. Keempat, analisis bentuk karya sastra (genre). Dalam lingkup kajian demikian, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni: (1) kajian persamaan dan (2) kajian konsep pengaruh. Kajian persamaan, tidak selau menjawab masalah; mengapa terdapat persamaan namun juga lebih kepada apabila dua karya sastra memiliki kesamaan berarti ada hal
  • 13. paralel dalam bidang tertentu. Jika kemudian masalah kebudayaan nasional atau batas negara yang menjadi prasyarat studi sastra bandingan, maka persoalan lain akan timbul jika dua atau lebih negara yang berbeda menggunakan bahasa yang sama sebagai bahasa nasionalnya. C. Hubungan Antara Sastra Bandingan dan Sastra Nasional Dalam studi sastra, perlu dipelajari tentang perbedaan antara sastra umum, sastra bandingan, dan sastra nasional. Dari ketiga istilah sastra ini, istilah “sastra bandingan” adalah yang paling rumit untuk dijelaskan pengertian dan penggambarannya. Bahkan, jenis studi yang penting ini kurang sukses secara akademis. Dalam hal ini sastra nasional berperan untuk menjaga penyampaian dan kemurnian kebudayaan nusantara sehingga keduanya saling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kajian sastra bandingan. Sastra bandingan digunakan oleh para ilmuwan sebagai media dalam proses kritik sastra. Pada mulanya, sastra ini dipakai untuk studi sastra lisan. Seperti cerita-cerita rakyat, legenda, dongeng, dan sebagainya. Pada proses ini, sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulisan. Ada yang berpendapat bahwa sastra lisan hanya mengandung nilai-nilai budaya, adat istiadat tanpa unsur estetika. Namun, justru pendapat ini keliru. Karena, banyak karya sastra tulisan golongan atas yang mengambil tema dari kesusastraan rakyat sehingga meningkatkan status sosial. Jadi, sastra bandingan bukanlah hanya menyangkut sastra lisan secara khusus. Sehingga sastra nusantara atau sastra nasional kerap kali disebut sebagai sastra lisan dan klasik. Karena ia berasal dari tradisi-tradisi yang menjadi budaya dalam suatu daerah tertentu. Seperti halnya negeri-negeri di Eropa pada masa kebangkitannya yang pada dasarnya mengacu pada mitologi Yunani serta perjanjian lama dan injil. Hal ini didukung dengan adanya karya-karya terjemahan dari buku baru. Dalam kesusastraan Inggris terdapat sastra sejarah yang dihasilkan oleh semua masyarakat yang pernah memiliki kerajaan, sebab salah satu fungsinya adalah untuk mencatat apa yang telah dilakukan suatu dinasti dalam menciptakan kerajaan yang dipimpinnya. Karena cirinya sebagai alat legitimasi kekuasaan, sastra sejarah yang panjang dan lengkap mampu menjangkau asal-usul suatu masyarakat mulai dari zaman prasejarah sampai zaman sejarah. Dalam upaya merunut asal-usul itu sastra sejarah bisa dimulai dengan mitologi yang menjelaskan asal-muasal suatu bangsa. Studi sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Dalam hal ini, masalah yang timbul adalah mengenai masalah perbandingan karya-karya sastra. Misalnya, perbandingan karya sastra Inggris dan karya sastra Perancis. Perbandingan mengenai ketenaran, pengaruh, dan sebagainya. Namun, hal ini pula menjadi masalah baru yakni menjadikan para ilmuwan bosan berurusan dengan fakta, sumber dan pengaruh. Selain perbedaan sastra bandingan dengan sastra umum, permasalahan lain yang muncul adalah mengenai perbedaan antara sastra universal dengan sastra nasional. Sastra nasional dianggap sebagai kawasan tertutup dibanding dengan sastra universal. Namun, pada kenyataannya sastra universal sangat berkaitan dengan sastra nasional. Seperti ruang lingkup sastra Eropa. Sastra yang membahas kesusastraan Inggris, Jerman, atau Perancis yang saling berkaitan mengenai sejarah, tema, bahasa dan sebagainya. Kajian ini disamakan dengan sastra menyeluruh. Namun, Paul van Tieghem mencoba mengontraskannya. Menurutnya, sastra umum mempelajari tentang gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sedangkan sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih. Tetapi, hal ini pun tidak bisa diterima begitu saja. Misalnya, orang tidak dapat membandingkan kepopuleran karya sastra sejarah yang melegenda dengan kepopuleran karya sastra umum di seluruh dunia. Dari penjelasan ini dapat diketahui suatu keterkaitan antara sastra bandingan dan sastra nasional yang secara umum sastra nasional dianggap sebagai lingkup yang lebih tertutup dibandingkan dengan sastra universal. Akan tetapi antara keduanya dapat diteliti dengan menggunakan kajian sastra bandingan. Jadi, untuk dapat menggambarkan keterkaitan dan peran sastra nasional dan sastra bandingan, perlu diketahui sejarah sastra secara menyeluruh. BAB III PENUTUP
