SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Dampak moratorium LoI pada
            hutan alam dan gambut Sumatra
              - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra-




                      16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest

                  Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto,
Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
Latar belakang – LoI Moratorium Indonesia & Norwegia dan PIM
•    Letter of Intent Indonesia-Norwegia tentang “Kerjasama mengurangi emisi gas rumah kaca dari
     deforestasi dan degradasi hutan” disepakati untuk memulai “TAHAP 2: TRANSFORMASI” dari
                                 hutan                          TAHAP TRANSFORMASI
     Januari 2011, mencakup dua kegiatan:

     1.   Penghentian dua tahun untuk semua konsesi baru dari konversi gambut dan hutan
          alam. .
          (LoI Alinea VII c i d l
          (L I Ali          i, dalam h l i i di j k sebagai “L I moratorium”)
                                     hal ini dirujuk b    i “LoI     t i ”)

     2.   Menegakkan undang-undang berlaku terhadap pembalakan liar dan perdagangan kayu
          dan terkait dengan kejahatan kehutanan dan membentuk unit khusus guna menangani
          masalah itu.
          (LoI Alinea VII c iii, dengan ini dirujuk sebagai “tinjauan/penegakan hukum LoI”)

•    Saat ini, berbagai draft untuk “Instruksi Presiden” (Inpres) yang mendefinisikan moratorium sedang
     beredar dan dengan demikian belum memungkinkan menentukan kawasan mana moratorium mana
     saja yang akan b l k
        j        k berlaku.
•    Guna membantu menghitung kawasan hutan alam dan gambut untuk moratorium atau bukan, kami
     membuat “skenario paling memungkinkan” pembuka, Peta Indikatif Moratorium (PIM) yang berbasis
     pada bunyi kalimat pasti dari teks asli LoI untuk (A) pulau Sumatera dan (B) provinsi Riau .
•    Karena itu moratorium akan mencakup semua hutan alam dan semua kawasan gambut kecuali
     yang berada di dalam konsesi yang eksisting dengan izin penebangan. Kami menganggap konsesi-
     konsesi ini bagi PIM kami :
      •    Konsesi perkebunan kayu pulp (IUPHHK-HT atau HTI/hutan tanaman industri)
      •    Konsesi kelapa sawit (HGU)
      •    Konsesi tebang pilih (IUPHHK-HA atau HPH/hak pengusahaan hutan) – sementara sejumlah
           lainnya dikelola dengan baik atau diusulkan menjadi HPH Restorasi Ekosistem, yang lainnya
           dibabat dalam “sistem silvikultur ganda”. ”.
“Skenario paling mungkin PIM Sumatera” dan Peta Karbon Sumatera




                                          Peta hutan & karbon
                                            gambut Sumatra


  “Skenario”
    paling
 memungkinkan
     PIM




                Deforestasi
                “legal”, bisnis
                seperti                                 Provinsi Riau:
                biasanya akan         Konsentrasi karbon hutan dan gambut terbesar di
                      j
                berlanjut!                               Sumatera , 
                                                         Sumatera
                                      banyak konsesi eksisting tak masuk moratorium. 
                                      deforestasi skala besar, degradasi gambut dan emisi
                                                   GRK agaknya berlanjut,
                                     bahkan makin cepat karena moratorium mencegah
                                          perusahaan menebangi hutan manapun.
“Skenario paling mungkin” PIM Riau




                                   Selama moratorium:

                            Pada kategori 1 (24% atau 0,6 jt ha 
                           dari hutan Riau) deforestasi legal dan
                            ilegal berskala kecil akan berlanjut.

                            Pada kategori 2 (46% atau 1 2 jt ha
                                          2 (46% atau 1,2 jt ha 
                            dari hutan Riau) deforestasi “legal” 
                                skala besar akan berlanjut, 
                           kebanyakan pada gambut dalam dan
                                habitat harimau Sumatera.

