1. Aktivis
Friends of the Earth Provokasi Side Event REDD
Poznan - Side event
tentang Reduction Emission on Deforestation and Degradation in
Developing Countries (REDD) yang diorganisir oleh Fauna and
Flora International (FFI) mengalami serangan bertubi dari
audiens, Jumat (5/12/08) kemarin. Side vent dengan tema REDD
Demonstration Project: Principles, Standard, Methodologies menghadirkan pembicara
dari CCBA, Birdlife, ADP, WCS dan Macquare
dengan tujuan untuk melihat pengalaman REDD di lapangan dan
perspektif investasi dimasa mendatang.
Beberapa contoh
implementais REDD yang dipersentasikan adalah Ulu Masen, Aceh;
Madagaskar; hingga Sumatera yang diklaim telah mengikuti kaidah
pertisipasi dan penghormatan terhadap masyarakat adat serta
masyarakat lokal. Pernyataan tersebut mengundang respon yang cukup
provokatif dari audiens terutama aktivis Friends of the Earth yang
dikenal menentang keras skema REDD.
Bambang Antariksa
memperkenalkan diri dari WALHI Aceh dan anggota Friends of the Earth
Indonesia langsung menyatakan bahwa apa yang dipersentasikan
tersebut tidaklah benar telah ada partispasi dan transparansi dari
proyek Ulu Masen di Aceh. Dia juga menyebutkan bahwa dari ratusan
desa yang ada di sekitar proyek, sosialisasi hanya berjalan di satu
desa saja dan itu pun hanya berlangusng dalam 2 hari. Dalam
kesempatan respon balik, Ema dari CCBA menyatakan memang banyak
kelemahan yang terjadi dilapangan dan pasti akan terjadi
perbaikan-perbaikan .
Agung Wardana, Friends of
the Earth Indonesia, menyatakan bahwa dalam side event ini tidak
pernah berbicara akar penyebab deforestasi di negara berkembang yang
sebenarnya merupakan hasil dari konsumsi berlebihan negara maju atas agrofuel,
logging, pulp and paper, daging dan sebagainya. Dia
juga menanyakan sikap panelis jika seandainya diundang oleh
Pemerintah Indonesia untuk menjalankan REDD sedangkan ada penolakan
dari masyarakat adat, apakah mereka akan menghormati hak menentukan
nasib sendiri (self determination) dari masyarakat adat dan keluar
dari hutan tersebut atau akan tetap menjalankan proyek tersebut.
Benda dari Friends of the
Earth Denmark mengeluhkan bahwa perbedatan perubahan iklim terutama
tentang REDD telah berubah menjadi diskusi tentang bisnis dan
2. keuntungan diatas kehidupan manusia dan keberlanjutan lingkungan
hidup. Dia juga menyayangkan berbagai organisasi konservasi justru
mendorong bisnis dan pengerukan keuntungan dari skema yang tidak adil
ini. Pernyataan ini kemudian disambut dengan tepuk tangan riuh dari
audiens yang lain.
Dari berbagai pertanyaan
tersebut Natasha dari FFI yang menjadi moderator acara nampak
kebingungan dengan segera memberikan waktu kepada panelis. Dari 5
panelis hanya dua yang menjawab pertanyaan yakni dari Birdlife
menyatakan bahwa dia akan keluar dari hutan tersebut jika memang
masyarakat adatnya menolak. Selanjutnya menjawab pernyataan Benda,
Macquare, menyatakan inilah bisnis dari perspektif seorang investor.
Dia juga menyatakan bahwa saat ini uang sedang pergi ke hutan dan
saatnya untuk mengambilnya di hutan juga.
Mendengar jawaban
tersebut, moderator tampak lebih kebingunan dan melemparkan
pertanyaan tersebut kembali kepada floor. Floor pun hanya terdiam
tanpa ada satupun yang berani merespon penyataan Benda tentang
ketidakadilan ini. Melihat taktik fait a compli nya tidak
berhasil, moderator menjadi panik dan akhirnya menutup side event
dengan pernyataan bahwa masih dibutuhkan diskusi untuk penyempurnaan
implementasi REDD dilapangan. (Agung Wardana*)