SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 81
1




PERUNDINGAN PERDAGANGAN
     JASA KEUANGAN




    DIREKTORAT PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA
            KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TUGAS SEKSI JASA KEUANGAN
                     Permendag RI No.31/M-DAG/PER/7/2010



melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, penyusunan pedoman, standar,
norma, kriteria, prosedur, dan bimbingan teknis
serta evaluasi pelaksanaan kerja sama dan
perundingan perdagangan di bidang jasa
meliputi sektor jasa keuangan.
Sektor yang termasuk dalam
                 Jasa Keuangan



                                 CPC (Central Product
No        Classification
                                   Classifications)
  Accounting, auditing and              862
1
  bookeeping services               Professional
                                        863
2 Taxation Services
                                    Professional
  All insurance and insurance-         812**
3
  related services                  4 Sub sector

  Banking and other financial      811** dan 813**
4
  services (excl. insurance)        12 Sub sector
All insurance and insurance-related services        812**


1.   Life, accident and health insurance services   8121
2.   Non-life insurance services                    8129
3.   Reinsurance and retrocession                   81299*
4.   Services auxiliary to insurance                8140
     (including broking and agency services)




                                 4
Banking and other financial services (excl. insurance)

1. Acceptance of deposits and other repayable funds from the public 81115-81119
2. Lending of all types, incl., inter alia, consumer credit,            8113
   mortgage credit, factoring and financing of commercial transaction
3. Financial leasing                                                    8112
4. All payment and money transmission services                          81339**
5. Guarantees and commitments                                           81199**
6. Trading for own account or for account of customers,
   whether on an exchange, in an over-the-counter market or otherwise,
   the following:
   • money market instruments (cheques, bills,                          81339**
     certificate of deposits, etc.)
   • foreign exchange                                                   81333
   • derivative products incl., but not limited to, futures and options 81339**
   • exchange rate and interest rate instruments,                       81339**
     inclu. products such as swaps, forward rate agreements, etc.
   • transferable securities                                            81321*
   • other negotiable instruments and financial assets, incl. Bullion   81339**

                                        5
7. Participation in issues of all kinds of securities, incl. under-writing      8132
    and placement as agent (whether publicly or privately) and
    provision of service related to such issues
8. Money broking                                                                81339**
9. Asset management, such as cash or portfolio management,                      8119+**
    all forms of collective investment management, pension fund                 81323*
    management, custodial depository and trust services
10. Settlement and clearing services for financial assets,                      81339**
    incl. securities, derivative products, and other negotiable            or   81319**
    instruments
11. Advisory and other auxiliary financial services on all the                  8131
    activities listed in Article 1B of MTN.TNC/W/50, incl. credit          or   8133
     reference and analysis, investment and portfolio research
    and advice, advice on acquisitions and on corporate
    restructuring and strategy
12. Provision and transfer of financial information, and financial              8131
    data processing and related software by providers of other
    financial services

                                               6
Mode of Supply
                     Sektor Jasa Keuangan
Secara umum Jasa Keuangan diperdagangkan dengan empat
cara:
Moda 1: Perdagangan Lintas Batas/Cross-Border
 Pemasok jasa keuangan domestik menyediakan jasa kepada negara-
  negara lain menggunakan internet dan teknologi lintas batas lainnya
Moda 2: Konsumsi Luar Negeri/Consumption Abroad
 Konsumen domestik pergi ke luar negeri untuk mendapatkan jasa
  keuangan
Mode 3: Keberadaan Komersial/Commercial Presence
 Pemasok jasa keuangan asing berada di dalam pasar domestik dan
  menyediakan jasa
Mode 4: Perpindahan Sementara natural
persons/Presensence of Natural Persons
 Spesialis (tenaga kerja) jasa keuangan asing masuk ke pasar domestik
  dan memberikan jasa
                                   7
Penanganan Perdagangan Jasa

Perdagangan jasa terjalin dalam sistem
perdagangan multilateral, regional dan
bilateral. Adapun forum perundingan
perdagangan Jasa meliputi:
• Forum WTO – GATS;
• ASEAN (AFAS);
• ASEAN-Mitra Dialog;
• APEC; dan
• Bilateral: IJEPA

                        8
MULTILATERAL (WTO)
Perundingan Multilateral


 World Trade Organization (WTO) didirikan untuk
  mendorong proses liberalisasi perdagangan dunia.

 WTO telah diratifikasi dengan Undang-undang No. 7
  Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
  Establishing The World Trade Organization;

 Persetujuan bidang jasa diatur dalam GATS (General
  Agreement on Trade in Services).




                                                10
Prinsip Perundingan Jasa di WTO
   Legally binding
    Komitmen yang mengikat dan adanya kompensasi bilamana terjadi
    penarikan komitmen.
   Most Favoured Nation (MFN)
    Menjamin tidak adanya perlakuan diskriminasi antar negara anggota
   National Treatment
    Menjamin pemasok jasa asing untuk diperlakukan sama dengan pemasok
    jasa domistik dalam kerangka aturan nasional
   Transparency
    Negara diwajibkan bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai
    kebijakan perdagangannya sehingga memudahkan para pelaku usaha
    untuk memahami berbagai ketentuan yang terkait dengan aktivitasnya.
   Progressive Liberalization
    Perluasan akses pasar secara bertahap, disesuaikan dengan tujuan
    kebijakan dan tingkat perkembangan pembangunan di negara tersebut
   Flexibility
    Fleksibilitas penerapan bagi negara-negara berkembang
                                    11
Commitments WTO


 Indonesia telah memberikan komitmen untuk
  sektor jasa sejak Uruguay Round;

 Komitmen Indonesia saat itu umumnya masih
  dibawah peraturan yang berlaku kecuali untuk
  sektor financial bukan bank, komitmen Indonesia
  telah “Standstill” dan sesuai dengan
  perundangan yang berlaku.



                                              12
INDONESIA – SCHEDULE OF COMMITMENTS
       Financial Services - WTO
14
15
16
ASEAN FRAMEWORK
AGREEMENT ON SERVICES
       (AFAS)
ASEAN
 ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)
  diratifikasi dengan Keppres No.88 Tahun 1995.
 Prinsip dasarnya adalah legally binding.
 Komitmen umumnya GATS Plus.
 Untuk jasa ada:
    Working Coordination Committee on Services (CCS),

    Working Committee on Financial Services, dan

    Working Committe on air transport.

 Saat ini perundingan perdagangan jasa telah memasuki
  ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 8
                              18
Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN


Pemenuhan threshold AFAS 8
  Jumlah sub sektor yang harus diliberallisasi :
   80 Sub Sektor
  FEP PIS (Air Travel, e-ASEAN, tourism,
   healthcare): 70%,
  FEP Non PIS dan sektor logistik : 51%
  Mode 1 dan Mode 2 harus “none”
Bidang jasa keuangan telah ditandatangani
 Protocol to Implement the Fourth Package of
 Commitments in Financial Sevices under the
 AFAS oleh para Menteri Keuangan Asean
 tanggal 4 April 2008 di Da Nang Viet Nam.
Protocol to Implement the Fifth Package of
 Commitments in Financial Sevices under the
 AFAS dijadwalkan akan dibahas di Cebu 2
 Desember 2010 dan rencananya ditandatangani
 April 2011
                        20
Schedule of Commitment




1 st Package
2 nd Package

3 rd Package

4 th Package

           21
ASEAN MITRA DIALOG
STATUS OF EXISTING ASEAN+1 FTAs
      CHINA                    KOREA                     JAPAN                     ANZ                     INDIA
 The 1st FTA             The 2nd FTA              The 3rd FTA             The 4th FTA            The 5th FTA
 Signed in 2004 with     TIG signed in 2006       Signed in 2008          Comprehensive,         Signed in AEM
  Early Harvest           Transition period         without services &       single undertaking      August 2009
  Program since 2004       for INA’ TIG : 2006-      investment               FTA                    Transition period
 Transition period        2012 (NT), 2012-         Transition period       Signed in Feb 2009      for INA’ TIG : 2010-
  for INA’ TIG : 2005-     2016 (ST)                 for INA TIG : 2008-     Transition period       2015 (NT), 2015-
  2012 (NT), 2015-        TIS signed in 2007        2019 (NT), 2024          for INA TIG : 2009-     2018 (ST)
  2018 (SL & HSL)          & EIF in May 2009;        (ST)                     2015 (NT), 2015-       INA ratification is
 TIS signed in 2007       ASEAN                    INA has ratified but     2025 (ST)               done
  & entry to force in      commitments               yet to enter into       Services               Legal Enactment is
  July 2007                based on AFAS 4           force pending the        commitment based        in process
 2nd Package of TIS       +/- (INA ratification     completion of            on AFAS 5 +/-          Services &
  signed by ASEAN          for TIS is on-going)      transposition &         INA ratification        Investment:
  Summit October          Investment                legal enactment          pending                 negotiations are on
  2010                     Agreement was                                     INA to settle of        going
 Investment               signed in June 2009                                transposition
  Agreement signed         (INA ratification is                               problem
  in August 2009; INA      on-going)
  to complete
  domestic
  procedures


