SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 50
Baixar para ler offline
LAPORAN INVESTIGASI KERUSAKAN
  PEGAS ULIR BOGIE KERETA API




               Oleh:

         ABRIANTO. AKUAN




      JURUSAN TEKNIK METALURGI
           FAKULTAS TEKNIK
  UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
              BANDUNG
                1994
ABRIANTO



                                    ABSTRAK

         Investigasi dilakukan terhadap kerusakan pegas ulir bogie
 luar kereta api yang terbuat dari bahan 60 Si Mn 7 dengan kadar
 karbon 0,639% dan kadar silikon 1,45% serta kadar mangan
 0,701%, dengan dimensi pegas yaitu sebagai berikut :
  Diameter kawat pegas, d = 36 mm
  Diameter lilitan pegas, D = 236 mm
  Tinggi bebas pegas, lo = 361 mm
  Jumlah lilitan aktip pegas, n = 4
  Jumlah total lilitan pegas, n’ = 6
  Konstanta pegas, C = 30 Kg/mm2
         Berdasarkan     analisa   patahan   menunjukkan     bahwa
 gagalnya komponen tersebut disebabkan oleh patah lelah (fatigue
 fracture) dengan awal retakan pada daerah kerusakkan akibat
 fretting. Dari hasil pengujian kekerasan diperoleh harga kekerasan
 permukaan kawat pegas, lebih rendah dibandingkan dengan
 kekerasan pada daerah         bagian dalam penampangnya (41,3
 HRc<47,8 HRc) sehingga ketahanan aus dan ketahanan lelahnya
 menurun, serta dari hasil pengujian metalografi diperoleh pula
 pada bagian permukaan kawat pegas memiliki ukuran besar butir
 fasa karbida dalam matrik martensit temper yang lebih kasar
 dibandingkan dengan bagian dalam penampangnya.(5,1.10-3
 mm>4,6.10-3 mm) sehingga kekuatan dan kekerasannyapun lebih
 rendah     dibandingkan       dengan    daerah     bagian    dalam
 penampangnya. Berdasarkan analisa tegangan yang dilakukan,
 dapat menentukan sekaligus menjawab mengapa kegagalan
 terjadi, yaitu dengan adanya kerusakan berupa fretting,
 menyebabkan perubahan dimensi permukaan kawat pegas,
 sehingga tegangan nominal yang bekerja melebihi daerah aman
 batas lelahnya, juga daerah fretting merupakan daerah yang
 sangat sensitif terhadap retak lelah.
         Penyebab kegagalan pada kasus ini dapat dikatagorikan
 sebagai kesalahan proses pengerjaan dan kesalahan design,
 karena adanya perubahan ukuran besar butir dalam struktur
 mikro dimana fasa karbida dalam matrik martensit temper pada
 daerah permukaan kawat pegas, lebih kasar dari daerah bagian
 dalam penampangnya. Serta kurangnya lilitan mati diantara lilitan
 aktip dari pegas sehingga ujung lilitan menjadi titik konsentrasi
 keausan pertama yang mempercepat kerusakan fretting.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   1
ABRIANTO


                                   DAFTAR ISI


                                                                                 hal
 ABSTRAK                                                                         i
 DAFTAR ISI                                                                      ii
 BAB I. PENDAHULUAN                                                              1
            1.1 Latar belakang masalah                                           1
            1.2 Tujuan investigasi                                               1
 BABII. OBSERVASI LAPANGAN                                                       2
            2.1 Data dan kerusakan pegas ulir bogie                              2
            2.2 Proses pembuatan pegas ulir bogie                                11
 BABIII. PENGUJIAN LABORATORIUM                                                  13
             3.1 Pengujian komposisi kimia                                       13
             3.2 Pengujian tarik                                                 13
             3.3 Pengujian kekerasan                                             16
             3.4 Pengujian metalografi                                           18
 BAB IV. ANALISIS                                                                22
             4.1 Analisis metalurgis                                         22
             4.2 Analisis mekanis                                            28
 BABV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI                                            34
             5.1 Kesimpulan                                                  34
             5.2 Rekomendasi                                                 35
 DAFTAR PUSTAKA
 LAMPIRAN




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api        2
ABRIANTO



                                     BAB       I
                               PENDAHULUAN

 1.1       Latar belakang masalah
           Pegas ulir bogie luar adalah komponen bagian dari
 bogie kereta api yang berfungsi untuk mengurangi beban
 impak atau meringankan kejutan dan sebagai pendukung
 getaran massa dengan mekanisme lendutan lilitan-lilitan
 pegasnya yang berosilasi diantara posisi keseimbangannya
 pada saat gerbong kereta mengalami goyangan kiri-kanan.
 Dalam operasinya pegas ulir bogie luar ini mengalami beban
 puntir dengan tegangan-tegangan yang bekerja terdiri atas
 tegangan normal dan tegangan geser.
           Masalah yang sering dihadapi pada pegas ulir bogie
 luar      kereta     api    ini   adalah      mengalami        patah,     yang
 mengakibatkan terbatasnya umur pakai dalam waktu yang
 lebih singkat. Seringnya terjadi kerusakan ini akan sangat
 menghambat            pemakaian        gerbong       kereta     api,     karena
 penggantian komponen tersebut sangat memakan waktu,
 biaya, serta diiringi pula dengan kerugian-kerugian lainnya.


 1.2       Tujuan observasi
           Dengan       melihat      kondisi       tersebut     diatas,    maka
 dilakukan obsevasi yang diharapkan dapat mengetahui
 sebab-sebab terjadinya kerusakan pegas ulir bogie luar
 gerbong kereta api ini, serta dengan diketahuinya penyebab
 kerusakan          tersebut       dapat       diambil        langkah-langkah
 penanggulangannya              agar    kerusakan        yang     sama     tidak
 terulang kembali pada masa-masa berikutnya.


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   3
ABRIANTO


           Untuk      mencapai       tujuan      diatas     tersebut,      maka
 dilakukan         tahapan-tahapan            kegiatan       yang      meliputi
 observasi lapangan dan pengujian-pengujian laboratorium
 yang terdiri atas pengujian komposisi kimia, pengujian
 kekerasan dan pengujian metalografi, serta dilakukan pula
 analisis metalurgis maupun mekanis.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   4
ABRIANTO



                                         BAB      II
                              OBSERVASI LAPANGAN


           Pada gerbong kereta dengan jenis bogie tipe 7 untuk
 gerbong kereta penumpang terdapat 2 bogie (chassis) yang
 terdiri atas 4 roda, 8 pegas ulir roda, dan 4 pasang pegas
 ulir bogie yang setiap pasangnya teridi atas satu pegas ulir
 bogie luar dan satu pegas ulir bogie dalam, sehingga dalam
 satu gerbong kereta terdapat 8 roda, 16 pegas ulir roda,
 dan 8 pasang pegas ulir bogie yaitu 16 pegas ulir bogie
 dalam dan 16 pegas ulir bogie luar.
           Dalam operasinya, pegas ulir bogie yang mengalami
 kerusakan di tengah perjalanan, maka kereta tersebut
 masih       bisa    melanjutkan        perjalanannya        hingga     stasiun
 tujuan, karena patahnya salah satu pegas ulir bogie masih
 dapat ditahan oleh pegas ulir bogie lain dari pasangannya.
 Hal ini berlawanan jika patah terjadi pada pegas ulir roda,
 maka kereta tersebut harus berhenti dalam perjalanannya
 untuk perbaikan.
           Gerbong-gerbong kereta secara berkala dilakukan
 pengujian setiap 2 tahun sekali yang dilakukan oleh Balai
 Yasa Kereta - Manggarai Jakarta. Dalam pemeriksaannya
 semua komponen yang sudah tidak layak pakai, diganti
 dengan komponen yang baru yang umumnya komponen
 tersebut merupakan produk dari Balai Yasa Mangggarai
 sendiri, termasuk pula dalam hal ini adalah pegas ulir bogie.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   5
ABRIANTO


 2.1       Data dan kerusakan pegas ulir bogie
 Kerusakan pegas ulir bogie terjadi tanggal 12 Juni 1993
 pada gerbong kereta penumpang dengan nomor: SLO-K2.
 78715 yaitu jenis gerbong kereta penumpang jurusan Solo,
 kelas 2 dengan tipe bogie 7 dan tahun mulai dinas 1978
 serta nomor seri kereta adalah 15. Serta data pemeriksaan
 gerbong secara berkala yaitu sebagai berikut:
    Mulai Dinas, MD                                       = 09 - 10 - 1978
    Pemeriksaan akhir, PA                                = 30 - 04 - 1991
    Pemeriksaan yang akan datang, PAD                    = 30 - 04 - 1993
    Mengalami patah                                      = 12 - 06 - 1993


 Dari hasil observasi lapangan ini diketahui bahwa pegas ulir
 bogie yang mengalami kerusakan yaitu pegas ulir                           bogie
 luar yaitu patah pada daerah lilitan pegasnya yang terletak
  1¼ diameter lilitan dari ujung pegas ( 295 mm), hal ini
 ditunjukkan pada gambar 2.3 dibawah ini. Pada gambar 2.1
 dan 2.2 ditunjukkan gerbong kereta api dan posisi pegas ulir
 bogie pada bogie gerbong kereta api.




 Gambar 2.1 Gerbong kereta api yang mengalami kerusakan
                pegas ulir bogie. (0,1 X)


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   6
ABRIANTO




    Gambar 2.2          Posisi pegas ulir bogie pada bogie gerbong
                             kereta api. (0,2 X)




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   7
ABRIANTO




    Gambar 2.3            Lokasi patah yang terjadi pada pegas ulir
                           bogie luar (tanda panah)

           Untuk menunjang analisis yang akan dilakukan, maka
 diperlukan        pula     data    spesifikasi    dari    komponen        yang
 mengalami kerusakan yaitu dalam hal ini adalah pegas ulir
 bogie luar, yang didapatkan dari Balai Yasa Kereta –
 Manggarai Jakarta, serta data geometris yang didapatkan
 dari pengukuran langsung terhadap komponen pegas ulir
 bogie luar yang bersangkutan.
           Berdasarkan         data     spesifikasi       komponen,        maka
 material yang digunakan untuk kedua jenis pegas ulir bogie
 adalah sama yaitu Baja 60 Si Mn 7 standart Germany
 Democratic          Republic      (GDR       Standart)       5350      dengan
 komposisi kimia seperti yang disajikan pada tabel. 1
 dibawah ini.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   8
ABRIANTO


Tabel. 1 Komposisi kimia bahan menurut standart GDR.5350.
                                                        Komposisi kimia (%
   No                 Unsur                Simbol
                                                              berat)
  1.           Karbon                        C             0,57 – 0,65
  2.           Silikon                       Si            1,50 – 2,00
  3.           Mangan                        Mn            0,70 – 1,00
  4.           Khrom                         Cr                0,35
  5.           Nikel                         Ni                0,30
  6.           Tembaga                       Cu                0,30
  7.           Phosfor                        P               0,045
  8.           Belerang                      S                0,045
  9.           Besi                          Fe                Sisa


            Data-data spesifikasi geometris dan bats-batas kerja
  atau operasi pegas ulir bogie dalam dan bogie luar pada
  kereta api ini dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 dibawah
  ini. Serta gambar 2.4 menunjukkan gambar teknik bogie
  gerbong kereta api tipe K7.




            Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api   9
ABRIANTO




           Gambar 2.4   Gambar teknik bogie tipe K7.