                            Pada kategori 3 (33% or 0,8 jt ha),  
                                deforestasi mungkin mulai
                           berdasarkan Instruksi President dan
                             /atau pada based PP 3/2008 dan
                                        P50/2010.
Ancaman deforestasi pada moratorium “skenario paling mungkin” dan rekomendasi Eyes on the Forest
                                     bagi REDD+ bermakna
   Hutan Alam WWF 2008/2009 di Provinsi Riau                   Area (ha)       % total Ancaman deforestasi                                               Rekomendasi EoF agar REDD+ bermakna
   1. Kawasan Lindung dan Konservasi                                                   * Pembalakan liar bisa terjadi.                                   * Pemerintah menegakkan hukum dan menghentikan pembalakan liar
   Di dalam Kawasan Lindung dan Konservasi, pada lahan bukan                           * Konsesi tambang bisa terus menebangi hutan alam secara          dan perambahan.
                                                                 363,336
                                                                 363 336           14% "legal".                                                          * Pemerintah jangan mengizinkan konversi hutan alam oleh sektor
   gambut
   Di dalam Kawasan Lindung dan Konservasi, pada lahan                                                                                                   pertambangan.
                                                                 241,923            9%
   gambut
   Sub total                                                     605,259           24%
                                                                                       * Dalam konsesi-konsesi ini, penebangan hutan alam "legal"        * Pemerintah mengadakan kajian hukum soal izin dan verifikasi
                                                                                       akan berlanjut selama moratorium.                                 apakah pelaksanaan menaati undang-undang dan peraturan,
                                                                                       * Draft Inpres moratorium 15 Januari membolehkan                  misalnya, konversi hutan alam pada lahan gambut lebih dari
   2. Konsesi-konsesi dikeluarkan dari moratorium
                                                                                       penebangan hutan alam "pada area hutan sekunder yang
                                                                                                                    pada                                 kedalaman 3 meter dan/atau pada Kawasan Lindung oleh UU No
                                                                                       rusak dan kritis", definisi tidak jelas yang artinya hutan alam   26/2007, PP No 26/2008 lazim di Riau dan klarifikasi hukum dan
                                                                                       yang bagus boleh ditebangi.                                       penegakan hukum yang sesuai jadi diperlukan.
   Dalam konsesi HTI, pada lahan bukan-gambut                     67,730            3% * Di Riau, kebanyakan penebangan hutan alam itu akan              * Kemenhut menghentikan penerbitan izin penebangan tahunan
   Dalam konsesi HTI, pada lahan gambut                          678,021           26% berada pada gambut dalam berkedalaman lebih dari 3 meter          (Rencana Kerja Tahunan/RKT).
   Dalam konsesi HGU, pada lahan bukan gambut                                          dan dampak iklim akan lebih buruk daripada gambut di eks          * Pemegang izin konsesi agar secara sukarela menghentikan
                                                                  11,169            0%
                                                                                       Satu Juta Hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah (lihat         penebangan hutan alam dan pembukaan gambut.
   Dalam konsesi HGU, pada lahan gambut                          142,380            5% WWF Indonesia 2008 dan Bab 7 WWF Indonesia 2010)                  * Kemenhut menghentikan izin-izin baru HTI.
   Dalam konsesi HPH, pada lahan bukan gambut                     64,355            2% * Pada dua konsesi HPH dengan luas hutan alam 55.000
                                                                                                                        g                                * Kemenhut mengubah konsesi eks HPH menjadi HPH Restorasi
                                                                                                                                                                         g                           j
   Dalam konsesi HGU, pada lahan gambut                          227,087            9% hektar, penebangan hutan alam "legal" akan berlanjut dalam        Ekosistem.
   Sub total                                                                           "dua sistem silvikultur" dimana pemegang izin boleh               * Kemenhut menghentikan THPB (Tebang Habis dengan Permudaan
                                                                                       menebangi hutan untuk memasok pabrik olah pulp SMG/APP            Buatan) pada HPH-HPH yang membolehkan dua sistem silvikultur.
                                                                                   46% dan RGE/APRIL.

                                                                 1,190,742
   3. Kawasan yang ditutupi oleh moratorium "skenario paling mungkin"                      * Tergantung pada bunyi kalimat Instruksi Presiden,           * Kemenhut menghentikan penerbitan izin-izin baru HTI.
   (bagaimanapun, pada beberapa hutan mungkin sudah dikonversi menjadi HTI oleh            berdasarkan pada PP 3/2008 dan P50/2010, sebagian hutan       * Kemenhut mengubah Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas
   keputusan "saat terakhir" P50/2010, yang lainnya mungkin berada di dalam jenis-jenis    iinii (di dalam H t P d k i) bi menjadi HTI selama
                                                                                                     d l Hutan Produksi) bisa    j di       l            menjadi HPH Ek i t Restorasi.
                                                                                                                                                             j di      Ekosistem R t      i
   konsesi "deforestasi" yang tak tercakup di atas)                                         moratorium dan pemegang izin bisa mulai menebangi hutan      * Kemenhut tidak mengubah status hutan alam di Kawasan Hutan
   Pada lahan bukan gambut (di luar dua kategori di atas)          317,825             12% alam dan pada banyak tempat membuka lahan gambut dalam.       menjadi Kawasan Non Hutan, Hutan Konversi ataupun APL (areal
                                                                                                                                                         peruntukan lain sawit dan kegiatan bukan hutan bisa dilakukan).
   Pada lahan gambut (di luar dua kategori di atas)                520,116             20%                                                               * Kemenhut tidak mengeluarkan izin Pinjam Pakai dan izin IPK dalam
   Sub total                                                                                                                                             kawasan hutan alam.
                                                                 837,941           33%
   Total (ada sejumlah tumpang tindih antara ketiga kategori                           * Tergantung pada bunyi kalimat Instruksi Presiden, "hutan        * Instruksi Presiden untuk mengikuti bunyi kalimat pasti dari LoI dan
   di atas, karena it k
       t k         itu kawasan t t l h t i i sedikit l bih
                               total hutan ini dikit lebih                             sekunder",
                                                                                       sekunder" "gambut kurang dari kedalaman 3 meter" atau             untuk tidak membedakan hutan primer dan sekunder atau gambut
                                                                                                                                                                                                     sekunder,
                                                             2,633,942            100% kawasan lainnya yang dikeluarkan dari moratorium dan terus        dengan kedalaman berbeda.
   tinggi daripada tutupan hutan alam yang sebenarnya yakni
   2.566.630 ha )                                                                      dihabisi hutannya.