  • 14. A. KESIMPULAN Kajian sastra bandingan secara umum dapat diketahui melalui dua madzhab. Pertama, madzhab Perancis yang menekankan pada perbandingan sastra dengan sastra nasionalis yang didasarkan pada aspek intrinsik dimana karya sastra diteliti dengan membandingkan dengan karya sastra lain atas pertimbangan dari aspek linguistik, pertukaran tema, gagasan, feeling dan nasionalisme. Kedua, madzhab Amerika lebih mengedepankan perbandingan karya sastra antarnegara, bangsa di satu pihak dan studi bandingan antarbidang di pihak lain. Keterkaitan antara sastra bandingan dan sastra nasional yang secara umum sastra nasional dianggap sebagai lingkup yang lebih tertutup dibandingkan dengan sastra bandingan. Sastra secara menyeluruh berarti mempelajari tentang gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sedangkan sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih. DAFTAR PUSTAKA ‫مصصصصصصصر‬ ‫نهضصصصصصصة‬ .-‫المعاصصصصصصصر‬ ‫العربصصصصصصي‬ ‫البدب‬ ‫بدراسصصصصصصات‬ ‫تصصصصصصوجيه‬ ‫فصصصصصصي‬ -‫المقصصصصصصارن‬ ‫البدب‬ ‫بدور‬ .‫أينمصصصصصصي‬ ‫محمصصصصصصد‬ ,‫.هل,ل‬ B. Trisman, dkk. 2002. Antologi Esai Sastra Bandingan Dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS. http://www.sastra-umum-sastra-bandingan-dan-sastra-nasional.com, diakses pada tanggal 23 Desember 2010. http://www.sekilas-tentang-sastra-bandingan//catatan-sastra.com.htm,diakses pada tanggal 26 Desember 2010.
  • 15. Sejarah dan Teori Sastra Bandingan Sabtu, 30/04/2011 - 13:28 — Uman Rejo SS • Artikel | • Sastra Bandingan A. Sejarah Sastra Bandingan Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1). Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sedangkan aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4). A. Sastra Bandingan, Sastra Dunia, dan Sastra Umum Berbicara mengenai sastra bandingan tidak bisa dilepaskan dengan pembicaraan tentang sastra nasional, sastra umum, dan sastra dunia. Tiga pengertian sastra tersebut sering tumpang tindih, sehingga seperti yang dikatakan oleh Wellek dan Warren (1989: 47), studi bandingan secara akademis kurang begitu sukses. Walaupun sebenarnya merupakan studi yang sangat penting. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan pemahaman tentang sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra dunia. Dalam hal ini beberapa pakar sastra telah berupaya untuk memberikan pengertian antara sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra dunia. Meskipun masih terdapat kekaburan, namun sedikit banyak membantu dalam pemecahan masalah.
  • 16. Tentang sastra bandingan menurut Renne Wallek sebagai pendukung aliran Amerika dijelaskan bahwa sastra bandingan pada mulanya muncul dalam studi sastra lisan, khususnya dalam bidang sastra rakyat. Kemudian cerita rakyat ini dicari asal usulnya, daerah penyebarannya, dan transformasinya ke sastra tulis (1989: 47-48). Sedangkan menurut Suripan Sadi Hutomo (1993: 5) bahwa pada dasarnya sastra bandingan itu berlandaskan sastar nasional suatu negara. Menurut Budi Darma (2004: 28), sastra nasional yaitu sastra bangsa atau negara tertentu, misalnya sastra Brunei Darussalam, sastra Indonesia, sastra Inggris, dan lain-lain. Sastra yang ditulis dalam bahasa nasional dan bertema universal (Zaidan dkk, 2007: 182). Sastra yang secara umum menjadi milik bangsa, nasional di sini adalah batas wilayah politik suatu bangsa (Endraswara, 2008: 134). Jika disimpulkan dalam hal ini pengertian sastra nasional bertumpu pada masalah geografis. Mencermati kutipan di atas, bagaimana halnya dengan pengertian antara sastra dunia dan sastra umum? Sastra dunia, jika dilihat dalam kamus istilah sastra, pengertiannya ialah sastra yang menjadi milik berbagai bangsa di dunia dan karena penyilangan gagasan yang timbal balik, memperkaya kehidupan manusia (Sudjiman, 1986: 68). Sedangkan menurut Hutomo (1993: 6), sastra dunia adalah sastra nasional yang diberi peluang meletakkan dirinya dalam lingkungan sastra dunia dengan fungsi dan kriteria tertentu serta sejajar, atau duduk sama rendah dan berdri sama tinggi, dengan sastra nasional bangsa lain di dunia. Istilah sastra dunia, sebenarnya banyak berkaitan dengan istilah Weltliliterature yang dikumandangkan oleh