                            Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 10
ABRIANTO


 Tabel.2       Spesifikasi komponen pegas ulir bogie luar.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 11
ABRIANTO


 Tabel.3       Spesifikasi komponen pegas ulir bogie dalam.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 12
ABRIANTO


           Berdasarkan data spesifikasi komponen pegas ulir
 bogie luar dan pegas ulir bogie dalam tersebut terlihat
 bahwa pegas ulir bogie dalam mempunyai diameter kawat
 pegas       dan    diameter      lilitan   pegas     yang     lebih    rendah
 dibandingkan geometri pegas ulir bogie luar tetapi keduanya
 terbuat dari bahan pegas yang sama yaitu Baja 60 Si Mn 7.
 Pada pemakaiannya pegas ulir bogie dalam berada didalam
 lilitan dari pegas ulir bogie luar, sehingga gabungan pegas
 ini disebut pegas ulir eksentris yang dapat meningkatkan
 pemakaian beban yang lebih besar atau tegangan kerja
 yang lebih besar tanpa merubah diameter kawat pegas
 maupun diameter lilitan pegasnya. Selain itu, pegas eksentis
 yang terdiri atas dua pegas ini dapat merupakan pula
 jaminan keselamatan jika terjadi kegagalan pada salah satu
 pegasnya.
           Dari data spesifikasi pegas ulir bogie luar yang
 mengalami kerusakan, dapat ditunjukkan pula beberapa hal
 yaitu :
    Ketinggian pegas tersebut dalam keadaan tanpa beban,
     lo yaitu 361 mm atau sama dengan tinggi pegas diblok,
     lb ditambah defleksi maksimum, fmaks ditambah jarak
     antar lilitan pagas yang berdekatan (0,1 dikali jumlah
     total lilitan pegas,n’ dikurangi satu).
    Ketinggian pada saat pemasangan pada bogie kereta, lp
     atau disebut pula tinggi presetting adalah sebesar 285
     mm dengan beban presetting 2280 Kg, Pemberian beban
     presetting ini dapat meningkatkan batas elastis sehingga
     akan meningkatkan pula kapasitas beban yang dapat
     diterimanya.


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 13
ABRIANTO


    Ketinggian pegas ulir bogie luar yang diizinkan pada saat
     operasi kerjanya, li adalah 259 mm dengan beban
     maksimum yang diizinkan 3078 Kg.
    Ketinggian        jika   antar     lilitan   pegas     tersebut      saling
     bersentuhan atau disebut tinggi diblok, lb adalah 205,2
     mm atau sama dengan diameter kawat pegas,d dikali
     jumlah total lilitan pegas, n’ , dengan beban 4672 Kg.
    Konstanta pegasnya, C yaitu sebesar 30 Kg/mm2 yang
     merupakan nilai dari perbandingan beban, F terhadap
     defleksi, f .




    Kekuatan geser luluh,y sebesar 82,5 Kg/mm2 atau
     mempunyai kekuatan luluh, y sebesar 165 Kg/mm2 .
    Tegangan geser,  yang bekerja pada pegas ulir tersebut
     pada       berbagai      ketinggian       pegas.     Tegangan        geser
     tersebut        merupakan         tegangan         geser     total     dari
     penjumlahan tegangan geser yang ditimbulkan akibat
     momen puntir yang bekerja pada pegas ulir tersebut, 1
     ditambah         tegangan      geser     yang      ditimbulkan       akibat
     pembebanan, 2 yaitu:


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 14
ABRIANTO



       1     = T . r / Ip = 8FD /  d3                     dimana;    T=F.R
       2     =    F/A      =       4F /  d2
       sehingga,           =        1 + 2
                                =    8FD /  d3 + 4F /  d2
                                =    8FD /  d3 ( 1 + d / 2D )
                                =    8FD /  d3 ( 1 + 1 / 2m )
       dimana, m            adalah indeks pegas atau perbandingan
      diameter rata-rata lilitan pegas, D dan diameter kawat
      pegas, d .
     Indeks pegas, m                    dari pegas ulir bogie luar tersebut
      adalah sebesar 6,1 nilai indeks pegas tersebut akan
      sangat        berhubungan               dengan      nilai   faktor   koreksi
      tegangan Wahl, yaitu:
      k = 4m-1 / 4m-4                +        0,615 / m
 sehingga, tegangan geser yang bekerja pada pegas ulir
 dapat ditulis:
            =    8FD /  d3         .    k
  persamaan diatas telah memperhitungkan efek tegangan
 geser langsung yang terjadi pada kedua sisi lilitan pegas.
 Selain dari pada itu, indeks pegas akan berhubungan pula
 dengan tahapan proses dalam pembuatan pegas tersebut.


 2.2        Proses pembuatan pegas ulir bogie.
            Pegas ulir bogie sebagai salah satu komponen bagian
 dari bogie kereta api ini telah dapat diproduksi sendiri yang
 dilakukan oleh Balai Yasa Kereta – Manggarai Jakarta. Aliran
 proses produksi dalam pembuatan pegas ulir tersebut dapat
 diuraikan sebagai berikut:
 1.         Pemotongan bahan sesuai ukuran yang diperlukan.


            Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 15
ABRIANTO


 2.        Penempaan pada kedua ujung kawat bahan pegas
           yang dilakukan pada temperatur tinggi dimana bahan
           pegas     tersebut      dipanaskan       dalam      tungku     pada
           temperatur: 850-900o C selama 1,5 jam.
 3.        Pemanasan dalam tungku selama 1,5-2 jam pada
           temperatur       900o     C   dimana       sebelumnya        tungku
           dipanaskan dahulu pada temperatur 800o C selama 1
           jam.
 4.        Pengerolan bahan pegas pada mesin rol.
 5.        Pemanasan pegas dalam tungku untuk peregangan /
           perampatan pegas atau penyetelan tinggi pegas.
 6.        Pemanasan dalam tungku pada temperatur 830-860o
           C selama 1,5 jam.
 7.        Celup cepat dalam oli SABANA-120.
 8.        Penemperan pada temperatur 460-530o C selama 15-
           20 menit kemudian pendinginan dalam bak pasir
           kering.
 9.        Pengetesan beban pada mesin test beban.
 10.       Pengecatan warna hitam dan pasang label hasil test
           beban.
 11.       Ekspedisi ke gudang Balai Yasa Manggarai.


           Berdasarkan tahapan proses pembuatan pegas ulir
 bogie kereta tersebut, maka perlakuan-perlakuan yang
 dialami       pegas      tersebut       adalah     terdiri    atas     proses
 pembentukan pegas dilanjutkan dengan proses perlakuan
 panas (hardening dan tempering). Hal ini adalah sesuai
 untuk jenis-jenis pegas yang mempunyai indeks pegas yang
 besar, sebaliknya untuk pegas dengan indeks pegas kecil,


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 16
ABRIANTO


 maka proses perlakuan panas dilakukan lebih dulu dan
 kemudian dilanjutkan dengan proses pembentukan pegas.
           Dari observasi lapangan dalam pembuatan pegas
 tersebut dapat terlihat adanya beberapa kekurangan yaitu
 antara lain masalah kurangnya pengetahuan metalurgis dari
 operator,       sehingga      hal    ini    dapat    menyebabkan         tidak
 tercapainya        kualitas      pegas     yang     sesuai   dengan      yang
 diharapkan. Selain itu juga sarana peralatan yang kurang
 memadai seperti tidak dilengkapinya tungku dengan alat
 kontrol temperatur dan waktu maupun kurangnya kontrol
 terhadap        atmosfir      tungku       karena    jenis    tungku     yang
 digunakan jenis yang terbuka dengan sumber energi dari
 bahan bakar minyak. Hal ini dapat pula sebagai sumber
 rendahnya kualitas pegas yang dihasilkan. Hal lainnya yang
 dapat       menjadi      salah    satu     kekurangan        adalah    terlalu
 tingginya temperatur temper yang dilakukan.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 17
ABRIANTO



                                    BAB     III
                      PENGUJIAN LABORATORIUM


           Observasi terhadap kerusakan pegas ulir bogie kereta
 ini meliputi pula pengujian-pengujian yang dilakukan pada
 pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan, yang
 terdiri atas pengujian komposisi kimia, pengujian tarik,
 pengujian kekerasan serta pengujian metalografi.


 3.1       Pengujian komposisi kimia
           Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui unsur-
 unsur yang terkandung dalam material pegas ulir bogie luar
 yang mengalami kerusakan sehingga dapat diketahui jenis
 materialnya serta hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi
 dari material komponen tersebut. Pengujian komposisi kimia
 ini dilakukan dengan menggunakan spektrometer. Hasil
 pengujian ditunjukkan pada tabel.4 berikut ini.
 Tabel.4 Hasil pengujian komposisi kimia pegas ulir bogie
         luar.
                 Hasil
                              Komposisi kimia standart
             spektrometer
  Unsur                            GDR.5350 (%)
                  (%)
    C            0,639               0,57 - 0,65
    Si           1,450               1,50 - 2,00
   Mn            0,701               0,70 - 1,00
     P          0,0044                  0,045
    S           0,0197                  0,045
    Cr           0,418                   0,35
    Ni           0,164                   0,30
    Cu           0,178                   0,30
   Mo           0,0919                     -
    Al          0,0161                     -
    Fe            Sisa                   Sisa



           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 18
ABRIANTO


 3.2       Pengujian tarik
           Pengujian tarik dilakukan pada materian pegas ulir
 yang mengalami kerusakan bertujuan untuk mengetahui
 kekuatan tarik dari pegas ulir bogie luar tersebut yang
 hasilnya       akan      dibandingkan        dengan       data    spesifikasi
 kekuatan bahan dan tegangan yang diizinkannya, serta
 data-data hasil pengujian tarik ini akan digunakan pula
 dalam analisis mekanis dalam menghitung tegangan yang
 bekerja pada pegas ulir bogie luar tersebut. Pengambilan
 spesimen dilakukan pada salah satu lilitan pegas dengan
 menggunakan standart spesimen uji tarik ASTM A.370 dan
 dimensi spesimen yang diambil adalah ukuran terkecil
 dengan diameter nominal 8,75 mm, seperti yang terlihat
 pada tabel.5 dibawah ini.


 Tabel.5       Standart spesimen uji tarik ASTM A.370




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 19
ABRIANTO


           Dari hasil pengujian tarik, diperoleh data-data sifat
 mekanik material pegas ulir bogie luar yaitu sebagai
 berikut:
    Kekuatan tarik,         uts =     164,5 Kg/mm2
    Kekuatan luluh, ys           =   160     Kg/mm2
    Perpanjangan,             e   =    8%
    Reduksi penampang, q =               19,4 %


 Grafik hubungan antara beban, F dan perubahan panjang, l
 serta kurva tegangan regangan teknis (-e) dapat dilihat
 pada halaman berikut ini.




     Gambar 3.1        Kurva F-l serta kurva -e hasil pengujian
                                  tarik.



           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 20
ABRIANTO


 3.3       Pengujian kekerasan
           Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi
 kekerasan pada penampang melintang kawat pegas ulir bogi
 luar yang mengalami kerusakan serta mengetahui pula
 harga kekerasan permukaan pegas. Lokasi pengambilan
 spesimen untuk pengujian kekerasan ini diambil 1 Cm dari
 daerah patahan, dan titik-titik pengujian kekerasan seperti
 terlihat      pada    gambar       3.2    dibawah      ini.   Pengujian     ini
 dilakukan dengan menggunakan mesin uji keras Rockwell
 skala C dengan indentor jenis kerucut intan dan beban 150
 Kg.




   Gambar 3.2          Skema lokasi titik-titik pengujian kekerasan
                         pada daerah penampang melintang dan
                            daerah permukaan kawat pegas.



 Data hasil pengujian ditunjukan pada tabel 6 dan 7                       serta
 pada gambar 3.3 berikut ini.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 21
ABRIANTO


 Tabel. 6 Hasil pengujian kekerasan pada daerah penampang
 melintang kawat pegas.
                            Kekerasan, HRc
      Jarak dari
  permukaan (mm)          1        2        3     Rata-rata

               4                                   48,3           48,8              48,1        48,4
               6                                   48,1           48,7              48,5        48,4
               8                                   48,1           48,0              48,9        48,3
              10                                   48,1           48,0              48,4        48,3
              12                                   47,4           48,2              47,7        47,7
              15                                   45,5           46,8              45,4        45,9

 Kekerasan rata-rata daerah melintang : 47,8 HRc

 Tabel.7 Hasil pengujian kekerasan pada daerah permukaan
 kawat pegas.
   No           Kekerasan, HRc             Rata-rata
    1                39,1
    2                45,5
    3                38,1
    4                45,1
    5                41,7                     41,3
    6                40,9
    7                36,2
    8                40,7
    9                41,8
   10                43,7

                                             49

                                            48.5
                          Kekerasan (HRc)




                                             48

                                            47.5

                                             47

                                            46.5

                                             46

                                            45.5
                                                   0       5         10        15          20
                                                          Jarak dari permukaan (mm)


  Gambar 3.3         Distribusi kekerasan pada daerah penampang
                         melintang kawat pegas.