                                                              23
ASEAN - CHINA
Landasan Hukum
 Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di
  Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN
  China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi
  ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.
Ratifikasi dan Implentasi :
 Negosiasi Second package of specific commitments under the ASEAN-China
  Trade in Services Agreement – deliverable for the 9 AEM-MOFCOM belum
  ditandatangani
 Masalahnya terkait proposal negara Philipina untuk mencantumkan: “All taxation
  measure are subject to domestic laws, rules and regulations” dalam horizontal
  commitments negaranya masih yang terdepan di ASEAN
 Namun, draft teks apapun yang disepakati bagi Philippina, juga akan digunakan
  dalam draft teks Thailand’s horizontal commitments.
 PENDING ISSUE: seluruh negara diharapkan mendorong konfirmasi secepatnya
  dari Philippina terkait draft teks “All taxation measure are subject to domestic
  laws, rules and regulations, consistent with GATS” agar penandatanganan
  Protocol to Amend the Agreement on Trade in Service dapat dilakukan pada saat
  ASEAN-China Summit pada bulan Oktober 2010.
ASEAN-CHINA AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES
                 INDONESIA’S SCHEDULE OF SPECIFIC SERVICES COMMITMENTS

Mode of Supply:     (1) Cross-border supply           (2) Consumption abroad
                  (3) Commercial presence          (4) Presence of natural persons
 Sector or Sub          Limitation on Market                   Limitation on National Treatment               Additional
    Sector                                                                                                   Commitment

I. HORIZONTAL
COMMITMENTS


ALL SECTORS        3)   Commercial Presence of          3) The Income Tax Law provides that non-
INCLUDED IN             the foreign service                resident taxpayers will be subject to
THIS SCHEDULE           provider(s) may be in the          withholding tax of 20% if they derive the
                        form of joint venture and/or       following income from Indonesian source:
                        representative office, unless   (a) Interest
                        mentioned otherwise.            (b) Royalties
                                                        (c) Dividend
                   Joint venture should meet the        (d) Fee from service perform in Indonesia
                   following requirements:
                   a) Should be in the form of          Land Acquisition
                         Limited Liability Enterprise   Undang-Undang Pokok Agraria (Land Law) No.
                         (Perseroan Terbatas/PT),       5 of 1960 stipulates that no foreigners (juridical
                   b) Not more than 49% of the          and natural persons) are allowed to own land.
                         capital share of the Limited   However, a joint venture enterprise could hold
                         Liability Enterprise           the right for land use (Hak Guna Usaha) and
                         (Perseroan Terbatas/PT),       building rights (Hak Guna Bangunan), and they
                         may be owned by foreign        may rent/lease land and property.
                         partner(s).                    Any juridical and natural persons should meet
                                                        professional qualification requirements.
Mode of Supply:     (1) Cross-border supply            (2) Consumption abroad
                  (3) Commercial presence           (4) Presence of natural persons

Sector or Sub              Limitation on Market                   Limitation on National Treatment          Additional
   Sector                                                                                                  Commitment

                  4) Subject to Indonesian Labour and          Expatriate Charges
                     Immigration Laws and Regulations,
                     only directors, managers and              Any foreign natural persons supplying
                     technical experts/advisors, unless        services are subject to charges levied by
                     mentioned otherwise, are allowed to       Governments Labour Laws and
                     stay for two years and could be           Regulations.
                     extended for a maximum two times
                     subject to two years extension each       Any expatriate employed by a joint-
                     time. Manager and technical experts       venture enterprise, representatives
                     (intra corporate transfer) are allowed    office, and/or other types of juridical
                     based on an economic needs test.          person and/or an individual services
                                                               provider must hold a valid working permit
                      The entry and temporary stay of          issued by the Ministry of Manpower and
                      business visitor(s) is (are) permitted   Transmigration
                      for a period of 60 days and could be
                      extended maximum for 120 days.




Untuk ASEAN-China agreement on trade and service sampai saat ini belum
ada komitmen di sektor keuangan
ASEAN-KOREA
LANDASAN HUKUM & CAKUPAN AKFTA


 Pada pertemuan KTT ASEAN-Korea pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos
  para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN dan Korea menyepakati “Joint
  Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership between ASEAN and
  Korea, establishing ASEAN-Korea Free Trade Area” sebagai landasan hukum
  bagi pembentukan ASEAN dan Korea FTA Framework Agreement dan
  Persetujuan Penyelesaian Sengketa AKFTA selanjutnya ditandatangani para
  Menteri Ekonomi ASEAN dan Korea pada tanggal 13 Desember 2005 di Kuala
  Lumpur, Malaysia.


 Persetujuan Perdagangan Barang AKFTA ditandatangani pada tanggal 24
  Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sedangkan Persetujuan Jasa AKFTA
  ditandatangani pada saat KTT ASEAN di Singapura tahun 2007 dan Persetujuan
  Investasi ASEAN Korea ditandatangani pada KTT ASEAN Korea pada bulan Juni
  2009 di Jeju Island, Korea. AKFTA telah menjadi sebuah persetujuan FTA yang
  komprehensif dengan telah ditandatanganinya persetujuan-persetujuan dibidang
  perdagangan barang, perdagangan jasa dan investasi.
ASEAN-KOREA FTA
SCHEDULE OF COMMITMENTS




          28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
ASEAN-JEPANG
LANDASAN HUKUM & CAKUPAN FTA
 Landasan pembentukan perdagangan bebas ASEAN dan Jepang adalah Joint
  Declaration of the Leaders of the Comprehensive Economic Partnertship between
  ASEAN and Japan yang ditandatangani pada tanggal 5 Nopember 2002, serta
  Framework for Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and
  Japan yang ditandatangani tanggal 8 Oktober 2003.
 Dalam KTT ASEAN-Japan ke-8, Para Kepala Negara ASEAN dan Jepang
  menyetujui Perjanjian Kerjasama Ekonomi ASEAN-Jepang dan mulai dilakukan
  negosiasi pada bulan April 2005 dan ditandatangani pada bulan Maret dan April
  2008 secara adreferendum.
 Persetujuan telah berlaku efektif per 1 Desember 2008. Persetujuan AJCEP
  merupakan suatu persetujuan ekonomi antara ASEAN dan Jepang yang bersifat
  komprehensif serta mencakup bidang perdagangan barang, jasa, investasi, SPS,
  TBT dan kerjasama ekonomi.
 Persetujuan AJCEP telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun
  2009 tanggal 19 November 2009 tentang Pengesahan Persetujuan AJCWP.
ASEAN - JEPANG

Ratifikasi dan Implementasi
 Persetujuan AJCEP berlaku efektif sejak 1 Desember 2008
 Sub komite untuk bidang jasa dan investasi telah terbentuk pada
  tanggal 15 Desember 2009. Pertemuan sub-komite Jasa AJCEP
  pertama kali tanggal 7 Juni 2010 di Tokyo, Jepang. Disepakati
  agar negosiasi dibidang jasa diselesaikan agustus 2011
 Enam sektor jasa yang menjadi perhatian jepang kepada ASEAN
  adalah (i) computer-related, (ii) telekomunikasi, (iii) konstruksi,
  (iv) distribusi, (v) Finansial dan (vi) maritim
Pending Issue
 Indonesia perlu mengidentifikasi dan menyusun indicative
  request / offer
Matriks Jasa ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership
                                  (AJCEP)
Isu yang akan      Posisi Terakhir      Current Position            Tindak lanjut
   dibahas      Bangkok,2-3 Agst,2010 Thailand,5-8 Okt,2010
Current         • Membahas lebih          • Jepang menilai        • Sesuai mandat
Situation of      dalam perihal             pendekatan              pertemuan di
Trade in          perlakuan khusus dan      negative list lebih     Hanoi, ASEAN
Services in       berbeda kepada            business friendly,      menginginkan
ASEAN and         negara CLMV.              dimungkinkan untuk      pendekatan
Japan           • “Daftar transparansi”     mengetahui sejak        positive list
                  tindakan tidak            awal hambatan dan       dengan semua
                  konsisten dengan          sektor/sub sektor       mitra dialog
                  akses pasar (MA) dan      yang tertutup.        • Perlu disipkan
                  ketentuan National      • Jika AMS                bottom line
                  Tratment (NT)             menginginkan            position.
                • Jepang melakukan          pendekatan positive
                  pendekatan negative       list, Jepang meminta
                  dari EPAs Jasanya         untuk memasukkan
                  dengan non-anggota        kewajiban
                  ASEAN                     transparansi list
                • Cost and benefit        • Cost and benefit
                  melakukan jasa            tidak perlu dilakukan
                  AJCEP di tingkat
                  regional
Isu yang akan        Posisi Terakhir                  Current Position                   Tindak
    dibahas        Bangkok,2-3 Agst,2010             Thailand,5-8 Okt,2010                lanjut
Work plan on the                           • Usulan Jepang” dalam work plan of the
sub Committe on                              sub Committee on services mengenai
Services                                     Tentative outline of the trade in services
                                             bahwa keuntungan yang diterima oleh
                                             anggota ASEAN melalui AFAS
                                             sebagaimana direncanakan dalam AEC
                                             blueprint dapat dimanfaatkan oleh
                                             Jepang

Date and Venue                             • Jepang menawarkan untuk menjadi
of the next Sub-                             host di Tokyo, direncanakan pada bulan
Committee                                    Desember 2010, Sub committee
Meeting                                      services juga akan berkoordinasi
                                             dengan sub committee karena meeting
                                             lebih baik dilakukan secara paralel.