   Hutan alam tersisa 2008/2009                                 2,566,630         100%
   Dikeluarkan dari moratorium                                  1,190,742          46%100%                                                                                                       1,443,200
   HTI                                                           745,751           29%63%
   pada bukan gambut                                               67,730           3%                                                                   9%
   pada gambut                                                   678,021           26%                                                                   91%
   Minyak sawit                                                  153,549            6%13%
   pada bukan gambut                                               11,169           0%                                                                   7%
   pada gambut                                                   142,380            6%                                                                   93%
   HPH                                                           291,442           11%24%
   pada bukan gambut                                               64,355           3%                                                                   22%
   pada gambut                                                   227,087            9%                                                                   78%
Konsesi perusahaan SMG/APP dan RGE/APRIL




                                      Selama moratorium:
                                Pada 14% (350.000 ha) hutan Riau 
                                   dalam konsesi HTI dan HPH 
                                 perusahaan terkait SMG/APP, 
                                deforestasi “legal” bisa berlanjut.

                                Pada 18% (450.000 ha) hutan Riau 
                                   dalam konsesi HTI dan HPH 
                                 p
                                 perusahaan terkait RGE/APRIL, 
                                                          /
                                deforestasi “legal” bisa berlanjut.

                                          EoF meminta: 
                                Kedua perusahaan secara sukarelah
                                 dan segera menghentikan semua
                                   penebangan hutan alam dan
                                    pembukaan gambut guna
                                 mendukung komitmen President 
                                   mengatasi perubahan iklim. 
                                               ‐‐‐
                                Pemerintah melaksanakan tinjauan
                                  hukum dan penegakan hukum
Konversi hutan alam dan gambut seperti biasanya oleh RGE/APRIL
Dampak historis dan masa depan SMG/APP dan RGE/APRIL
          soal hutan alam, gambut dan emisi Riau
                                                           • S l emisi masa d t
                                                             Soal    i i      datang, E
                                                                                      Eyes on th
                                                                                              the
• Soal emisi masa lalu, Eyes on the Forest menghitung :      Forest memperkirakan bahwa:
  • SMG/APP telah menjadikan pulp lebih dari 1 juta          • Dua kelompok ini akan
     hektar hutan alam di Riau sejak 1984.                      membersihkan hingga 30% dari
  • RGE/APRIL telah menjadikan pulp kurang lebih 0,9
                             j      p p      g       ,          hutan alam tersisa 2008/2009,
     juta hektar di Riau sejak 1995.                            termasuk lebih dari 700.000 hektar
  • Mereka telah berkontribusi bagi hampir separuh dari         hutan gambut.
     kehilangan hutan alam sejak 1985 (4,4 juta hektar),     • Penebangan hutan alam ini dan
     pada banyak gambut dan akibatnya, bagi emisi               pembukaan gambut bisa
     karbon historis Riau.
     k b hi t i Ri                                              meningkatkan emisi tahunan Riau
                                                                hingga 15% dibandingkan dengan
                                                                tingkat sejarah, guna mencapai
       Emisi gambut tambahan dari                               hampir 500 megaton.
       61 Mton
       61 Mton CO2e per tahun, 15%
                  e per tahun, 15%                           • Sementara Presiden Susilo
                                                                Sementara,
       meningkat dari tingkat emisi                             Bambang Yudhoyono bertekad
       rujukan .                                                mengurangi emisi Indonesia hingga
                                                                26% (750 megaton) dan Strategi
                                                                Nasional REDD+ menargetkan
                                                                pengurangan 0,4 gigaton dari sektor
                                                                kehutanan.


                                                                     Gambar 2 2 Tingkat emisi rujukan bagi
                                                                              2.2
                                                                     tiap provinsi berdasarkan data historis
                                                                     angka deforestasi hutan dan gambut s
                                                                     (Bappenas 2010 Stranas REDD ver2).
Lampiran 1. Data digunakan untuk membuat PIM Sumatera




 Untuk membuat PIM Sumatera PIM, kami menggunakan data berikut:
  1. Hutan alam 2008/2009: peta hutan alam Sumatera WWF berdasarkan
     interpretasi visual terhadap citra Landsat 2008/2009 (WWF Indonesia, 2010)
  2. Kawasan gambut: Atlas gambut Sumatera Wetlands International (2003) dan
     Laumonier (1997)
                 (     )
  3. Konsesi hutan tanaman industri (HTI) : Kemenhut (2010)
  4. Konsesi sawit (HGU) : Kemenhut (2010)
  5. Konsesi hak pengusahaan hutan (HPH) : Kemenhut (2010)
  6. Kawasan Lindung & kawasan konservasi: Kementerian Kehutanan, Dinas
     Kehutanan, Padu Serasi
Lampiran 2. Data digunakan untuk membuat PIM Riau (1)

•   Definisi WWF soal hutan alam adalah “vegetasi alam asli (sebagai lawan dari anthropogenis)
    yang did i
          didominasi oleh pohon d
                     i l h h dengan t t   tutupan mahkota l bih d i 10% ” d b d
                                                    hk t lebih dari 10%.” dan berdasarkan pada
                                                                                      k     d
    interpretasi visual mozaik citra Landsat 2008 dan 2009 dan pengecekan lapangan (WWF
    Indonesia 2010).