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 22
ABRIANTO


 3.4       Pengujian metalografi
           Pengujian ini dilakukan terhadap pegas ulir yang
 mengalami kerusakan adalah bertujuan untuk mengetahui
 fasa-fasa yang dimiliki oleh material tersebut, sehingga
 dapat diketahui pula apakah komponen tersebut pernah
 mengalami perlakuan panas atau tidak. Spesimen untuk
 metalografi, diambil berdekatan dengan spesimen untuk
 pengujian kekerasan yaitu pada daerah dekat patahan,
 dengan         titik-titik   pemotretan        struktur     mikro      seperti
 ditunjukkan pada gambar 3.4 dibawah ini.




   Gambar 3.4 Skema lokasi titik-titik pemotretan struktur
             mikro pada daerah penampang melintang dan
                   daerah permukaan kawat pegas.

 Hasil pemotretan ditunjukkan pada gambar 3.5, 3.6, dan
 3.7 berikut ini.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 23
ABRIANTO


 Etsa: Nital 2%                                                        700 X




  Gambar 3.5          Struktur mikro pada derah permukaan kawat
                                        pegas.




  Gambar 3.6          Struktur mikro daerah penampang melintang
                                     kawat pegas.


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 24
ABRIANTO




     Gambar 3.7         Struktur mikro pada daerah penampang
                       melintang dekat permukaan kawat pegas.



           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 25
ABRIANTO



                                    BAB     IV
                                   ANALISIS


 4.1       Analisis metalurgis
           Hasil analisis terhadap pegas ulir bogie luar yang
 mengalami kerusakan yaitu berupa patah pada jarak 1¼
 diameter lilitan pegas dari ujung pegas, dari pengamatan
 terhadap        permukaan        patahan      yang     ditunjukkan       pada
 gambar 4.1 maka dapat dinyatakan bahwa pegas ulir bogie
 luar gerbong kereta api tersebut adalah mengalami patah
 lelah (fatigue fracture) yang ditandai dengan adanya garis-
 garis pantai (beach mark).




    Gambar 4.1         Patah lelah yang terjadi pada kawat pegas
                            bogie luar. (1,5 X)




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 26
ABRIANTO


           Awal     retak    terjadi    pada     daerah      keausan      pada
 permukaan kawat pegas yaitu daerah sisi bawah dari lilitan
 pegas (gambar 4.2) dengan arah perambatan retak sama
 dengan arah tegangan normal kontak dua permukaan. Hal
 ini menyimpang dari pengalaman-pengalaman dan teori
 predicts (ramalan).




  Gambar 4.2          Awal retak lelah yang terjadi pada sisi bawah
                           lilitan pegas. (0,5 X)



           Penyimpangan ini disebabkan karena awal sisi bawah
 lilitan     pegas       mengalami         keausan       sehingga       terjadi
 kecenderungan pembentukan awal retak lelah.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 27
ABRIANTO




           Pembebanan selanjutnya menyebabkan awal retak
 mengalami          perambatan         sehingga      terbentuklah       daerah
 perambatan retakan yang ditunjukkan                        oleh garis-garis
 pantai,      selanjutnya       penjalaran      retakan      akan     berhenti
 setelah penampang kawat pegas yang tersisa sudah tidak
 mampu lagi menahan beban yang bekerja hingga akhirnya
 patah. Daerah patah akhir atau daerah patah statik yang
 terjadi terlihat lebih luas dibandingkan dengan daerah
 penjalaran        retakan      atau    daerah      retak    lelah,    hal   ini
 menunjukkan bahwa tegangan nominal yang bekerja pada
 pegas ulir adalah cukup besar. Dari pengamatan bidang
 patahan ini pula terlihat patahan yang terjadi pada pegas
 ulir bogie luar tersebut membentuk sudut  45o (helical), hal
 ini menunjukkan bahwa material pegas ulir bogie luar
 tersebut adalah getas.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 28
ABRIANTO




           Analisis terhadap lokasi awal retak yang terjadi pada
 daerah       keausan      yang     disebabkan       karena      kontak     dua
 permukaan lilitan pegas pada saat operasinya terlihat pula
 adanya perubahan dimensi dari diameter kawat pegas
 (gambar 4.3), yang disertai pula adanya partikel atau
 serbuk oksida yang berwarna coklat kemerahan pada
 daerah permukaan keausannya.




     Gambar 4.3          Perubahan dimensi dari diameter kawat
                              pegas. (1,5 X)



           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 29
ABRIANTO




           Berdasarkan prinsip kerja pegas ulir yaitu berdefleksi
 dimana pada beban tertentu mengakibatkan kontak antar
 lilitan pegas, terutama lilitan akhir dengan lilitan berikutnya,
 serta adanya getaran dapat menyebabkan suatu kerusakan
 pada permukaan kawat pegas yang dikenal dengan keausan
 fretting, yaitu kerusakan yang berupa keausan adhesi pada
 dua permukaan kontak yang disebabkan oleh tekanan dan
 getaran. Hal ini dapat terlihat pada gambar 4.4 dan 4.5
 yamg menunjukkan ciri-ciri keausan adhesi yang berupa
 dimple pada topografi permukaan kawat pegas dalam
 daerah fretting. Keausan terjadi mulai dari ujung lilitan
 dalam daerah kontak lilitan akhir dengan lilitan berikutnya
 yang relatif berkurang, hal ini disebabkan karena jarak
 antara       kedua     lilitan   yang     kontak     (gap)     yang     relatif
 bertambah.


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 30
ABRIANTO


           Pada gambar 4.6 menunjukkan karakteristik dari
 keausan        fretting    yang     berupa     lubang-lubang        (galling),
 lubang-lubang yang tajam pada daerah fretting sedemikian
 rupa      hingga      merupakan        suatu     takikan     (notch)     yang
 menyebabkan           pemusatan        tegangan       setempat      sehingga
 daerah ini sangat sensitif terhadap pembentukan awal retak
 lelah. Awal retak ini dipercepat pula sebagai akibat tegangan
 geser pada daerah sedikit dibawah permukaan karena aksi
 tegangan kontak antara kedua permukaan lilitan pegas.




  Gambar4.4 Keausan fretting yang terjadi pada permukaan
              kawat pegas ulir.(1,6 & 14 X)




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 31
ABRIANTO




 Gambar 4.5          Ciri-ciri keausan adhesi pada pemukaan kawat
                               pegas ulir. (50 X)




   Gambar4.6 Lubang-lubang (galling) pada keausan fretting
               permukaan kawat pegas (20X)




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 32
ABRIANTO


           Dari     hasil     pengujian       komposisi        kimia     dapat
 dinyatakan bahwa material pegas ulir bogie luar secara
 keseluruhan         masih     sesuai     dengan      standart     spesifikasi
 materialnya, dan pengaruh unsur-unsur yang terkandung
 dalam material pegas tersebut adalh sebagai berikut:
    Si (0,2-2,0%) adalah untuk meningkatkan sifat mampu
     keras.
    Cu (0,1-0,5%) adalah untuk memperbaiki ketahanan
     korosi.
    Mo(0,1-0,5%) adalah untuk mencegah pertumbuhan
     butir serta memperbaiki kekuatan dan ketangguhan.
 Dari hasil pengujian ini pula diketahui bahwa komponen
 pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan tersebut
 adalah masih komponen aslinya yaitu buatan Yugoslavia
 sesuai dengan gerbong keretanya, sedangkan material
 pegas ulir yang dibuat oleh Balai yasa – Manggarai adalah
 jenis SUP 9, import dari jepang.
           Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa kekuatan
 pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan, masih
 memenuhi            persyaratan         kekuatan         sesuai       dengan
 spesifikasinya seperti yang terlihat pada tabel 2                     dimana
 kekuatan geser yang diizinkan adalah sebesar 82,5 Kg/mm2.
           Dari     hasil    pengujian       kekerasan        pada      daerah
 penampang melintang menunjukkan bahwa material pegas
 ulir bogie luar yang mengalami kerusakan memiliki sifat
 mampu keras yang cukup baik, hal ini ditandai dengan
 penurunan          garis      pada      grafik     distribusi     kekerasan
 penampang melintang yang tidak turun dengan curam atau
 tidak landai, atau dengan kata lain perbedaan kekerasan


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 33
ABRIANTO


 dalam distribusi kekerasannya, kecil.                Kekerasan rata-rata
 daerah penampang melintang lebih besar dibandingkan
 dengan kekerasan rata-rata permukaan kawat pegas (47,8
 HRc  41,3 HRc) atau terjadi perbedaan kekerasan pada
 kedua daerah tersebut sebesar 13,6 % sehingga daerah
 permukaan kawat pegas ulir tersebut memiliki ketahanan
 aus yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah bagian
 dalamnya,           hal      ini     juga       menunjukkan           adanya
 ketidakseragaman sifat mekanik dari komponen pegas ulir
 yang mengalami kerusakan tersebut.
           Hasil    pengujian       metalografi     menunjukkan         bahwa
 pegas ulir tersebut memiliki fasa karbida dalam matrik
 martensit temper, serta adanya ketidakseragaman ukuran
 butir karbida, dimana pada daerah permukaan kawat pegas
 memiliki ukuran besar butir karbida yang lebih besar
 dibandingkan dengan ukuran pada daerah dibawahnya.
 Berdasarkan          hasil    perhitungan        ukuran      butir    dengan
 menggunakan metoda Hyen (lihat lampiran A) diperoleh
 ukuran besar butir karbida pada daerah permukaan kawat
 pegas sebesar 5,1 . 10-3 mm. Sedangkan pada daerah
 penampang melintang : 4,6 . 10-3 mm. Sehingga kekerasan
 dan kekuatan pada daerah permukaan kawat pegas akan
 lebih       rendah        jika     dibandingkan          dengan        daerah
 penampangnya.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 34
ABRIANTO


 4.2        Analisis mekanis
            Salah      satu     cara     untuk      mengetahui       penyebab
 kerusakan pada pegas ulir bogie luar ini adalah dengan
 melakukan analisis tegangan-tegangan yang bekerja pada
 komponen tersebut pada saat operasinya, yaitu sebagai
 berikut:


 4.2.1 Beban maksimum pada pegas ulir bogie luar.
     Bobot kosong gerbong kereta                                =    30 ton
     Jumlah tempat duduk 64 buah (60 Kg/orang + barang)
                                                                 =      4 ton
     Bobot total                                                = 34 ton
 Pada satu gerbong terdapat 8 pasang pegas ulir bogie, yang
 setiap pasangnya terdiri atas satu pegas ulir bogie dalam
 dan satu pegas ulir bogie luar yang keduanya terbuat dari
 bahan yang sama (tabel 2 dan 3).
 Maka beban maksimum yang diterima oleh sepasang pegas
 ulir bogie adalah:
 34/8 ton = 4,25 ton = 4250 Kg
 Dari persamaan defleksi pegas ulir, maka dapat diperoleh
 beban yang diterima hanya oleh pegas ulir bogie luar
 adalah:
 f    =     8FD3n / d4 G
 F1 / F 2     =    d14 D23 n2    /     d24 D13 n1
               =    364 1493 6,75         /   244 2363 4
               =    2,2
 F1    =      2,2 F2             ;      F1 + F2 = F = 4250 Kg
          =   2,2 ( F – F1 )
          =   2921,9 Kg


           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 35
ABRIANTO


 dimana, subscript 1 dan 2 adalah menyatakan pegas ulir
 bogie luar dan pegas ulir bogie dalam.