Other Matters                              • Pihak Jepang tidak menginginkan
                                             dimasukkannya chapter of Movement of
                                             Natural person (MNP) pada agreement.
ASEAN-AUSTRALIA& NEW ZEALAND

DASAR HUKUM & CAKUPAN
 Pembentukan AANZFTA adalah dengan disepakatinya Joint Declaration of the
  Leaders ASEAN-Australia and New Zealand Commemorative Summit pada
  tanggal 30 November 2004 di Vientiane, Laos yang di dalamnya tertuang
  Guiding Principles for Negotiation on ASEAN-Australia and New Zealand Free
  Trade Area.
 Persetujuan ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Area diselesaikan pada
  bulan Agustus 2008 dan ditandatangani oleh Para Menteri Ekonomi ASEAN,
  Australia dan New Zealand pada tanggal 27 Februari 2009 di Hua Hin, Thailand
  yang mencakup: Perdagangan Barang, Jasa, Investasi, ROO, Customs, SPS,
  TBT, Safeguard, Hak Kekayaan Intelektual, Kebijakan Persaingan, MNP,
  Kerjasama Ekonomi, DSM, e-commerce.
 Indonesia bersama negara ASEAN lainnya memberikan komitmen liberalisasi
  jasa tidak melebihi dari komitmen yang terdapat dalam kesepakatan internal
  ASEAN Paket ke-5 (ASEAN Framework Agreement on Services/AFAS).
ASEAN-AUSTRALIA& NEW ZEALAND




            43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
ASEAN - INDIA

 Perundingan perdagangan jasa pada ASEAN-India
  FTA masih dalam tahap negosiasi


Terdapat banyak permasalahan:
• Draft Text Persetujuan Jasa
• Draft Text Movement of Natural Person (MNP)
• Draft Teks Annex on Financial Services (AFS)
• Requests and Offers
PERMASALAHAN             INDIA                    ASEAN                    Masukan Rapat
                                                                         27 September 2010
Draft Teks Annex on Financial
Services (AFS)
Latar          Meskipun secara umum     Usulan yang disampaikan        Rapat      menyepakati
Belakang       India dapat memahami     ASEAN tersebut                 pentingnya AFS untuk
               pentingnya AFS, namun    mempertimbangan:               menanggulangi     krisis
               masih terlihat           (i) pentingnya mengatur        dan AFS ini telah
               keengganan India untuk         secara khusus            dilakukan di perjanjian
               memasukan AFS yang             perdagangan jasa         ASEAN-mitra      dialog
               melebihi GATS dalam            keuangan ASEAN-India     lainnya.
               AI-TISA                        mengingat
                                              karakteristiknya yang
                                              sangat sensitif
                                        (ii) usulan AFS relevan
                                              dengan GATS,
                                        (iii) AFS menyediakan suatu
                                              prudential measure
                                              untuk menanggulangi
                                              terjadinya krisis, dan
                                        (iv) Annex serupa telah
                                              diterima dalam ASEAN-
                                              Korea FTA dan ASEAN-
                                              Australia-New Zealand
                                              FTA.
PERMASALAHAN                   INDIA                     ASEAN                  Masukan Rapat
                                                                                 27 September 2010

Article on Prudential Penambahan        provisi     ASEAN      berpandangan     Rapat        mendukung
Measure,    Exchange usulan ASEAN dinilai           bahwa       penambahan      perlunya policy space
Rate and Financial India tidak memberikan           provisi tersebut akan       untuk menjaga stabilitas
Stability             nilai tambah mengingat        memberikan tambahan         nilai tukar dan sistem
                      article on prudential         policy    space     untuk   keuangan dari serangan
                      measure dalam GATS            menjaga stabilitas nilai    para            spekulan
                      sudah sangat fleksibel        tukar     dan      sistem   (speculative attack).
                      dan     powerful   untuk      keuangan dari serangan
                      diterapkan       dengan       para            spekulan
                      alasan prudential.            (speculative attack).




Klasifikasi Sub Sektor India      mengusulkan       Definisi tersebut adalah    Mengingat         sudah
Jasa Keuangan          untuk        menghapus       original    GATS    teks    merupakan        definisi
                       definisi   pada      Butir   sehingga penghapusan        original  GATS,   maka
                       5.(xvi)    dalam      AFS    atas definisi dimaksud      butir 5 (xvi) sebaiknya
                       karena    dinilai    akan    akan berdampak pada         tidak dihapuskan
                       membatasi      klasifikasi   inkonsistensi mengingat
                       sub      sektor       jasa   kedua      belah   pihak
                       keuangan yang terus          adalah anggota WTO
                       berkembang.                  yang mentaati provisi-
                                                    provisi dalam GATS.
ASIA-PACIFIC ECONOMIC
     COOPERATION
         APEC
Perundingan Perdagangan Jasa
                   di Forum APEC

 Prinsip kerja sama APEC tertuang dalam Osaka Action
  Agenda 15, antara lain : Comprehensive, WTO-
  Consistent, Voluntary/ Non-Binding, Comparability,
  Transparent.
 Pembahasan serta kegiatan dalam bidang jasa mengacu
  pada kesepakatan APEC Economic Leaders’ Meeting
  (AELM) ke-17 tahun 2009 di Singapura, yaitu :
  1. APEC Principles for Cross-border Trade in Services
  2. APEC Services Action Plan
 Pembahasan isu jasa di APEC dilakukan oleh salah satu
  Sub fora Committee on Trade in Investment (CTI), yaitu :
  Group on Services (GOS)
 Terakhir, GOS diadakan pada bulan Mei 2010 di Sapporo,
  Jepang
Pembahasan isu jasa tahun 2010

 Jasa merupakan salah satu key areas of REI (Regional
  Economic Integration) agenda APEC tahun 2010 selain
  a.l. the digital economy, investment, trade facilitation,
  rules of origin and standards/technical barriers to trade.
 Acuan: Kesepakatan AELM ke 17 tahun 2009 di
  Singapura yaitu: the APEC Principles for Cross-Border
  Trade in Services and the APEC Services Action Plan
  yang menjadi dasar bagi APEC’s future work untuk
  promosi services trade dan membentuk greater
  convergences di antara ekonomi APEC dalam jasa.



                                                               63
                               63
Pembahasan isu jasa tahun 2010


Principles for Cross-Border Trade in Services
   Tujuan: shared commitments to achieving greater
   regional economic integration and free and open trade
   in services in the APEC region
   Sifat: non- binding
   Prinsip-prinsip yang ada terkait dgn: regulatory,
   enhance transparency & predictibility, facilitate services
   delivered electronically, facilitate services delivered
   through the presence of natural persons



                                                                64
                               64
Pembahasan isu jasa tahun 2010

APEC Services Action Plan
 2008 AELM Statement: called for accelerated
  implementation of APEC’s REI, and:…to undertake
  initiatives designed to promote greater convergence in
  key areas including cross-border services.
 Services Action Plan (SAP) developed to provide level
  of coordination and focus to the services-related work
  conducted across all of APEC
 The aim of the SAP is to provide common direction and
  coherence to APEC’s work on services trade, and
  establish a forward work program to foster the
  development of open and efficient services markets in
  the APEC region.
                                                           65
                             65
BILATERAL
 INDONESIA JEPANG ECONOMIC
PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)
Bilateral Indonesia – Jepang
      Economic Partnership Agreement (IJEPA)

 Dasar hukum term of reference IJEPA Mei 2003.
 Prinsip dasar legally binding dan positive list approach.
 Metode Perundingan plenary dan sektoral working group
  dengan cara request-offer approach.
 IJEPA ditandatangani oleh Perdana Menteri Jepang dan
  Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Agustus
  2007.
 Proses ratifikasi telah selesai dilaksanakan dan telah
  ditandatangani presiden tanggal 19 Mei 2008. IJEPA
  memasuki fase entry into force pada tanggal 1 Juli 2008.



                                                          67
Standstill (SS) dan S Commitments (1)

a. Standstill (SS) Commitments
Jepang menekankan prinsip “SS” Commitment yang
 mempunyai pengertian bahwa komitmen yang dibuat harus
 sama dengan peraturan yang berlaku.
Indonesia menyatakan kesulitannya dalam menerapkan
 prinsip dimaksud karena sedang berada dalam proses
 reformasi peraturan.
Sedangkan untuk sektor jasa yang belum diatur dengan
 peraturan perundangan, Indonesia tidak akan menerapkan
 prinsip tersebut.