•   “Peta tutupan lahan” Kementerian Kehutanan diambil dari Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan
              p
    http://webgis.dephut.go.id yang agaknya berdasarkan pada interpretasi visual atau otomatis
    interpretasi dari citra Landsat 2008 dan 2009 namun tidak memiliki kategori yang dinamakan
    “hutan alam.” Kami menduga yang berikut ini setara dengan “hutan alam” WWF :
      1. Hutan Lahan Kering Primer (Dryland Primary Forest)
      2.
      2 Hutan Lahan Kering Sekunder (Dryland Secondary Forest)
      3. Hutan Mangrove Primer (Primary Mangrove Forest)
      4. Hutan Mangrove Sekunder (Secondary Mangrove Forest)
      5. Hutan Rawa Primer (Primary Swamp Forest)
      6. Hutan Rawa Sekunder (Secundary Swamp Forest)

•   Ada beberapa perbedaan dalam kawasan hutan alam antara data WWF dan MoF (lihat slide
    berikut). Kami memutuskan menggunakan data WWF untuk analisa ini, karena data tsb telah
    diverifikasi di lapangan.

•   Jika PIM diproduksi berdasarkan pada data Kementerian Kehutanan, ada resiko bahwa sebagian
    hutan alam yang masih tegak saat ini bisa dikeluarkan dari moratorium karena kesalahan peta.
    Verifikasi lapangan soal kawasan moratorium yang pasti menjadi sangat mendasar.

•   Sebagian hutan alam pada peta yang diproduksi keduanya, WWF dan Kemenhut, baru saja
    ditebangi karena peta ini berdasarkan pada citra satelit 2008 / 2009.
Hutan alam Riau 2008/2009 dipetakan oleh Kemenhut dan WWF
                             Hutan alam 2008/2009 didelineasi oleh: Area (ha)
                             Kemenhut dan WWF                           1.929.731
                             Kemenhut saja                                584.206
Kawasan warna khaki ini      WWF saja                                     636.899
   ditutupi oleh hutan, 
banyak di antaranya ada
      di dalam HPH 
  bersertifikasi FSC (PT
  b      tifik i FSC  (PT 
Diamond Raya Timber), 
 namun peta Kemenhut
menunjukkan tidak ada
       hutan alam.




   Kawasan oranye ini
 tidak ada lagi memiliki
  hutan alam saat ini, 
    namun Kemenhut
   menampakkannya
    seperti berhutan!
Lampiran 3. Data digunakan untuk memproduksi PIM Riau (2)

•   EoF tengah mengumpulkan data konsesi akasia (HTI, hutan alam bisa ditebang secara “legal”),
    konsesi tebang pilih (HPH, hak penguasaan hutan, sebagian hutan alam bisa ditebangi secara
    “legal”) dan konsesi sawit HGU, hak guna usaha, hutan alam boleh ditebangi secara “legal”), data
    berasal dari sumber beragam seperti terdaftar dalam bagian catatan dari slide ini.

•   Kementerian K h t
    K      t i Kehutanan b    baru-baru i i menerbitkan d t k
                                    b   ini      bitk data konsesi HTI HPH d sawit d l
                                                                 i HTI,    dan  it dalam P t
                                                                                         Peta
    Interaktif pada Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan.

•   Dua perangkat data memiliki sejumlah perbedaan. Untuk analisa ini kami memilih menggunakan
    database EoF karena itu telah diverifikasi di lapangan Perbedaan dalam data mungkin
                                                  lapangan.
    menampakkan isu legalitas dengan sejumlah konsesi.

•   Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan juga mengikuti izin-izin ini. Kami mengabaikannya dalam
    analisa ini karena dampaknya kepada hutan alam agak kecil (Kebanyakan kawasan itu yang
                                                          kecil.
    mereka tutup baru saja dirusak).
     – Pinjam Pakai Kawasan Hutan
     – Transmigrasi

•   Kami tidak memiliki data pertambangan dan konsesi lainnya yang mungkin menyebabkan
    deforestasi saat ini. Karena itu, mustahil menghitung ancaman tersebut.

More Related Content

What's hot

Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001
People Power
 

What's hot (6)

Torang Pe Kobong So Dapa Rampas (Land Grabbing) - Hutbun gorontalo
Torang Pe Kobong So Dapa Rampas (Land Grabbing) - Hutbun gorontaloTorang Pe Kobong So Dapa Rampas (Land Grabbing) - Hutbun gorontalo
Torang Pe Kobong So Dapa Rampas (Land Grabbing) - Hutbun gorontalo
 
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
Peluang Perhutanan Sosial dan Hutan Adat dalam Mendukung Moratorium
 
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
Pp24 2010 penggunaan kawasan hutanPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tent...
 