 4.2.2 Tegangan geser maksimum pada pegas ulir bogie luar
           yang tidak mengalami fretting.
 maks     =     ( 8FD /  d3 ) . k
            =    ( 8 . 2921,9 . 236          /    3,14 . 363 ) . 1,23
            =    46,32 Kg/mm2


 4.2.3 Tegangan geser maksimum yang bekerja pada pegas
           ulir bogie luar yang mengalami fretting.
           Dari hasil pengukuran,                perubahan    dimensi pada
 permukaan dari diameter kawat pegas karena keausan
 fretting adalah sebagai berikut :




 Cos        =    15,6 / 18
             =    0,867
                30o




 Dari lampiran B (Ref.8), diperoleh:
 maks     =     ( T / c. r3 ) . k
            =    ( F . R / c. r3 ) . k
            =    ( 2921,9 . 118        /   1,25 . 183 ) .        1,23
                                2
            =    58,2 Kg/mm




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 36
ABRIANTO


 4.2.3 Lingkaran Mohr.
           Untuk mencari tegangan normal yang bekerja, maka
 digunakan lingkaran Mohr, dimana pada beban puntir :
 maks = maks = min .
 1 = maks
 3 = min




 Sehingga :
    Pada daerah fretting
 maks pada beban maksimum (F=2921,9 Kg) adalah                            58,2
            2
 Kg/mm
 min      pada beban minimum             (F=2280        Kg) adalah - 45,4
            2
 Kg/mm
    Pada daerah tak fretting
 maks pada beban maksimum (F=2921,9 Kg) adalah 46,32
 Kg/mm2
 min      pada beban minimum              (F=2280        Kg) adalah       - 36
 Kg/mm2


           Dari hasil pengujian tarik diperoleh kekuatan tarik
 material sebesar:
 uts = 164,5 Kg/mm2 (212,3 ksi), dengan demikian batas
 lelah (endurance limit), e adalah sebesar  100 ksi atau
 sama dengan 77,5 Kg/mm2 (Ref. 4), dan jika diperhitungkan




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 37
ABRIANTO


 faktor pembebanannya maka batas lelahnya menjadi = 77,5
 X 0,577 = 44,7 Kg/mm2.


 4.2.4 Diagram Goodman
           Untuk     mengetahui        apakah      beban      dinamis     yang
 bekerja pada komponen pegas ulir bogie luar tersebut masih
 berada dalam kondisi daerah aman terhadap fatigue, maka
 digunakan diagram Goodman, yaitu sebagai berikut :


    Pada daerah fretting :
           maks    =   58,2 Kg/mm2
           min    = -45,4 Kg/mm2
                   mean + min
        mean =                         =    6,4 Kg/ mm2
                        2
                     mean - min
        amplitudo =                   =    51,8 Kg/mm2
                           2
    Pada daerah tak fretting :
           maks    =   46,32 Kg/mm2
           min    = -36 Kg/mm2
            mean =     5,16 Kg/mm2
      amplituda = 41,16 Kg/mm2




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 38
ABRIANTO




    Gambar 4.7          Diagram Goodman kondisi tegangan yang
                           bekerja pada pegas ulir bogie luar.

           Dari    analisa    tegangan       dapat     ditunjukkan      bahwa
 kondisi yang bekerja pada pegas ulir bogie luar pada kondisi
 normal tanpa mengalami kerusakan fretting adalah aman
 terhadap         kegagalan       fatigue,     sedangkan        jika    terjadi
 kerusakan fretting pada permukaan kawat pegas yang juga
 mengakibatkan terjadinya perubahan diameter kawat pegas,



           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 39
ABRIANTO


 maka tegangan yang bekerja pada pegas ulir bogie luar
 tersebut akan sangat tidak amaan terhadap bahaya fatigue.
           Dalam kasus ini, umur pakai dari pegas ulir yang
 mengalami kerusakan tersebut adalah sebagai berikut:
    Mulai dinas: K2 – 85715                        =    9 - 10 - 1985
    Pemeriksaan akhir, PA                          = 30 - 07 - 2000
    Pemeriksaan akan datang, PAD                   = 30 - 07 - 2000
    Mengalami patah                                = 12 - 09 - 2000
 Berdasarkan data tersebut, maka gerbong kereta K2 –
 85715 yang mengalami kerusakan pegas ulir bogie luar
 tidak memenuhi panggilan pemeriksaan (PAD) di Balai Yasa
 Manggarai – Jakarta, dengan keterlambatan selama 2 bulan,
 hal ini terlihat dari komponen pegas ulir bogie luar yang
 mengalami kerusakan masih bahan aslinya yaitu buatan
 Yugoslavia, bukan pegas ulir buatan Balai yasa Manggarai
 dengan bahan SUP 9. Dari data tersebut pula maka dapat
 dihitung jumlah siksus pemakaian pegas ulir tersebut hingga
 mengalami kerusakan yaitu sebagai berikut:
 (12-6-1993) – (9-10-1978) = 93,533 – 78,855 = 14,675
 tahun
 maka jumlah siklus dengan jam kerja rata-rata 10 jam
 perhari adalah:
 = 14,675 tahun X 12 bulan/tahun X 25 hari/bulan X 10
     jam/hari        X     60 menit/ jam           X       7,8 siklus/menit
     (perhitugan terlampir)          =    20947680 siklus  2,5 . 107
     siklus




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 40
ABRIANTO



                                      BAB V
                  KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


 5.1       Kesimpulan
      Keausan terbesar terjadi pada                 ujung lilitan      pegas,
       sehingga ujung lilitan akhir menjadi titik kontak keausan
       pertama yang mempercepat kerusakan fretting.
      Kekerasan daerah permukaan kawat pegas, lebih rendah
       dari kekerasan bagian dalam penampangnya (41,3 HRc 
       47,8 HRc).
      Ukuran butir karbida pada bagian permukaan kawat
       pegas     lebih    kasar    dibanding      daerah      penampannya,
       sehingga kekerasan dan kekuatannya lebih rendah yang
       dapat mempercepat terjadinya keausan.
      Patah yang dialami pegas ulir bogie luar adalah patah
       lelah    (fatigue     fracture)      dengan      kondisi      tegangan
       maksimum yang bekerja diluar daerah amannya ataupun
       batas lelahnya.
           Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa patah
 yang terjadi pada pegas ulir bogie luar kereta api tersebut
 adalah patah lelah sebagai akibat tegangan yang bekerja
 melebihi batas           lelah   materialnya       atau    tegangan      yang
 bekerja diluar daerah aman terhadap kegagalan fatigue, hal
 ini     disebabkan         karena      adanya       perubahan         dimensi
 permukaan kawat pegas yang diakibatkan oleh kerusakan
 fretting      yang      dipercepat    dengan      rendahnya       kekerasan
 permukaan kawat pegas dan kasarnya butir-butir karbida
 pada daerah permukaan, serta aktipnya ujung lilitan pegas.



           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 41
ABRIANTO


 Adapun kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi adalah
 sebagai berikut:
    Temperatur pada saat proses temper yang terlalu tinggi,
     ataupun waktu temper yang terlalu lama.
    Design pegas ulir, dimana kurangnya lilitan mati setelah
     ujung lilitan, sehingga ujung lilitan pegas menjadi aktip.


 5.2       Rekomendasi
    Untuk memperkecil kerusakan fretting pada pegas ulir
     adalah perlu dibuat tambahan lilitan mati setelah ujung
     lilitan, sedemikian hingga ujung lilitan menjadi tidak
     aktip atau mati, serta jumlah total lilitan pegas harus
     berakhir dengan setengah.
    Temperatur          dan     waktu      pemanasan        dalam      proses
     tempering, perlu dihitung kembali agar supaya terjadi
     kehomogenan struktur dan kekerasan antara permukaan
     dan penampang dari kawat pegas ulir tersebut.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 42
ABRIANTO



                                  LITERATUR


 1 Metal         Handbook        vol.    10,      `Failure    Analysis      and
     Prevention`, American Society for Metals, 1975.
 2 Metal Handbook vol. 9, `Fractrography and Atlas of
     Fractrographs`, American Society for Metals, 1974.
 3 Wahl, A.M, `Mechanical Spring`, Mc. Graw-Hill, 1976.
 4 Bannantine. A. Julie, Comer. J. Jess, Handrock. L. James,
     `Fundamental of Metal Fatigue Analysis`, Prentice Hall,
     Inc, 1990.
 5 Fuchs.         O.    H,   Stephens.       I.   R,   `Metal     Fatigue     in
     Engineering`, John Wiley and Sons, 1980.
 6 R. Raymond. J, Y. Warren. C, `Formulas for Stress and
     Strain`, Mc. Graw-Hill.
 7 Dieter, G. E, `Mechanical Metallurgy`, Mc Graw-Hill,
     1976.
 8 R. S. Khurmi, J. K. Gupta, `A Text Book of Machine
     Design`, Ram Nagar, New Delhi, 1982.
 9 Wulpi. J. Donald, `Understanding How Components Fail`,
     American Society for Metals, 1985.




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 43
ABRIANTO



                      LAMPIRAN A
           PERHITUNGAN BESAR BUTIR METODA HYEN




          Besar butir rata-rata pada daerah permukaan pegas:
                    n . l
           Dk   = 
                   V .  Fk

                    8 . 80
                = 
                  700 . 178,5


                =    5,1 .     10-3   mm




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 44
ABRIANTO




          Besar     butir    rata-rata      pada     daerah      penampang
 melintang kawat pegas:
                    n . l
           Dk   = 
                  V .  Fk

                   8 . 80
                = 
                  700. 199


                =    4,6 .     10-3   mm


 dimana ;            n =     jumlah garis uji
                       l =    panjang garis uji
                      V =      pembesaran photo
                   Fk =     jumlah titik potong




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 45
ABRIANTO



                  LAMPIRAN B
   FORMULA UNTUK TEGANGAN GESER AKIBAT BEBAN
                     TORSI




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 46
ABRIANTO



                                LAMPIRAN         C




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 47
ABRIANTO



                     Lampiran D
        PERHITUNGAN JUMLAH SIKLUS FREKWENSI
       PEMBEBANAN PADA PEGAS ULIR BOGIE LUAR
                     KERETA API




           W    =        F   =   m .    g
           m     =       F/g
                =        2921,9 /      10
                =        0,29219       Kg. dt2 / mm


           2   =        k / m
                =        30 / 0,29219
               =        10,1     rad / dt2


          Frekwensi pegas tanpa shock absorber:
                     T       =   2 / 
                =        6,28 / 10,1
                =        0,62
           maka,         f = 1/T
                             =   1,6 Cps
                             =   96,5 Cpm




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 48
ABRIANTO



          Frekwensi pegas dengan shock absorber sebagai
 peredam getaran:
           Cc    =    2 m  (k / m)
                 =    2m .      
                 =    2 . 0,2921,9 . 10,1
                 =    5,9


           Pada redaman kritis (Cc=C), maka:
           q2   =    k / m - (C / 2m)2
                =    30 / 0,2921,9        -   (5,9 /   2 . 0,29219)2
                =    0,8
           q    =    0,89 rad / dt2


           sehingga,        T = 2 / q
                             = 6,28 / 0,89
                             = 7,85


           maka,       f = 1/T
                        =   0,13 Cps
                        =   7,8     Cpm




           Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 49

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
Rumah Belajar
 
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point KepariwisataaanPresentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
topik16
 

Mais procurados (20)

Power window
Power windowPower window
Power window
 
Presentasi Kopling
Presentasi KoplingPresentasi Kopling
Presentasi Kopling
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 
Gyroscope Instrumen
Gyroscope InstrumenGyroscope Instrumen
Gyroscope Instrumen
 
Pertemuan 4 pesawat angkat
Pertemuan 4 pesawat angkat Pertemuan 4 pesawat angkat
Pertemuan 4 pesawat angkat
 
Transmisi manual
Transmisi manualTransmisi manual
Transmisi manual
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Toleransi 2
Toleransi 2Toleransi 2
Toleransi 2
 
Makalah kopling
Makalah koplingMakalah kopling
Makalah kopling
 
Sambung Pasak
Sambung PasakSambung Pasak
Sambung Pasak
 
Motor stater
Motor stater Motor stater
Motor stater
 
Sistem pemindah daya
Sistem pemindah dayaSistem pemindah daya
Sistem pemindah daya
 