                                                      68
Standstill (SS) dan S Commitments (2)

b. “S” Commitments
 Jepang juga kembali meminta pertimbangan Indonesia agar
  memberikan jaminan bagi existing service suppliers /
  companies untuk tetap dapat menikmati tingkat liberalisasi
  unilateral yang tinggi sesuai dengan peraturan
  perundangan yang berlaku dan untuk menghindari
  implikasi negatif dari perjanjian bilateral IJEPA dimaksud.
 Terhadap usulan dimaksud, Indonesia menyatakan akan
  mendukung existing companies yang telah menikmati
  equity participation di atas komitmen sepanjang masih
  sesuai dengan peraturan yang berlaku namun tidak dapat
  memberikan suatu jaminan.

                                                        69
“S” Commitments

“S” komitmen adalah komitmen pihak Indonesia yang tidak
 menambah restriksi lebih lanjut terhadap penyedia jasa
 yang telah ada di Indonesia dan telah menikmati tingkat
 liberalisasi yang lebih tinggi dari komitmen Indonesia tetapi
 masih dalam batas-batas ketentuan yang berlaku.

Indonesia telah memberikan “S” komitmen untuk sektor
 non-banking financial.

Komitmen Indonesia dalam sektor jasa keuangan disusun
 sesuai dengan komitmen jasa keuangan Indonesia untuk
 GATS.

                                                           70
DOMESTIC REGULATION IN
  FINANCIAL SERVICES




           71
Domestic Regulation


 Type of Legal                       Long Title in         Long Title in
                   Short Title
  Instrument                          Indonesian             English

Law              UU No. 2/1992   Undang-Undang Nomor    Law No. 1992
                                 2/1992 Tentang Usaha   Concerning
                                 Perasuransian          Insurance Business
                 UU No. 7/1992   Undang-Undang Nomor    Law No. 7/1992
                                 7/1992 Tentang         Concerning
                                 Perbankan              Banking
                 UU No. 8/1995   Undang-Undang Nomor    Law No. 8/ 1995
                                 8/1995 Tentang Pasar   Concerning Capital
                                 Modal                  Market
                 UU No. 21/2008 Undang Undang Nomor     Law No. 21/2008
                                21/2008 Tentang         Concerning Sharia
                                Perbankan Syariah       Banks
Domestic Regulation



Type of Legal                         Long Title in          Long Title in
                  Short Title
 Instrument                            Indonesian              English

Government      PP No.73/1992    Peraturan Pemerintah    Government Regulation
Regulation                       Nomor 73/1992 Tentang   No. 73l1992 Concerning
                                 Penyelenggaraan Usaha   Insurance Business
                                 Perasuransian
                PP No. 45/1995   Peraturan Pemerintah    Government Regulation
                                 Nomor 45/1995 Tentang   No. 45l1995 Concerning
                                 Pasar Modal Indonesia   Capital Market Business
                                                         Activity
                PP No. 77/1992   Peraturan Pemerintah    Government Regulation
                                 Nomor 77/1992 Tentang   No.7711992 Concerning
                                 Dana Pensiun Lembaga    Private Financial
                                 Keuangan                Institution Pension
                                                         Funds
Domestic Regulation

  Type of Legal
                    Short Title   Long Title in Indonesian   Long Title in English
   Instrument

Presidential      PERPRES No.     Peraturan Presiden         President Regulation
Regulation        9/2009          Nomor 9/2009 Tentang       No. 9/2009
                                  Lembaga Pembiayaan         Concerning
                                  Peraturan Presiden         Financing lnstitution
                                  Nomor 111/2007 Tentang     Presidential
                                  Perubahan Peraturan        Regulation
                                  Presiden Nomor 7712007     No. 111/2007
                                  Tentang Daftar Bidang      Concerning the
                                  Usaha yang Tertutup dan    Amendment to
                                  Bidang Usaha Yang          Presidential
                                  Terbuka Dengan             Regulation
                                  Persyaratan di Bidang      Concerning Lists of
                                  Penanaman Modal            Business Fields that
                                                             are Closed to
                                                             lnvestment and
                                                             Business Fields that
                                                             are Conditionally
                                                             Open for lnvestment
Domestic Regulation

 Type of Legal                          Long Title in                Long Title in
                    Short Title
  Instrument                             Indonesian                    English

Law              UU No. 21/2008   Undang Undang Nomor            Law No. 21/2008
                                  21/2008 Tentang                Concerning Sharia Banks
                                  Perbankan Syariah
Government       PP No. 45/1995   Peraturan Pemerintah           Government Regulation
Regulation                        Nomor 45/1995 Tentang          No. 45/1995 Concerning
                                  Pasar Modal Indonesia          Capital Market Business
                                                                 Activity
Presidential     PERPRES No.      Peraturan Presiden             President Regulation No.
Regulation       9/2009           Nomor 9/2009 Tentang           9/2009 Concerning
                                  Lembaga Pembiayaan             Financing lnstitution
                                  Peraturan Presiden             Presidential Regulation
                                  Nomor 111/2007 Tentang         No. 111/2007 Concerning
                                  Perubahan Peraturan            the Amendment to
                                  Presiden Nomor 7712007         Presidential Regulation
                                  Tentang Daftar Bidang          Concerning Lists of
                                  Usaha yang Tertutup dan        Business Fields that are
                                  Bidang Usaha Yang Terbuka      Closed to lnvestment and
                                  Dengan Persyaratan di Bidang   Business Fields that are
                                  Penanaman Modal                Conditionally Open for
                                                                 lnvestment
Domestic Regulation

  Type of Legal                                    Long Title in                     Long Title in
                            Short Title
   Instrument                                       Indonesian                         English
Ministerial Regulation   PERMEN No.        Peraturan Menteri                     Ministry of Finance
                         199/PMK.010       Keuangan Nomor 199/                   Regulation No. 199/
                         /2008             PMK.010/2008 Tentang                  PMK.010/2008
                                           Investasi Dana Pensiun                Concerning Pension Fund
                                                                                 Investment
Bank Indonesia           PER Bl No.        Peraturan Bank Indonesia Nomor        Bank Indonesia
Regulation               9/8/PBl/2007      9l8lPBll2007                          Regulation No. 9/8/PBl/2007
                                           Tentang Pemanfaatan                   Concerning the Use
                                           Tenaga Kerja Asing dan Program Alih   of Foreign Workers and
                                           Pengetahuan Di Sektor                 Transfer of Knowledge in the
                                           Perbankan                             Banking Sector
Ministerial Decree       KEPMEN No.        Keputusan Menteri Nomor               Minister of Finance
                         426/KMK.06/2002   426/KMK.06/2002                       Ministerial Decree No.
                                           Tentang Perizinan Usaha dan           426/KMK.06/2002
                                           Kelembagaan                           Concerning lnsurance and
                                           Perusahaan Asuransi dan               Reinsurance
                                           Perusahaan Reasuransi
Domestic Regulation

  Type of Legal                              Long Title in
                         Short Title                                    Long Title in English
   Instrument                                 Indonesian
Directorate General   KEPDIR No.       Keputusan Direktur JenderaI      Directorate General of Financial
Decree                KEP-42631        Lembaga Keuangan Nomor KEP-      Institution Decree No.4263
                      LW2004           4263/LK/2004 Tentang             /LK/2004 Concerning Knowledge
                                       Persyaratan Pengetahuan di       Requirements in Pension Funds
                                       Bidang Dana Pensiun Serta Tata   and Fulfillment Guidelines for
                                       Cara Pemenuhannya Bagi           Officials in Employers Pension
                                       Pengurus Dana Pensiun Pemberi    Funds, Companies and Officials
                                       Kerja dan Pelaksana Tugas        of Private Financial Institutions
                                       Pengurus Dana Pensiun            Pension Funds
                                       Lembaga Keuangan
Bank Indonesia        Surat Edaran     Surat Edaran lndonesia           Bank Indonesia Circulaiion Letter
Circulation Letter    Bank lndonesia   9/27lDPNP/2009 Pelaksanaan       No.9/27/DPNP/2009
                      No.9/27/DPNP/    Pemanfaatan Ban k Nomor          Concerning the Use of Foreign
                      2009             Tentang Tenaga Kerja Asing dan   Workers and Transfer of
                                       Program Alih Pengetahuan di      Knowledge in the Banking Sector
                                       Sektor Perbankan
TERIMA KASIH

     Please visit our website at
  http://ditjenkpi.kemendag.go.id   6
Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN


Pemenuhan threshold AFAS 7
  Jumlah sub sektor yang harus diliberallisasi :
   65 Sub Sektor
  FEP PIS (Air Travel, e-ASEAN, tourism,
   healthcare): 51%,
  FEP Non PIS dan sektor logistik : 49%
  Mode 1 dan Mode 2 harus “none”
Indikasi Tambahan Offers (2)

Sektor Distribution mengindikasikan membuat komitmen
 pada sub sektor jasa Multi Level Marketing untuk Mode 1
 dan Mode 2;

Sektor Financial Services (Perbankan) mengindikasikan
 menambah area geografis untuk beroperasinya cabang bank
 asing.