Penerapan ril dalam pembalakan hutan
Penerapan ril dalam pembalakan hutanPenerapan ril dalam pembalakan hutan
Penerapan ril dalam pembalakan hutan
 
Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001Kep menhut no 82kptsii2001
Kep menhut no 82kptsii2001
 
Bab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruangBab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruang
 

Viewers also liked (9)

Final report eafm_alor_fix 1
Final report eafm_alor_fix 1Final report eafm_alor_fix 1
Final report eafm_alor_fix 1
 
Seruan penyelamatan bangsa
Seruan penyelamatan bangsaSeruan penyelamatan bangsa
Seruan penyelamatan bangsa
 
Kelautan dan perikanan dalam angka 2009
Kelautan dan perikanan dalam angka 2009Kelautan dan perikanan dalam angka 2009
Kelautan dan perikanan dalam angka 2009
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 

More from People Power

Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
People Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
People Power
 
Scan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPP
Scan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPPScan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPP
Scan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPP
People Power
 
Pengumuman publik lei. - RAPP
Pengumuman publik lei. - RAPPPengumuman publik lei. - RAPP
Pengumuman publik lei. - RAPP
People Power
 

More from People Power (20)

Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTORRekayasa pembela kroni KORUPTOR
Rekayasa pembela kroni KORUPTOR
 
Sk tim terpadu
Sk tim terpaduSk tim terpadu
Sk tim terpadu
 
22 juli 1996 22 juli 2011; 15 tahun DIRGAHAYU PRD
22 juli 1996   22 juli 2011; 15 tahun DIRGAHAYU PRD22 juli 1996   22 juli 2011; 15 tahun DIRGAHAYU PRD
22 juli 1996 22 juli 2011; 15 tahun DIRGAHAYU PRD
 
Kronologis perluasan areal RAPP & 3.3 T Kerugian Negara
Kronologis perluasan areal RAPP & 3.3 T Kerugian NegaraKronologis perluasan areal RAPP & 3.3 T Kerugian Negara
Kronologis perluasan areal RAPP & 3.3 T Kerugian Negara
 
Statment pulau padang_9_juni
Statment pulau padang_9_juniStatment pulau padang_9_juni
Statment pulau padang_9_juni
 
Scan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPP
Scan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPPScan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPP
Scan pengumuman riau pos Pengumuman Publik LEI - RAPP
 
Pengumuman publik lei. - RAPP
Pengumuman publik lei. - RAPPPengumuman publik lei. - RAPP
Pengumuman publik lei. - RAPP
 

