Studi kelayakan bisnis collaborative workplace di Bandung menganalisis aspek pasar, teknis, manajemen dan keuangan untuk menilai peluang bisnis ruang kerja bersama untuk pelaku industri kreatif di kota tersebut."
3. Peran pemerintah dalam mendukung ekonomi kreatif
Tahun Indonesia Kreatif 2009
“Rencana pengembangan ekonomi kreatif indonesia 2009-2015”
serta “Rencana pengembangan 14 subsektor industri kreatif 2009-2015”
Departemen perdagangan RI Periklanan
Arsitektur
mengklasifikasi menjadi : Pasar seni dan barang antik
14 subsektor industri kreatif Kerajinan
Desain
Fashion
Video-film dan fotografi
Permainan interktif Stan "recycle experience" di arena Urbanfest 2008, Minggu
Musik (29/6), menampilkan hiasan dan mainan yang terbuat dari
Riset dan pengembangan barang limbah.
PDB sektor ekonomi kreatif 6% Penerbtan dan percetakan
Layanan komputer dan piranti lunak
Televisi dan radio
Seni pertunjukan
4. Bandung merupakan kota industri kreatif
Sebanyak tiga kota berkontribusi besar terhadap pertumbuhan industri kreatif. Bandung
adalah kota yang kontribusinya tertinggi. Secara keseluruhan industri kreatif menyumbang
6 % (2008) dari PDB nasional
- Mari Elka Pangestu -
Pilot project kota kreatif se-Asia Timur di Yokohama 2007
Peran pemerintah daerah dalam ekonomi kreatif Jabar
Jabar siap menjadi proyek percontohan dalam mengembangkan industri kreatif nasional
Merangkul komunitas-komunitas untuk menggelar kegiatan tahunan (KICK-fest)
Mengusulkan perlunya ruang bagi kawula muda untuk bereksperimen di kota Bandung
PDRB sektor ekonomi kreatif
7.82% (Rp 257 triliun rupiah) Stan "recycle experience" di arena Urbanfest 2008, Minggu
(29/6), menampilkan hiasan dan mainan yang terbuat dari
barang limbah.
Pertumbuhan PDRB
4% hingga 5%
6. ekonomi kreatif
creative entrepreneur industri kreatif creative entrepreneur
creative entreprenuer
membutuhkan ruang
kerja yang menunjang
untuk berkreasi
“office accomodation is a costly resource,
often the second largest behind labor cost”
sisi biaya menjadi faktor Pole and Mackay (2009)
penghambat untuk memiliki
ruang kerja yang menunjang
7. Keunggulan Kelemahan
Untuk kebutuhan meeting tempat relatif fleksibel Biaya variabel yang cukup tinggi setiap meeting
Mendapatkan atmosfir berbeda dalam meeting Fasilitas untuk meeting formal tidak selalu tersedia
Cafe
Tingkat kegaduhan cenderung tinggi
Waktu meeting terbatas
Rumah, Kosan & Biaya sewa cenderung rendah ataupun nihil Gangguan secara personal cukup tinggi
Apartment Waktu cenderung tidak terbatas jam kantor Kurang menimbulkan kesan profesionalitas
Kantor pada Kesan profesionalitas tinggi Biaya sewa tinggi dan cenderung tidak terjangkau
Umumnya
situasi cenderung kondusif untuk bekerja
collaborative workplace merupakan suatu ruang kerja kreatif
lengkap dengan fasilitas pendukungnya yang diperuntukan bagi
para creative entrepreneur
8. operasional online services
provider internet pelaku bisnis
harian assistant
industri kreatif
offline services
assistant
pelaku bisnis freelancer
usaha kecil
premium service dan mikro
ex : meeting room, (start-up)
coffee area, locker,
komunitas unlimited internet word-of-mouth
pelaku bisnis access, virtual office
ATL & BTL
lokasi kantor
komunitas
industri kreatif
teknologi
company cost (operation, HR, administration) ruang kantor per meja (dedicated space)
event-event meeting room
marketing alamat kantor (virtual office)
11. Identifikasi Masalah
bagaimana studi kelayakan bisnis collaborative
workplace bagi creative entrepreneur ditinjau dari sudut
pandang aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan aspek keuangan
Tujuan Penelitian
Mengukur kelayakan bisnis collaborative workplace bagi
para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri kreatif
di kota Bandung
Menghasilkan studi kelayakan bisnis collaborative
workplace dilihat dari sudut pandang aspek pasar,
teknis, manajemen dan keuangan
13. Collaborative workplace
Kerangka Pemikiran
GAGASAN BISNIS
ANALISA POTENSI BISNIS
Lingkungan & Keunggulan
Bisnis
Layak ? TIDAK
YA
PERENCANAAN BISNIS
ASPEK PASAR ASPEK ASPEK KEUANGAN
ASPEK TEKNIS
Proyeksi penjualan & MANAJEMEN Cash flow
Deskripsi operasi
rincian program Struktur organisasi Laba rugi
Proses operasi
pemasaran Job description Ratio analysis
Layak ?
Layak
Layak TIDAK
YA
START-UP
14. Collaborative workplace
Metodologi Penelitian
Penelitian yang digunakan
adalah metode analisis
deskriptif kualitatif yang
kemudian dibandingkan dengan
kriteria bisnis menurut Jeffry A.
Timmons
16. Collaborative workplace
Variabel Penelitian
Variabel Konsep Indikator
Aspek Pasar Aspek pasar mencakup jenis Niat Pembeli
dan bentuk pasar yang akan
dituju dan bagaimana mengukur
permintaan dan penawaran dari
pasar, baik saat ini maupun saat
yang akan datang
Aspek Pemasaran Aspek pemasaran mencakup Harga
penentuan segmentasi pasar, Produk
target segmen dan posisi di pasar Lokasi
serta strategi bauran pemasaran
Aspek Teknis Aspek teknis mencakup masalah Masalah desain
penentuan desain, masalah Masalah operasional
operasional dan layanan Layanan
Aspek Manajemen Mencakup masalah perencanaan, Perencanaan
pengorganisasian dan pengendalian Pengorganisasian
dari bisnis proses hingga SDM Pengendalian
Perencanaan SDM
Job description & spec
Sistem pengupahan
Legalitas
Aspek Keuangan Mengetahui perkiraan pendanaan Kebutuhan dana
dan aliran kas dari bisnis yang Kebijakan aliran kas
berjalan Penilaian rencana bisnis
Aspek Industri Menganalisis persaingan lingkungan Five Force Porter
industri dimana bisnis perusahaan
berada dengan menggunakan konsep
kompetitif strategi Michael Porter
18. ASPEK PASAR ASPEK PEMASARAN ASPEK TEKNIS
Niat pembeli Kompetitor Desain
Jumlah pemain dalam
Marketing mix Operasional
pasar
Bagaimana STP Jenis layanan
persaingan antar
pemain KRITERIA BISNIS
TIMMONS MODELS
ASPEK MANAJEMEN ASPEK KEUANGAN ASPEK INDUSTRI
Perencanaan, Kebutuhan dana Five force porter
pengorganisasian, dan Cash flow (persaingan usaha sejenis,
pengendalian ancaman pendatng baru,
Penilaian rencana kekuatan pemasok,
SDM bisnis dan analisis kekuatan pembeli, produk
sensitivitas substitusi)