Sektor Air Transport mengindikasikan akan menyampaikan
 commitment di Aircraft maintenance and repair services
 (CPC 8868) dengan pembatasan FEP 49%.



                                                      80
Komitmen Initial Offer (1)

 Commercial presence dalam bentuk Joint Venture
  berupa Perseroan terbatas (PT) dan tidak lebih dari
  49% foreign equity participation atau representative
  office;

 Secara umum Foreign participation tidak melebihi
  49%, kecuali untuk jasa konstruksi diperbolehkan
  sampai 55% dan untuk jasa keuangan baik bank
  maupun non-bank dibuka sesuai dengan perundang-
  undangan yang berlaku;

                                                   81

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a ASEAN-MITRA

Prospektus rd mawar agresif
Prospektus rd mawar agresifProspektus rd mawar agresif
Prospektus rd mawar agresifgunawanhendro
 
Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...
Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...
Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...Leks&Co
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesiaSugeng Budiharsono
 
PRESENTASI PEGADAIAN
PRESENTASI PEGADAIANPRESENTASI PEGADAIAN
PRESENTASI PEGADAIANheckaathaya
 
ppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptx
ppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptxppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptx
ppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptxFajar Baskoro
 
satu - Copy (3).docx
satu - Copy (3).docxsatu - Copy (3).docx
satu - Copy (3).docxAdrielRayawan
 
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution  Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution Perpus Maya
 
Penanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPM
Penanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPMPenanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPM
Penanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPMIrfan Abdul Arief
 

Semelhante a ASEAN-MITRA (14)

Prospektus rd mawar agresif
Prospektus rd mawar agresifProspektus rd mawar agresif
Prospektus rd mawar agresif
 
Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...
Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...
Kepatuhan Terhadap Undang-undang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak ...
 
Makro tgs br
Makro tgs brMakro tgs br
Makro tgs br
 
Eoi versi indonesia
Eoi versi indonesiaEoi versi indonesia
Eoi versi indonesia
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesia
 
Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaanLembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan
 
PRESENTASI PEGADAIAN
PRESENTASI PEGADAIANPRESENTASI PEGADAIAN
PRESENTASI PEGADAIAN
 
Pegadaian
PegadaianPegadaian
Pegadaian
 
ppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptx
ppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptxppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptx
ppt-panduan-instalasi-siapik-dan-materi.pptx
 
Psak30 leasing
Psak30 leasingPsak30 leasing
Psak30 leasing
 
PEGADAIAN.pptx
PEGADAIAN.pptxPEGADAIAN.pptx
PEGADAIAN.pptx
 
satu - Copy (3).docx
satu - Copy (3).docxsatu - Copy (3).docx
satu - Copy (3).docx
 
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution  Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
Optimalisasi Kebijakan Perdagangan Indonesia di ASEAN - Anwar Nasution
 
Penanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPM
Penanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPMPenanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPM
Penanaman Modal di Bidang Perdagangan - BKPM
 

Último

Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxTeori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxPutraAgung19
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxMyusuf852079
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexquotex
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxPPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxsailimuna9
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptharis916240
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 

Último (13)

Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxTeori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxPPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 