Perancangan Alat Bantu Chamfering Engsel Pintu (Hinge)
Perancangan Alat Bantu Chamfering Engsel Pintu (Hinge)Perancangan Alat Bantu Chamfering Engsel Pintu (Hinge)
Perancangan Alat Bantu Chamfering Engsel Pintu (Hinge)
 
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point KepariwisataaanPresentasi Power Point Kepariwisataaan
Presentasi Power Point Kepariwisataaan
 
Rpp 1 2 simbol ,prinsip kerja ukur
Rpp 1   2 simbol ,prinsip kerja ukurRpp 1   2 simbol ,prinsip kerja ukur
Rpp 1 2 simbol ,prinsip kerja ukur
 
Sistem Penggerak Hidrolik (HYDRAULIC CONTROL SYSTEM)
Sistem Penggerak Hidrolik (HYDRAULIC CONTROL SYSTEM)Sistem Penggerak Hidrolik (HYDRAULIC CONTROL SYSTEM)
Sistem Penggerak Hidrolik (HYDRAULIC CONTROL SYSTEM)
 
Sistem transportasi ppt
Sistem transportasi pptSistem transportasi ppt
Sistem transportasi ppt
 
Diklat elemen mesin
Diklat elemen mesinDiklat elemen mesin
Diklat elemen mesin
 
Transportasi darat
Transportasi daratTransportasi darat
Transportasi darat
 
Elemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiElemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - Rantai
 

Destaque

Standar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanStandar Analisis Kegagalan
Standar Analisis Kegagalan
Abrianto Akuan
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
Abrianto Akuan
 
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingAnalisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Nurul Lailyah
 
Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)
Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)
Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)
Alfi Tranggono
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
oto09
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Abrianto Akuan
 
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Abrianto Akuan
 
Fmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaFmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aa
Abrianto Akuan
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Abrianto Akuan
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Abrianto Akuan
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Abrianto Akuan
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Abrianto Akuan
 
Peralatan Elektroplating
Peralatan ElektroplatingPeralatan Elektroplating
Peralatan Elektroplating
Abrianto Akuan
 

Destaque (20)

Standar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanStandar Analisis Kegagalan
Standar Analisis Kegagalan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingAnalisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
 
Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)
Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)
Fisdas 1-lapres soft copy pegas (g2)
 
Mikrokontroler pertemuan 1
Mikrokontroler pertemuan 1Mikrokontroler pertemuan 1
Mikrokontroler pertemuan 1
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
 
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
 
4 Pelapisan Ni
4  Pelapisan  Ni4  Pelapisan  Ni
4 Pelapisan Ni
 
Fmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaFmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aa
 
Index minerals (AA)
Index minerals (AA)Index minerals (AA)
Index minerals (AA)
 
6 Pelapisan Seng
6  Pelapisan  Seng6  Pelapisan  Seng
6 Pelapisan Seng
 
Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
 
Peralatan Elektroplating
Peralatan ElektroplatingPeralatan Elektroplating
Peralatan Elektroplating
 

Semelhante a Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)

Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Abrianto Akuan
 
Boiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptx
Boiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptxBoiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptx
Boiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptx
AndriZi1
 
Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...
Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...
Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...
maduun15
 
Kupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdf
Kupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdfKupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdf
Kupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdf
Noni Sidabutar
 
melepas_dan_memasang_motor_starter
melepas_dan_memasang_motor_startermelepas_dan_memasang_motor_starter
melepas_dan_memasang_motor_starter
Nurdin Al-Azies
 

Semelhante a Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA) (15)

Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
 
Boiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptx
Boiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptxBoiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptx
Boiler assessment seminar 30 Nov Dede Rukanda rev 01.pptx
 
Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...
Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...
Banyak industri otomotif yang menggunakan paduan alumunium silikon sebagai ba...
 
Bab ii alat ukur
Bab ii alat ukurBab ii alat ukur
Bab ii alat ukur
 
4312100026 - Paper
4312100026 - Paper4312100026 - Paper
4312100026 - Paper
 
Kupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdf
Kupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdfKupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdf
Kupdf.net sni 00682007pipa-baja-carbonpdf
 
Analisa keausan pada sprocket
Analisa keausan pada sprocketAnalisa keausan pada sprocket
Analisa keausan pada sprocket
 
ASESSMENT DERMAGA-JETTY-2019.ppt
ASESSMENT DERMAGA-JETTY-2019.pptASESSMENT DERMAGA-JETTY-2019.ppt
ASESSMENT DERMAGA-JETTY-2019.ppt
 
PRESENTASI.pptx
PRESENTASI.pptxPRESENTASI.pptx
PRESENTASI.pptx
 
Materi i teknik mesin m6 kb4
Materi i teknik mesin m6 kb4Materi i teknik mesin m6 kb4
Materi i teknik mesin m6 kb4
 
melepas_dan_memasang_motor_starter
melepas_dan_memasang_motor_startermelepas_dan_memasang_motor_starter
melepas_dan_memasang_motor_starter
 
Melepas memasang dan_menyetel_roda
Melepas memasang dan_menyetel_rodaMelepas memasang dan_menyetel_roda
Melepas memasang dan_menyetel_roda
 
JAYAPURA DISTRIBUSI
JAYAPURA DISTRIBUSIJAYAPURA DISTRIBUSI
JAYAPURA DISTRIBUSI
 
Proposal ta amir
Proposal ta amirProposal ta amir
Proposal ta amir
 
Jobsheet Overhaul Karburator
Jobsheet Overhaul KarburatorJobsheet Overhaul Karburator
Jobsheet Overhaul Karburator
 

Mais de Abrianto Akuan

WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)
Abrianto Akuan
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Abrianto Akuan
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)
Abrianto Akuan
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Abrianto Akuan
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)
Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Abrianto Akuan
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Abrianto Akuan
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
Abrianto Akuan
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Abrianto Akuan
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)
Abrianto Akuan
 
Blackening penghitaman baja
Blackening penghitaman bajaBlackening penghitaman baja
Blackening penghitaman baja
Abrianto Akuan
 
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Abrianto Akuan
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Abrianto Akuan
 
Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)
Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)
Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)
Abrianto Akuan
 
Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)
Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)
Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)
Abrianto Akuan
 
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Abrianto Akuan
 

Mais de Abrianto Akuan (19)

WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)
 
Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)
 
Blackening penghitaman baja
Blackening penghitaman bajaBlackening penghitaman baja
Blackening penghitaman baja
 
Minerals (AA)
Minerals (AA)Minerals (AA)
Minerals (AA)
 
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
 
Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)
Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)
Cara menterjemahkan engineering english text book (AA)
 
Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)
Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)
Parameter2 baja berdasarkan komposisi (AA)
 
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
Perhitungan muatan pada proses peleburan atau pengecoran logam (AA)
 

Último

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Último (20)

Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 

Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)