pujangga Jerman yang bernama Goethe. Konsep Goethe lebih mengarah pada World Masterpiece atau sastra agung dunia, dan bukan karya sastra golongan teri (Hutomo,1993: 6). A. Objek Kajian Sastra Bandingan Objek kajian Sastra Bandingan menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 9-11) adalah sebagai berikut: 1. Membandingkan dua karya sastra dari dua Negara yang bahasanya benar-benar berbeda 2. Membandingkan dari dua Negara yang berbeda dalam bahasa yang sama 3. Membandingkan karya awal seorang pengarang di Negara asalnya dengan karya setelah berpindah kewarganegaraannya 4. Membandingkan karya seorang pengarang yang telah menjadi warga suatu Negara tertentu dengan karya seorang pengarang dari Negara lain 5. Membandingkan karya seorang pengarang Indonesia dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia
  • 17. 6. Membandingkan dua karya sastra dari dua orang pengarang berwarga Negara Indonesia yang menulis dalam bahasa asing yang berbeda 7. Membandingkan karya sastra seorang pengarang yang berwarga Negara asing di suatu Negara dengan karya pengarang dari Negara yang ditinggalinya (kedua karya sastra ini ditulis dalam bahasa yang sama) A. Praktik Sastra Bandingan Pada umumnya jika kita melihat praktik sastra bandingan baik di negara Timur maupun di negara Barat, studi sastra bandingan menurut Hutomo (1993: 11-12) melandaskan diri pada 3 hal yaitu: 1. Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya unsur struktur, gaya, tema, mood (suasana yang terkandung dalam karya sastra) dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra. 2. Tradisi, yaitu unsure yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra. 3. Pengaruh. A. Konsep Pengaruh dalam Sastra Bandingan Istilah pengaruh tidak sama dengan istilah menjiplak, plagiat, dan epigon. Untuk melaksanakan studi pengaruh, barangkali, ada baiknya jika kita menyempatkan diri memahami teori intertekstualitas. A. Teori Intertekstualitas Menurut Julia Kristeva (dalam Hutomo, 1993: 13-14), teori intertekstualitas mempunyai kaidah dan prinsip sebagai berikut: 1. Pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks 2. Studi intertekstualitas itu adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks 3. Studi intertekstualitas itu mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat 4. Dalam kaitan dengan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks itu sebenarnya merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain
  • 18. 5. Dalam kaitan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) janganlah ditafsirkan terbatas pada bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk bahasa A. Hipogram Hipogram adalah unsur cerita (baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dll) yang terdapat di dalam suatu teks sastra pendahulu yang kemudian dijadikan model, acuan, atau latar teks yang lahir kemudian (teks sastra yang dipengaruhinya) (Hutomo, 1993:14). Jika menggunakan teori interteks harus memahami makna hipogram. Menurut Rifaterre (dalam Hutomo, 1993: 14) hipogram dapat berupa: 1. Ekspansi, yakni perluasan atau pengembangan hipogram 2. Konversi, yakni berupa pemutarbalikan hipogram 3. Modifikasi, yakni manipulasi kata dan kalimat atau manipulasi tokoh dan plot cerita 4. Ekserp , yakni intisari dari hipogram A. Simpulan Dari uraian pendek ini dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan sebagai ilmu mencakup : 1. Sastra bandingan lama, yakni sastra bandingan yang menyangkut studi naskah 2. Sastra bandingan lisan, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks-teks lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu generasi kegenerasi, dan dari satu tempat ke tempat lain. 3. Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks sastra modern Antara ketiga pembagian sastra tersebut, teori dan metode yang dipergunakan dapat saling meminjam metode dan teknik penganalisisannya. Wringinanom, 5 April 2011
  • 19. Daftar Pustaka Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa. Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan: Pengantar Ringkas. Jakarta: Editum Kompleks Dosen UI. Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur. Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan. Surabaya: Gaya Masa. Wellek, Rena dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diterjemahkan Melani Budianta). Jakarta: PT Gramedia. Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.