ASEAN-MITRA

  • 1. 1 PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA KEUANGAN DIREKTORAT PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA KEMENTERIAN PERDAGANGAN
  • 2. TUGAS SEKSI JASA KEUANGAN Permendag RI No.31/M-DAG/PER/7/2010 melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, dan bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan kerja sama dan perundingan perdagangan di bidang jasa meliputi sektor jasa keuangan.
  • 3. Sektor yang termasuk dalam Jasa Keuangan CPC (Central Product No Classification Classifications) Accounting, auditing and 862 1 bookeeping services Professional 863 2 Taxation Services Professional All insurance and insurance- 812** 3 related services 4 Sub sector Banking and other financial 811** dan 813** 4 services (excl. insurance) 12 Sub sector
  • 4. All insurance and insurance-related services 812** 1. Life, accident and health insurance services 8121 2. Non-life insurance services 8129 3. Reinsurance and retrocession 81299* 4. Services auxiliary to insurance 8140 (including broking and agency services) 4
  • 5. Banking and other financial services (excl. insurance) 1. Acceptance of deposits and other repayable funds from the public 81115-81119 2. Lending of all types, incl., inter alia, consumer credit, 8113 mortgage credit, factoring and financing of commercial transaction 3. Financial leasing 8112 4. All payment and money transmission services 81339** 5. Guarantees and commitments 81199** 6. Trading for own account or for account of customers, whether on an exchange, in an over-the-counter market or otherwise, the following: • money market instruments (cheques, bills, 81339** certificate of deposits, etc.) • foreign exchange 81333 • derivative products incl., but not limited to, futures and options 81339** • exchange rate and interest rate instruments, 81339** inclu. products such as swaps, forward rate agreements, etc. • transferable securities 81321* • other negotiable instruments and financial assets, incl. Bullion 81339** 5
  • 6. 7. Participation in issues of all kinds of securities, incl. under-writing 8132 and placement as agent (whether publicly or privately) and provision of service related to such issues 8. Money broking 81339** 9. Asset management, such as cash or portfolio management, 8119+** all forms of collective investment management, pension fund 81323* management, custodial depository and trust services 10. Settlement and clearing services for financial assets, 81339** incl. securities, derivative products, and other negotiable or 81319** instruments 11. Advisory and other auxiliary financial services on all the 8131 activities listed in Article 1B of MTN.TNC/W/50, incl. credit or 8133 reference and analysis, investment and portfolio research and advice, advice on acquisitions and on corporate restructuring and strategy 12. Provision and transfer of financial information, and financial 8131 data processing and related software by providers of other financial services 6
  • 7. Mode of Supply Sektor Jasa Keuangan Secara umum Jasa Keuangan diperdagangkan dengan empat cara: Moda 1: Perdagangan Lintas Batas/Cross-Border  Pemasok jasa keuangan domestik menyediakan jasa kepada negara- negara lain menggunakan internet dan teknologi lintas batas lainnya Moda 2: Konsumsi Luar Negeri/Consumption Abroad  Konsumen domestik pergi ke luar negeri untuk mendapatkan jasa keuangan Mode 3: Keberadaan Komersial/Commercial Presence  Pemasok jasa keuangan asing berada di dalam pasar domestik dan menyediakan jasa Mode 4: Perpindahan Sementara natural persons/Presensence of Natural Persons  Spesialis (tenaga kerja) jasa keuangan asing masuk ke pasar domestik dan memberikan jasa 7
  • 8. Penanganan Perdagangan Jasa Perdagangan jasa terjalin dalam sistem perdagangan multilateral, regional dan bilateral. Adapun forum perundingan perdagangan Jasa meliputi: • Forum WTO – GATS; • ASEAN (AFAS); • ASEAN-Mitra Dialog; • APEC; dan • Bilateral: IJEPA 8
  • 10. Perundingan Multilateral  World Trade Organization (WTO) didirikan untuk mendorong proses liberalisasi perdagangan dunia.  WTO telah diratifikasi dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization;  Persetujuan bidang jasa diatur dalam GATS (General Agreement on Trade in Services). 10
  • 11. Prinsip Perundingan Jasa di WTO  Legally binding Komitmen yang mengikat dan adanya kompensasi bilamana terjadi penarikan komitmen.  Most Favoured Nation (MFN) Menjamin tidak adanya perlakuan diskriminasi antar negara anggota  National Treatment Menjamin pemasok jasa asing untuk diperlakukan sama dengan pemasok jasa domistik dalam kerangka aturan nasional  Transparency Negara diwajibkan bersikap terbuka/transparan terhadap berbagai kebijakan perdagangannya sehingga memudahkan para pelaku usaha untuk memahami berbagai ketentuan yang terkait dengan aktivitasnya.  Progressive Liberalization Perluasan akses pasar secara bertahap, disesuaikan dengan tujuan kebijakan dan tingkat perkembangan pembangunan di negara tersebut  Flexibility Fleksibilitas penerapan bagi negara-negara berkembang 11
  • 12. Commitments WTO  Indonesia telah memberikan komitmen untuk sektor jasa sejak Uruguay Round;  Komitmen Indonesia saat itu umumnya masih dibawah peraturan yang berlaku kecuali untuk sektor financial bukan bank, komitmen Indonesia telah “Standstill” dan sesuai dengan perundangan yang berlaku. 12
  • 13. INDONESIA – SCHEDULE OF COMMITMENTS Financial Services - WTO
  • 14. 14
  • 15. 15
  • 16. 16
  • 17. ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS)
  • 18. ASEAN  ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) diratifikasi dengan Keppres No.88 Tahun 1995.  Prinsip dasarnya adalah legally binding.  Komitmen umumnya GATS Plus.  Untuk jasa ada:  Working Coordination Committee on Services (CCS),  Working Committee on Financial Services, dan  Working Committe on air transport.  Saat ini perundingan perdagangan jasa telah memasuki ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 8 18
  • 19. Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN Pemenuhan threshold AFAS 8 Jumlah sub sektor yang harus diliberallisasi : 80 Sub Sektor FEP PIS (Air Travel, e-ASEAN, tourism, healthcare): 70%, FEP Non PIS dan sektor logistik : 51% Mode 1 dan Mode 2 harus “none”
  • 20. Bidang jasa keuangan telah ditandatangani Protocol to Implement the Fourth Package of Commitments in Financial Sevices under the AFAS oleh para Menteri Keuangan Asean tanggal 4 April 2008 di Da Nang Viet Nam. Protocol to Implement the Fifth Package of Commitments in Financial Sevices under the AFAS dijadwalkan akan dibahas di Cebu 2 Desember 2010 dan rencananya ditandatangani April 2011 20
  • 21. Schedule of Commitment 1 st Package 2 nd Package 3 rd Package 4 th Package 21
  • 23. STATUS OF EXISTING ASEAN+1 FTAs CHINA KOREA JAPAN ANZ INDIA  The 1st FTA  The 2nd FTA  The 3rd FTA  The 4th FTA  The 5th FTA  Signed in 2004 with  TIG signed in 2006  Signed in 2008  Comprehensive,  Signed in AEM Early Harvest  Transition period without services & single undertaking August 2009 Program since 2004 for INA’ TIG : 2006- investment FTA  Transition period  Transition period 2012 (NT), 2012-  Transition period  Signed in Feb 2009 for INA’ TIG : 2010- for INA’ TIG : 2005- 2016 (ST) for INA TIG : 2008-  Transition period 2015 (NT), 2015- 2012 (NT), 2015-  TIS signed in 2007 2019 (NT), 2024 for INA TIG : 2009- 2018 (ST) 2018 (SL & HSL) & EIF in May 2009; (ST) 2015 (NT), 2015-  INA ratification is  TIS signed in 2007 ASEAN  INA has ratified but 2025 (ST) done & entry to force in commitments yet to enter into  Services  Legal Enactment is July 2007 based on AFAS 4 force pending the commitment based in process  2nd Package of TIS +/- (INA ratification completion of on AFAS 5 +/-  Services & signed by ASEAN for TIS is on-going) transposition &  INA ratification Investment: Summit October  Investment legal enactment pending negotiations are on 2010 Agreement was  INA to settle of going  Investment signed in June 2009 transposition Agreement signed (INA ratification is problem in August 2009; INA on-going) to complete domestic procedures 23
  • 24. ASEAN - CHINA Landasan Hukum  Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand. Ratifikasi dan Implentasi :  Negosiasi Second package of specific commitments under the ASEAN-China Trade in Services Agreement – deliverable for the 9 AEM-MOFCOM belum ditandatangani  Masalahnya terkait proposal negara Philipina untuk mencantumkan: “All taxation measure are subject to domestic laws, rules and regulations” dalam horizontal commitments negaranya masih yang terdepan di ASEAN  Namun, draft teks apapun yang disepakati bagi Philippina, juga akan digunakan dalam draft teks Thailand’s horizontal commitments.  PENDING ISSUE: seluruh negara diharapkan mendorong konfirmasi secepatnya dari Philippina terkait draft teks “All taxation measure are subject to domestic laws, rules and regulations, consistent with GATS” agar penandatanganan Protocol to Amend the Agreement on Trade in Service dapat dilakukan pada saat ASEAN-China Summit pada bulan Oktober 2010.
  • 25. ASEAN-CHINA AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES INDONESIA’S SCHEDULE OF SPECIFIC SERVICES COMMITMENTS Mode of Supply: (1) Cross-border supply (2) Consumption abroad (3) Commercial presence (4) Presence of natural persons Sector or Sub Limitation on Market Limitation on National Treatment Additional Sector Commitment I. HORIZONTAL COMMITMENTS ALL SECTORS 3) Commercial Presence of 3) The Income Tax Law provides that non- INCLUDED IN the foreign service resident taxpayers will be subject to THIS SCHEDULE provider(s) may be in the withholding tax of 20% if they derive the form of joint venture and/or following income from Indonesian source: representative office, unless (a) Interest mentioned otherwise. (b) Royalties (c) Dividend Joint venture should meet the (d) Fee from service perform in Indonesia following requirements: a) Should be in the form of Land Acquisition Limited Liability Enterprise Undang-Undang Pokok Agraria (Land Law) No. (Perseroan Terbatas/PT), 5 of 1960 stipulates that no foreigners (juridical b) Not more than 49% of the and natural persons) are allowed to own land. capital share of the Limited However, a joint venture enterprise could hold Liability Enterprise the right for land use (Hak Guna Usaha) and (Perseroan Terbatas/PT), building rights (Hak Guna Bangunan), and they may be owned by foreign may rent/lease land and property. partner(s). Any juridical and natural persons should meet professional qualification requirements.