  • 1. LAPORAN INVESTIGASI KERUSAKAN PEGAS ULIR BOGIE KERETA API Oleh: ABRIANTO. AKUAN JURUSAN TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI BANDUNG 1994
  • 2. ABRIANTO ABSTRAK Investigasi dilakukan terhadap kerusakan pegas ulir bogie luar kereta api yang terbuat dari bahan 60 Si Mn 7 dengan kadar karbon 0,639% dan kadar silikon 1,45% serta kadar mangan 0,701%, dengan dimensi pegas yaitu sebagai berikut :  Diameter kawat pegas, d = 36 mm  Diameter lilitan pegas, D = 236 mm  Tinggi bebas pegas, lo = 361 mm  Jumlah lilitan aktip pegas, n = 4  Jumlah total lilitan pegas, n’ = 6  Konstanta pegas, C = 30 Kg/mm2 Berdasarkan analisa patahan menunjukkan bahwa gagalnya komponen tersebut disebabkan oleh patah lelah (fatigue fracture) dengan awal retakan pada daerah kerusakkan akibat fretting. Dari hasil pengujian kekerasan diperoleh harga kekerasan permukaan kawat pegas, lebih rendah dibandingkan dengan kekerasan pada daerah bagian dalam penampangnya (41,3 HRc<47,8 HRc) sehingga ketahanan aus dan ketahanan lelahnya menurun, serta dari hasil pengujian metalografi diperoleh pula pada bagian permukaan kawat pegas memiliki ukuran besar butir fasa karbida dalam matrik martensit temper yang lebih kasar dibandingkan dengan bagian dalam penampangnya.(5,1.10-3 mm>4,6.10-3 mm) sehingga kekuatan dan kekerasannyapun lebih rendah dibandingkan dengan daerah bagian dalam penampangnya. Berdasarkan analisa tegangan yang dilakukan, dapat menentukan sekaligus menjawab mengapa kegagalan terjadi, yaitu dengan adanya kerusakan berupa fretting, menyebabkan perubahan dimensi permukaan kawat pegas, sehingga tegangan nominal yang bekerja melebihi daerah aman batas lelahnya, juga daerah fretting merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap retak lelah. Penyebab kegagalan pada kasus ini dapat dikatagorikan sebagai kesalahan proses pengerjaan dan kesalahan design, karena adanya perubahan ukuran besar butir dalam struktur mikro dimana fasa karbida dalam matrik martensit temper pada daerah permukaan kawat pegas, lebih kasar dari daerah bagian dalam penampangnya. Serta kurangnya lilitan mati diantara lilitan aktip dari pegas sehingga ujung lilitan menjadi titik konsentrasi keausan pertama yang mempercepat kerusakan fretting. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 1
  • 3. ABRIANTO DAFTAR ISI hal ABSTRAK i DAFTAR ISI ii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar belakang masalah 1 1.2 Tujuan investigasi 1 BABII. OBSERVASI LAPANGAN 2 2.1 Data dan kerusakan pegas ulir bogie 2 2.2 Proses pembuatan pegas ulir bogie 11 BABIII. PENGUJIAN LABORATORIUM 13 3.1 Pengujian komposisi kimia 13 3.2 Pengujian tarik 13 3.3 Pengujian kekerasan 16 3.4 Pengujian metalografi 18 BAB IV. ANALISIS 22 4.1 Analisis metalurgis 22 4.2 Analisis mekanis 28 BABV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 34 5.1 Kesimpulan 34 5.2 Rekomendasi 35 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 2
  • 4. ABRIANTO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pegas ulir bogie luar adalah komponen bagian dari bogie kereta api yang berfungsi untuk mengurangi beban impak atau meringankan kejutan dan sebagai pendukung getaran massa dengan mekanisme lendutan lilitan-lilitan pegasnya yang berosilasi diantara posisi keseimbangannya pada saat gerbong kereta mengalami goyangan kiri-kanan. Dalam operasinya pegas ulir bogie luar ini mengalami beban puntir dengan tegangan-tegangan yang bekerja terdiri atas tegangan normal dan tegangan geser. Masalah yang sering dihadapi pada pegas ulir bogie luar kereta api ini adalah mengalami patah, yang mengakibatkan terbatasnya umur pakai dalam waktu yang lebih singkat. Seringnya terjadi kerusakan ini akan sangat menghambat pemakaian gerbong kereta api, karena penggantian komponen tersebut sangat memakan waktu, biaya, serta diiringi pula dengan kerugian-kerugian lainnya. 1.2 Tujuan observasi Dengan melihat kondisi tersebut diatas, maka dilakukan obsevasi yang diharapkan dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya kerusakan pegas ulir bogie luar gerbong kereta api ini, serta dengan diketahuinya penyebab kerusakan tersebut dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya agar kerusakan yang sama tidak terulang kembali pada masa-masa berikutnya. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 3
  • 5. ABRIANTO Untuk mencapai tujuan diatas tersebut, maka dilakukan tahapan-tahapan kegiatan yang meliputi observasi lapangan dan pengujian-pengujian laboratorium yang terdiri atas pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan dan pengujian metalografi, serta dilakukan pula analisis metalurgis maupun mekanis. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 4
  • 6. ABRIANTO BAB II OBSERVASI LAPANGAN Pada gerbong kereta dengan jenis bogie tipe 7 untuk gerbong kereta penumpang terdapat 2 bogie (chassis) yang terdiri atas 4 roda, 8 pegas ulir roda, dan 4 pasang pegas ulir bogie yang setiap pasangnya teridi atas satu pegas ulir bogie luar dan satu pegas ulir bogie dalam, sehingga dalam satu gerbong kereta terdapat 8 roda, 16 pegas ulir roda, dan 8 pasang pegas ulir bogie yaitu 16 pegas ulir bogie dalam dan 16 pegas ulir bogie luar. Dalam operasinya, pegas ulir bogie yang mengalami kerusakan di tengah perjalanan, maka kereta tersebut masih bisa melanjutkan perjalanannya hingga stasiun tujuan, karena patahnya salah satu pegas ulir bogie masih dapat ditahan oleh pegas ulir bogie lain dari pasangannya. Hal ini berlawanan jika patah terjadi pada pegas ulir roda, maka kereta tersebut harus berhenti dalam perjalanannya untuk perbaikan. Gerbong-gerbong kereta secara berkala dilakukan pengujian setiap 2 tahun sekali yang dilakukan oleh Balai Yasa Kereta - Manggarai Jakarta. Dalam pemeriksaannya semua komponen yang sudah tidak layak pakai, diganti dengan komponen yang baru yang umumnya komponen tersebut merupakan produk dari Balai Yasa Mangggarai sendiri, termasuk pula dalam hal ini adalah pegas ulir bogie. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 5
  • 7. ABRIANTO 2.1 Data dan kerusakan pegas ulir bogie Kerusakan pegas ulir bogie terjadi tanggal 12 Juni 1993 pada gerbong kereta penumpang dengan nomor: SLO-K2. 78715 yaitu jenis gerbong kereta penumpang jurusan Solo, kelas 2 dengan tipe bogie 7 dan tahun mulai dinas 1978 serta nomor seri kereta adalah 15. Serta data pemeriksaan gerbong secara berkala yaitu sebagai berikut:  Mulai Dinas, MD = 09 - 10 - 1978  Pemeriksaan akhir, PA = 30 - 04 - 1991  Pemeriksaan yang akan datang, PAD = 30 - 04 - 1993  Mengalami patah = 12 - 06 - 1993 Dari hasil observasi lapangan ini diketahui bahwa pegas ulir bogie yang mengalami kerusakan yaitu pegas ulir bogie luar yaitu patah pada daerah lilitan pegasnya yang terletak  1¼ diameter lilitan dari ujung pegas ( 295 mm), hal ini ditunjukkan pada gambar 2.3 dibawah ini. Pada gambar 2.1 dan 2.2 ditunjukkan gerbong kereta api dan posisi pegas ulir bogie pada bogie gerbong kereta api. Gambar 2.1 Gerbong kereta api yang mengalami kerusakan pegas ulir bogie. (0,1 X) Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 6
  • 8. ABRIANTO Gambar 2.2 Posisi pegas ulir bogie pada bogie gerbong kereta api. (0,2 X) Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 7
  • 9. ABRIANTO Gambar 2.3 Lokasi patah yang terjadi pada pegas ulir bogie luar (tanda panah) Untuk menunjang analisis yang akan dilakukan, maka diperlukan pula data spesifikasi dari komponen yang mengalami kerusakan yaitu dalam hal ini adalah pegas ulir bogie luar, yang didapatkan dari Balai Yasa Kereta – Manggarai Jakarta, serta data geometris yang didapatkan dari pengukuran langsung terhadap komponen pegas ulir bogie luar yang bersangkutan. Berdasarkan data spesifikasi komponen, maka material yang digunakan untuk kedua jenis pegas ulir bogie adalah sama yaitu Baja 60 Si Mn 7 standart Germany Democratic Republic (GDR Standart) 5350 dengan komposisi kimia seperti yang disajikan pada tabel. 1 dibawah ini. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 8
  • 10. ABRIANTO Tabel. 1 Komposisi kimia bahan menurut standart GDR.5350. Komposisi kimia (% No Unsur Simbol berat) 1. Karbon C 0,57 – 0,65 2. Silikon Si 1,50 – 2,00 3. Mangan Mn 0,70 – 1,00 4. Khrom Cr  0,35 5. Nikel Ni  0,30 6. Tembaga Cu  0,30 7. Phosfor P  0,045 8. Belerang S  0,045 9. Besi Fe Sisa Data-data spesifikasi geometris dan bats-batas kerja atau operasi pegas ulir bogie dalam dan bogie luar pada kereta api ini dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 dibawah ini. Serta gambar 2.4 menunjukkan gambar teknik bogie gerbong kereta api tipe K7. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 9
  • 11. ABRIANTO Gambar 2.4 Gambar teknik bogie tipe K7. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 10
  • 12. ABRIANTO Tabel.2 Spesifikasi komponen pegas ulir bogie luar. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 11
  • 13. ABRIANTO Tabel.3 Spesifikasi komponen pegas ulir bogie dalam. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 12
  • 14. ABRIANTO Berdasarkan data spesifikasi komponen pegas ulir bogie luar dan pegas ulir bogie dalam tersebut terlihat bahwa pegas ulir bogie dalam mempunyai diameter kawat pegas dan diameter lilitan pegas yang lebih rendah dibandingkan geometri pegas ulir bogie luar tetapi keduanya terbuat dari bahan pegas yang sama yaitu Baja 60 Si Mn 7. Pada pemakaiannya pegas ulir bogie dalam berada didalam lilitan dari pegas ulir bogie luar, sehingga gabungan pegas ini disebut pegas ulir eksentris yang dapat meningkatkan pemakaian beban yang lebih besar atau tegangan kerja yang lebih besar tanpa merubah diameter kawat pegas maupun diameter lilitan pegasnya. Selain itu, pegas eksentis yang terdiri atas dua pegas ini dapat merupakan pula jaminan keselamatan jika terjadi kegagalan pada salah satu pegasnya. Dari data spesifikasi pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan, dapat ditunjukkan pula beberapa hal yaitu :  Ketinggian pegas tersebut dalam keadaan tanpa beban, lo yaitu 361 mm atau sama dengan tinggi pegas diblok, lb ditambah defleksi maksimum, fmaks ditambah jarak antar lilitan pagas yang berdekatan (0,1 dikali jumlah total lilitan pegas,n’ dikurangi satu).  Ketinggian pada saat pemasangan pada bogie kereta, lp atau disebut pula tinggi presetting adalah sebesar 285 mm dengan beban presetting 2280 Kg, Pemberian beban presetting ini dapat meningkatkan batas elastis sehingga akan meningkatkan pula kapasitas beban yang dapat diterimanya. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 13
  • 15. ABRIANTO  Ketinggian pegas ulir bogie luar yang diizinkan pada saat operasi kerjanya, li adalah 259 mm dengan beban maksimum yang diizinkan 3078 Kg.  Ketinggian jika antar lilitan pegas tersebut saling bersentuhan atau disebut tinggi diblok, lb adalah 205,2 mm atau sama dengan diameter kawat pegas,d dikali jumlah total lilitan pegas, n’ , dengan beban 4672 Kg.  Konstanta pegasnya, C yaitu sebesar 30 Kg/mm2 yang merupakan nilai dari perbandingan beban, F terhadap defleksi, f .  Kekuatan geser luluh,y sebesar 82,5 Kg/mm2 atau mempunyai kekuatan luluh, y sebesar 165 Kg/mm2 .  Tegangan geser,  yang bekerja pada pegas ulir tersebut pada berbagai ketinggian pegas. Tegangan geser tersebut merupakan tegangan geser total dari penjumlahan tegangan geser yang ditimbulkan akibat momen puntir yang bekerja pada pegas ulir tersebut, 1 ditambah tegangan geser yang ditimbulkan akibat pembebanan, 2 yaitu: Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 14
  • 16. ABRIANTO 1 = T . r / Ip = 8FD /  d3 dimana; T=F.R 2 = F/A = 4F /  d2 sehingga,  =  1 + 2 = 8FD /  d3 + 4F /  d2 = 8FD /  d3 ( 1 + d / 2D ) = 8FD /  d3 ( 1 + 1 / 2m ) dimana, m adalah indeks pegas atau perbandingan diameter rata-rata lilitan pegas, D dan diameter kawat pegas, d .  Indeks pegas, m dari pegas ulir bogie luar tersebut adalah sebesar 6,1 nilai indeks pegas tersebut akan sangat berhubungan dengan nilai faktor koreksi tegangan Wahl, yaitu: k = 4m-1 / 4m-4 + 0,615 / m sehingga, tegangan geser yang bekerja pada pegas ulir dapat ditulis:  = 8FD /  d3 . k persamaan diatas telah memperhitungkan efek tegangan geser langsung yang terjadi pada kedua sisi lilitan pegas. Selain dari pada itu, indeks pegas akan berhubungan pula dengan tahapan proses dalam pembuatan pegas tersebut. 2.2 Proses pembuatan pegas ulir bogie. Pegas ulir bogie sebagai salah satu komponen bagian dari bogie kereta api ini telah dapat diproduksi sendiri yang dilakukan oleh Balai Yasa Kereta – Manggarai Jakarta. Aliran proses produksi dalam pembuatan pegas ulir tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemotongan bahan sesuai ukuran yang diperlukan. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 15
