Spora bakteri terdiri dari inti, korteks, dan dinding yang melindunginya dari lingkungan ekstrim. Bakteri membentuk spora untuk bertahan hidup ketika kondisi buruk dan akan kembali tumbuh menjadi sel vegetatif normal ketika kondisinya membaik. Beberapa teknik pewarnaan digunakan untuk membedakan spora dan sel vegetatif bakteri di bawah mikroskop.
3. Spora
Core: sitoplasma dari spora yang
didalamnya terkandung semua unsure
untuk kehidupan bakteri seperti
kromosom yang komplit, komponen-
komponen untuk sintesis protein dan
sebagainya.
Cortex: lapisan yang paling tebal dari
spora envelope, terdiri dari lapisan
peptidoglikan tapi dalam bentuk yang
istimewa.
Dinding spora: lapisan paling dalam dari
spora, terdiri dari peptidoglikan dan akan
menjadi dinding sel bila spora kembali
dalam bentuk vegetative.
Eksosporium: lipoprotein membrane
yang terdapat dari luar.
Coat: terdiri dari zat semacam keratin,
dan keratin inilah yang menyebabkan
spora relatif tahan terhadap pengaruh
luar.
4. PENGERTIAN
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang
sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari
luar.Patogen yang digunakan untuk
mengendalikan serangga adalah bakteri
pembentuk spora.
6. Jenis spora menurut fungsinya
Spora sebagai alat persebaran untuk tumbuhan
berpembuluh non-biji, lumut, fungi, dan Myxozoa.
Spora dengan pengertian ini dikenal juga sebagai
diaspora.
Endospora dan Eksospora, merupakan spora yang
dibentuk oleh bakteri tertentu (dari divisio Firmicuta)
sebagai alat pertahanan hidup dalam kondisi
ekstrem.
Klamidospora (chlamydospore), fungsinya mirip
dengan endospora, tetapi dihasilkan oleh fungi.
Zigospora sebagai alat persebaran haploid dari fungi
Zygomycota. Spora ini berdinding tebal dan dapat
tumbuh menjadi konidium atau zigosporagnium.
7. Jenis spora berdasarkan
pembentukannnya
Spora yang dihasilkan dari meiosis dinamakan
meiospora dan yang dihasilkan dari mitosis
dinamakan mitospora.
Contoh penghasil meiospora: paku air, rane, tumbuhan
lumut, tumbuhan berbiji. Meiospora menumbuhkan
organisme haploid (disebut protonema pada tumbuhan
lumut dan disebut protalus pada rane dan paku air) yang
menghasilkan spermatozoid dan sel telur. Pada tumbuhan
berbiji, meiospora tumbuh menjadi serbuk sari (pollen) dan
kantung embrio.
Contoh penghasil mitospora: sebagian besar paku-pakuan,
sebagian besar fungi. Pada paku-pakuan, mitospora
tumbuh menjadi protalus yang setelah dewasa menjadi
protalium.
8. Proses Pembentukan Spora
1. Terjadi kondensasi DNA pada bakteri yang akan
membentuk spora
2. Terjadi pembalikan membran sitoplasma,
sehingga, lapisan luar membran kini menjadi
lapisan dalam membran (calon) spora.
3. Pembentukan korteks primordial (calon korteks)
4. Pembentukan korteks
5. Spora terlepas dan menjadi spora yang bebas,
pada tahap 5 ini,jika spora mendapatkan
lingkungan yang kondusif, maka ia bisa tumbuh
menjadi satu sel bakteri yang baru.
9. Dalam spora, sifat-sifat bakteri tetap. Spora
dibentuk, jika keadaan lingkungan tidak
menguntungkan baginya misalnya, untuk
pertahanan diri. Spora sangat tahan terhadap suhu
tinggi dan desinfektan. Hal ini disebabkan karena
dinding spora sangat kuat dan tersusun atas 3
lapisan, antara lain: intin (lapisan dalam), ektin
(lapisan luar), dan lapisan lendir yang terlihat
diantara intin dan ektin. Di dalam bentuk spora
bakteri akan tahan lama tanpa makanan dan tidak
melakukan pembiekan, jika lingkungan di luar telah
membaik, maka dinding spora akan pecah dan
bentuk vegetatif akan keluar dan bakteri akan
aktif kembali.
12. Prinsip
Alat dan Bahan
Bagan Kerja
Hasil Pengamatan
13. Spora adalah mekanisme pertahanan dari
bakteri dimana keadaan lingkungan ekstrim
(tidak memungkinkan bakteri hidup). Spora
dilapisi oleh lilin, sehingga ketika dipanaskan lilin
akan meleleh dan zat warna akan masuk, tetapi
ketika didinginkan lilin kembali mengeras dan
membeku, zat warna akan terperangkap dalam
lapisan tersebut sedangkan sel vegetatif
diwarnai oleh zat warna kedua.
Schaeffer Fulton
14. Alat : Bahan :
Kaca arloji Pipet tetes Lautan fisiologis
Tabung Ose Suspensi bakteri 28 jam
reaksi Spirtus
Pensil glass
Air suling
Rak tabung Bak
Zat warna malasit hijau
Pembakar pewarna
Zat warna safranin
spirtus Kertas Alkohol
Labu saring Kapas
semprot Minyak imersi
Schaeffer Fulton
19. Spora kuman mempunyai dinding yang
tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-
pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk,
dengan pencucian pori-pori kembali mengecil
menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat
dilepas walaupun dilunturkan dengan asam
alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna
fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru
dari methylen blue.
Klein vedder
21. 1. Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol
fuchsin sama banyak.
2. Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada
penangas air 80c selama 10 menit.
3. Dibuat sediaan dan dikeringkan.
4. Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
5. Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi
warna merah mengalir.
6. Sediaan dicuci dengan air.
7. Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit
kemudian dicuci dan dikeringkan.
8. Diperiksa dibawah mikroskop. Klein vedder
24. 1. Buat sediaan dari biakan kuman yang umurnya 2 hari
dalam bouillon (dari agar miring), sesudah di
keringkan 3x, tetesi dengan chloroform selama 2
detik.
2. Cuci dengan air, tetesi dengan asam chromat selama
2 detik.
3. Cuci dengan air kran, bubuhi dengan carbol-fuchsin,
uapkan (jangan mendidih) biarkan menguap selama
5 menit.
4. Cuci dengan asam asetat 5%, kemudian dengan air.
5. Bubuhi dengan methylen biru 1% kira-kira 2 detik.
6. Methylen biru dibuang dan keringkan dengan kertas
saring, periksa dengan mikroskop.
Muller