Lamp 3. eof (16mar11) impacts of loi moratorium on sumatra and riau bhs final

  • 1. Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
  • 2. Latar belakang – LoI Moratorium Indonesia & Norwegia dan PIM • Letter of Intent Indonesia-Norwegia tentang “Kerjasama mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan” disepakati untuk memulai “TAHAP 2: TRANSFORMASI” dari hutan TAHAP TRANSFORMASI Januari 2011, mencakup dua kegiatan: 1. Penghentian dua tahun untuk semua konsesi baru dari konversi gambut dan hutan alam. . (LoI Alinea VII c i d l (L I Ali i, dalam h l i i di j k sebagai “L I moratorium”) hal ini dirujuk b i “LoI t i ”) 2. Menegakkan undang-undang berlaku terhadap pembalakan liar dan perdagangan kayu dan terkait dengan kejahatan kehutanan dan membentuk unit khusus guna menangani masalah itu. (LoI Alinea VII c iii, dengan ini dirujuk sebagai “tinjauan/penegakan hukum LoI”) • Saat ini, berbagai draft untuk “Instruksi Presiden” (Inpres) yang mendefinisikan moratorium sedang beredar dan dengan demikian belum memungkinkan menentukan kawasan mana moratorium mana saja yang akan b l k j k berlaku. • Guna membantu menghitung kawasan hutan alam dan gambut untuk moratorium atau bukan, kami membuat “skenario paling memungkinkan” pembuka, Peta Indikatif Moratorium (PIM) yang berbasis pada bunyi kalimat pasti dari teks asli LoI untuk (A) pulau Sumatera dan (B) provinsi Riau . • Karena itu moratorium akan mencakup semua hutan alam dan semua kawasan gambut kecuali yang berada di dalam konsesi yang eksisting dengan izin penebangan. Kami menganggap konsesi- konsesi ini bagi PIM kami : • Konsesi perkebunan kayu pulp (IUPHHK-HT atau HTI/hutan tanaman industri) • Konsesi kelapa sawit (HGU) • Konsesi tebang pilih (IUPHHK-HA atau HPH/hak pengusahaan hutan) – sementara sejumlah lainnya dikelola dengan baik atau diusulkan menjadi HPH Restorasi Ekosistem, yang lainnya dibabat dalam “sistem silvikultur ganda”. ”.
  • 3. “Skenario paling mungkin PIM Sumatera” dan Peta Karbon Sumatera Peta hutan & karbon gambut Sumatra “Skenario” paling memungkinkan PIM Deforestasi “legal”, bisnis seperti Provinsi Riau: biasanya akan Konsentrasi karbon hutan dan gambut terbesar di j berlanjut! Sumatera ,  Sumatera banyak konsesi eksisting tak masuk moratorium.  deforestasi skala besar, degradasi gambut dan emisi GRK agaknya berlanjut, bahkan makin cepat karena moratorium mencegah perusahaan menebangi hutan manapun.
  • 4. “Skenario paling mungkin” PIM Riau Selama moratorium: Pada kategori 1 (24% atau 0,6 jt ha  dari hutan Riau) deforestasi legal dan ilegal berskala kecil akan berlanjut. Pada kategori 2 (46% atau 1 2 jt ha 2 (46% atau 1,2 jt ha  dari hutan Riau) deforestasi “legal”  skala besar akan berlanjut,  kebanyakan pada gambut dalam dan habitat harimau Sumatera. Pada kategori 3 (33% or 0,8 jt ha),   deforestasi mungkin mulai berdasarkan Instruksi President dan /atau pada based PP 3/2008 dan P50/2010.
  • 5. Ancaman deforestasi pada moratorium “skenario paling mungkin” dan rekomendasi Eyes on the Forest bagi REDD+ bermakna Hutan Alam WWF 2008/2009 di Provinsi Riau Area (ha) % total Ancaman deforestasi Rekomendasi EoF agar REDD+ bermakna 1. Kawasan Lindung dan Konservasi * Pembalakan liar bisa terjadi. * Pemerintah menegakkan hukum dan menghentikan pembalakan liar Di dalam Kawasan Lindung dan Konservasi, pada lahan bukan * Konsesi tambang bisa terus menebangi hutan alam secara dan perambahan. 363,336 363 336 14% "legal". * Pemerintah jangan mengizinkan konversi hutan alam oleh sektor gambut Di dalam Kawasan Lindung dan Konservasi, pada lahan pertambangan. 241,923 9% gambut Sub total 605,259 24% * Dalam konsesi-konsesi ini, penebangan hutan alam "legal" * Pemerintah mengadakan kajian hukum soal izin dan verifikasi akan berlanjut selama moratorium. apakah pelaksanaan menaati undang-undang dan peraturan, * Draft Inpres moratorium 15 Januari membolehkan misalnya, konversi hutan alam pada lahan gambut lebih dari 2. Konsesi-konsesi dikeluarkan dari moratorium penebangan hutan alam "pada area hutan sekunder yang pada kedalaman 3 meter dan/atau pada Kawasan Lindung oleh UU No rusak dan kritis", definisi tidak jelas yang artinya hutan alam 26/2007, PP No 26/2008 lazim di Riau dan klarifikasi hukum dan yang bagus boleh ditebangi. penegakan hukum yang sesuai jadi diperlukan. Dalam konsesi HTI, pada lahan bukan-gambut 67,730 3% * Di Riau, kebanyakan penebangan hutan alam itu akan * Kemenhut menghentikan penerbitan izin penebangan tahunan Dalam konsesi HTI, pada lahan gambut 678,021 26% berada pada gambut dalam berkedalaman lebih dari 3 meter (Rencana Kerja Tahunan/RKT). Dalam konsesi