  • 17. ABRIANTO 2. Penempaan pada kedua ujung kawat bahan pegas yang dilakukan pada temperatur tinggi dimana bahan pegas tersebut dipanaskan dalam tungku pada temperatur: 850-900o C selama 1,5 jam. 3. Pemanasan dalam tungku selama 1,5-2 jam pada temperatur 900o C dimana sebelumnya tungku dipanaskan dahulu pada temperatur 800o C selama 1 jam. 4. Pengerolan bahan pegas pada mesin rol. 5. Pemanasan pegas dalam tungku untuk peregangan / perampatan pegas atau penyetelan tinggi pegas. 6. Pemanasan dalam tungku pada temperatur 830-860o C selama 1,5 jam. 7. Celup cepat dalam oli SABANA-120. 8. Penemperan pada temperatur 460-530o C selama 15- 20 menit kemudian pendinginan dalam bak pasir kering. 9. Pengetesan beban pada mesin test beban. 10. Pengecatan warna hitam dan pasang label hasil test beban. 11. Ekspedisi ke gudang Balai Yasa Manggarai. Berdasarkan tahapan proses pembuatan pegas ulir bogie kereta tersebut, maka perlakuan-perlakuan yang dialami pegas tersebut adalah terdiri atas proses pembentukan pegas dilanjutkan dengan proses perlakuan panas (hardening dan tempering). Hal ini adalah sesuai untuk jenis-jenis pegas yang mempunyai indeks pegas yang besar, sebaliknya untuk pegas dengan indeks pegas kecil, Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 16
  • 18. ABRIANTO maka proses perlakuan panas dilakukan lebih dulu dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembentukan pegas. Dari observasi lapangan dalam pembuatan pegas tersebut dapat terlihat adanya beberapa kekurangan yaitu antara lain masalah kurangnya pengetahuan metalurgis dari operator, sehingga hal ini dapat menyebabkan tidak tercapainya kualitas pegas yang sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu juga sarana peralatan yang kurang memadai seperti tidak dilengkapinya tungku dengan alat kontrol temperatur dan waktu maupun kurangnya kontrol terhadap atmosfir tungku karena jenis tungku yang digunakan jenis yang terbuka dengan sumber energi dari bahan bakar minyak. Hal ini dapat pula sebagai sumber rendahnya kualitas pegas yang dihasilkan. Hal lainnya yang dapat menjadi salah satu kekurangan adalah terlalu tingginya temperatur temper yang dilakukan. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 17
  • 19. ABRIANTO BAB III PENGUJIAN LABORATORIUM Observasi terhadap kerusakan pegas ulir bogie kereta ini meliputi pula pengujian-pengujian yang dilakukan pada pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan, yang terdiri atas pengujian komposisi kimia, pengujian tarik, pengujian kekerasan serta pengujian metalografi. 3.1 Pengujian komposisi kimia Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui unsur- unsur yang terkandung dalam material pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan sehingga dapat diketahui jenis materialnya serta hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi dari material komponen tersebut. Pengujian komposisi kimia ini dilakukan dengan menggunakan spektrometer. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel.4 berikut ini. Tabel.4 Hasil pengujian komposisi kimia pegas ulir bogie luar. Hasil Komposisi kimia standart spektrometer Unsur GDR.5350 (%) (%) C 0,639 0,57 - 0,65 Si 1,450 1,50 - 2,00 Mn 0,701 0,70 - 1,00 P 0,0044  0,045 S 0,0197  0,045 Cr 0,418  0,35 Ni 0,164  0,30 Cu 0,178  0,30 Mo 0,0919 - Al 0,0161 - Fe Sisa Sisa Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 18
  • 20. ABRIANTO 3.2 Pengujian tarik Pengujian tarik dilakukan pada materian pegas ulir yang mengalami kerusakan bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dari pegas ulir bogie luar tersebut yang hasilnya akan dibandingkan dengan data spesifikasi kekuatan bahan dan tegangan yang diizinkannya, serta data-data hasil pengujian tarik ini akan digunakan pula dalam analisis mekanis dalam menghitung tegangan yang bekerja pada pegas ulir bogie luar tersebut. Pengambilan spesimen dilakukan pada salah satu lilitan pegas dengan menggunakan standart spesimen uji tarik ASTM A.370 dan dimensi spesimen yang diambil adalah ukuran terkecil dengan diameter nominal 8,75 mm, seperti yang terlihat pada tabel.5 dibawah ini. Tabel.5 Standart spesimen uji tarik ASTM A.370 Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 19
  • 21. ABRIANTO Dari hasil pengujian tarik, diperoleh data-data sifat mekanik material pegas ulir bogie luar yaitu sebagai berikut:  Kekuatan tarik, uts = 164,5 Kg/mm2  Kekuatan luluh, ys = 160 Kg/mm2  Perpanjangan, e = 8%  Reduksi penampang, q = 19,4 % Grafik hubungan antara beban, F dan perubahan panjang, l serta kurva tegangan regangan teknis (-e) dapat dilihat pada halaman berikut ini. Gambar 3.1 Kurva F-l serta kurva -e hasil pengujian tarik. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 20
  • 22. ABRIANTO 3.3 Pengujian kekerasan Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kekerasan pada penampang melintang kawat pegas ulir bogi luar yang mengalami kerusakan serta mengetahui pula harga kekerasan permukaan pegas. Lokasi pengambilan spesimen untuk pengujian kekerasan ini diambil 1 Cm dari daerah patahan, dan titik-titik pengujian kekerasan seperti terlihat pada gambar 3.2 dibawah ini. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin uji keras Rockwell skala C dengan indentor jenis kerucut intan dan beban 150 Kg. Gambar 3.2 Skema lokasi titik-titik pengujian kekerasan pada daerah penampang melintang dan daerah permukaan kawat pegas. Data hasil pengujian ditunjukan pada tabel 6 dan 7 serta pada gambar 3.3 berikut ini. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 21
  • 23. ABRIANTO Tabel. 6 Hasil pengujian kekerasan pada daerah penampang melintang kawat pegas. Kekerasan, HRc Jarak dari permukaan (mm) 1 2 3 Rata-rata 4 48,3 48,8 48,1 48,4 6 48,1 48,7 48,5 48,4 8 48,1 48,0 48,9 48,3 10 48,1 48,0 48,4 48,3 12 47,4 48,2 47,7 47,7 15 45,5 46,8 45,4 45,9 Kekerasan rata-rata daerah melintang : 47,8 HRc Tabel.7 Hasil pengujian kekerasan pada daerah permukaan kawat pegas. No Kekerasan, HRc Rata-rata 1 39,1 2 45,5 3 38,1 4 45,1 5 41,7 41,3 6 40,9 7 36,2 8 40,7 9 41,8 10 43,7 49 48.5 Kekerasan (HRc) 48 47.5 47 46.5 46 45.5 0 5 10 15 20 Jarak dari permukaan (mm) Gambar 3.3 Distribusi kekerasan pada daerah penampang melintang kawat pegas. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 22
  • 24. ABRIANTO 3.4 Pengujian metalografi Pengujian ini dilakukan terhadap pegas ulir yang mengalami kerusakan adalah bertujuan untuk mengetahui fasa-fasa yang dimiliki oleh material tersebut, sehingga dapat diketahui pula apakah komponen tersebut pernah mengalami perlakuan panas atau tidak. Spesimen untuk metalografi, diambil berdekatan dengan spesimen untuk pengujian kekerasan yaitu pada daerah dekat patahan, dengan titik-titik pemotretan struktur mikro seperti ditunjukkan pada gambar 3.4 dibawah ini. Gambar 3.4 Skema lokasi titik-titik pemotretan struktur mikro pada daerah penampang melintang dan daerah permukaan kawat pegas. Hasil pemotretan ditunjukkan pada gambar 3.5, 3.6, dan 3.7 berikut ini. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 23
  • 25. ABRIANTO Etsa: Nital 2% 700 X Gambar 3.5 Struktur mikro pada derah permukaan kawat pegas. Gambar 3.6 Struktur mikro daerah penampang melintang kawat pegas. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 24
  • 26. ABRIANTO Gambar 3.7 Struktur mikro pada daerah penampang melintang dekat permukaan kawat pegas. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 25
  • 27. ABRIANTO BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis metalurgis Hasil analisis terhadap pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan yaitu berupa patah pada jarak 1¼ diameter lilitan pegas dari ujung pegas, dari pengamatan terhadap permukaan patahan yang ditunjukkan pada gambar 4.1 maka dapat dinyatakan bahwa pegas ulir bogie luar gerbong kereta api tersebut adalah mengalami patah lelah (fatigue fracture) yang ditandai dengan adanya garis- garis pantai (beach mark). Gambar 4.1 Patah lelah yang terjadi pada kawat pegas bogie luar. (1,5 X) Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 26
  • 28. ABRIANTO Awal retak terjadi pada daerah keausan pada permukaan kawat pegas yaitu daerah sisi bawah dari lilitan pegas (gambar 4.2) dengan arah perambatan retak sama dengan arah tegangan normal kontak dua permukaan. Hal ini menyimpang dari pengalaman-pengalaman dan teori predicts (ramalan). Gambar 4.2 Awal retak lelah yang terjadi pada sisi bawah lilitan pegas. (0,5 X) Penyimpangan ini disebabkan karena awal sisi bawah lilitan pegas mengalami keausan sehingga terjadi kecenderungan pembentukan awal retak lelah. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 27
  • 29. ABRIANTO Pembebanan selanjutnya menyebabkan awal retak mengalami perambatan sehingga terbentuklah daerah perambatan retakan yang ditunjukkan oleh garis-garis pantai, selanjutnya penjalaran retakan akan berhenti setelah penampang kawat pegas yang tersisa sudah tidak mampu lagi menahan beban yang bekerja hingga akhirnya patah. Daerah patah akhir atau daerah patah statik yang terjadi terlihat lebih luas dibandingkan dengan daerah penjalaran retakan atau daerah retak lelah, hal ini menunjukkan bahwa tegangan nominal yang bekerja pada pegas ulir adalah cukup besar. Dari pengamatan bidang patahan ini pula terlihat patahan yang terjadi pada pegas ulir bogie luar tersebut membentuk sudut  45o (helical), hal ini menunjukkan bahwa material pegas ulir bogie luar tersebut adalah getas. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 28
  • 30. ABRIANTO Analisis terhadap lokasi awal retak yang terjadi pada daerah keausan yang disebabkan karena kontak dua permukaan lilitan pegas pada saat operasinya terlihat pula adanya perubahan dimensi dari diameter kawat pegas (gambar 4.3), yang disertai pula adanya partikel atau serbuk oksida yang berwarna coklat kemerahan pada daerah permukaan keausannya. Gambar 4.3 Perubahan dimensi dari diameter kawat pegas. (1,5 X) Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 29
  • 31. ABRIANTO Berdasarkan prinsip kerja pegas ulir yaitu berdefleksi dimana pada beban tertentu mengakibatkan kontak antar lilitan pegas, terutama lilitan akhir dengan lilitan berikutnya, serta adanya getaran dapat menyebabkan suatu kerusakan pada permukaan kawat pegas yang dikenal dengan keausan fretting, yaitu kerusakan yang berupa keausan adhesi pada dua permukaan kontak yang disebabkan oleh tekanan dan getaran. Hal ini dapat terlihat pada gambar 4.4 dan 4.5 yamg menunjukkan ciri-ciri keausan adhesi yang berupa dimple pada topografi permukaan kawat pegas dalam daerah fretting. Keausan terjadi mulai dari ujung lilitan dalam daerah kontak lilitan akhir dengan lilitan berikutnya yang relatif berkurang, hal ini disebabkan karena jarak antara kedua lilitan yang kontak (gap) yang relatif bertambah. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 30
  • 32. ABRIANTO Pada gambar 4.6 menunjukkan karakteristik dari keausan fretting yang berupa lubang-lubang (galling), lubang-lubang yang tajam pada daerah fretting sedemikian rupa hingga merupakan suatu takikan (notch) yang menyebabkan pemusatan tegangan setempat sehingga daerah ini sangat sensitif terhadap pembentukan awal retak lelah. Awal retak ini dipercepat pula sebagai akibat tegangan geser pada daerah sedikit dibawah permukaan karena aksi tegangan kontak antara kedua permukaan lilitan pegas. Gambar4.4 Keausan fretting yang terjadi pada permukaan kawat pegas ulir.(1,6 & 14 X) Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 31
  • 33. ABRIANTO Gambar 4.5 Ciri-ciri keausan adhesi pada pemukaan kawat pegas ulir. (50 X) Gambar4.6 Lubang-lubang (galling) pada keausan fretting permukaan kawat pegas (20X) Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 32