  • 26. Mode of Supply: (1) Cross-border supply (2) Consumption abroad (3) Commercial presence (4) Presence of natural persons Sector or Sub Limitation on Market Limitation on National Treatment Additional Sector Commitment 4) Subject to Indonesian Labour and Expatriate Charges Immigration Laws and Regulations, only directors, managers and Any foreign natural persons supplying technical experts/advisors, unless services are subject to charges levied by mentioned otherwise, are allowed to Governments Labour Laws and stay for two years and could be Regulations. extended for a maximum two times subject to two years extension each Any expatriate employed by a joint- time. Manager and technical experts venture enterprise, representatives (intra corporate transfer) are allowed office, and/or other types of juridical based on an economic needs test. person and/or an individual services provider must hold a valid working permit The entry and temporary stay of issued by the Ministry of Manpower and business visitor(s) is (are) permitted Transmigration for a period of 60 days and could be extended maximum for 120 days. Untuk ASEAN-China agreement on trade and service sampai saat ini belum ada komitmen di sektor keuangan
  • 27. ASEAN-KOREA LANDASAN HUKUM & CAKUPAN AKFTA  Pada pertemuan KTT ASEAN-Korea pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN dan Korea menyepakati “Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnership between ASEAN and Korea, establishing ASEAN-Korea Free Trade Area” sebagai landasan hukum bagi pembentukan ASEAN dan Korea FTA Framework Agreement dan Persetujuan Penyelesaian Sengketa AKFTA selanjutnya ditandatangani para Menteri Ekonomi ASEAN dan Korea pada tanggal 13 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia.  Persetujuan Perdagangan Barang AKFTA ditandatangani pada tanggal 24 Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sedangkan Persetujuan Jasa AKFTA ditandatangani pada saat KTT ASEAN di Singapura tahun 2007 dan Persetujuan Investasi ASEAN Korea ditandatangani pada KTT ASEAN Korea pada bulan Juni 2009 di Jeju Island, Korea. AKFTA telah menjadi sebuah persetujuan FTA yang komprehensif dengan telah ditandatanganinya persetujuan-persetujuan dibidang perdagangan barang, perdagangan jasa dan investasi.
  • 28. ASEAN-KOREA FTA SCHEDULE OF COMMITMENTS 28
  • 29. 29
  • 30. 30
  • 31. 31
  • 32. 32
  • 33. 33
  • 34. 34
  • 35. 35
  • 36. 36
  • 37. 37
  • 38. ASEAN-JEPANG LANDASAN HUKUM & CAKUPAN FTA  Landasan pembentukan perdagangan bebas ASEAN dan Jepang adalah Joint Declaration of the Leaders of the Comprehensive Economic Partnertship between ASEAN and Japan yang ditandatangani pada tanggal 5 Nopember 2002, serta Framework for Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and Japan yang ditandatangani tanggal 8 Oktober 2003.  Dalam KTT ASEAN-Japan ke-8, Para Kepala Negara ASEAN dan Jepang menyetujui Perjanjian Kerjasama Ekonomi ASEAN-Jepang dan mulai dilakukan negosiasi pada bulan April 2005 dan ditandatangani pada bulan Maret dan April 2008 secara adreferendum.  Persetujuan telah berlaku efektif per 1 Desember 2008. Persetujuan AJCEP merupakan suatu persetujuan ekonomi antara ASEAN dan Jepang yang bersifat komprehensif serta mencakup bidang perdagangan barang, jasa, investasi, SPS, TBT dan kerjasama ekonomi.  Persetujuan AJCEP telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2009 tanggal 19 November 2009 tentang Pengesahan Persetujuan AJCWP.
  • 39. ASEAN - JEPANG Ratifikasi dan Implementasi  Persetujuan AJCEP berlaku efektif sejak 1 Desember 2008  Sub komite untuk bidang jasa dan investasi telah terbentuk pada tanggal 15 Desember 2009. Pertemuan sub-komite Jasa AJCEP pertama kali tanggal 7 Juni 2010 di Tokyo, Jepang. Disepakati agar negosiasi dibidang jasa diselesaikan agustus 2011  Enam sektor jasa yang menjadi perhatian jepang kepada ASEAN adalah (i) computer-related, (ii) telekomunikasi, (iii) konstruksi, (iv) distribusi, (v) Finansial dan (vi) maritim Pending Issue  Indonesia perlu mengidentifikasi dan menyusun indicative request / offer
  • 40. Matriks Jasa ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) Isu yang akan Posisi Terakhir Current Position Tindak lanjut dibahas Bangkok,2-3 Agst,2010 Thailand,5-8 Okt,2010 Current • Membahas lebih • Jepang menilai • Sesuai mandat Situation of dalam perihal pendekatan pertemuan di Trade in perlakuan khusus dan negative list lebih Hanoi, ASEAN Services in berbeda kepada business friendly, menginginkan ASEAN and negara CLMV. dimungkinkan untuk pendekatan Japan • “Daftar transparansi” mengetahui sejak positive list tindakan tidak awal hambatan dan dengan semua konsisten dengan sektor/sub sektor mitra dialog akses pasar (MA) dan yang tertutup. • Perlu disipkan ketentuan National • Jika AMS bottom line Tratment (NT) menginginkan position. • Jepang melakukan pendekatan positive pendekatan negative list, Jepang meminta dari EPAs Jasanya untuk memasukkan dengan non-anggota kewajiban ASEAN transparansi list • Cost and benefit • Cost and benefit melakukan jasa tidak perlu dilakukan AJCEP di tingkat regional
  • 41. Isu yang akan Posisi Terakhir Current Position Tindak dibahas Bangkok,2-3 Agst,2010 Thailand,5-8 Okt,2010 lanjut Work plan on the • Usulan Jepang” dalam work plan of the sub Committe on sub Committee on services mengenai Services Tentative outline of the trade in services bahwa keuntungan yang diterima oleh anggota ASEAN melalui AFAS sebagaimana direncanakan dalam AEC blueprint dapat dimanfaatkan oleh Jepang Date and Venue • Jepang menawarkan untuk menjadi of the next Sub- host di Tokyo, direncanakan pada bulan Committee Desember 2010, Sub committee Meeting services juga akan berkoordinasi dengan sub committee karena meeting lebih baik dilakukan secara paralel. Other Matters • Pihak Jepang tidak menginginkan dimasukkannya chapter of Movement of Natural person (MNP) pada agreement.
  • 42. ASEAN-AUSTRALIA& NEW ZEALAND DASAR HUKUM & CAKUPAN  Pembentukan AANZFTA adalah dengan disepakatinya Joint Declaration of the Leaders ASEAN-Australia and New Zealand Commemorative Summit pada tanggal 30 November 2004 di Vientiane, Laos yang di dalamnya tertuang Guiding Principles for Negotiation on ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Area.  Persetujuan ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Area diselesaikan pada bulan Agustus 2008 dan ditandatangani oleh Para Menteri Ekonomi ASEAN, Australia dan New Zealand pada tanggal 27 Februari 2009 di Hua Hin, Thailand yang mencakup: Perdagangan Barang, Jasa, Investasi, ROO, Customs, SPS, TBT, Safeguard, Hak Kekayaan Intelektual, Kebijakan Persaingan, MNP, Kerjasama Ekonomi, DSM, e-commerce.  Indonesia bersama negara ASEAN lainnya memberikan komitmen liberalisasi jasa tidak melebihi dari komitmen yang terdapat dalam kesepakatan internal ASEAN Paket ke-5 (ASEAN Framework Agreement on Services/AFAS).
  • 44. 44
  • 45. 45
  • 46. 46
  • 47. 47
  • 48. 48
  • 49. 49
  • 50. 50
  • 51. 51
  • 52. 52
  • 53. 53
  • 54. 54
  • 55. 55
  • 56. 56
  • 57. 57
  • 58. ASEAN - INDIA  Perundingan perdagangan jasa pada ASEAN-India FTA masih dalam tahap negosiasi Terdapat banyak permasalahan: • Draft Text Persetujuan Jasa • Draft Text Movement of Natural Person (MNP) • Draft Teks Annex on Financial Services (AFS) • Requests and Offers
  • 59. PERMASALAHAN INDIA ASEAN Masukan Rapat 27 September 2010 Draft Teks Annex on Financial Services (AFS) Latar Meskipun secara umum Usulan yang disampaikan Rapat menyepakati Belakang India dapat memahami ASEAN tersebut pentingnya AFS untuk pentingnya AFS, namun mempertimbangan: menanggulangi krisis masih terlihat (i) pentingnya mengatur dan AFS ini telah keengganan India untuk secara khusus dilakukan di perjanjian memasukan AFS yang perdagangan jasa ASEAN-mitra dialog melebihi GATS dalam keuangan ASEAN-India lainnya. AI-TISA mengingat karakteristiknya yang sangat sensitif (ii) usulan AFS relevan dengan GATS, (iii) AFS menyediakan suatu prudential measure untuk menanggulangi terjadinya krisis, dan (iv) Annex serupa telah diterima dalam ASEAN- Korea FTA dan ASEAN- Australia-New Zealand FTA.
  • 60. PERMASALAHAN INDIA ASEAN Masukan Rapat 27 September 2010 Article on Prudential Penambahan provisi ASEAN berpandangan Rapat mendukung Measure, Exchange usulan ASEAN dinilai bahwa penambahan perlunya policy space Rate and Financial India tidak memberikan provisi tersebut akan untuk menjaga stabilitas Stability nilai tambah mengingat memberikan tambahan nilai tukar dan sistem article on prudential policy space untuk keuangan dari serangan measure dalam GATS menjaga stabilitas nilai para spekulan sudah sangat fleksibel tukar dan sistem (speculative attack). dan powerful untuk keuangan dari serangan diterapkan dengan para spekulan alasan prudential. (speculative attack). Klasifikasi Sub Sektor India mengusulkan Definisi tersebut adalah Mengingat sudah Jasa Keuangan untuk menghapus original GATS teks merupakan definisi definisi pada Butir sehingga penghapusan original GATS, maka 5.(xvi) dalam AFS atas definisi dimaksud butir 5 (xvi) sebaiknya karena dinilai akan akan berdampak pada tidak dihapuskan membatasi klasifikasi inkonsistensi mengingat sub sektor jasa kedua belah pihak keuangan yang terus adalah anggota WTO berkembang. yang mentaati provisi- provisi dalam GATS.
  • 61. ASIA-PACIFIC ECONOMIC COOPERATION APEC
  • 62. Perundingan Perdagangan Jasa di Forum APEC  Prinsip kerja sama APEC tertuang dalam Osaka Action Agenda 15, antara lain : Comprehensive, WTO- Consistent, Voluntary/ Non-Binding, Comparability, Transparent.  Pembahasan serta kegiatan dalam bidang jasa mengacu pada kesepakatan APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) ke-17 tahun 2009 di Singapura, yaitu : 1. APEC Principles for Cross-border Trade in Services 2. APEC Services Action Plan  Pembahasan isu jasa di APEC dilakukan oleh salah satu Sub fora Committee on Trade in Investment (CTI), yaitu : Group on Services (GOS)  Terakhir, GOS diadakan pada bulan Mei 2010 di Sapporo, Jepang