HGU, pada lahan bukan gambut dan dampak iklim akan lebih buruk daripada gambut di eks * Pemegang izin konsesi agar secara sukarela menghentikan 11,169 0% Satu Juta Hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah (lihat penebangan hutan alam dan pembukaan gambut. Dalam konsesi HGU, pada lahan gambut 142,380 5% WWF Indonesia 2008 dan Bab 7 WWF Indonesia 2010) * Kemenhut menghentikan izin-izin baru HTI. Dalam konsesi HPH, pada lahan bukan gambut 64,355 2% * Pada dua konsesi HPH dengan luas hutan alam 55.000 g * Kemenhut mengubah konsesi eks HPH menjadi HPH Restorasi g j Dalam konsesi HGU, pada lahan gambut 227,087 9% hektar, penebangan hutan alam "legal" akan berlanjut dalam Ekosistem. Sub total "dua sistem silvikultur" dimana pemegang izin boleh * Kemenhut menghentikan THPB (Tebang Habis dengan Permudaan menebangi hutan untuk memasok pabrik olah pulp SMG/APP Buatan) pada HPH-HPH yang membolehkan dua sistem silvikultur. 46% dan RGE/APRIL. 1,190,742 3. Kawasan yang ditutupi oleh moratorium "skenario paling mungkin" * Tergantung pada bunyi kalimat Instruksi Presiden, * Kemenhut menghentikan penerbitan izin-izin baru HTI. (bagaimanapun, pada beberapa hutan mungkin sudah dikonversi menjadi HTI oleh berdasarkan pada PP 3/2008 dan P50/2010, sebagian hutan * Kemenhut mengubah Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas keputusan "saat terakhir" P50/2010, yang lainnya mungkin berada di dalam jenis-jenis iinii (di dalam H t P d k i) bi menjadi HTI selama d l Hutan Produksi) bisa j di l menjadi HPH Ek i t Restorasi. j di Ekosistem R t i konsesi "deforestasi" yang tak tercakup di atas) moratorium dan pemegang izin bisa mulai menebangi hutan * Kemenhut tidak mengubah status hutan alam di Kawasan Hutan Pada lahan bukan gambut (di luar dua kategori di atas) 317,825 12% alam dan pada banyak tempat membuka lahan gambut dalam. menjadi Kawasan Non Hutan, Hutan Konversi ataupun APL (areal peruntukan lain sawit dan kegiatan bukan hutan bisa dilakukan). Pada lahan gambut (di luar dua kategori di atas) 520,116 20% * Kemenhut tidak mengeluarkan izin Pinjam Pakai dan izin IPK dalam Sub total kawasan hutan alam. 837,941 33% Total (ada sejumlah tumpang tindih antara ketiga kategori * Tergantung pada bunyi kalimat Instruksi Presiden, "hutan * Instruksi Presiden untuk mengikuti bunyi kalimat pasti dari LoI dan di atas, karena it k t k itu kawasan t t l h t i i sedikit l bih total hutan ini dikit lebih sekunder", sekunder" "gambut kurang dari kedalaman 3 meter" atau untuk tidak membedakan hutan primer dan sekunder atau gambut sekunder, 2,633,942 100% kawasan lainnya yang dikeluarkan dari moratorium dan terus dengan kedalaman berbeda. tinggi daripada tutupan hutan alam yang sebenarnya yakni 2.566.630 ha ) dihabisi hutannya. Hutan alam tersisa 2008/2009 2,566,630 100% Dikeluarkan dari moratorium 1,190,742 46%100% 1,443,200 HTI 745,751 29%63% pada bukan gambut 67,730 3% 9% pada gambut 678,021 26% 91% Minyak sawit 153,549 6%13% pada bukan gambut 11,169 0% 7% pada gambut 142,380 6% 93% HPH 291,442 11%24% pada bukan gambut 64,355 3% 22% pada gambut 227,087 9% 78%
  • 6. Konsesi perusahaan SMG/APP dan RGE/APRIL Selama moratorium: Pada 14% (350.000 ha) hutan Riau  dalam konsesi HTI dan HPH  perusahaan terkait SMG/APP,  deforestasi “legal” bisa berlanjut. Pada 18% (450.000 ha) hutan Riau  dalam konsesi HTI dan HPH  p perusahaan terkait RGE/APRIL,  / deforestasi “legal” bisa berlanjut. EoF meminta:  Kedua perusahaan secara sukarelah dan segera menghentikan semua penebangan hutan alam dan pembukaan gambut guna mendukung komitmen President  mengatasi perubahan iklim.  ‐‐‐ Pemerintah melaksanakan tinjauan hukum dan penegakan hukum
  • 7. Konversi hutan alam dan gambut seperti biasanya oleh RGE/APRIL
  • 8. Dampak historis dan masa depan SMG/APP dan RGE/APRIL soal hutan alam, gambut dan emisi Riau • S l emisi masa d t Soal i i datang, E Eyes on th the • Soal emisi masa lalu, Eyes on the Forest menghitung : Forest memperkirakan bahwa: • SMG/APP telah menjadikan pulp lebih dari 1 juta • Dua kelompok ini akan hektar hutan alam di Riau sejak 1984. membersihkan hingga 30% dari • RGE/APRIL telah menjadikan pulp kurang lebih 0,9 j p p g , hutan alam tersisa 2008/2009, juta hektar di Riau sejak 1995. termasuk lebih dari 700.000 hektar • Mereka telah berkontribusi bagi hampir separuh dari hutan gambut. kehilangan hutan alam sejak 1985 (4,4 juta hektar), • Penebangan hutan alam ini dan pada banyak gambut dan akibatnya, bagi emisi pembukaan gambut bisa karbon historis Riau. k b hi t i Ri meningkatkan emisi tahunan Riau hingga 15% dibandingkan dengan tingkat sejarah, guna mencapai Emisi gambut tambahan dari hampir 500 megaton. 61 Mton 61 Mton CO2e per tahun, 15% e per tahun, 15%  • Sementara Presiden Susilo Sementara, meningkat dari tingkat emisi Bambang Yudhoyono bertekad rujukan . mengurangi emisi Indonesia hingga 26% (750 megaton) dan Strategi Nasional REDD+ menargetkan pengurangan 0,4 gigaton dari sektor kehutanan. Gambar 2 2 Tingkat emisi rujukan bagi 2.2 tiap provinsi berdasarkan data historis angka deforestasi hutan dan gambut s (Bappenas 2010 Stranas REDD ver2).