  • 34. ABRIANTO Dari hasil pengujian komposisi kimia dapat dinyatakan bahwa material pegas ulir bogie luar secara keseluruhan masih sesuai dengan standart spesifikasi materialnya, dan pengaruh unsur-unsur yang terkandung dalam material pegas tersebut adalh sebagai berikut:  Si (0,2-2,0%) adalah untuk meningkatkan sifat mampu keras.  Cu (0,1-0,5%) adalah untuk memperbaiki ketahanan korosi.  Mo(0,1-0,5%) adalah untuk mencegah pertumbuhan butir serta memperbaiki kekuatan dan ketangguhan. Dari hasil pengujian ini pula diketahui bahwa komponen pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan tersebut adalah masih komponen aslinya yaitu buatan Yugoslavia sesuai dengan gerbong keretanya, sedangkan material pegas ulir yang dibuat oleh Balai yasa – Manggarai adalah jenis SUP 9, import dari jepang. Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa kekuatan pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan, masih memenuhi persyaratan kekuatan sesuai dengan spesifikasinya seperti yang terlihat pada tabel 2 dimana kekuatan geser yang diizinkan adalah sebesar 82,5 Kg/mm2. Dari hasil pengujian kekerasan pada daerah penampang melintang menunjukkan bahwa material pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan memiliki sifat mampu keras yang cukup baik, hal ini ditandai dengan penurunan garis pada grafik distribusi kekerasan penampang melintang yang tidak turun dengan curam atau tidak landai, atau dengan kata lain perbedaan kekerasan Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 33
  • 35. ABRIANTO dalam distribusi kekerasannya, kecil. Kekerasan rata-rata daerah penampang melintang lebih besar dibandingkan dengan kekerasan rata-rata permukaan kawat pegas (47,8 HRc  41,3 HRc) atau terjadi perbedaan kekerasan pada kedua daerah tersebut sebesar 13,6 % sehingga daerah permukaan kawat pegas ulir tersebut memiliki ketahanan aus yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah bagian dalamnya, hal ini juga menunjukkan adanya ketidakseragaman sifat mekanik dari komponen pegas ulir yang mengalami kerusakan tersebut. Hasil pengujian metalografi menunjukkan bahwa pegas ulir tersebut memiliki fasa karbida dalam matrik martensit temper, serta adanya ketidakseragaman ukuran butir karbida, dimana pada daerah permukaan kawat pegas memiliki ukuran besar butir karbida yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran pada daerah dibawahnya. Berdasarkan hasil perhitungan ukuran butir dengan menggunakan metoda Hyen (lihat lampiran A) diperoleh ukuran besar butir karbida pada daerah permukaan kawat pegas sebesar 5,1 . 10-3 mm. Sedangkan pada daerah penampang melintang : 4,6 . 10-3 mm. Sehingga kekerasan dan kekuatan pada daerah permukaan kawat pegas akan lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah penampangnya. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 34
  • 36. ABRIANTO 4.2 Analisis mekanis Salah satu cara untuk mengetahui penyebab kerusakan pada pegas ulir bogie luar ini adalah dengan melakukan analisis tegangan-tegangan yang bekerja pada komponen tersebut pada saat operasinya, yaitu sebagai berikut: 4.2.1 Beban maksimum pada pegas ulir bogie luar.  Bobot kosong gerbong kereta = 30 ton  Jumlah tempat duduk 64 buah (60 Kg/orang + barang) = 4 ton  Bobot total = 34 ton Pada satu gerbong terdapat 8 pasang pegas ulir bogie, yang setiap pasangnya terdiri atas satu pegas ulir bogie dalam dan satu pegas ulir bogie luar yang keduanya terbuat dari bahan yang sama (tabel 2 dan 3). Maka beban maksimum yang diterima oleh sepasang pegas ulir bogie adalah: 34/8 ton = 4,25 ton = 4250 Kg Dari persamaan defleksi pegas ulir, maka dapat diperoleh beban yang diterima hanya oleh pegas ulir bogie luar adalah: f = 8FD3n / d4 G F1 / F 2 = d14 D23 n2 / d24 D13 n1 = 364 1493 6,75 / 244 2363 4 = 2,2 F1 = 2,2 F2 ; F1 + F2 = F = 4250 Kg = 2,2 ( F – F1 ) = 2921,9 Kg Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 35
  • 37. ABRIANTO dimana, subscript 1 dan 2 adalah menyatakan pegas ulir bogie luar dan pegas ulir bogie dalam. 4.2.2 Tegangan geser maksimum pada pegas ulir bogie luar yang tidak mengalami fretting. maks = ( 8FD /  d3 ) . k = ( 8 . 2921,9 . 236 / 3,14 . 363 ) . 1,23 = 46,32 Kg/mm2 4.2.3 Tegangan geser maksimum yang bekerja pada pegas ulir bogie luar yang mengalami fretting. Dari hasil pengukuran, perubahan dimensi pada permukaan dari diameter kawat pegas karena keausan fretting adalah sebagai berikut : Cos  = 15,6 / 18 = 0,867  30o Dari lampiran B (Ref.8), diperoleh: maks = ( T / c. r3 ) . k = ( F . R / c. r3 ) . k = ( 2921,9 . 118 / 1,25 . 183 ) . 1,23 2 = 58,2 Kg/mm Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 36
  • 38. ABRIANTO 4.2.3 Lingkaran Mohr. Untuk mencari tegangan normal yang bekerja, maka digunakan lingkaran Mohr, dimana pada beban puntir : maks = maks = min . 1 = maks 3 = min Sehingga :  Pada daerah fretting maks pada beban maksimum (F=2921,9 Kg) adalah 58,2 2 Kg/mm min pada beban minimum (F=2280 Kg) adalah - 45,4 2 Kg/mm  Pada daerah tak fretting maks pada beban maksimum (F=2921,9 Kg) adalah 46,32 Kg/mm2 min pada beban minimum (F=2280 Kg) adalah - 36 Kg/mm2 Dari hasil pengujian tarik diperoleh kekuatan tarik material sebesar: uts = 164,5 Kg/mm2 (212,3 ksi), dengan demikian batas lelah (endurance limit), e adalah sebesar  100 ksi atau sama dengan 77,5 Kg/mm2 (Ref. 4), dan jika diperhitungkan Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 37
  • 39. ABRIANTO faktor pembebanannya maka batas lelahnya menjadi = 77,5 X 0,577 = 44,7 Kg/mm2. 4.2.4 Diagram Goodman Untuk mengetahui apakah beban dinamis yang bekerja pada komponen pegas ulir bogie luar tersebut masih berada dalam kondisi daerah aman terhadap fatigue, maka digunakan diagram Goodman, yaitu sebagai berikut :  Pada daerah fretting : maks = 58,2 Kg/mm2 min = -45,4 Kg/mm2 mean + min mean =  = 6,4 Kg/ mm2 2 mean - min amplitudo =  = 51,8 Kg/mm2 2  Pada daerah tak fretting : maks = 46,32 Kg/mm2 min = -36 Kg/mm2 mean = 5,16 Kg/mm2 amplituda = 41,16 Kg/mm2 Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 38
  • 40. ABRIANTO Gambar 4.7 Diagram Goodman kondisi tegangan yang bekerja pada pegas ulir bogie luar. Dari analisa tegangan dapat ditunjukkan bahwa kondisi yang bekerja pada pegas ulir bogie luar pada kondisi normal tanpa mengalami kerusakan fretting adalah aman terhadap kegagalan fatigue, sedangkan jika terjadi kerusakan fretting pada permukaan kawat pegas yang juga mengakibatkan terjadinya perubahan diameter kawat pegas, Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 39
  • 41. ABRIANTO maka tegangan yang bekerja pada pegas ulir bogie luar tersebut akan sangat tidak amaan terhadap bahaya fatigue. Dalam kasus ini, umur pakai dari pegas ulir yang mengalami kerusakan tersebut adalah sebagai berikut:  Mulai dinas: K2 – 85715 = 9 - 10 - 1985  Pemeriksaan akhir, PA = 30 - 07 - 2000  Pemeriksaan akan datang, PAD = 30 - 07 - 2000  Mengalami patah = 12 - 09 - 2000 Berdasarkan data tersebut, maka gerbong kereta K2 – 85715 yang mengalami kerusakan pegas ulir bogie luar tidak memenuhi panggilan pemeriksaan (PAD) di Balai Yasa Manggarai – Jakarta, dengan keterlambatan selama 2 bulan, hal ini terlihat dari komponen pegas ulir bogie luar yang mengalami kerusakan masih bahan aslinya yaitu buatan Yugoslavia, bukan pegas ulir buatan Balai yasa Manggarai dengan bahan SUP 9. Dari data tersebut pula maka dapat dihitung jumlah siksus pemakaian pegas ulir tersebut hingga mengalami kerusakan yaitu sebagai berikut: (12-6-1993) – (9-10-1978) = 93,533 – 78,855 = 14,675 tahun maka jumlah siklus dengan jam kerja rata-rata 10 jam perhari adalah: = 14,675 tahun X 12 bulan/tahun X 25 hari/bulan X 10 jam/hari X 60 menit/ jam X 7,8 siklus/menit (perhitugan terlampir) = 20947680 siklus  2,5 . 107 siklus Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 40
  • 42. ABRIANTO BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan  Keausan terbesar terjadi pada ujung lilitan pegas, sehingga ujung lilitan akhir menjadi titik kontak keausan pertama yang mempercepat kerusakan fretting.  Kekerasan daerah permukaan kawat pegas, lebih rendah dari kekerasan bagian dalam penampangnya (41,3 HRc  47,8 HRc).  Ukuran butir karbida pada bagian permukaan kawat pegas lebih kasar dibanding daerah penampannya, sehingga kekerasan dan kekuatannya lebih rendah yang dapat mempercepat terjadinya keausan.  Patah yang dialami pegas ulir bogie luar adalah patah lelah (fatigue fracture) dengan kondisi tegangan maksimum yang bekerja diluar daerah amannya ataupun batas lelahnya. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa patah yang terjadi pada pegas ulir bogie luar kereta api tersebut adalah patah lelah sebagai akibat tegangan yang bekerja melebihi batas lelah materialnya atau tegangan yang bekerja diluar daerah aman terhadap kegagalan fatigue, hal ini disebabkan karena adanya perubahan dimensi permukaan kawat pegas yang diakibatkan oleh kerusakan fretting yang dipercepat dengan rendahnya kekerasan permukaan kawat pegas dan kasarnya butir-butir karbida pada daerah permukaan, serta aktipnya ujung lilitan pegas. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 41
  • 43. ABRIANTO Adapun kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:  Temperatur pada saat proses temper yang terlalu tinggi, ataupun waktu temper yang terlalu lama.  Design pegas ulir, dimana kurangnya lilitan mati setelah ujung lilitan, sehingga ujung lilitan pegas menjadi aktip. 5.2 Rekomendasi  Untuk memperkecil kerusakan fretting pada pegas ulir adalah perlu dibuat tambahan lilitan mati setelah ujung lilitan, sedemikian hingga ujung lilitan menjadi tidak aktip atau mati, serta jumlah total lilitan pegas harus berakhir dengan setengah.  Temperatur dan waktu pemanasan dalam proses tempering, perlu dihitung kembali agar supaya terjadi kehomogenan struktur dan kekerasan antara permukaan dan penampang dari kawat pegas ulir tersebut. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 42
  • 44. ABRIANTO LITERATUR 1 Metal Handbook vol. 10, `Failure Analysis and Prevention`, American Society for Metals, 1975. 2 Metal Handbook vol. 9, `Fractrography and Atlas of Fractrographs`, American Society for Metals, 1974. 3 Wahl, A.M, `Mechanical Spring`, Mc. Graw-Hill, 1976. 4 Bannantine. A. Julie, Comer. J. Jess, Handrock. L. James, `Fundamental of Metal Fatigue Analysis`, Prentice Hall, Inc, 1990. 5 Fuchs. O. H, Stephens. I. R, `Metal Fatigue in Engineering`, John Wiley and Sons, 1980. 6 R. Raymond. J, Y. Warren. C, `Formulas for Stress and Strain`, Mc. Graw-Hill. 7 Dieter, G. E, `Mechanical Metallurgy`, Mc Graw-Hill, 1976. 8 R. S. Khurmi, J. K. Gupta, `A Text Book of Machine Design`, Ram Nagar, New Delhi, 1982. 9 Wulpi. J. Donald, `Understanding How Components Fail`, American Society for Metals, 1985. Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 43
  • 45. ABRIANTO LAMPIRAN A PERHITUNGAN BESAR BUTIR METODA HYEN  Besar butir rata-rata pada daerah permukaan pegas: n . l Dk =  V .  Fk 8 . 80 =  700 . 178,5 = 5,1 . 10-3 mm Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 44
  • 46. ABRIANTO  Besar butir rata-rata pada daerah penampang melintang kawat pegas: n . l Dk =  V .  Fk 8 . 80 =  700. 199 = 4,6 . 10-3 mm dimana ; n = jumlah garis uji l = panjang garis uji V = pembesaran photo  Fk = jumlah titik potong Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 45
  • 47. ABRIANTO LAMPIRAN B FORMULA UNTUK TEGANGAN GESER AKIBAT BEBAN TORSI Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 46
  • 48. ABRIANTO LAMPIRAN C Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 47
  • 49. ABRIANTO Lampiran D PERHITUNGAN JUMLAH SIKLUS FREKWENSI PEMBEBANAN PADA PEGAS ULIR BOGIE LUAR KERETA API W = F = m . g m = F/g = 2921,9 / 10 = 0,29219 Kg. dt2 / mm 2 = k / m = 30 / 0,29219  = 10,1 rad / dt2  Frekwensi pegas tanpa shock absorber: T = 2 /  = 6,28 / 10,1 = 0,62 maka, f = 1/T = 1,6 Cps = 96,5 Cpm Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 48
  • 50. ABRIANTO  Frekwensi pegas dengan shock absorber sebagai peredam getaran: Cc = 2 m  (k / m) = 2m .  = 2 . 0,2921,9 . 10,1 = 5,9 Pada redaman kritis (Cc=C), maka: q2 = k / m - (C / 2m)2 = 30 / 0,2921,9 - (5,9 / 2 . 0,29219)2 = 0,8 q = 0,89 rad / dt2 sehingga, T = 2 / q = 6,28 / 0,89 = 7,85 maka, f = 1/T = 0,13 Cps = 7,8 Cpm Abrianto Akuan, Laporan Investigasi Kerusakan Pegas Ulir Kereta Api 49