  • 63. Pembahasan isu jasa tahun 2010  Jasa merupakan salah satu key areas of REI (Regional Economic Integration) agenda APEC tahun 2010 selain a.l. the digital economy, investment, trade facilitation, rules of origin and standards/technical barriers to trade.  Acuan: Kesepakatan AELM ke 17 tahun 2009 di Singapura yaitu: the APEC Principles for Cross-Border Trade in Services and the APEC Services Action Plan yang menjadi dasar bagi APEC’s future work untuk promosi services trade dan membentuk greater convergences di antara ekonomi APEC dalam jasa. 63 63
  • 64. Pembahasan isu jasa tahun 2010 Principles for Cross-Border Trade in Services Tujuan: shared commitments to achieving greater regional economic integration and free and open trade in services in the APEC region Sifat: non- binding Prinsip-prinsip yang ada terkait dgn: regulatory, enhance transparency & predictibility, facilitate services delivered electronically, facilitate services delivered through the presence of natural persons 64 64
  • 65. Pembahasan isu jasa tahun 2010 APEC Services Action Plan  2008 AELM Statement: called for accelerated implementation of APEC’s REI, and:…to undertake initiatives designed to promote greater convergence in key areas including cross-border services.  Services Action Plan (SAP) developed to provide level of coordination and focus to the services-related work conducted across all of APEC  The aim of the SAP is to provide common direction and coherence to APEC’s work on services trade, and establish a forward work program to foster the development of open and efficient services markets in the APEC region. 65 65
  • 66. BILATERAL INDONESIA JEPANG ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)
  • 67. Bilateral Indonesia – Jepang Economic Partnership Agreement (IJEPA)  Dasar hukum term of reference IJEPA Mei 2003.  Prinsip dasar legally binding dan positive list approach.  Metode Perundingan plenary dan sektoral working group dengan cara request-offer approach.  IJEPA ditandatangani oleh Perdana Menteri Jepang dan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Agustus 2007.  Proses ratifikasi telah selesai dilaksanakan dan telah ditandatangani presiden tanggal 19 Mei 2008. IJEPA memasuki fase entry into force pada tanggal 1 Juli 2008. 67
  • 68. Standstill (SS) dan S Commitments (1) a. Standstill (SS) Commitments Jepang menekankan prinsip “SS” Commitment yang mempunyai pengertian bahwa komitmen yang dibuat harus sama dengan peraturan yang berlaku. Indonesia menyatakan kesulitannya dalam menerapkan prinsip dimaksud karena sedang berada dalam proses reformasi peraturan. Sedangkan untuk sektor jasa yang belum diatur dengan peraturan perundangan, Indonesia tidak akan menerapkan prinsip tersebut. 68
  • 69. Standstill (SS) dan S Commitments (2) b. “S” Commitments  Jepang juga kembali meminta pertimbangan Indonesia agar memberikan jaminan bagi existing service suppliers / companies untuk tetap dapat menikmati tingkat liberalisasi unilateral yang tinggi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan untuk menghindari implikasi negatif dari perjanjian bilateral IJEPA dimaksud.  Terhadap usulan dimaksud, Indonesia menyatakan akan mendukung existing companies yang telah menikmati equity participation di atas komitmen sepanjang masih sesuai dengan peraturan yang berlaku namun tidak dapat memberikan suatu jaminan. 69
  • 70. “S” Commitments “S” komitmen adalah komitmen pihak Indonesia yang tidak menambah restriksi lebih lanjut terhadap penyedia jasa yang telah ada di Indonesia dan telah menikmati tingkat liberalisasi yang lebih tinggi dari komitmen Indonesia tetapi masih dalam batas-batas ketentuan yang berlaku. Indonesia telah memberikan “S” komitmen untuk sektor non-banking financial. Komitmen Indonesia dalam sektor jasa keuangan disusun sesuai dengan komitmen jasa keuangan Indonesia untuk GATS. 70
  • 71. DOMESTIC REGULATION IN FINANCIAL SERVICES 71
  • 72. Domestic Regulation Type of Legal Long Title in Long Title in Short Title Instrument Indonesian English Law UU No. 2/1992 Undang-Undang Nomor Law No. 1992 2/1992 Tentang Usaha Concerning Perasuransian Insurance Business UU No. 7/1992 Undang-Undang Nomor Law No. 7/1992 7/1992 Tentang Concerning Perbankan Banking UU No. 8/1995 Undang-Undang Nomor Law No. 8/ 1995 8/1995 Tentang Pasar Concerning Capital Modal Market UU No. 21/2008 Undang Undang Nomor Law No. 21/2008 21/2008 Tentang Concerning Sharia Perbankan Syariah Banks
  • 73. Domestic Regulation Type of Legal Long Title in Long Title in Short Title Instrument Indonesian English Government PP No.73/1992 Peraturan Pemerintah Government Regulation Regulation Nomor 73/1992 Tentang No. 73l1992 Concerning Penyelenggaraan Usaha Insurance Business Perasuransian PP No. 45/1995 Peraturan Pemerintah Government Regulation Nomor 45/1995 Tentang No. 45l1995 Concerning Pasar Modal Indonesia Capital Market Business Activity PP No. 77/1992 Peraturan Pemerintah Government Regulation Nomor 77/1992 Tentang No.7711992 Concerning Dana Pensiun Lembaga Private Financial Keuangan Institution Pension Funds
  • 74. Domestic Regulation Type of Legal Short Title Long Title in Indonesian Long Title in English Instrument Presidential PERPRES No. Peraturan Presiden President Regulation Regulation 9/2009 Nomor 9/2009 Tentang No. 9/2009 Lembaga Pembiayaan Concerning Peraturan Presiden Financing lnstitution Nomor 111/2007 Tentang Presidential Perubahan Peraturan Regulation Presiden Nomor 7712007 No. 111/2007 Tentang Daftar Bidang Concerning the Usaha yang Tertutup dan Amendment to Bidang Usaha Yang Presidential Terbuka Dengan Regulation Persyaratan di Bidang Concerning Lists of Penanaman Modal Business Fields that are Closed to lnvestment and Business Fields that are Conditionally Open for lnvestment
  • 75. Domestic Regulation Type of Legal Long Title in Long Title in Short Title Instrument Indonesian English Law UU No. 21/2008 Undang Undang Nomor Law No. 21/2008 21/2008 Tentang Concerning Sharia Banks Perbankan Syariah Government PP No. 45/1995 Peraturan Pemerintah Government Regulation Regulation Nomor 45/1995 Tentang No. 45/1995 Concerning Pasar Modal Indonesia Capital Market Business Activity Presidential PERPRES No. Peraturan Presiden President Regulation No. Regulation 9/2009 Nomor 9/2009 Tentang 9/2009 Concerning Lembaga Pembiayaan Financing lnstitution Peraturan Presiden Presidential Regulation Nomor 111/2007 Tentang No. 111/2007 Concerning Perubahan Peraturan the Amendment to Presiden Nomor 7712007 Presidential Regulation Tentang Daftar Bidang Concerning Lists of Usaha yang Tertutup dan Business Fields that are Bidang Usaha Yang Terbuka Closed to lnvestment and Dengan Persyaratan di Bidang Business Fields that are Penanaman Modal Conditionally Open for lnvestment
  • 76. Domestic Regulation Type of Legal Long Title in Long Title in Short Title Instrument Indonesian English Ministerial Regulation PERMEN No. Peraturan Menteri Ministry of Finance 199/PMK.010 Keuangan Nomor 199/ Regulation No. 199/ /2008 PMK.010/2008 Tentang PMK.010/2008 Investasi Dana Pensiun Concerning Pension Fund Investment Bank Indonesia PER Bl No. Peraturan Bank Indonesia Nomor Bank Indonesia Regulation 9/8/PBl/2007 9l8lPBll2007 Regulation No. 9/8/PBl/2007 Tentang Pemanfaatan Concerning the Use Tenaga Kerja Asing dan Program Alih of Foreign Workers and Pengetahuan Di Sektor Transfer of Knowledge in the Perbankan Banking Sector Ministerial Decree KEPMEN No. Keputusan Menteri Nomor Minister of Finance 426/KMK.06/2002 426/KMK.06/2002 Ministerial Decree No. Tentang Perizinan Usaha dan 426/KMK.06/2002 Kelembagaan Concerning lnsurance and Perusahaan Asuransi dan Reinsurance Perusahaan Reasuransi
  • 77. Domestic Regulation Type of Legal Long Title in Short Title Long Title in English Instrument Indonesian Directorate General KEPDIR No. Keputusan Direktur JenderaI Directorate General of Financial Decree KEP-42631 Lembaga Keuangan Nomor KEP- Institution Decree No.4263 LW2004 4263/LK/2004 Tentang /LK/2004 Concerning Knowledge Persyaratan Pengetahuan di Requirements in Pension Funds Bidang Dana Pensiun Serta Tata and Fulfillment Guidelines for Cara Pemenuhannya Bagi Officials in Employers Pension Pengurus Dana Pensiun Pemberi Funds, Companies and Officials Kerja dan Pelaksana Tugas of Private Financial Institutions Pengurus Dana Pensiun Pension Funds Lembaga Keuangan Bank Indonesia Surat Edaran Surat Edaran lndonesia Bank Indonesia Circulaiion Letter Circulation Letter Bank lndonesia 9/27lDPNP/2009 Pelaksanaan No.9/27/DPNP/2009 No.9/27/DPNP/ Pemanfaatan Ban k Nomor Concerning the Use of Foreign 2009 Tentang Tenaga Kerja Asing dan Workers and Transfer of Program Alih Pengetahuan di Knowledge in the Banking Sector Sektor Perbankan
  • 78. TERIMA KASIH Please visit our website at http://ditjenkpi.kemendag.go.id 6
  • 79. Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN Pemenuhan threshold AFAS 7 Jumlah sub sektor yang harus diliberallisasi : 65 Sub Sektor FEP PIS (Air Travel, e-ASEAN, tourism, healthcare): 51%, FEP Non PIS dan sektor logistik : 49% Mode 1 dan Mode 2 harus “none”
  • 80. Indikasi Tambahan Offers (2) Sektor Distribution mengindikasikan membuat komitmen pada sub sektor jasa Multi Level Marketing untuk Mode 1 dan Mode 2; Sektor Financial Services (Perbankan) mengindikasikan menambah area geografis untuk beroperasinya cabang bank asing. Sektor Air Transport mengindikasikan akan menyampaikan commitment di Aircraft maintenance and repair services (CPC 8868) dengan pembatasan FEP 49%. 80
  • 81. Komitmen Initial Offer (1)  Commercial presence dalam bentuk Joint Venture berupa Perseroan terbatas (PT) dan tidak lebih dari 49% foreign equity participation atau representative office;  Secara umum Foreign participation tidak melebihi 49%, kecuali untuk jasa konstruksi diperbolehkan sampai 55% dan untuk jasa keuangan baik bank maupun non-bank dibuka sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku; 81