  • 9. Lampiran 1. Data digunakan untuk membuat PIM Sumatera Untuk membuat PIM Sumatera PIM, kami menggunakan data berikut: 1. Hutan alam 2008/2009: peta hutan alam Sumatera WWF berdasarkan interpretasi visual terhadap citra Landsat 2008/2009 (WWF Indonesia, 2010) 2. Kawasan gambut: Atlas gambut Sumatera Wetlands International (2003) dan Laumonier (1997) ( ) 3. Konsesi hutan tanaman industri (HTI) : Kemenhut (2010) 4. Konsesi sawit (HGU) : Kemenhut (2010) 5. Konsesi hak pengusahaan hutan (HPH) : Kemenhut (2010) 6. Kawasan Lindung & kawasan konservasi: Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan, Padu Serasi
  • 10. Lampiran 2. Data digunakan untuk membuat PIM Riau (1) • Definisi WWF soal hutan alam adalah “vegetasi alam asli (sebagai lawan dari anthropogenis) yang did i didominasi oleh pohon d i l h h dengan t t tutupan mahkota l bih d i 10% ” d b d hk t lebih dari 10%.” dan berdasarkan pada k d interpretasi visual mozaik citra Landsat 2008 dan 2009 dan pengecekan lapangan (WWF Indonesia 2010). • “Peta tutupan lahan” Kementerian Kehutanan diambil dari Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan p http://webgis.dephut.go.id yang agaknya berdasarkan pada interpretasi visual atau otomatis interpretasi dari citra Landsat 2008 dan 2009 namun tidak memiliki kategori yang dinamakan “hutan alam.” Kami menduga yang berikut ini setara dengan “hutan alam” WWF : 1. Hutan Lahan Kering Primer (Dryland Primary Forest) 2. 2 Hutan Lahan Kering Sekunder (Dryland Secondary Forest) 3. Hutan Mangrove Primer (Primary Mangrove Forest) 4. Hutan Mangrove Sekunder (Secondary Mangrove Forest) 5. Hutan Rawa Primer (Primary Swamp Forest) 6. Hutan Rawa Sekunder (Secundary Swamp Forest) • Ada beberapa perbedaan dalam kawasan hutan alam antara data WWF dan MoF (lihat slide berikut). Kami memutuskan menggunakan data WWF untuk analisa ini, karena data tsb telah diverifikasi di lapangan. • Jika PIM diproduksi berdasarkan pada data Kementerian Kehutanan, ada resiko bahwa sebagian hutan alam yang masih tegak saat ini bisa dikeluarkan dari moratorium karena kesalahan peta. Verifikasi lapangan soal kawasan moratorium yang pasti menjadi sangat mendasar. • Sebagian hutan alam pada peta yang diproduksi keduanya, WWF dan Kemenhut, baru saja ditebangi karena peta ini berdasarkan pada citra satelit 2008 / 2009.
  • 11. Hutan alam Riau 2008/2009 dipetakan oleh Kemenhut dan WWF Hutan alam 2008/2009 didelineasi oleh: Area (ha) Kemenhut dan WWF 1.929.731 Kemenhut saja 584.206 Kawasan warna khaki ini WWF saja 636.899 ditutupi oleh hutan,  banyak di antaranya ada di dalam HPH  bersertifikasi FSC (PT b tifik i FSC  (PT  Diamond Raya Timber),  namun peta Kemenhut menunjukkan tidak ada hutan alam. Kawasan oranye ini tidak ada lagi memiliki hutan alam saat ini,  namun Kemenhut menampakkannya seperti berhutan!
  • 12. Lampiran 3. Data digunakan untuk memproduksi PIM Riau (2) • EoF tengah mengumpulkan data konsesi akasia (HTI, hutan alam bisa ditebang secara “legal”), konsesi tebang pilih (HPH, hak penguasaan hutan, sebagian hutan alam bisa ditebangi secara “legal”) dan konsesi sawit HGU, hak guna usaha, hutan alam boleh ditebangi secara “legal”), data berasal dari sumber beragam seperti terdaftar dalam bagian catatan dari slide ini. • Kementerian K h t K t i Kehutanan b baru-baru i i menerbitkan d t k b ini bitk data konsesi HTI HPH d sawit d l i HTI, dan it dalam P t Peta Interaktif pada Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan. • Dua perangkat data memiliki sejumlah perbedaan. Untuk analisa ini kami memilih menggunakan database EoF karena itu telah diverifikasi di lapangan Perbedaan dalam data mungkin lapangan. menampakkan isu legalitas dengan sejumlah konsesi. • Peta Interaktif WEBGIS Kehutanan juga mengikuti izin-izin ini. Kami mengabaikannya dalam analisa ini karena dampaknya kepada hutan alam agak kecil (Kebanyakan kawasan itu yang kecil. mereka tutup baru saja dirusak). – Pinjam Pakai Kawasan Hutan – Transmigrasi • Kami tidak memiliki data pertambangan dan konsesi lainnya yang mungkin menyebabkan deforestasi saat ini. Karena itu, mustahil menghitung ancaman tersebut.